Es krim”
MAKALAH PRAKTIKUM
Oleh :
Kelas: B
Kel: 4
M. BAGUS R. 200110130314
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I
PENDAHULUAN
Pada sebuah industri pembuatan es krim keamanan dari produk tersebut harus
terjamin. Karena jika suatu produk es krim belum mempunyai sistem untuk
system ini maka didapatkan keuntungan tambahan dalam hal kualitas produk. Hal
ini berkaitan dengan peningkatan perhatian terhadap bahaya dan partisipasi dari
semua orang yang terlibat dalam proses. Banyak dari mekanisme pengendalian
bahaya juga sekaligus merupakan pengendalian terhadap mutu produk.
HACCP telah diadopsi di Indonesia sebagai salah satu standar system mutu
(food safety) sebagai pendekatan utama yakni melalui Standar Nasional Indonesia
(SNI) 01-4852-1998 tentang system analisa bahaya dan pengendalian titik kritis
TINJAUAN PUSTAKA
analisa yang dilakukan terhadap bahan baku, produk dan proses untuk
pengawasan ketat untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan
yang rasional, menyeluruh, kontinyu dan sistematis untuk menjamin bahwa bahan
Dillon and Griffith (1996) dalam buku Hygiene dan Sanitasi Makanan
keamanan makanan, dengan strategi mencegah bahaya dan resiko yang terjadi
HACCP dapat digunakan untuk mengontrol setiap area atau tahapan dalam
Konsep HACCP dapat dan harus ditetapkan dalam seluruh mata rantai
pengolahan pangan, tetapi pada prinsipnya dapat dilakukan mulai dari penyediaan
bahan baku, proses produksi sampai distribusi. Hal ini disebabkan karena
mungkin mencemari bahan baku saat produksi, sulit dihilangkan dengan proses
pengolahan.
identifikasi dan mengontrol bahan kimia dan benda asing lainnya pada produk
bahan pangan. Agar menjadi efektif maka analisa bahaya dilakukan secara
HACCP dikenal istilah CCP yaitu semua titik di dalam system pangan yang
besar (Pierson dan Corlett, 1992). Pengujian mikrobiologi bukan merupakan suatu
cara yang efektif untuk memantau titik kendali kritis. Hal ini disebabkan karena
waktu untuk pengujian yang terlalu lama dan sulit diinterpretasikan. Pengujian
secara fisik dan kimia dapat digunakan sebagai pengukuran tidak langsung
terhadap pengujian secara mikrobiologi. Tetapi walaupun demikian pengujian
kimia, pengamatan visual dan evaluasi sensori dan membuktikan bahwa system
3. Penetapan batas kritis yang harus dipenuhi bagi setiap CCP yang
ditentukan.
PEMBAHASAN
produk susu dan dikombinasikan dengan pemberi rasa dan pemanis. Menurut
Standar Nasional Indonesia, es krim adalah sejenis makanan semi padat yang
dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani
maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan.
seluruh bahan baku es krim akan dicampur, menjadi suatu bahan dasar es krim.
Pada proses ini dikenal beberapa istilah, salah satunya yaitu viskositas/kekentalan.
Kekentalan pada adonan es krim akan berpengaruh pada tingkat kehalusan tekstur,
Batas kritis merupakan satu atau lebih toleransi yang harus dipenuhi yang
dapat menjamin bahwa CCP yang ditetapkan dapat mengendalikan secara efektif
bahaya yang mungkin terjadi. Batas kritis yang terlewati menunjukkan bahwa
bahaya dapat terjadi atau produk tidak diproduksi pada kondisi yang menjamin
keamanan.Pengujian yang terkait dengan batas kritis bagi CCP untuk es krim
adalah :
4. Kondisi mesin
bahayanya, yaitu sapi perah. Sapi perah mungkin mengandung bahaya fisik yang
terlihat oleh mata yaitu debu atau tanah yang menempel pada permukaan tubuh
sapi, dan bahaya mikrobiologi dari bakteri patogen atau pembusuk pada kotoran-
kotoran tersebut. Oleh karena itu pada sapi perah yang pertama kali masuk ke
peternakan atau yang akan diperlah, wajib untuk dilakukan pengecekan kondisi
kesehatan dan kebersihan sapi yang bersangkutan dan diperiksa pula dokumen
pendukung tentang asal-usul sapi, penyakit yang mungkin pernah diderita serta
pakan yang biasa diberikan, apakah tercemar atau tidak, dan sebagainya.
sesuai diagram alir proses pemerahan susu sapi. Tahapan proses pemerahan susu
yaitu membuang 3 – 4 pancaran susu pertama yang keluar dari sapi yang potensial
residu susu kotor yang tidak terbuang dan kemungkinan besar telah
kotor sisa pemerahan sebelumnya. Penyaringan susu juga menjadi CCP karena
asing, kotoran seperti batu kerikil kecil pada ember dan lain-lain dengan batas
kritis susu yang bersih, bebas dari kontaminasi benda asing. Tahap selanjutnya
menyimpan susu pada wadah yang diisi air dingin untuk mendinginkan atau
pengumpul atau koperasi. Batas kritis tahap ini adalah susu yang bebas dari
mikroba patogen, atau hanya mengandung sedikit mikroba pembusuk. Hal ini
ditandai oleh BJ (Berat Jenis) susu yang tinggi dan kandungan alkohol yang
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
negatif saat diperiksa di TPS (Tempat Penampungan Susu).
pemerahan susu Selang waktu antara selesainya proses pemerahan hingga susu
dengan cepat dan kemungkinan masuknya benda asing atau kotoran-kotoran yang
tidak kasat mata pada susu. Batas kritis pada tahap ini adalah susu secepatnya
harus dikumpulkan ke TPS setelah diperah, paling lama setengah jam setelah
cepat berkembang biak didalam susu antara lain yaitu Salmonella spp. sedangkan
yang banyak terdapat dalam tangan operator yang tidak bersih adalah
spp. adalah air, tanah, mamalia, burung, serangga, usus binatang, terutama pada
unggas dan babi. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella adalah mual,
muntah-muntah, diare, kram perut, demam dan sakit kepala. Inkubasi normal
manusia, tenggorokan, dan saluran pernafasan. Bakteri ini juga biasa terdapat
Secara normal serangan terjadi dalam jangka waktu 30 menit sampai 8 jam.
Jangka waktu inkubasi biasanya terjadi dalam periode 24 sampai 48 jam setelah
maupun mutu. CP pada proses pemerahan susu sapi meliputi 6 (enam) tahap yaitu
membersihkan ambing, mengatur jarak dan waktu pemerahan, serta suci hama
kebersihan yang rendah. Selain itu kegiatan fumigasi terhadap kandang dan
peralatan pemerahan yang sebenarnya harus dilakukan secara rutin dengan
tindakan yang menyimpang dari SOP. Hal ini akan menimbulkan kontaminasi
mikroorganisme dari tubuh ternak yang masih basah ada kemungkinan air dari
dahulu pada ambingnya dengan menggunakan air hangat dan lap kering yang
Kontaminasi debu pada bagian cair dari pipa pengiriman maupun penerimaan
bahan cair yang menuru gudang.Hal ini dapat dilakukan pencegahan dengan cara
Penutupan pipa setelah digunakan, Pembersihan pipa bahan dan sweb test.pada
Setiap akan mengisi tangki test oleh Petugas substore dan QC serta tindakan
(bakteri, serangga) pada bahan cair dari pipa pengiriman maupun penerimaan
bahan cair yang menuju gudang. Hal ini dapat dilakukan pencegahan dengan cara
Penutupan pipa setelah digunakan, Pembersihan pipa bahan dan sweb test.pada
koreksi dengan pembersihan ulang.batas kritis dari bahaya tersebut dimana Pipa
harus bersih.
bersih baik bagian luar ataupun bagian dalam yang akan bersinggungan/kontak
dengan susu, yang dicirikan dengan tidak ada bau dari produk yang
membusuk,Permukaan halus dan bersih , Permukaan tidak belang-belang karena
lidah air.
Lingkungan yang bersih yaitu tembok, lantai dan got harus selalu
bersih dan tidak berbau,ruang Filling harus disediakan larutan Chlorine di pintu
dijaga tidak ada genangan air baik di dalam maupun `diluar ruang proses,
dilakukan secara fisik seperti dengan perangkap tikus atau secara kimia seperti
dengan racun tikus.Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan
baik dapat menjamin bahwa pekerja yang kontak langsung maupun tidak langsung
dengan pangan tidak menjadi sumber pencemaran.Karyawan yang sakit atau baru
sembuh dari sakit dan diduga masih membawa penyakit tidak diperkenankan
misalnya sakit kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam, sakit
tenggorokan, sakit kulit (gatal, kudis, luka, dan lain-lain), keluarnya cairan dari
telinga (congek), sakit mata (belekan), dan atau pilek tidak diperkenankan
mengolah pangan,karyawan harus diperiksa dan diawasi kesehatannya secara
berkala.
sarung tangan dan sepatu kerja. Pakaian dan perlengkapannya hanya dipakai
untuk bekerja,Karyawan harus menutup luka dan perban, selalu mencuci tangan
bahan mentah atau bahan/alat yang kotor dan sesudah ke luar dari toilet/jamban;
mengunyah, makan dan minum, merokok, tidak boleh meludah, tidak boleh bersin
atau batuk ke arah pangan, tidak boleh mengenakan perhiasan seperti giwang,
Fasilitas higiene karyawan yaitu baju kerja diganti dengan yang bersih
seperti tempat cuci tangan dan toilet/jamban harus tersedia dalam jumlah yang
cukup dan selalu dalam keadaan bersih dan Pintu toilet/jamban harus selalu dalam
keadaan tertutup.
Poses mixing dan produksi yaitu terdapat beberapa tahap yaitu mulai
dari pemanasan dimana pada saat pemanasan terdapat bahaya yang terjadi seperti
bakteri tetap hidup akibat susu pasteurisasi yang kurang.Hal ini dapat dilakukan
pencegahan yaitu resirkulasi otomatis jika suhu pasteurisasi kurang.Batas kritis
pada tahap pemanasan ini adalah Suhu memenuhi 80- 85oC, 20 kg/det.Pada tahap
ini perlu dilakukan monitoring dengan cara Pemantauan suhu selama proses,audit
4oC.Pencegahan dapat dilakukan yaitu program resirkulasi mix jika suhu >
4oC.Batas kritis pada tahap ini adalah Kurang dari 5oC serta pengendalian suhu air
pendingin dan glikol (0-4oC) sehingga perlu diadakannya monitoring dengan cara
monitor suhu mix yang keluar dari pendingin,monitor suhu glikol dan air
pendingin dan tiap ½ jam selama proses berjalan.Tindakan koreksi yang dapat
dilakukan yaitu dengan resirkulasi mix.Bahaya lain yang dapat ditemukan yaitu
sealing pelat (gasket).Batas kritis dalam pencegahan bahaya ini adalah tidak ada
kebocoran.hal ini dapat dipastikan dengan melakukan monitor keadaan sealing
pertumbuhan bakteri karena lama disimpan.Bahaya ini dapat dicegah dimana pada
tahap aging waktu tidak lebih dari 3 hari dan suhu tidak lebih dari 9oC.Batas kritis
pada tahap aging adalah Maksimum waktu aging 3 hari dan maksimum suhu
dilakukan tiap jam selama proses berjalan.tindakan koreksi yang dapat dilakukan
Pembersihan rutin setiap hari serta pest control.Batas kritis pada saat
bahaya yang terjadi dapat pula dilakukan monitoring dengan cara melekukan
Pada saat pendistribusian susu salah satu hal yang harus diperhatikan
adalah pada saat transportasi karena terdapat bahaya pada saat perrjalanan yaitu
Pertumbuhan bakteri karena abuse temperature selama perjalanan hal ini dapat
keadaan distribusi.Batas kritis suhu pada tahap ini adalah -18oC sehingga harus
pencucian stopper/driver setiap pencucian mesin ,Pembersihan dari sisa mix yang
menempel saat proses terjadi.batas kritis pada tahap ini adalah tidak adanya
kotoran. Hal inii dapat dicapai dengan rutin mengadakan monitoring seperti wab
bahaya yang mungkin terjadi yaitu Coding machine tidak bekerja,hal ini dapat
dicegah dengan melakukan pemeriksaan Coding machine. Batas kritis pada tahap
ini adalah Print Coding jelas terbaca sehingga perlu diadakan monitoring dengan
cara pemeriksaan keadaan mesin dan pencatatan hasil tiap awal ship.
yang muncul adalah Metal detector tidak mendeteksi,namun hal ini dapat
mikroba pada sisa packaging.hal ini dapat dilakukan pencegahan yaitu Packaging
bersih.Batas kritis pada saaat packaging yaitu ipa bersihdan juga tidak ada kotoran
Pada bagan alir tersebut, sebuah industri pembuatan Es krim berawal dari
penerimaan bahan baku yang diterima dari peternak. Kemudian bahan baku
tersebut diolah menjadi eskrim oleh industri (perusahaan). Setelah itu di kemas
dan di distribusi ke konsumen dengan keadaan utuh, aman, sehat, dan halal.
IV
KESIMPULAN
1. Es krim adalah makanan beku yang dibuat dari produk susu dan
2. Titik kritis pada industri es krim yaitu diawali pada saat pemerahan
kepada konsumen.
3. Berdasarkan bagan yang alir dapat dilihat bahwa proses produksi es krim
sebuah berawal dari penerimaan bahan baku yang diterima dari peternak.
Tingkat Peternak dan Koperasi Susu. Laporan Akhir tahun 2005. Balai Besar
Arbuckle, W.S. 2000. Ice Cream Third Edition. Avi Publishing Company. Inc
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01- 2782-1998, Metoda pengujian susu
Donaldson, A.I. 1997. Contamination of animal products: prevention and risks for
animal health. Revue Scientifique et Technique Off int Epiz. Paris, France.
Pierson, M. And D.A. Corlett, Jr. 1993. HACCP Principles and Applications. An
AVI Book Published by Van Nostrand Reinhold. New York. SNI No. 01-
Analysis Critical Control Point ).Http:// www .journal. unair.ac.id /filerP DF/