Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329273659

STUDI PENERAPAN HACCP PADA PROSES PENGOLAHAN SANTAN KALENG


(Canned Coconut Milk)

Article  in  JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN · November 2012


DOI: 10.32520/jtp.v1i1.37

CITATIONS READS

2 1,721

1 author:

Hermiza Mardesci
Universitas Islam Indragiri
39 PUBLICATIONS   74 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Agroindustri Kelapa View project

All content following this page was uploaded by Hermiza Mardesci on 20 November 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

STUDI PENERAPAN HACCP PADA PROSES PENGOLAHAN SANTAN


KALENG (Canned Coconut Milk)
(Studi Kasus pada PT. RSUP-Ind Pulau Burung, Indragiri Hilir)

Hermiza Mardesci, S.TP., MP


Dosen Teknologi Pangan Faperta UNISI
mimzaaci@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk
mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan
guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian
mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan
didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan
mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain
itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global
yang memiliki daya saing kompetitif. Penerapan HACCP pada proses pengolahan
santan kaleng di PT.RSUP-Ind telah ditetapkan 4 CCP, yaitu; pada proses
penyaringan, pengalengan, pemasakan, dan pendinginan setelah pemasakan. Ke-
empat proses ini memiliki bahaya fisik dan biologi, yang jika tidak dikendalikan bisa
membahayakan konsumen.

PENDAHULUAN terjadi karena proses enzimatis atau


oksidasi terhadap lemak atau minyak
yang terdapat dalam santan. Pemanasan
PT. RSUP berlokasi di Desa Pulau
pada suhu 121 oC dalam waktu lama
Burung yang masih merupakan bagian
menyebabkan perubahan warna dan
wilayah Kabupaten Indragiri Hilir,
pecahnya emulsi, tetapi hal tersebut
Provinsi Riau. PT. RSUP memiliki
dapat dicegah dengan penambahan
perkebunan sendiri dengan luas
senyawa pengemulsi (Winarno, 1999).
penanaman kelapa dan nanas mencapai
20.225 hektar. Salah satu produk Oleh sebab itu, perlu penerapan
unggulan PT. RSUP-Ind adalah santan sistem jaminan mutu dan keamanan
kaleng (canned coconut milk). pangan yang optimal dalam
pengolahannya. Dalam pelaksanaannya
Santan merupakan emulsi minyak
Hazard Analysis Critical Control Point
kelapa dalam air, yang berwarna putih.
(HACCP) sangat cocok untuk diterapkan
Santan ini dapat diperoleh dengan cara
dalam model pengolahan santan kaleng
memeras daging kelapa segar yang telah
ini. Sistem HACCP adalah alat untuk
diparut atau dihancurkan dengan atau
menetapkan sistem pengendalian yang
tanpa penambahan air.
berfokus pada pencegahan daripada
Santan sangat mudah mengalami pengujian produk akhir.
kerusakan seperti pecahnya emulsi
santan, timbulnya aroma tengik dan
adanya perubahan warna menjadi gelap
atau agak coklat. Kerusakan ini dapat

60 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

TINJAUAN PUSTAKA yang bersangkutan. Disamping itu, agar


penerapan HACCP ini sukses maka
perusahaan perlu memenuhi prasyarat
Hazard Analysis Critical Control
dasar industri pangan yaitu, telah
Point (HACCP) adalah suatu sistem
diterapkannya Good Manufacturing
kontrol dalam upaya pencegahan
Practices (GMP) dan Standard
terjadinya masalah yang didasarkan atas
Sanitation Operational Procedure
identifikasi titik-titik kritis di dalam
(SSOP).
tahap penanganan dan proses produksi.
HACCP merupakan salah satu bentuk Beberapa keuntungan yang dapat
manajemen resiko yang dikembangkan diperoleh suatu industri pangan dengan
untuk menjamin keamanan pangan penerapan sistem HACCP antara lain
dengan pendekatan pencegahan meningkatkan keamanan pangan pada
(preventive) yang dianggap dapat produk makanan yang dihasilkan,
memberikan jaminan dalam meningkatkan kepuasan konsumen
menghasilkan makanan yang aman bagi sehingga keluhan konsumen akan
konsumen. berkurang, memperbaiki fungsi
pengendalian, mengubah pendekatan
Tujuan dari penerapan HACCP
pengujian akhir yang bersifat
dalam suatu industri pangan adalah
retrospektif kepada pendekatan jaminan
untuk mencegah terjadinya bahaya
mutu yang bersifat preventif , dan
sehingga dapat dipakai sebagai jaminan
mengurangi limbah dan kerusakan
mutu pangan guna memenuhi tututan
produk atau waste.
konsumen. HACCP bersifat sebagai
sistem pengendalian mutu sejak bahan Dalam sistem keamanan pangan
baku dipersiapkan sampai produk akhir konvensional kita mengenal adanya
diproduksi masal dan didistribusikan. penerapan GMP (Good Manufacturing
Oleh karena itu dengan diterapkannya Practices) / GFP (Good Farming
sistem HACCP akan mencegah resiko Practices) / GDP (Good Distribution
komplain karena adanya bahaya pada Practices) kemudian pengendalian
suatu produk pangan. Selain itu, HACCP hygiene, serta inspeksi produk akhir.
juga dapat berfungsi sebagai promosi Sistem konvensional ini belum
perdagangan di era pasar global yang memberikan jaminan keamanan secara
memiliki daya saing kompetitif. memadai, dan khususnya tingkat
ketelusurannya yang rendah. Dalam
Pada beberapa negara penerapan
perkembangan tuntunan keamanan
HACCP ini bersifat sukarela dan banyak
pangan yang lebih baik dan
industri pangan yang telah
ditemukannya HACCP serta sistem-
menerapkannya. Disamping karena
sistem lainnya, maka dapat dirumuskan
meningkatnya kesadaran masyarakat
suatu sistem keamanan pangan yang
baik produsen dan konsumen dalam
mencakup pre-requisite program
negeri akan keamanan pangan,
(persyaratan dasar), prinsip-prinsip
penerapan HACCP di industri pangan
HACCP dan program universal
banyak dipicu oleh permintaan
manajemen mutu.
konsumen terutama dari negara
pengimpor.
Penerapan HACCP dalam industri
pangan memerlukan komitmen yang
tinggi dari pihak manajemen perusahaan

Jurnal Teknologi Pertanian 61


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Keamanan makanan (food safety) 3. Bahaya fisika, berasal dari adanya


terhadap berbagai macam bahaya yang benda-benda seperti pecahan
menurut jenis penyebabnya dapat gelas/kaca, logam (peniti, klip,
dikelompokan menjadi; stapler, dll), potongan kayu,
rambut, serpihan plastik, tulang
1. Bahaya biologis, berasal dari
duri ,potongan kuku, dan
mikroorganisme yang bersifat
sebagainya.
pathogen seperti :
Di dalam upaya pencegahan agar
• Bakteri (E. coli, Clostorium
dapat terpenuhinya mutu yang
Botulinum, Salmonella spp,
diharapkan, maka tindakan-tindakan
Staphilococcus Aureus, Vibrio
yang perlu diambil, antara lain :
Cholerae); dapat menyebabkan
sakit perut, diare, infeksi, 1. Aspek Biologis
keracunan, dan kematian. • Pengendalian suhu/waktu
• Pemanasan dan pemasakan
• Virus (Hepatitis A, Norwalk);
• Pendinginan dan pembekuan
dapat menyebabkan infeksi hati.
• Pengendalian pH
• Prozoa atau parasit (Entamoeba • Penambahan garam atau
Histolytica, Ascaris bahan pengawet
Lumbricoides); dapat • Pengeringan
menyebabkan desentri, diare, • Pengemasan
kram perut, kehilangan berat • Pengendalian sumber
badan, infeksi usus dan paru- • Pembersih dan sanitasi
paru.
2. Aspek Kimiawi
2. Bahaya kimiawi, berasal dari: • Pengendalian sumber
• Scrombrotoxin (histamine); • Pengendalian produksi
menyebabkan keracunan, alergi; • Pengendalian pelabelan

• Shellfish toxin: 3. Aspek Fisika


• Pengendalian sumber
• Diarrheic shellfish poisoning • Pengendalian produksi
(DSP); menyebabkan diare; • Pengendalian lingkungan
• Neurotoxic sheilfish poisoning Bahaya (hazard) adalah suatu
(NSP); meyebabkan gangguan kemungkinan terjadinya masalah atau
syaraf. resiko secara fisik, kimia dan biologi
• Residu Obat-obatan; dalam suatu produk pangan yang dapat
menyebabkan keracunan; menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia. Bahaya-bahaya tersebut dapat
• Bahan-bahan kimia yang tidak dikategorikan ke dalam enam kategori
sengaja ditambahkan ; pestisida, bahaya, yaitu bahaya A sampai F.
fungisida, herbisida, pupuk, Beberapa bahaya yang ada dapat dicegah
antibiotika, pelumas, cat, atau diminimalkan melalui penerapan
pembersih, air raksa, dan lain- prasyarat dasar pendukung sistem
lain; dapat menyebabkan HACCP seperti GMP ,SSOP, SOP, dan
keracunan, gangguan fungi sistem pendukung lainnya.
organ tubuh, kematian.

62 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Untuk menentukan resiko atau bahaya atau untuk menghindari


peluang tentang terjadinya suatu bahaya, kontaminasi silang. Suatu CCP dapat
maka dapat dilakukan penetapan digunakan untuk mengendalikan satu
kategori resiko. Dari beberapa banyak atau beberapa bahaya, misalnya suatu
bahaya yang dimiliki oleh suatu bahan CCP secara bersama-sama dapat
baku, maka dapat diterapkan kategori dikendalikan untuk mengurangi bahaya
resiko I sampai VI. Selain itu, bahaya fisik dan mikrobiologi.
yang ada dapat juga dikelompokkan Critical limit (CL) atau batas kritis
berdasarkan signifikansinya. Signifikansi adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi
bahaya dapat diputuskan oleh tim untuk setiap tindakan pencegahan yang
dengan mempertimbangkan peluang ditujukan untuk menghilangkan atau
terjadinya (reasonably likely to occur)
mengurangi bahaya sampai batas aman.
dan keparahan (severity) suatu bahaya. Batas ini akan memisahkan antara “yang
Analisa bahaya adalah salah satu diterima” dan “yang ditolak”, berupa
hal yang sangat penting dalam kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas
penyusunan suatu rencana HACCP. kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa
Untuk menetapkan rencana dalam CCP dapat dikendalikan dengan baik.
rangka mencegah bahaya keamanan Penetapan batas kritis haruslah dapat
pangan, maka bahaya yang signifikan dijustifikasi, artinya memiliki alasan
atau beresiko tinggi dan tindakan kuat mengapa batas tersebut digunakan
pencegahan harus diidentifikasi. Hanya dan harus dapat divalidasi artinya sesuai
bahaya yang signifikan atau yang dengan persyaratan yang ditetapkan serta
memiliki resiko tinggi yang perlu dapat diukur. Penentuan batas kritis ini
dipertimbangkan dalam penetapan biasanya dilakukan berdasarkan studi
critical control point . literatur, regulasi pemerintah, para ahli
di bidang mikrobiologi maupun kimia,
CCP atau Titik Kendali Kritis
CODEX dan lain sebagainya.
didefinisikan sebagai suatu titik, langkah
atau prosedur dimana pengendalian Untuk menetapkan CL maka
dapat diterapkan dan bahaya keamanan pertanyaan yang harus dijawab adalah :
pangan dapat dicegah, dihilangkan atau apakah komponen kritis yang
diturunkan sampai ke batas yang dapat berhubungan dengan CCP? Suatu CCP
diterima. Pada setiap bahaya yang telah mungkin memiliki berbagai komponen
diidentifikasi dalam proses sebelumnya, yang harus dikendalikan untuk
maka dapat ditentukan satu atau menjamin keamanan produk. Secara
beberapa CCP dimana suatu bahaya umum batas kritis dapat digolongkan ke
dapat dikendalikan. dalam batas fisik (suhu, waktu), batas
kimia (pH, kadar garam). Penggunaan
Masing-masing titik penerapan
batas mikrobiologi (jumlah mikroba dan
tindakan pencegahan yang telah
sebagainya) sebaiknya dihindari karena
ditetapkan diuji dengan menggunakan
memerlukan waktu untuk mengukurnya,
CCP decision tree untuk menentukan
kecuali jika terdapat uji cepat untuk
CCP. Decision tree ini berisi urutan
pengukuran tersebut.
pertanyaan mengenai bahaya yang
mungkin muncul dalam suatu langkah Studi HACCP pada proses
proses, dan dapat juga diaplikasikan produksi santan kaleng ini menggunakan
pada bahan baku untuk mengidentifikasi Panduan Penyusunan Rencana HACCP
bahan baku yang sensitif terhadap (BSN-Pedoman 1004-1999). Alat bantu

Jurnal Teknologi Pertanian 63


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

lain yang digunakan adalah daftar bahan Prinsip 3: Menetapkan batas kritis
baku dan bahan penunjang, bagan alir yang harus dicapai untuk menjamin
proses produksi, tabel penentuan tingkat bahwa CCP berada dalam kendali.
resiko dan CCP decision tree (pohon Prinsip 4: Menetapkan sistem
keputusan CCP). Sedangkan proses pemantauan pengendalian (monitoring)
penyusunannya sendiri, mengikuti 7 dari CCP dengan cara pengujian dan
prinsip sistem HACCP yang pengamatan.
direkomendasikan oleh Standar Nasional Prinsip 5: Menetapkan tindakan
Indonesia (1998) yang dikeluarkan oleh perbaikan yang dilaksanakan jika hasil
BSN (1999), meliputi: pemantauan menunjukkan bahwa CCP
1. Prinsip 1: Analisis bahaya dan tertentu tidak terkendali. Prinsip 6:
pencegahannya Menetapkan prosedur ferivikasi yang
2. Prinsip 2: Identifikasi Critical mencakup dari pengujian tambahan dan
Control Points (CCPs) di dalam prosedur penyesuaian yang menyatakan
proses bahwa sistem HACCP berjalan efektif.
3. Prinsip 3: Menetapkan batas Sedangkan prinsip 7: Mengembangkan
kritis untuk setiap CCP dokumentasi mengenai semua prosedur
4. Prinsip 4: Menetapkan cara dan pencatatan yang tepat untuk prinsip-
pemantauan CCP prinsip ini dan penerapannya.
5. Prinsip 5: Menetapkan tindakan Analisis bahaya dilakukan dengan
koreksi cara mendaftarkan semua bahaya yang
6. Prinsip 6: Menyusun prosedur mungkin terdapat dalam bahan baku dan
verifikasi tahap proses. Bahaya-bahaya yang
7. Prinsip 7: Menetapkan prosedur
teridentifikasi kemudian ditabulasikan ke
pencatatan (dokumentasi) dalam sebuah tabel disertai sumber
Prinsip 1: mengidentifikasi potensi bahaya, tingkat resiko dan tindakan
bahaya yang berhubungan dengan pencegahannya. Tingkat resiko
produksi pangan pada semua tahapan, ditentukan berdasarkan seberapa besar
mulai dari usaha tani, penanganan, akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu
pengolahan dipabrik dan distribusi bahaya dan seberapa sering bahaya
sampai kepada titik produk panga tersebut kemungkinan terjadi.
dikonsumsi. Penilaian kemungkinan Setiap bahan baku dan tahap
terjadinya bahaya dan menentukan proses ditentukan termasuk CCP atau
tindakan pencegahan untuk tidak melalui pertimbangan tingkat
pengendaliannya. resiko dan berdasarkan jawaban atas
Prinsip 2: menentukan titik atau pertanyaan dari CCP decision tree.
tahap operasional yang dapat Bahan baku dan tahap proses yang
dikendalikan untuk menghilangkan termasuk CCP berarti harus dikendalikan
bahaya atau mengurangi kemungkinan dengan baik supaya tidak berbahaya bagi
terjadinya bahaya tersebut (CCP: critical kesehatan manusia. Tahap proses yang
control point). CCP berarti setiap tidak termasuk CCP, dapat termasuk
tahapan di dalam produksi pangan dan control point (CP) yang berarti tahapan
atau pabrik yang meliputi sejak tersebut apabila tidak dikendalikan
diterimanya bahan bakunya dan atau dengan baik dapat menyebabkan
diproduksi, panen, diangkut, formulasi, kecacatan dari segi kualitas.
diolah, disimpan dan lain sebagainya.

64 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Semua komponen yang mencakup Diagram Alir Proses


tujuh prinsip sistem HACCP disajikan Diagram alir proses merupakan
dalam bentuk matrik/tabel, yaitu: suatu urutan tahapan kerja dalam proses
1. Tabel analisa bahaya bahan baku produksi. Diagram alir proses penting
dan tahap proses, serta penetapan untuk menentukan tahap operasional
tingkat resiko yang akan dikendalikan untuk
2. Tabel penentuan Critical Control menghilangkan atau mengurangi
Point (CCP) kemungkinan terjadinya bahaya,
3. Matriks Critical Control Point sehingga akan mempermudah
(CCP), memuat proses yang pemantauan selama proses produksi
termasuk CCP beserta titik kritis santan kaleng (Gambar 1).
dan prosedur yang harus ditempuh
untuk mengendalikannya
Santan
4. Matriks Control Point (CP),
memuat proses yang termasuk CP
beserta titik kritis dan prosedur Penyaringan (filtrasi) Pencampuran (mixing)
yang harus ditempuh untuk bahan ingredient
mengendalikannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengadukan (blending)

Deskripsi Produk
Pre-heating

Produk santan kaleng yang


dihasilkan PT. RSUP-Ind ini adalah Pengalengan (seaming)
seperti disajikan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Deskripsi Produk Santan Pemasakan (retorting)

Kaleng
Pendinginan (cooling)
Kriteria Keterangan
Nama Produk Santan Kaleng Penyimpanan
Nama Merk
Canned Coconut Milk
Dagang Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi
Komposisi Protein 2.00% Santan Kaleng
Lemak 10.00%
Analisa Bahaya
Karbohidrat 7.60%
Air 80.00% Analisa bahaya pada tahap proses
pH 6.25 dilakukan dengan terlebih dahulu
Cara mengidentifikasi bahaya-bahaya yang
Pengalengan dapat timbul pada setiap tahap proses
Pengemasan
produksi santan kaleng secara berurutan.
Konsumen Semua lapisan Bahaya-bahaya yang teridentifikasi
masyarakat seperti disajikan pada Tabel 2.

Jurnal Teknologi Pertanian 65


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Tabel 2. Analisa Bahaya pada Proses Produksi Santan Kaleng

Tahap Bahaya Sumber Bahaya Resiko Cara Pencegahan

1 2 3 4 5
Penyaringan Kontaminasi Koyaknya screen Tinggi Perawatan,
silang dari alat bag filter sanitasi dan
penyaring pengecekan bag
filter disaat
cleaning
Pencampuran Kontaminasi Kondisi mixing Tinggi Perawatan dan
bahan silang dari alat tank yang kotor sanitasi alat
ingredient mixing
Pengadukan Kontaminasi Kondisi blending Tinggi Perawatan dan
(blending) silang dari alat tank yang kotor sanitasi alat
pencampur Kondisi pipa
Bahan tambahan transfer dari
pangan yang mixing tank ke
ditambahkan blender tank
melebihi, atau yang kotor
kurang dari
jumlah yang
ditentukan
Pre-heating Kontaminasi Kurangnya suhu Tinggi Pengecekan mesin
silang pada saat pre-heating chiler secara
proses Bocornya PHE berkala
Perawatan dan
sanitasi alat
Pengalengan Kontaminasi Penggunaan Tinggi Sterilisasi kaleng,
(seaming) silang dari kaleng kaleng yang jalur kaleng, dan
pengemas kurang bersih mesin seamer
Waktu tunggu Pengalengan
yang lama produk secepat
Isi kaleng yang mungkin setelah
tidak sesuai spec proses pre-heating
Pengecekan head
space
Pemasakan Kontaminasi Waktu masak Tinggi Perawatan dan
silang dari retort dan tekanan validasi retort
retort yang tidak secara berkala
sesuai spec

66 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

1 2 3 4 5
Pendinginan Kontaminasi Waktu, Tinggi Perawatan mesin
silang pada temperature, dan chiller secara
cooling kandungan berkala
chlorine yang Kontrol waktu dan
tidak sesuai spec suhu secara tepat
Penyimpanan Kontaminasi Suhu Tinggi Kontrol suhu
silang dari ruang penyimpanan penyimpanan
penyimpan dan yang tidak sesuai Pemeriksaan
produk yang Ruang kebersihan ruang
sudah rusak penyimpanan penyimpanan
yang tidak bersih Pemisahan produk
Adanya produk yang rusak
yang rusak

Hasil analisa bahaya pada proses bagian-bagian tubuh yang mengadung


produksi menunjukkan bahwa hampir mikroba patogen, maka tangan tersebut
setiap tahap proses memberikan resiko akan terkontaminasi dan ketika tangan
terjadinya kontaminasi fisik, dan kontak dengan makanan, kontaminasi
mikrobiologi. Hal ini erat kaitannya segera terjadi. Kontaminasi juga terjadi
dengan sanitasi peralatan, ruangan dan melalui udara dari pernapasan, mulut,
hygiene pekerja. Peralatan yang akan dan juga dari pakaian.
digunakan pada setiap kali proses harus Tahapan proses yang telah
diperhatikan kebersihannya, tidak diidentifikasi bahaya tersebut kemudian
korosif dan letaknya harus berurutan ditentukan CCP (Critical Control Point)
sesuai dengan tahapan proses, dan tidak atau tidaknya tahapan tersebut dengan
berjauhan. mempertimbangkan tingkat resiko dan
Sanitasi ruangan harus selalu kriteria jawaban pada decision tree.
dijaga sehingga mengurangi resiko Penentuan CCP pada setiap tahapan
terjadinya kontaminasi silang dari ruang proses pada produksi santan kaleng
tempat bekerja ataupun tempat seperti disajikan pada Tabel 3.
penyimpanan produk. Higienitas pekerja
hendaknya diperhatikan dengan
melengkapi fasilitas untuk
membersihkan diri, seperti ruangan
untuk mencuci tangan dan kaki, pakaian
pegawai, sepatu dan penutup kepala dan
hidung.
Menurut Jenie (1988), manusia
yang sehat saja merupakan sumber
mikroba seperti Streptococcus dari
kotoran dan Staphylococcus dari kulit,
hidung, mulut dan tenggorokan. Setiap
kali tangan pekerja kontak dengan

Jurnal Teknologi Pertanian 67


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Tabel 3. CCP pada Proses Produksi Santan Kaleng

CCP Jenis Monitoring


Tahapan Batas Kritis Tindakan Koreksi
No. Bahaya Metode Frekuensi
1 2 3 4 5 6 7
Penyaringan 1 Kontaminasi Kondisi bag filter bagus Pengecekan Setiap kali Stop produksi jika
Fisik Tidak ada keberadaan benda asing berkala produksi terjadi bocor, kemudian
periksa apakah bag
filter dalam keadaan
koyak atau bagus
Periksa apakah ada
ditemukan benda asing,
seperti kawat screen,
logam, dll
Pengalengan 2 Kontaminasi - Seamlength : 2.80 – 3.20 mm Pengecekan 3 kali per Stop produksi jika
(seaming) Biologi - Seam thickness : acak dan batch terdapat ketidaksesuaian
(Bakteri berkala (awal, spec pada pengalengan,
* Litho : 1.15 – 1.25 mm
pathogen) tengah, lakukan adjust pada
* Plain, Beaded : 1.07 – 1.17 mm dan akhir) mesin seamer
- Bodyhook : 1.80 – 2.20 mm setiap
- Coverhook : 1.80 – 2.20 mm produksi
- EPT = 0.21 + 0.01 mm
- BPT = 0.21 + 0.01 mm
- Wrinkle rating : max. 15%
- Actual overlap : min. 1.08
- Percent body hook butting : min. 72%

68 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

1 2 3 4 5 6 7

Pemasakan 3 Kontaminasi - Suhu material sebelum retorting : Pengecekan Setiap Lanjutkan proses jika
(retorting) Biologi min.48oC acak dan
batch masih kurang waktunya,
(Bakteri - Venting time : berkala
Clostridium sesuaikan suhu dengan
* Bottom drain closed
Botulinum)
- Time (dari steam on): 3 menit spec, adjust retort
- Temperature : min.102oC
* Time to reach 110oC : min.11 menit
dari steam on
- Come up time (time to reach 117oC) :
min.13 menit dari steam on

- Suhu retorting : min.117oC dan


max.117.5oC
- Viscocity (max):
FC 11% - 12% : 570 cp
FC 17% : 630 cp
FC 20% : 800 cp
FC 25% : 950 cp

Jurnal Teknologi Pertanian 69


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

1 2 3 4 5 6 7

Pendinginan 4 Kontaminasi - Suhu cooling water : max.38oC Pengecekan Suhu Lanjutkan proses jika
(cooling after Biologi - Free Chlorin : 0.6 – 2.0 ppm berkala cooling masih kurang waktunya,
retorting) (Bakteri dan sesuaikan suhu dengan
- Lama waktu cooling : max.50
pathogen) produk : pengecekan chiller, dan
menit
setiap sesuaikan konsentrasi
- Suhu produk setelah cooling : 40 batch free chlorin
– 43oC
Free
chlorine :
kira-kira
setiap 2
jam

70 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Dari Tabel 3 dapat diketahui


bahwa hasil analisa dengan
menggunakan decision tree
menunjukkan penyaringan, pengalengan,
pemasakan, dan pendinginan setelah
dimasak pada proses pengalengan santan
merupakan tahapan proses yang
dikategorikan CCP. Hal ini berarti
bahwa keempat tahapan proses tersebut
apabila tidak dikontrol dan dikendalikan
dengan baik dapat membahayakan
Gambar 2. Ukuran Bodyhook dan
keselamatan konsumen. Pada proses
Coverhook yang tidak sesuai spec
penyaringan santan perlu diperhatikan :
 Kondisi bag filter ; apakah dalam
keadaan koyak atau bagus
 Keberadaan benda asing ; apakah
ada ditemukan benda asing seperti
kawat screen, logam atau tidak.
Jika kondisi bag filter dalam
keadaan koyak, dapat menyebabkan
lolosnya ampas kelapa atau benda asing
lainnya yang akan membahayakan
konsumen. Begitu juga jika ditemukan
benda asing seperti kawat screen, logam,
dan lain-lain yang juga berbahaya jika
tertelan oleh konsumen.
Gambar 3. Kesalahan dalam
Pada proses pengalengan pengalengan (false seam)
(seaming) juga perlu diperhatikan
spesifikasi mengenai hasil pengalengan Pada proses pemasakan (retorting)
yang mencakup; bodyhook, coverhook, perlu diperhatikan mengenai tekanan,
seamlenght, seam thickness, dan lain- suhu, dan lamanya proses retorting. Jika
lain, yang semuanya harus sesuai dengan hal ini tidak dikendalikan, maka akan
standar yang telah ditentukan. Jika tidak memberikan peluang berkembangnya
sesuai spec, maka akan memberikan bakteri Clostridium Botulinum yang
peluang berkembangnya bakteri dapat menyebabkan mual, muntah,
pathogen yang sangat berbahaya bagi pening, sakit kepala, pandangan
kesehatan konsumen. berkunang-kunang, tenggorokan dan
hidung kering, nyeri perut, dan lemah
otot. Bahkan pada beberapa kasus dapat
menyebabkan kematian.
Sama halnya dengan proses
pengalengan dan pemasakan, proses
pendinginan setelah pemasakan
dilakukan untuk mencegah atau
membunuh bakteri patogen. Pada proses

Jurnal Teknologi Pertanian 71


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

ini perlu diperhatikan suhu air dan


konsentrasi free chlorine yang
digunakan.
Tahapan proses yang tidak
dikategorikan CCP kemudian
dikategorikan sebagai CP (Critical
Point). CP merupakan tahapan proses
yang apabila tidak dikendalikan dengan
baik akan mempengaruhi mutu produk
yang dihasilkan. Tahapan proses yang
dikategorikan CP adalah pencampuran
bahan ingredient, pengadukan
(blending), pre-heating, dan
penyimpanan. CP pada proses
pengalengan santan seperti disajikan
pada Tabel 4.

72 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Tabel 4. CP pada Proses Produksi Santan Kaleng

CP Jenis Monitoring
Tahapan Batas Kritis Tindakan Koreksi
No. Bahaya Metode Frekuensi

1 2 3 4 5 6 7

Pencampuran 1 Kontaminasi Komposisi bahan yang dicampur Pemeriksaan Setiap kali Penimbangan ulang
bahan Kimia harus pas dan sesuai dengan secara visual produksi bahan ingredient yang
ingredient spesifikasi dan terukur dicampur
(mixing)

Pengadukan 2 Kontaminasi Komposisi bahan yang ditransfer Pemeriksaan Setiap kali Pemeriksaan bahan yang
(blending) Kimia dari mixing tank ke blending tank secara visual produksi tertinggal pada mixing
harus pas dan sesuai dengan dan terukur tank dan pipa transfer
spesifikasi

Pre-heating 3 Kontaminasi Suhu pre-heating harus sesuai Cek Setiap kali Adjust suhu PHE
Biologi standar kesigapan produksi
operator
dalam adjust
suhu PHE

Penyimpanan 4 Kontaminasi Penyimpanan yang higienis selama Pengecekan Selama masa Buang produk yang rusak
Biologi masa inkubasi berkala inkubasi Lanjutkan inkubasi untuk
produk yang tidak
mengindikasikan
kerusakan

Jurnal Teknologi Pertanian 73


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

Pencampuran bahan dilakukan sesuai dengan rencana HACCP yang


pada mixing tank. Komposisi bahan yang ditetapkan. Dengan verifikasi maka
dicampur harus pas dan sesuai dengan diharapkan bahwa kesesuaian program
spesifikasi. Hal ini dilakukan dengan HACCP dapat diperiksa dan efektifitas
cara pemeriksaan secara visual dan pelaksanaan HACCP dapat dijamin.
terukur, sehingga tidak mengakibatkan Beberapa kegiatan verifikasi
berkurangnya mutu produk santan misalnya:
kaleng. • Penetapan jadwal inspeksi verifikasi
Selanjutnya campuran bahan yang tepat
digabung dengan santan yang terdapat • Pemeriksaan kembali rencana
pada blending tank dan diaduk dengan HACCP
motor agitator sampai homogen. • Pemeriksaan catatan CCP
Komposisi bahan yang ditransfer dari • Pemeriksaan catatan penyimpangan
mixing tank ke blending tank harus pas dan disposisi inspeksi visual
dan sesuai dengan spesifikasi. Jangan terhadap kegiatan untuk mengamati
sampai ada yang tertinggal dalam mixing jika CCP tidak terkendalikan
tank ataupun pipa transfer, karena bisa • Pengambilan contoh secara acak
berpengaruh terhadap mutu produk. • Catatan tertulis mengenai inspeksi
verifikasi yang menentukan
Setelah homogen dan dianggap
kesesuaian dengan rencana HACCP,
release, maka santan dipanaskan (pre-
atau penyimpangan dari rencana dan
heating) di PHE 05 (setting temperature
tindakan koreksi yang dilakukan.
± 73oC) dengan air yang dipanaskan
dengan steam di PHE 04. Dalam hal ini Verifikasi harus dilakukan secara
dibutuhkan kesigapan operator dalam rutin dan tidak terduga untuk menjamin
memeriksa suhu yang terdapat pada bahwa CCP yang ditetapkan masih dapat
PHE, sehingga santan yang dipanaskan dikendalikan. Verifikasi juga dilakukan
memiliki suhu yang sesuai spesifikasi, jika ada informasi baru mengenai
dan tidak akan basi di dalam blancing keamanan pangan atau jika terjadi
tank sebelum dikalengkan. keracunan makanan oleh produk
tersebut.
CP yang terakhir adalah
penyimpanan. Selama masa inkubasi Validasi adalah upaya memeriksa
harus diperhatikan ke-higienis-an ruang ketepatan suatu alat ukur tentang pokok
tempat penyimpanan. Jika ada produk isi atau arti sebenarnya yang diukur.
yang rusak, harus segera dibuang dan Validitas berkenaan dengan keterkaitan
jangan sampai berdekatan dengan data yang diperoleh dengan sifat peubah
produk yang masih bagus. Pengecekan yang diteliti. Validasi juga menyatakan
pada penyimpanan ini dilakukan secara sejauh mana model mampu
berkala selama masa inkubasi produk, mereproduksi sistem dari yang
sebelum dipasarkan. diinginkan.
Dokumentasi program HACCP
meliputi pendataan tertulis seluruh
DOKUMENTASI DAN VERIVIKASI program HACCP sehingga program
Verifikasi adalah metode, prosedur tersebut dapat diperiksa ulang dan
dan uji yang digunakan untuk dipertahankan selama periode waktu
menentukan bahwa sistem HACCP telah tertentu. Dokumentasi mencakup semua

74 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

catatan mengenai CCP, CP, rekaman PENUTUP


pemantauan CP, tindakan koreksi yang Pada proses produksi santan
dilakukan terhadap penyimpangan, kaleng ini, telah ditetapkan 4 CCP, yaitu;
catatan tentang verifikasi dan pada proses penyaringan, pengalengan,
sebagainya. Oleh karena itu dokumen ini pemasakan, dan pendinginan setelah
dapat ditunjukkan kepada inspektur pemasakan. Ke-empat proses ini
pengawas makanan jika dilakukan audit memiliki bahaya fisik dan biologi, yang
eksternal dan dapat juga digunakan oleh jika tidak dikendalikan bisa
operator. membahayakan konsumen.
Dokumentasi HACCP meliputi : Bahaya fisik yang ditimbulkan
• Judul dan tanggal pencatatan adalah kontaminasi yang terjadi pada
• Keterangan makanan (keterangan proses penyaringan santan. Jika ada
khusus) kontaminan yang lewat sebagai akibat
• Bahan dan peralatan yang kondisi bag filter yang tidak bagus, akan
digunakan membahayakan konsumen karena
• Proses pengolahan yang dilakukan tertelannya kontaminan fisik tersebut.
• CCP yang ditemukan Sedangkan bahaya biologi yang
• Batas kritis yang ditetapkan ditimbulkan adalah terdapatnya bakteri
• Penyimpangan dari batas kritis yang patoghen, yang salah satunya
terjadi Clostridium Botulinum pada proses
• Tindakan koreksi / perbaikan pengalengan, pemasakan, dan
• Identifikasi tenaga operator pendinginan setelah pemasakan.
peralatan khusus Kontaminasi biologi ini sangat
Setelah analisa bahaya dan berbahaya untuk kesehatan konsumen,
penetapan CCP selesai dilakukan dan karena bisa menyebabkan pusing, mual,
telah didokumentasikan dalam Rencana muntah, sakit kepala, nyeri perut, bahkan
HACCP, maka tahap selanjutnya kematian.
dilakukan penetapan prosedur Dalam pelaksanaannya, proses
dokumentasi dan verifikasi. Untuk verifikasi sangat penting untuk
memantau efektifitas penerapan HACCP dilakukan agar dapat mengetahui
pada proses produksi santan kaleng efektifitas penerapan HACCP.
dilakukan analisa terhadap mutu santan Penerapan HACCP yang sesuai
kaleng selama masa inkubasi, dan diharapkan akan meningkatkan kualitas
dilakukan analisa mikrobiologi. Proses dan keamanan produk santan kaleng.
verifikasi dilakukan oleh bagian Quality
Control yang terdapat pada PT. RSUP-
Ind tersebut, sekaligus sebagai proses
audit.

Jurnal Teknologi Pertanian 75


Vol. 1, No. 1, Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA Mulyawanti, Ira., dan Kun Tanti


Dewandari. 2010. Studi Penerapan
BSN, (1998): Sistem Analisa Bahaya
HACCP pada Pengolahan Sari
dan Pengendalian Titik Kritis.
Buah Jeruk Siam (Studi Kasus di
Departemen Perindustrian
Citrus Centre Kab. Sambas,
Indonesia. SNI 01-4852- 1998.
Kalbar). Jurnal Standarisasi Vol.
BSN, (1999): Pedoman Penyusunan 12, No.1, Hal. 43-49. Bogor.
Rencana Sistem Analisa Bahaya
Somaatmadja, S. 1974. Pengolahan
dan Pengendalian Titik Kritis
Kelapa III: Pengawetan Santan
(HACCP). Badan Standardisasi
Kelapa. Balai Penelitian Kimia.
Nasional. Pedoman 1004-1999.
Bogor.
European Committee for
Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem
Standardisation. 2004. Panduan
Manajemen HACCP (Hazard
Penerapan Metode HACCP. EC-
Analysis Critical Control Point).
ASEAN Economic Cooperation
Bumi Aksara. Jakarta.
Programme on Standars, Quality
and Conformity Assessment. Winarno, F.G., Srikandi Fardiaz dan
Jakarta Dedy Fardiaz.1980. Pengantar
Teknologi Pangan. PT.Gramedia.
Jakarta.

76 Jurnal Teknologi Pertanian

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai