Mikosis Superfisialis PDF
Mikosis Superfisialis PDF
PENDAHULUAN
Mikosis Superfisialis
Mikosis superfisialis adalah penyakit kulit yang disebabkan jamur, yang mengenai
lapisan kulit paling atas (epidermis). Penyakit ini dapat menyerang kulit, rambut, ata
kuku. Mikosis superfisial digolongkan menjadi dua :
1. Dermatofitosis
Adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
kroneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita.
Contoh : Tinea Kapitis, Tinea Kruris, Tinea Korporis, Tinea Pedis, Tinea Ungunium,
Tinea Barbae
2. Non Dermatofitosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang bukan golongan dermatofita.
Contoh : Tinea Versicolor, Tinea Nigra Palmaris, Piedra, Trichomycosis, Otomikosis
Sekarang kita akan membahas 2 mikosis superfisialis yang paling umum dan
paling sering ditemukan sehari-hari, yaitu:
1. Dermatofitosis
2. Pitiriasis Versikolor
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 1
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
BAB I. DERMATOFITOSIS
Definisi
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan
oleh jamur golongan dermatofita.1
Etiologi
Dermatofitosis termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus,
yaitu Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.2 Yang terbanyak ditemukan
di Indonesia adalah Trichophyton rubrum. Dermatofita yang lain adalah
Epidermophyton floccosum, Tricophyton mentagrophytes, Microsporum canis,
Microsporum gypseum, Tricophyton concentricum, Tricophyton schoenleini dan
Tricophyton tonsurans.1
Gambaran Klinis
Golongan jamur dermatofita dapat menyebabkan kelainan yang khas. Satu
jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung pada
lokalisasi anatominya. Bentuk-bentuk klinis tersebut adalah tinea kapitis, tinea
favosa, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea kruris, tinea manus et pedis dan
tinea unguium.1 Selain itu terdapat juga tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan
jenggot; tinea aksilaris pada ketiak, tinea fasialis pada wajah dan tinea inkognito
yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati
dengan steroid topikal kuat.2
Diagnosis2
Pada sediaan kulit dan kuku dengan 1 tetes larutan KOH 20 % yang terlihat
adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang, maupun spora
berderet (artospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati.
Pada sediaan rambut dengan 1 tetes larutan KOH 10 % yang terlihat adalah
spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 2
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
I. TINEA KAPITIS1
Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang
disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvili, T.mentagrophytes, T.tonsurans,
M.audonii, M.Canis dan M.ferrugineum.
Gambaran Klinis
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, yang dapat ditularkan dari binatang
peliharaan misalnya anjing dan kucing. Keluhan penderita berupa bercak pada kepala,
gatal dan sering disertai rontoknya rambut di tempat lesi tersebut.
Ada 3 bentuk klinis dari tinea kapitis:
1. “Grey patch ringworm”: merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus Microsporum dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini
biasanya dimulai dengan timbulnya papula merah kecil di sekitar folikel
rambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk bercak pucat karena
adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi abu-abu, tidak
berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah dan juga mudah terlepas dari
akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempat
dan terlihat sebagai “grey patch”. Bercak abu-abu ini sulit terlihat batas-
batasnya dengan pasti, bila tidak menggunakan lampu Wood. Pemeriksaan
dengan lampu Wood memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batas-
batas yang sakit dapat terlihat jelas.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 3
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
2. Kerion: merupakan tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan yang
hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukan
sel radang disekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang
menetap. Biasanya disebabkan jamur zoofilik dan geofilik.
3. “Black dot ringworm”: adalah tinea kapitis dengan gambaran klinis berupa
terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang
terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora
terlihat sebagai titik hitam. Biasanya disebabkan oleh genus Tricophyton.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan
lampu Wood, dan pemeriksaan mikroskopis rambut langsung dengan KOH. Pada
pemeriksaan mikroskopis, akan terlihat spora di luar rambut (ectotrics) atau di dalam
rambut (endotrics).
Diagnosis Banding
Tinea kapitis sering dikelirukan dengan berbagai penyakit, seperti psoariasis
vulgaris, dermatitis seboroik dan alopesia areata.
Terapi
Pengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25
mg/kg berat badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500
mg/hari selama 6 minggu. Penggunaan antijamur topikal dapat mengurangi penularan
pada orang yang ada di sekitarnya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 4
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Definisi
Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini,
T.violaceum dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yang
ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus (mousy odor) pada
kulit kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit
kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan
kerontokan rambut, serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu, terjadi
kerontokan rambut luas, kulit mengalami atrofi dan sembuh dengan jaringan parut
permanen.
Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis langsung, dengan
menemukan miselium, “air bubbles” yang bentuknya tidak teratur. Pada pemeriksaan
dengan lampu Wood tampak fluoresensi hijau pudar (“dull green”).
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 5
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Terapi
Prinsop pengobatan sama dengan tinea kapitis. Untuk menghilangkan skutula
dan debris, higiene harus dijaga dengan baik.
Definisi
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut
(glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan tungkai.
Etiologi
Penyebab tersering penyakit ini adalah T.rubrum dan T.mentagrophytes.
Gambaran klinis
Bentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macam
eflorosensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik.
Bagian tepi lebih aktif dengan tanda perdangan yang lebih jelas. Daerah sentral
biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi lesi makin meluas ke
perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi
dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar.
Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak
menunjukkan tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada bagian
tubuh dan tidak jarang bersama-sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik yang
disebabkan oleh T.rubrum kadang-kadang terlihat bersama dengan tinea unguium.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 6
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya, serta
pemeriksaan kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop untuk
melihat hifa atau spora jamur.
Diagnosis Banding
Tinea korporis mempunyai gambaran klinis yang mirip dengan pitiriasis rosea,
psoariasis, lues stadium II, morbus Hansen tipe tuberkuloid, dan dermatitis kontak.
Terapi
Pengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4
minggu; dapat juga ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100
mg/hari selama 2 minggu; atau terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Pengobatan
dengan salep Whitfeld masih cukup baik hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftat,
tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol, dan naftifin HCl.
Definisi
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang
melingkar-lingkar dan terasa gatal.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita T.concentricum.
Gambaran Klinis
Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit yang tidak berambut,
sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula
eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal dan konsentris
dengan susunan seperti genting. Lesi makin lama makin melebar tanpa meninggalkan
penyembuhan di bagian tengah.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 7
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang sangat khas berupa
lesi konsentris.
Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya ialah eritroderma dan pemfigus foliaseus.
Terapi
Pengobatan sistemik griseofulvin dengan dosis 500 mg/hari selama 4 minggu.
Sering terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan ulang
yang lebih lama. Obat sistemik lain adalah ketokonazol 200 mg/hari, itrakonazol 100
mg/hari dan terbinafin 250 mg/hari selama 4 minggu.
Pengobatan topikal tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas.
Dapat diberikan preparat yang mengandung keratolitik kuat dan antimikotik, misalnya
salep Whitfeld, Castellani paint, atau campuran salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5
%, serta obat-obat antimikotik berspektrum luas.
V. TINEA KRURIS1
Definisi
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha,
genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 8
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Etiologi
Penyebab umumnya adalah E.floccosum, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh T.rubrum. Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha
sekitar anogenital.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis biasanya berupa lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri,
namun dapat juga unilateral. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal,
yang lama kelamaan meluas hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai seluruh
paha. Tepi lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan terkadang disertai banyak
vesikel-vesikel kecil.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas dan
ditemukannya elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik
langsung memakai larutan KOH 10-20 %.
Diagnosis Banding
Tinea kruris dapat menyerupai dermatitis seboroik, kandidosis kutis,
eritrasma, dermatitis kontak dan psoariasis.
Terapi
Pengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4
minggu. Obat lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld,
tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 9
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Definisi
Tinea manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-
jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital.
Etiologi
Penyebab tersering adalah T.rubrum, T. mentagrophytes dan E.floccosum.
Gambaran Klinis
Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai
sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, mencuci,
bekerja di sawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanpa
keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder
dan peradangan.
Dikenal 3 bentuk klinis yang sering dijumpai, yaitu:
1. Bentuk intertriginosa. Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi
dan erosi pada sela jari. Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadi
fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat
menyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari.
Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV dan V.
2. Bentuk vesikular akut. Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikel-vesikel
dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi
yang sering adalah telapak kaki bagian tengah dan kemudian melebar serta
vesikelnya memecah. Infeksi sekunder dapat memperburuk keadaan ini.
3. Bentuk moccasin foot. Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi, sampai
punggung kaki terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan,
terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 10
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan gambaran klinis dan
pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan elemen
jamur.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding adalah hiperhidrosis, akrodermatitis, kandidosis, serta lues
stadium II.
Terapi
Pengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur
untuk bentuk interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk
moccasin foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, paling sedikit 6
minggu dan kadang-kadang memerlukan antijamur per oral, misalnya griseofulvin,
itrakonazol, atau terbenafin.
Definisi
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur
golongan dermatofita.
Etiologi
Penyebab penyakit yang sering adalah T.mentagrophytes dan T.rubrum.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 11
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Gambaran Klinis
Dikenal 3 bentuk gejala klinis, yaitu:
1. Bentuk subungual distalis. Penyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateral
kuku. Penyakit akan menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa
kuku yang rapuh.
2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita. Bentuk ini berupa bercak
keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanya
elemen jamur.
3. Bentuk subungual proksimal. Pada bentuk ini, kuku bagian distal masih
utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserang
daripada kuku tangan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan kerokan kuku
dengan KOH 10-20 % atau dilakukan biakan untuk menemukan elemen jamur.
Diagnosis Banding
Dignosis banding dari tinea unguium adalah kandidosis kuku, psoariasis kuku
dan akrodermatitis.
Terapi
Pengobatan penyakit ini memakan waktu yang lama. Pemberian griseofulvin
500 mg/hari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan untuk kuku jari
kaki merupakan pengobatan standar. Pemberian itrakonazol atau terbenafin per oral
selama 3-6 bulan juga memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak dianjurkan
terutama untuk kuku jari kaki, karena jika residif akan menggangu pengobatan
berikutnya. Obat topikal dapat diberikan dalam bentuk losio atau kombinasi krim
bifonazol dengan urea 40 % dan dibebat.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 12
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Definisi
Pitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur kulit superfisial yang umum, tidak
berbahaya bagi kesehatan alias jinak (benign) biasanya ditandai oleh makula
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan patches di dada dan punggung. Pada pasien
dengan kecenderungan (predisposition), keadaan penyakit dapat berulang atau
kambuh lagi. Penyakit infeksi jamur ini berlokasi di stratum korneum. Definisi
lainnya adalah:
1. Infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama
halus, disertai rasa gatal.
Sinonim
Di dalam berbagai literatur kedokteran ada beberapa istilah untuk menyebut penyakit
panu, seperti:
1. Tinea versikolor
2. Tinea versikolor
3. Pityriasis versicolor
4. Pitiriasis versikolor
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 13
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Penyebab (Etiologi)
Malassezia furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare,
Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit
dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu. Alasan mengapa
organisme ini menyebabkan panu, pada beberapa orang sementara tetap sebagai flora
normal pada beberapa orang lainnya, belumlah diketahui. Beberapa faktor, seperti
kebutuhan nutrisi organisme dan respon kekebalan tubuh inang (host's immune
response) terhadap organisme sangatlah signifikan.
Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid)
untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Lebih lanjut, tahap miselium dapat
dirangsang in vitro dengan penambahan kolesterol dan ester kolesterol pada medium
yang tepat. Karena organisme ini lebih cepat berkoloni/mendiami kulit manusia saat
pubertas dimana lemak kulit meningkat lebih banyak dibandingkan pada masa remaja
(adolescent) dan panu bermanifestasi di area yang "kaya minyak" atau sebum-rich
areas (misalnya: di dada, punggung), variasi lemak di permukaan kulit individu
dipercaya berperan utama dalam patogenesis penyakit.
Bagaimanapun juga, penderita panu dan subjek kontrol tidak memperlihatkan
perbedaan kuantitatif atau kualitatif pada lemak di permukaan kulit. Lemak di
permukaan kulit penting untuk kelangsungan hidup M furfur pada kulit manusia
normal, namun M furfur mungkin sedikit berperan pada perkembangan (pathogenesis)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 14
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
panu. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa dibandingkan lemak, asam amino
lebih berperan di dalam kondisi sakit (diseased state) atau dengan kata lain sedang
terkena panu. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan
organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan)
pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar
asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu.
Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah sistem kekebalan
tubuh/imun penderita. Meskipun sensitization melawan antigen M furfur biasa terlihat
pada populasi umum (sebagaimana dibuktikan oleh studi/riset transformasi limfosit),
fungsi limfosit pada stimulasi organisme terbukti lemah (impaired) pada penderita
yang terserang panu. Hasil (outcome) ini sama dengan situasi sensitization dengan
Candida albicans. Singkatnya, kekebalan tubuh yang diperantarai oleh sel (cell-
mediated immunity) berperan pada penyebab (timbulnya) penyakit.
Patofisiologi
Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang
hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12-
sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M furfur,
merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal human
cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang
dewasa mencapai 90-100%. Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon ovale, dan
Malassezia ovalis merupakan nama lain (sinonim) dari Malassezia furfur. Sebelas
spesies M furfur telah teridentifikasi, dan Malassezia globosa merupakan salah satu
organisme yang biasa ditemukan pada penderita panu. Organisme ini dapat ditemukan
pada kulit yang sehat dan pada area kulit yang terkena penyakit kulit (cutaneous
disease). Pada penderita dengan penyakit klinis, organisme ini ditemukan baik pada
tingkat spora/ragi (yeast/spore stage) dan bentuk filamentosa (hyphal).
Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai
penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun demikian,
beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena panu sekaligus memicu
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 15
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast) menjadi bentuk
morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kecenderungan (predisposition) genetik.
2. Lingkungan yang lembab, hangat.
3. Immunosuppression.
4. Malnutrition.
5. Cushing disease.
Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit melawan
Malasseziaglobosa. Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat
juga menjadi patogen yang oportunistik. Organisme ini dipercaya juga berperan pada
penyakit kulit lainnya, termasuk Pityrosporum folliculitis, confluent and reticulate
papillomatosis, seborrheic dermatitis, dan beberapa bentuk dermatitis atopik.
Sebagai tambahan, panu merupakan penyakit kulit yang tidak berbahaya
(benign skin disease) yang menyebabkan papula atau makula bersisik pada kulit.
Sebagaimana namanya, tinea versikolor, (versi berarti beberapa) kondisi yang ada
dapat memicu terjadinya perubahan warna (discoloration) pada kulit, berkisar dari
putih menjadi merah menjadi coklat. Keadaan ini tidak menular karena patogen jamur
kausatif (causative fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.
Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi.
Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase [hasil dari aksi/kerja inhibitor
tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa asam
lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit] secara
kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen
melanocyte. Pada kasus panu dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu
pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.
Patogenesis
Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi
oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi
enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada
melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat
pada organisme (Malassezia).
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 16
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Epidemiologi
1. Frekuensi
Di Amerika serikat, panu lebih sering terjadi di daerah dengan temperatur lebih
tinggi dan kelembaban yang relatif lebih tinggi. Prevalensi nasional panu sekitar 2-8%
dari populasi. Insiden yang pasti di Amerika Serikat sulit diperkirakan karena banyak
orang yang terkena panu tidak berobat ke dokter. Sedangkan di dunia internasional,
panu terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi yang dilaporkan sebanyak 50% di
lingkungan yang panas dan lembab di kepulauan Samoa Barat dan hanya 1,1% di
temperatur yang lebih dingin di Swedia.
2. Mortalitas/Morbiditas
Belum ada laporan/data yang menyebutkan mortalitas/morbiditas pada penderita
panu.
3. Ras
Insiden panu sama pada semua ras, meskipun perubahan pigmentasi kulit tampak
lebih jelas pada orang yang berkulit lebih gelap.
4. Jenis Kelamin
Berdasarkan beberapa riset, disimpulkan bahwa tidak ada jenis kelamin yang lebih
dominan pada penderita panu.
5. Usia
Di Amerika Serikat, panu sering dijumpai pada usia 15-24 tahun, saat kelenjar
sebasea (sebaceous glands) bekerja aktif. Angka kejadian sebelum pubertas atau
setelah usia 65 tahun jarang ditemukan.
Di negara-negara tropis, frekuensi usia bervariasi. Sebagian besar kasus dijumpai
pada usia 10-19 tahun di negara-negara yang lembab dan lebih hangat, seperti: Liberia
dan India. Menurut Prof.Dr.R.S.Siregar, Sp.KK(K), panu dapat menyerang hampir
semua umur, hampir di seluruh dunia.
6. Lingkungan
Keadaan basah atau berkeringat banyak, menyebabkan stratum korneum melunak
sehingga mudah dimasuki Malassezia furfur.
7. Kebersihan (hygiene)
Kurangnya kebersihan memudahkan penyebaran panu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 17
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Pemeriksaan Fisik
Efloresensi (Gambaran Ruam atau Lesi Kulit atau Ujud Kelainan Kulit)
Makula, berbatas tegas (sharply marginated), berbentuk bundar atau oval, dan
ukurannya bervariasi. Beberapa pasien disertai Malassezia folliculitis dan dermatitis
seboroik. Pada kulit yang tidak berwarna coklat (untanned skin), lesi berwarna coklat
terang. Pada kulit coklat (tanned skin), lesi berwarna putih. Pada orang yang berkulit
gelap, terdapat makula coklat gelap. Beberapa lesi panu berwarna merah.
Selain itu, panu merupakan makula yang dapat hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan,
atau kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus di atasnya.
Manifestasi Klinis (Gejala, Keluhan)
Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna, dengan kata lain
terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, berbentuk tidak teratur sampai teratur,
berbatas jelas sampai difus, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan), atau
asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja.
Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh
toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. Keluhan
gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu alasan penderita datang berobat.
Bentuk 2
Bentuk kebalikan (inverse form) dari panu juga ada, dimana kondisi ini memiliki
distribusi yang berbeda sepenuhnya, melibatkan daerah lipatan kulit (flexure), wajah,
atau area ekstremitas (anggota gerak, yaitu tangan dan kaki) yang terpisah (isolated).
Bentuk panu ini lebih sering terlihat pada hosts yang immunocompromised
(mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh). Bentuk ini dapat dikacaukan dengan
kandidiasis, seborrheic dermatitis, psoriasis, erythrasma, dan infeksi dermatofita.
Bentuk 3
Bentuk ketiga infeksi M furfur pada kulit melibatkan folikel rambut. Kondisi ini
secara khas berlokasi di punggung, dada, dan extremities (anggota gerak tubuh,
meliputi tangan dan kaki). Bentuk ini secara klinis sulit dibedakan dengan bacterial
folliculitis. Gambaran Pityrosporum folliculitis adalah perifollicular, pustul atau
papula eritematosa. Faktor predisposisi meliputi: diabetes, kelembaban yang tinggi,
terapi antibiotik atau steroid, dan terapi immunosuppressant. Sebagai tambahan,
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 19
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Pemeriksaan Laboratorium
Presentasi klinis panu jelas, khas (distinctive), dan diagnosis seringkali dibuat
tanpa pemeriksaan laboratorium. Sinar ultraviolet hitam (Wood) dapat digunakan
untuk menunjukkan pendar (fluorescence) warna keemasan (coppery-orange) dari
panu. Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus, lesi panu terlihat lebih gelap
daripada kulit yang tidak terkena panu di bawah sinar Wood, hanya saja tidak
berpendar.
Diagnosis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan potassium hydroxide (KOH),
yang menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-butt yang pendek. Penemuan KOH
tentang spora dengan miselium pendek telah dianggap serupa dengan gambaran
spaghetti and meatballs atau bacon and eggs sebagai tanda khas panu. Untuk
visualisasi yang lebih baik, gunakan pewarnaan dengan tinta biru, tinta Parker,
methylene blue stain, atau Swartz-Medrik stain dapat ditambahkan pada persiapan
atau preparat KOH.
Dengan pemeriksaan darah, tidak ada defisiensi definitif dari antibodi normal atau
komplemen yang tampak pada pasien panu, namun riset di area ini tetap berlanjut.
Sebagai contoh, meskipun seseorang yang terkena panu ternyata tidak memiliki level
antibodi spesifik diatas mereka dengan kontrol age-matched, antigen M furfur benar-
benar memperoleh respon imunoglobulin G spesifik pada pasien dengan seborrheic
dermatitis dan tinea versicolor. Ini terdeteksi oleh enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) dan Western blotting assays.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 20
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Penemuan Histologis
Organisme yang menyebabkan panu berdiam/berlokasi di stratum corneum. M
furfur dapat dideteksi dengan hematoxylin dan eosin (H&E) saja, meskipun
pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) atau methenamine silver lebih dapat
menegakkan diagnosis.
Pada kasus yang jarang, organisme dapat mencapai stratum granulosum, dan
bahkan ditemukan di dalam keratinocytes. Epidermis menunjukkan akantosis dan
hiperkeratosis ringan, dan suatu mild perivascular infiltrate tampak nyata di dermis.
Suatu perubahan epidermis yang menyerupai acanthosis nigricans teramati pada
keanekaragaman papula, dengan pembuluh darah yang berdilatasi yang terdapat pada
lesi eritematosa.
Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan panu yang akan dibahas disini, yaitu:
I. Rekomendasi dari Craig G Burkhart, MD, MPH (2006)
II. Rekomendasi dari Prof.Dr.R.S. Siregar, Sp.KK(K) (2005)
III. Rekomendasi dari Prof.Dr.Unandar Budimulja, Sp.KK (2005)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 21
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 22
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Diet
Perubahan diet belum terbukti berhasil mengobati panu.
Perhatian Khusus:
Hepatotoksisitas dapat terjadi; mungkin menurunkan serum kortikosteroid secara
reversibel (efek yang berat dicegah dengan dosis 200-400 mg/hari); resepkan antasid,
antikolinergik, atau penghambat H2 (H2 blockers) setidaknya 2 jam setelah
pemberian oral ketoconazole; jika timbul sensitivitas atau iritasi pada resep topikal,
maka hentikanlah penggunaan obat; bentuk topikal hanya untuk pemakaian luar;
hindari kontak dengan mata; hati-hati pada achlorhydria (mengurangi
penyerapan/absorption); tidak aman bagi penderita porfiria akut (adrenal
suppression, gynecomastia, hypocholesterolemia, dan hypothyroidism muncul karena
pemakaian ketoconazole).
Perhatian Khusus
Gunakan secara topikal (tidak untuk digunakan pada mata, vagina, atau rute internal
lainnya).
Mekanisme Kerja
Merusak membran dinding sel jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol.
Permeabilitas membran meningkat, menyebabkan kebocoran nutrisi/makanan
(nutrients), sehingga sel jamur mati.
Dosis Dewasa
Oleskan pada area yang terkena qid.
Dosis Anak
sama seperti dosis dewasa
Perhatian Khusus
Jika terjadi sensitivitas atau iritasi, hentikan penggunaan obat. Hanya untuk
pemakaian luar. Hindari kontak dengan mata.
6. Tolnaftat
7. Haloprogin
8. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat juga digunakan, dioleskan sehari 2x setelah
mandi selama 2 minggu.
9. Jika sulit disembuhkan, ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x200
mg sehari selama 10 hari.
B. Terapi sistemik
(obat berikut ini tidak disetujui untuk digunakan sebagai terapi panu di Amerika
Serikat)
1. Ketoconazole
Dosis: 400 mg stat (ambil 1 jam sebelum berolahraga)
2. Fluconazole
Dosis: 400 mg stat.
3. Itraconazole
Dosis: 400 mg stat.
C. Profilaksis sekunder
1. Ketoconazole shampoo sekali atau dua kali seminggu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 28
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
* Salep Whitfield (= salep AAV I) pagi-sore berisi asidum salisilikum 3% dan asidum
benzoikum 6%.
* Salep 2-4, pagi-sore, berisi asidum salisilikum 2% dan sulfur presipitatum 4%.
* Lama pengobatan sampai beberapa minggu (3-4 minggu) atau sampai 2 minggu
sesudah pemeriksaan KOH negatif, untuk mencegah kekambuhan.
* Bila lesi luas sebaiknya obat dioleskan ke seluruh badan.
2. Obat oral
* Dosis anak 3,3-6,6 mg/kgBB/hari.
* Dosis dewasa 200 mg/hari.
* Diminum sekali sesudah makan pagi.
* Lamanya 10 hari.
* Indikasi pada panu yang:
- resisten pada pengobatan topikal.
- sering kambuh-kambuh.
- mengenai bagian badan yang luas.
* Dapat diberikan bersama dengan obat topikal.
Diagnosis Banding
1. Erythrasma (Eritrasma)
2. Pityriasis Alba
3. Psoriasis, Guttate
4. Seborrheic Dermatitis
5. Tinea Corporis
6. Vitiligo
7. Pityriasis rosea (Pitiriasis rosea)
8. Nummular eczema
9. Tuberculoid leprosy
10. Sifilis stadium II
11. Akromia parasitik dari Pardo-Castello dan Dominiquez
12. Postinflammatory hypopigmentation
13. Confluent and reticulated papillomatosis of Gougerot and Carteaud
Prognosis
Baik.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 30
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
PENDAHULUAN
Penyakit kandidiasis banyak dihubungkan dengan aneka faktor,seperti
keadaan kulit yang terus-menerus lembab,pemakaian obat antibiotika,steroid dan
sitostatik,perubahan fisiologis tubuh,sampai mal nutrisi.1
Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang
dilaporkan oleh Francois valleix (1836). Langerbach (1839) menemukan jamur
penyebab thrush, kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut
sebagai Candida.2
DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan
oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans.Dan dapat mengenai
mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis, atau meningitis.1
SINONIM
Nama lain dari Candidiasis adalah kandidosis, dan moniliasis..1,2
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur terutama
bayi dan orang tua, baik laki – laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat
pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam – macam sehingga
tidak diketahui data – data penyebarannya dengan tepat.
ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans yang dapat diisolasi
dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Sebagai penyebab
endokarditis kandidosis ialah Candida parapsilosis dan penyebab kandidosis
septikemia adalah Candida tropicalis.1
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 31
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
LOKALISASI
Sering pada daerah intertriginosa seperti;lipat ketiak,lipat paha,lipat
payudara,sela-sela jari kaki dan tangan,sekitar bokong,kuku,mulut,vuva vagina,dan
alat dalam
KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971), membaginya
menjadi:
-KANDIDIASIS MUKOSA meliputi:
1).kandidiasis oral (thrush)
2).perléche
3).vulvovaginitis
4).balanitis atau balanopostitis
5).kandidiasis mukokutan kronik
6).kandidiasis bronkopulmonar dan paru
-REAKSI id (kandidid)2
PATOGENESIS
Faktor endogen meliputi:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 32
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
GEJALA
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang terkena.
I kandidiasis mukosa.
A. Thrush;sering terjadi pada bayi, merupakan infeksi jamur di dalam mulut.
Bercak berwarna putih seperti membran menempel pada lidah dan pinggiran
mulut. Bila membrane tersebut diangkat tampak dasar kemerahan dan erosif.1
B. Perléche:merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan
retakan dan sayatan kecil.lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah dan dasar
eritematosa.1
C. Vulvovaginitis; sering ditemukan pada wanita hamil, penderita diabetes atau
pemakai antibiotik. Gejala utama adalah gatal di daerah vulva.untuk gejala
yang berat berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa
panas,nyeri setelah miksi.kelainan ini berupa bercak putih di atas mukosa yang
eritematosa erosive,mulai dari serviks sampai interoitus vagina.
D. Balanitis atau Balanopostitis: penderita mendapat infeksi karena kontak
seksual dengan wanita yang menderita vulvovaginitis.bisa juga pada pria yang
tidak disunat ,dengan glans penis selalu tertutup prepucium.lesi berupa erosi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 33
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
,pustule,dengan dinding tipis terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius
glandis.1,2
II kandidiasis kutis
A. Kandidiasis intertriginosa: lesi di daerah lipatan tubuh,biasanya sering terjadi
pada orang yang gemuk. menyebabkan bercak kemerahan berbatas
tegas,bersisik ,basah,dan eritematosa,dengan gambaran korimbiformis.Di
tengah lesi yang lebar sering terjadi erosi.2
B. Kandidiasis kuku:Sering terjadi pada orang-orang yang pekerjaannya
berhubungan dengan air.lesi berupa kemerahan,oedem,kuku menjadi tebal,
keras dan berlekuk-lekuk.kadang berwarna kecoklatan.lesi biasanya dimulai
dari bagian proksimal.1
C. Kandidiasis gralunomatosa;kelainan yang jarang dijumpai manisfestasi klinis
berupa pembentukan granuloma yang terjadi akibat pembentukan krusta serta
hipertrofi setempat.krusta tebal warna kuning kecoklatan dan melekat erat
pada dasarnya.1
PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan
larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau
hifa semu.
Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa
glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari
suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 34
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal
agar.2
DIAGNOSIS BANDING
PENGOBATAN
Topikal meliputi:
1). larutan gentian violet ½-1% untuk mukosa, 1-2% untuk kulit. dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari,
2). nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
3). amfoterisin B,
4). grup azol antara lain:
Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
Siklopiroksolamin 1% larutan, krim.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 35
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Sistemik meliputi:
1).Ketokonazole 400mg/hari selama 5hari atau Flukonazole 150mg/hari
selama 7 hari
2).Itrakonazole 2 kali 100mg/hari selama 3 hari.
3).Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna,
obat ini tidak diserap oleh usus,
4).Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per
vaginam dosis tunggal
5). Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik,2
PENCEGAHAN
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada Candida. Obat-obatan tidak
biasa dipakai untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: 1). Penyakit tersebut
tidak begitu bahaya, 2). Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit
tersebut, 3). Ragi dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obat-obatan.1
PROGNOSIS
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.
LAMPIRAN
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 36
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
RESUME
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 37
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Mikosis Superfisialis
Mikosis superfisialis adalah penyakit kulit yang disebabkan jamur, yang mengenai
lapisan kulit paling atas (epidermis). Penyakit ini dapat menyerang kulit, rambut, atau
kuku. Mikosis superfisial digolongkan menjadi dua :
1. Dermatofitosis
Adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
kroneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita.
Contoh : Tinea Kapitis, Tinea Kruris, Tinea Korporis, Tinea Pedis, Tinea Ungunium,
Tinea Barbae
2. Non Dermatofitosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang bukan golongan dermatofita.
Contoh : Tinea Versicolor, Tinea Nigra Palmaris, Piedra, Trichomycosis, Otomikosis
BAB I. DERMATOFITOSIS
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 38
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati
dengan steroid topikal kuat.
Pada sediaan kulit dan kuku dengan 1 tetes larutan KOH 20 % yang terlihat
adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang, maupun spora
berderet (artospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati.
Pada sediaan rambut dengan 1 tetes larutan KOH 10 % yang terlihat adalah
spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar
rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat
juga hifa pada sediaan rambut.
TINEA KAPITIS
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang
disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvili, T.mentagrophytes, T.tonsurans,
M.audonii, M.Canis dan M.ferrugineum.
Ada 3 bentuk klinis dari tinea kapitis:
1. “Grey patch ringworm”
2. Kerion
3. “Black dot ringworm”
TINEA FAVOSA
Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini,
T.violaceum dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yang
ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus (mousy odor) pada
kulit kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen.
Gambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit
kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan
kerontokan rambut, serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu, terjadi
kerontokan rambut luas, kulit mengalami atrofi dan sembuh dengan jaringan parut
permanen.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 39
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
TINEA KORPORIS
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut
(glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan tungkai. Penyebab tersering
penyakit ini adalah T.rubrum dan T.mentagrophytes.
Bentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macam
eflorosensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik.
Bagian tepi lebih aktif dengan tanda perdangan yang lebih jelas. Daerah sentral
biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi lesi makin meluas ke
perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi
dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya, serta
pemeriksaan kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop untuk
melihat hifa atau spora jamur.
Tinea korporis mempunyai gambaran klinis yang mirip dengan pitiriasis rosea,
psoariasis, lues stadium II, morbus Hansen tipe tuberkuloid, dan dermatitis kontak.
Pengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4
minggu; dapat juga ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100
mg/hari selama 2 minggu; atau terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu.
TINEA IMBRIKATA
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang
melingkar-lingkar dan terasa gatal. Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita
T.concentricum.
Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama
yang agak tebal dan konsentris dengan susunan seperti genting. Lesi makin lama
makin melebar tanpa meninggalkan penyembuhan di bagian tengah.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang sangat khas berupa
lesi konsentris. Diagnosis bandingnya ialah eritroderma dan pemfigus foliaseus.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 40
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
TINEA KRURIS
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha,
genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.
Penyebab umumnya adalah E.floccosum, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh
T.rubrum. Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha sekitar anogenital.
Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal, yang lama kelamaan
meluas hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai seluruh paha. Tepi lesi aktif,
polisiklik, ditutupi skuama dan terkadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas dan
ditemukannya elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik
langsung memakai larutan KOH 10-20 %.
Tinea kruris dapat menyerupai dermatitis seboroik, kandidosis kutis,
eritrasma, dermatitis kontak dan psoariasis.
Pengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4
minggu. Obat lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld,
tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.
TINEA UNGUIUM
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur
golongan dermatofita. Penyebab penyakit yang sering adalah T.mentagrophytes dan
T.rubrum.
Dikenal 3 bentuk gejala klinis, yaitu:
1. Bentuk subungual distalis.
2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita.
3. Bentuk subungual proksimal.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 44
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 45
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 46
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 47
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
(obat berikut ini tidak disetujui untuk digunakan sebagai terapi panu di Amerika
Serikat)
1. Ketoconazole
2. Fluconazole
3. Itraconazole
C. Profilaksis sekunder
1. Ketoconazole shampoo sekali atau dua kali seminggu.
2. Selenium sulfide (2,5%) lotion atau shampoo.
3. Salicylic acid/sulfur bar.
4. Pyrithione zinc (bar atau shampoo).
5. Ketoconazole 400 mg PO setiap bulan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 48
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
Terapi,
Topikal meliputi:
1). larutan gentian violet ½-1% untuk mukosa, 1-2% untuk kulit.
2). nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
3). amfoterisin B,
4). grup azol antara lain:
Mikonazol 2%, Klotrimazol 1%, Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
Siklopiroksolamin 1%
Sistemik meliputi:
1).Ketokonazole
2).Itrakonazole
3).Tablet nistatin
4).Kotrimazol
5).Amfoterisin B
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 51
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
KESIMPULAN
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 52
Mikosis Superfisialis - Kandidiasis
DAFTAR PUSTAKA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode 22 Desember 2008 – 24 Januari 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
Rumah Sakit Sumber Waras Page 53