A. Arti P3K
Memberikan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan dengan cepat cepat dan tepat
sebelum korban dibawa ke tempat rujukan (dokter/puskesmas/rumah sakit)
B. Tujuan P3K
1. Mencegah cidera bertambah parah
2. Menunjang upaya penyembuhan
Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:
• Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang
digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
• Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan
perdarahan)
• Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
• Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan
perlu dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
• Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
• Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
• Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
• Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran
yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
• Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
• Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan
dengan cara:
• Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai
pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
• Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling
lama 15 menit.
• Pengikatan dengan tourniquet.
Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima
jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
• Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan
kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk
torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah
kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat
kekuningan.
• Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan
dengan kasa steril.
• Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
• Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
• Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
• Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
• Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling
bawah letaknya di sebelah distal.
• Tidak mudah kendor atau lepas
Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang
tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam
keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa
(beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan
binatang lebih besar daripada luka biasa.
Pertolongan Pertamanya adalah:
· Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptic
· Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat
melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:
Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada
ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap
ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Hematotoksin (keracunan dalam)
2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat
pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu
menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya
takut mati.
Penanganan untuk Pertolongan Pertama :
Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah
dari jantung.
Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan:
Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk
membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri.
Torniquet/ toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
- Berikan kompres es
- Perawatan luka: Hindari kontak luka dengan larutan asam, yodium atau benda panas
- segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan Anti Bisa Ular
Gigitan Lipan
Ciri-ciri 1. Ada sepasang luka bekas gigitan 2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar,
pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam
Penanganan 1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke fasilitas kesehatan.
Perhatian : Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat, bersihkan dan cuci
luka, dapat dikompres dengan air dingin. Bila timbul reaksi alergi segera bawa ke
fasilitas kesehatan terdekat.
Asma
Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
· Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
· Canned be heard the
voice of the additional breath · Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
Penanganan
1. Tenangkan korban 4. Atur nafas
2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk 5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
3. Posisikan setengah duduk
Mimisan
Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim
Gejala · Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri . Korban sulit bernafas
dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah · Kadang disertai pusing
lewat mulut 5. Bersihkan hidung luar dari darah 6. Buka setiap 5/10 menit. Jika
masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama sambil dibawa ke fasilitas kesehatan
terdekat.
Sakit Maag
Gejala
· Perut terasa nyeri/mual
· Berkeringat dingin
· Lemas
kondisi korban 2. Beri minuman hangat (teh/kopi) 3. Jangan beri makan terlalu
cepat
Keseleo
Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala · Bengkak dan nyeri bila ditekan · Kebiruan/merah pada derah luka
Kram
Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
· Nyeri pada otot
Histeria
Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling)
tenang 4. Awasi
lebih baik
PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR
A. Penyakit kulit
Contoh: kudis, kadas, cacar air dan panu
Pencegahan:
a. Menjaga kebersihan kulit, mandi dengan sabun dan air bersih
b. Menghindari kontak dengan penderita
c. Menghindari mengguanakan barang-barang yang dipakai penderita
d. Pakaian penderita dicuci dengan bersih
B. Penyakit TBC
Pencegahan:
a. Hindari kontak dengan penderita
b. Vaksinasi dengan BCG semasa bayi
c. Makan makanan yang bergizi
2. Tujuan
Tujuan dari pembalutan, yaitu ;
a. Menahan sesuatu misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya agar tidak
bergeser dari tempatnya.
b. Menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan).
c. Menunjang bagian tubuh yang cedera.
d. Menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak.
e. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.
B. PEMBIDAIAN
1. Pengertian
Pembidaian adalah tindakan memfiksasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami
cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai
fixator/imobilisator.
2. Tujuan
a. Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut
b. Mempertahankan posisi yang nyaman
c. Mempermudah transportasi korban
d. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
e. Mempercepat penyembuhan
3. Prinsip Pembidaian
Prinsip pembidaian
• b. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada
keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
• Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.
• Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah
akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
• Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak
sama bentuk dan panjangnya.
• Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak
dapat digunakan lagi.
Imunisasi Polio
• Virus Yang dilemahkan
• Diteteskan melalui mulut, 2 tetes
• Diberikan 4x usia 0-11 bulan, dengan jarak 1 bulan sekali.
• Imunisasi Campak
• Virus yang dilemahkan
• IM
• 1x, mulai usia 6 bulan
Imunisasi BCG
• Bakteri hidup yang dilemahkan
• Intrakutan
• 1x, usia 0 – 11 bulan
• Imunisasi Hepatitis B
• Virus Hepatitis B yang telah dimurnikan
• SK
• 1x usia 0-7 hari, dilanjutkan usia 2,3,4 bulan
Imunisasi DPT
• Diptheri
• Toxin yang dilemahkan
• Pertusis
• Bakteri yang dimatikan
• Tetanus
• Toxin yang dilemahkan
• Diberikan 3x, usia 2-11 bulan selang 4 minggu
Imunisasi TT
• Diberikan pada :
• Calon pengantin wanita
• Ibu hamil mulai trimester 2 (kehamilan usia 4 bulan)
• Anak usia 8, 9 tahun( Kelas 2 dan 3 SD)
• Imunisasi DT, Diberikan usia 7 tahun (kelas 1 SD)
Sasaran Imunisasi
• Bayi 0-11 bulan : BCG, Polio, DPT, Campak, HiB, dan Hepatitis B
• Anak Kelas 1 SD : DT
• Anak kelas 2 dan 3 SD : TT
• Calon Pengantin Wanita : TT
• Ibu Hamil : TT
• Siapa saja Beresiko tinggi dan belum imunisasi saat bayi : Hepatitis B
KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Lingkungan sehat
Lingkungan sehat adalah jika sampah, air limbah dan tinja di buang secara benar.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi:
2. Perumahan
Syarat rumah sehat secara sederhana:
a. Rumah yang memiliki ruangan terpisah untuk keperluan sehari-hari dengan ukuran yang
memadai, misalnya ruang makan, kamar tidur, dapur, kamar mandi, WC, dan tempat cuci
pakaian.
b. Tersedianya air bersih, penampungan air bekas, tempat sampah, jamban, dan saluran
pembuangan air hujan
c. Kamar-kamar harus berjendela dan harus selalu terbuka pada siang hari. Jendela harus
menghadap arah angin
d. Sinar matahari dapat masuk ke rumah dan penerangan malam yang cukup untuk
membaca.
e. Dinding lantai harus kering dan tidak lembab
f. Asap dapur mempunyai jalan keluar melalui lubang langit-langit.
g. Halaman rumah harus selalu dibersihkan
h. Kandang ternak terpisah lebih 10 meter jaraknya dari rumah
i. Di manapun tidak terdapat jentik-jentik nyamuk, kecoa dan tikus
6. Pembuangan sampah
Cara pembuangan sampah:
a. Sampah dibuang ke tanah yang lebih rendah kemudian ditutup dengan tanah
b. Dibakar
c. Dibuat kompos
d. Untuk makanan ternak
e. Pulverisation yaitu semua jenis sampah dihancurkan kemudian baru di buang ke laut.
Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh sampah antara lain: menceret, muntaber, disentri,
typus, dan penyakit kaki gajah. Keuntungan membuang sampah yang benar:
a). Terhindar dari timbulnya penyakit
b). Dapat menghasilkan pupuk
c). Keadaan bersih dapat menimbulkan kepuasan batin tersendiri
d). Menciptakan keindahan
e). Menimbulkan suasana nyaman
7. Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat berupa:
a. Pencemaran air dan tanah
b. Pencemaran udara
c. Pencemaran suara
d. Pencemaran bahan-bahan radioaktif
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
• Cara Penularan Penyakit
• Udara : TBC, Influensa, Diptheri
• Makanan dan Minuman : Diare, Cacingan, Typus
• Binatang : Malaria, Demam Berdarah
• Air : Penyakit kulit
• Kontak langsung : Gudig, Kudis
• Kontak tidak langsung : Gatal
Diare/Mencret/Berak berak
• Penyebab : Bakteri/Virus/Keracunan Makanan
• Penularan : Makanan yang terkontaminasi
• Gejala : Sering berak tanpa darah dan lendir, nyeri perut, badan terasa lemas dan
mual.
• Pencegahan : Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, makan makanan yang
bersih dan sehat
• Tindakan :Berikan oralit kemudian bawa ke puskesmas / pelayanan kesehatan
Diphteri
• Penyebab : Bakteri
• Penularan : udara, droplet
• Gejala : Panas tinggi, sakit tenggorokan timbul selaput putih disekitar
tenggorokan
• Pencegahan : Imunisasi DPT, menghindari berdekatan dengan penderita
• Tindakan : Bawa ke puskesmas / pelayanan kesehatan
Tonsilitis (Amandel)
• Cara pemeriksaan : Mulut dibuka lebar, lidah ditekan dengan spatel lidah akan
tampak benjolan sebesar kelereng/duku/bakso disebelah kanan kiri
tenggorokan.
• Pencegahan : Mengurangi gorengan yang mengandung banyak minyak, menjaga
kebersihan mulut dan gigi.
• Gangguan karena tonsilitis : Sering batuk, pilek , pusing, sulit konsentrasi.
• TBC (Tuberculosa)
• Penyebab : Bakteri Mycobacteium tuberculosa
• Penularan : udara/droplet
• Gejala : Batuk > 2 minggu, demam, keringat dingin waktu malam, berat badan
menurun, nafsu makan menurun, sesak nafas kadang disertai batuk darah
• Pencegahan : Ventilasi rumah/sekolah cukup, memasang genting kaca, jangan
meludah sembarang tempat, Vaksinasi BCG pada anak
• Tindakan : bawa ke puskesmas / pelayanan kesehatan
Typus
• Penyebab : Bakteri
• Penularan : Makanan yang terkontaminasi
• Gejala : Demam lebih dari satu minggu
• Minggu pertama demam sore hari
• kedua demam terus menerus
• ketiga panas berangsur turun
• Gangguan pada saluran pencernaan
• Bau mulut tak sedap, bibir kering, lidah kotor keputihan, perut sakit.
• Pencegahan : Berak di WC, jaga kebersihan
KESEHATAN MATA
Bagian-bagian Mata
1. Kelopak mata
Melindungi bola mata dari gangguan luar
2. Bulu Mata
Melindungi mata dari air dan debu
2. Selaput lendir mata (Sklera)
Melindungi bola mata
3. Kornea
Tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata
4. Iris (Selaput Pelangi)
Terdiri dari selaput halus seperti tirai yang mengandung zat warna, merupakan bagian
yang membentuk pupil yang berguna
Mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk mata
5. Lensa mata
Bagian mata bening, bentuk cembung, tembus cahaya
Untuk memusatkan cahaya yang memasuki mata melalui kornea tepat pada retina
Penyakit Mata
1. Menular
a. Conjungtivitis
b. Trachoma
2. Tidak Menular
a. Xerophtalmia
b. Trauma Mata
Conjungtivitis
• Penyebab : Bakteri atau virus
• Penularan : Kontak langsung
• Gejala : Mata merah berair, keluar kotoran seperti berpasir, perih dan sakit,
gatal, silau bila kena sinar, tidak disertai penurunan tajam penglihatan
• Pencegahan : Jaga kebersihan mata, cuci tangan setelah kontak dengan mata
yang sakit.
• Tindakan : bawa ke puskesmas / pelayanan kesehatan, jangan dikucek.
Tindakan
1. Trauma Kimia :
Segera sesudah terkena, mata diguyur air (misalnya dengan teko, gayung dll) selama 30
menit terus menerus. Segera kirim ke puskesmas/RS.
2. Trauma mekanik, radiasi atau termis :
• Tutup mata dengan pembalut steril, Jangan menekan bola mata dengan apapun Segera
bawa ke puskesmas/RS.
• Pencegahan
Jangan bermain dengan benda tajam/ berbahaya.
Jangan melihat langsung cahaya yang menyilaukan.
Hati hati saat menggunakan zat kimia.
3. Kemasukan benda asing/ kotoran dikelopak mata atas/ bawah bagian dalam:
Pemeriksaan Mata
1) Tajam Penglihatan
- Tujuan dari pemeriksaan tajam penglihatan untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang
dan memberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada.
- Dasar dari pemeriksaan : Tajam penglihatan diperiksa langsung dengan memperlihatkan
seri simbol dengan ukuran berbeda-beda pada jarak tertentu terhadap penderiata dan
menentukan ukuran huruf terkecil yang da[at dikenal/ dilihat penderita.
- Alat pemeriksaan : Kartu Snellen Chart
- Teknik pemeriksaan :
Penderita duduk 6 meter dari kartu pemeriksaan
Mata yang kiri atau kanan ditutup.
Penderita diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu Snellen mulai dari baris atas
kebawah dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca.
- Nilai bila huruf yang terbaca terdapat pada garis dengan tanda 30 dikatakan tajam
penglihatan 6/30.
Bila yang terbaca terdapat pada baris dengan tanda 10, dikatakan tajam penglihatan 6/10.
Sedangkan tajam penglihatan normal 6/6.
2) Memeriksa/ melihat bagian-bagian mata yang tampak dari luar :
a) Kelopak mata tidak bergerak, dapat membuka dan menutup dengan baik.
b) Bulu mata teratur tumbuh dan mengarah ke luar.
c) Konjungtiva (selaput lendir mata) tampak jernih keputih-putihan.
d) Pupil mata (manik-manik mata) tampak mengecil bila kena sinar dan melebar kembali
bila tidak disinari lampu senter dan benar-benar hitam.
3) Memperhatikan gerakan dan arah bola mata
a) Gerakan kedua bola mata dapat bergerak kesemua arah secara bersamaan.
b) Arah kedua bola mata kedepan.
ILMU GIZI
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelejari tentang unsur-unsur tertentu dari makanan (zat gizi)
yang akan diserap oleh tubuh dan sisanya dibuang keluar tubuh.
A. Fungsi Makanan
Disini dapat dikemukakan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu:
1. Sebagai zat pembangun
Zat pembangun (penyusun sel-sel tubuh) adalah kelompok (protein dan mineral) terdapat
dalam telur, tahu, tempe, daging, ikan dan lain-lain.Sel-sel dalam tubuh, sel-sel darah perlu
diperbaharui karena masa kerja terbatas kurun waktu 120 hari (tiga bulan) akan mengalami
kerusakan (pecah), kerusakan ini perlu diganti secara proses biologis di dalam tubuh. Unsur
dalam makanan yang berfungsi mengganti, membengun dan memelihara sel-sel adalah
protein dan mineral.
2. Sebagai sumber tenaga
Sumber tenaga adalah kelompok hidrat arang dan lemak yang terdapat dalam makanan
pokok, seperti nasi, bihun, mie, tepung-tepungan, gula, minyak goreng, mentega dan lain-
lain.
3. Sebagai zat pengatur
Zat pengatur adalah kelompok sayuran dan buah. Di dalam tubuh zat-zat makanan itu
(vitamin dan mineral) berfungsi mengatur proses pencernaan, penyerapan, dan penggunaan
zat-zat gizi yang lain.
B. Zat gizi
Makanan yang baik adalah makanan yang mencakup fungsi makanan di atas yang
kesemuanya tertuang dalam makanan 4 sehat 5 sempurna. Dalam makanan terdapat 5
kelompok zat yaitu :
a. Karbohidrat : zat yang menghasilkan tenaga. Contoh nasi, jagung, sagu dan lan-lain.
b. Protein: protein banyak terdapat dalam lauk pauk dan protein nabati seperti telur, tempe,
tahu, kacang kedelai, kacang-kacangan, ikan dan lain-lain.
c. Lemak: banyak terdapat dalam lauk pauk (daging yang berlemak) dan minyak (minyak
goreng).
d. Vitamin
Zat ini banyak terdapat dalam semua bahan makanan terutama sayur dan buah segar.
Vitamin A berperan dalam proses pertumbuhan dan penglihatan. Banyak terdapat pada
daun singkong, papaya dan mangga. Kekuarangan vitamin ini akan menyebabkan
kebutaan dan pertumbuhan terhambat.
Vitamin B1 berperan dalam metabolism karbohidrat di dalam tubuh. Jika kekurangan
akan mengakibatkan kekurangan nafsu makan.
Vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel darah merah dan jika kekurangan
menyebabkan kelumpuhan tungkai.
Vitamin C berperan dalam pemeliharaan jaringan dan berperan dalam peningkatan
daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai macam penyakit.
Vitamin D dalam tubuh biasanya belum aktif dan untuk mengaktifkan diperlukan sinar
ultraviolet dari sinar matahari. Apabila seseorang kekurangan vitamin D maka akan
terjadi penghambatan pertumbuhan tulang.
Vitamin E yang dibutuhkan dalam tubuh relative sedikit jika dibanding dengan vitamin
yang lain.
Vitamin K berguna dalam proses pemebekuan darah yang biasanya terdapat dalam hati
sapi maupun ayam. Kekuarangan vitamin K akan menyebabkan darah sukar membeku.
e. Mineral: banyak terdapat dalam lauk-pauk dan sayuran. Contoh mineral yang penting
adalah Fe (zat besi) dan Ca (kalsium). Zat besi biasanya terdapat dalam bayam, kangkung,
telur dan sayuran hijau yang lainnya. Zat besi itu sendiri penting untuk pembentukan sel
darah merah. Kekurang zat besi dalam tubuh akan menyebabkan gejala cepat pusing,
konsentrasi belajar menurun yang bisanya dikenal dengan keadaan kurang darah. Kalsium
(zat kapur) erdapat dalam ikan laut. Kalsium berfungsi dalam pembentukan gizi dan tulang
bersama dengan vitamin D. kekurangan kalsium akan menyebabkan rapuhnya tulang
(rakhitis).
C. Kantin sekolah
Lokasi dan ruang makan
Kantin yang baik yaitu yag berada di dalam lingkungan sekolah, tidak berdekatn dengan
jamban, kamar mandi dan temapt pembuangan sampah dengan ruangan yang cukup luas,
bersih dan nyaman serta ventilasi cukup.
Kita tidak pernah menginginkan musibah kebakaran terjadi, namun paling tidak jika kita
memahami Prosedur Evakuasi Keadaan Darurat Kebakaran maka kita akan bisa mengambil
langkah-langkah dan keputusan yang tepat sesuai prosedur jika suatu saat terjadi kebakaran di
lingkungan yang kita tinggali.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya
mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak
terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya. Sebaliknya jika kita
langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar kita akan melakukan
pertolongan yang salah pada korban. Sebagai seorang pecinta alam, materi ini penting
untuk dipelajari, karena kondisi alam seringkali tidak dapat diduga dan sangat mungkin
terjadi kecelakaan yang tidak kita harapkan. Sedangkan tenaga medis, sarana dan
prasarana kesehatan sulit untuk dijangkau. Maka satu-satunya pilihan adalah mencoba
melakukan pertolongan sementara pada korban kerumah sakit atau dokter terdekat.
1.3. Tujuan
1. Agar pembaca tahu bagaimana memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
ditempat kejadian dengan cepat dan tepat.
2. Mencegah terjadinya kesalahan saat member pertolongan jika terjadi kecelakaan dan
mencegah penurunan kondisi badan atau cacat.
3. Meminimalisir kesalahan yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pembalut Plester
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/
lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat
untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).
2.2.5. Pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi)
tulang yang patah. Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang
patah. Syarat pemasangan bidai:
1. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
2. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
3. Bidai dibungkus agar empuk.
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.
2.2.6. Alat-alat bidai:
1. Papan, bamboo, dahan
2. Anggota badan sendiri
3. Karton, majalah, kain
4. Bantal, guling, selimut
2. Sikap mengangkat.
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K - Pengertian P3K adalah
bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke rujukan,
sedangkan Pertolongan Pertama (PP) adalah pemberian pertolongan segera kepada
penderita sakit atau cedera/ kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar,
yaitu suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang
dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan pertolongan pertama.
Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K Menurut Christopher P. Holstege,
M.D. yang sering kita lakukan adalah :
4. Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang, atau patah tulang.
Tindakan tersebut berpotensi menyebabkan kondisi bengkak bahkan membuat proses
penyembuhan menjadi makin lama. Tindakan yang benar adalah dengan meletakan es
pada bagian tubuh yang keseleo, otot tegang, atau patah tulang selama 10 menit dan
biarkan tanpa es selama 10 menit dan seterusnya setiap 10 menit. Lakukan hal tersebut
selama 1-2 hari.
7. Menggunakan air panas untuk menolong mereka yang sangat kedinginan atau
tubuhnya mulai membeku. Bahkan pada kondisi dimana jari jari sudahmulai
membeku, terkadang langsung direndam pada air panas.
Tindakan tersebut bisa menyebabkan hal yang membahayakan tubuh. Tidakan yang
benar adalah cukup dengan mengunakan air yang cukup hangat atau menggunakan uap
yang kering.
8. Mengosok tubuh dengan alkohol untuk mengurangi demam.
Alkohol bisa menyerap kedalam tubuh dan menyebabkan keracunan terutama pada
anak anak. Tindakan yang benar adalah gunakan acetaminophen atau ibuprofen atau
segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk demam yang sangat tinggi .
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
P3K adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban
kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
paramedik. Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita
harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan
lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.
Ada beberapa tahap dalam memberikan Pertolongan Pertama Pada kecelakaan :
1. Penolong mengamankan diri sendiri ( memastikan penolong telah aman dari bahaya)
2. Amankan Korban ( evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang lebih aman dan
3. nyaman.
4. Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya korban baru.
5. Usahakan Menghubungi Tim Medis
6. Tindakan P3K
3.2. Saran
Agar tak melakukan kesalahan saat melakukan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan ada beberapa kesalahan yang harus di hindari, yaitu:
1. Menoreh bekas luka gigitan hewan berbisa.
2. Mengoles mentega pada luka bakar.
3. Menghentikan pendarahan dengan membuat ikatan yang bisa dikencangkan dan
dilonggarkan (torniquet) diatas luka yang mengalami pendarahan.
4. Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang, atau patah tulang.
5. Memindahak korban tabrakan dari dalam mobil ke tempat lain.
6. Mengucek mata ketika ada benda masuk ke mata.
7. Menggunakan air panas untuk menolong mereka yang sangat kedinginan atau tubuhnya
mulai membeku. Bahkan pada kondisi dimana jari jari sudah mulai membeku,
terkadang langsung direndam pada air panas.
8. Mengosok tubuh dengan alkohol untuk mengurangi demam.
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “kecelakaan kerja ”
Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian kecelakaan kerja, jenis – jenis
kecelakaan kerja, faktor-faktor terjadinya kecelakaan kerja dan Menjelaskan bagaimana cara
pencegahan dan penendalian kecelakaan kerja.
makalah ini Alhamdulillah dapat kami selesaikan berkat tuntunan Tuhan Yang Maha
Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada
kita semua. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Amin.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis.
ii
Daftar Isi
Sampul Makalah ................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan.
A. Latar Belakang .................................................................................................................5
B. Permasalahan ................................................................................................................... 7
C. Tujuan Pnulisan .................................................................................................. .............7
D. Metode Penulisan ................................................................................................ 7
Bab II Pembahasan.
A. Pengertian Kecelakaan Kerja.. ............................................................................. 8
B. Jenis-jenis Kecelakaan kerja ............................................................................... 10
C. Penyebab Kecelakaan kerja ................................................................................ 11
D. Contoh kasus kecelakaan kerja ........................................................................... 15
E. Pencegahan Kecelakaan kerja ............................................................................. 16
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................... 20
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika
dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan
bahwa setiap hari rata – rata 6.000 orang meninggal, setara den gan satu orang setiap 15
detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan
pekerjaan mereka. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan
350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita d alam pekerjaan seperti
membongkar zat kimia beracun (ILO, 2003). Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kelalaian
perusahaan yang hanya memusatkan diri pada keuntungan dan kegagalan pemerintah untuk
melaksanakan sistem manajemen K3, merupakan dua penyebab bes ar kematian terhadap
pekerja. Selain itu, di negara – negara berkembang seperti Indonesia, undang–undang
keselamatan kerja yang berlaku tidak secara otomatis meningkatkan kondisi di tempat kerja,
disamping hukuman yang ringan bagi yang melanggar aturan. Dengan b erkembangnya
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah -masalah lingkungan menuntut untuk
secara profesional, terpadu dan berkesinambungan mengelola aspek lingkungan, kesehatan
dan keselamatan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja merup akan suatu kondisi-kondisi
dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan
kerja karyawan atau pekerja lainnya, termasuk tamu dan orang lain di tempat kerja. Faktor-
faktor yang dimaksud dapat berasal dari manusia itu s endiri, faktor lingkungan kerja dan
faktor peralatan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau
kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa/luka/cacat maupun pencemaran.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi
karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan). Kecelakaan kerja juga dapat
didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda tentunyahal ini dapat mengakibatkan
kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita
jumpai dimana banyak terjadi dilingkungan
pekerjaan non-formal. Hal ini yang menunjukan bahwa sanya pentingnya sebuah keselamatan
dalam bekerja, sekalipun sektor tersebut hanya sedikit bahkan tidak sama sekali di dukung
oleh pemerintah.
Seperti banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi di area pertambangan, dimana para
pekerjanya kurang menggunakan alat keselamatan kerja. Ada juga pekerjaan dalam
membangun bangunan di kota (pembangunan yang dibangun untuk pemerintah) dimana
pekerjanya hanya menggunakan topi, sendal, skrap (penutup hidung dan mulut). Mengapa
bisa hal tersebut dapat terjadi? Padahal bisa dilihat mata pemerintah tidak mungkin sependek
yang kita lihat.
B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Bagaimana pengertian kecelakaan kerja ! 2.
Menjelaskan jenis – jenis kecelakaan kerja ! 3. Menjelaskan factor terjadinya kecelakaan
kerja ! 4. Menjelaskan bagaimana cara pencegahan kecelakaan kerja !
C. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan Umum Untuk memenuhi mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
pertambangan
2. Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang Kecelakaan kerja
- Memberikan nilai penting tentang masalah kecelakaan kerja
- Memberikan cara pencegahan kecelakaan kerja.
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode Studi kepustakaan, yaitu
mempelajari buku dan sumber lainnya untuk mendapatkan dasar ilmiah yang berhubungan
dengan permasalahan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecelakaan Kerja.
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999:4). Kecelakaan kerja (
accident ) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan
terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses (Didi Sugandi, 2003 :
171).
Menurut Undang-Undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
pasal 1 ayat 6, Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak
terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa /
luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat
adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).
Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda tentunya hal
ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Dengan demikian
menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu diperhatikan : a. Kecelakaan merupakan
peristiwa yang tidak dikehendaki b. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan
harta benda c. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang
melebihi ambang batas tubuh atau struktur.
Adapun teori – teori penyebab kecelakaan kerja antara lain :
1. Teori Heinrich ( Teori Domino) Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari
suatu rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut
yaitu :
lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan
cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 ). 2. Teori Multiple Causation Teori ini berdasarkan pada
kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab
ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan
penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti. 3. Teori Gordon Menurut Gordon
(1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan, perantara
terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya
dengan mempertimbangkan salah satudari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus
dapat diketahui secara detail. 4. Teori Domino terbaru Setelah tahun 1969 sampai sekarang,
telah berkembang suatu teori yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan
kerja adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. 5. Teori Reason Reason (1995,1997) menggambarkan kecelakaan
kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat
berupa pelatihan- pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja, 6. Teori
Frank E. Bird Petersen Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan . Bird
mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut (M.Sulaksmono,1997) :
Manajemen kurang control
Sumber penyebab utama
Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar) Kontak peristiwa ( kondisi di
bawah standar )
Kerugian gangguan ( tubuh maupun harta benda )
B. Jenis – Jenis Kecelakaan Kerja
Menurut Suma’mur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan,
yaitu : 1) Kecelakaan industri ( industrial accident ) yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat
kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. 2) Kecelakaan dalam perjalanan
(community accident ) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan
dengan adanya hubungan kerja Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni: 1.
Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : Terjatuh, Tertimpa benda, Tertumbuk atau terkena
benda-benda, Terjepit oleh benda, Gerakan-gerakan melebihi kemampuan, Pengaruh suhu
tinggi, Terkena arus listrik, Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi. 2. Klasifikasi
menurut penyebab : - Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik. - Alat angkut: alat
angkut darat, udara, dan air. - Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya. - Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan
peledak,gas,zat-zat kimia, dan sebagainya. - Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam
bangunan dan di bawah tanah) 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : Patah tulang,
Dislokasi (keseleo), Regang otot (urat), Memar dan luka dalam yang lain, Amputasi, Luka di
permukaan, Geger dan remuk, Luka bakar, Keracunan-keracunan mendadak, Pengaruh
radiasi 4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : Kepala, Leher, Badan,
Anggota atas, Anggota bawah, Banyak tempat, Letak lain yang tidak termasuk dalam
klsifikasi tersebut.
C. Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan dapat mengakibatkan luka (injury), kerusakan pada properti, penghentian
atau jeda pada proses produksi yang berdampak interupsi pada proses bisnis, ataupun
kombinasi dari kesemuanya (Stranks, 2003). Terdapat dua aspek spesifik terkait dengan
kecelakaan kerja yakni resiko dan bagaimana tenaga kerja mengenali adanya resiko tersebut.
Elemen resiko dapat dikatakan terkait dengan proses, mesin, akses pada gedung, kurangnya
supervisi dan kontrol, maupun pengunaan material yang berbahaya. Bagaimana tenaga kerja
mengenali adanya resiko di tempat kerja merupakan fitur dari pengalamannya di masa
lampau, pelatihan, maupun sikap aman yang umumnya dimiliki. Strategi pencegahan
kecelakaan kerja seharusnya diarahkan pada upaya reduksi akan bahaya di tempat kerja dan
peningkatan kesadaran tenaga kerja akan adanya resiko bahaya di tempat kerja mereka
(Stranks, 2003). Hasil riset NCS menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah
adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja
96% disebabkan oleh unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh unsafe condition (Patria,
2003). Unsafe behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja
tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin, menyingkirkan peralatan
keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan
tidak standar, bertindak kasar, kurang pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang
terganggu. Menurut Suizer dalam Patria (2003) peningkatan peraturan keselamatan; safety
training ; peningkatan alat-alat produksi; penegakan disiplin dan lain-lain belum cukup untuk
mencegah kecelakaan kerja. Perubahan yang didapatkan tidak bisa bertahan lama karena para
pekerja kembali pada kebisaaan lama yaitu unsafe behavior. Berdasarkan acuan bahwa unsafe
behavior merupakan penyumbang terbesar dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk
mengurangi kecelakaan kerja dan untuk meningkatkan safety performance hanya bisa dicapai
dengan usaha memfokuskan pada pengurangan unsafe behavior. Dalam artikel Konsep
Penyebab Kecelakaan yang diterbitkan dalam situs binakesehatankerja.com, Riyadi (2007)
menuliskan Bernardino Ramazzini (1664 - 1714) yang dikenal sebagai funder K3 dengan
bukunya Discourse on the diseases of workers, mengaitkan penyakit pasien dengan
pekerjaannya dan mulai mengembangkan ilmu kedokteran dari perspektif sosiomedicine.
Ramazzini menyatakan bahwa ada dua kelompok besar penyebab penyakit akibat kerja yaitu
bahaya yang terkandung di dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya
gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic
factors). Adapun konsep berikutnya yang dicantumkan pula oleh Riyadi adalah Heinrich
Model. Pada tahun 1931, H.W. Heinrich melakukan survey terhadap sekitar 550.000 kejadian
kecelakaan dan menyimpulkan bahwa dari satu kejadian fatal atau kecelakaan serius, terdapat
29 kecelakaan kecil dan 300 kondisi yang berpotensi tinggi menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Heinrich pun mengemukakan bahwa 88% dri semua kasus kecelakaan tersebut
disebabkan oleh perilaku tidak aman (unsafe act) dan 10% oleh kondisi tidak aman (unsafe
condition) Munculnya teori Heinrich menandai era perkembangan manajemen modern.
Heindrich model digambarkan dalam sederetan model kartu domino (teori domino). Menurut
Heinrich terjadinya accident (kecelakaan) sampai terjadi kerugian karena faktor- faktor
sebelumnya, yaitu kondisi kerja & perilaku kerja, human factor, lingkungan. Dikutip oleh
Sukisni (2003) dari Thabani Adnan (1991), mekanisme terjadinya kecelakaan kerja
disebabkan oleh adanya interaksi di antara 5 faktor di mana satu dan yang lainnya saling
berkaitan.
1. Faktor Ancestry atau hereditas dan lingkungan social
antara lain sikap keras kepala, berani menempuh resiko tanpa perhitungan yang didapat dari
keturunan dan pengaruh lingkungan yang kurang baik misalnya gerombolan penjahat,
narkotika, dll dapat mempengaruhi sifat seseorang. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan
seseorang bekerja kurang berhati-hati sehingga membuat kecelakaan dan akhirnya
mengakibatkan kecelakaan.
2. Faktor Kesalahan atau kelemahan sifat perseorangan merupakan penunjang terjadinya
kecelakaan. Hal ini ditandai dengan kurangnya pendidikan, sikap yang akngkuh, cacat mental
dan fisik yang diderita . Kebanyakan tindakan-tindakan dari seseorang yang bersifat demikian
akan menyebabkan cenderung bertindak salah dalam pekerjaannya.
3. Faktor Perbuatan-perbuatan yang berbahaya dan atau kondisi kerja yang berbahaya atau
tidak menguntungkan berupa fisik maupun mekanis, sebagai contoh adalah melepaskan alat
pengaman, alat kerja yang tidak memadai, mesin yang tua dan usang.
4. Faktor Faktor keempat adalah kecelakaan itu sendiri, kecelakaan yang terjadi akan
menimpa karyawan atau secara tidak langsung menyebabkan kecelakaan pada orang lain.
5. Faktor Kerugian atau kelainan akibat kecelakaan, kerugian dapat menimpa pekerja,
pengusaha, masyarakat konsumen. Heinrich mengusulkan model 5 domino. Menurutnya
kecelakaan terjadi karena reaksi berantai dari kejadian. Bila faktor I jatuh maka akan
menimpa II dan seterusnya sampai V sehingga menimbulkan kerugian namun kecelakaan
bisa dicegah ketika salah satu domino diambil.. Dalam seni pencegahan kecelakaan, dari
kelima faktor ini yang paling relevan untuk diadakan koreksi adalah faktor III, dan dapat
ditingkatkan kewaspadaan dengan pendidikan, penataran, supervisi, melatih keterampilan,
memperbaiki budaya kerja dan lain-lain. Bila faktor III ini dapat diatasi, maka kejadian
kecelakaan dapat dikurangi atau setidaknya dihindari.
D. Contoh Kasus Kecelakaan Kerja
Judul kasus : Kematian karena terlindas mesin penggulung di saat melakukan pembersihan
serat
Petugas operator
Wanita, seorang operator pembersihan serat pada mesin penggulung Tugas kerja
Melakukan pembersihan mesin penggulung Waktu Bulan Desember tahun X sekitar jam
2:30 sore Tempat kejadian Area pembersihan mesin penggulung Peralatan atau benda yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan Tiang transmisi
Urutan kejadian Pada hari itu saksi peristiwa sedang membantu kepala regu nya si korban
yang bermarga Ceng, dia menyatakan : pada sekitar jam 2:30 sore saya membantu korban
melakukan pembersihan mesin penggulung. Saya mengguna kan alat pengangkut untuk
pindah ke tiang yang menyangga mesin kemudian memasangnya di tempat yang tetap.
Korban berdiri di sebelah kanan, saya membantu di sebelah kirinya. Dia menyalakan mesin
penggulung untuk pengoperasian se rat yang akan dibersihkan. Tangan kami berdua masing-
masi ng memegang 2 ikat serat PE dan mengikuti arah putaran mesin untuk menarik keluar
bahan tersebut (gambar 2.1). Tiba- tiba ka ki korban tertarik keluar dan terletak di atas
tumpukan serat PE, dia segera menekan tombol penghenti darurat untuk menghentikan
mesin yang berputar. Tetapi dia tetap tergulung ke da lam (bagian kaki tergulung lebih dulu,
tubuh dan bagian lainnya juga tergulung ke dalam). Saya segera memegang mesin dan
berusaha mematikan putaran, akhirnya dengan salah satu kaki sa ya tergulung ke atas oleh
serat PE, mesin baru benar-benar berhenti berputar. Saya membuka ikatan serat PE di se kitar
kaki dan segera turun ke bawah untuk menolongnya. Manajer pabrik segera datang, kita
bersama – sama membuka ikatan serat PE di seputar badan korban, kemudian mengirimnya
ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan, tetapi pada hari it u jam 3 sore karena luka yang
parah dia tak tertolong hingga meninggal dunia.
Tahapan penyebab Keterangan Penyebab Umum
1. Tidak memasang tutup pengaman, peralatan pengaman pada posisi yang tepat di mesin
penggulung. (lingkungan yang tidak aman).
2. Tidak memasang tombol penghenti darurat yang diberi tanda dengan jelas pada mesin
tersebut (gambar 2.2).(lingkungan yang tidak aman). Analisa Penyebab Terperinci Tidak
menetapkan rencana pemeriksaan otomatis untuk melakukan pemeriksaan otomatis
Penyebab Pokok
1. Tidak memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja untuk
pekerja dalam melakukan pekerjaan dan pencegahan kecelakaan.
2. Kurangnya kesadaran pekerja akan keselamatan.
Strategi Pengendalian
1. Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan
pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah
terjadinya kecelakaan yang sama.
2. Selama melakukan proses pekerjaan yang mungkin berbahaya, seperti pembersihan mesin,
penambahan minyak, pemeriksaan, perbaikian atau pengaturan, mesin harus berhenti
beroperasi. Untuk mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus di kunci
atau diberi tanda peringatan, pemilik usaha harus memasang tutup pengaman atau peralatan
pembatas. Membuat perencanaan ulang pembagian tenaga kerja.
3. Seluruh petugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggungjawab
menjalankan rencana penanggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, sert a
melakukan bimbingan pelaksanaan setiap departemen.
BAB. III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari peulisan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian
baik korban manusia dan atau harta bendaUntuk mewujudkan lingkungan kerja yang
kondusif sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dibutuhkan kerjasama
antara Pemerintah, Perusahaan yang terkait, dan tenaga kerja. Setiap tenaga kerja harus
mengetahui tentang kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
B. Saran. S
sebagai seorang tenaga kerja tentunya kita sangat dekat dengan kecelakaan kerja, tapi
semua itu bisa terhindarkan jikalaukita dalam melakukan aktifitas pekerjaan kita selalu
kedepankan ke hati-hatian. Setiap melakukan pekerjaan utamakan keselamatan kerja.
REFERENSI
Lestariwati, Badraningsih, dkk. 2015. Kecelakaan & Penyakit Akibat Kerja Materi Ajar K3
FT UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Hargiyarto, Putut, dkk. 2015. Kapita Selekta Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
http://penyuluhkesehatandankeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/05/jenis-jenis-kecelakaan-
kerja-31.html (Online, diakses 12 Juni 2016)
http://www.blogtkj.com/2015/05/Materi-K3-Ini-dia-Jenis-jenis-kecelakaan-dibidang-
industri.html (Online, diakses 12 Juni 2016)
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-faktor-kecelakaan-
kerja.html (Online, diakses 12 Juni 2016)
Jerusalem, Mohammad Adam, dkk. 2011. Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hughes, Phil. 2011. Introduction to Health and Safety at Work. New York: Routledge.
Lestari, Martina Indah. dkk. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) RI. CD ROM Portalk3.com