Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH HIDROTERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP

KEKUATAN OTOT EKSTERMITAS BAWAH PADA PASIEN


STROKE NON HEMORAGIK DI RSUD dr. SOEDIRAN
SUMARSO WONOGIRI

Lina Pratiwi1), Setiyawan 2), Noerma Shovie Rizqiea3)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
linapratiwi24@gmail.com
2)3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Stroke non hemoragik merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dapat
mengakibatkan kematian dan penyebab utama kecacatan. Masalah yang sering dialami oleh
penderita stroke dan yang paling ditakuti adalah gangguan gerak atau gangguan kekuatan otot
Terapi non farmakologi yang memiliki manfaat bagi penderita stroke non hemoragik salah
satunya adalah hidroterapi. Hidroterapi merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech”
yang mengandalkan pada respon-respon tubuh terhadap air untuk mengobati atau meringankan
kondisi yang menyakitkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hidroterapi
rendam kaki air hangat terhadap kekuatan otot ekstermitas bawah pada pasien stroke non
hemoragik.
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment dengan pendekatan
pre test and post test nonequivalent control group, kelompok dibagi menjadi 2 yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. Sampel menggunakan tehnik non probability sampling dengan pendekatan purposive
sampling. Jumlah sempel 40 responden. Analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon dan
Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh rendam kaki air hangat terhadap kekuatan otot
ekstermitas bawah pasien stroke non hemoragik dan ada perbedaan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi pasien stroke non hemoragik dengan nilai p-value 0,000.
Terdapat pengaruh hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap kekuatan otot ekstermitas
bawah pada pasien stroke non hemoragik di RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
Perawat sebagai praktisi kesehatan diharapkan dapat memberikan hidroterapi rendam kaki air
hangat untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.

Kata Kunci: Hidroterapi, Kekuatan otot, Stroke non hemoragik


1. PENDAHULUAN jika terjadi kegagalan fungsi otak kanan,
Stroke non hemoragik merupakan maka bagian sisi tubuh kiri kan
salah satu Penyakit Tidak Menular menderita kelumpuhan atau kelamahan
(PTM) yang dapat mengakibatkan otot (Suharjo, 2008). Kekuatan otot
kematian dan penyebab utama kaki, lutut serta pingggul harus adekuat
kecacatan. Sebagian besar kasus stroke untuk mempertahankan kesimbangan
dijumpai pada orang-orang yang berusia tubuh saat adanya tekanan gaya dari
di atas 40 tahun. Semakin tua umur, luar (Irfan, 2010). Secara teori, apabila
resiko terkena stroke semakin besar otot-otot termasuk otot ekstermitas tidak
(Aliah dkk., 2007 dalam Nasution, dilatih terutama pada klien yang
2013). Beberapa faktor resiko terjadinya mengalami gangguan fungsi motorik
stroke, antara lain: usia lanjut, kasar dalam jangka waktu tertentu maka
hipertensi, DM, hiperlipidemia dan otot akan kehilangan fungsi motoriknya
penyakit jantung (Irfan, 2010). secra permanen (Suharjo, 2008).
Penyakit stroke telah menjadi Penatalaksanaan pada pasien stroke
masalah kesehatan yang menjadi untuk pemulihan kekuatan otot yang
penyebab utama kecacatan dan salah dianggap sudah stabil dapat dilakukan
satu penyebab kematian terbanyak di rehabilitasi. ROM adalah latihan
dunia. Data World Health Organization gerakan sendi yang memungkinkan
(WHO) tahun 2016 memperkirakan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot
sekitar 15 juta orang terkena stroke dimana klien menggerakan masing-
setiap tahunnya. masing persendian sesuai gerakan
Masalah yang sering dialami oleh normal baik secara aktif ataupun pasif
penderita stroke dan yang paling (Potter dan Perry, 2010). Efek ROM
ditakuti adalah gangguan gerak. menghasilkan energi untuk kontraksi
Penderita mengalami kesulitan saat dan meningkatkan tonus otot polos
berjalan karena mengalami gangguan ekstermitas, untuk membantu
pada kekuatan otot, keseimbangan dan mengefektifkan atau mengoptimalkan
koordinasi gerak (Soeparman, 2004 mekanisme ROM perlu adanya terapi
dalam Irdawati, 2012). Kekuatan otot untuk memperbaiki dan meningkatkan
dapat digambarkan sebagai kemampuan sirkulasi sehingga dapat membantu
otot menahan beban baik berupa beban menghantarkan energi keseluruh otot
eksternal (external force) maupun beban (Yulfa, 2013).
internal (internal force) (Irfan, 2010). Air hangat dapat digunakan sebagai
Gejala klinis yang sering muncul media terapi karena efek hangat secara
pada stroke non hemoragik adalah konduksi terjadi perpindahan
adanya hemiparese atau hemiplegi, panas/hangat dari air hangat kedalam
yang menyebabkan hilangnya tubuh akan menyebabkan pelebaran
mekanisme refleks postural normal pembuluh darah. Aktivitas ini
untuk keseimbangan, rotasi tubuh untuk memperbaiki sirkulasi merangsang
gerak-gerak fungsional pada ekstremitas hipotalamus anterior dan sistem saraf
(Soeparman, 2004 dalam Irdawati, simpatis sehingga pembuluh darah
2012). Kelumpuhan atau kelemahan sisi mengalami vasodilatasi. Pembuluh
tubuh bagian kanan pasien stroke non darah yang mengalami penyumbatan
hemoragik biasanya disebabkan karena akan mengantarkan nutrisi keseluruh
kegagalan fungsi otak kiri, sebaliknya, bagian tubuh termasuk otot sehingga
metabolisme jaringan akan meningkat rendam kaki air hangat terhadap
(Potter & Perry, 2010). kekuatan otot ekstermitas bawah pasien
Penelitian Yulfa (2013), adanya stroke non hemoragik di RSUD Dr.
perbedaan tingkat kekuatan otot pasien Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
stroke yang diberikan ROM dengan
terapi oukup. Terapi ROM dilakukan 3
hari selama 5 menit secara rutin yang 2. METODE PENELITIAN
sebelumnya diberikan terapi oukup atau Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.
mandi uap dilakukan dengan merendam Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
ekstermitas yang sakit dengan air pada bulan Februari - Mei 2018. Jenis
hangat bersuhu 36 – 40 0 C selama 20 penelitian ini bersifat quasi experiment
menit dengan kedalaman 15 cm. dengan pendekatan pre test and post test
Bersauna terbukti sangat efektif nonequivalent control group. Populasi
mengurangi respon stress dan pada penelitian ini pasien stroke non
menciptakan keseimbangan dalam hemoragik yang mengalami
sistem saraf otonomik. hemiparesis di RSUD Dr. Soediran
Hasil studi pendahuluan pada tanggal Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak
4 November 2017 Di RSUD Dr. 57 pasien. Teknik pengambilan sempel
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, menggunakan tehnik non probability
pasien dengan stroke non hemoragik sampling dengan pendekatan purposive
pada tiga bulan terakhir mulai dari sampling. Jumlah sempel 40 responden
bulan Agustus sebanyak 45 pasien, yang memiliki kriteria inklusi dan
September sebanyak 58 pasien dan pada ekslusi. Analisa data menggunkan
bulan Oktober sebanyak 57 pasien. Wilcoxon dan Mann Whitnay.
Hasil wawancara dengan 2 dari 5 pasien
mengatakan mengalami gangguan gerak
ekstermitas atas, pasien mengatakan 3. HASIL DAN PEMBAHSAN
tidak memiliki riwayat stroke a. Analisis Univariat
sebelumnya. Hasil wawancara dengan 3 1) Karateristik responden
dari 5 pasien mengatakan mengalami Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
gangguan gerak ekstermitas bawah menurut usia dan jenis kelamin
secara tiba-tiba. Hasil wawancara dari (n=40)
ke- 5 pasien mengatakan selama ini Kontrol Intervensi
latihan gerak secara mandiri dengan Umur N % n %
dibantu keluarga dan hanya minum < 50 tahun 1 5 7 35
50 – 60 16 80 8 40
obat, keluarga pasien mengatakan
tahun
selama ini sering lupa urutan latihan >60 tahun 3 15 5 25
gerak otot, pasien mengatakan belum Total 20 100 20 100
mengetahui tentang terapi rendam kaki
air hangat untuk meningkatkan Jenis
kekuatan otot. Hasil pengamatan Kelamin
peneliti, dari ke-5 pasien stroke rata-rata Laki-laki 11 55 11 55
didapatkan kekuatan otot berada diskala Perempuan 9 45 9 45
2 dan 3. Total 20 100 20 100
Penelitian ini bertujuan untuk Didapatkan hasil bahwa sebagaian
mengetahui pengaruh hidroterapi besar responden berusia 50-60 tahun
sebanyak 16 pasien (80%) pada kelompok
kontrol, dan pada kelompok intervensi sebanyak 11 pasien (55%). Raharjo (2015)
sebanyak 8 pasien (40%). Hafid (2012) dalam penelitiannya hampir separuh
menyatakan bahwa rata-rata usia 50-60 responden yang menderita stroke non
tahun yang menderita penyakit stroke hemoragik adalah laki-laki sebanyak 91,7
sebanyak 70 %. %. Stroke non hemoragik terjadi pada laki-
Setelah mencapai usia 50 tahun, laki karena pada laki-laki terdapat hormon
testoteron, dimana hormon ini dapat
setiap pertambahan usia tiga tahun resiko
stroke meningkat sebesar 11-20%, seiring meningkatkan kadar LDL, apabila LDL
tinggi maka dapat meningkatkan kadar
dengan bertambahnya usia. Orang yang
berusia lebih dari 65 tahun memiliki resiko kolesterol dalam darah yang merupakan
faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif
paling tinggi, tetapi dari semua stroke terjadi
pada orang berusia kurang dari 65 tahun seperti stroke (Watila dkk, 2010 dalam Prok,
2015).
(Tarwoto et al, 2007).
Menurut Stanhope dan Lancaster
(2004) dalam Dinanti (2015), lansia berisiko 2) Kekuatan otot
terkena stroke dikarenakan perubahan Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
fisiologis yang terjadi pada sistem tubuh menurut Pre test kekuatan otot
akibat dari perubahan usia diantaranya (n=40)
adalah kulit, pernapasan, kardiovaskuler, kelompok kelompok
gastrointestinal, genitourinaria, Kekuatan otot kontrol intervensi
neuromuskular dan sensori. Potter & Perry n % n %
(2010) juga menambahkan perubahan pada Tidak ada
sistem kardiovaskular seringkali 2 10 0 0
kontraktilitas
menyebabkan tekanan darah lansia
meningkat. Hal ini merupakan akibat Kontraktilitas
perubahan vaskuler dan akumulasi plak ringan, tidak ada 5 25 1 5
sklerotik sepanjang dinding pembuluh darah gerakan
sehingga menyebabkan kakunya dinding
pembuluh darah secara menyeluruh dan Gerakan penuh
7 35 6 30
tanpa gravitasi
mengakibatkan meningkatnya resiko
terjadinya hipertensi yang merupakan faktor Gerakan penuh
resiko terjadinya stroke. 6 30 11 55
dengan gravitasi
Berdasarkan hasil penelitian dan
teori tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Gerakan penuh,
pada usia 50-60 tahun lebih beresiko melawan gravitasi,
0 0 2 10
terdapat sedikit
menderita stroke karena pada usia 50-60
tahanan
tahun pembuluh darah lebih kaku karena
adanya plak. Pertambahan usia yang Gerakan penuh,
menyebabkan terjadinya perubahan melawan gravitasi, 0 0 0 0
fisiologis yang terjadi pada tubuh dan tahanan penuh
penurunan fungsi tubuh.
Total 20 100 20 100
Berdasarkan hasil penelitian menurut
jenis kelamin pasien kelompok kontrol dan
kelompok intervensi sama yaitu laki-laki
Hasil penelitian berdasarkan Gerakan penuh
2 10 8 40
kekuatan otot pre test kelompok kontrol dengan gravitasi
kekuatan otot paling banyak mengalami
kekuatan otot gerak penuh tanpa gravitasi Gerakan penuh,
sebanyak 35 % sedangkan kelompok melawan
5 25 12 60
gravitasi, terdapat
intervensi sebagaian besar mengalami
sedikit tahanan
kelemahan otot gerakan penuh dengan
gravitasi sebanyak 55 % . Gerakan penuh,
Kelemahan pada otot disebabkan melawan
0 0 0 0
oleh terjadi transport aktif kalsium dihambat gravitasi, tahanan
penuh
sehingga kalsium dalam reticulum
sarkoplasma meningkat. Kalsium dipompa
Total 20 100 20 100
dari retikulum dan berdisfusi kelepuh-
Hasil penelitian berdasarkan
kelepuh kemudian kalsium disimpan dalam
kekuatan otot post test kelompok kontrol
retikulum. Apabila konsentrasi kalsium
kekuatan otot paling banyak meningkat
diluar reticulum sarkoplasma meningkat
menjadi gerak penuh tanpa gravitasi dengan
maka intraksi antara aktin dan miosin akan
nilai 45%, sedangkan pada kelompok
berhenti dan otot melemah sehingga terjadi
intervensi kekuatan otot setelah diberikan
kontraktur dan fungsi otot skeletal menurun
hidroterapi rendam kaki air hangat sebagian
(Mawarti, 2010).
besar kekuatan otot meningkat menjadi
Berdasarkan hasil penelitian dan gerakan penuh, melawan gravitasi, terdapat
teori tersebut peneliti menyimpulkan bahwa sedikit tahanan sebanyak 60%.
stroke non hemoragik menyebabkan
Stroke merupakan penyebab
terjadinya penurunan kekuatan otot yang
kelumpuhan yang memerlukan rehabilitasi
dapat mengakibatkan ketidakmampuan pada
untuk membantu memulihkan kemampuan
otot ekstermitas secara umum, penurunan
fisik. Terapi rehabilitasi dapat dilakukan
tonus otot dapat mengakibatkan kontraktur
secepat mungkin pada hari-hari pertama
sehingga pada akhirnya pasien akan
stroke setelah pasien dianggap stabil.
mengalami keterbatasan dalam melakukan
Semakin cepat menjalani rehabilitasi,
activities of daily living (ADL).
semakin besar kemungkinan mencegah
meluasnya gangguan di otak dan
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden mengurangi akibat yang ditimbulkan stroke.
menurut Post test kekuatan otot Salah satu terapi rehabilitasi yang sering
(n=40) dipergunakan adalah program latihan gerak
kelompok kelompok atau Range of Motion (ROM) (Waluyo,
Kekuatan otot kontrol intervensi 2009 dalam Dinanti dkk, 2015). ROM pada
n % n % pasien yang mengalami kelemahan pada
Tidak ada awalnya sangat penting untuk mencegah
2 10 0 0 terjadinya kontraktur sehingga dapat
kontraktilitas
mengurangi risiko deformitas menetap dan
Kontraktilitas palsi akibat dari tekanan (Ginsberg. 2007
ringan, tidak ada 2 10 0 0 dalam Marlina, 2017).
gerakan
Salah satu terapi non farmakologi
Gerakan penuh yang mempunyai manfaat salah satunya
9 45 0 0 adalah air hangat atau hidroterapi.
tanpa gravitasi
Merendam kaki air hangat akan nilai p-value 0,003 < 0,05. Pada kelompok
memberikan respon lokal terhadap panas intervensi setelah dilakukan Hidroterapi
melalui stimulasi ini akan mengirimkan rendam kaki air hangat pada ekstermitas
implus dari perifer ke hipotalamus (Potter bawah dimana nilai p-value 0,000 < 0,05
& Perry, 2006). Terapi ini membantu artinya ada pengaruh Hidroterapi rendam
meningkatkan sirkulasi darah dengan kaki air hangat terhadap kekuatan otot
memperlebar pembuluh darah sehingga pasien stroke non hemoragik
lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan. Hidroterapi rendam kaki air hangat
Perbaikan sirkulasi darah juga pada ekstermitas bawah akan memperbaiki
memperlancar sirkulasi getah bening sirkulasi darah dengan cara memberikan
sehingga membersihkan tubuh dari racun. sinyal ke hipotalamus melalui sumsum
Oleh karena itu, orang-orang yang tulang belakang. Ketika reseptor yang
menderita berbagai penyakit seperti peka terhadap hangat dihipotalamus
rematik, radang sendi, linu panggul, sakit dirangsang, sistem efektor mengeluarkan
punggung, insomnia, kelelahan, stress, sinyal untuk memulai vasodilatasi perifer.
sirkulasi darah yang buruk (hipertensi), Perubahan ukuran pembuluh darah, yang
nyeri otot, kram, kaku, terapi air diatur oleh pusat vasomotor pada medulla
(hidroterapi) bisa digunakan untuk oblongata dari tangkai otak, dibawah
meringankan masalah tersebut. Berbagai pengaruh hipotalamik bagian anterior
jenis hidroterapi, metode yang umum sehinggat terjadi vasodilatasi (Potter &
digunakan dalam hidroterapi yaitu mandi Perry, 2010).
rendam, sitzbath, pijat air, membungkus Nastiti (2015), menjelaskan proses
dengan kain basah, kompres, merendam metabolism akan menjadi lebih baik
kaki (Chaiton, 2012 dalam Istiqomah, karena terjadi vasodilatasi pembuluh
2017). darah, sehingga sirkulasi darah meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian dan Pemberian nutrisi dan oksigen kepada
teori tersebut peneliti menyimpulkan jaringan akan ditingkatkan dan antibodi
bahwa pentingnya terapi rehabilitasi dalam didalam jaringan tersebut meningkat.
memulihkan kemampuan fisik. ROM Dengan demikian pemeliharaan jaringan
penting dilakukan untuk melatih gerak otot menjadi lebih baik dan mempengaruhi
dan mencegah kontraktur dan Hidroterapi jaringan otot karena suhu hangat selain
rendam kaki air hangat dapat memperbaiki membantu terjadi relaksiasi juga akan
dan meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan kemampuan otot
membantu memulihkan kemampuan fisik. berkontraksi.
Damayanti (2014), juga
b. Analisis Bivariat menjelaskan bahwa Hidroterapi rendam
Tabel 4. Hasil uji pengaruh Hidroterapi kaki air hangat bermanfaat untuk
rendam kaki air hangat terhadap kekuatan vasodilatasi aliran darah. Yulfa (2013),
otot ekstermitas bawah pasien stroke non menjelaskan air hangat dapat memperbaiki
hemoragik. sirkulasi darah merangsang hipotalamus
Rata-rata anterior dan sistem saraf simpatis sehingga
Kelompok Pre Post Selisih P pembuluh darah mengalami vasodilatasi.
test test Pembuluh darah yang mengalami
kontrol 1,85 2,30 0,55 0,003 penyumbatan akan mengantarkan nutrisi
intervensi 2,70 3,60 0,90 0,000 keseluruh bagian tubuh termasuk otot
Hasil analisis uji wilcoxon sehingga metabolism jaringan akan
menunjukan ada peningkatan kekuatan meningkat.
otot ekstermitas bawah pada kelompok Berdasarkan hasil penelitian dan
kontrol setelah dilakukan ROM dimana teori tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa Hidroterapi rendam kaki air hangat sel-sel otak dan otot sehingga
dapat meningkatkan kekuatan otot pada mendapatkan nutrisi yang cukup.
ekstermitas bawah dikarenakan efek air Hidroterapi rendam kaki air hangat
hangat dapat memperbaiki sirkulasi darah dapat memperbaiki sirkulasi darah
yang mengalami penyumbatan sehingga sehingga dapat membantuk
otot mendaptkan nutrisi yang cukup. menghantarkan energi keseluruh otot dan
untuk membantu mengoptimalkan
peningkatan kontraksi dan peningkatan
Tabel 5. Hasil perbedaan kelompok
tonus otot polos ekstermitas perlu adanya
kontrol dan kelompok intervensi
latihan gerak ROM. Latihan ROM dapar
Nilai menimbulkan rangsangan sehingga
Kelompok P Keputusan
selisih meningkatkan aktivitas dari kimiawi
kontrol 0,55 neuromuskular dan muskuler. Rangsangan
0.000 H0 ditolak
intervensi 0,90 melalui neuromukular akan meningkatkan
Hasil analisis uji beda pengaruh rangsangan pada serat saraf ekstermitas
dengan Mann Whitney diperoleh nilai p = terutama saraf parasimpatis yang
0,000 artinya ada perbedaan antara merangsang untuk produksi asetilcolin,
kelompok kontrol dan kelompok intervensi sehingga mengakibatkan kontraksi.
pada ekstermitas bawah. Hidroterapi Mekanisme melalui muskus terutama otot
rendam kaki air hangat dapat polos ekstermitas akan meningkatkan
meningkatkan kekuatan otot ekstermitas metabolism pada metakondria untuk
bawah pada pasien stroke non hemoragik menghasilkan ATP yang dimanfaatkan
hal ini dikarenakan Hidroterapi rendam oleh otot ekstermitas sebagai energi untuk
kaki air hangat yang dilakukan pada organ kontraksi dan meningkatkan otot polos
yang mengalami kelemahan dan akan ekstermitas (Sanches, et al, 2006 dalam
memberikan rangsangan pada otot secara Rahayu 2015)
langsung. Responden yang mengalami
peningkatan kekuatan otot sesudah
Botani (2010) dalam Pinilih & dilakukan Hidroterapi rendam kaki air
Astuti (2016), menjelaskan bahwa hangat disebabkan responden dengan
hidroterapi dilihat dari ilmu akupuntur teratur melakukan Hidroterapi rendam
terdapat titik-titik akupuntur yang bersifat kaki air hangat selama 20 menit selama 3
reseptor terhadap stimulus tersebut akan kali, responden juga sering menggerak-
dihantarkan melalui meridian ke sel gerakan ekstermitas yang mengalami
jaringan organ dan sistem organ bersifat kelemahan dengan cara dibantu
terapetik karena syaraf dan hormon yan ekstermitas yang sehat.
terkena basuhan atau tekanan yang terkena
air membuat hemostatis atau 4. Kesimpulan
keseimbangan. Potter & Perry (2010), a. Hasil penelitian menunjukkan
mekanisme air hangat dapat meningkatkan karatersitik responden berdasarkan
aliran darah ekstermitas bawah dengan umur responden menunjukan bahwa
cara melebarkan pembuluh darah dengan sebagian besar pasien stroke non
mengirimkan rangsangan ke pusat hemoragik berumur 50 sampai 60
pengaturan yaitu hipotalamus anterior dan tahun dan berjenis kelamin laki-laki.
sistem saraf simpatis melalui sumsung b. Hasil penelitian menunjukkan
tulang belakang sehingga pembuluh darah kekuatan otot pre test hidroterapi
mengalami vasodilatasi yang akan rendam kaki air hangat rata-rata
mengakibatkan aliran darah lancar dan memiliki kekuatan otot gerak penuh
akan membawa oksigen lebih banyak ke dengan gravitasi.
c. Hasil penelitian menunjukkan stroke non hemoragik di RSUD
kekuatan otor post test hidroterapi Semarang.
rendam kaki air hangat sebagian
besar kekuatan otot meningkat
Akhmadi. (2009). Aging proses.
menjadi gerak penuh, melawan
http://www.rajawana.com/artikel/
gravitasi, terdapat sedikit tahanan
kesehatan diperoleh tanggal 30
d. Hasil penelitian menunjukan ada
Mei 2018
pengaruh Hidroterapi rendam kaki
air hangat terhadap kekuatan otot
pasien stroke non hemoragik pada Ananda, Irma, putri,. (2016).
ekstermitas bawah p-value 0,000. Pengaruh Range of Motion
e. Hasil penelitian didapatkan ada (ROM) terhadap kekuatan otot
perbedaan antara kelompok kontrol pada lansia bedrest di PSTW
dengan kelompok intervensi budi mulia 3 margaguna Jakarta
kekuatan otot ekstermitas bawah selatan.
pasien stroke non hemoragik p-value
0,000
Andarawati, Nur Aini. (2013).
Pengaruh latihan ROM terhadap
5. Saran
peningkatan kekuatan otot pasien
a. Bagi Perawat
hemiparese post stroke di RSUD
Diharapkan dengan penelitian ini
Dr. Moewardi Surakarta
perawat dapat menerapkan
hidroterapi rendam kaki air hangat
pada pasien stroke non hemoragik. Azrin, M,. (2010). Pengaruh latihan
b. Bagi Rumah sakit berjalan dan latihan beban
Hasil penelitian hidroterapi rendam terhadap kekuatan otot tungkai
kaki air hangat dapat diaplikasikan bawah pada manusia usia lanjut.
dalam praktek keperawatan dalam Jurnal Teknobiologi.
pemulihan kekuatan otot pasien
stroke non hemoragik.
Aryanti, ismonah & Hendarjaya
c. Bagi Institusi pendidikan
(2012). Evektivitas Active Range
Diharapkan penelitian ini dapat
of motion terhadap kekuatan otot
menambah pustaka, wawasan dan
ekstermitas pada pasien stroke
pengetahuan mengenai rehabilitasi
non hemoragik.
pasien stroke non hemoragik.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan Brunner dan Suddarth. (2013).
dapat mengembangkan penelitian Keperawatan Medikal Bedah.
lebih lanjut mengenai hidroterapi Edisi 8 Volume 3. Jakarta :
rendam kaki air hangat yang Penerbit Buku Kedokteran EGC.
memiliki banyak manfaat seperti
untuk mengatasi nyeri rematik dan
Daniel Goncalves dos Santos.,
insomnia.
(2011). Evaluation of functional
mobility of patients with stroke
sequela after treatment in
hydrotherapy pool using the
6. Daftar Pustaka
Timed Up and Go Test.
Agusman, M, F, & Kusgiarti, E,.
(2017). Pengaruh Mirror therapy
terhadap kekuatan otot pasien
Damayanti, D., Aniroh, U& Jurnal kesehatan masyarakat.
Priyanto., (2014). Perbedaan Halaman 129-136.
tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukan hidroterapi
Irfan, M., (2010). Fisioterapi Bagi
rendam hangat rendam hangat
Insan Stroke. Yogyakarta : Graha
pada penderita hipertensi. Jurnal
ilmu.
kesehatan Ngudi Waluyo
Ungaran.
Istiqomah (2017). Pengaruh
hidroterapi rendam kaki air
Dharma, Kusuma Kelana (2011).
hangat terhadap tingkatan
Metodologi Penelitian
tekanan darah pada lansia
Keperawatan : Panduan
penderita hipertensi didusun
Melaksanakan dan Menerapkan
depok ambarketowong gamping
Hasil Penelitian, Jakarta, Trans
seleman Yogyakarta.
InfoMedia.

Dinanti, Elisa Ling,. dkk (2015),


Pengaruh Range Of Motion Liyanawati, I, D,. (2015). Pemberian
(Rom) Pasif Terhadap range of motion (rom) aktif - asitif
Peningkatan Sudut Rentang : spherical grip terhadap
Gerak Ekstremitas Atas Pasien peningkatan kekuatan otot
Stroke Di RSUD Tugurejo ekstremitas atas pada asuhan
Semarang keperawatan tn. W dengan stroke
di ruang anyelir rsud dr. Soediran
Mangun sumarso kabupaten
Dilianti, I, C & Candrawati, E,.
Wonogiri.
(2017). Evektivitas hidroterapi
terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita Lumbantobing,. (2004). Neurologi
hipertensi dip anti wreda Al- Klinik pemeriksaan fisik dan
isilah malang. mental.Jakarta : Balai penerbit
FKUI
Dipura, A, Indra, (2013). Pengaruh
Latihan Gerak Aktif Hafid, M & fitria, N, C., (2012).
Menggenggam Bola Terhadap Keefektifan Range of Motion
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas (ROM) terhadap kekuatan otot
Pada Pasien Stroke Iskemia di ekstermitas pada pasien stroke.
BRSU Tabanan
Mawarti (2010). Pengaruh latihan
Hidayat, A.Azis (2014), Metode rom (range of motion) pasif
Penelitian Keperawatan dan terhadap peningkatan kekuatan
Teknis Analisis Data, Jakarta, otot pada pasien stroke dengan
Salemba Medika. hemiparase
.
Irdawati.,(2012). Pengaruh latihan Mutaqin, A,. (2008), Asuhan
gerah terhadap keseimbangan keperwatan klien dengan
pasien stroke non hemoragik. gangguan sistem persyarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Pinilih, S, S & Astuti, R, T,. (2016).
Pengaruh hidroterapi
Nasution, L, F., (2013) Stroke non
menurunkan agresivitas pada
hemoragik pada laki-laki usia 65
anak usia sekolah di SD negri
tahun.Jurnal Medula. Volume 1,
kota malang.
Nomer 3.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010).


Nastiti (2015). Penatalaksanaan
Fundamental Keperawatan (Edisi
Fisioterapi pada kasus post
7) (Buku 2) (Adrina Ferderia,
stroke hemparase dextra
Nggie & Marina Albar,
Penerjemah). Jakarta: Salemba
Notoatmodjo,S. (2013). Metodologi Medika.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Notoatmodjo,S. (2014). Metodologi Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005).


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Buku ajar fundamental
Rineka Cipta keperawatan: konsep, proses &
praktik. Jakarta: EGC.
Nursalam, (2011), Konsep dan
Prasetyo, Y., (2009). Terapi latihan
Penerapan Metodologi
di air bagi penderita stroke.
Keperawatan : Pedoman Skripsi
Jurnal medikora. Volume 5,
dan Tesis dan Instrumen
Nomer 2, halaman 163-172.
Penelitian Keperawatan, Jakarta,
Salemba Medika
Prok, winona., (2016). Pengaruh
latihan gerak aktif mengenggam
Nursalam, (2015), Konsep dan
bola pada pasien stroke diukur
Penerapan Metodologi
dengan handgrip dynamometer.
Keperawatan, Jakarta, Salemba
Jurnal e-Clinic (eCU), Volume 4,
Medika
Nomer 1

Oktavianus, (2014), Asuhan


Rahayu, Nur, ika, kun,. (2015).
keperawatan pada sistem
Pengaruh pemberian latihan
neurobehavior. Jakarta : Graha
range of motion (rom) terhadap
Ilmu.
kemampuan motorik pada pasien
post stroke di rsud gambiran.
Pangemanan, Damajanty H. C. Jurnal Keperawatan.
(2007), Gambaran Kekuatan
Otot Dan Fleksibilitas Sendi
Raharjo, andire, sigit., (2014).
Ekstremitas Atas Dan
Hubungan faktor usia, jenis
Ekstremitas Bawah Pada Siswa/I
kelamin, dan pekerjaan dengan
Smkn 3 Manado.Jurnal
jenis stroke dipoli saraf RSUD
Biomedik, Volume 4, Nomor 3,
kraton kabupaten pekalongan.
Suplemen, November 2012, hlm.
S109-118
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
(2013).Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Akupuntur scapula terhadap
Kementerian RI tahun kekuatan otot ekstermitas atas
2013.Diakses: 15 Oktober 2017, pasien stroke non hemoragik.
dari
http://www.depkes.go.id/resource
Sulistiawan, A,. (2014). Pengaruh
s/download/general/Hasil%20Ris
aktif mengenggam bola terhadap
kesdas%20203.pdf.
kekuatan otot pasien stroke
RSUD bukittinggi. Jurnal
Santos et al,. (2011). Evaluation of kesehatan STIKes Prima
Functional mobility of patients Nusantara Bukittinggi, Volume
with stroke sequel after treatmen 5, nomer 1.
in hydrotherapypool using the
timed up on go test.
Sustrani, L., Alam, S & Hadibroto, I.,
(2003).Stroke. Jakarta : Gramedia
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Tarwoto., Wartonah., & Suryati.
Penulisan Riset Keperawatan. (2007). Keperawatan medikal
Yogyakarta: Graha Ilmu bedah gangguan sistem
persarafan. Jakarta: sagung seto.
Siswanto, A, V,. (2012), Strategi dan
langkah-langkah penelitian. Widiyanto. (2009). Terapi Gerak
Jakarta : Graha Ilmu. Bagi Penderita Stroke.
MEDIKORA. Vol 5, 118-129
Solechah & Nurul,. (2017). Pengaruh
Yulfa, N, R., (2013). Perbedaan
terapi rendam kaki dengan air
tingkat kekuatan otot pasien
hangat terhadap penurunan
stroke yang diberikan ROM
tekanan darah pada pasien
dengan terapi oukup di RSUD
dengan hipertensi di puskesmas
Ambarawa.
bahu manado. Ejurnal
keperawatan, volume 5, nomer 1.

Sugiyono., (2015). Metodologi


penelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiyono., (2017). Metodologi


penelitian. Bandung : Alfabeta

Suharjo,. (2008). Gaya hidup dan


penyakit modern. Yogyakarta:
Konisius

Suiraoka, IP,. (2012), Penyakit


degenerative. Yogyakarta : Nuha
medika

Sukawana, I, W,. Sukarjo I, M &


Diputra, I, K, W,. (2013).

Anda mungkin juga menyukai