lampiran
aplikasi
Pendahuluan:
Sistem tenaga listrik modern dipresentasikan oleh sebuah sistem interkoneksi yang
sangat tergantung pada sistem kontrol untuk memanfaatkan secara optimal sumber
daya yang ada. Problem utama yang dihadapi oleh sistem tenaga listrik modern adalah
jatuh tegangan atau ketidakstabilan tegangan setelah gangguan terjadi pada sistem
daya. Problem lain yang dihadapi pada sistem tenaga yaitu perubahan frekuensi. Sejarah
mencatat bahwa ketidakstabilan steady state berhubungan dengan ketidakstabilan sudut daya
dan kehilangan sinkronisasi antar generator secara perlahan, jatuh tegangan bus beban di bawah
kondisi beban tinggi dan batas daya reaktif [Robandi, 2006].
Sebagai contoh bahwa masalah untuk menjaga tegangan pada batasan yang ditentukan sangat
rumit dengan fakta bahwa suplai daya sistem tenaga pada beban yang sangat banyak dan daya
itu diperoleh dari banyak unit pembangkit. Dengan beban yang bervariasi, suplai daya reaktif
memerlukan sistem transmisi yang bervariasi. Oleh karena daya reaktif tidak dapat ditransmisikan
pada jarak panjang, kontrol tegangan dilakukan menggunakan alat khusus yang dipasang pada
sistem. Pemilihan yang tepat dan koordinasi peralatan untuk mengontrol daya reaktif dan
tegangan merupakan tantangan besar pada teknik sistem tenaga listrik. Salah satu cara untuk
menyuplai daya reaktif pada sistem tenaga listrik dapat dilakukan dengan menginjeksi daya reaktif
pada masing-masing bus pada gardu induk (GI) tenaga listrik [Kundur, 1994].
Pendahuluan:
Injeksi daya reaktif dapat berupa penambahan peralatan Flexible AC Transmission System
(FACTS) seperti Static Var Compensator (SVC) yang memberikan kompensasi aktif. Daya reaktif
yang diserap atau disuplai secara otomatis disesuaikan untuk menjaga tegangan bus yang
terhubung dengan peralatan tersebut, dan secara bersama-sama dengan pembangkit untuk
mempertahankan tegangan pada titik yang ditentukan pada sistem tenaga listrik [Suyono, 2009].
Peralatan Static Var Compensator (SVC) dapat digunakan untuk mengontrol aliran daya. Aliran
daya yang optimal dapat dicapai dengan penentuan lokasi Static Var Compensator (SVC) yang
tepat dan ukuran (rating) yang sesuai. SVC memiliki kinerja (performance) yang jauh lebih baik
dalam meningkatkan loadability sistem dibandingkan dengan peralatan FACTS lainnya seperti
Thyristor Controlled Series Capasitor (TCSC) [Umar, A. Purnomo, 2008].
Karakteristik dan pemodelan dari static var compensator (SVC) dapat digambarkan sebagai
sistem peralatan yang secara cepat mengendalikan tegangan dan daya reaktif. Sebuah SVC
sebagai peralatan tambahan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja dinamik
pada sistem tenaga listrik. Secara normal, pengaturan tegangan adalah modus utama dari kontrol,
yaitu meningkatkan stabilitas tegangan dan stabilitas transien. Namun, kontribusi dari SVC ke
redaman osilasi sistem yang dihasilkan dari pengaturan tegangan sendiri biasanya kecil, sehingga
kontrol tambahan diperlukan untuk mencapai redaman secara signifikan. Efektifitas sebuah SVC
dalam meningkatkan stabilitas sinyal kecil tergantung pada lokasi SVC, sinyal input yang
digunakan, dan desain pengontrol (controller design) [Kundur, 1994].
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 4
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Pendahuluan:
Peralatan Static VAR Compensator (SVC) diaplikasikan untuk memperbaiki kinerja (performance)
sistem tenaga listrik. Di negara-negara maju, kini banyak dikembangkan implementasi kontrol
modern sebagai peralatan yang cerdas untuk memperbaiki kinerja sistem tenaga listrik, seperti
aplikasi Optimal Control, Fuzzy Logic Control, dan Genetic Algorithm (GA). Dalam aplikasinya, GA
atau Algoritma Genetika lebih banyak digunakan dalam mencari solusi optimal. Algoritma
Genetika adalah teknik pencarian secara adaptif berdasarkan prinsip dan mekanisme evolusi
biologis. GA mempunyai kemampuan intelejen, memiliki kinerja yang baik dengan harga rendah,
mudah dalam penjelasannya, serta berkemampuan cepat dan dapat diandalkan [Robandi, 2006].
Penentuan injeksi daya reaktif berupa parameter letak dan ukuran kapasitor dan reaktor
paralel dari Static VAR Compensator (SVC) yang akan dipasang pada bus-bus gardu
induk (GI) tenaga listrik diharapkan dapat memberikan perbaikan pada sistem secara
optimal. Optimal berarti jatuh tegangan sistem dapat diperbaiki, rugi-rugi daya dapat
dikurangi, dan penggunaan SVC bisa dipasang seminim mungkin. Selain itu keuntungan
pemakaian komputer digital berupa software tidak hanya dapat mengantar model
peralatan kompleks, tetapi juga dapat mensimulasikan sistem pada skala besar. Model
realistis memungkinkan simulasi sistem melebihi periode yang lebih lama dari periode
sebelumnya [Robandi, 2006].
Gambar 1.3 Interaksi antara Perangkat-perangkat Sistem Tenaga Listrik dalam Analisis
Stabilitas Transient dan Analisis Aliran Daya
States Variables
Steady‐state Vd, Vq, Ra, Xd, Xq
Transient‐state Ed’, Eq’, Xd’, Xq’, Ra
Sub‐transient‐state Ed”, Eq”, Xd”, Xq”, Ra
Gambar 1.6 Kompensasi Daya Reaktif dengan Sistem Static Var Secara Ideal
……………….………………… (1.1)
Gambar 1.7 Tegangan Terima Sebelum dan Sesudah Dipasang Kapasitor Paralel
Keterangan:
IR = komponen real arus
IL = komponen reaktif arus lagging terhadap tegangan
IC = komponen reaktif arus leading terhadap tegangan
R = resistansi saluran
XS= reaktansi saluran.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 19
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik:
……………… (1.2)
Gambar 1.8 Perbandingan Besar Daya Semu yang Dibutuhkan Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Kapasitor Paralel
Keterangan:
MVA = daya semu
MW = daya aktif
MVAr = daya reaktif
MVArc = injeksi daya reaktif dari kapasitor.
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 20
kontrol sistem tenaga | ip
KONSEP DASAR KONTROL SISTEM TENAGA
Pengertian Kontrol Sistem Tenaga Listrik:
Gambar 1.9
Subsystems of a
power system
and associated
controls
Gambar 2.4 System block diagram including the effect of the load damping
Gambar 2.5 System block diagram without including the effect of the load damping
Daya beban pada area 1 sebesar 20.000 MW, dan area 2 sebesar 40.000 MW.
Sedangkan daya pembangkitan pada area 1 sebesar 19.000 MW, dan pada area 2
sebesar 41.000 MW. Besaran beban pada masing-masing area bervariasi 1% setiap
perubahan frekensi sebesar 1%. Area 1 mengimpor daya sebesar 1000 MW dari area
2. Pengaturan kecepatan R adalah sebesar 5% untuk seluruh unit.
Area 1 beroperasi dengan cadangan daya 1.000 MW tersebar merata dari kapasitas
pembangkitan 4.000 MW. Dan area 2 beroperasi dengan cadangan daya 1.000 MW
tersebar merata dari kapasitas pembangkitan 10.000 MW.
Pendahuluan:
Alat analisis utama yang digunakan dalam perencanaan daya reaktif adalah program
aliran daya dan stabilitas. Untuk pengiriman daya reaktif, selain aliran daya
konvensional, program aliran daya yang optimal semakin banyak digunakan.
Teori aliran daya yang optimal atau optimal power flow (OPF) pertama kali
diformulasikan oleh Carpentier pada tahun 1962. Sejak saat itu banyak penelitian telah
dilakukan pada teknik analisis OPF.
Pada bagian ini, dibatasi untuk analisis aliran daya konvensional. Difokuskan pada
pertimbangan praktis dan asumsi pemodelan dalam studi aliran daya sistem transmisi
yang luas. Dalam studi tersebut, sistem distribusi biasanya tidak terwakili, sedangkan
bagian beban diwakili pada tingkat gardu induk.
Tujuan analisis aliran daya adalah untuk menyelidiki pembebanan peralatan, kehilangan
daya, tegangan bus dan kebutuhan daya reaktif untuk kisaran kondisi operasi sistem
dan kemungkinan lain yang ditentukan oleh kriteria desain. Untuk setiap studi,
konfigurasi jaringan, tingkat beban, dan jadwal pembangkitan ditentukan secara khusus.
Asumsi tentang pemodelan peralatan bergantung pada jenis aliran daya, yaitu untuk
keadaan sebelum gangguan atau setelah gangguan.
Gambar
Gambar 5.12
5.12 Data Single DataModel
Line Diagram Single Line
Sistem Mahakam Diagram Model Sistem Mahakam
45
PLTGU TANJUNG BATU
40
PLTG MENAMAS
35 PLTU CFK
Daya Aktif (MW)
PLTMG KALTIMEX 4
30
PLTG SAMBERA
25 PLTD KARANG ASAM
PLTD KELEDANG
20
PLTU POWERINDO
15 PLTD GUNUNG MALANG
PLTD COGINDO BATAKAN
10
PLTD BATAKAN
5 PLTD KALTIMEX 1
PLTD KALTIMEX 2 & 3
0
PLTD KARANG JOANG
Waktu Operasi
Gambar 5.4 Grafik Kinerja PLTGU Tanjung Batu dan PLTG Sambera pada
Pembangkit Sistem Mahakam
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 354
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
ARAH KE GI BONTANG ARAH KE GI KUARO
Bus 14
Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40
Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38
PLTMG KALTIMEX 4
Gambar 2.12
Model SimPowerSystems (SPS) dari SVC 300 Mvar pada
Sistem Tenaga 735 kV (power_svc_1tcr3tscs)
Gambar 2.17
Tanggapan Sistem Terhadap Berbagai Gangguan dengan dan Tanpa Kontrol
Supplementary dari Suatu SVC pada Bus 8
Gambar 2.13
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 Tanggapan Sistem Terhadap Berbagai Gangguan dengan
374dan Tanpa Ko
kontrol sistem tenaga | ip
Supplementary dari Suatu SVC pada Bus 8
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
0 1 0 0 1 1 0 1 1 1
0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 0 1
Gambar
Gambar 2.142.18 TigaBuah
Tiga BuahKromosom
Kromosom dalam
dalamBentuk
BentukBenang Bit Bit
Benang
Penggunaan Metode Algoritma Genetika
Gambar 2.20 Sebuah Operasi Crossover Satu Titik Gambar 2.21 Sebuah Operasi Crossover Banyak Titik
dengan:
i = nomor bus
Vmin = 0,95 pu
Vmaks = 1,05 pu
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 379
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
Penggunaan
Metode
Algoritma
Genetika
Gambar 2.26
Diagram Alir Algoritma Program Penentuan Letak dan Ukuran Bank Kapasitor
Menggunakan Metode GA
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 380
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Konsep Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
Penggunaan
Metode Algoritma
Genetika
Gambar 2.28
Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Transmisi Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Bank Kapasitor pada Model Sistem 19 Bus
Gambar 2.29
Perbandingan Tegangan Bus Sistem Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Bank Kapasitor pada Model Sistem 19 Bus
N B B B bB B b bB
C C C cC C c cC
Programmable 150 kV 6000 MVA Primary Secondary
Voltage Source 150 /20 kV
(150 kV) (20 kV)
333 MVA
C
A
B
P
A
B
P
A
B
P
A
B
P
A
B
C
C
200 MW
?
The 'PreLoadFcn ' automatically sets
Discrete,
sample time Ts =50 e-6 s
Ts = 5e-005 s. Double click here for info
(see 'Model Properties ')
Gambar 5.1
Model SVC tipe +300 MVar/-100MVar Static Var Compensator (SVC);
1 TCR -3 TSCs
SVC Controller
Timer
Pierre Giroux , Gilbert Sybille
Power System Laboratory , IREQ
Hydro -Quebec
TSC 2_On
TSC 3_On
?
Info
Gambar 5.2
SVC Controller untuk Static Var Compensator (SVC); 1 TCR -3 TSCs
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 385
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga Listrik:
SVC digunakan untuk mengatur kompensasi reaktif, dan diaplikasikan untuk mengatur
aliran daya dengan mengubah parameter sistem tenaga sehingga aliran daya dapat
dioptimasi. SVC dimodelkan menggunakan metode injeksi daya dengan menggabungkan
sisi terima sebagai elemen paralel pada saluran transmisi. Daya reaktif ideal yang
diinjeksikan pada bus i berdasarkan persamaan (2.4) yaitu ΔQis = QSVC
Untuk mensimulasikan kinerja SVC dalam stabilitas steady-state dan dinamik pada
kelistrikan Sistem Mahakam Kaltim digunakan model peralatan SVC tipe +300 MVar/-100
MVar Static Var Compensator (SVC); 1 TCR -3 TSCs yang telah dimodifikasi untuk sistem
150 kV / 20 kV; 50 Hz, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.1 dan dalam Gambar 5.2
tersebut di atas
Pengamatan karakteristik sesuai pemodelan tersebut dilakukan terlebih dahulu terhadap
bentuk gelombang kondisi mantap (steady-state) dan tanggapan (response) dinamik SVC
pada sistem tegangan yang bervariasi. Sumber tegangan pada kondisi awal ditetapkan
pada 1,004 pu, (di mana akan menghasilkan 1,0 pu pada tegangan terminal SVC ketika
SVC belum dioperasikan). Sebagai acuan tegangan Vref diatur hingga 1,0 pu, SVC pada
kondisi awal mengambang (arus nol). Titik operasi Ini diperoleh dengan TSC1 dan TCR
hampir pada konduksi penuh (α = 96 derajat)
Adapun ilustrasi bentuk gelombang dari response dinamik SVC terhadap tahapan
perubahan tegangan terminal seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.3 [21]. Pada t = 0.1s,
secara tiba-tiba tegangan meningkat menjadi 1,025 pu. SVC bereaksi dengan menyerap
daya reaktif (Q=-95 MVar) untuk membawa tegangan kembali ke 1,01 pu. Pada 95%
waktu penyelesaian adalah sekitar 135 ms. Pada titik ini semua TSCs berada di luar
operasi dan TCR hampir pada konduksi penuh (α = 94 derajat).
Gambar 5.3
Ilustrasi Bentuk Gelombang dari response Dinamik SVC terhadap
Tahapan Perubahan Tegangan Terminal
Gambar 5.4 Tegangan dan Arus Steady State TCR dalam Pulsa AB
dengan:
i = nomor bus;
Vmin = 0,95 pu;
Vmaks = 1,05 pu.
Nilai pertama dari string merupakan nilai acak yang dipilih dari letak yang memungkinkan
untuk menempatkan SVC. Nilai yang kedua dari string adalah merupakan nilai rating SVC
yang dipilih secara acak antara -1 sampai 1. Untuk menjamin agar pada suatu saluran
transmisi hanya terdapat satu peralatan SVC, maka updating populasi dilakukan setelah
proses crossover
Optimasi penempatan SVC untuk memaksimumkan suplai daya dari sistem ke beban
tanpa melampaui batas tegangan dan arus pada sistem. Untuk maksud tersebut, maka
dicari letak dan rating yang paling tepat. Iterasi dimulai dengan sistem loadability,
SL=1.05 dari beban awal
GA melakukan proses optimasi secara berulang jika nilai fitness-nya adalah 1, dengan
pertambahan SL sebesar 0.05. Rugi daya akibat peningkatan transmisi daya, dibagi secara
proporsional kepada seluruh generator dalam sistem. Berikut merupakan strategi optimasi
penempatan SVC seperti diperlihatkan dalam Gambar 5.5 [8]
Selanjutnya dengan menggunakan metode GA dan aliran daya dilakukan perhitungan
untuk menentukan letak dan ukuran kapasitor SVC pada GI tenaga listrik. Adapun diagram
alir algoritma program seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.6 [8] berikut.
Menghitung fitness
Reproduksi
setiap individu
Crossover
Menyim pan individu Mutasi
terbaik, SL
Generasi = tidak
m axgen ?
ya
ya
Fitness = 1 ?
tidak
Masukkan data sistem dan param eter GA m em buat populasi awal krom osom
fungsi fitness
Hitung fungsi fitness
tidak
N k1 > N krom
ya
seleksi
Gambar 5.6 tidak
N Idk > N krom
Diagram Alir ya
Pilih angka acak (RND1) untuk 2 induk krom osom
kawin silang
Program ya
Menjodohkan pada posisi kawin silang acak
Penempatan ya
Optimal SVC
In d uk yang lain
tidak
pada Mem ilih angka acak (RND 1) untuk satu krom osom
mutasi
ya
Menggunakan ya
Kro mo som yang lain
Metode GA tidak
regenerasi
Mengganti populasi lam a dengan yang baru
tidak
MaxIterasi tercapai ?
ya
tidak
Lo sses minimum ?
ya
tidak
0,95 ≤ Vm ≤ 1,05
ya
Selesai
Berikut adalah data referensi model sistem 19 bus, dengan data sistem sebagai berikut:
Bus 1 Bus 19
Bus 17 Bus 18
Bus 15 Bus 16
Bus 13
Bus 3
Bus 2
Bus 4
Bus 12
Bus 11
Bus 10
Bus 9 Bus 7
Bus 8
Bus 5
Bus 6
Bus 1 Bus 19
Bus 17
Bus 15 Bus 16
Bus 13
Bus 18
Bus 3
Bus 2
Bus 4
Bus 12
Bus 11
Bus 10
Bus 9 Bus 7
Bus 8
Bus 5
Bus 6
Berikut adalah data referensi model sistem dua area, dengan data sistem sebagai berikut:
Bus 03
Bus 01 Bus 11
Bus 05
Bus 08
Gambar 5.10
Data Single Line Diagram Model Sistem Dua Area Menggunakan SVC
dan Peralatan Lainnya
Bus 01 Bus 03
Bus 05 Bus 11
Bus 08
Bus 07 Bus 09
Bus 02 Bus 10 Bus 04
Bus 06
Gambar 5.11
Data Single Line Diagram Model Sistem Dua Area Tanpa Menggunakan SVC dan Peralatan Lainnya
pembangkitan
pembangkitan 6,3
6,3 KV; 11,5 KV;KV; 11,5 20
dan distribusi KV; dan berikut:
KV sebagai distribusi 20 KV sebagai berikut:
Data
Data Sistem TransmisiTransmisi
Sistem 150 KV: 150 KV:
Base
Base MVAMVA : 100 MVA : 100 MVA
Base
Base tegangan : 150 KV
tegangan : 150 KV
Swing
Swing bus bus : Bus 15 : Bus 15
Bus
Bus generator : Bus 17, 18, 19,: 20,
generator Bus 21 17, 18, 19, 20, 21
Bus
Bus beban
beban : Bus 15, 16, 17,: 18,
Bus 19, 20,
15, 21,16,
22, 23,17,
24. 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24.
Data
Data Sistem Pembangkitan
Sistem 6,3 KV; 11,5 KV; dan
Pembangkitan 6,3Distribusi
KV;2011,5
KV: KV; dan Distribusi 20 KV:
Base
Base MVAMVA : 100 MVA : 100 MVA
Base
Base tegangan : 6,3 KV; 11,5 KV;
tegangan 20 KVKV; 11,5 KV; 20 KV
: 6,3
Swing
Swing bus bus : Bus 1 : Bus 1
Bus
Bus generator : Bus 2, 3, 4, 5,:6,Bus
generator 7, 8, 9,2,
10, 3,
11, 12,
4, 13,
5, 14
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
Bus
Bus beban
beban : Bus 25, 26, 27,: 28,Bus29, 30,
25,31,26,
32, 33,27,
34, 35,
28, 36,29,
37, 38,30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 40, 41, 42, 43, 44,
39,45.40, 41, 42, 43, 44, 45.
Gambar
Gambar 5.12
5.12 Data Single DataModel
Line Diagram Single Line
Sistem Mahakam Diagram Model Sistem Mahakam
Sirkuit Panjang R X
No Lokasi
Kabel (km) (kms) (ohm/km) (ohm/km)
1 GI EMBALUT GI BUKIT BIRU Single Hawk 20,50 41,00 0,1180 0,6060
2 GI EMBALUT GI TENGKAWANG Double Hawk 15,80 31,60 0,0590 0,3030
3 GI EMBALUT BUS PLTU CFK Single Hawk 1,50 3,00 0,1180 0,6060
4 GI TENGKAWANG GI HARAPAN BARU Double Hawk 8,30 16,60 0,0590 0,3030
5 GI HARAPAN BARU GI BUKUAN Single Hawk 12,00 24,00 0,1180 0,6060
6 GI HARAPAN BARU GI KARANG JOANG Double Hawk 75,40 150,80 0,0590 0,3030
7 GI INDUSTRI GI MANGGAR SARI Single Hawk 21,20 42,40 0,1180 0,6060
8 GI MANGGAR SARI GI KARANG JOANG Double Hawk 13,40 26,80 0,0590 0,3030
9 GI BUKUAN GI SAMBUTAN Double Hawk 7,20 14,40 0,0590 0,3030
1 PLTGUTANJUNGBATU Slack 20,000 60,00 60,00 0 0,6000 45,00 37,18 0,4500 0,3718 - - -
20,000 0 - - -
20,000 0 - - -
2 PLTGPT. MENAMAS Generator 20,000 20,00 20,00 0 0,2000 15,00 12,39 0,1500 0,1239 - - -
3 PLTUCFK Generator 25,000 50,00 50,00 0 0,5000 37,50 30,99 0,3750 0,3099 - - -
Generator 25,000 0 - - -
4 PLTMGKALTIMEX 4 Generator 13,500 13,50 13,50 0 0,1350 10,13 8,367 0,1013 0,0837 - - -
5 PLTD KARANGASAM Generator 4,000 16,00 39,20 0 0,3920 29,40 24,29 0,2940 0,2429 16,20 6,42 0,1620 0,0642
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,000 8,00 0 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 7,600 15,20 0 - - -
Generator 7,600 0 - - -
6 PLTGSAMBERA Generator 19,200 38,40 38,40 0 0,3840 28,80 23,8 0,2880 0,2380 4,40 1,74 0,0440 0,0174
Generator 19,200 0 - - -
7 PLTD KELEDANG Generator 5,218 10,44 40,04 0 0,4004 30,03 24,81 0,3003 0,2481 13,73 5,44 0,1373 0,0544
Generator 5,218 0 - - -
Generator 5,200 10,40 0 - - -
Generator 5,200 0 - - -
Generator 6,400 19,20 0 - - -
Generator 6,400 0 - - -
Generator 6,400 0 - - -
8 PLTD POWERINDO Generator 7,700 7,70 7,70 0 0,0770 5,78 4,772 0,0578 0,0477 - - -
9 PLTD GUNUNGMALANG Generator 4,000 24,16 24,16 0 0,2416 18,12 14,97 0,1812 0,1497 - - -
Generator 4,000 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
Generator 4,040 0 - - -
10 PLTD BATAKAN Generator 6,100 12,20 12,20 0 0,1220 9,15 7,561 0,0915 0,0756 - - -
Generator 6,100 0 - - -
11 PLTD COGINDO Generator 44,500 44,50 44,50 0 0,4450 33,38 27,58 0,3338 0,2758 - - -
12 PLTD KALTIMEX 1 Generator 8,000 8,00 8,00 0 0,0800 6,00 4,958 0,0600 0,0496 - - -
13 PLTD KALTIMEX 2 Generator 9,000 19,00 19,00 0 0,1900 14,25 11,78 0,1425 0,1178 - - -
PLTD KALTIMEX 3 Generator 10,000 0 - - -
14 PLTD KARANGJOANG Generator 15,000 30,00 30,00 0 0,3000 22,50 18,59 0,2250 0,1859 - - -
Generator 15,000 0 - - -
15 GI EMBALUT Beban 0 0,0000 5,73 2,27 0,0573 0,0227
16 GI BUKIT BIRU Beban 0 0,0000 11,00 4,36 0,1100 0,0436
17 GI TENGKAWANG Beban 0 0,0000 43,61 17,28 0,4361 0,1728
18 GI HARAPANBARU Beban 0 0,0000 12,68 5,02 0,1268 0,0502
19 GI INDUSTRI Beban 0 0,0000 48,60 19,25 0,4860 0,1925
20 GI MANGGAR SARI Beban 0 0,0000 25,08 9,93 0,2508 0,0993
21 GI KARANGJOANG Beban 0 0,0000 13,30 5,27 0,1330 0,0527
22 GI BUKUAN Beban 0 0,0000 5,53 2,19 0,0553 0,0219
23 GI SAMBUTAN Beban 0 0,0000 - - - -
24 BUS PLTUCFK Beban 0 0,0000 - - - -
Bus 14
Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40
Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38
PLTMG KALTIMEX 4
Bus 14
Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40
Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38
PLTMG KALTIMEX 4
20.0000
18.0000
16.0000
14.0000
12.0000
10.0000
8.0000
6.0000
4.0000
2.0000
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Saluran Transmisi
Gambar 6.1
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem 19 Bus
0.9500
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
0.8900
0.8800
0.8700
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Bus Saluran Transmisi
Gambar 6.2
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Sistem Sebelum dan Sesudah Ditambahkan
SVC pada Model Sistem 19 Bus
29/11/2017 polnes_jte | pstl_s1 435
kontrol sistem tenaga | ip
PENERAPAN
Analisis Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Pada Gardu
Induk (GI) Tenaga Listrik Model Sistem Dua Area :
Pada bahasan ini analisis dilakukan terhadap kinerja
sistem tenaga listrik setelah penempatan optimal
SVC yang terpasang pada bus Gardu Induk (GI)
Tenaga Listrik untuk model sistem dua area
Perbandingan Hasil Simulasi Sebelum dan Sesudah
Penambahan Peralatan SVC pada Model Sistem Dua Area
Berdasarkan hasil perhitungan aliran daya metode Newton-Raphson pada
model sistem dua area, penambahan peralatan SVC pada sistem dapat
mengurangi rugi-rugi daya yang semula 89,145 + j1.211,925 MVA
menjadi 81,389 + j1.091,395 MVA atau rugi-rugi daya aktif pada
saluran turun sebesar 9,53%%, dan rugi-rugi daya reaktif pada saluran
turun sebesar 11,04% seperti terlihat pada grafik yang ditunjukkan dalam
Gambar 6.3 dan Gambar 6.4, serta juga memperbaiki tegangan sistem
sehingga berada pada batas toleransi, yaitu 1 ± 5% pu seperti ditunjukkan
pada grafik dalam Gambar 6.5. Selanjutnya List Program dari Software
Matlab ver.7.60 (Matlab: M-File, PSAT) untuk Data Model Sistem Dua Area
dengan SVC diperlihatkan dalam Lampiran A-2.1.
14.0000
13.0000
12.0000
11.0000
10.0000
9.0000
8.0000
7.0000
6.0000
5.0000
4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 6.3
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Dua Area
130.0000
120.0000
110.0000
100.0000
90.0000
80.0000
70.0000
60.0000
50.0000
40.0000
30.0000
20.0000
10.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 6.4
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Reaktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Dua Area
1.0200
1.0100
1.0000
0.9900
0.9800
0.9700
0.9600
0.9500
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gambar 6.5
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Sistem Sebelum dan Sesudah Ditambahkan
SVC pada Model Sistem Dua Area
0.2000
0.1900
0.1800
0.1700
0.1600
0.1500
0.1400
0.1300
0.1200
0.1100
0.1000
0.0900
0.0800
0.0700
0.0600
0.0500
0.0400
0.0300
0.0200
0.0100
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Saluran Distribusi dan Transmisi
Gambar 6.6
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Aktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam
4.2500
4.0000
3.7500
3.5000
3.2500
3.0000
2.7500
2.5000
2.2500
2.0000
1.7500
1.5000
1.2500
1.0000
0.7500
0.5000
0.2500
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Saluran Distribusi dan Transmisi
Gambar 6.7
Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Reaktif Saluran Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam
1.0000
0.9900
0.9800
0.9700
0.9600
0.9500
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Gambar 6.8
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Transmisi Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam
1.0000
0.9000
0.8000
0.7000
Tegangan (pu)
0.6000
0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Gambar 6.9
Grafik Perbandingan Tegangan Bus Distribusi Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan SVC pada Model Sistem Mahakam
Tabel 6.1
Hasil Perhitungan Kinerja Sistem Tenaga Listrik
dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
100.0000
50.0000 37.3609
0.0000
V [pu]
-50.0000
-37.3609 Q SVC [MVar]
-100.0000
-100
-150.0000
0.9500 1.0000 1.0374 1.0500
Tegangan (pu)
Gambar 6.10
Grafik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
untuk hubungan antara Tegangan terhadap Injeksi Daya Reaktif
0.5000 1.0500
0.0000
-0.5000
-1.0000 V [pu]
-1.5000 -1.0000 B SVC [pu]
-2.0000 -0.9500
I SVC [pu]
-2.5000
-2.6766
-3.0000
-2.6766
0.9500 1.0000 1.0500
Tegangan (pu)
Gambar 6.11
Grafik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
untuk hubungan antara Tegangan terhadap Susceptance dan Arus
-0.5000
-1.0000
-0.9500 V [pu]
-1.5000
-2.0000 I SVC [pu]
-2.5000
-3.0000
-2.6766
0.9500 1.0000 1.0500
Tegangan (pu)
Gambar 6.12
Grafik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
untuk hubungan antara Tegangan terhadap Arus
Tabel 6.2
Hasil Perhitungan Response - Steady State Kinerja Sistem Tenaga Listrik
dalam Penerapan SVC pada Model Sistem Mahakam
100.0000
50.0000
0.0000
V [pu]
-50.0000
Q SVC [MVar]
-100.0000
-92.1380
-150.0000 -129.7343
0.8928 0.9311 1.0374 1.0500
Tegangan (pu)
Gambar 6.13
Grafik Response - Steady State Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada
Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Injeksi Daya Reaktif
1.05
0.5
0 V [pu]
-0.5 B SVC [pu]
polnes_jte | pstl_s1
-1 -0.770806238
kontrol sistem tenaga | ip -1.010523812 I SVC [pu]
Tegangan (pu)
Gambar 6.14
Grafik Response - Steady State Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada
Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan terhadap
Susceptance dan Arus
29/11/2017 454
PENERAPAN
0.5
Arus (pu)
0
V [pu]
-0.5
I SVC [pu]
-1 -0.688192613
-1.010523812
-1.5
0.892821801 0.931076908 1.05
Tegangan (pu)
Gambar 6.15
Grafik Response - Steady State Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada
Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan terhadap Arus
Bus 14
double
Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40
Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38
double double
PQ25 PQ26 Bus 10 Bus 13
PLTGU
Bus 7 Bus 9 PV13
PLTU CFK
TANJUNG BATU
Bus 4 double PLTD KALTIMEX 2,3
PQ48
Gambar 6.16
Model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus dengan SVC dan Peralatan Dinamik
Tegangan Sistem
1.1
1.05
1.0000
Tegangan (pu)
1
0.9532
0.95 V [pu]
0.9311
0.9 V-d [pu]
V-s [pu]
0.85
0.8
Bus 15 Bus 16 Bus 17 Bus 18 Bus 19 Bus 20 Bus 21 Bus 22 Bus 23 Bus 24
Gambar 6.17
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Tegangan Sistem
20
18
16
14 P load [MW]
12
10 P load-d [MW]
8 P load-s [MW]
6
4
2
0
Bus 10
Bus 12
Bus 14
Bus 16
Bus 18
Bus 21
Bus 23
Bus 25
Bus 27
Bus 29
Bus 30
Bus 32
Bus 44
Bus 11
Bus 13
Bus 15
Bus 17
Bus 19
Bus 20
Bus 22
Bus 24
Bus 26
Bus 28
Bus 31
Bus 33
Bus 34
Bus 35
Bus 36
Bus 37
Bus 38
Bus 39
Bus 40
Bus 41
Bus 42
Bus 43
Bus 45
Bus 2
Bus 5
Bus 7
Bus 9
Bus 1
Bus 3
Bus 4
Bus 6
Bus 8
Bus Saluran
Gambar 6.18
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Daya Aktif
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45 Q load [MVar]
-50
-55
-60 Q load-d [MVar]
-65
-70 Q load-s [MVar]
-75 -76.4852872
-80
-85
-90 -92.1380473
-95
-100
Bus 10
Bus 13
Bus 16
Bus 18
Bus 20
Bus 23
Bus 26
Bus 28
Bus 30
Bus 33
Bus 36
Bus 38
Bus 40
Bus 43
Bus 11
Bus 12
Bus 14
Bus 15
Bus 17
Bus 19
Bus 21
Bus 22
Bus 24
Bus 25
Bus 27
Bus 29
Bus 31
Bus 32
Bus 34
Bus 35
Bus 37
Bus 39
Bus 41
Bus 42
Bus 44
Bus 45
Bus 5
Bus 7
Bus 1
Bus 2
Bus 3
Bus 4
Bus 6
Bus 8
Bus 9
Bus Saluran
Gambar 6.19
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Daya Reaktif
Tabel 6.3
Hasil Perhitungan Response Dinamik Kinerja Sistem Tenaga Listrik
dalam Penerapan SVC dan Peralatan Dinamik pada Model Sistem Mahakam
Tegangan (pu)
Gambar 6.20
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
29/11/2017 463
PENERAPAN
Tegangan (pu)
Gambar 6.21
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Susceptance dan Arus
0.5
0
-0.5 V [pu]
-1 -0.771428076 I SVC [pu]
-1.5 -1.246222159
0.938403683 0.953176598 1.05
Tegangan (pu)
Gambar 6.22
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Arus
0.5
0
-0.5 V [pu]
-1 -0.771428076 I SVC [pu]
-1.5 -1.246222159
0.938403683 0.953176598 1.05
Tegangan (pu)
Gambar 6.22
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan
terhadap Arus
1.2
Tegangan (pu) 1
0.8
VBus 10
0.6
VBus 15
V
Bus 17
0.4
VBus 19
vrefSvc 1
0.2
vsPod 1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
Gambar 6.23
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC di-non-aktifkan
dan Peralatan Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan
Tegangan Sistem terhadap perubahan waktu
1.2
1
VBus 10
0.8 VBus 15
Tegangan (pu)
VBus 17
0.6
V
Bus 19
vrefSvc 1
0.4
vsPod 1
0.2
-0.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
Gambar 6.24
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Tegangan Sistem
terhadap perubahan waktu
4 qSvc 1
Daya Reaktif (pu)
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
Gambar 6.25
Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC dan Peralatan
Dinamik pada Model Sistem Mahakam untuk hubungan Injeksi Daya Reaktif
terhadap perubahan waktu
1.2
1
VBus 10
0.8 VBus 15
Tegangan (pu)
VBus 17
0.6
V
Bus 19
v
refSvc 1
0.4
vsPod 1
0.2
-0.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
lama gangguan 150 mdetik
5
STATE MATRIX EIGENVALUES
Eigevalue Most Real part Imag. Pseudo- Frequency
Associated Part Freq.
4 qSvc 1 States
injeksi MVar Eig As # 1 bcv_Svc_1 -121,645 0 0 0
Daya Reaktif (pu)
Breaker.con = [ ...
40 2 100 400 50 1 1.1 999999;
3
];
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
1.4
1.2
1
Tegangan (pu)
0.8 VBus 10
VBus 15
0.6 VBus 17
V
0.4 Bus 19
vrefSvc 1
0.2 vsPod 1
-0.2
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
waktu (dt)
lama gangguan 10 mdetik
5
STATE MATRIX EIGENVALUES
Eigevalue Most Real part Imag. Pseudo- Frequency
Associated Part Freq.
4 States
qSvc 1 injeksi MVar Eig As # 1 bcv_Svc_1 -110,316 0 0 0
Daya Reaktif (pu)
Breaker.con = [ ...
3 40 2 100 400 50 1 0.4 999999;
];
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
waktu (dt)