Chapter LL PDF
Chapter LL PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Korpus siliaris
Korpus siliaris atau badan siliar yang terletak di belakang iris
menghasilkan cairan bilik mata (aqueous humour), yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera (Ilyas,
2011). Korpus siliaris memiliki panjang 6 mm, berbentuk segitiga pada
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke
pangkal iris (Rahmawaty, 2009). Korpus siliaris dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
(James, 2005):
1. Jalinan trabekulum
Jalinan yang menyerupai saringan ini ada di sudut kamera okuli
anterior, dilewati 90% aqueous humour saat keluar dari mata
(Kanski, 2007). Jalinan trabekulum ini terdiri dari 3 bagian. Ketiga
bagian ini terlibat dalam proses outflow aqueous humour, yaitu
(Atiyatul, 2007):
2. Kanal Schlemm
Dinding bagian dalam kanal Schlemm dibatasi oleh sel endotel yang
ireguler yang memiliki vakuola yang besar. Dinding terluar dari
kanal dibatasi oleh sel rata yang halus dan mencakup pembukaan
saluran pengumpul yang meninggalkan kanal Schlemm pada sudut
miring dan berhubungan secara langsung atau tidak langsung
dengan vena episklera (Kanski, 2007).
3. Saluran kolektor
Saluran kolektor disebut juga pembuluh aqueous intrasklera.
Pembuluh ini dibagi menjadi dua sistem. Pembuluh besar berjalan
sepanjang intrasklera dan berakhir langsung ke dalam vena
episklera (sistem direk) dan beberapa saluran kolektor membentuk
pleksus intrasklera sebelum memasuki vena episklera (sistem
indirek) (Rahmawaty, 2009).
2.1.2. Fisiologi
Aqueous humour disekresi oleh badan siliaris dengan kecepatan 2-3
µL/menit mengisi kamera okuli posterior 60 mL dan kamera okuli anterior 250
mL, serta pergantian dari aqueous terjadi selama 1,5-2 jam (Solomon, 2002).
Aqueous humour memiliki peranan dalam menyediakan substrat-substrat
(glukosa, oksigen, elektrolit-elektrolit) untuk keperluan metabolik untuk bagian
mata yang avaskular, seperi kornea dan lensa (Solomon, 2002).
Aqueous humour hampir seluruhnya terbentuk sebagai sekresi aktif dari
lapisan epitel prosesus siliaris. Sekresi dimulai dengan transport aktif ion
natrium ke dalam ruangan di antara sel-sel epitel. Ion natrium kemudian
menarik ion klorida dan bikarbonat, dan bersama-sama mempertahankan sifat
netralitas listrik. Kemudian semua ion ini bersama-sama menyebabkan osmosis
air dari kapiler darah yang terletak di bawahnya ke dalam ruang interselular
2.2. Glaukoma
2.2.1. Definisi
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik
(neuropati optik) yang biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan
intraokular pada papil saraf optik. Iskemia tersendiri pada papil saraf optik juga
penting. Hilangnya akson menyebabkan defek lapangan pandang dan hilangnya
tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena (James, 2006).
2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi Vaughan untuk glaukoma berdasarkan etiologi adalah
sebagai berikut:
A. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudut terbuka
a. Glaukoma sudut terbuka primer
b. Glaukoma sudut tekanan normal
2. Glaukoma sudut tertutup
a. Akut
b. Subakut
c. Kronik
d. Iris plateu
B. Glaukoma kongenital
C. Glaukoma sekunder
D. Glaukoma absolut
A. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudut terbuka
a. Glaukoma sudut terbuka primer
Glaukoma sudut terbuka primer disebut juga glaukoma kronik atau
chronic simple glaucoma menggambarkan masalah kesehatan di masyarakat.
Insiden glaukoma sudut terbuka primer diperkirakan 2,4 juta orang per tahun.
Prevalensi kebutaan dari semua jenis glaukoma diperkirakan lebih dari 8 juta
d. Iris plateu
Iris plateu termasuk kelainan yang jarang dijumpai. Pada keadaan ini,
kedalaman bilik mata depan sentral normal, tetapi sudut bilik mata depannya
sangat sempit karena posisi prosessus siliaris terlalu anterior. Mata dengan
kelainan ini jarang mengalami blokade pupil, tetapi dilatasi akan menyebabkan
merapatnya iris perifer, sehingga menutup sudut (pendesakan sudut), pengidap
kelainan ini mengalami glaukoma sudut tertutup akut pada usia muda, dan
sering mengalami kekambuhan setelah tindakan iridiotomi laser perifer atau
iridektomi bedah. Diperlukan terapi miotik jangka panjang atau iridioplasti
dengan laser (Vaughan, 2008).
B. Glaukoma kongenital
Lima puluh persen kasus glaukoma kongenital bermanifestasi sejak
lahir, 70% kasus didiagnosis dalam 6 bulan pertama, dan 80% kasus
didiagnosis di akhir tahun pertama (Vaughan, 2008). Ketidakseimbangan aliran
aqueous pada glaukoma kongenital ini disebabkan oleh kesalahan dari
perkembangan sudut bilik anterior, tidak ada hubungan dengan kelainan mata
lainnya. Ada 3 klasifikasi dari glaukoma kongenital, yaitu:
a. True congenital glaucoma (40%) yang mana tekanan intraokular
meningkat selama dalam kandungan.
b. Infantile glaucoma (55%) gejala mulai Nampak pada usia 3 tahun.
C. Glaukoma sekunder
Peningkatan tekanan intraokular yang terjadi sebagai suatu manifestasi
dari penyakit mata lain disebut glaukoma sekunder. Terapinya adalah
pengontrolan tekanan intraokular dengan cara-cara medis dan bedah, serta
mengatasi penyakit yang mendasari apabila mungkin (Vaughan, 2008). Yang
termasuk glaukoma sekunder antara lain: perubahan lensa, kelainan uvea,
trauma, bedah, rubeosis, steroid dan lain-lain.
D. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium terakhir semua jenis glaukoma
disertai kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat
dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Seringkali enukleasi
merupakan tindakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata
dibiarkan (Ilyas, 2002).
2.2.4. Diagnosis
Pemeriksaan glaukoma jika hanya dengan memeriksa TIO tidaklah
cukup untuk menegakkan diagnosa glaukoma, maka harus dilakukan
pemeriksaan mata lengkap, antara lain (American Of Ophthalmology, 2002):
2.2.6. Pencegahan
Para peneliti belum menemukan cara agar terhindar dari glaukoma.
Namun, bagi mereka yang beresiko mengalami glaukoma dapat dicegah
dengan gaya hidup sehat termasuk olahraga teratur dan diet nutrisi yang
direkomendasikan oleh dokter dalam meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Rekomendasi untuk menjaga kesehatan fisik adalah sebagai berikut (American
Health Assistance Foundation, 2010):
1. Makan makanan yang bervariasi. Karoten, antioksidan, vitamin, zinc,
dan omega-3 beperan dalam menjaga penglihatan.
2. Olahraga teratur setiap hari. Beberapa penelitian menunjukkan olahraga
aerobic dapat menurunkan tekanan intraokular.
3. Menjaga berat badan tetap ideal.
4. Pertahankan tekanan darah dalam tingkat yang normal.
5. Hindari paparan langsung dari cahaya matahari dengan menggunakan
kacamata hitam dan topi.
6. Rutin memeriksakan mata.