Oleh :
I Ketut Sudarsana
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
iketutsudarsana@ihdn.ac.id
Abstrak
Pendidikan dewasa ini hanya berorientasi untuk mengembangkan
kepandaian dan keterampilan dengan sedikit menitikberatkan pada karakter yang
baik. Pendidikan berkembang disertai dengan merosotnya ahlak dan moral siswa-
siswi. Krisis moral mesti diakhiri dengan meningkatkan pendidikan Agama Hindu
yang menekankan pada konsep Tri Hita Karana. Pendidikan Agama Hindu yang
menekankan pada konsep Tri Hita Karana yang diajarkan disekolah, diharapkan
dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dan membentuk pelajar menjadi
generasi muda yang dapat menegakan moralitas dan budhi pekerti yang luhur
serta terjadinya hubungan yang harmonis antar sesama, Tuhan dan alam
lingkungannya. Oleh karena itu konsep Tri Hita Karana harus benar-benar
disampaikan dengan baik oleh tenaga pengajar kepada siswa melalui pendidikan
Agama Hindu.
Kata Kunci : Ajaran Tri Hita Karana, Karakter, Siswa Sekolah Dasar,
Psikologi Pendidikan
I. PENDAHULUAN
Sistem kebudayaan khususnya kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama
Hindu, tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, antara lain
pelaksanaan upacara keagamaan dan pura sebagai tempat suci dijaga kebersihan
dan kesuciannya oleh umat Hindu. Hal ini memberi isyarat bahwa hampir tidak
ada aspek kehidupan manusia yang secara total betul-betul bersifat sekuler atau
II. PEMBAHASAN
2.1 Intelegensi
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa berkait
dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para
guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda.
Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban
menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan
juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal yang disebutkan
tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar konsep Tri Hita Karana pada
diri siswa tersebut.
Menurut Susilo (2006:72), intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari
tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2.2 Perhatian
Pemusatan perhatian dalam belajar merupakan pengarahan pikiran
seseorang siswa terhadap suatu pelajaran dengan mengesampingkan semua hal
lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajarannya itu. Ketika siswa
mempunyai perhatian belajar, minatnya pun terhadap mata pelajaran tidak lagi
dipaksakan (Gie, 2004:57).
Siswa adalah subjek yang sedang belajar, untuk itu perhatian perlu
dilakukan oleh subjek yang sedang belajar dalam sosialisasi Tri Hita Karana.
Dalam proses sosialisasi Tri Hita Karana, pemilihan jenis perhatian yang efektif
untuk memperoleh pengalaman belajar adalah hal yang penting bagi subjek yang
belajar misal dapat menggunakan media sebagai alat bantu. Salah satu upaya
untuk membimbing perhatian siswa yaitu melalui pemberian rangsangan atau
stimulus yang menarik perhatian siswa, atau bisa juga menggunakan metode
penyajian pelajaran yang dapat diterima oleh siswa, penerimaan ini akan efektif
apabila pelajaran sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa.
2.3 Minat
Menurut Gie (2004:57), minat merupakan ketertarikan atau keterlibatan
siswa sepenuhnya dalam belajar untuk memperoleh pengetahuan. Minat belajar
selain berperan mengembangkan konsentrasi juga dapat mencegah terjadinya
gangguan perhatian dari sumber luar, misalnya orang berbicara, karena seorang
siswa mudah terganggu perhatiaanya atau sering mengalami pengalihan perhatian
dari pelajaran kepada suatu hal lain kalau minat belajar nya kecil. Sehingga siswa
yang memiliki perhatian tinggi dalam belajar di kelas akan timbul minatnya untuk
mempelajari pelajaran Tri Hita Karana yang tentunya motivasi untuk belajar
agama Hindu menjadi meningkat.
2.4 Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan daya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi
mencapai tujuan tertentu (Winkel dalam Uno, 2008:3). Menurut pendapat Talibo
(2008:1), motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Menurut pendapat Santrock (Uno, 2008:87), ada dua faktor yang
mendorong kecenderungan seseorang melakukan kegiatan antara lain faktor
motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar (Sardiman,2007:89-90). Motivasi terhadap
konsep Tri Hita Karana pada siswa itu penting, karena kalau motivasi belajar
siswa lemah maka pemahaman Tri Hita Karana juga menjadi lemah. Menghindari
hal tersebut maka siswa perlu menumbuhkan motivasi dari dalam dirinya
sehingga hasil belajar akan mencapai tujuan yang diharapkan. Agar siswa
memiliki motivasi pembelajaran kuat maka perlu diciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Gie, The Liang. 2004. Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Herawan, K. D., & Sudarsana, I. K. (2017). Relevansi Nilai Pendidikan Karakter
Dalam Geguritan Suddhamala Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di
Indonesia. Jurnal Penjaminan Mutu, 3(2), 223-236.