Anda di halaman 1dari 1

Ihwal sajarah Kerajaan Talaga itu ternyata masih simpangsiur.

Pertama, karena tidak


ada naskah baku (prasasti) dan peninggalan sejarah lainnya. Kedua, karena naskah yang
ada yang hanya “sekedar catatan ingatan” pun yang berupa semacam “Wawacan
Talagamanggung” pun tidak pernah dimunculkan ke permukaan secara utuh. Jadi, setiap
penulis akhirnya menulis menurut “sumber-sumber yang tidak layak dipercaya,” dan
menyebar menjadi “hutan belantara leuweung ganggong, sima ganggong, penuh dengan
akar-akaran yang berserabutan ke sana kemari.”

Andai dicoba ditelaah cermat oleh suatu tim, dengan membaca juga “dongeng Panjalu,”
dongen “Sumedang,” dongeng Rajagaluh, dongeng Cirebon,” dongen Kawali dsb.
Mungkin akan agak lain. Jangan lupa baca juga dengan cermat Wawacan Bujangga
Manik karena padanya antara lain nama Walangsuji dan Talaga disebut-sebut oleh
Prabu Jaya Pakuan (pelancong penulis geografi Indonesia). Tentu baca komentar juga
tentangnya dari berbagai penafsir.

Yang tak kalah penting adalah coba “cross-check” tahun-tahun peristiwa, adakah yang
saling bertentangan (mustahil). Jika A sejaman dengan B, maka mustahil A berada
tahun X sementara B pada tahun Y. Jika A merupakan anak keturunan jauh dari B,
maka tak mungkin B berada pada tahun-tahun sejaman dengan A.

Nah, karena secara “internasional” Wikipedia banyak dijadikan rujukan, maka “kisah
Kerajaan Talaga” yang ada di Wikipedia itu yang pertama-tama akan dinukil. Ini
ceriteranya tentang “Majalengka, Majalengka.” Sebagian “harus diedit” oleh Penulis
agar tidak kacau balau dari segi tuturan maupun sistematika. Secara internal saja, di
dalamnya banyak yang kontradiksi. apalagi jika dibandingsilangkan dengan artikel-
artikel berikutnya.

Cag, pigaweeun!

Anda mungkin juga menyukai