Anda di halaman 1dari 28

1.

Pendahuluan
Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama,
meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar lagi dengan adanya pengaruh
lingkungan, operator, serta metode pengukuran. Padahal dalam menghasilkan hasil pengukuran tersebut sangat
diharapkan bahwa setiap alat ukur yang digunakan dimanapun memberikan hasil ukur yang sama dalam
kaitannya dengan keperluan keamanan, kesehatan, transaksi, dan keselamatan.
Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan yang sama, alat ukur tersebut perlu
mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau standar internasional. Cara untuk memberikan jaminan
bahwa alat yang digunakan mempunyai ketelusuran kepada standar nasional adalah dengan melakukan
kalibrasi terhadap alat tersebut. Lebih dari itu untuk memelihara ketelusuran tersebut perlu dilakukan perawatan
alat dalam selang kalibrasi tertentu.
Dalam penerapan standar ISO/IEC 17025 : 2005, kiranya upaya-upaya untuk menyamakan persepsi bagi semua
pihak terkait perlu dilaksanakan. Ketelusuran pengukuran tidak hanya sekedar menjadi persyaratan administratif,
melainkan telah menjadi kebutuhan teknis yang mendasar terutama dengan diwajibkannya mencantumkan
estimasi ketidakpastian dalam hasil uji.
Makalah ini memuat pengetahuan dasar kalibrasi dan pemeliharaan peralatan laboratorium untuk membekali
para peserta pelatihan agar dalam melaksanakan kegiatan pengukuran di laboratorium dapat memahami prinsip
kalibrasi, pelaksanaan kalibrasi, dan pemeliharaan peralatan laboratorium.
2. Metrologi
Metrologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur (science of measurement). Bidang
kerja metrologi mencakup standarisasi, pengujian, dan jaminan mutu. Sedangkan bidang yang dikelolanya
adalah mengenai satuan ukur, alat ukurnya sendiri, dan prosedur pengukuran.
Metrologi dewasa ini terbagi dalam tiga bagian yaitu metrologi legal, metrologi industri dan metrologi ilmiah.
Metrologi legal menangani peneraan alat-alat ukur yang langsung berhubungan dengan kepentingan konsumen
sedang metrologi industri menangani alat-alat ukur yang tidak langsung berhubungan dengan kepentingan
konsumen dalam transaksi, misalnya alat ukur yang digunakan dalam pengujian di laboratorium, alat ukur yang
digunakan untuk keperluan proses di pabrik, dan alat ukur yang digunakan sebagai alat penjamin keselamatan.
Metrologi legal terbagi dua yaitu metrologi legal perdagangan yang sekarang dibawah kewenangan Depperindag
(dahulu dibawah kewenangan Departemen Perdagangan) dan metrologi radiasi nuklir dibawah kewenangan
Batan.
Cakupan kerja metrologi legal ditujukan untuk menjamin transaksi yang adil antara lain untuk perlindungan
konsumen dan produsen, perdagangan, juga untuk keselamatan dan kesehatan. Sedangkan metrologi radiasi
nuklir ditujukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan dari bahaya radiasi.
Kegiatan metrologi legal sudah lama dikenal sebagai kegiatan tera (tera dan tera ulang). Metrologi teknis bidang
kerjanya menangani ketelusuran pengukuran di laboratorium maupun industri yang lebih dikenal dengan
kegiatan kalibrasi.
Metrologi ilmiah mengelola penelusuran dan pemeliharaan peralatan standar hirarki tinggi yang dijadikan acuan
bagi kedua metrologi lainnya.
1. Pengertian kalibrasi
Secara umum kalibrasi mempunyai pengertian sebagai rangkaian kegiatan membandingkan hasil pengukuran
suatu alat dengan alat standar yang sesuai untuk menentukan besarnya koreksi pengukuran alat serta
ketidakpastiannya. Dalam pengertian ini alat standar yang digunakan juga harus terkalibrasi dibuktikan dengan
sertifikat kalibrasi. Dengan demikian maka besarnya koreksi pengukuran alat dapat ditelusurkan ke standar
nasional atau standar internasional dengan suatu mata rantai kegiatan kalibrasi yang tidak terputus.
Alat ukur yang telah dikalibrasi tidak akan secara terus menerus berlaku masa kalibrasinya, karena peralatan
tersebut selama masa penggunaanya pasti mengalami perubahan spesifikasi akibat pengaruh frekuensi
pemakaian, lingkungan penyim-panan, cara pemakaian, dan sebagainya. Untuk itulah selama berlakunya masa
kalibrasi alat bersangkutan perlu dipelihara ketelusurannya dengan cara perawatan dan cek antara secara
periodik.
2. Alat standar Kalibrasi
Alat standar kalibrasi dapat berupa objek ukur atau berupa alat ukur. Yang dikate-gorikan objek ukur adalah alat
standar kalibrasi yang tidak memiliki skala, berupa objek yang akan diukur oleh peralatan laboratorium.
Sedangkan yang dikelompokkan kedalam standar kalibrasi berupa alat ukur adalah standar kalibrasi yang
memiliki skala, sering berupa instrumen.
3. Petugas kalibrasi
Meskipun beberapa pelaksanaan kalibrasi dapat dilakukan dengan mudah, tetapi petugas kalibrasi yang
diharapkan dapat melaksanakan kalibrasi dengan baik dan benar kiranya perlu mempunyai kualifikasi yang
memadai. Hal ini akan lebih terasa urgensinya jika dalam proses kalibrasi harus menghadapi perhitungan baik
berupa konversi, standar deviasi, maupun perhitungan ketidakpastian serta menafsirkan hasil kalibrasi
berdasarkan metode kalibrasi untuk kepentingan laboratorium penguji.
Pada pokoknya petugas kalibrasi harus sensitif terhadap hasil kalibrasi yang telah diperoleh, tidak boleh terlalu
mengandalkan patokan metode kalibrasi yang telah begitu rutin dilakukan sehingga mengabaikan sensitifitas
kalibrasi itu sendiri.
Diluar persyaratan teknis diatas petugas kalibrasi perlu memiliki kepribadian yang baik, mempunyai dedikasi
yang tinggi, serta bertanggung jawab terhadap setiap pekerjaan kalibrasi yang sedang dan yang telah
dilaksanakannya.
1. Kalibrasi dan cek antara
Kalibrasi mengandung pengertian sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
suatu alat ukur dengan cara membandingkan hasil ukur alat tersebut dengan standar ukur yang sesuai dan
tertelusur ke standar nasional atau internasional.
Sedangkan cek antara mempunyai pengertian sebagai suatu konfirmasi dengan cara pengujian dan penyajian
bukti bahwa persyaratan yang telah ditetapkan telah terpenuhi. Cek antara dimaksudkan untuk pemeliharaan
ketelusuran peralatan kepada standar nasional. Cek antara dilakukan diantara selang kalibrasi untuk memeriksa
bahwa alat yang telah dikalibrasi tersebut masih memenuhi persyaratan teknis, misalnya fluktuasi suhu oven
masih dalam batas 2°C sehingga masih boleh digunakan untuk pengujian kadar air kopi yang mempersyaratkan
suhu pengeringan 130°±5°C.
Sebagai dasar untuk pengoperasian alat semisal oven diatas, laboratorium dapat melihat hasil kalibrasi dalam
sertifikat kalibrasi untuk menentukan posisi penempatan bahan yang dipanaskan didalam oven.
Dengan demikian jelas perbedaannya antara kalibrasi dan cek antara. Kalibrasi memerlukan alat standar yang
terkalibrasi sedangkan cek antara tidak selalu harus dilakukan dengan alat standar yang terkalibrasi.
2. Proses kalibrasi
Rangkaian kegiatan kalibrasi secara sederhana dapat digambarkan sebagai kegiatan persiapan kalibrasi,
pelaksanaan kalibrasi, perhitungan data kalibrasi, penentuan ketidakpastian dan penerbitan laporan kalibrasi.
2.1. Persiapan kalibrasi
7.1.a Persiapan alat standar dan alat yang dikalibrasi
Alat yang akan dikalibrasi dan alat standar dikondisikan pada kondisi yang sama sesuai metode kalibrasi, hal ini
diperlukan untuk menghindarkan perbedaan hasil ukur akibat pengaruh lingkungan.
7.1.b Pelaksana kalibrasi
Pelaksana kalibrasi harus dipilih orang yang mengerti tentang kalibrasi yang akan dilaksanakan, misalnya telah
pernah mengikuti kursus
kalibrasi, telah berpengalaman dibidangnya, dan dalam hal tertentu memerlukan persyaratan latar belakang
pendidikan atau persyaratan fisik tertentu (misalnya tidak boleh buta warna). Hal ini diperlukan untuk
menghindari kesalahan pengambilan data ukur.
7.1.c Kondisi lingkungan kalibrasi
Kondisi lingkungan kalibrasi harus diatur sedemikian sesuai persyaratan metode kalibrasi umpama suhu dan
kelembaban. Tidak selamanya kalibrasi harus dilakukan pada ruang yang terkondisi dengan ketat.
Pengkondisian lingkungan kalibrasi biasanya dilakukan untuk kalibrasi peralatan yang mudah berubah akibat
pengaruh suhu, kelembaban, getaran, cahaya, dan sebagainya.
7.1.d Metode kalibrasi
Metode kalibrasi dapat mengacu kepada metode standar internasional maupun metode standar lainnya semisal
text book, jurnal, buletin, dan manual peralatan, namun perlu diperhatikan bahwa acuan tersebut harus
merupakan publikasi yang diakui masyarakat luas. Selain itu dari beberapa pilihan metode kalibrasi dapat dipilih
metode yang mudah dilaksanakan, karena sulitnya mengikuti metode kalibrasi dapat berakibat kesalahan dalam
pengambilan data kalibrasi.
7.2 Pelaksanaan kalibrasi
7.2.a Pengamatan awal
Jika alat yang dikalibrasi berupa instrumen, pastikan bahwa alat tersebut dapat beroperasi normal. Jika alat
berupa objek ukur pastikan bahwa alat mempunyai bentuk sempurna. Pada prinsipnya pelaksanaan kalibrasi
tidak bertujuan untuk memperbaiki alat, karenanya alat yang tidak normal seyogyanya tidak boleh dikalibrasi.
Alat demikian harus diperbaiki dulu oleh petugas yang khusus menangani perbaikan alat hingga alat tersebut
diyakini beroperasi normal.
7.2.b Penyetelan
Penyetelan alat yang akan dikalibrasi biasanya diperlukan untuk menghindari kesalahan titik nol. Penyetelan
dapat berupa menyetel kedataran, pembersihan alat dari kotoran, menyetel titik nol, dalam hal misalnya kalibrasi
neraca elektronik penyetelan dapat berupa kalibrasi internal sesuai prosedur dalam manual.
7.2.c Pengamatan kewajaran hasil ukur
Pengamatan ini dimaksudkan untuk memastikan kewajaran penunjukan alat. Jika alat menunjukan hasil ukur
yang tidak wajar mungkin perlu penyetelan kembali atau perlu dicari penyebab ketidakwajaran penunjukan alat
tersebut.
7.2.d Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada titik ukur tertentu seperti dinyatakan dalam dokumen acuan kalibrasi sesuai
kapasitas alat atau rentang ukur tertentu yang biasa digunakan oleh pengguna alat. Jika dokumen acuan
kalibrasi tidak menyatakan titik ukur, biasanya pengukuran dilakukan dalam selang 10% dari kapasitas ukur alat.
Titik uku harus dibuat mudah dibaca oleh pengguna alat. Pada waktu pengukuran hanyalah melakukan
pengambilan data dan tidak boleh melakukan kegiatan lainnya yang mungkin menyebabkan pembacaan atau
pencatatan menjadi salah.
7.2.e Pencatatan
Pencatatan hasil ukur harus berdasar kepada apa yang dilihat bukan kepada apa yang dirasakan. Pencatatan
dilakukan seobjektif mungkin menggunakan format yang telah dirancang dengan teliti sesuai dengan ketentuan
metode kalibrasi. Selain data ukur hal yang perlu dicatat adalah identitas alat selengkapnya serta faktor yang
mempengaruhi kalibrasi seperti suhu ruangan, kelembaban, tekanan udara dan sebagainya.
7.3 Perhitungan
Data kalibrasi yang diperoleh dihitung sesuai metode kalibrasi. Perhitungan biasanya melibatkan pekerjaan
mengkonversi satuan, menghitung nilai maksimum-minimum, nilai rata-rata, standar deviasi, atau menentukan
persamaan regresi. Hasil perhitungan akan menjadi dasar dalam penarikan kesimpulan dan penentuan
ketidakpastian kalibrasi.
7.4 Penentuan ketidakpastian
Penentuan ketidakpastian kalibrasi diperlukan karena ternyata bahwa hasil kalibrasi yang diperoleh dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain operator, alat kalibrasi, alat bersangkutan, lingkungan, metode kalibrasi.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut ada yang dominan dan ada pula yang dapat diabaikan tergantung jenis
kalibrasi yang dilakukan. Dengan demikian nilai telusur atau kesalahan sistematik yang diperoleh dari kalibrasi
tidak berada di satu titik tertentu melainkan dalam suatu rentang nilai sebesar nilai ketidakpastian kalibrasi. Untuk
keterangan lebih rinci termuat dalam butir 8.
7.5 Laporan kalibrasi
Format laporan kalibrasi hendaknya mengacu kepada pedoman SNI 19-17025. Proses penerbitan laporan
kalibrasi secara sederhana meliputi tahap:
7.5.a Pengkonsepan
Pengkonsepan laporan berdasarkan hasil pengukuran, perhitungan data, dan perhitungan ketidakpastian;
7.5.b Pemeriksaan konsep
Pemeriksaan konsep oleh petugas yang berwenang untuk mengecek kesalahan identitas alat, pengambilan data,
kesalahan perhitungan data dan perhitungan ketidakpastian;
7.5.c Pengetikan konsep
Pengetikan konsep laporan dan pemeriksaan kebenaran pengetikan dengan cara membandingkan antara
konsep laporan dengan konsep net laporan.
7.5.d Pengesahan laporan
Pengesahan laporan. Biasanya yang mengesahkan laporan kalibrasi adalah kepala laboratorium kalibrasi atau
seseorang yang ditunjuk atas dasar pengetahuannya di bidang kalibrasi.
1. Evaluasi Ketidakpastian Kalibrasi
Evaluasi ketidakpastian kalibrasi secara umum mengacu ke ISO / TAG-4 1994 “Guidelines to Expression
Uncertainty in Measurement”. Tampaknya acuan ini masih digunakan hingga saat ini. Dasar evaluasi
ketidakpastian adalah penerapan hukum propagasi terhadap model matematika y = f(x1, x2, .. , xn) sehingga:

Ketidakpastian dihitung pada tingkat kepercayaan 95%, oleh karenanya biasa diberi simbol U 95. Nilai tersebut
dihitung dari:

Nilai k adalah nilai yang diperoleh dari tabel t-student seperti dapat dilihat dalam lampiran. Banyak diantara
badan kalibrasi yang secara mudah mengambil nilai k = 2 karena kenyataannya pada derajat bebas yang besar
k ≈ 2. Namun bila derajat bebas dihitung maka digunakan rumus Welch-Satterthwaite:

Nilai ni disebut derajat bebas tergantung bentuk distribusi kesalahan, jika berdistribusi normal maka n = n-1;
untuk distribusi t-student n tergantung nilai k; dan untuk distribusi lainnya diestimasi dengan:

R disebut faktor reliabilitas yang besarnya = 100 – besarnya tingkat kepercayaan terhadap kebenaran taksiran
kesalahan.
1. Kelayakan alat ukur
Kalibrasi selalu dilakukan terhadap alat yang tidak rusak, namun alat ukur yang telah dikalibrasi tidak selalu
berarti layak pakai. Kelayakan harus selalu dibandingkan dengan suatu acuan tertentu. Adalah kewajiban
pengguna alat untuk melakukan evaluasi lanjutan terhadap alat ukur yang telah dikalibrasi untuk memastikan
kelayakan alat.
7. Selang waktu kalibrasi
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa selang waktu kalibrasi untuk peralatan ditentukan oleh pengguna jasa.
Sampai saat ini belum ada ketentuan baku kapan suatu alat harus dikalibrasi ulang. Sebagai gambaran berikut
ini adalah interval kalibrasi untuk beberapa alat:
a. oven : 6 bulan untuk fluktuasi, 2 tahun untuk variasi
b. muffle furnace dan baths : 3 tahun
c. Psychrometer : 10 tahun untuk kalibrasi lengkap, cek setiap 6 bulan dengan termometer standar
d. Brookfield viscometer : 1 tahun
e. Glassware : 10 tahun
f. Gauge block : 8 tahun (reference); 4 tahun (working)
g. Neraca : 1 tahun
KAN telah menerbitkan selang waktu kalibrasi beberapa alat yang berada di laboratorium kimia fisika, mekanik,
mikrobiologi, dan kalibrasi sebagaimana tercantum dalam persyaratan tambahan akreditasi.
2. Pemeliharaan peralatan
10.1 Alat standar
Alat standar sedapat mungkin disimpan dalam kondisi yang mencegah perubahan sifat fisik alat standar seperti
karat misalnya. Untuk alat-alat yang perlu disimpan dalam kelembaban rendah agar disimpan dalam desikator
atau lemari yang dapat diatur kelembabannya.
Anak timbangan perlu disimpan dalam kotak kayu yang dindingnya dilapisi beludru untuk menghindarkan
goresan karena gesekan logam dengan kayu. Kotak anak timbangan disimpan dalam lemari yang kering. Jika
cukup banyak desikator, dapat juga disimpan dalam desikator untuk menghindarkan karat.
Catatan penggunaan alat dapat ditempatkan di tempat penyimpanan alat untuk memudahkan pencatatan jika
akan digunakan untuk kalibrasi. Setiap pengeluaran alat standar selalu dicatat mengenai nama alat standar,
tanggal
pengeluaran, nama pengguna, dan tanda tangan pengguna alat. Catatan akan diberi keterangan ‘telah kembali’
jika alat bersangkutan telah dikembalikan.
10.2 Alat ukur
Alat ukur umumnya digunakan jauh lebih sering daripada alat standar. Hal ini mengakibatkan alat ukur tersebut
mudah menjadi tidak normal. Jadi pemeliharaan haruslah kegiatan yang ditujukan agar alat bersangkutan dapat
dipertahankan beroperasi normal. Tentu cara pemeliharaan masing-masing jenis alat berbeda tetapi dalam bab
ini hanya akan dibahas alat umum saja. Beberapa peralatan yang umum digunakan di laboratorium adalah:
10.2.a Neraca analitik
Neraca analitik adalah neraca yang mempunyai ketelitian atau daya baca terkecil sebesar 0,1 mg disebut juga
neraca semimikro. Neraca analitik ada dua jenis yaitu neraca analitik mekanik dan neraca analitik elektronik.
Pemeliharaan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Ditempatkan diatas meja yang paling stabil di laboratorium, Karena itu dipilih tempat dekat dinding atau
dipojok ruangan;
2. Menggunakan stabilizer yang sesuai;
3. Dihindarkan dari sinar matahari langsung;
4. Dihindarkan dari gerakan udara;
5. Dihindarkan dari radiasi panas dan elektromagnetik;
6. Didatarkan posisinya dengan mengatur mata kucing;
7. Ditutup pintu neraca pada saat tidak digunakan;
8. Dihidupkan setiap hari meskipun tidak digunakan.
10.2.b Oven
1. Bersihkan bagian dalam oven dari sisa contoh atau kotoran lain;
2. Bersihkan dinding bagian luar dari debu menggunakan lap bersih, jika perlu dapat digunakan sedikit
deterjen;
3. Jika mungkin penggunaan oven hanya di satu titik ukur;
4. Hidupkan oven setiap hari meskipun tidak digunakan. Jika tidak digunakan hidupkan 1 – 2 jam;
5. Pastikan voltase input stabil sesuai dengan spesifikasi alat;
6. Periksalah suhu oven melalui termometer indikator dan pastikan suhu mencapai titik yang diinginkan. Jika
tidak, segera matikan oven.
10.2.c Alat gelas (volumetrik)
1. Cuci alat gelas menggunakan campuran asam sulfat dan kalium dikhromat, hati-hati bahan ini berbahaya;
2. Keringkan pada rak pengering tetapi tidak boleh dipanaskan dalam oven;
3. Simpan alat volumetrik yang tidak dipakai dalam lemari tertutup untuk menghindari debu;
10.2.d. Spektrofotometer UV-VIS
1. Dioperasikan menggunakan stabilizer yang sesuai;
1. Dihidupkan tiap hari meskipun tidak dipakai. Jika tidak dipakai cukup 1-2 jam;
2. Hindarkan sedapat mungkin tumpahnya cairan kedalam wadah cuvet. Jika ini terjadi segera bersihkan
kembali dan keringkan seperti sediakala;
3. Matikan lampu deuterium dan lampu wolfram bila tidak dipakai;
4. Ikuti manual alat dalam pemeliharaan alat.
10.2.e pH meter
1. Dioperasikan sesuai manual alat;
2. Dihidupkan tiap hari meskipun tidak dipakai. Jika tidak dipakai cukup 1 jam atau sampai mati sendiri jika
dilengkapi auto off;
3. Bersihkan badan pH meter dari debu atau cairan yang mungkin menetes keatasnya;
4. Elektroda selalu terendam dalam air suling (pH = 7) atau larutan yang disediakan pabrik;
5. Larutan didalam elektroda tidak boleh kering, selalu diisi kembali dengan larutan yang dipersyaratkan
pabrik pembuat alat;
1. Pelayanan kalibrasi
Pelayanan kalibrasi dapat ditujukan untuk keperluan internal maupun eksternal sebagai pelayanan kalibrasi
kepada masyarakat luas. Pada prinsipnya agar kalibrasi dapat dilaksanakan harus disediakan : alat standar yang
terkalibrasi, metode kalibrasi yang diakui, pelaksana kalibrasi yang berkualifikasi, rekaman yang memadai serta
lingkungan kalibrasi yang memenuhi persyaratan metode kalibrasi.
Kalibrasi internal dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kelengkapan fasilitas tersebut. Instansi
bersangkutan hanya terbatas melayani kebutuhan kalibrasi internal untuk jenis kalibrasi tertentu, namun instansi
yang bersangkutan tidak dibenarkan memberikan pelayanan kepada masyarakat luas.
Pelayanan kalibrasi eksternal dimungkinkan setelah instansi bersangkutan memperoleh akreditasi misalnya dari
Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau dari badan akreditasi lain yang diakui KAN seperti NATA, NAMAS, RNE.
Akreditasi laboratorium kalibrasi mengacu kepada ISO/IEC 17025:2005 dalam hal penerapan sistem mutu. Saat
ini telah terakreditasi sebanyak 95 laboratorium kalibrasi dan 377 laborattorium penguji di seluruh Indonesia.
2. Referensi
12.1. Howarth, P & Redgrave, F (2008). Mmetrologi – In Short. 3rd Edition, Euramet, Schultz Grafisk, Albertslund,
p. 10.
12.2. ISO/IEC 17025 : 2005 (Versi Bahasa Indonesia)
12.3. SR 01 – SR 05(2005) Persyaratan Tambahan Laboratorium. KAN-BSN

INSTRUMENTASI METROLOGI I (Bagian 2)


Oleh : Ir.H. Bimbing Atedi

Bahan ajar semester IV

2. ALAT UKUR

2.1. Pengertian Alat Ukur (instrument)

Untuk melakukan kegiatan pengukuran, diperlukan suatu perangkat yang dinamakan instrumen (alat
ukur). Jadi instrumen adalah sesuatu yang digunakan untuk membantu kerja indera untuk melakukan proses
pengukuran. Misalnya pada mobil, manometer (pressure gauge) pengukur tekanan udara dalam ban,
termometer ( pengukur suhu mesin), speedometer ( pengukur kecepatan) levelmeter (pengukur bahan bakar
pada tangki), pH meter (pengukur derajat keasaman dalam batere) dst.

Instrument atau alat ukur terdiri dari banyak jenis yang dapat juga dikelompokkan melalui disiplin kerja
atau besaran fisiknya. diantaranya:

alat ukur dimensi: mistar, jangka sorong, mikrometer, bilah sudut, balok ukur, profile proyector,
universal measurung machine dst.

alat ukur massa : timbangan,comparator elektronik,weight set dst

alat ukur mekanik; tachometer, torquemeter, stroboscope dll

alat ukur fisik : gelas ukur, densitometer, visosimeter, flowmeter .


alat ukur listrik: voltmeter, amperemeter, jembatan Wheatstone

alat ukur suhu: termometer gelas, PRT

alat ukur optik: luxmeter,fotometer, spectrometer

dan lain-lain

2.1.1. Istilah-istilah pada alat ukur

Rentang Ukur (Range) besarnya daerah pengukuran mutlak suatu alat ukur. Sebuah jangka
sorong mempunyai range 0 sd 150 mm

Dayabaca (sering disebut resolusi/atau resolution) jarak ukur antara dua garis skala yang
berdampingan pada alat ukur analog, atau perbedaan penunjukkan terbaca dengan jelas pada alat
ukur digital.

Span: besarnya kapasitas ukur suatu alat ukur, misal mikrometer luar mempunyai span ukur 25

mm, artinya rentang ukur 0 – 25, 25 – 50, 50 – 75 …………….dst.

Kepekaan (sensitivity) perbandingan antara perubahan besarnya keluaran dan masukkan pada
suatu alat ukur setelah kesetimbangan tercapai.

Kemampuan ulang (repeatibility) kesamaan penunjukkan suatu alat ukur jika digunakan untuk
mengukur obyek yang sama, ditempat yang sama, serta dalam waktu yang hampir tidak ada berselisih
antara pengukuran-pengukuran tersebut.

2.2. Bagian-bagian dari alat ukur

Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu :

1. Sensor atau peraba

2. Pengubah /pengolah sinyal atau tranduser

3. Penunjuk atau indikator/ display dan pencatat atau rekorder

1. Sensor bagian alat ukur yang merasakan adanya sinyal yang harus diukur atau bagian yang berhubungan
langsung dengan benda ukurnya. Ada dua jenis sensor, yaitu kontak dan non kontak. Sensor kontak
banyak digunakan pada prinsip alat ukur mekanik dan elektrik, sedang sensor non kontak pada prinsip
optik dan pneumatik. Contoh sensor pada mikrometer adalah kedua permukaan ukur yang menjepit
benda ukur, pada dial indikator terletak pada ujung tangkai batang ukurnya.
2. Tranduser berfungsi untuk memperkuat/memperjelas dengan mengubah sinyal sinyal yang diterima dari
sensor dan mengirim hasil ke penunjuk atau indikator/ rekorder maupun kontroler. Kemungkinan pada
tranduser sinyal dirubah dengan besaran lain, misalnya system mekanik menjadi elektrik kemudian
diubah kembali menjadi sistem mekanik Jadi prinsip kerja dari alat ukur tergantung dari pengubahnya,
yang dapat dibedakan menjadi beberapa prinsip kerja, yaitu :

1. sistem mekanik

2. sistem elektrik

3. sistem optik

4. sistem pneumatik

5. sistem gabungan diantara tersebut diatas, diantaranya:

a. sistem optomekanik

b. sistem optoelektronik

c. sistem mekatronik dst

Contoh tranduser pada mikometer berupa sistem ulir presisi, pada dial indikator berupa sistem rodagigi yang
dapat mengubah dari gerakan linier menjadi gerakan berputar pada indikatornya.

3. Penunjuk atau indikator bertugas untuk menayangkan data ukur yang berupa garis-garis skala pada
mikrometer atau jarum yang bergerak melingkar dengan menunjuk skala ukur yang melingkar juga.

Rekorder dapat mencatat data ukur dalam bentuk numerik atau grafik, sedangkan kontroler berfungsi untuk
mengendalikan besarnya nilai obyek yang diukur sesuai dengan nilai ukur yang dikehendaki. Tidak semua alat
ukur dilengkapi dengan rekorder dan atau kontroler, namun untuk alat-alat ukur yang modern yang dilengkapi
dengan pembacaan digital sering dilengkapi dengan pengolah data secara statistik (SPC – statistic process
control). Komponen pengolah data ini sangat membantu khususnya bagi mereka yang bekerja dibagian
pengendalian mutu produk yang dibuat secara massa (mass product). Setiap dimensi dilakukan pengukuran
beberapa kali, langsung data-data tersebut dapat diolah, sehingga operator dapat memperoleh informasi
tentang harga rata-rata, simpangan baku dan parameter statistik lainnya termasuk penayangan histogram,
diagram x-R dsb.

2.3. Pengambilan data pengukuran


Pengambilan data adalah bagian dari proses pengukuran yang menuntut ketelitian atau kesaksamaan
yang tinggi, karena kegiatan ini selalu dibayangi oleh kemungkinan sulitnya pengulangan proses pengukuran
jika data yang sudah diperoleh mengalami kekeliruan. Kesulitan pengambilan data ulang antara lain disebabkan
oleh sudah berlalunya obyek pangukuran ke pos pengerjaan berikutnya, sehingga menyulitkan pelacakan, dan
berubahnya karakteristik elemen pengukuran terhadap waktu, misalnya perubahan suhu atau perubahan
karakteristik alat ukur yang akan mengakibatkan berubahnya nilai ukur. Oleh karena itu, proses pengambilan
data sebaiknya dilakukan hanya pada satu kesempatan sampai tuntas dan tanpa kekeliruan.

2.3.1 Elemen Pengambilan data

Dalam proses pengambilan data terdapat lima elemen yang terlibat yaitu:

1. Obyek ukur

2. Standar ukur

3. Alat Ukur

4. Operator pengukuran

5. Lingkungan

Proses pengukuran tidak dapat berlangsung dengan baik bila salah satu dari keempat elemen yang pertama
tidak ada. Faktor lingkungan selalu hadir pada setiap situasi. Kelima elemen perlu dipahami agar kesalahan yang
ditimbulkan oleh setiap elemen dapat dipelajari. Proses pengukuran dilakukan si operator dengan
membandingkan benda ukur (obyek) dengan alat ukur (standar) yang sudah diketahui nilai ukurnya (kalibrasi)
dengan sarana ruang dan alat bantu ukur yang memenuhi persyaratannya.

1) Obyek ukur

Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari karakteristik dimensionalnya, misal panjang,
jarak, diameter, sudut, kekasaran permukaan dst, agar hasil ukurnya memberikan nilai yang aktual, maka
sebelum proses pengukuran dilakukan, obyek ukur harus dibersihkan dahulu dari debu, minyak atau bahan lain
yang menutup atau mengganggu permukaan yang akan diukur.

2). Standar Ukur

Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan acuan fisik pada proses pengukuran. Bagi
pengukuran dimensional standar satuan ukuran adalah standar panjang dan turunannya. Dalam proses
pengukuran yang baik menuntut standar ukur yang mempunyai akurasi yang memadai dan mampu telusur ke
standar nasional/ internasional.

3) Alat Ukur

Alat ukur adalah komponen sistem pengukuran yang berfungsi sebagai sarana pembanding antara obyek ukur dan
standar ukur, agar nilai obyek ukur dapat ditentukan secara kuantitatif dalam satuan standarnya. Ciri-ciri dari
alat ukur yang baik adalah yang memiliki kemampuan ulang yang ketat, kepekaan yang tinggi, histerisis yang
kecil dan linieritas yang memadai.

4) Operator pengukur

Operator pengukur adalah orang yang menjalankan tugas pengukuran dimensonal baik secara keseluruhan
maupun bagian demi bagian. Tugas ini terdiri dari pos pekerjaan, diantaranya:

pemeriksaan obyek ukur (dan gambar kerja)

pemilihan alat-alat ukur (dan standar ukur)

persiapan pengukuran (penjamin kebersihan, penyusunan sistem ukur, pemeliharaan kondisi


lingkungan dan lain-lain).

perhitungan analisis kesalahan pengukuran ( dan pembuatan interprestasi ketidakpastian


pengukuran)

penyajian hasil pengukuran (dalam bentuk laporan pengukuran).

Seorang operator hendaknya dibekali dengan pengetahuan:

– kemampuan membaca gambar kerja

– pengetahuan tentang sistem toleransi

– kemampuan menjalankan alat/mesin ukur

– pengetahuan tentang statistika pengukuran dan teori ketidakpastian

5).Lingkungan

Proses pengukuran dapat dilakukan dimana saja: diruang terbuka maupun diruang ysng terkondisi. Pada ruang
terkondisi khususnya pengukuran dimensional tentunya akan menjamin hasil ukur lebih akurat,dengan
persyaratan yang dipersyaratkan bagi sebuah ruang untuk keperluan pengukuran/kalibrasi dimensional
adalah sbb:

– suhu 20  1 0 C

– kelembaban relatif  50 %

2.4.Proses Pengukuran

Sebelum pengukuran dilakukan , secara administratif perlu dipersiapkan petunjuk pemakaian alat ukur, dan
grafik untuk mencatat hasil pengambilan data, serta gambar tata letak dari sistem pengukuran. Alat ukur yang
akan digunakan perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu uji visual, fungsional dan unjuk kerja.

– Uji visual dimaksudkan untuk melihat kelengkapan alat ukur, dan cacat yang dapat dilihat mata.

– Uji fungsional untuk memeriksa tanggapan yang terjadi sebagai akibat input yang diberikan
dengan mengubah posisi setiap tombol.

– Apabila semua fungsinya dapat bekerja alat ukur tersebut dapat digunakan dengan catatan
terdapat hasil uji unjuk kerja secara tertulis, yang berupa laporan kalibrasi atau sertifikat kalibrasi.

Dilihat dari jumlahnya pengambilan data dapat dilakukan satu sampai beberapa kali dimaksudkan untuk
menjamin nilai kebenaran hasil ukur, data-data harus diambil lebih dari dua kali pada setiap posisi. Oleh karena
itu pengambilan data yang dilakukan secara berulang, sehingga dapat memiliki peluang yang lebih baik untuk
mendekati harga yang sebenarnya.

Di pihak lain, jumlah obyek pendataannya sendiri dapat hanya satu atau beberapa buah. Dengan
demikian dapat terjadi kombinasi :

obyek tunggal – pengambilan data satu kali

obyek tunggal – pengambilan data berulang

obyek majemuk homogen – pengambilan data satu kali

obyek majemuk homogen – pengambilan data berulang


Dalam kasus obyek majemuk homogen baik pengambilan data satu kali maupun berulang, dapat diperoleh
proporsi status obyek. Namun untuk hasil yang lebih akurat, lebih baik dipilih pengambilan data yang berulang.
Karena cara ini akan mengurangi kemungkinan adanya status obyek yang meragukan khususnya bagi obyek yang
berada pada nilai batas.

3.KALIBRASI (CALIBRATION)

3.1.Definisi

Kalibrasi bagian dari Metrologi kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan
alat ukur dan bahan ukur. atau Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan
oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran, atau harga-harga yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan
harga yang “sebenarnya” dari besaran yang diukur.

3.2.Kalibrasi di industri
Menjamin ketertelusuran peralatan ukur yang digunakan dalam pengukuran dan pengujian suatu
produk industri. Atau menjamin suatu hasil pengukuran, maka alat ukur dan bahan ukur yang digunakan dalam
proses pengukuran harus dikalibrasi.

3.3. Kalibrasi alat ukur

Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu alat ukur.
Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur yang diperiksa terhadap standar ukur yang relevan dan
diketahui lebih tinggi nilai ukurnya. Selanjutnya untuk mengetahui nilai ukur standar yang dipakai, standarnya
juga harus dikalibrasi terhadap standar yang lebih tinggi akurasinya. Dengan demikian setiap alat ukur dapat
ditelusuri (traceable) tingkat akurasinya sampai ke tingkat standar nasional dan atau standar internasional.
Dari proses kalibrasi dapat menentukan nilai-nilai yang berkaitan dengan kinerja alat ukur atau bahan
acuan. Hal ini dicapai dengan pembandingkan langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan acuan yang
bersertifikat. Output dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi dan label atau stiker yang disematkan pada alat yang
sudah dikalibrasi.
Tiga alasan penting, mengapa alat ukur perlu dikalibrasi
1. Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain
2. Menentukan akurasi penunjukan alat.
3. Mengetahui keandalan alat,yaitu alat ukur dapat dipercaya.

3.4. Manfaat kalibrasi

Dengan kalibrasi suatu alat ukur atau standar ukur, nilai ukurnya dapat dipantau, sehingga tindakan
yang tepat dapat segera diambil bila penyimpangan yang terjadi sudah diluar batas toleransi yang diijinkan
terhadap spesifikasi standarnya.

Penggunaan alat ukur yang masih baik berdasarkan hasil kalibrasi berguna:

untuk pengukuran yang baik langsung atau tidak langsung menyangkut keselamatan.

hasil produk yang cacat atau menyimpang dapat dihindari/ditekan sekecil mungkin

untuk menjamin bahwa hasil pengukuran yang dilakukan dapat tertelusur ke standar
nasional/internasional.

Untuk menarik manfaat tersebut diatas, semua jenis alat ukur semua besaran perlu dikalibrasi.

3.5. Interval Kalibrasi dan Sertifikasi

Alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi legal, interval kalibrasi (tera) ditetapkan secara periodik
berdasarkan oleh peraturan perundang-undangan (UUML)yang berlaku di Direktorat Metrologi (Deperindag).

Untuk alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi teknis, interval kalibrasi tergantung pada tingkat
akurasi, lokasi / penyimpanan dan frekuensi pemakaian.

Kalibrasi harus lebih sering dilakukan untuk alat ukur yang :

tingkat akurasinya lebih rendah

lokasi pemakaian/penyimpanan yang mengakibatkan kondisi alat ukur makin cepat


memburuk.

lebih tinggi frekuensi pemakaiannya.

Setelah proses kalibrasi selesai dilakukan, Sertifikat atau laporan kalibrsi diterbitkan.

3.6. Persiapan kalibrasi


Dalam suatu proses kalibrasi, terdapat enam unsur yang terlibat yaitu:

1. Obyek kalibrasi yang berupa alat ukur

2. Standar ukur

3. Sistem kalibrasi (kalibrator)

4. Standar dokumenter

5. Operator kalibrasi

6. Lingkungan yang terkondisi (ruang ukur)

3.7. Ketertelusuran (traceability)

Kemampuan telusur (traceability) sangat erat kaitannya dengan kegiatan kalibrasi, yaitu sifat dari alat
ukur dan bahan ukur yang dapat menghubungkan ke standar yang lebih tinggi sampai ke standar nasional dan
atau internasional yang dapat diterima sebagai system pengukuran melalui suatu mata rantai tertentu. Secara
umum semua bahan ukur, alat ukur harus tertelusur ke standar yang lebih tinggi akurasinya, standar-standar
yang dipakai sebagi acuan adalah sbb:

Standar Kerja (Working Standard) – merupakan pembanding dari alat-alat ukur industri berada
di Lab.Kalibrasi industri-industri

Standar Acuan (Reference Standard) – merupakan pembanding dari standar-standar kerja dan
berada di Pusat- pusat Kalibrasi yang terakreditasi (KAN)

Standar Nasional (National Standard) – merupakan pembanding dari pusat- pusat kalibrasi
(JNK). Standar tersebut berada di Puslit KIM-LIPI, Serpong.

Standar Internasional (International Standard) – merupakan pembanding dari Institusi


Metrologi Nasional (NMI) di masing-masing negara yang dikordinasikan secara regional yang
berpusat di BIPM, International Intercomparation

3.8. Prosedur Acuan


Prosedur acuan dapat diartikan sebagai prosedur untuk melakukan pengujian, pengukuran dan analisis
yang ditelaah dengan teliti dan dikontrol dengan ketat. Tujuannya adalah untuk mengkaji prosedur lain untuk
pekerjaan yang serupa atau untuk menentukan sifat-sifat bahan acuan (termasuk obyek acuan) atau untuk
menentukan suatu nilai acuan.

Ketidakpastian dalam hasil kerja suatu prosedur acuan harus diperkirakan dengan memadai dan sesuai untuk
penggunaan yang dimaksudkan.

Prosedur acuan dapat digunakan:

1. Memvalidasi pengukuran lain atau prosedur pengujian lain yang digunakan untuk pekerjaan yang
serupa, dan mementukan ketidakpasyiannya.

2. Menentukan nilai acuan sifat-sifat dari suatu bahan yang dapat disusun dalam buku panduan atau
pangkalan data.atau nilai acuan yang terkandung dalam bahan acuan atau obyek acuan.

3.9.Standardisasi (Standardisation)

Jaminan untuk kelancaran kerja bagi semua pihak dalam menyatukan pengertian teknik antar negara
yang mempunyai kepentingan bersama. Khususnya sebagai dasar yang tepat bagi pembuatan komponen
dengan sifat mampu tukar (interchangability).

Dokument standar seperti ISO / IEC bertujuan :

1. memudahkan perdagangan internasional


2. memudahkan komunikasi teknis
3. memberikan petunjuk-petunjuk praktis pada persoalan khusus dalam bidang teknologi bagi negara
berkembang.

4. INSTRUMENTASI PROSES

4.1.Fungsi instrument

 mengurangi kesalahan manusia


 mempertinggi kualitas hasil
 menurunkan biaya produksi
 cepat dan efisien
4.2.Jenis instrument

a. Instrument Ukur

Untuk mengetahui harga (nilai) dari besaran fisik yang diukur dari suatu proses sedang berjalan.
Pengukuran bisa dilakukan secara langsung (panjang, berat) atau melalui fisis lain seperti pengukuran
temperatur dengan thermokopel, air raksa. Alat ukur bisa berupa alat penunjuk (indicator) transmitter (untuk
disalurkan) atau rekorder (alat pencatat).

b. Instrument pengendali (kontrol)

Untuk mengatur suatu proses sehingga nilai sesuai dengan yang dikehendaki.

 Pengendalian kontinyu – feedback kontrol


 Pengendalian berurutan – sequencial kontrol

Untuk mengatur urutan dengan waktu tertentu suatu pelaksanaan pekerjaan (proses) sesuai dengan yang
diiginkan.

4.3. Perkembangan Instrument Pengendali (Kontrol)

A. Kontrol Analog
 Lokal kontrol
 Central kontrol (Kontrol Room)
 Satu alat untuk satu pengendali
 Butuh alat banyak
 Personil banyak
 Informasi terbatas.

A. Supervisori Kontrol

Kontrol analog masih digunakan sebagai kontrol utama

Komputer sebagai supervisi dan melakukan akuisisi data (mengambil, menyiapan,


dan menampilkan data)

Informasi lebih cepat, akurat dan variatif


Monitoring dapat diterapkan

A. Direct Digital Control (DDC)

Pengukuran dan pengendalian proses dilakukan langsung oleh komputer.

Bisa menanganni banyak loop pengendalian, 1000 loop-2000 loop

Resiko tinggi, semua tergantung kepada alat.

Untuk keamanan pakai back up (redundant komputer)

Sistem stabil tidak ada driff untuk nialai parameter dan set point

Masalah rumit dapat diaplikasikan.

A. DDC terpusat

Komputer terlalu sibuk

Instalasi komplek, banyak saluran kabel

Resiko masih tinggi

Untuk lop banyak, real time menjadi lambat

A. Distributed Control System (DCS)

Mempertahankan keunggulan dan menghilangkan kelemahan sistem kontrol


terpusat.

Mudah dikembangkan (exspand) karena moduler

Capability lebih baik

Waktu proses lebih cepat

Instalasi cost rendah, wiring sedikit, diganti system komunikasi

Maitein ability bagus, jenis modul sedikit, suku cadang terdiri dari :

1. Local Control Unit (LCU) atau Field Control Unit (FCU)

2. Master Control – berfungsi sebagai supervisi.


A. Jenis Lain.

Telemetri – Mengukur Jarak jauh

Telecontrol- Mengontrol jarak jauh.

SCADA – Supervisory Control and Data Accuisision – RTU – Master.

5. PENGUJIAN

Pengujian adalah suatu kegiatan untuk menentukan sifat-sifat suatu produk, proses atau jasa,
menurut suatu prosedur, metodologi atau persyaratan tertentu.

Pengujian suatu produk peralatan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan tersebut cukup baik
dan sesuai dengan spesifikasi peralatan yang diminta oleh konsumen pada saat dikirim oleh produsen pada saat
dikirim oleh produsen/kontraktor. Pengujian biasanya dilakukan pada awal penggunaan peralatan tersebut

Secara umum pengujian suatu produk dapat dibagi menjadi 3 jenis pengujian, yaitu:

 Pengujian keandalan (Reliability Test)


 Pengujian keamanan (Safety Test)
 Pengujian Fungsi ( Fungtion Test)

Pengujian keandalan adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari sebuah peralatan
dalam waktu yang lama.

Pengujian keamanan adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bahwa sebuah peralatan cukup aman
digunakan bagi penggunanya dan juga aman bagi peralatan itu sendiri pada tempat dia digunakan.

Pengujian fungsi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kerja/fungsi dari sebuah peralatan sesuai
dengan spesifikasinya.

Menurut jenis/item uji, pengujian secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian besar:
1. Efek lingkungan ( Enviromental effect)

Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mengkondisikan/mensimulasikan kondisi ruang
uji seperti kondisi dimana peralatan tersebut akan digunakan. Bagian uji efek lingkungan ini antara lain:

1.
 Efek temperatur
 Efek kelembaban
 Efek tekanan

1. Efek dinamik (Dynamic effect)

Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan kondisi dinamik yang akan
dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat/atau sebelum peralatan tersebut digunakan. . Bagian dari
uji dinamik antara lain:

Efek getaran (vibrasi)

Efek jatuhan

Efek denyut (shock)

Efek bump

1. Efek kelistrikan (Electricity Effect)

Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan kondisi efek kelistrikan yang
dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat digunakan. Bagian dari uji efek kelistrikan antara lain:

Arus denyut

Variabel voltage

On-Off

Kebocoran arus (Current Leakage)

Efek elektro magnit (Electromagnetic Compatibility)

5.2. Kriteria Alat Uji


Persyaratan alat uji dan alat Bantu uji:

1. Handal: Alat uji harus dapat dioperasikan dalam waktu yang cukup lama secara terus menerus
tanpa mengalami gangguan dan penurunan kemampuan. Apabila peralatan uji dikendalikan dengan
menggunakan sistem kontrol, maka alat uji tersebut harus mempunyai karakteristik yang baik walaupun
dioperasikan dalam waktu yang cukup lama.

1. Akurat: penujukkan alat uji harus tepat dan mempunyai kesalahan pembacaan yang relatif kecil.
Akurasi peralatan uji mutlak diperlukan untuk pengukuran point to point ( melakukan peralatan pada
titik-titik ukur tertentu) maupun untuk pengukuran terkontrol dan siklus tertentu dengan slope yang
dipersyaratkan (melakukan pengukuran secara kontinyu yang biasanya berupa grafik dengan
karakteristik tertentu). Pembenaran penunjukkan hasil ukur alat uji dapat diketahui dengan melihat
hasil kalibrasi alat uji tersebut. Besarnya kesalahan hasil ukur alat uji akan menentukan klasifikasi dari
alat uji.

1. Mampu Telusur: Semua peralatan ukur dan uji yan mempengaruhi ketelitian atau keabsahan
pengujian harus dikalibrasi dan/atau dilakukan verifikasi dan keabsahan peralatan harus didesain dan
dilaksanakan sebagai mana mestinya sehingga menjamin pengukuran yang dilakukan oleh
laboratorium kalibrasi yang dapat ditelusuri ke standar nasional. Atau mengikuti progran uji banding
antara laboratorium atau program uji profesiensi yang sesuai. Standar pembanding pengukuran yang
memiliki laboratorium harus dipakai untuk kalibrasi saja, kecuali jika dapat dibuktikan bahwa standar
pembanding pengukuran wajib dikalibrasi ulang dan dilakukan oleh instansi yang berwewenang.

JENIS, FUNGSI DAN KALIBRASI BEBERAPA ALAT


UKUR
1. TERMOMETER AIR RAKSA

Fungsi Termometer Air Raksa


Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut sebagai
thermometer manual, karena cara pembacaannya masih manual. Penggunaan air raksa sebagai
bahan utama thermometer karena koefisien muai air raksa terbilang konstan sehingga perubahan
volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama. Namun ada juga beberapa
termometer keluarga mengandung alkohol dengan tambahan pewarna merah. Termometer ini lebih
aman dan mudah untuk dibaca.] Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun,
bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke
atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak
dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap d idalam tabung. Pembaca kemudian dapat
membaca temperatur maksimun selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan
fungsinya, termometer harus diayunkan dengan keras. Termometer ini mirip desain termometer
medis. Air raksa akan membeku pada suhu -38.83 °C (-37.89 °F) dan hanya dapat digunakan pada
suhu diatasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat membeku sehingga tidak
memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika membeku. Jika termometer mengandung
nitrogen, gas mungkin mengalir turun ke dalam kolom dan terjebak disana ketika temperatur naik.
Jika ini terjadi termometer tidak dapat digunakan hingga kembali ke kondisi awal. Untuk
menghindarinya, termometer air raksa sebaiknya dimasukkan ke dalam tempat yang hangat saat
temperatur di bawah -37 °C (-34.6 °F). Pada area di mana suhu maksimum tidak diharapkan naik di
atas - 38.83 ° C (-37.89 °F) termometer yang memakai campuran air raksa dan thallium mungkin bisa
dipakai. Termometer ini mempunyai titik beku of -61.1 °C (-78 °F).

Pengukuran Termometer Air Raksa

Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius dan Fahrenhait. Celsius memakai
dua titik penting pada skalanya: suhu saat es mencair dan suhu penguapan air. Es mencair pada
tanda kalibrasi yang sama pada thermometer yaitu pada uap air yang mendidih. Saat dikeluarkan
termometer dari uap air, ketinggian air raksa turun perlahan. Ini berhubungan dengan kecepatan
pendinginan (dan pemuaian kaca tabung). Jadi pegukuran suhu celsius menggunakan suhu
pencairan dan bukan suhu pembekuan. Titik didih Celcius yaitu 0 °C (212 °F) dan titik beku pada 100
°C (32 °F). Tetapi peneliti lain -Frenchman Jean Pierre Cristin– mengusulkan versi kebalikan skala
celsius dengan titik beku pada 0 °C (32 °F) dan titik didih pada 100 °C (212 °F). Dia menamakannya
Centrigade.

Cara kerja Termometer Air Raksa

Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan air raksa di
ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika
temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan petunjuk
tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Adapun cara kerja
secara umum adalah sbb ;

1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi awal.

2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa dengan perubahan volume.

3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu menurun.

4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.

Kalibrasi Termometer Air Raksa.

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya.
Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar
nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Proses kalibrasi thermometer antara lain :

1. Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat
seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
2. Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih seluruhnya
saat dipanaskan.

3. Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.

2. TERMOMETER DIGITAL

Fungsi Termometer Digital

Termometer merupakan salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui suhu objek
(benda/tubuh).

Prinsip kerja Termometer Digital

Termometer digital, biasanya menggunakan termokopel sebagai sensornya untuk membaca


perubahan nilai tahanan. Secara sederhana termokopel berupa dua buah kabel dari jenis logam yg
berbeda yang ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini disebut hot
junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan
temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada
temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah beda
tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi. Jadi dari input temperatur lingkungan setelah
melalui termokopel terdeteksi sebagai perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan ini kemudian
dikonversikan kembali nilai arusnya melalui pengkomparasian dengan nilai acuan dan nilai offset di
bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt
kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor berupa seven segmen
yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh termokopel.

Termokopel ini macam-macam, tergantung jenis logam yang digunakan. Jenis logam akan
menentukan rentang temperatur yang bisa diukur (termokopel suhu badan (temperatur rendah)
berbeda dengan termokopel untuk mengukur temperatur tungku bakar (temperatur tinggi)), juga
sensitivitasnya.

Secara terperinci prinsip kerja thermometer digital dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sensor yg
berupa PTC atau NTC dengan tingkat sensitifitas tinggi akan berubah nilai tahanannya jika terjadi
sebuah prubahan suhu yg mengenainya.

2. Perubahan nilai tahanan ini linear dengan perubahan arus, sehingga nilai arus ini bisa dikonversi
ke dalam bentuk tampilan display

3. Sebelum dikonversi, nilai arus ini di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian
komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt yg akan
dikonversi ke display.

Pembacaan Pengukuran Termometer Digital Pembacaan pengukuran termometer ini dilakukan


langsung dari nilai display dengan memperhatikan garis segmen yang ada.
Kalibrasi Termometer Digital

Kalibrasinya biasa menggunakan kalibrator manual atau otomatis, kalibrator manual suhu yg
dikenakan ke sensor adalah suhu pemanas nyata dimulai dari 0 derajat untuk setting ofsetnya.
Kalibrasi otomatis terdiri dari suhu pemanas dan checker untuk gain dalam rangkaian komparatornya

Material Penyusun Termometer Digital

Termometer digital memiliki bagian penyususn terpenting. Material penyusun tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Sensor PTC/ NTC

2. Komparator (OP-amp dan sejenisnya)

3. ANALOG to Digital konverter

4. Dekoder display (IC 7447 TTL misalnya)

5. Display (7 segmen, LCD, monitor)

3. ANEMOMETER

Fungsi Anemometer

Pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim memerlukan alat-alat meteorologi yang bersifat peka, kuat,
sederhana dan teliti. Ditinjau dari cara pembacaannya, alat meteorologi terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Recording yaitu alat yang dapat mencatat data secara terus-menerus, sejak pemasangan hingga
pergantian alat berikutnya. Contoh : barograf dan anemograf.

2. Non recording yaitu alat yang digunakan bila datanya harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk
memperoleh data. Contoh: barometer, ermometer dan anemometer.

Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Satuan
meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort). Sedangkan satuan meteorologi dari
arah angin adalah 0o – 360o serta arah mata angin. Anemometer harus ditempatkan di daerah
terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-baling/mangkok yang terdapat pada anemometer akan
bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup mangkok-mangkok tersebut,
makin cepat pula kecepatan berputarnya piringan mangkok-mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu
detik maka dapat diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang
akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan
dengan Skala Beaufort.

Tipe Anemometer

Anemometer sendiri terdapat dua tipe secara umum. Tipe tersebut adalah sebagai berikut:
a. Anemometer dengan tiga atau empat mangkok

Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang berpusat
pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros vertikal. Seluruh
mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada
arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada kecepatan tiupan angin. Melalui suatu
sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan
angin. Anemometer tipe “cup counter” hanya dapat mengukur rata-rata kecepatan angin selama
suatu periode pengamatan. Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu
pengamatan ke pengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu
dari kedua pengamatan tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak
tempuh tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.

b. Anemometer Termal

Anemometer ini merupakan satu sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan fluida (angin)
sesaat. Cara kerja dari sensor ini berdasarkan pada jumlah panas yang hilang secara konvektif dari
sensor ke lingkungan sekeliling sensor. Besarnya panas yang dipindahkan dari sensor secara
langsung berhubungan dengan kecepatan fluida yang melewati sensor. Jika hanya kecepatan fluida
yang berubah, maka panas yang hilang bisa diinterpretasikan sebagai kecepatan fluida tersebut.
Kerja Anemometer ini mengikuti prinsip tabung pitot, yaitu dihitung dari tekanan statis dan tekanan
kecepatan.

Proses Pengukuran Anemometer

Berikut contoh perhitungan sederhana kecepatan angin yang diukur dengan anemometer tiga
mangkok. Panjang lingkaran susunan mangkok-mangkok adalah 3 m, dan susunan itu pada suatu
waktu berputar 20 kali dalam waktu 10 detik, maka kecepatan angin dapat dihitung : [(20x3)/10 m = 6
m/dt] Untuk memudahkan menghitung putaran dari pada piringan anemometer maka salah satu
mangkok diberi warna lain. Sehubungan dengan karena adanya perbedaan kecepatan angin dari
berbagai ketinggian yang berbeda, maka tinggi pemasangan anemometer ini biasanya disesuaikan
dengan tujuan atau kegunaannya. Untuk bidang agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor
(mangkok) 2 meter di atas permukaan tanah. Untuk mengumpulkan data penunjang bagi pengukuran
penguapan Panci Kelas A, dipasang anemometer setinggi 0,5 m. Di lapangan terbang pemasangan
umumnya setinggi 10 m. Dipasang didaerah terbuka pada pancang yang cukup kuat. Untuk
keperluan navigasi alat harus dipasang pada jarak 10 x tinggi faktor penghalang seperti adanya
bangunan atau pohon. Sebagian besar Anemometer ini umumnya tidak dapat merekam kecepatan
angin dibawah 1-2 mil/jam karena ada faktor gesekan apa awal putaran.

Proses Kalibrasi Anemometer

Proses kalibrasi anemometer dilakukan secara periodik agar perfomansi dan hasil pencatatan tetap
stabil dan baik. Berikut urutan proses kalibrasi pada anemometer.

• For wind direction calibration, the following method can yield an accuracy of ±5° or better if carefully
done. Begin by connecting the instrument to a signal conditioning circuit which indicates wind
direction value. This may be an indicator which displays wind direction values in angular degrees or
simply a voltmeter monitoring the output. Hold or mount the instrument so the vane center of rotation
is over the center of a sheet of paper which has 30° or 45° crossmarkings. Position theinstrument so
the mounting crossarm is oriented north-south with the vane on the north and the anemometer on the
south. With the counterweight pointing directly at the anemometer the wind direction signal should
correspond to 180° or due south. Looking from above, visually align the vane with each of the
crossmarkings and observe the indicator display. It should correspond to vane position within 5°. If
not, it may be necessary to adjust the relative position of the vane skirt and shaft. See step 3 in the
MAINTENANCE section under potentiometer replacement.

• It is important to note that while the sensor mechanically rotates through 360°, the full scale wind
direction signal from the signal conditioning occurs at 352°. For example, in a circuit where 0 to 1.00
VDC represents 0° to 360°, the output must be adjusted for 0.978 VDC when the instrument is at 352°
full scale. (352°/ 360° X 1.00 volts = 0.978 volts).

• Wind speed calibration is determined by the cup wheel turning factor and the output characteristics
of the transducer. Calibration formulas showing cup wheel rpm and frequency output vs. wind speed
are included below.

•Calibration Formulas for Model 03102 Wind Sentry Anemometer oWIND SPEED vs CUP WHEEL
RPM

m/s = (0.01250 x rpm) + 0.2

knots = (0.02427 x rpm) + 0.4

mph = (0.02795 x rpm) + 0.4

km/hr = (0.04499 x rpm) + 0.7

o WIND SPEED vs OUTPUT FREQUENCY - Hz

m/s = (0.7500 x Hz) + 0.2

knots = (1.4562 x Hz) + 0.4

mph = (1.6770 x Hz) + 0.4

km/hr = (2.6994 x Hz) + 0.7

4. TERMOKOPEL

Fungsi Termokopel

Pada dunia elektronika, termokopel merupakan sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel
yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama, serta dapat
mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran
kurang dari 1 °C.

Cara Kerja Termokopel

Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa
sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara gradien akan
menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur perubahan
panas ini, gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda panas yang
diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan
tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda. Menggunakan logam yang
berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan
perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai
temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius untuk
kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa kombinasi menjadi populer sebagai
standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia,
stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di
antara 2 titik, bukan temperatur absolut. Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan
yang dingin) dijaga sebagai temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek
pengukuran. Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile,
dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan
dingin ke suhu yang lebih rendah.

Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan untuk
digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada sambungan dingin,
yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara sederhana termokopel tidak mudah dipakai
untuk kebanyakan indikasi sambungan lansung dan instrumen kontrol. Mereka menambahkan
sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti
termistor atau dioda) untuk mengukur suhu sambungan input pada peralatan, dengan tujuan khusus
untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya.

Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat disimulasikan, dan koreksi
yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan kompensasi hubungan dingin. Biasanya
termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut kabel ekstensi atau
kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat dengan jumlah yang
sama dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel itu sendiri. Kabel-kabel ini lebih murah
daripada kabel termokopel, walaupun tidak terlalu murah, dan biasanya diproduksi pada bentuk yang
tepat untuk pengangkutan jarak jauh - umumnya sebagai kawat tertutup fleksibel atau kabel multi inti.
Kabel-kabel ini biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu yang lebih besar dari kabel
termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk keakuratan tinggi. Kabel kompensasi pada sisi lain,
kurang presisi, tetapi murah.

Mereka memakai perbedaan kecil, biasanya campuran material konduktor yang murah yang memiliki
koefisien termoelektrik yang sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu terbatas), dengan
hasil yang tidak seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output yang mirip dengan
termokopel, tetapi operasi rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk menjaga agar
kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan
termokopel. Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap beda suhu antara
sambungan panas dan dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan
tambahan ditambahkan pada tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara
sambungan panas dan dingin.

5. HYGROMETER

Prinsip Kerja Hygrometer


Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer. Thermometer
pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua untuk mengukur suhu
udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang basah). Thermometer Bola
Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.

Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/
titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi. Hal-hal yang sangat
mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan Psychrometer ialah :

1.Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer

2.Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah

3.Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain

4.Letak bola kering atau bola basah

5.Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain

Fungsi Hygrometer

Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara relative (RH)

Proses Pengukuran

Higrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan
temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur kelembabannya,
kemudian tunggu dan bacalah skalanya. skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan
kalau suhu dengan derajat celcius. Ada bentuk higrometer lama yakni berbentuk bundar atau berupa
termometer yang dipasang didinding. Cara membacanya juga sama, bisa dilihat pada raksanya di
termometer satu yang untuk mengukur kelembaban dan satu lagi yang mengukur suhu. yang bundar
ya dibaca skalanya.

Perlu diperhatikan pada saat pengukuran dengan hygrometer selama pembacaan haruslah diberi
aliran udara yang berhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan mengipasi alat
tersebut dengan secarik kertas atau kipas. Sedangkan pada slink, alatnya harus diputar.

Kalibrasi

Sebuah sistem kalibrasi higrometer telah dirancang dan dibuat dalam rangka peningkatan
kemampuan kalibrasi higrometer untuk menghasilkan sebuah sistem kalibrasi yang dapat
memberikan kemampuan ukur terbaik di bawah 2,5%. Sistem yang dibangun memanfaatkan prinsip
kerja divided flow atau aliran terbagi. Pengujian dilakukan terhadap sistem tersebut pada rentang
kelembaban relative yang biasa dipakai untuk melakukan kalibrasi, yaitu dari 10% hingga 95%.
Pengukuran ketidakseragaman test chamber telah dilakukan pada rentang kelembaban tersebut
dengan menggunakan dua buah sensor. Hasil akhir pengujian menunjukkan sistem yang dibangun
mampu memberikan kemampuan ukur terbaik masing-masing adalah 0,62% pada RH 10% dan
0,51% pada RH 60% dan 95%.

6. NERACA DIGITAL/ELEKTRONIK
Fungsi

Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam tinjauan fisika kedua
besaran tersebut berbeda. Massa tidak dipengaruhi gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh
gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun bukan elektrik secara umum adalah sebagai alat
pengukur massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari skala dari neraca tersebut misal
neraca/timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang di laboratorium tentu sensitivitas
dan skala neracanya jauh berbeda.

Proses Pengukuran

Secara umum proses meninbang dengan neraca elektronik/digital adalah:

1.Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.

2.Pastikan timbangan menunjukkan angka ”nol”( jika tidak perlu di koreksi).

3.Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.

4.Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan tersebut.

5.Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit, karena hanya dapat
bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan.

Kalibrasi

1.Pengontrolan Timbangan/Neraca

Timbangan/Neraca dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang atau
dengan dua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca elektronik, harus
menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif,
hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari
gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus dicek dan jika perlu lakukan koreksi.
Penyimpangan berat dicatat pada lembar/kartu kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula
berapa kali timbangan harus dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka
timbangan harus diperbaiki oleh suatu agen (supplier).

2.Kebersihan timbangan

Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan menimbang harus
dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan membersihkan
timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian piringan (pan) timbangan dapat
diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan pembersih seperti deterjen
yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan
setelah dipanaskan, cek kembali dengan menggunakan anak timbangan.
7. PYRANOMETER

Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh radiasi cahaya
pada permukaan bidang dengan satuan W/m2. Kinerja alat ini dengan dipasang pada suatu
permukaan bidang kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat pada sensor cahaya yang akan
diteruskan pada tampilan komputer dalam bentuk simpangan besarnya fluks yang diberikan cahaya
tersebut.

Nilai maksimum yang memberikan fluks terbesar jika cahaya menghantam sensor sejajar dengan
bidang vertikal dan nilai terkecil fluks cahaya saat cahaya jatuh sejajar bidang horizontal, sehingga
besarnya simpngan fluks bergantung pada sudut cosinus terhadap sumbu vertikal selain dari
besarnya muatan elektron yang menghantam sensor dari radiasi cahaya. Dengan adanya muatan
elektron tersebut dapat diukur dengan rumus medan listrik sehingga simpangan fluks magnet
berbanding lurus dengan peningkatan arus akibat penumpukan elektron. Pada saat kalibrasi
digunakan saat diletakkan pyranometer di dalam ruangan gelap yang tidak ada cahaya dan pengaruh
medan listrik maupun medan magnet sebagai keadaan ideal saat keadaan normal atau keadaan nol.

Anda mungkin juga menyukai