Anda di halaman 1dari 479

POLITEKNIK NEGERI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

SAMARINDA PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK S1 TERAPAN

MODUL MATA KULIAH


KONTROL SISTEM TENAGA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK S1 TERAPAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 1


kontrol sistem tenaga | ip
POLITEKNIK NEGERI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
SAMARINDA PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK DIPLOMA III

lampiran

aplikasi

Evaluasi dan Hasil Belajar


stabilitas tegangan (voltage
stability) studi kasus
stabilitas peralihan (transient
stability) studi kasus
stabilitas sinyal kecil (small-
signal stability) studi kasus

prosedur analisis aliran daya studi kasus


kontrol daya reaktif dan
tegangan studi kasus
kontrol daya aktif dan
frekuensi studi kasus
konsep dasar kontrol sistem studi kasus
tenaga

Modul Mata Kuliah Kontrol Sistem Tenaga


29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 2
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Pendahuluan:
 Sistem tenaga listrik modern dipresentasikan oleh sebuah sistem interkoneksi yang
sangat tergantung pada sistem kontrol untuk memanfaatkan secara optimal sumber
daya yang ada. Problem utama yang dihadapi oleh sistem tenaga listrik modern adalah
jatuh tegangan atau ketidakstabilan tegangan setelah gangguan terjadi pada sistem
daya. Problem lain yang dihadapi pada sistem tenaga yaitu perubahan frekuensi. Sejarah
mencatat bahwa ketidakstabilan steady state berhubungan dengan ketidakstabilan sudut daya
dan kehilangan sinkronisasi antar generator secara perlahan, jatuh tegangan bus beban di bawah
kondisi beban tinggi dan batas daya reaktif [Robandi, 2006].
 Sebagai contoh bahwa masalah untuk menjaga tegangan pada batasan yang ditentukan sangat
rumit dengan fakta bahwa suplai daya sistem tenaga pada beban yang sangat banyak dan daya
itu diperoleh dari banyak unit pembangkit. Dengan beban yang bervariasi, suplai daya reaktif
memerlukan sistem transmisi yang bervariasi. Oleh karena daya reaktif tidak dapat ditransmisikan
pada jarak panjang, kontrol tegangan dilakukan menggunakan alat khusus yang dipasang pada
sistem. Pemilihan yang tepat dan koordinasi peralatan untuk mengontrol daya reaktif dan
tegangan merupakan tantangan besar pada teknik sistem tenaga listrik. Salah satu cara untuk
menyuplai daya reaktif pada sistem tenaga listrik dapat dilakukan dengan menginjeksi daya reaktif
pada masing-masing bus pada gardu induk (GI) tenaga listrik [Kundur, 1994].

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 3


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Pendahuluan:
 Injeksi daya reaktif dapat berupa penambahan peralatan Flexible AC Transmission System
(FACTS) seperti Static Var Compensator (SVC) yang memberikan kompensasi aktif. Daya reaktif
yang diserap atau disuplai secara otomatis disesuaikan untuk menjaga tegangan bus yang
terhubung dengan peralatan tersebut, dan secara bersama-sama dengan pembangkit untuk
mempertahankan tegangan pada titik yang ditentukan pada sistem tenaga listrik [Suyono, 2009].
 Peralatan Static Var Compensator (SVC) dapat digunakan untuk mengontrol aliran daya. Aliran
daya yang optimal dapat dicapai dengan penentuan lokasi Static Var Compensator (SVC) yang
tepat dan ukuran (rating) yang sesuai. SVC memiliki kinerja (performance) yang jauh lebih baik
dalam meningkatkan loadability sistem dibandingkan dengan peralatan FACTS lainnya seperti
Thyristor Controlled Series Capasitor (TCSC) [Umar, A. Purnomo, 2008].
 Karakteristik dan pemodelan dari static var compensator (SVC) dapat digambarkan sebagai
sistem peralatan yang secara cepat mengendalikan tegangan dan daya reaktif. Sebuah SVC
sebagai peralatan tambahan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja dinamik
pada sistem tenaga listrik. Secara normal, pengaturan tegangan adalah modus utama dari kontrol,
yaitu meningkatkan stabilitas tegangan dan stabilitas transien. Namun, kontribusi dari SVC ke
redaman osilasi sistem yang dihasilkan dari pengaturan tegangan sendiri biasanya kecil, sehingga
kontrol tambahan diperlukan untuk mencapai redaman secara signifikan. Efektifitas sebuah SVC
dalam meningkatkan stabilitas sinyal kecil tergantung pada lokasi SVC, sinyal input yang
digunakan, dan desain pengontrol (controller design) [Kundur, 1994].
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 4
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Pendahuluan:
 Peralatan Static VAR Compensator (SVC) diaplikasikan untuk memperbaiki kinerja (performance)
sistem tenaga listrik. Di negara-negara maju, kini banyak dikembangkan implementasi kontrol
modern sebagai peralatan yang cerdas untuk memperbaiki kinerja sistem tenaga listrik, seperti
aplikasi Optimal Control, Fuzzy Logic Control, dan Genetic Algorithm (GA). Dalam aplikasinya, GA
atau Algoritma Genetika lebih banyak digunakan dalam mencari solusi optimal. Algoritma
Genetika adalah teknik pencarian secara adaptif berdasarkan prinsip dan mekanisme evolusi
biologis. GA mempunyai kemampuan intelejen, memiliki kinerja yang baik dengan harga rendah,
mudah dalam penjelasannya, serta berkemampuan cepat dan dapat diandalkan [Robandi, 2006].
 Penentuan injeksi daya reaktif berupa parameter letak dan ukuran kapasitor dan reaktor
paralel dari Static VAR Compensator (SVC) yang akan dipasang pada bus-bus gardu
induk (GI) tenaga listrik diharapkan dapat memberikan perbaikan pada sistem secara
optimal. Optimal berarti jatuh tegangan sistem dapat diperbaiki, rugi-rugi daya dapat
dikurangi, dan penggunaan SVC bisa dipasang seminim mungkin. Selain itu keuntungan
pemakaian komputer digital berupa software tidak hanya dapat mengantar model
peralatan kompleks, tetapi juga dapat mensimulasikan sistem pada skala besar. Model
realistis memungkinkan simulasi sistem melebihi periode yang lebih lama dari periode
sebelumnya [Robandi, 2006].

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 5


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Perkembangan Sistem Tenaga Listrik:


 Penggunaan listrik komersial dimulai pada akhir 1870-an, ketika lampu busur digunakan untuk
penerangan mercusuar dan penerangan jalan. Sistem tenaga listrik lengkap pertama (terdiri dari
generator, kabel, sekering, meter, dan beban) dibangun oleh Thomas Edison - Stasiun Pearl
Street yang bersejarah di New York City yang mulai beroperasi pada bulan September 1882. Ini
adalah sistem dc yang terdiri dari generator dc berbasis tenaga uap yang memasok daya ke 59
pelanggan dalam radius sekitar 1,5 km.
 Beban, yang seluruhnya terdiri dari lampu pijar, dipasok pada 110 V melalui sistem kabel bawah
tanah. Dalam beberapa tahun sistem serupa beroperasi di sebagian besar kota besar di seluruh
dunia. Dengan pengembangan motor oleh Frank Sprague pada tahun 1884, beban motor
ditambahkan ke sistem semacam itu. Ini awalnya akan berkembang menjadi salah satu industri
terbesar di dunia.
 Terlepas dari penggunaan sistem dc secara luas, sistem tersebut hampir sepenuhnya digantikan
oleh sistem ac. Pada tahun 1886, keterbatasan sistem dc menjadi semakin nyata. Sistem dc
tersebut hanya bisa mengantarkan tenaga tidak jauh dari generator. Untuk menjaga kehilangan
daya transmisi (I2R) dan jatuh tegangan ke tingkat yang dapat diterima, maka tingkat tegangan
harus tinggi untuk transmisi daya jarak jauh. Namun tegangan tinggi semacam itu tidak dapat
diterima untuk pembangkit dan konsumsi daya. Oleh karena itu, sarana yang mudah digunakan
untuk transformasi tegangan menjadi sebuah kebutuhan.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 6


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Perkembangan Sistem Tenaga Listrik:


Perkembangan transformator dan transmisi ac oleh L. Gaulard dan J.D.
Gibbs dari Paris, Prancis, mengakibatkan perubahan mendasar pada
sistem tenaga listrik ac. George Westinghouse mendapatkan hak atas
perkembangan ini di Amerika Serikat. Pada tahun 1886, William Stanley,
seorang rekan Westinghouse, mengembangkan dan menguji trafo-trafo
praktis dan sistem distribusi ac untuk 150 lampu di Great Barrington,
Massachusetts. Pada tahun 1889, saluran transmisi ac pertama di
Amerika Utara dioperasikan di Oregon antara Willamette Falls dan
Portland. Itu adalah jalur transmisi satu fasa pada 4.000 V dengan jarak
21 km.
 Dengan berkembangnya sistem polyphase oleh Nikola Tesla, sistem ac menjadi semakin
menarik. Pada 1888, Tesla memegang beberapa paten di motor, generator, transformer,
dan sistem transmisi. Westinghouse membeli hak paten atas penemuan awal ini, dan
mereka membentuk dasar sistem ac sekarang.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 7


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Perkembangan Sistem Tenaga Listrik:


Pada tahun 1890-an, ada banyak kontroversi mengenai apakah industri
utilitas listrik harus distandarisasi pada dc atau ac. Ada argumen yang
penuh semangat antara Edison, yang menganjurkan dc, dan
Westinghouse yang menyokong ac. Pada pergantian abad, sistem ac
telah memenangkan sistem dc karena alasan berikut:
 Tingkat tegangan dapat dengan mudah ditransformasikan dalam sistem ac,
sehingga memberikan fleksibilitas untuk penggunaan yang berbeda untuk
pembangkitan, transmisi, dan konsumsi
 Generator ac jauh lebih sederhana daripada generator dc
 Motor ac jauh lebih sederhana dan lebih murah daripada motor dc.
Jalur tiga fasa pertama di Amerika Utara beroperasi pada tahun 1893,
dengan tegangan 2.300 V, dan jarak 12 km di California selatan. Saat itu,
ac dipilih di Niagara Falls karena dc tidak praktis untuk mentransmisikan
daya ke Buffalo, sekitar 30 km jauhnya. Keputusan ini mengakhiri
kontroversi ac versus dc dan meraih kemenangan untuk sistem ac.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 8
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Perkembangan Sistem Tenaga Listrik:


Pada periode awal transmisi daya ac, frekuensi tidak distandarisasi.
Banyak frekuensi yang berbeda digunakan, seperti 25, 50, 60, 125, dan
133 Hz. Hal ini menimbulkan masalah interkoneksi. Akhirnya 60 Hz
diadopsi sebagai standar di Amerika Utara, meski banyak negara lain
menggunakan 50 Hz.
Meningkatnya kebutuhan untuk mentransmisikan jumlah daya yang lebih
besar dalam jarak yang lebih jauh menciptakan insentif untuk
menggunakan tingkat tegangan yang semakin tinggi. Sistem ac awal
menggunakan 12, 44, dan 60 kV (RMS line-to-line). Ini meningkat
menjadi 165 kV pada tahun 1922, yaitu 220 kV pada tahun 1923, 287 kV
pada tahun 1935, 330 kV pada tahun 1953, dan 500 kV pada tahun
1965. Hydro Quebec memberi energi pada 735 kV pertama pada tahun
1966, dan 765 kV diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1969.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 9


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Perkembangan Sistem Tenaga Listrik:


Untuk menghindari proliferasi (berkembang biak) jumlah tegangan yang
tidak terbatas, industri ini memiliki tingkat tegangan standar. Standarnya
adalah 115, 138, 161, dan 230 kV untuk kelas tegangan tinggi / high
voltage (HV), dan 345, 500 dan 765 kV untuk kelas tegangan ekstra
tinggi / extra high voltage (EHV).
 Dengan pengembangan katup busur merkuri pada awal tahun 1950-an, sistem transmisi
dc tegangan tinggi / high voltage dc (HVDC) menjadi irit (hemat) dalam situasi khusus.
Transmisi HVDC menarik untuk transmisi blok besar daya jarak jauh. Titik silang di mana
transmisi dc bisa menjadi alternatif yang kompetitif untuk transmisi ac adalah sekitar 500
km untuk saluran udara dan 50 km untuk kabel bawah tanah atau kabel bawah laut.
Transmisi HVDC juga menyediakan hubungan asinkron antara sistem di mana
interkoneksi ac tidak praktis karena pertimbangan stabilitas sistem atau karena frekuensi
nominal sistem berbeda. Aplikasi komersial transmisi HVDC modern yang pertama
terjadi pada tahun 1954 ketika daratan dan pulau Gotland Swedia dihubungkan oleh
kabel bawah laut sepanjang 96 km.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 10


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA

Perkembangan Sistem Tenaga Listrik:


 Dengan munculnya konverter katup thyristor, transmisi HVDC menjadi lebih menarik.
Aplikasi pertama dari sistem HVDC yang menggunakan katup thyristor berada di Sungai
Eel pada tahun 1972, sebuah skema back-to-back yang menyediakan hubungan
asinkron antara sistem tenaga Quebec dan New Brunswick. Dengan biaya dan ukuran
peralatan konversi yang menurun dan kehandalannya meningkat, telah terjadi
peningkatan yang mantap dalam penggunaan transmisi HVDC.
 Interkoneksi utilitas di lingkungan sekitar biasanya mengarah pada peningkatan
keamanan sistem dan ekonomi operasi. Peningkatan hasil keamanan dari bantuan
darurat timbal balik yang dapat disediakan oleh utilitas. Peningkatan hasil ekonomi dari
kekurangan kebutuhan untuk kapasitas pembangkitan cadangan pada masing-masing
sistem. Selain itu, interkoneksi memungkinkan utilitas untuk melakukan transfer
ekonomi, dan dengan demikian mengambil keuntungan dari sumber daya paling
ekonomis. Manfaat ini telah dikenali sejak awal dan interkoneksi terus berkembang.
Hampir semua utilitas di Amerika Serikat dan Kanada sekarang merupakan bagian dari
satu sistem yang saling terkait. Hasilnya adalah sistem yang sangat luas dengan
kompleksitas yang sangat besar. Perancangan sistem dan operasi yang aman ini
memang menjadi tantangan dan problematika tersendiri.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 11
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Struktur Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.1 Basic


elements of a
power system

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 12


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.2 Classification of power system stability

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 13


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.3 Interaksi antara Perangkat-perangkat Sistem Tenaga Listrik dalam Analisis
Stabilitas Transient dan Analisis Aliran Daya

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 14


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

Table 2.1 Variabel Mesin Berbagai Keadaan Operasi yang Berbeda


Table 1.1 Variabel Mesin Berbagai Keadaan Operasi yang Berbeda

States Variables
Steady‐state Vd, Vq, Ra, Xd, Xq
Transient‐state Ed’, Eq’, Xd’, Xq’, Ra
Sub‐transient‐state Ed”, Eq”, Xd”, Xq”, Ra

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 15


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.4 Struktur dari Model Sistem Tenaga Listrik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 16


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.5 Kerangka Acuan Transformasi Besaran Sistem Tenaga Listrik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 17


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.6 Kompensasi Daya Reaktif dengan Sistem Static Var Secara Ideal

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 18


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

……………….………………… (1.1)

Gambar 1.7 Tegangan Terima Sebelum dan Sesudah Dipasang Kapasitor Paralel
Keterangan:
IR = komponen real arus
IL = komponen reaktif arus lagging terhadap tegangan
IC = komponen reaktif arus leading terhadap tegangan
R = resistansi saluran
XS= reaktansi saluran.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 19
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:

……………… (1.2)

Gambar 1.8 Perbandingan Besar Daya Semu yang Dibutuhkan Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Kapasitor Paralel
Keterangan:
MVA = daya semu
MW = daya aktif
MVAr = daya reaktif
MVArc = injeksi daya reaktif dari kapasitor.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 20
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Pengertian Kontrol Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.9
Subsystems of a
power system
and associated
controls

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 21


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Pengertian Kontrol Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.10 Power system operating states

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 22


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Pengertian Kontrol Sistem Tenaga Listrik:

Gambar 1.11 Power system control hierarchy

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 23


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 24


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 25


kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 26


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

Gambar 2.1 Generator supplying isolated load

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 27


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

Gambar 2.2 Transfer function relating speed and torques

Gambar 2.3 Transfer function relating speed and power

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 28


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

Gambar 2.4 System block diagram including the effect of the load damping

Gambar 2.5 System block diagram without including the effect of the load damping

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 29


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 30


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 31


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 32


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 33


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 34


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 35


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 36


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 37


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 38


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 39


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 40


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 41


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 42


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 43


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 44


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 45


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 46


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 47


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 48


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 49


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 50


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 51


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 52


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 53


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 54


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 55


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 56


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 57


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 58


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 59


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 60


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 61


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 62


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 63


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 64


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 65


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 66


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 67


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 68


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 69


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 70


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 71


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 72


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 73


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 74


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 75


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 76


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:
Suatu sistem tenaga listrik terinterkoneksi antara area 1 dengan area 2,
membangkitkan dan mensuplai daya ke beban dengan frekuensi 50 Hz seperti
ditunjukkan dalam gambar berikut:

Daya beban pada area 1 sebesar 20.000 MW, dan area 2 sebesar 40.000 MW.
Sedangkan daya pembangkitan pada area 1 sebesar 19.000 MW, dan pada area 2
sebesar 41.000 MW. Besaran beban pada masing-masing area bervariasi 1% setiap
perubahan frekensi sebesar 1%. Area 1 mengimpor daya sebesar 1000 MW dari area
2. Pengaturan kecepatan R adalah sebesar 5% untuk seluruh unit.
Area 1 beroperasi dengan cadangan daya 1.000 MW tersebar merata dari kapasitas
pembangkitan 4.000 MW. Dan area 2 beroperasi dengan cadangan daya 1.000 MW
tersebar merata dari kapasitas pembangkitan 10.000 MW.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 77


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:
Tentukan besar frekuensi steady state, daya pembangkitan, daya beban, dan daya
pada saluran jika:
a. Kehilangan beban 1,000 MW pada area 1, dan diasumsikan bahwa tidak ada kontrol
tambahan !
b. Terjadi kemungkinan, yaitu ketika pembangkit cadangan beroperasi di setiap area
dengan masing masing kontrol tambahan dengan faktor frekuensi bias di-setting
pada 250 MW/0.1 Hz (atau 2.500 MW/Hz) untuk area 1, dan 500 MW/0.1 Hz (atau
5.000 MW/Hz) untuk area 2.
1) Kehilangan beban 1,000 MW dalam area 1 !
2) Kehilangan pembangkitan 500 MW, dengan cadangan daya dalam area 1 !
3) Kehilangan pembangkitan 2,000 MW, tanpa cadangan daya dalam area 1 !
4) Tripping dari saluran tie line, diasumsikan tidak ada perubahan interchange
ketika terhubung dengan kontrol tambahan !
5) Tripping dari saluran tie line, diasumsikan bahwa interchange dialihkan ke nol
ketika hubungan terlepas !

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 78


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 79


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 80


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA AKTIF DAN FREKUENSI
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 81


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 82


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 83


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 84


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 85


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 86


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 87


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 88


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 89


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 90


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 91


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 92


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 93


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 94


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 95


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 96


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 97


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 98


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 99


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 100


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 101


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 102


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 103


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 104


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 105


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 106


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 107


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 108


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 109


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 110


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 111


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 112


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 113


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 114


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 115


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 116


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 117


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 118


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 119


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 120


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 121


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 122


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 123


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 124


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 125


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 126


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 127


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 128


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 129


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 130


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 131


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 132


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 133


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 134


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 135


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 136


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 137


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 138


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 139


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 140


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 141


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 142


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 143


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 144


kontrol sistem tenaga | ip
KONTROL DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 145


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

Pendahuluan:
 Alat analisis utama yang digunakan dalam perencanaan daya reaktif adalah program
aliran daya dan stabilitas. Untuk pengiriman daya reaktif, selain aliran daya
konvensional, program aliran daya yang optimal semakin banyak digunakan.
 Teori aliran daya yang optimal atau optimal power flow (OPF) pertama kali
diformulasikan oleh Carpentier pada tahun 1962. Sejak saat itu banyak penelitian telah
dilakukan pada teknik analisis OPF.
 Pada bagian ini, dibatasi untuk analisis aliran daya konvensional. Difokuskan pada
pertimbangan praktis dan asumsi pemodelan dalam studi aliran daya sistem transmisi
yang luas. Dalam studi tersebut, sistem distribusi biasanya tidak terwakili, sedangkan
bagian beban diwakili pada tingkat gardu induk.
 Tujuan analisis aliran daya adalah untuk menyelidiki pembebanan peralatan, kehilangan
daya, tegangan bus dan kebutuhan daya reaktif untuk kisaran kondisi operasi sistem
dan kemungkinan lain yang ditentukan oleh kriteria desain. Untuk setiap studi,
konfigurasi jaringan, tingkat beban, dan jadwal pembangkitan ditentukan secara khusus.
Asumsi tentang pemodelan peralatan bergantung pada jenis aliran daya, yaitu untuk
keadaan sebelum gangguan atau setelah gangguan.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 146


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

aliran daya sebelum gangguan:


Aliran daya sebelum gangguan (prefault) umumnya dengan
mempertimbangkan sistem dalam kondisi normal
Asumsi dasarnya adalah bahwa semua tindakan pengendalian telah
dilakukan, dan sistem beroperasi dalam kondisi mapan/ tunak (steady
state) yang mantap
Konsekuensinya, sistem tenaga listrik direpresentasikan sebagai berikut:
Beban diwakili sebagai P dan Q konstan; Hal ini mengasumsikan
bahwa ULTC telah berhasil mmpertahankan tegangan bus
Tegangan terminal generator ditahan pada nilai yang ditentukan,
tergantung pada keluaran daya reaktif yang berada dalam batas-
batas berdasarkan kurva kemampuan
 Semua tindakan pengendalian diperhitungkan, termasuk:
Kontrol tap / phase shift transformer
Area pertukaran kontrol.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 147
kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

aliran daya setelah gangguan:


Beberapa jenis aliran arus postfault (PFPFs) umumnya dipertimbangkan
dalam studi sistem untuk memastikan kinerja sistem yang memuaskan
Hal ini terlihat pada sistem dalam berbagai keadaan waktu setelah terjadi
gangguan
Asumsi pemodelan yang berkaitan dengan hal berikut harus konsisten
dengan jangka waktu yang dipertimbangkan, tujuan studi, dan tingkat
ketahanan yang dibutuhkan:
 Sistem transmisi transformator ULTCs
 Karakteristik beban, termasuk efek sistem distribusi transformator ULTCs dan
regulator tegangan
 Pergeseran fasa
 Tie line power control AGC
 Kompensasi daya reaktif
 Batasan daya reaktif generator
 Tindakan operator.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 148


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

aliran daya setelah gangguan:


Untuk situasi yang tidak melibatkan hilangnya pembangkitam
atau beban, pertukaran antara area kontrol AGC tidak berubah
secara signifikan
Satu-satunya perubahan adalah karena beban sensitif
tegangan dan perubahan pada garis batas kerugian
Oleh karena itu, efek dari kontrol tie line power dalam kasus tersebut
adalah mengubah pembangkitan pada AGC sedikit untuk mengatasi
perubahan beban sistem dan kehilangan garis batas
Di sisi lain, kontrol kecepatan utama, ketergantungan frekuensi beban,
dan AGC penting untuk kontinjensi yang menyebabkan ketidakcocokan
yang signifikan antara pembangkitan dan beban.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 149


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

aliran daya setelah gangguan:


 Analisis kontinjensi tidak melibatkan hilangnya pembangkitan / beban
 Untuk PFPF yang mewakili periode waktu sebelum aksi kontrol otomatis ULTC dan
AGC (yaitu beberapa detik setelah gangguan), maka asumsi pemodelan sebagai
berikut:
 Generator AVRs menahan tegangan terminal. Biasanya, tidak ada aksi kontrol otomatis
yang membatasi Q; Namun, tergantung pada sifat penelitian, mungkin mengasumsikan
Q berada dalam batas kemampuan generator
 Beban bervariasi sebagai fungsi tegangan bus (karena sistem distribusi ULTC /
regulator tidak beroperasi)
 Kapasitor / reaktor dihubungkan/ dihidupkan oleh relay tegangan (jika ada)
 Aliran daya tie line tidak dikendalikan.
 Untuk PFPF yang mewakili periode waktu setelah aksi kontrol otomatis, dan
sebelum tindakan operator, maka asumsi pemodelan sebagai berikut:
 Generator AVR menahan tegangan terminal, sesuai dengan batas kemampuan
keluaran daya reaktif generator
 ULTCs pada kontrol otomatis beroperasi; Beban P dan Q dikembalikan ke nilai
terjadwalnya
 Aliran daya tie line dikendalikan oleh AGC.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 150


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

aliran daya setelah gangguan:


Analisis kontinjensi tidak melibatkan hilangnya pembangkitan /
beban
Untuk PFPF yang mewakili periode waktu setelah tindakan
operator, tergantung pada ruang lingkup penelitian,
beberapa atau semua tindakan pengendalian berikut
diasumsikan telah terjadi:
ULTCs pada kontrol manual disesuaikan
Sudut shifter fasa disesuaikan
Generator Q disesuaikan untuk menahan tegangan bus HT (jika
ada), sesuai dengan batasan pada Q
Operasi pembangkit cadangan dan ekspor disesuaikan untuk
mengurangi pembebanan peralatan ke rating berkelanjutan.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 151


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

aliran daya setelah gangguan:


 Analisis kontinjensi menghasilkan ketidakcocokan pembangkitan-beban
 Peristiwa yang mengikuti hilangnya pembangkitan atau beban dapat dikategorikan sebagai berikut:
 Tahap-1, mewakili kondisi segera setelah gangguan. Selama tahap ini, output generator berubah
kira-kira sebanding dengan reaktansi antara generator dan titik di mana pembangkit atau beban
hilang
 Tahap-2, mewakili kondisi 0,5 detik sampai 2,0 detik mengikuti gangguan. Generator mempercepat
atau melambat karena ketidakseimbangan antara input daya mekanik dan output daya listrik.
 Dalam sistem kecil, semua generator mempercepat kecepatan secara bersama-sama;
Hilangnya generasi / beban dibagi di antara generator sebanding dengan inersianya
 Dalam sistem yang besar, perambatan (propagation) efek gangguan pada bagian-bagian
yang jauh (remote) membutuhkan waktu; Akan ada perbedaan fasa waktu antara osilasi
rotor unit di berbagai bagian sistem
 Tahap-3, mewakili kondisi dari 2,0 detik sampai 20,0 detik mengikuti gangguan. Kecepatan
generator me-respons dan mengubah output turbin. Pada akhir tahap ini, generator di seluruh
sistem berbagi perubahan daya sebanding dengan kapasitas, cadangan yang tersedia, dan
penyetelan (droop setting). Beban sistem berubah, tergantung pada frekuensi dan sensitivitas
tegangannya
 Tahap-4, mewakili kondisi beberapa detik sampai beberapa menit setelah gangguan. Sistem AGC
mencoba memperbaiki penyimpangan arus dan frekuensi tie-line. Bergantung pada jumlah
cadangan pembangkitan di AGC, arus dan frekuensi tie line dipulihkan. Hal tersebut diikuti
tindakan manual oleh operator.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 152


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA

aliran daya setelah gangguan:


Fitur khusus dapat ditambahkan ke program aliran daya yang merupakan
tahap 3 dan 4 seperti yang telah dijelaskan di atas
Analisis aliran daya yang sesuai disebut sebagai aliran daya respons
pengatur (governor response power flow) dan aliran daya respons AGC
Beberapa program juga menyediakan fasilitas untuk aliran daya inersia,
yang dimaksudkan untuk mewakili tahap-2 yang telsh diidentifikasi
tersebut di atas
Namun, analisis semacam itu hanya bermakna untuk sistem terisolasi
kecil di mana semua generator berayun bersama selama periode yang
bersangkutan, berbagi ketidakcocokan pembangkitan-beban sebanding
dengan inersia tersebut
Untuk sistem interkoneksi yang besar, tahap ini hanya dapat dianalisis
melalui simulasi dinamis seperti analisis stabilitas transien.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 153


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA
Studi kasus:

Contoh analisis aliran daya


Prosedur analisis aliran daya
Stabilitas dan kontrol sistem tenaga listrik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 154


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 155


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 156


kontrol sistem tenaga | ip
PROSEDUR ANALISIS ALIRAN DAYA
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 157


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 158


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 159


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 160


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 161


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 162


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 163


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 164


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 165


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 166


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 167


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 168


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 169


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 170


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 171


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 172


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 173


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 174


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 175


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 176


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 177


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 178


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 179


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 180


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 181


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 182


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 183


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 184


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 185


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 186


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 187


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 188


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 189


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 190


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 191


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 192


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 193


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 194


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 195


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 196


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 197


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 198


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 199


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 200


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 201


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 202


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 203


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 204


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 205


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 206


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 207


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 208


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 209


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 210


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 211


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 212


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 213


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 214


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 215


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 216


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 217


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 218


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 219


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 220


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 221


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 222


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 223


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 224


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 225


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 226


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 227


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 228


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 229


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 230


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 231


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 232


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 233


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS SINYAL KECIL
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 234


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 235


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 236


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 237


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 238


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 239


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 240


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 241


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 242


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 243


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 244


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 245


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 246


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 247


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 248


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 249


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 250


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 251


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 252


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 253


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 254


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 255


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 256


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 257


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 258


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 259


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 260


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 261


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 262


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 263


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 264


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 265


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 266


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 267


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 268


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 269


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 270


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 271


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 272


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 273


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 274


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 275


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 276


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 277


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 278


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 279


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 280


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 281


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 282


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 283


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 284


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 285


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 286


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 287


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 288


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 289


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 290


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 291


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 292


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS PERALIHAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 293


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 294


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 295


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 296


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 297


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 298


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 299


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 300


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 301


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 302


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 303


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 304


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 305


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 306


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 307


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 308


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 309


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 310


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 311


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 312


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 313


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 314


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 315


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 316


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 317


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 318


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 319


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 320


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 321


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 322


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 323


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 324


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 325


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 326


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 327


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 328


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 329


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 330


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 331


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 332


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 333


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 334


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 335


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 336


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 337


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 338


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 339


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 340


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 341


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 342


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 343


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 344


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 345


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 346


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 347


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 348


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 349


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 350


kontrol sistem tenaga | ip
STABILITAS TEGANGAN
Studi kasus:

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 351


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar
Gambar 5.12
5.12 Data Single DataModel
Line Diagram Single Line
Sistem Mahakam Diagram Model Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 352


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Keadaan Kinerja Pembangkit
50

45
PLTGU TANJUNG BATU
40
PLTG MENAMAS
35 PLTU CFK
Daya Aktif (MW)

PLTMG KALTIMEX 4
30
PLTG SAMBERA
25 PLTD KARANG ASAM
PLTD KELEDANG
20
PLTU POWERINDO
15 PLTD GUNUNG MALANG
PLTD COGINDO BATAKAN
10
PLTD BATAKAN
5 PLTD KALTIMEX 1
PLTD KALTIMEX 2 & 3
0
PLTD KARANG JOANG

Waktu Operasi

Gambar 5.3 Grafik Kinerja Pembangkit Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 353


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 5.4 Grafik Kinerja PLTGU Tanjung Batu dan PLTG Sambera pada
Pembangkit Sistem Mahakam
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 354
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
ARAH KE GI BONTANG ARAH KE GI KUARO

Bus 23 Bus 22 Bus 21


GI SAMBUTAN GI BUKUAN GI KARANG JOANG

Bus 45 Bus 43 Bus 44 Bus 41 Bus 42

PQ45 PQ43 PQ44


PQ41 PQ42

Bus 14

Bus 15 Bus 16 Bus 17 Bus 18 Bus 19 Bus 20


GI EMBALUT GI BUKIT BIRU GI TENGKAWANG GI HARAPAN BARU GI INDUSTRI GI MANGGAR SARI
PLTD KARANG JOANG

Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40

Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38

Bus 24 PQ30 PQ28 PQ29 PQ31 PQ32


PLTG
BUS PLTU CFK PQ27 PQ39 PQ40
PT . MENAMAS
Bus 6 Bus 5 PQ36
Bus 8 Bus 33 Bus 34 Bus 35

PQ47 PQ46 Bus 11 Bus 12


Bus 1 Bus 3
PLTG SAMBERA PLTD KARANG ASAM PQ33 PQ34 PQ35
PLTD POWERINDO
Bus 25 Bus 26
PLTD COGINDO PLTD KALTIMEX 1

PLTGU PQ25 PQ26 Bus 10 Bus 13


PLTU CFK
TANJUNG BATU

Bus 7 Bus 9 PV13

Bus 4 PLTD BATAKAN PLTD KALTIMEX 2,3


PQ48

PLTD KELEDANG PLTD GUNUNG MALANG

PLTMG KALTIMEX 4

Sistem Tenaga Listrik Mahakam Kalimantan Timur

Gambar 5.2 Model Pembangkit Tenaga Listrik Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 355


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 6.2 Simulasi keadaan Tegangan Sistem tanpa menggunakan Power


System Stabilizer (PSS)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 356


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 6.3 Simulasi keadaan Tegangan Sistem dengan menggunakan


Power System Stabilizer (PSS)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 357


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 6.4 Simulasi keadaan Frekuensi Sistem tanpa menggunakan


Power System Stabilizer (PSS)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 358


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 6.5 Simulasi keadaan Frekuensi Sistem dengan menggunakan


Power System Stabilizer (PSS)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 359


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 6.6 Simulasi keadaan Sudut Rotor Sistem tanpa menggunakan


Power System Stabilizer (PSS)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 360


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 6.7 Simulasi keadaan Sudut Rotor Sistem dengan menggunakan


Power System Stabilizer (PSS)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 361


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
 Model SVC yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model rincian tertentu
menggunakan thyristor-controlled reactor; TCR dan thyristor-switched capasitor; TSCs.
Besaran daya reaktif direpresentasikan sebesar +300 MVar/-100MVar, di mana SVC
terhubung pada sistem transmisi 150 kV. SVC terdiri dari 150 kV/20 kV, 333 MVA coupling
transformer, satu buah TCR bank 109 MVar, dan tiga buah TSC bank 94 MVar (TSC1,
TSC2, TSC3) yang terhubung pada sisi sekunder transformator
 Untuk mengaktifkan TSCs dilakukan dalam kondisi in/masuk dan out/keluar dengan
berbagai variasi besaran daya reaktif dari sisi sekunder mulai dari nol sampai dengan 282
MVar- kapasitif (pada 16 KV atau 20 KV) secara bertahap sebesar 94 MVar, sedangkan
kontrol fasa TCR dilakukan dengan variasi yang kontinyu dari nol sampai dengan 109
MVar-induktif. Dengan mempertimbangkan reaktansi bocor dari transformator (0,15 pu),
dan equivalen susceptance SVC dilihat dari sisi primer dapat bervariasi secara kontinyu
dari -1,04 pu/100 MVA (bersifat induktif penuh) untuk 3,23 pu/100 MVar (bersifat kapasitif
penuh)
 Konfigurasi dasar dari SVC direpresentasikan sebagai thyristor controlled reactor (TCR)
dan thyristor switched capacitor (TSC). Tipe SVC dimodelkan +300 MVar/-100MVar Static
Var Compensator (SVC); 1 TCR -3 TSCs; menggunakan suatu reaktansi variabel dengan
batas-batas induktif dan kapasitif maksimum yang berhubungan langsung dengan batas-
batas dalam sudut-sudut penyalaan thyristor
 Dalam analisis aliran daya, SVC dimodelkan sebagai bus PV dengan batas daya reaktif.
Pada kasus ini, SVC direpresentasikan sebagai sebuah thyristor‐controlled reactor dan
thyristor switched capacitor (TCR‐ TSC), yang dimodelkan sebagai bus PV dengan tiga
buah kapasitor dan reaktor paralel, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.1 [21].
Sedangkan model SVC Controller untuk mengendalikan operasi SVC dalam stabilitas
steady-state dan dinamik tersebut seperti diperlihatkan dalam Gambar 5.2 [21].

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 362


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.7 Sistem static VAR compensator (SVC)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 363


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.8 Karakteristik SVC, steady state dan dinamik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 364


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.9 Model transfer function dari SVC

ISVC = - Vt BSVC (2.3)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 365


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

ΔQis = QSVC (2.4)


29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 366
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.11 Single-Line Diagram dari SVC

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 367


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.12
Model SimPowerSystems (SPS) dari SVC 300 Mvar pada
Sistem Tenaga 735 kV (power_svc_1tcr3tscs)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 368


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.13 Sistem kontrol SVC; SVC Controller


2(   )  sin( 2 )
BTCR (pu) = (2.5)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 369


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.14 Sistem Dua Area Sederhana

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 370


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.14 Sistem Dua Area Sederhana

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 371


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.15 Tanggapan Sistem Terhadap Berbagai Gangguan Tanpa


Menggunakan SVC2.11 Tanggapan Sistem Terhadap Berbagai G
Gambar
Menggunakan SVC
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 372
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.16 Tanggapan Frekuensi dari Fungsi


Gambar 2.12 Transfer
Tanggapan antara Input
Frekuensi dariSVC
Fungsi Transfer antara I
dan Arus pada Saluran antara
danBus 9 dan
Arus pada10 Saluran antara Bus 9 dan 10

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 373


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.17
Tanggapan Sistem Terhadap Berbagai Gangguan dengan dan Tanpa Kontrol
Supplementary dari Suatu SVC pada Bus 8
Gambar 2.13
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 Tanggapan Sistem Terhadap Berbagai Gangguan dengan
374dan Tanpa Ko
kontrol sistem tenaga | ip
Supplementary dari Suatu SVC pada Bus 8
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

0 1 0 0 1 1 0 1 1 1
0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 0 1
Gambar
Gambar 2.142.18 TigaBuah
Tiga BuahKromosom
Kromosom dalam
dalamBentuk
BentukBenang Bit Bit
Benang
Penggunaan Metode Algoritma Genetika

Gambar 2.19 Roda Roulette


29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 375
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Penggunaan Metode Algoritma Genetika

Gambar 2.20 Sebuah Operasi Crossover Satu Titik Gambar 2.21 Sebuah Operasi Crossover Banyak Titik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 376


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
Penggunaan Metode Algoritma Genetika

Gambar 2.22 Operasi Crossover Satu Titik dalam Benang Bit

Gambar 2.23 Operasi Crossover Banyak Titik dalam Benang Bit

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 377


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Penggunaan Metode Algoritma Genetika

Gambar 2.24 Proses Mutasi


29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 378
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
Penggunaan Metode Algoritma Genetika

Gambar 2.25 Model Kromosom pada Sistem

dengan:
i = nomor bus
Vmin = 0,95 pu
Vmaks = 1,05 pu
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 379
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Penggunaan
Metode
Algoritma
Genetika

Gambar 2.26
Diagram Alir Algoritma Program Penentuan Letak dan Ukuran Bank Kapasitor
Menggunakan Metode GA
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 380
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Penggunaan
Metode Algoritma
Genetika

Gambar 2.27 Lokasi Bank Kapasitor pada Model Sistem 19 Bus


29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 381
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.28
Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Transmisi Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Bank Kapasitor pada Model Sistem 19 Bus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 382


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

Gambar 2.29
Perbandingan Tegangan Bus Sistem Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Bank Kapasitor pada Model Sistem 19 Bus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 383


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
Q
<------
A A A aA A a aA

N B B B bB B b bB

C C C cC C c cC
Programmable 150 kV 6000 MVA Primary Secondary
Voltage Source 150 /20 kV
(150 kV) (20 kV)
333 MVA

C
A
B

P
A
B

P
A
B

P
A
B

P
A
B
C

C
200 MW

TCR TSC1 TSC2 TSC3


109 Mvar 94 Mvar 94 Mvar 94 MVar

Va (pu) Ia (pu/100MVA) TCR


Va_Ia
Q (Mvar ) [Vabc _Prim ] Vabc_prim
Q(Mvar ) TSC1
Vmeas Vref (pu)
Vmeas Vref
TSC2
alpha TCR (deg)
alpha TCR (deg) [Vabc_Sec ] Vabc_sec
number of TSCs TSC3
nTSC

Signals & SVC Controller


SVC
Scopes

?
The 'PreLoadFcn ' automatically sets
Discrete,
sample time Ts =50 e-6 s
Ts = 5e-005 s. Double click here for info
(see 'Model Properties ')

SVC (Detailed Model)


+300 Mvar/-100 Mvar Static Var Compensator (SVC) ; 1 TCR - 3 TSCs

Gambar 5.1
Model SVC tipe +300 MVar/-100MVar Static Var Compensator (SVC);
1 TCR -3 TSCs

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 384


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:

SVC Controller
Timer
Pierre Giroux , Gilbert Sybille
Power System Laboratory , IREQ
Hydro -Quebec

used for misfiring


simulation
2 Pulses
Vabc_sec
Vmeas Vabc
TCR_Pulses 1
1 OR TCR
Vabc Vmes Vmes Alpha Alpha
Vabc_prim
TSC1_Pulses Demux 2
Manual TSC1_On TSC1_On TSC 1
Switch Bref Bref Bsvc Bsvc TSC2_Pulses 3
TSC2_On TSC2_On
Measurement TSC 2
System TSC3_Pulses 4 TCRpulses
abc TSC3_On TSC3_On
-C- Vref TSC 3
Firing Unit TSC 1pulses
3-phase Distribution
signal generator Voltage Unit
Timer 2 Regulator TSC 2 pulses

Vref BSVC alpha


used for open -loop TSC 3 pulses
time constant evaluation TSC 1_On

TSC 2_On

TSC 3_On
?

Info

Gambar 5.2
SVC Controller untuk Static Var Compensator (SVC); 1 TCR -3 TSCs
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 385
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
 SVC digunakan untuk mengatur kompensasi reaktif, dan diaplikasikan untuk mengatur
aliran daya dengan mengubah parameter sistem tenaga sehingga aliran daya dapat
dioptimasi. SVC dimodelkan menggunakan metode injeksi daya dengan menggabungkan
sisi terima sebagai elemen paralel pada saluran transmisi. Daya reaktif ideal yang
diinjeksikan pada bus i berdasarkan persamaan (2.4) yaitu ΔQis = QSVC
 Untuk mensimulasikan kinerja SVC dalam stabilitas steady-state dan dinamik pada
kelistrikan Sistem Mahakam Kaltim digunakan model peralatan SVC tipe +300 MVar/-100
MVar Static Var Compensator (SVC); 1 TCR -3 TSCs yang telah dimodifikasi untuk sistem
150 kV / 20 kV; 50 Hz, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.1 dan dalam Gambar 5.2
tersebut di atas
 Pengamatan karakteristik sesuai pemodelan tersebut dilakukan terlebih dahulu terhadap
bentuk gelombang kondisi mantap (steady-state) dan tanggapan (response) dinamik SVC
pada sistem tegangan yang bervariasi. Sumber tegangan pada kondisi awal ditetapkan
pada 1,004 pu, (di mana akan menghasilkan 1,0 pu pada tegangan terminal SVC ketika
SVC belum dioperasikan). Sebagai acuan tegangan Vref diatur hingga 1,0 pu, SVC pada
kondisi awal mengambang (arus nol). Titik operasi Ini diperoleh dengan TSC1 dan TCR
hampir pada konduksi penuh (α = 96 derajat)
 Adapun ilustrasi bentuk gelombang dari response dinamik SVC terhadap tahapan
perubahan tegangan terminal seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.3 [21]. Pada t = 0.1s,
secara tiba-tiba tegangan meningkat menjadi 1,025 pu. SVC bereaksi dengan menyerap
daya reaktif (Q=-95 MVar) untuk membawa tegangan kembali ke 1,01 pu. Pada 95%
waktu penyelesaian adalah sekitar 135 ms. Pada titik ini semua TSCs berada di luar
operasi dan TCR hampir pada konduksi penuh (α = 94 derajat).

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 kontrol sistem 386


tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 5.3
Ilustrasi Bentuk Gelombang dari response Dinamik SVC terhadap
Tahapan Perubahan Tegangan Terminal

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 387


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
 Pada t = 0,4 s, sumber tegangan secara tiba-tiba diturunkan menjadi
0,93 pu. SVC bereaksi dengan menghasilkan daya reaktif sebesar 256
MVar, sehingga meningkatkan tegangan 0,974 pu. Pada titik ini tiga
TSCs berada dalam operasi dan TCR menyerap sekitar 40% dari
nominal daya reaktif (α = 120 derajat)
 Tegangan dan arus Steady State TCR dalam pulsa AB diperlihatkan
dalam Gambar 5.4 [21]. Perhatikan pada jejak terakhir cakupan
bagaimana TSCs secara berurutan dinyalakan dan dimatikan. Setiap
kali TSC diaktifkan, sudut α dari TCR berubah dari 180 derajat (tidak
ada konduksi) sampai derajat 90 derajat (konduksi penuh). Akhirnya,
pada t = 0,7 s tegangan meningkat menjadi 1,0 pu dan daya reaktif
SVC dikurangi menjadi nol
 Selanjutnya dapat dibuka sub sistem Signal & Scopes untuk
mengamati bentuk gelombang. Tegangan dan arus TCR dalam cabang
AB serta pulsa thyristor ditampilkan pada cakupan AB TCR. Pada
gambar di bawah ini menunjukkan tiga siklus ketika sudut penyalaan
α adalah 120 derajat.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 388


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 5.4 Tegangan dan Arus Steady State TCR dalam Pulsa AB

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 389


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Menggunakan
Metode Algoritma Genetika:
 Implementasi metode Algoritma Genetika atau Genetic Algorithm (GA)
dalam penempatan optimal Static Var Compensator (SVC) pada Gardu
Induk (GI) tenaga listrik, maka digunakan kromosom untuk
mengidentifikasikan letak dan ukuran kapasitor SVC. Kromosom
mewakili masing-masing injeksi daya reaktif yang akan dipasang ke
dalam sistem. Kromosom yang digunakan terdiri dari sejumlah gen
karena gen yang digunakan mengikuti jumlah bus yang ada pada
sistem yang diuji
 Parameter yang dicari terdiri atas 2 parameter, yaitu letak dan ukuran
SVC, di mana gen pada kromosom berisi 2 nilai. Nilai pertama untuk
menentukan letak kromosom yang berupa nilai 0 atau 1. Nilai 0
mengidentifikasikan ketidakadaan SVC pada bus tersebut, nilai 1
mengidentifikasikan SVC yang dipasang pada bus tersebut.
Sedangkan nilai kedua berisi informasi tentang ukuran SVC, nilai
tersebut berupa nilai integer kelipatan 1 sampai 10 sesuai dengan
ukuran daya reaktif yang akan diinjeksikan ke sistem dari SVC yang
digunakan. Nilai gen kedua berisi nilai antara 0 sampai dengan nilai
maksimum SVC.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 390


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Menggunakan
Metode Algoritma Genetika:
 Setelah menentukan besar nilai gen pada kromosom, selanjutnya
kromosom tersebut perlu diuji keandalannya, apakah kromosom
mampu memperbaiki sistem atau tidak. Kromosom berisi informasi
letak dan ukuran daya reaktif yang diinjeksikan pada bus sistem.
Pengujian nilai kromosom dilakukan pada fungsi objektif berupa rugi-
rugi daya berdasarkan persamaan (2.14), yaitu:

 Batasan yang digunakan dalam proses GA ini adalah tegangan, di


mana berdasarkan persamaan (2.15), maka batas tegangan harus
berada pada batasan toleransi yang diizinkan, yaitu:

dengan:
i = nomor bus;
Vmin = 0,95 pu;
Vmaks = 1,05 pu.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 391


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Menggunakan
Metode Algoritma Genetika:
 Solusi optimal diperoleh dari sejumlah solusi dengan proses acak. Generasi
baru diperoleh dari tiga operator yaitu reproduksi, crossover, dan mutasi.
Ukuran populasi yang digunakan dalam penelitian mengikuti jumlah bus, dan
maksimum generasi adalah 200, sedangkan peluang crossover adalah 0.95.
Dalam satu individu, masing-masing string mempunyai peluang mutasi yang
bebeda. Optimasi dilakukan dengan menggunakan 1 peralatan / device untuk 1
kasus, yaitu dengan menempatkan SVC pada gardu induk (GI) sistem tenaga
listrik
 Dalam hal pengkodean, di mana konfigurasi SVC ditentukan oleh 2 parameter,
yaitu letak, dan ukuran (rating). String pertama berkaitan dengan letak SVC
yang ditempatkan pada saluran. String yang kedua berkaitan dengan ukuran
(rating) SVC
 Nilai penempatan disesuaikan dengan penomoran pada SVC, yaitu 1 untuk
keberadaan SVC, dan 0 bila tidak ada SVC. String yang kedua adalah berkaitan
dengan nilai rating (rf) SVC. String ini mengandung nilai yang dikodekan dalam
bentuk bilangan real (float encoding) antara -1 dan 1. Nilai SVC yang
sebenarnya diperoleh setelah melakukan proses decoding. SVC bekerja dengan
range -100 MVar sampai 100 MVar.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 392


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Menggunakan
Metode Algoritma Genetika:
 Daya reaktif sebenarnya yang disuplai atau diabsorbsi oleh SVC adalah rsvc= rf x100
(MVar), sedangkan populasi awal dibuat dari parameter sebagai berikut:
nSVC : Jumlah SVC yang ditempatkan
nLocation : Letak yang memungkinkan untuk SVC
nInd : Jumlah individu dalam populasi.

 Nilai pertama dari string merupakan nilai acak yang dipilih dari letak yang memungkinkan
untuk menempatkan SVC. Nilai yang kedua dari string adalah merupakan nilai rating SVC
yang dipilih secara acak antara -1 sampai 1. Untuk menjamin agar pada suatu saluran
transmisi hanya terdapat satu peralatan SVC, maka updating populasi dilakukan setelah
proses crossover
 Optimasi penempatan SVC untuk memaksimumkan suplai daya dari sistem ke beban
tanpa melampaui batas tegangan dan arus pada sistem. Untuk maksud tersebut, maka
dicari letak dan rating yang paling tepat. Iterasi dimulai dengan sistem loadability,
SL=1.05 dari beban awal
 GA melakukan proses optimasi secara berulang jika nilai fitness-nya adalah 1, dengan
pertambahan SL sebesar 0.05. Rugi daya akibat peningkatan transmisi daya, dibagi secara
proporsional kepada seluruh generator dalam sistem. Berikut merupakan strategi optimasi
penempatan SVC seperti diperlihatkan dalam Gambar 5.5 [8]
 Selanjutnya dengan menggunakan metode GA dan aliran daya dilakukan perhitungan
untuk menentukan letak dan ukuran kapasitor SVC pada GI tenaga listrik. Adapun diagram
alir algoritma program seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.6 [8] berikut.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 393


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Mulai

Mem baca data input,


sistem loadability, SL

Mem bangkitkan populasi awal

Meningkatkan SL Mengatur lokasi SVC

Menghitung fitness
Reproduksi
setiap individu
Crossover
Menyim pan individu Mutasi
terbaik, SL

Generasi = tidak
m axgen ?

ya

ya
Fitness = 1 ?

tidak

Cetak Individu terbaik, SL

Gambar 5.5 Strategi Optimasi Penempatan SVC Selesai

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 394


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Mulai

Masukkan data sistem dan param eter GA m em buat populasi awal krom osom

Masukkan penghitung awal (iterasi =1)

Jalankan program Aliran Daya dan

fungsi fitness
Hitung fungsi fitness

tidak
N k1 > N krom

ya

Pilih satu krom osom berdasarkan


m ekanism e roda roulette set K = K + 1

seleksi
Gambar 5.6 tidak
N Idk > N krom

Diagram Alir ya
Pilih angka acak (RND1) untuk 2 induk krom osom

Algoritma Transfer krom osom (tanpa kawin silang)


tidak
RND 1 ≤ C2

kawin silang
Program ya
Menjodohkan pada posisi kawin silang acak

Penempatan ya

Optimal SVC
In d uk yang lain

tidak

pada Mem ilih angka acak (RND 1) untuk satu krom osom

GI Tenaga Transfer krom osom (tanpa m utasi)


tidak
RND 1 ≤ C1

mutasi
ya

Listrik Mutasi pada posisi acak

Menggunakan ya
Kro mo som yang lain

Metode GA tidak

regenerasi
Mengganti populasi lam a dengan yang baru

tidak
MaxIterasi tercapai ?

ya

tidak
Lo sses minimum ?

ya
tidak
0,95 ≤ Vm ≤ 1,05

ya
Selesai

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 395


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Model Sistem 19
Bus Menggunakan Metode Algoritma Genetika:

Berikut adalah data referensi model sistem 19 bus, dengan data sistem sebagai berikut:

Base MVA : 2.800 MVA

Base tegangan : 500 KV

Swing bus : Bus 1

Bus generator : Bus 2,3,4,5,6,7

Bus beban : Bus 8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 396


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar 5.7 Data Single Line Diagram Model Sistem 19 Bus


29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 397
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.1 Data Pembangkit dan Pembebanan Model Sistem 19 Bus
No Pembangkit Konsumsi
Jenis
Bus P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr)
1 Slack 0 0 132 44
2 Generator 300 0 0 0
3 Generator 600 0 527 195
4 Generator 432 0 0 0
5 Generator 2.800 0 609 235
6 Generator 300 0 104 15
7 Generator 800 0 187 27
8 Beban 0 0 787 581
9 Beban 0 0 424 219
10 Beban 0 0 213 284
11 Beban 0 0 406 188
12 Beban 0 0 718 496
13 Beban 0 0 513 243
14 Beban 0 0 551 214
15 Beban 0 0 497 137
16 Beban 0 0 569 194
17 Beban 0 0 419 654
18 Beban 0 0 427 289
19 Beban 0 0 477 82

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 398


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.2 Data Saluran Transmisi Model Sistem 19 Bus
Bus ke Panjang R X
No
Bus (km) (ohm/km/fasa) (ohm/km/fasa)
1 1-14 12,48 0,0251 0,2808
2 1-15 111,00 0,0293 0,2815
3 2-13 55,00 0,0293 0,2788
4 3-13 44,56 0,0293 0,2815
5 3-4 25,10 0,0293 0,2815
6 4-12 37,43 0,0251 0,2808
7 4-17 80,30 0,0293 0,2815
8 5-9 410,00 0,0293 0,2788
9 5-6 74,00 0,0251 0,2808
10 6-8 74,00 0,0251 0,2808
11 7-8 22,20 0,0293 0,2788
12 8-10 251,00 0,0293 0,2815
13 9-10 75,00 0,0293 0,2788
14 10-11 228,70 0,0293 0,2815
15 10-12 342,80 0,0293 0,2815
16 11-12 130,00 0,0293 0,2815
17 14-17 116,00 0,0293 0,2815
18 15-16 31,90 0,0251 0,2808
19 15-17 21,30 0,0293 0,2815
20 17-18 37,92 0,0293 0,2815
21 17-19 57,00 0,0293 0,2815
22 18-19 18,00 0,0293 0,2815

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 399


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Parameter Daya
Pembangkit Qmax - Qmin Konsumsi
No
Jenis S (MVA) S (MVA) Qmax Qmin Qmax Qmin P Q
Bus P (MW) Q (MVAr) P (pu) S (MVA) Cos ф P (pu) Q (pu)
cos0,8 cos0,85 (MVA) (MVA) (pu) (pu) (MW) (MVAr)
1 Slack 0 0 0 0 0 0 0 0 0 132 44 139,14 0,95 0,0471 0,0157
2 Generator 300 0 0,1071 375 352,94 225 185,92 0,0804 0,0664 0 0 - - - -
3 Generator 600 0 0,2143 750 705,88 450 371,85 0,1607 0,1328 527 195 561,92 0,94 0,1882 0,0696
4 Generator 432 0 0,1543 540 508,24 324 267,73 0,1157 0,0956 0 0 - - - -
5 Generator 2.800 0 1,0000 3.500 3.294,12 2.100 1.735,28 0,7500 0,6197 609 235 652,77 0,93 0,2175 0,0839
6 Generator 300 0 0,1071 375 352,94 225 185,92 0,0804 0,0664 104 15 105,08 0,99 0,0371 0,0054
7 Generator 800 0 0,2857 1.000 941,18 600 495,80 0,2143 0,1771 187 27 188,94 0,99 0,0668 0,0096
8 Beban 787 581 978,23 0,80 0,2811 0,2075
9 Beban 424 219 477,22 0,89 0,1514 0,0782
10 Beban 213 284 355,00 0,60 0,0761 0,1014
11 Beban 406 188 447,41 0,91 0,1450 0,0671
12 Beban 718 496 872,66 0,82 0,2564 0,1771
13 Beban 513 243 567,64 0,90 0,1832 0,0868
14 Beban 551 214 591,10 0,93 0,1968 0,0764
15 Beban 497 137 515,54 0,96 0,1775 0,0489
16 Beban 569 194 601,16 0,95 0,2032 0,0693
17 Beban 419 654 776,71 0,54 0,1496 0,2336
18 Beban 427 289 515,61 0,83 0,1525 0,1032
19 Beban 477 82 484,00 0,99 0,1704 0,0293

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 400


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Parameter Impedansi
Bus ke Panjang R X
No
Bus (km) (ohm/km/fasa) pu (ohm/km/fasa) pu
1 1-14 12,48 0,0251 0,0126 0,00175 0,2808 0,1404 0,01962
2 1-15 111,00 0,0293 0,0147 0,01821 0,2815 0,1408 0,17498
3 2-13 55,00 0,0293 0,0147 0,00902 0,2788 0,1394 0,08587
4 3-13 44,56 0,0293 0,0147 0,00731 0,2815 0,1408 0,07024
5 3-4 25,10 0,0293 0,0147 0,00412 0,2815 0,1408 0,03957
6 4-12 37,43 0,0251 0,0126 0,00526 0,2808 0,1404 0,05886
7 4-17 80,30 0,0293 0,0147 0,01318 0,2815 0,1408 0,12658
8 5-9 410,00 0,0293 0,0293 0,13455 0,2788 0,2788 1,28025
9 5-6 74,00 0,0251 0,0126 0,01040 0,2808 0,1404 0,11636
10 6-8 74,00 0,0251 0,0126 0,01040 0,2808 0,1404 0,11636
11 7-8 22,20 0,0293 0,0147 0,00364 0,2788 0,1394 0,03466
12 8-10 251,00 0,0293 0,0147 0,04118 0,2815 0,1408 0,39568
13 9-10 75,00 0,0293 0,0293 0,02461 0,2788 0,2788 0,23419
14 10-11 228,70 0,0293 0,0293 0,07505 0,2815 0,2815 0,72105
15 10-12 342,80 0,0293 0,0293 0,11249 0,2815 0,2815 1,08078
16 11-12 130,00 0,0293 0,0293 0,04266 0,2815 0,2815 0,40986
17 14-17 116,00 0,0293 0,0293 0,03807 0,2815 0,2815 0,36572
18 15-16 31,90 0,0251 0,0126 0,00448 0,2808 0,1404 0,05016
19 15-17 21,30 0,0293 0,0147 0,00349 0,2815 0,1408 0,03358
20 17-18 37,92 0,0293 0,0293 0,01244 0,2815 0,2815 0,11955
21 17-19 57,00 0,0293 0,0293 0,01871 0,2815 0,2815 0,17971
22 18-19 18,00 0,0293 0,0293 0,00591 0,2815 0,2815 0,05675

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 401


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Bus 14

Bus 1 Bus 19

Bus 17 Bus 18
Bus 15 Bus 16

Bus 13

Bus 3

Bus 2

Bus 4

Bus 12

Bus 11

Bus 10

Bus 9 Bus 7

Bus 8

Bus 5
Bus 6

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 402


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.5
Hasil Perhitungan Aliran Daya Metode Newton-Raphson pada Model Sistem 19 Bus dengan Menggunakan Simulink Model PSAT
Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi
No Bus
(pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr)
1 1,000 0,000 2.384 1.039,96 132 44
2 1,000 -2,436 300 64,18 0 0
3 1,000 -2,795 600 392,69 527 195
4 1,000 -2,591 432 2.223,10 0 0
5 1,000 38,943 2.800 442,46 609 235
6 1,000 35,305 300 457,19 104 15
7 1,000 31,591 800 1.143,88 187 27
8 0,985 31,234 787 581
9 0,883 19,557 366 189
10 0,894 17,769 189 251
11 0,908 2,584 371 172
12 0,971 -1,917 718 496
13 0,997 -2,953 513 243
14 0,996 -0,414 551 214
15 0,961 -4,202 497 137
16 0,957 -4,817 569 194
17 0,960 -4,273 419 654
18 0,947 -5,610 424 287
19 0,948 -5,743 475 82
Total pembangkitan Daya Aktif 7.616,167 MW
Daya Reaktif 5.763,458 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 7.438,200 MW
Daya Reaktif 4.016,323 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 177,966 MW
Daya Reaktif 1.747,135 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 403


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.6
Hasil Perhitungan Aliran Daya Metode Newton-Raphson pada Model Sistem 19 Bus Setelah Ditambahkan SVC dengan Metode GA
No Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi Injeksi
Bus (pu) o
( ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr) Q (MVAr)
1 1,000 0,000 2.472 409 132 44 440
2 1,010 -3,004 300 295
3 0,999 -3,098 600 490 527 195
4 0,980 -2,918 432 257
5 1,000 33,779 2.800 92 609 235 150
6 1,000 30,203 300 283 104 15
7 1,000 26,584 800 570 187 27
8 0,992 26,187 787 581 200
9 0,976 14,965 424 219 330
10 0,976 13,694 213 284 550
11 0,979 0,991 406 188 420
12 0,967 -2,424 718 496
13 1,000 -3,472 513 243 380
14 0,997 -0,433 551 214 160
15 0,963 -4,417 497 137
16 0,958 -5,032 569 194 10
17 0,962 -4,532 419 654
18 0,959 -5,921 427 289
19 0,965 -6,081 477 82 480
Total pembangkitan Daya Aktif 7.704,412 MW
Daya Reaktif 2.397,211 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif 3.120,000 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 7.560,000 MW
Daya Reaktif 4.097,000 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 144,780 MW
Daya Reaktif 1.422,264 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 404


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Berdasarkan hasil perbandingan data variabel dalam Tabel 5.5 dengan
Tabel 5.6 tersebut, kemudian dilakukan reduksi terhadap jumlah dan
penempatan optimal SVC dengan tetap mengacu pada besarnya rugi-
rugi daya aktif pada saluran dengan nilai yang lebih kecil, yaitu
dengan cara sebagai berikut:
• pembatasan terhadap besar injeksi daya reaktif pada bus-bus
dengan nilai antara 200 MVar sampai 550 MVar
• pembatasan terhadap besar tegangan bus dengan nilai antara
0,958 pu sampai 0,979 pu
• mengeliminasi injeksi daya reaktif pada bus-bus beban dengan
nilai tegangan bus antara 0,997 pu sampai 1,000 pu
• mengeliminasi injeksi daya reaktif pada bus-bus pembangkit
dengan nilai tegangan bus antara 0,980 pu sampai 1,010 pu
• menaikkan tegangan bus PV beberapa pembangkit pada bus 3 dan
bus 4 menjadi 1 pu sesuai tegangan referensi
• memasang nilai tegangan bus PV sesuai hasil perhitungan optimal
metode GA bagi bus-bus yang telah ditetapkan untuk diinjeksi
daya reaktif.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 405


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, kemudian dibuat
pemodelan penempatan optimal SVC pada bus GI tenaga listrik
model sistem 19 bus melalui perhitungan aliran daya dengan
metode Newton-Raphson dengan menggunakan Software
Matlab ver.7.60 (toolbox: PSAT ver.2.1.6). Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa penempatan optimal SVC sebanyak 5
buah masing-masing berada pada bus 8, 9, 10, 11, dan 19,
dengan nilai injeksi daya reaktif berturut-turut (-)142,013
MVar, (-)329,209 MVar, (-)515,563 MVar, (-)308,500 MVar,
dan sebesar (-)294,084 MVar, sedangkan besar rugi-rugi daya
aktif pada saluran berkurang dari 177,966 MW menjadi
144,247 MW atau turun sebesar 23,38% seperti ditunjukkan
dalam Tabel 5.7. Adapun power flow report untuk Data
Simulink Model diperlihatkan dalam Lampiran B-1.2.
Sedangkan model Sistem 7 Mesin 19 Bus dengan SVC seperti
ditunjukkan dalam Gambar 5.9.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 406


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.7
Penempatan Optimal SVC pada Model Sistem 19 Bus
dengan Metode Newton-Raphson Menggunakan Simulink Model PSAT
No Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi Injeksi SVC
Bus (pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr) Q (MVAr)
1 1,000 0,000 2.472,247 887,864 132 44
2 1,000 -2,904 300 64,175
3 1,000 -3,263 600 392,694 527 195
4 1,000 -3,059 432 1.432,945
5 1,000 33,559 2.800 241,583 609 235
6 1,000 29,984 300 295,405 104 15
7 1,000 26,363 800 610,800 187 27
8 0,992 25,969 787 581 142,013
9 0,976 14,744 424 219 329,209
10 0,976 13,471 213 284 515,563
11 0,979 0,850 406 188 308,500
12 0,984 -2,567 718 496
13 0,997 -3,421 513 243
14 0,996 -0,429 551 214
15 0,968 -4,424 497 137
16 0,963 -5,032 569 194
17 0,967 -4,544 419 654
18 0,961 -5,898 427 289
19 0,965 -6,046 477 82 294,084
Total pembangkitan Daya Aktif 7.704,247 MW
Daya Reaktif 3.925,467 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif 1.589,370 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 7.560,000 MW
Daya Reaktif 4.097,000 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 144,247 MW
Daya Reaktif 1.417,837 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 407


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Bus 14

Bus 1 Bus 19
Bus 17
Bus 15 Bus 16

Bus 13
Bus 18

Bus 3

Bus 2

Bus 4

Bus 12

Bus 11

Bus 10

Bus 9 Bus 7

Bus 8

Bus 5
Bus 6

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 408


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Model Sistem
Dua Area Menggunakan Metode Algoritma Genetika :

Berikut adalah data referensi model sistem dua area, dengan data sistem sebagai berikut:

Base MVA : 100 MVA


Base tegangan : 230 KV
Swing bus : Bus 3
Bus generator : Bus 1,2,4
Bus beban : Bus 5, 6, 7 (beban), 8, 9 (beban), 10, 11.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 409


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Bus 03
Bus 01 Bus 11
Bus 05

Bus 08

Bus 07 Bus 09 Bus 04


Bus 02 Bus 10
Bus 06

Modified Two -Area System


Prabha Kundur , "Power System Stability and Control ", Example 12.6, page 813

Gambar 5.10
Data Single Line Diagram Model Sistem Dua Area Menggunakan SVC
dan Peralatan Lainnya

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 410


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Bus 01 Bus 03
Bus 05 Bus 11

Bus 08

Bus 07 Bus 09
Bus 02 Bus 10 Bus 04
Bus 06

Modified Two -Area System


Prabha Kundur, "Power System Stability and Control ", Example 12.6, page 813

Gambar 5.11
Data Single Line Diagram Model Sistem Dua Area Tanpa Menggunakan SVC dan Peralatan Lainnya

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 411


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.8
Hasil Perhitungan Aliran Daya Model Sistem Dua Area
dengan Metode Newton-Raphson Menggunakan Simulink Model PSAT
Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi
No Bus
(pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr)
1 1,000 28,280 700,00 161,59
2 1,000 17,819 700,00 290,13
3 1,000 0,000 723,15 153,71
4 1,000 -11,011 700,00 256,49
5 0,980 21,443
6 0,959 10,830
7 0,940 2,071 967,00 -100,00
8 0,921 -12,451
9 0,951 -26,740 1.767,00 -250,00
10 0,964 -17,960
11 0,982 -7,051
Total pembangkitan Daya Aktif 2.823,145 MW
Daya Reaktif 861,925 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif - MVar
Total pembebanan Daya Aktif 2.734,000 MW
Daya Reaktif -350,000 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 89,145 MW
Daya Reaktif 1.211,925 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 412


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.9
Hasil Perhitungan Aliran Daya Metode Newton-Raphson pada Model Sistem Dua Area
Setelah Ditambahkan SVC dengan Metode GA pada Bus 8
Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi Injeksi
No Bus
(pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr) Q (MVAr)
5 1,010 52,355 700 30,635
6 1,000 42,485 700 318,952
7 0,973 34,480 967 -100
8 0,921 6,744 80
9 0,986 -19,268 1.767 -250
10 1,000 -10,939 700 249,844
11 1,000 0,000 763,078 -3,196
Total pembangkitan Daya Aktif 2.863,078 MW
Daya Reaktif 596,235 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif 80,000 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 2.734,000 MW
Daya Reaktif -350,000 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 129,078 MW
Daya Reaktif 1.026,237 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 413


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.10
Hasil Perhitungan Aliran Daya Metode Newton-Raphson pada Model Sistem Dua Area
Setelah Ditambahkan SVC dengan Metode GA pada Bus 7
Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi Injeksi
No Bus
(pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr) Q (MVAr)
5 1,010 52,258 700 30,635
6 1,000 45,388 700 85,611
7 0,996 37,437 967 -100 300
8 0,870 8,725
9 0,981 -19,251 1.767 -250
10 1,000 -10,917 700 298,303
11 1,000 0,000 761,584 -3,332
Total pembangkitan Daya Aktif 2.861,584 MW
Daya Reaktif 411,217 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif 300,000 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 2.734,000 MW
Daya Reaktif -350,000 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 127,584 MW
Daya Reaktif 1.061,220 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 414


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.11
Hasil Perhitungan Aliran Daya Metode Newton-Raphson pada Model Sistem Dua Area S
etelah Ditambahkan SVC dengan Metode GA pada Bus 9
Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi Injeksi
No Bus
(pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr) Q (MVAr)
5 1,010 56,434 700 30,635
6 1,000 46,564 700 377,353
7 0,967 38,545 967 -100
8 0,861 8,538
9 0,999 -19,205 1.767 -250 210
10 1,000 -10,920 700 112,535
11 1,000 0,000 761,768 -3,315
Total pembangkitan Daya Aktif 2.861,768 MW
Daya Reaktif 517,208 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif 210,000 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 2.734,000 MW
Daya Reaktif -350,000 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 127,768 MW
Daya Reaktif 1.077,212 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 415


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.12
Penempatan Optimal SVC pada Model Sistem Dua Area
dengan Metode Newton-Raphson Menggunakan Simulink Model PSAT
Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi Injeksi SVC
No Bus
(pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr) Q (MVAr)
1 1,030 17,615 700,000 148,008
2 1,010 7,947 700,000 145,467
3 1,030 -6,800 715,389 136,045
4 1,010 -16,796 700,000 108,061
5 1,012 11,191
6 0,993 1,265
7 0,987 -6,868 967,000 -100,000
8 1,030 -19,633 203,813
9 0,999 -31,543 1.767,000 -250,000
10 0,999 -23,437
11 1,015 -13,351
Total pembangkitan Daya Aktif 2.815,389 MW
Daya Reaktif 537,581 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif 203,813 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 2.734,000 MW
Daya Reaktif -350,000 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 81,389 MW
Daya Reaktif 1.091,395 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 416


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Sistem
Mahakam Kalimantan Timur Menggunakan Metode Algoritma
Genetika:
Berikut
Berikut adalah
adalah data data Sistem
ketenagalistrikan ketenagalistrikan
Mahakam tahun 2010,Sistem
dengan dataMahakam
sistem transmisitahun
150 KV, 2010, dengan d
dan data sistem

pembangkitan
pembangkitan 6,3
6,3 KV; 11,5 KV;KV; 11,5 20
dan distribusi KV; dan berikut:
KV sebagai distribusi 20 KV sebagai berikut:

Data
Data Sistem TransmisiTransmisi
Sistem 150 KV: 150 KV:
Base
Base MVAMVA : 100 MVA : 100 MVA
Base
Base tegangan : 150 KV
tegangan : 150 KV
Swing
Swing bus bus : Bus 15 : Bus 15
Bus
Bus generator : Bus 17, 18, 19,: 20,
generator Bus 21 17, 18, 19, 20, 21
Bus
Bus beban
beban : Bus 15, 16, 17,: 18,
Bus 19, 20,
15, 21,16,
22, 23,17,
24. 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24.

Data
Data Sistem Pembangkitan
Sistem 6,3 KV; 11,5 KV; dan
Pembangkitan 6,3Distribusi
KV;2011,5
KV: KV; dan Distribusi 20 KV:
Base
Base MVAMVA : 100 MVA : 100 MVA
Base
Base tegangan : 6,3 KV; 11,5 KV;
tegangan 20 KVKV; 11,5 KV; 20 KV
: 6,3
Swing
Swing bus bus : Bus 1 : Bus 1
Bus
Bus generator : Bus 2, 3, 4, 5,:6,Bus
generator 7, 8, 9,2,
10, 3,
11, 12,
4, 13,
5, 14
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
Bus
Bus beban
beban : Bus 25, 26, 27,: 28,Bus29, 30,
25,31,26,
32, 33,27,
34, 35,
28, 36,29,
37, 38,30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 40, 41, 42, 43, 44,
39,45.40, 41, 42, 43, 44, 45.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 417


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Sistem
Mahakam Kalimantan Timur Menggunakan Metode Algoritma
Genetika:
Dalam Gambar 5.12 menunjukkan data
single line diagram model Sistem Mahakam
(data selengkapnya diperlihatkan dalam
Lampiran E-1.1), data pembangkit dan
pembebanan untuk nilai sesaat diambil pada
tanggal 6 Oktober 2010 jam 17.00 wita
diperlihatkan dalam Tabel 5.13, data
transformator dalam Tabel 5.14, serta data
saluran ditunjukkan dalam Tabel 5.15.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 418


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Gambar
Gambar 5.12
5.12 Data Single DataModel
Line Diagram Single Line
Sistem Mahakam Diagram Model Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 419


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.13 Data Pembangkit dan Pembebanan Model Sistem Mahakam
Pembangkit Konsumsi
No
Lokasi Jenis Unit Daya
Bus V (KV) Jumlah P (MW) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr)
(MW)

1 PLTGU TANJUNG BATU Slack 11,5 1 20,0 20,000 60,00 60,00 0 -


11,5 1 20,0 20,000 0 -
11,5 1 20,0 20,000 0 -
2 PLTG PT. MENAMAS Generator 11,5 1 20,0 20,000 20,00 20,00 0 -
3 PLTU CFK Generator 11,5 1 25,0 25,000 50,00 50,00 0 -
Generator 11,5 1 25,0 25,000 0 -
4 PLTMG KALTIMEX 4 Generator 11,5 1 13,5 13,500 13,50 13,50 0 -
5 PLTD KARANG ASAM Generator 6,3 1 4,0 4,000 16,00 39,20 0 16,20 6,42
Generator 6,3 1 4,0 4,000 0 -
Generator 6,3 1 4,0 4,000 0 -
Generator 6,3 1 4,0 4,000 0 -
Generator 6,3 1 4,0 4,000 8,00 0 -
Generator 6,3 1 4,0 4,000 0 -
Generator 6,3 1 7,6 7,600 15,20 0 -
Generator 6,3 1 7,6 7,600 0 -
6 PLTG SAMBERA Generator 11,5 1 19,2 19,200 38,40 38,40 0 4,40 1,74
Generator 11,5 1 19,2 19,200 0 -
7 PLTD KELEDANG Generator 6,3 1 5,218 5,218 10,44 40,04 0 13,73 5,44
Generator 6,3 1 5,218 5,218 0 -
Generator 6,3 1 5,2 5,200 10,40 0 -
Generator 6,3 1 5,2 5,200 0 -
Generator 6,3 1 6,4 6,400 19,20 0 -
Generator 6,3 1 6,4 6,400 0 -
Generator 6,3 1 6,4 6,400 0 -
8 PLTD POWERINDO Generator 6,3 1 7,7 7,700 7,70 7,70 0 -
9 PLTD GUNUNG MALANG Generator 6,3 1 4,0 4,000 24,16 24,16 0 -
Generator 6,3 1 4,0 4,000 0 -
Generator 6,3 1 4,04 4,040 0 -
Generator 6,3 1 4,04 4,040 0 -
Generator 6,3 1 4,04 4,040 0 -
Generator 6,3 1 4,04 4,040 0 -
10 PLTD BATAKAN Generator 6,3 1 6,1 6,100 12,20 12,20 0 -
Generator 6,3 1 6,1 6,100 0 -
11 PLTD COGINDO Generator 6,3 1 44,5 44,500 44,50 44,50 0 -
12 PLTD KALTIMEX 1 Generator 6,3 1 8,0 8,000 8,00 8,00 0 -
13 PLTD KALTIMEX 2 Generator 6,3 1 9,0 9,000 19,00 19,00 0 -
PLTD KALTIMEX 3 Generator 6,3 1 10,0 10,000 0 -
14 PLTD KARANG JOANG Generator 6,3 1 15,0 15,000 30,00 30,00 0 -
Generator 6,3 1 15,0 15,000 0 -
15 GI EMBALUT Beban 150,0 0 0 5,73 2,27
16 GI BUKIT BIRU Beban 150,0 0 0 11,00 4,36
17 GI TENGKAWANG Beban 150,0 0 0 43,61 17,28
18 GI HARAPAN BARU Beban 150,0 0 0 12,68 5,02
19 GI INDUSTRI Beban 150,0 0 0 48,60 19,25
20 GI MANGGAR SARI Beban 150,0 0 0 25,08 9,93
21 GI KARANG JOANG Beban 150,0 0 0 13,30 5,27
22 GI BUKUAN Beban 150,0 0 0 5,53 2,19
23 GI SAMBUTAN Beban 150,0 0 0 - -
24 BUS PLTU CFK Beban 150,0 0 0 - -

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 420


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.14 Data Transformator Model Sistem Mahakam
Unit Daya Trafo Rasio MVA Trafo Rasio R X
No Lokasi Generator V (KV) Bus (KV) MVA Imax Pmax Smax
(MW) Generator KV/KV Nominal Beban KV/KV (ohm) pu (ohm) pu
1 GI EM BALUT GT1 20 11,5 Trafo G1 11,5/150 150 30,00 0,0100 0,2000
GT2 20 11,5 Trafo G2 11,5/150 150 30,00 0,0100 0,2000
ST 20 11,5 Trafo G3 11,5/150 150 30,00 0,0100 0,2000
GT3 20 11,5 Trafo G4 11,5/150 150 30,00 0,0100 0,2000
CFK1 25 11,5 Trafo G5 11,5/150 150 30,00 0,0100 0,2000
CFK2 25 11,5 Trafo G6 11,5/150 150 30,00 0,0100 0,2000
KTX 4 13,5 11,5 Trafo G7 11,5/20 20 20,00 Trafo B1 150/20 30,00 0,0100 0,2000
Trafo B2 150/20 30,00 0,0100 0,2000
2 GI BUKIT BIRU Trafo B1 150/20 30,00 0,0100 0,2000
3 GI TENGKAW ANG SWD 4 6,30 Trafo G1 6,3/20 20 20,00 Trafo B2 150/20 30,00 0,0100 0,2000
SWD 4 6,30
SWD 4 6,30
SWD 4 6,30
SWD 4 6,30 Trafo G2 6,3/20 20 30,00 0,0100 0,2000
SWD 4 6,30
SULZER 7,6 6,30
SULZER 7,6 6,30
TRUCK MOUNTED 19,2 11,50 Trafo G3 11,5/20 20 20,00 Trafo B3 150/20 60,00 0,0100 0,2000
TRUCK MOUNTED 19,2 11,50 Trafo G4 11,5/20 20 20,00 0,0100 0,2000
Trafo B1 150/20 30,00 0,0100 0,2000
4 GI HARAPAN BARU SULZER 5,218 6,30 Trafo G1 6,3/20 20 20,00 Trafo B1 150/20 30,00 0,0100 0,2000
SULZER 5,218 6,30
PI ELSTI CK 5,2 6,30 Trafo G2 6,3/20 20 20,00 0,0100 0,2000
PI ELSTI CK 5,2 6,30
MI RRLES 6,4 6,30 Trafo G3 6,3/20 20 20,00 0,0100 0,2000
MI RRLES 6,4 6,30
MI RRLES 6,4 6,30
POWERI NDO 7,7 6,30 Trafo G4 6,3/20 20 20,00 0,0100 0,2000
Trafo B2 150/20 30,00 0,0100 0,2000
5 GI INDUSTRI SWD 4 6,30 Trafo G1 6,3/20 20 30,00 Trafo B2 150/20 20,00 0,0100 0,2000
SWD 4 6,30
SWD 4,04 6,30
SWD 4,04 6,30 Trafo B3 150/20 30,00 0,0100 0,2000
SWD 4,04 6,30
SWD 4,04 6,30
Trafo B1 150/20 60,00 0,0100 0,2000
6 GI MANGGAR SARI I HI PI ELSTI CK 6,1 6,30 Trafo G1 6,3/20 20 20,00 Trafo B3 150/20 30,00 0,0100 0,2000
I HI PI ELSTI CK 6,1 6,30 Trafo G2 6,3/20 20 20,00
KTX 2 9 6,30 Trafo G5 6,3/20 20 20,00
KTX 3 10 6,30 Trafo G6 6,3/20 20 20,00
COGI NDO 44,5 6,30 Trafo G3 6,3/20 20 60,00 Trafo B4 150/20 60,00 0,0100 0,2000
KTX 1 8 6,30 Trafo G4 6,3/20 20 20,00 Trafo B1 150/20 20,00 0,0100 0,2000
Trafo B2 150/20 20,00 0,0100 0,2000
7 GI KARANG JOANG CDE 15 6,30 Trafo G1 6,3/20 20 20,00 Trafo B2 150/20 30,00 0,0100 0,2000
CDE 15 6,30 Trafo G2 6,3/20 20 20,00
Trafo B1 150/20 30,00 0,0100 0,2000
8 GI BUKUAN Trafo B1 150/20 30,00 0,0100 0,2000
Trafo B2 150/20 20,00 0,0100 0,2000
9 GI SAMBUTAN Trafo B1 150/20 30,00 0,0100 0,2000
10 BUS PLTU CFK

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 421


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.15 Data Saluran Transmisi Model Sistem Mahakam

Sirkuit Panjang R X
No Lokasi
Kabel (km) (kms) (ohm/km) (ohm/km)
1 GI EMBALUT GI BUKIT BIRU Single Hawk 20,50 41,00 0,1180 0,6060
2 GI EMBALUT GI TENGKAWANG Double Hawk 15,80 31,60 0,0590 0,3030
3 GI EMBALUT BUS PLTU CFK Single Hawk 1,50 3,00 0,1180 0,6060
4 GI TENGKAWANG GI HARAPAN BARU Double Hawk 8,30 16,60 0,0590 0,3030
5 GI HARAPAN BARU GI BUKUAN Single Hawk 12,00 24,00 0,1180 0,6060
6 GI HARAPAN BARU GI KARANG JOANG Double Hawk 75,40 150,80 0,0590 0,3030
7 GI INDUSTRI GI MANGGAR SARI Single Hawk 21,20 42,40 0,1180 0,6060
8 GI MANGGAR SARI GI KARANG JOANG Double Hawk 13,40 26,80 0,0590 0,3030
9 GI BUKUAN GI SAMBUTAN Double Hawk 7,20 14,40 0,0590 0,3030

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 422


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.16 Hasil Perhitungan Parameter Daya
Pembangkit Qmax - Qmin Konsumsi
No
Lokasi Jenis Qmax Qmin Qmax Qmin
Bus P (MW) Total P (MW) Q(MVAr) P (pu) P (MW) Q(MVAr) P (pu) Q(pu)
(MVA) (MVA) (pu) (pu)

1 PLTGUTANJUNGBATU Slack 20,000 60,00 60,00 0 0,6000 45,00 37,18 0,4500 0,3718 - - -
20,000 0 - - -
20,000 0 - - -
2 PLTGPT. MENAMAS Generator 20,000 20,00 20,00 0 0,2000 15,00 12,39 0,1500 0,1239 - - -
3 PLTUCFK Generator 25,000 50,00 50,00 0 0,5000 37,50 30,99 0,3750 0,3099 - - -
Generator 25,000 0 - - -
4 PLTMGKALTIMEX 4 Generator 13,500 13,50 13,50 0 0,1350 10,13 8,367 0,1013 0,0837 - - -
5 PLTD KARANGASAM Generator 4,000 16,00 39,20 0 0,3920 29,40 24,29 0,2940 0,2429 16,20 6,42 0,1620 0,0642
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,000 8,00 0 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 7,600 15,20 0 - - -
Generator 7,600 0 - - -
6 PLTGSAMBERA Generator 19,200 38,40 38,40 0 0,3840 28,80 23,8 0,2880 0,2380 4,40 1,74 0,0440 0,0174
Generator 19,200 0 - - -
7 PLTD KELEDANG Generator 5,218 10,44 40,04 0 0,4004 30,03 24,81 0,3003 0,2481 13,73 5,44 0,1373 0,0544
Generator 5,218 0 - - -
Generator 5,200 10,40 0 - - -
Generator 5,200 0 - - -
Generator 6,400 19,20 0 - - -
Generator 6,400 0 - - -
Generator 6,400 0 - - -
8 PLTD POWERINDO Generator 7,700 7,70 7,70 0 0,0770 5,78 4,772 0,0578 0,0477 - - -
9 PLTD GUNUNGMALANG Generator 4,000 24,16 24,16 0 0,2416 18,12 14,97 0,1812 0,1497 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
10 PLTD BATAKAN Generator 6,100 12,20 12,20 0 0,1220 9,15 7,561 0,0915 0,0756 - - -
Generator 6,100 0 - - -
11 PLTD COGINDO Generator 44,500 44,50 44,50 0 0,4450 33,38 27,58 0,3338 0,2758 - - -
12 PLTD KALTIMEX 1 Generator 8,000 8,00 8,00 0 0,0800 6,00 4,958 0,0600 0,0496 - - -
13 PLTD KALTIMEX 2 Generator 9,000 19,00 19,00 0 0,1900 14,25 11,78 0,1425 0,1178 - - -
PLTD KALTIMEX 3 Generator 10,000 0 - - -
14 PLTD KARANGJOANG Generator 15,000 30,00 30,00 0 0,3000 22,50 18,59 0,2250 0,1859 - - -
Generator 15,000 0 - - -
15 GI EMBALUT Beban 0 0,0000 5,73 2,27 0,0573 0,0227
16 GI BUKIT BIRU Beban 0 0,0000 11,00 4,36 0,1100 0,0436
17 GI TENGKAWANG Beban 0 0,0000 43,61 17,28 0,4361 0,1728
18 GI HARAPANBARU Beban 0 0,0000 12,68 5,02 0,1268 0,0502
19 GI INDUSTRI Beban 0 0,0000 48,60 19,25 0,4860 0,1925
20 GI MANGGAR SARI Beban 0 0,0000 25,08 9,93 0,2508 0,0993
21 GI KARANGJOANG Beban 0 0,0000 13,30 5,27 0,1330 0,0527
22 GI BUKUAN Beban 0 0,0000 5,53 2,19 0,0553 0,0219
23 GI SAMBUTAN Beban 0 0,0000 - - - -
24 BUS PLTUCFK Beban 0 0,0000 - - - -

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 423


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Parameter Impedansi

Bus ke Sirkuit Panjang R X


No
Bus Kabel (km) (kms) (ohm/km) pu (ohm/km) pu
1 15 - 16 Single Hawk 20,50 41,00 0,1180 0,0590 0,01075 0,6060 0,3030 0,05521
2 15 - 17 Double Hawk 15,80 31,60 0,0590 0,0295 0,00414 0,3030 0,1515 0,02128
3 15 - 24 Single Hawk 1,50 3,00 0,1180 0,0590 0,00079 0,6060 0,3030 0,00404
4 17 - 18 Double Hawk 8,30 16,60 0,0590 0,0295 0,00218 0,3030 0,1515 0,01118
5 18 - 22 Single Hawk 12,00 24,00 0,1180 0,0590 0,00629 0,6060 0,3030 0,03232
6 18 - 21 Double Hawk 75,40 150,80 0,0590 0,0295 0,01977 0,3030 0,1515 0,10154
7 19 - 20 Single Hawk 21,20 42,40 0,1180 0,0590 0,01112 0,6060 0,3030 0,05710
8 20 - 21 Double Hawk 13,40 26,80 0,0590 0,0295 0,00351 0,3030 0,1515 0,01805
9 22 - 23 Double Hawk 7,20 14,40 0,0590 0,0295 0,00189 0,3030 0,1515 0,00970
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 424
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
ARAH KE GI BONTANG ARAH KE GI KUARO

Bus 23 Bus 22 Bus 21


GI SAMBUTAN GI BUKUAN GI KARANG JOANG

Bus 45 Bus 43 Bus 44 Bus 41 Bus 42

PQ45 PQ43 PQ44


PQ41 PQ42

Bus 14

Bus 15 Bus 16 Bus 17 Bus 18 Bus 19 Bus 20


GI EMBALUT GI BUKIT BIRU GI TENGKAWANG GI HARAPAN BARU GI INDUSTRI GI MANGGAR SARI
PLTD KARANG JOANG

Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40

Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38

PLTG Bus 24 PQ30 PQ28 PQ29 PQ31 PQ32


PT . MENAMAS BUS PLTU CFK PQ27 PQ39 PQ40

Bus 6 Bus 5 PQ36


Bus 8 Bus 33 Bus 34 Bus 35
PQ47 PQ46 Bus 11 Bus 12
Bus 1 Bus 3
PLTG SAMBERA PLTD KARANG ASAM PQ33 PQ34 PQ35
PLTD POWERINDO
Bus 25 Bus 26
PLTD COGINDO PLTD KALTIMEX 1

PLTGU PQ25 PQ26 Bus 10 Bus 13


PLTU CFK
TANJUNG BATU

Bus 7 Bus 9 PV13

Bus 4 PLTD BATAKAN PLTD KALTIMEX 2,3


PQ48

PLTD KELEDANG PLTD GUNUNG MALANG

PLTMG KALTIMEX 4

Sistem Tenaga Listrik Mahakam Kalimantan Timur

Gambar 5.13 Model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus tanpa SVC


Gambar 5.13 Model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus tanpa SVC

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 425


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.18
Hasil Perhitungan Aliran Daya Metode Newton-Raphson pada Model Sistem Mahakam dengan Menggunakan Simulink Model PSAT

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 426


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.19
Hasil Perhitungan Aliran Daya Metode Newton-Raphson pada Model Sistem Mahakam Setelah Ditambahkan SVC dengan Metode GA

Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi Injeksi


No Bus
(pu) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr) Q (MVAr)
15 1,000 0,000 36,722 -121,111 5,725 2,268
16 0,998 -0,161 0,000 0,000 11,000 4,357
17 1,010 -0,236 38,800 -55,279 64,212 25,436
18 1,020 -0,328 30,920 97,842 26,406 10,460
19 1,000 -0,480 12,080 -13,432 48,600 19,251 40
20 1,000 0,141 67,600 -118,912 25,075 9,933 10
21 1,000 -0,001 15,000 97,019 13,300 5,268
22 1,038 -0,576 0,000 0,000 5,525 2,189 50
23 1,041 -0,611 0,000 0,000 0,000 0,000 70
24 1,001 -0,007 0,000 0,000 0,000 0,000 30
Total pembangkitan Daya Aktif 201,122 MW
Daya Reaktif -113,873 MVar
Injeksi daya reaktif Daya Reaktif 200,000 MVar
Total pembebanan Daya Aktif 199,843 MW
Daya Reaktif 79,162 MVar
Total rugi-rugi saluran Daya Aktif 1,356 MW
Daya Reaktif 6,967 MVar

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 427


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Berdasarkan hasil perbandingan data variabel dalam Tabel 5.18
dengan Tabel 5.19 tersebut di atas, kemudian dilakukan
reduksi terhadap jumlah dan penempatan optimal SVC dengan
tetap mengacu pada besarnya rugi-rugi daya aktif pada saluran
dengan nilai yang lebih kecil, yaitu dengan cara sebagai
berikut:
• pembatasan terhadap besar injeksi daya reaktif pada bus-
bus dengan nilai antara 30 MVar sampai 50 MVar
• pembatasan terhadap besar tegangan bus dengan nilai 1 pu
• mengeliminasi injeksi daya reaktif pada bus-bus nilai
tegangan bus antara 1,001 pu sampai 1,041 pu
• menaikkan tegangan bus PV beberapa pembangkit pada
bus 16 menjadi 1 pu sesuai tegangan referensi
• memasang nilai tegangan bus PV sesuai hasil perhitungan
optimal metode GA bagi bus-bus yang telah ditetapkan
untuk diinjeksi daya reaktif.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 428


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, kemudian dibuat
pemodelan penempatan optimal SVC pada bus GI tenaga listrik
model Sistem Mahakam melalui perhitungan aliran daya
dengan metode Newton-Raphson dengan menggunakan
Software Matlab ver.7.60 (toolbox: PSAT ver.2.1.6). Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa penempatan optimal SVC
sebanyak 1 buah berada pada bus 19 di mana telah mengalami
penurunan nilai injeksi daya reaktif dari sebesar (-)40 MVar
menjadi (-)37,361 MVar dengan perbaikan tegangan bus dari
semula 0,954 pu menjadi 1,000 pu atau mengalami kenaikan
perubahan tegangan sebesar 4,82%, sedangkan dengan besar
rugi-rugi daya aktif saluran berkurang dari 2,866 MW menjadi
2,635 MW atau turun sebesar 8,78% seperti ditunjukkan dalam
Tabel 5.20. Adapun power flow report untuk Data Simulink
Model diperlihatkan dalam Lampiran B-3.2. Sedangkan model
Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus dengan SVC seperti
ditunjukkan dalam Gambar 5.14.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 429


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tabel 5.20
Penempatan Optimal SVC pada Model Sistem Mahakam dengan Metode Newton-Raphson Menggunakan Simulink Model PSAT

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 430


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
ARAH KE GI BONTANG ARAH KE GI KUARO

Bus 23 Bus 22 Bus 21


GI SAMBUTAN GI BUKUAN GI KARANG JOANG

Bus 45 Bus 43 Bus 44 Bus 41 Bus 42

PQ45 PQ43 PQ44


PQ41 PQ42

Bus 14

Bus 15 Bus 16 Bus 17 Bus 18 Bus 19 Bus 20


GI EMBALUT GI BUKIT BIRU GI TENGKAWANG GI HARAPAN BARU GI INDUSTRI GI MANGGAR SARI
PLTD KARANG JOANG

Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40

Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38

PLTG Bus 24 PQ30 PQ28 PQ29 PQ31 PQ32


PT . MENAMAS BUS PLTU CFK PQ27 PQ39 PQ40

Bus 6 Bus 5 PQ36


Bus 8 Bus 33 Bus 34 Bus 35
PQ47 PQ46 Bus 11 Bus 12
Bus 1 Bus 3
PLTG SAMBERA PLTD KARANG ASAM PQ33 PQ34 PQ35
PLTD POWERINDO
Bus 25 Bus 26
PLTD COGINDO PLTD KALTIMEX 1

PLTGU PQ25 PQ26 Bus 10 Bus 13


PLTU CFK
TANJUNG BATU

Bus 7 Bus 9 PV13

Bus 4 PLTD BATAKAN PLTD KALTIMEX 2,3


PQ48

PLTD KELEDANG PLTD GUNUNG MALANG

PLTMG KALTIMEX 4

Sistem Tenaga Listrik Mahakam Kalimantan Timur

Gambar 5.14 Model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus dengan SVC

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 431


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu
Induk (GI) Tenaga Listrik:
Pada bagian ini membahas tentang analisis kinerja
(performance) sistem setelah penerapan Static Var
Compensator (SVC) yang terpasang pada gardu
induk (GI) tenaga listrik dengan menggunakan
metode algoritma genetika aliran daya metode
Newton-Raphson, serta simulink model PSAT
Analisis dilakukan terhadap kinerja sistem tenaga
listrik setelah penempatan optimal SVC yang pada
Gardu Induk (GI) Tenaga Listrik untuk model sistem
19 bus, model sistem dua area, dan model Sistem
Mahakam kelistrikan Kalimantan Timur.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 432


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu
Induk (GI) Tenaga Listrik Model Sistem 19 Bus:
Pada bahasan ini analisis dilakukan terhadap kinerja
sistem tenaga listrik setelah penempatan optimal
SVC yang terpasang pada bus Gardu Induk (GI)
Tenaga Listrik untuk model sistem 19 bus
Perbandingan Hasil Simulasi Sebelum dan Sesudah
Penambahan Peralatan SVC pada Model Sistem 19
Bus
 Berdasarkan hasil perhitungan aliran daya metode Newton-Raphson pada
model sistem 19 bus, penambahan peralatan SVC pada sistem dapat
mengurangi rugi-rugi daya yang semula 177,966 + j1.747,135 MVA
menjadi 144,247 + j1.417,837 MVA atau rugi-rugi daya aktif pada
saluran turun sebesar 23,38%, dan juga memperbaiki tegangan sistem
sehingga berada pada batas toleransi, yaitu 1 ± 5% pu seperti terlihat
pada grafik yang ditunjukkan dalam Gambar 6.1 dan Gambar 6.2.
Sedangkan List Program dari Software Matlab ver.7.60 (Matlab: M-File,
PSAT) untuk Data Model Sistem 19 Bus dengan SVC diperlihatkan dalam
Lampiran A-1.2.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 433


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Rugi-rugi Daya Aktif pada Saluran
30.0000
28.0000
26.0000
24.0000
22.0000
Daya Aktif (MW)

20.0000
18.0000
16.0000
14.0000
12.0000
10.0000
8.0000
6.0000
4.0000
2.0000
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Saluran Transmisi

Rugi Saluran (tanpa SVC) Rugi Saluran (dengan SVC)

Gambar 6.1
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem 19 Bus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 434


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Tegangan Bus pada Sistem


1.0100
1.0000
0.9900
0.9800
0.9700
0.9600
Tegangan (pu)

0.9500
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
0.8900
0.8800
0.8700
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Bus Saluran Transmisi

Tegangan bus (tanpa SVC) Tegangan bus (dengan SVC)

Gambar 6.2
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Sistem Sebelum dan Sesudah Ditambahkan
SVC pada Model Sistem 19 Bus
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 435
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu
Induk (GI) Tenaga Listrik Model Sistem Dua Area :
Pada bahasan ini analisis dilakukan terhadap kinerja
sistem tenaga listrik setelah penempatan optimal
SVC yang terpasang pada bus Gardu Induk (GI)
Tenaga Listrik untuk model sistem dua area
 Perbandingan Hasil Simulasi Sebelum dan Sesudah
Penambahan Peralatan SVC pada Model Sistem Dua Area
 Berdasarkan hasil perhitungan aliran daya metode Newton-Raphson pada
model sistem dua area, penambahan peralatan SVC pada sistem dapat
mengurangi rugi-rugi daya yang semula 89,145 + j1.211,925 MVA
menjadi 81,389 + j1.091,395 MVA atau rugi-rugi daya aktif pada
saluran turun sebesar 9,53%%, dan rugi-rugi daya reaktif pada saluran
turun sebesar 11,04% seperti terlihat pada grafik yang ditunjukkan dalam
Gambar 6.3 dan Gambar 6.4, serta juga memperbaiki tegangan sistem
sehingga berada pada batas toleransi, yaitu 1 ± 5% pu seperti ditunjukkan
pada grafik dalam Gambar 6.5. Selanjutnya List Program dari Software
Matlab ver.7.60 (Matlab: M-File, PSAT) untuk Data Model Sistem Dua Area
dengan SVC diperlihatkan dalam Lampiran A-2.1.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 436


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Rugi-rugi Daya Aktif pada Saluran
25.0000
24.0000
23.0000
22.0000
21.0000
20.0000
19.0000
18.0000
17.0000
16.0000
15.0000
Daya Aktif (MW)

14.0000
13.0000
12.0000
11.0000
10.0000
9.0000
8.0000
7.0000
6.0000
5.0000
4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Saluran Distribusi dan Transmisi

Rugi Saluran (tanpa SVC) Rugi Saluran (dengan SVC)

Gambar 6.3
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Dua Area

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 437


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Rugi-rugi Daya Reaktif pada Saluran
220.0000
210.0000
200.0000
190.0000
180.0000
170.0000
160.0000
150.0000
140.0000
Daya Reaktif (MVar)

130.0000
120.0000
110.0000
100.0000
90.0000
80.0000
70.0000
60.0000
50.0000
40.0000
30.0000
20.0000
10.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Saluran Distribusi dan Transmisi

Rugi Saluran (tanpa SVC) Rugi Saluran (dengan SVC)

Gambar 6.4
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Reaktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Dua Area

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 438


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Tegangan Bus pada Sistem


1.1000
1.0900
1.0800
1.0700
1.0600
1.0500
1.0400
1.0300
Tegangan (pu)

1.0200
1.0100
1.0000
0.9900
0.9800
0.9700
0.9600
0.9500
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Bus Saluran Distribusi 1-4 Bus Saluran Transmisi 5-11

Tegangan bus (tanpa SVC) Tegangan bus (dengan SVC)

Gambar 6.5
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Sistem Sebelum dan Sesudah Ditambahkan
SVC pada Model Sistem Dua Area

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 439


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur:
 Pada bahasan ini analisis dilakukan terhadap kinerja sistem tenaga
listrik setelah penempatan optimal SVC yang terpasang pada bus
Gardu Induk (GI) Tenaga Listrik untuk model Sistem Mahakam
 Berdasarkan hasil perhitungan aliran daya metode Newton-Raphson
pada model Sistem Mahakam, penambahan peralatan SVC pada
sistem tenaga listrik dapat mengurangi rugi-rugi daya, dan juga
memperbaiki tegangan sistem
 Perbandingan Hasil Simulasi Sebelum dan Sesudah Penambahan
Peralatan SVC pada Model Sistem Mahakam
 Berdasarkan hasil perhitungan aliran daya metode Newton-Raphson pada model
Sistem Mahakam Kalimantan Timur, di mana penambahan peralatan SVC pada GI
tenaga listrik Sistem Mahakam dapat mengurangi rugi-rugi daya yang semula
sebesar 2,866 + j55,234 MVA menjadi 2,635 + j50,654 MVA atau rugi-rugi daya aktif
pada saluran turun sebesar (-)8,78%, dan rugi-rugi daya reaktif pada saluran turun
sebesar 9,04% seperti terlihat pada grafik yang ditunjukkan dalam Gambar 6.6 dan
Gambar 6.7, serta memperbaiki tegangan sistem sehingga berada pada batas
toleransi, yaitu 1 ± 5% pu seperti terlihat pada grafik yang ditunjukkan dalam
Gambar 6.8 dan Gambar 6.9. Sedangkan List Program dari Software Matlab ver.7.60
(Matlab: M-File, PSAT) untuk Data Model Sistem Mahakam dengan SVC diperlihatkan
dalam Lampiran A-3.2.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 440


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Rugi-rugi Daya Aktif pada Saluran
0.3500
0.3400
0.3300
0.3200
0.3100
0.3000
0.2900
0.2800
0.2700
0.2600
0.2500
0.2400
0.2300
0.2200
0.2100
Daya Aktif (MW)

0.2000
0.1900
0.1800
0.1700
0.1600
0.1500
0.1400
0.1300
0.1200
0.1100
0.1000
0.0900
0.0800
0.0700
0.0600
0.0500
0.0400
0.0300
0.0200
0.0100
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Saluran Distribusi dan Transmisi

Rugi Saluran (tanpa SVC) Rugi Saluran (dengan SVC)

Gambar 6.6
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 441


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Rugi-rugi Daya Reaktif pada Saluran
7.5000
7.2500
7.0000
6.7500
6.5000
6.2500
6.0000
5.7500
5.5000
5.2500
5.0000
4.7500
4.5000
Daya Reaktif (MVar)

4.2500
4.0000
3.7500
3.5000
3.2500
3.0000
2.7500
2.5000
2.2500
2.0000
1.7500
1.5000
1.2500
1.0000
0.7500
0.5000
0.2500
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Saluran Distribusi dan Transmisi

Rugi Saluran (tanpa SVC) Rugi Saluran (dengan SVC)

Gambar 6.7
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Reaktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 442


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Tegangan Bus pada Sistem


1.0700
1.0600
1.0500
1.0400
1.0300
1.0200
1.0100
Tegangan (pu)

1.0000
0.9900
0.9800
0.9700
0.9600
0.9500
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Bus Saluran Transmisi

Tegangan bus (tanpa SVC) Tegangan bus (dengan SVC)

Gambar 6.8
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Transmisi Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 443


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Tegangan Bus pada Sistem
1.1000

1.0000

0.9000

0.8000

0.7000
Tegangan (pu)

0.6000

0.5000

0.4000

0.3000

0.2000

0.1000

0.0000
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Bus Saluran Distribusi

Tegangan bus (tanpa SVC) Tegangan bus (dengan SVC)

Gambar 6.9
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Distribusi Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 444


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur dalam
Stabilitas Steady State:
 Pada bahasan selanjutnya adalah menganalisis kiinerja sistem
setelah penerapan SVC yang terpasang pada bus-bus gardu
induk (GI) tenaga listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur
berdasarkan ruang lingkup karakteristik SVC dalam Stabilitas
Steady State
 Berdasarkan hasil perancangan model Sistem Mahakam melalui
perhitungan aliran daya dengan metode Newton-Raphson
dengan menggunakan Software Matlab ver.7.60 (toolbox: PSAT
ver.2.1.6), dimana hasil perhitungan menunjukkan bahwa
penempatan optimal SVC sebanyak 1 buah berada pada bus
19 (GI Industri) dengan nilai injeksi daya reaktif sebesar
(-)37,361 MVar, seperti ditunjukkan dalam Tabel 5.20, dan
power flow report untuk Data Simulink Model diperlihatkan
dalam Lampiran B-3.2, sedangkan model Sistem Mahakam 14
Mesin 45 Bus dengan SVC seperti ditunjukkan dalam Gambar
5.14.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 kontrol sistem 445
tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur dalam
Stabilitas Steady State:
 Selain itu seperti telah dijelaskan dalam perancangan tentang penerapan SVC
pada GI tenaga listrik bahwa besaran daya reaktif dari sisi sekunder mulai dari
nol sampai dengan 282 MVar- kapasitif (pada 16 kV atau 20 kV) secara
bertahap sebesar 94 MVar, sedangkan kontrol fasa TCR dilakukan dengan
variasi yang kontinyu dari nol sampai dengan 109 MVar-induktif. Dengan
mempertimbangkan reaktansi bocor dari transformator (0,15 pu), dan
equivalen susceptance SVC dilihat dari sisi primer dapat bervariasi secara
kontinyu dari -1,04 pu/100 MVA (bersifat induktif penuh) untuk 3,23 pu/100
MVar (bersifat kapasitif penuh). Seperti telah dijelaskan pula bahwa nilai SVC
yang sebenarnya diperoleh setelah melakukan proses decoding. SVC bekerja
dengan range -100 MVar sampai 100 MVar
 Selanjutnya dengan mengacu pada karakteristik SVC dalam steady state dan
dinamik, dan berdasarkan persamaan (2.3), yaitu ISVC = -Vt BSVC, serta melalui
analisis power flow maka diperoleh hasil perhitungan kinerja sistem pada
model Sistem Mahakam dengan tegangan referensi 1,0373 pu, dan
karakteristik SVC seperti ditunjukkan dalam Tabel 6.1, sedangkan
karakteristrik kinerja sistem dalam penerapan SVC pada model Sistem
Mahakam ditunjukkan dalam Gambar 6.10, Gambar 6.11, dan dalam Gambar
6.12. Sedangkan Power Flow Report seperti diperlihatkan dalam Lampiran B-3.2.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 446


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Tabel 6.1
Hasil Perhitungan Kinerja Sistem Tenaga Listrik
dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam

V [pu] 0,9500 1,0000 1,0374 1,0500


Q SVC [MVar] -100 -37,3609 37,3609 100
Q SVC [pu] -1,0000 -0,3736 0,3736 1,0000
B SVC [pu] -1,0000 -2,6766 0,3736 1,0000
I SVC [pu] -0,9500 -2,6766 0,3876 1,0500

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 447


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


150.0000
100
Daya Reaktif (MVAr)

100.0000

50.0000 37.3609

0.0000
V [pu]
-50.0000
-37.3609 Q SVC [MVar]
-100.0000
-100
-150.0000
0.9500 1.0000 1.0374 1.0500

Tegangan (pu)

Gambar 6.10
Grafik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
untuk hubungan antara Tegangan terhadap Injeksi Daya Reaktif

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 448


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


1.5000 1.0000
1.0000
Susceptance (pu)

0.5000 1.0500
0.0000
-0.5000
-1.0000 V [pu]
-1.5000 -1.0000 B SVC [pu]
-2.0000 -0.9500
I SVC [pu]
-2.5000
-2.6766
-3.0000
-2.6766
0.9500 1.0000 1.0500

Tegangan (pu)

Gambar 6.11
Grafik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
untuk hubungan antara Tegangan terhadap Susceptance dan Arus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 449


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


1.5000 1.0500
1.0000
0.5000
0.0000
Arus (pu)

-0.5000
-1.0000
-0.9500 V [pu]
-1.5000
-2.0000 I SVC [pu]
-2.5000
-3.0000
-2.6766
0.9500 1.0000 1.0500

Tegangan (pu)

Gambar 6.12
Grafik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
untuk hubungan antara Tegangan terhadap Arus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 450


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur dalam
Stabilitas Steady State:
 Pada bahasan selanjutnya adalah membuat simulasi kinerja sistem dalam
penerapan SVC pada kelistrikan Sistem Mahakam Kalimantan Timur pada
berbagai keadaan dari response - steady state kinerja sistem terhadap
perubahan tegangan terminal melalui analisis continuation power flow, maka
diperoleh hasil perhitungan kinerja sistem pada model Sistem Mahakam
dengan tegangan referensi 1,0373 pu, di mana diperlihatkan bahwa nilai
tegangan pada bus 19 turun menjadi 0,9311 pu, dengan nilai injeksi daya
reaktif (-)92,1380 MVar, dan perlu diperhatikan pula bahwa nilai tegangan
terendah terjadi pada bus 16 yaitu sebesar 0,8928 pu, sehingga sesuai data
hasil analisis state matrix eigenvalues, maka nilai injeksi daya reaktif pada bus
19 tersebut yang dibutuhkan mencapai nilai (-)129,7343 MVar. Adapun data
Eigenvalue Report seperti diperlihatkan dalam Lampiran D-1.1
 Hasil response - steady state kinerja sistem terhadap perubahan tegangan
terminal melalui analisis continuation power flow hasil perhitungan sistem
seperti ditunjukkan dalam Tabel 6.2, dan karakteristrik response dinamik
kinerja sistem dalam penerapan SVC pada model Sistem Mahakam ditunjukkan
dalam Gambar 6.13, Gambar 6.14, dan dalam Gambar 6.15. Sedangkan
Continuation Power Flow Report seperti diperlihatkan dalam Lampiran B-3.3

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 451


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Tabel 6.2
Hasil Perhitungan Response - Steady State Kinerja Sistem Tenaga Listrik
dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam

V [pu] 0,8928 0,9311 1,0374 1,0500


Q SVC [MVar] -129,7343 -92,1380 92,1380 100
Q SVC [pu] -1,2973 -0,9214 0,9214 1,0000
B SVC [pu] -0,7708 -1,0853 1,0628 1,0000
I SVC [pu] -0,6882 -1,0105 1,1025 1,0500
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 452
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


150.0000
100
92.1380
Daya Reaktif (MVAr)

100.0000

50.0000

0.0000
V [pu]
-50.0000
Q SVC [MVar]
-100.0000
-92.1380
-150.0000 -129.7343
0.8928 0.9311 1.0374 1.0500

Tegangan (pu)

Gambar 6.13
Grafik Response - Steady State Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada
Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Injeksi Daya Reaktif

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 453


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


1.5
1
1
Susceptance (pu)

1.05
0.5

0 V [pu]
-0.5 B SVC [pu]
polnes_jte | pstl_s1
-1 -0.770806238
kontrol sistem tenaga | ip -1.010523812 I SVC [pu]

-1.5 -0.688192613 -1.085327972


0.892821801 0.931076908 1.05

Tegangan (pu)

Gambar 6.14
Grafik Response - Steady State Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada
Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan terhadap
Susceptance dan Arus

29/11/2017 454
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


1.5
1.05
1

0.5
Arus (pu)

0
V [pu]
-0.5
I SVC [pu]
-1 -0.688192613
-1.010523812
-1.5
0.892821801 0.931076908 1.05

Tegangan (pu)

Gambar 6.15
Grafik Response - Steady State Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada
Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan terhadap Arus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 455


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur dalam
Stabilitas Steady State:
 Selanjutnya adalah membuat simulasi kinerja sistem dalam
penerapan SVC dan peralatan dinamik pada kelistrikan Sistem
Mahakam Kalimantan Timur seperti ditunjukkan pada model
simulasi dalam Gambar 6.16
Berdasarkan model simulasi tersebut dilakukan
analisis power flow dan continuation power flow
pada kinerja sistem dalam stablitas steady state, di
mana hasil perhitungan menunjukkan bahwa
karakteristik response dinamik kinerja sistem untuk
berbagai hubungan seperti tegangan sistem,
pembebanan daya aktif, dan pembebanan daya
reaktif seperti ditunjukkan dalam masing-masing
Gambar 6.17, 6.18, dan dalam Gambar 6.19

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 456


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur dalam
Stabilitas Steady State:
 Berdasarkan data hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
dalam keadaan stabilitas steady state, maka diperoleh hasil
perhitungan kinerja sistem pada model Sistem Mahakam dengan
tegangan referensi 1,0374 pu, di mana diperlihatkan bahwa nilai
tegangan pada bus 19 turun menjadi 0,9532 pu, dengan nilai injeksi
daya reaktif (-)76,4853 MVar, dan perlu diperhatikan pula bahwa nilai
tegangan terendah terjadi pada bus 22 yaitu sebesar 0,9384 pu,
sehingga sesuai data hasil analisis state matrix eigenvalues, maka
nilai injeksi daya reaktif pada bus 19 tersebut yang dibutuhkan
mencapai (-)121,6450 MVar. Adapun data Eigenvalue Report seperti
diperlihatkan dalam Lampiran D-1.2
 Hasil response dinamik kinerja sistem terhadap perubahan tegangan terminal
melalui analisis continuation power flow hasil perhitungan sistem seperti
ditunjukkan dalam Tabel 6.3, dan karakteristrik response dinamik kinerja
sistem dalam penerapan SVC dan peralatan dinamik pada model Sistem
Mahakam ditunjukkan dalam Gambar 6.20, Gambar 6.21, dan dalam Gambar
6.22. Sedangkan Power Flow Report dan Continuation Power Flow Report
seperti diperlihatkan dalam Lampiran B-3.4 dan dalam Lampiran B-3.5.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 457


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
ARAH KE GI BONTANG ARAH KE GI KUARO

Bus 23 Bus 22 Bus 21


GI SAMBUTAN GI BUKUAN GI KARANG JOANG

Bus 45 Bus 43 Bus 44 Bus 41 Bus 42

PQ45 PQ43 PQ44


double
PQ41 PQ42

Bus 14

Bus 15 Bus 16 Bus 17 Bus 18 Bus 19 Bus 20


GI EMBALUT GI BUKIT BIRU GI TENGKAWANG GI HARAPAN BARU GI INDUSTRI GI MANGGAR SARI
PLTD KARANG JOANG

double
Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40

Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38

PLTG Bus 24 PQ30 PQ28 PQ29 PQ31 PQ32


PT . MENAMAS BUS PLTU CFK PQ27 PQ39 PQ40

Bus 6 Bus 5 PQ36


Bus 8 Bus 33 Bus 34 Bus 35
PQ47 PQ46 Bus 11 Bus 12
Bus 1 Bus 3
double
PLTG SAMBERA PQ33 PQ34 PQ35
PLTD POWERINDO
Bus 25 Bus 26
PLTD KARANG ASAM PLTD COGINDO PLTD KALTIMEX 1

double double
PQ25 PQ26 Bus 10 Bus 13

PLTGU
Bus 7 Bus 9 PV13
PLTU CFK
TANJUNG BATU
Bus 4 double PLTD KALTIMEX 2,3
PQ48

double PLTD GUNUNG MALANG PLTD BATAKAN

PLTMG KALTIMEX 4 PLTD KELEDANG

Sistem Tenaga Listrik Mahakam Kalimantan Timur

Gambar 6.16
Model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus dengan SVC dan Peralatan Dinamik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 458


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Tegangan Sistem
1.1

1.05
1.0000
Tegangan (pu)

1
0.9532
0.95 V [pu]
0.9311
0.9 V-d [pu]
V-s [pu]
0.85

0.8
Bus 15 Bus 16 Bus 17 Bus 18 Bus 19 Bus 20 Bus 21 Bus 22 Bus 23 Bus 24

Bus Saluran Transmisi

Gambar 6.17
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Tegangan Sistem

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 459


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Pembebanan Daya Aktif


30
28
26
24
22
Daya Aktif (MW)

20
18
16
14 P load [MW]
12
10 P load-d [MW]
8 P load-s [MW]
6
4
2
0
Bus 10

Bus 12

Bus 14

Bus 16

Bus 18

Bus 21

Bus 23

Bus 25

Bus 27

Bus 29

Bus 30

Bus 32

Bus 44
Bus 11

Bus 13

Bus 15

Bus 17

Bus 19

Bus 20

Bus 22

Bus 24

Bus 26

Bus 28

Bus 31

Bus 33
Bus 34
Bus 35
Bus 36
Bus 37
Bus 38
Bus 39

Bus 40
Bus 41
Bus 42
Bus 43

Bus 45
Bus 2

Bus 5

Bus 7

Bus 9
Bus 1

Bus 3

Bus 4

Bus 6

Bus 8
Bus Saluran

Gambar 6.18
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Daya Aktif

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 460


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Pembebanan Daya Reaktif


20
15
10
5
0
-5
-10
Daya Reaktif (MVar)

-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45 Q load [MVar]
-50
-55
-60 Q load-d [MVar]
-65
-70 Q load-s [MVar]
-75 -76.4852872
-80
-85
-90 -92.1380473
-95
-100
Bus 10

Bus 13

Bus 16

Bus 18

Bus 20

Bus 23

Bus 26

Bus 28

Bus 30

Bus 33

Bus 36

Bus 38

Bus 40

Bus 43
Bus 11
Bus 12

Bus 14
Bus 15

Bus 17

Bus 19

Bus 21
Bus 22

Bus 24
Bus 25

Bus 27

Bus 29

Bus 31
Bus 32

Bus 34
Bus 35

Bus 37

Bus 39

Bus 41
Bus 42

Bus 44
Bus 45
Bus 5

Bus 7
Bus 1

Bus 2

Bus 3

Bus 4

Bus 6

Bus 8
Bus 9
Bus Saluran

Gambar 6.19
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Daya Reaktif

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 461


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Tabel 6.3
Hasil Perhitungan Response Dinamik Kinerja Sistem Tenaga Listrik
dalam Penerapan SVC dan Peralatan Dinamik pada Model Sistem Mahakam

V [pu] 0,9384 0,9532 1,0374 1,0500


Q SVC [MVar] -121,6450 -76,4853 76,4853 100
Q SVC [pu] -1,2165 -0,7649 0,7649 1,0000
B SVC [pu] -0,8221 -1,3074 0,8418 1,0000
I SVC [pu] -0,7714 -1,2462 0,8733 1,0500

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 462


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


150.0000
polnes_jte | pstl_s1 100
Daya Reaktif (MVAr)

kontrol sistem tenaga | ip


100.0000 76.4853
50.0000
0.0000
-50.0000 V [pu]
-100.0000 Q SVC [MVar]
-76.4853
-150.0000 -121.6450
0.9384 0.9532 1.0374 1.0500

Tegangan (pu)

Gambar 6.20
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan

29/11/2017 463
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


1.5
1
Susceptance (pu)
1
0.5 1.05
0 V [pu]
-0.5
B SVC [pu]
-1 -0.822064203 -1.246222159 I SVC [pu]
-1.5 -0.771428076 -1.307440995
0.938403683 0.953176598 1.05

Tegangan (pu)

Gambar 6.21
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Susceptance dan Arus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 464


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


1.5
1.05
1
Arus (pu)

0.5
0
-0.5 V [pu]
-1 -0.771428076 I SVC [pu]
-1.5 -1.246222159
0.938403683 0.953176598 1.05

Tegangan (pu)

Gambar 6.22
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Arus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 465


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Stabilitas Steady State


1.5
1.05
1
Arus (pu)

0.5
0
-0.5 V [pu]
-1 -0.771428076 I SVC [pu]
-1.5 -1.246222159
0.938403683 0.953176598 1.05

Tegangan (pu)

Gambar 6.22
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Arus

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 466


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur dalam
Stabilitas Steady State:
 Selanjutnya adalah membuat simulasi kinerja sistem dengan cara
memberikan pengaruh terhadap sinyal masukan berupa gangguan tiga
fasa pada bus 17 (GI Tengkawang) yang terjadi mulai waktu 0,1 detik
sampai 0,25 detik (fault clearing time), dan pemutusan suplai pada
bus 10 (PLTD Batakan) dalam waktu 1,1 detik (first intervention time)
seperti ditunjukkan pada model Sistem Mahakam dalam Gambar 6.16
tersebut di atas. Sedangkan List Program dari Software Matlab
ver.7.60 (Matlab: M-File, PSAT) untuk Data Model Sistem Mahakam
diperlihatkan dalam Lampiran A-3.3
 Melalui hasil simulasi dengan menggunakan Software Matlab ver.7.60 (Matlab:
Simulink Model; Time Domain Simulation, PSAT) seperti diperlihatkan dalam
Gambar 6.23 dengan SVC di-non-aktifkan, di mana menunjukkan bahwa
tegangan pada bus 10, bus 15, bus 17, dan bus 19 mengalami pengaruh osilasi
mulai waktu 0.1 detik sampai 0,25 detik, dan seterusnya sampai batas waktu
lebih dari 1,4 detik, kecuali tegangan pada bus 10 diputuskan sampai batas
waktu 1,1 detik. Tegangan pada bus 17 mengalami penurunan mulai 0,1 detik
sampai 0,25 detik hingga mencapai tegangan 0 pu, kemudian naik kembali dan
mengalami osilasi sampai 1,35 detik.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 467


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu Induk
(GI) Tenaga Listrik Sistem Mahakam Kalimantan Timur dalam
Stabilitas Steady State:
 Selanjutnya seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.24 dengan SVC diaktifkan,
di mana menunjukkan bahwa tegangan pada bus 10, bus 15, bus 17, dan bus
19 juga mengalami pengaruh osilasi mulai waktu 0.1 detik sampai 0,25 detik.
Tegangan pada bus 10 terjadi pengaruh osilasi mulai waktu 0.1 detik sampai
0,25 detik, kemudian pengaruh osilasi dihilangkan dan tegangan dalam
keadaan stabil sampai terjadi pemutusan mulai waktu 1,1 detik. Tegangan
pada bus 17 mengalami penurunan mulai 0,1 detik sampai 0,25 detik hingga
mencapai tegangan 0 pu, kemudian naik kembali dan mengalami osilasi
sampai 0,7 detik. Tegangan pada bus 19 mengalami penurunan mulai 0,1 detik
sampai 0,25 detik hingga mencapai batas terendah tegangan 0,2 pu sesuai
dengan setting peralatan kontrol tambahan yaitu power osscillation damper
(POD) pada 0,25 detik. Secara bersamaan peralatan SVC yang telah terpasang
pada bus 19 diaktifkan dengan menginjeksi daya reaktif secara normal mulai
waktu 0 detik sampai 0,1 detik, kemudian terjadi penurunan injeksi daya
reaktif mencapai 0 pu sampai waktu 0,25 detik, kemudian mulai waktu 0,25
detik menginjeksi daya reaktif maksimum sampai batas waktu 0,27 detik dan
mengalami pengaruh osilasi ringan sampai waktu 0,75 detik, dan kemudian
pengaruh osilasi dihilangkan dan sistem kembali dalam keadaan stabil seperti
diperlihatkan dalam Gambar 6.25.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 468


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Keadaan Tegangan Sistem (SVC non aktif)
1.4

1.2

Tegangan (pu) 1

0.8

VBus 10
0.6
VBus 15
V
Bus 17
0.4
VBus 19
vrefSvc 1
0.2
vsPod 1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)

Gambar 6.23
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC di-non-aktifkan
dan Peralatan Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan
Tegangan Sistem terhadap perubahan waktu

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 469


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Keadaan Tegangan Sistem
1.4

1.2

1
VBus 10
0.8 VBus 15
Tegangan (pu)

VBus 17
0.6
V
Bus 19
vrefSvc 1
0.4
vsPod 1

0.2

-0.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)

Gambar 6.24
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Tegangan Sistem
terhadap perubahan waktu

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 470


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Injeksi Daya Reaktif
6

4 qSvc 1
Daya Reaktif (pu)

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)

Gambar 6.25
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Injeksi Daya Reaktif
terhadap perubahan waktu

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 471


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Keadaan Tegangan Sistem


1.4

1.2

1
VBus 10
0.8 VBus 15
Tegangan (pu)

VBus 17
0.6
V
Bus 19
v
refSvc 1
0.4
vsPod 1

0.2

-0.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
lama gangguan 150 mdetik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 472


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Injeksi Daya Reaktif
6

5
STATE MATRIX EIGENVALUES
Eigevalue Most Real part Imag. Pseudo- Frequency
Associated Part Freq.
4 qSvc 1 States
injeksi MVar Eig As # 1 bcv_Svc_1 -121,645 0 0 0
Daya Reaktif (pu)

Breaker.con = [ ...
40 2 100 400 50 1 1.1 999999;
3
];

≤ 250 mdetik Fault.con = [ ...


9 100 150 50 0.1 0.25 0.001 0.001;
2
]; awal akhir lama lama gangguan
0,1 0,25 0,15 150 mdetik

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 473


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Keadaan Tegangan Sistem


1.6

1.4

1.2

1
Tegangan (pu)

0.8 VBus 10
VBus 15
0.6 VBus 17
V
0.4 Bus 19
vrefSvc 1
0.2 vsPod 1

-0.2
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
waktu (dt)
lama gangguan 10 mdetik

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 474


kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN

Injeksi Daya Reaktif


6

5
STATE MATRIX EIGENVALUES
Eigevalue Most Real part Imag. Pseudo- Frequency
Associated Part Freq.
4 States
qSvc 1 injeksi MVar Eig As # 1 bcv_Svc_1 -110,316 0 0 0
Daya Reaktif (pu)

Breaker.con = [ ...
3 40 2 100 400 50 1 0.4 999999;
];

≤ 110 mdetik Fault.con = [ ...


2 9 100 150 50 0.1 0.11 0.001 0.001;
]; awal akhir lama lama gangguan
0,1 0,11 0,01 10 mdetik

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
waktu (dt)

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 475


kontrol sistem tenaga | ip
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
[1a] Froehr., Friedrich., Orttenburger., Fritz., 1970. Introduction Electronic Control
Engineering, Siemens AG.
[1b] Killian., Modern Control Technology: Components and Systems, Delmar
[1] Federico Milano., 2004. An Open Source Power System Analysis Toolbox System Analysis
Toolbox. Member, IEEE. Paper Submitted to The IEEE Transactions on Power Systems.
November 2004.
[2] Federico Milano., Claudio A. Ca˜nizares., Marco Invernizzi., 2004. Voltage Stability
Constrained OPF Market Models Considering N − 1 Contingency Criteria. Electric Power
Systems Research, Elsevier.
[3] Federico Milano., 2008. Power System Analysis Toolbox (PSAT): Quick Reference Manual
for PSAT, version 2.1.2.
[3a] Muhammad Harunur Rashid., Power Electronics Circuits, Devices, and Applications.
[4] L. Vanfretti., F. Milano., 2007. Application of the PSAT, an Open Source Software, for Educational and
Research Purposes. Member, IEEE. Invited Paper, OSS Panel Session, PES GM 2007.
[5] Mitsuo Gen., Runwei Cheng., Lin Lin., 2008. Network Models and Optimization: Multiobjective Genetic
Algorithm Approach. ISBN 978-1-84800-180-0 e-ISBN 978-1-84800-181-7. Springer. Verlag, London.
[6] Navarro, I. R. 2002. Dynamic Load Models for Power Systems. Licentiate Thesis.
Department of Industrial Electrical Engineering and Automation Lund University. Sweden.
[6a] Ogata, Katsuhiko., 1989. Teknik Kontrol Automatik, Erlangga.
[7] P. Kundur. 1994. Power System Stability And Control. McGraw-Hill, Inc.
[8] Robandi, Imam. 2006. Desain Sistem Tenaga Modern: Optimasi, Logika Fuzzy, Algoritma
Genetika. ANDI. Yogyakarta.
[9] Suyanto, 2005. Algoritma Genetika dalam Matlab. Andi Ofset Yogyakarta.
[10] Suyono, Hadi. 2009. Power System Modeling for Transient Stability Analysis. Workshop
on Dynamic Simulation for SESB’s Engineers.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 476


kontrol sistem tenaga | ip
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
[11] S.N. Sivanandam., S.N. Deepa., 2009. Introduction to Genetic Algorithms.
ISBN 978-3-540-73189-4. Springer. Berlin, Heidelberg, New York.
[12] Roberto Mínguez., Federico Milano., Rafael Zárate-Miñano., 2007. Optimal
Network Placement of SVC Devices. Member, IEEE. IEEE Transactions on Power
Systems. vol. 22, no. 4, November 2007.
[13] R. Sastry Vedam., Mulukutla S. Sarma., 2009. Power Quality: VAR
Compensation in Power Systems. CRC Press, Taylor & Francis Group, LLC. Boca
Raton, London, New York.
[14] R. Zάrαte-Miñαno., A.J. Conejo., F. Milano., 2008. OPF-based Security
Redispatching Including FACTS Devices. 2008, Vol. 2, No. 6, pp. 821–833.
Published in The Institution of Engineering and Technology (IET) Generation,
Transmission & Distribution.
[15] Umar, Soeprijanto., A., Purnomo., M.H. 2008. Optimasi Penempatan Multi
Facts Devices pada Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan Menggunakan
Algoritma Genetika. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008
(SNATI 2008), F-21-F-26, ISSN: 1907-5022 Yogyakarta. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya, Universitas Khairun Ternate.
[16] Xiao-Ping Zhang, Christian Rehtanz, Bikash Pal., 2006. Flexible AC
Transmission Systems: Modelling and Control (Power Systems). ISBN: 3-540-
30606-4. Springer. Berlin, Heidelberg, New York.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 477


kontrol sistem tenaga | ip
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
]17] http://www.alibaba.com. 1999-2010. SVC (Static Var Compensator).
Rongxin Power Electronic Co., Ltd. February 14, 2010.
[18] http://www.amsc.com. 2008. Electricity, AMSC, Powered by AMSC and
design, SuperVAR, D-VAR, DVC, PQ-IVR, PQ-SVC. Windtec and design, and
PowerModule are trademarks or registered trademarks of American. American
Superconductor Corporation, USA. March 23, 2010.
[19] http://www.areva-td.com. 2008. Nokian Capacitors. AREVA T&D Worldwide.
March 23, 2010.
[20] http://www.mathworks.com. 1984-2010. Matlab 7.6.0 (R2008a). The
MathWorks, Inc. April 23, 2009.
[21] http://www.mathworks.com. 1984-2010. Accelerating the pace of
engineering and science: Thyristor-Based Static Var Compensator. The
MathWorks, Inc. Februari 14, 2010.
[22] http://www.powerworld.com. Copyright (C) 1996-2000 PowerWorld
Corporation. PowerWorld Simulator, version 7.0, OPF/ATC, Build March 28,
2001. February 18, 2010.
[23] http://www.siemens.com. 2009. Siemens AG / ET PS SL2 Freyeslebenstr. 1
91058 Erlangen Germany. March 23, 2010.
[24] http://www.uclm.es/area/gsee/Web/Federico/psat.htm. Copyright (C) 2002-
2010 Federico Milano 2002-2010. Power System Analysis Toolbox (PSAT),
version 2.1.6. May 13, 2010. Matlab Toolbox. September 28, 2010.

29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 478


kontrol sistem tenaga | ip
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 479
kontrol sistem tenaga | ip

Anda mungkin juga menyukai