Orang Ketiga PDF
Orang Ketiga PDF
“Aku!”
“Tidak! Aku!”
“Aku.”
“Aku!!”
Mata sepasang pria itu saling menatap tajam. Ribuan kilatan petir bersahut-sahutan
dari mata mereka yang membara. Mereka bertolak pinggang saling menantang tidak
ada yang mau mengalah. Kedua tangan mereka sudah menggenggam pedang mereka
masing-masing.
“Hentikan! Sedang apa kalian?” Davies muncul dengan wajah panik. Ia cepat-cepat
memisahkan dua pria yang hampir tak berjarak itu. “Apa yang kalian pikir sedang kalian
lakukan!?”
“Kalau tentang Fulvia, aku harus ikut campur!” Davies berkata tegas, “Ia adikku.”
“Kalian pikir aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran kalian?” selidik Davies, “Aku
Davies duduk di kursi terdekat dan menyilangkan tangan di depan dadanya, “Silakan
melanjutkan.”
Telinga Davies telah terbiasa mendengar pertengkaran kedua pria itu. Matanya sudah
tak heran melihat kedua sepupu itu beradu pandang dengan penuh kemarahan dan
dalam bulan ini dan mungkin jutaan dalam tahun terakhir ini. Tidak ada yang
menghitungnya dengan jelas tetapi semua orang di tempat ini mendengarnya hampir
setiap saat.
Sejak kecil kedua sepupu ini telah bertengkar memperebutkan sepupu mereka yang
cantik dan manis, Fulvia. Andai Davies bukan kakak kandung Fulvia, mungkin ia juga
ikut dalam perebutan ini. Untungnya, mungkin, Davies adalah kakak Fulvia, kakak
kandung dan satu-satunya. Orang tua mereka semua tahu perebutan ini sejak mereka
masih kecil sudah ada dan tambah parah tiap tahunnya. Tetapi, entah mengapa
Orang tua Davies pun tak mau campur tangan. Mereka hanya tertawa melihat
pertengkaran kedua sepupu itu dan berkata dengan tenang, “Tidak ada yang perlu
dikhawatirkan.”
Ayah Richie malah berpendapat unik. “Bukankah ini menarik?” katanya suatu ketika
“Untuk apa dipusingkan?” kata ibu Trevor ketika Davies mengeluhkan meningkatnya
“Pertengkaran antar keluarga itu biasa,” ayah Trevor malah berkata tenang.
Entah mengapa para orang tua dari ketiga keluarga ini selalu menganggap enteng
pertengkaran mereka.
Audrey, anak yang paling tua dalam ketiga keluarga ini juga tidak ingin campur tangan
Hanya Davies yang selalu turun melerai bila dua pria ini mulai bertengkar
memperebutkan Fulvia.
Tapi akhir-akhir ini ia semakin malas. Pasalnya, mereka semakin sering bertengkar!
Pertengkaran mereka tidak akan ada akhirnya hingga Fulvia memilih seorang di antara
mereka atau mungkin Fulvia menikah dengan orang lain. Tetapi keduanya tampaknya
mustahil. Setidaknya ketika Fulvia tidak menunjukkan minatnya pada seorang pria pun.
Fulvia, adiknya yang manis, adiknya yang tercantik dan paling dikasihinya itu tidak
pernah Nampak bersama pria lain selain kedua sepupunya atau dirinya sendiri. Bukan
karena lingkungan pergaulan Fulvia penyebabnya tetapi karena kedua sepupu itu
Davies tahu sikap kedua sepupu itu pula yang menjauhkan kaum adam yang ingin
Sebenarnya, Davies tidak menyukai sikap kedua sepupu itu terhadap adiknya yang
terlalu melindungi itu. Tetapi Davies juga tidak suka bila Fulvia didekati oleh pria yang
hanya ingin mempermainkannya atau pria yang hanya tertarik pada kecantikannya saja.
Di pihak lain, Davies tidak yakin Fulvia tahu kedua kakak sepupunya sering bertengkar
memperebutkan cintanya.
Walau mereka sering bertengkar tapi kedua pria ini pandai memilih tempat dan waktu.
Mereka hanya bertengkar ketika Fulvia tidak ada di sekitar mereka dan ketika Fulvia
“Siapa yang pantas untuk Fulvia?” dua pria itu menyerbu Davies.
Davies terkejut.
“Aku?”
“Tidak, aku!”
“Pusing aku melihat kalian,” keluh Davies, “Mengapa kalian tidak bertanya pada Fulvia
siapa yang
lebih ia sukai?”
“Pusing aku. Pusing!!!” Davies memegang kepalanya, “Kalau kalian takut pada jawaban
Fulvia, tanya
orang lain.”
Melihat gelagat tidak enak, cepat-cepat Davies menambahkan dengan tegas, “Jangan
“Ia pasti bisa tahu siapa yang lebih disukai Fulvia di antara kita,” Trevor bersemangat.
“Ia pasti tahu siapa di antara kita yang lebih cocok untuk Fulvia.”
Mereka saling memandang. Dalam pandangan mereka tersirat kepercayaan diri untuk
menang. Mata mereka berkata, “Pasti aku yang lebih pantas untuk Fulvia.”
“Terserah pada kalian,” Davies memotong jalan pandangan dua pria itu dan terus
menuju pintu. Di pintu, Davies berhenti dan membalikkan badan, “Sampai kalian tahu
siapa yang lebih pantas untuk Fulvia, jangan bertengkar! Semua orang sudah bosan
mendengarnya.”
“Bosan apa?” kepala cantik muncul di pintu dengan senyum cerianya. Mata biru
“Tidak ada yang perlu kaukhawatirkan, Fulvia. Mereka tidak akan pernah bosan
padamu,” Davies menepuk kepala Fulvia dengan lembut, “Engkau anak yang cantik
dan manis.”
Lagi-lagi mata dua pria itu bertemu. Fulvia memeluk tangan kedua pria itu. “Aku sayang
kalian.”
Itulah Fulvia. Tak heran Davies melihat Trevor dan Richie selalu bertengkar. Fulvia
sangat cantik dan manis. Ia juga menyayangi keduanya tanpa pernah membedakan. Ia
memberi sesuatu pada Richie, ia pun memberi hal yang sama pada Trevor. Tak jelas
Sejak kecil mereka berempat selalu bermain bersama dan bersenang-senang bersama.
Fulvia sangat dimanja oleh kakaknya dan kakak-kakak sepupunya itu. Ketiga pria itu
erat. Kedua sepupu itu semakin mendominasi Fulvia dari kakaknya sendiri. Perlahan-
lahan Davies disingkirkan dari persahabatan mereka. Sekarang Davies hampir tidak
pernah lagi ada di antara mereka. Setiap Fulvia muncul, kedua sepupu itu segera
mengajak Fulvia pergi dengan meninggalkan Davies seorang diri. Mereka seperti tidak
Sebenarnya ia tidak suka mereka meminta bantuanIrving. Tapi apa yang dapat
dilakukan? Kedua pria itu benar. Dengan reputasinya menyakiti hati para gadis yang
Irving mungkin bisa membantu menghentikan pertengkaran kedua sepupu itu yang
-----0-----
“Lalu mengapa?” Fulvia bertanya polos – matanya yang selalu bersinar ceria menatap
Trevor.
“Kalau Margot melihatmu bersama Davies, apa yang ada dalam pikirannya?”
“Kalau kau terus menempel, bagaimana Davies dapat mendekati Margot?” Richie
menjentik hidung
Fulvia.
Mata Fulvia berpindah-pindah dari wajah kedua pria itu. “Benar juga.”
Fulvia menatap mereka dengan curiga. Ia mengenal baik watak kedua sepupunya ini.
Mereka tidak
pernah akur!
Kepala Fulvia berpindah pada Trevor. Lalu pada Richie. “Baik,” Fulvia memeluk tangan
kedua
Kedua pria itu saling bertatapan. Mereka tahu ada yang harus mereka bicarakan
Kemunculan pesta ini mempermudah pekerjaan Trevor juga Richie. Mereka tak perlu
mengatur
Irvingjuga pasti diundang ke pesta itu karenaIrvingadalah putra tunggal Duke yang
cukup berpengaruh.
Setiap gadis yang mendengarIrvingakan hadir dalam pesta itu, pasti akan hadir. Mereka
akan
berlomba-lomba mendapatkan perhatian pria gagah yang tampan itu. Semua kecuali
Fulvia.
Fulvia bisa dikatakan tak pernah mengetahui keberadaanIrvingdi dunia ini. Mungkin ia
pernah
karena ia telah
Sungguh aneh. Reputasi Irving dengan kekasihnya yang selalu berganti-ganti telah
tersebar di seluruh
pelosok terutama para wanita bangsawan yang suka bergosip. Tapi masih ada yang
ingin mendapatkan
Engelschalf.
Tampan, gagah juga kaya dan berkuasa. Gadis mana yang tidak tertarik pada pria itu?
Kekurangan Irving adalah sikapnya yang tidak setia. Tetapi tidak ada yang
mempedulikannya.
Di abad pertengahan ini tidak heran seorang pria kaya dan berkuasa beristri banyak.
Raja-raja negeri
di timursanajuga memiliki banyak selir. Mereka bangga dengan istri mereka yang
wanita itu bangga menjadi istri orang yang berkuasa walau hanya sebagai selir.
semakin berkuasa dan kuat bila ia beristri banyak. Itulah pemikiran utamanya. Seorang
penguasa tampak
Mereka tidak sadar istri yang banyak itulah yang dapat menjadi sebab perpecahan
suatu kerajaan
Ketika permaisuri dapat memberikan putra mahkota, tak ada masalah yang
terjadi sebaliknya, akibatnya akan sangat fatal. Dari selir yang mempunyai anak laki-laki
akan berebut
menjadikan putra mereka sebagai putra mahkota. Bahkan para selir itu akan bersaing
demi mendapatkan
perhatian Raja yang lebih besar. Karena bila mereka mendapat perhatian yang semakin
besar, kedudukan
mereka akan semakin terangkat. Tak jarang pula para selir ini mempengaruhi raja
dalam membuat
keputusan demi kepentingan mereka sendiri. Semakin raja percaya padanya dan
semakin raja
Di Eropa sedikit berbeda. Walau pengaruh agama Katolik terasa sangat kuat di Eropa,
tidak menutup
kemungkinan terjadi seorang pria kaya beristri banyak. Bahkan, secara sembunyi-
sembunyi mereka
Sifat perkawinan Katolik yang suci tampaknya tak banyak mempengaruhi. Satu dan tak
terpisahkan.
Satu suami banyak istri ini tampaknya telah menjadi suatu kebudayaan yang sulit
dihilangkan bahkan
terkesan seperti sebuah budaya yang telah diturunkan dari jaman kuno dan akan terus
diturunkan hingga
kapan pun.
Keduanya siap bertengkar tapi mereka menanti sampai Fulvia masuk ke dalam ruang
tempat Countess
berada.
Ketika Fulvia masuk ke dalam ruang yang serambinya menghadap taman itu, Trevor
mencengkeram
“Penjelasan apa!?”
“Ya. Lalu?”
“Kalau Irving tidak melihat sikap Fulvia pada kita berdua, bagaimana ia tahu? Aku tak
setuju bila ia
hanya bersamamu ketikaIrvingmenilai dan engkau pasti tak senang Fulvia bersamaku.”
“Karena itu kupikir lebih adil bila ia melihat kita bersama Fulvia.”
memihakmu.”
“Aku sepakat.”
menemani kalian.”
berangkat ke
pesta.”
“Terima kasih,” Fulvia memeluk dua pria itu, “Kalian sungguh pengertian.”
“Kami harus pergi sekarang,” kata mereka bersamaan. Keduanya bergantian mencium
pipi Fulvia.
“Dan dia tidak boleh mendekati Fulvia lagi selama-lamanya,” Richie setuju.
-----0-----
rapi. Mata Irving terangkat dari kertas itu dan tangannya langsung meremasnya.
merah.”
keberapa
Ketika seorang wanita menerima bunga mawar merah itu, mereka akan
mengiraIrvingtelah menerima
perasaannya tetapi mereka salah. Bunga mawar merah yang berduri itu, bagiIrving,
perpisahan.
Tanda jarak di antara mereka telah dibatasi oleh duri-duri yang tajam.
“Yang Mulia Duke tidak akan suka melihat ini,” gumam Pedro lebih lanjut.
“Selamat siang,” Pedro tidak dapat menutupi kebingungannya melihat dua pemuda
berpakaian rapi di
depannya itu.
“Kami datang untuk menemuiIrving,” Richie langsung berkata tanpa perlu ditanyai,
“Apakah ia ada?”
“Tidak,” jawab Trevor, “Ini adalah urusan penting dan mendadak. Saya yakinIrvingtidak
akan
menolaknya.”
Pedro menatap dua orang itu dengan curiga. “Bila Anda berkenan, dapatkah Anda
memberitahu saya
“Silakan masuk, M’lord,” Pedro mempersilakan mereka, “Saya akan memberitahu Tuan
Muda atas
kehadiran kalian.”
Pedro tahuIrvingpaling tidak suka diganggu ketika ia sibuk. Dan Irving paling tidak suka
dengan
tempatIrvingberada sekarang.
“Maafkan saya menganggu Anda, Tuan Muda,” kata Pedro sopan, “Putra Count
mereka.
“Mereka ingin merundingkan sesuatu yang mendesak dan serius dengan Anda, Tuan
Muda.”
Lagi-lagi Trevor tertawa. “Bila demikian halnya, aku akan langsung saja ke pokok
permasalahannya.
Kau tahu perselisihan kami tidak akan berhenti sebelum Fulvia memilih seorang di
Fulvia tidak pernah mau memilih. Kami pun juga tidak dapat menentukan siapa yang
di antara kami.”
“Karena itulah kami ingin kau membantu kami,” kata Richie antusias.
tangan dalam
“Kami juga tidak ingin memaksamu bila kami mempunyai pilihan lain,” kata Trevor.
“Seseorang harus melakukan sesuatu sebelum sesuatu yang buruk terjadi,” timpal
Richie.
“Kurasa kita telah jelas,”Irvingberkata dingin, “Ini tidak ada hubungannya denganku.
Dan mengapa
pula harus aku? Kalian bisa mencari orang lain. Aku tidak berminat.”
mencampuri
urusan orang lain. Ia bukan orang yang suka campur tangan dalam affair orang lain.
Biarlah semua pria di dunia ini musnah hanya karena seorang wanita.
Irvingcukup puas dengan kehidupannya saat ini dan ia tidak tertarik untuk mencari
masalah maupun
Siapa yang tidak tahu mereka? Siapa yang tidak pernah mendengar cinta segitiga
mereka dengan
sepupu mereka?
Semua tahu. Semua pernah mendengar bagaimana kedua pria ini terus berebut
manis.
Irvingtidak tahu siapa gadis itu tetapiIrvingtahu seperti apa gadis binal semacam itu.
Irvingtidak pernah bertemu gadis itu tetapiIrvingtelah menjumpai banyak wanita seperti
itu.
Irvingtidak mengerti bagaimana kedua pria ini bisa terjerat oleh wanita seperti
itu.Irvingtidak yakin
kedua pria ini sadar mereka telah jatuh dalam perangkap gadis licik itu.Irvingpercaya
Wanita mana yang tidak tertarik untuk mencari seorang pria kaya yang dapat
menghidupinya dan
menghidupi impian-impiannya? Wanita mana yang tidak bangga atas pertengkaran dua
memperoleh dirinya?
Bila mereka tidak ada, mengapa banyak wanita yang rela menjadi selir raja? Mengapa
banyak wanita
yang rela menjadi simpanan pria lain? Mengapa banyak wanita yang suka berselingkuh
Di antara sekian wanita banyaknya wanita yang melintas dalam hidupnya, ada banyak
wanita yang
mereka mendekatinya.
Irvingjuga tidak segan menghabiskan malam bersama mereka. Apa pun yang kelak
memanfaatkannya untuk
Bukanlah masalah besar baginya untuk bermain dengan satu wanita di malam ini dan
berkencan
Irvingtahu kaum hawa itu akan rela melakukan apa saja hanya untuk mendapatkannya.
kharismanya yang
dirinya sendiri.
Dan mereka tidak tahuIrvingtidak akan pernah membiarkan dirinya jatuh dalam pelukan
mereka.
untuk terlbat
“Kami telah memutuskan hanya pria yang memahami wanita yang dapat memberikan
jawabannya pada
“Aku sungguh tersanjung. Sayangnya, aku tidak tertarik. Aku tidak berminat.”
“Jangan bersikap seperti itu,Irving,” bujuk Trevor, “Kau pasti dapat membantu kami.”
“Kau hanya cukup melihat bagaimana sikap Fulvia pada kami dan memberitahukan
pendapatmu pada
kami.”
“Aku tidak tertarik,”Irvingmenuju kursinya dan mengambil buku yang sedang dibacanya
sesaat
“Ini tidak akan merepotkanmu,” bujuk Richie, “Kau hanya perlu mengamati. Kau hanya
butuh
mengamati sikap Fulvia. Aku yakin ini tidak akan menyita waktumu.”
“Aku bahkan yakin kau akan bisa mendapatkan jawabannya dalam sekejap.”
“Tidak, aku tidak mengatakannya,” Trevor cepat-cepat membela diri, “Tapi dengan
pemahamanmu
terhadap wanita itu, aku yakin kau bisa mengetahuinya begitu kau bertemu Fulvia.”
Irvingmenatap tajam kedua pria yang berdiri di depan meja bacanya dengan antusias
itu.
Mereka begitu pasti ia akan dapat melihat siapa di antara mereka berdua yang lebih
dicintai sepupu
mereka itu.
Irvingtelah mengatakan berulang kali ia tidak berminat. Ia tidak tertarik untuk terlibat
dalam cinta
segitiga mereka. Ia tidak peduli cinta segi berapa pun yang dimiliki mereka.
Gadis yang jelas-jelas menikmati perseteruan di antara dua pria hanya untuk
memperebutkannya
Kedua pria ini benar-benar membuatnya tidak nyaman. Ia sudah mulai muak dengan
kehadiran mereka.
Irvingtahu kedua pria ini akan terus di sini mengganggunya selama ia tidak menyetujui
mereka. Maka
dengan terpaksa,Irvingberkata,
berbinar-binar.
keduanya dari
tempat ini.
Mereka bukanlah teman dekat tetapi mereka saling mengenal. Keluarga mereka telah
saling mengenal
sejak berabad-abad lalu. Dan kedua pria ini bersikap seolah-olah mereka adalah teman
akrab!
“Fulvia akan datang dalam pesta nanti,” terang Richie, “Kami akan memperkenalkan
kalian di pesta
itu.”
Irvingterkejut. Kedua pria ini tampaknya sudah merencanakan semuanya dengan baik
sebelum datang
“Kita akan berjumpa lagi dalam pesta nanti malam,” kata mereka sebelum
Kedua sepupu itu pasti tidak akan melepaskannya dengan mudah sebelum ia
menjawab pertanyaan di
antara mereka itu.Irvingtahu itu dan ia ingin segera cepat-cepat menyelesaikannya dan
kembali pada
kehidupannya yang tenang.
Dan sekarang, di sinilah ia berada, di antara dua sepupu yang mengapitnya seakan-
Fulvia menatapIrvinglekat-lekat.
“Anda tidak seperti yang saya dengar,” Fulvia tersenyum, “Tapi juga tidak jauh meleset
dari perkiraan
saya.”
Irvingtidak menanggapi.
“Sepertinya mereka mempunyai alasan mengenalkan Anda pada saya,” Fulvia menatap
kedua kakak
sepupunya.
“Benar,” Richie langsung menambahkan, “Apakah kau tidak suka mempunyai seorang
teman baru?”
“Kalian…,” Fulvia mendesah, “Kadang aku tidak mengerti apa yang kalian rencanakan.”
sepanjang pesta
berani itu.
ajakan itu.
hubungan
kalian?”
‘Kalian ingin aku segera menyelesaikan tugas?’ pikirnya sinis, ‘Jangan khawatir. Aku
“Dengan senang hati, Lady Fulvia,” ia membungkuk, meraih tangan Fulvia dan
menciumnya.
pria itu ke
lantai dansa.
“Terima kasih,” bisik Fulvia ketika mereka sudah cukup jauh bagi Trevor dan Richie
untuk mendengar
kata-katanya.
Irvingmengabaikannya.
“Anda membantu saya menyelesaikan masalah saya yang paling merepotkan,” Fulvia
menjelaskan.
Irvingmulai tidak mengerti arah pembicaraan gadis ini.
“Saya tidak akan tahu harus bagaimana menghadapi mereka berdua bila Anda tidak
muncul,” Fulvia
menjelaskan lebih lanjut, “Mereka akan mulai bertengkar bila Anda tidak muncul.”
Irvingmelirik tajam Fulvia. Seperti dugaannya, gadis ini tahu dan tampaknya ia masih
ingin terus
Fulvia melirik ke belakang. Ia melihat kedua kakak sepupunya itu sudah pergi dari
tempat itu.
“Terima kasih,” Fulvia menarik tangannya dari sikuIrving, “Dari sini saya sudah bebas.”
“Apa yang akan kau lakukan?” kata-kata itu terlompat begitu saja ketikaIrvingmelihat
“Saya rasa saya akan pulang,” kata Fulvia, “Saya tidak ingin berlama-lama di sini.”
Irvingtidak mengerti.
“Sekali lagi, terima kasih, M’lord,” Fulvia memberi hormat lalu ia berbalik meninggalkan
tempat itu.
Kedua kakak sepupunya itu telah menghilang dalam kerumunan para tamu.
benar-benar melupakannya. Davies juga sibuk menemani Lady Margot. Sementara itu
tugasnya
menemani kedua orang tuanya dan menghormati sang tuan rumah dengan datang ke
Kini ia telah berada jauh dari Hall tempat di mana pesta itu diselenggarakan. Serambi
tempatnya
berdiri juga sepi tetapi ia tetap dapat mendengar langkah-langkah kaki yang berat di
belakangnya.
Irvingjuga tidak mengerti mengapa ia mengikuti gadis itu. “Kurasa aku telah berjanji di
depan kedua
Fulvia melihat ke dalam gedung. “Mereka tidak akan suka melihat Anda berada di luar
bersama
saya bisa
pulang sendiri.”
“Jangan khawatir,” Fulvia tersenyum, “Kereta kami akan mengantar saya pulang.”
pulang sendiri
belakang.
Irvingberbalik.
perasaan tidak
mempunyai
masalah dengan pria itu tetapi pria itu seakan-akan ingin menghitung dendam di antara
mereka.
kedua sepupunya
pagi ini. Ia sadar pria itu akan membawa bahaya pada Fulvia tapi kedua sepupu itu
Davies dapat memastikan keduanya tidak akan peduli selama mereka tahuIrvingakan
dapat membantu
“Kau tidak pantas mengatakan hal itu. Kau tidak mengenal Fulvia,” Davies terang-
terangan
menunjukkan kekesalannya.
Davies dalam
kedongkolannya.
Bila kedua sepupu itu tidak menyadari bahaya yang dibawaIrving, maka Davies lah
satu-satunya orang
adiknya.
“Adaapa, Davies?”
Davies berbalik.
“Aku perlu mengurus suatu masalah,” kata Davies sambil menggiring wanita itu kembali
ke dalam.
Sepanjang pagi ini ia telah berkeliling Unsdrell dan terus mengelilinginya tetapi ia masih
belum
Fulvia telah membalik-balik semua buku yang dirasanya dapat memberinya ide di
Ruang Buku.
Fulvia telah mengamati setiap lukisan yang dilaluinya untuk mendapatkan ide darinya.
Fulvia telah berkeliling taman untuk melihat andai ada tanaman yang dapat
Setiap sudut Unsdrell telah ditelitinya tetapi Fulvia masih tidak tahu harus memberi
kedua orang tuanya pada ulang tahun pernikahan mereka mendatang. Ia ingin memberi
suatu hadiah
istimewa untuk keduanya tetapi ia tidak tahu apa.
Davies, kakaknya yang tidak peka itu tidak akan mengerti keinginannya ini.
“Untuk apa kau pusingkan hal semacam itu? Kulihat Papa dan Mama tidak kekurangan
apa pun.”
Bahkan Fulvia tidak akan kaget bila kakaknya lupa ulang tahun pernikahan orang tua
Fulvia juga tahu mereka tidak kekurangan apa pun. Tetapi ia tetap ingin memberikan
sesuatu yang
Fulvia terkejut.
lama.
“Kau maksud Trevor dan Richie?” tanya Fulvia. “Tidak. Aku tidak sedang memikirkan
mereka.”
“Kukira kau sedang berpikir mengapa mereka berdua tidak muncul hari ini.”
“Aku hampir saja melupakan mereka kalau kau tidak mengingatkanku,” Fulvia menahan
tawa gelinya,
“Kau benar. Tidak biasanya mereka tidak melaporkan diri hingga siang.”
“Aneh. Tidak biasanya mereka absent seperti ini,” Fulvia menatap kakaknya, “Kau tahu
apa yang
“Rasanya aku lebih tahu sesuatu telah terjadi padamu,” Davies menjawab tenang,
“Kau terlalu curiga, Davies,” Fulvia mengelak, “Katakan, Davies, apakah kau tahu bulan
depan ada
“Apa?”
“Tidak ada,” Fulvia melalui kakaknya sambil melambaikan tangan, “Aku tidak
mengatakan apa-apa.”
“Kau kira aku percaya?” Davies menangkap pinggang gadis itu dan menggelitiknya.
“Aku hanya akan berhenti bila kau mengatakan apa yang ada dalam pikiranmu itu.”
kakaknya dengan
Fulvia tersenyum nakal. “Kau adalah pria yang paling tidak peka yang pernah kutemui.”
“Aku mengkhawatirkanmu dan kau mengatakan aku tidak peka,” Davies merujuk,
Fulvia mendekatkan wajahnya. “Ya, kakakku sayang,” ia mencium pipi Davies lalu
berlari
menghindari kakaknya.
Fulvia melihat pria penolongnya dengan heran. “Richie? Mengapa kau di sini?”
sini.”
“Tidak biasanya kau muncul di siang hari seperti ini,” Davies memberikan penjelasan
lebih lanjut.
“Paman Graham benar, Richie,” Davies membela Earl Graham, “Sudah saatnya kau
bersikap lebih
“Bagaimana denganmu?” Richie tidak dapat menerima pendapat Davies itu, “Kau juga
satu-satunya
penerus ayahmu dan kau masih saja senang bercanda dengan Fulvia.”
“Lagipula, Richie, aku jauh lebih muda darimu,” Davies menambahkan dengan senyum
penuh
kemenangan.
“Kau hanya lebih muda tiga tahun dariku. Tidak lebih dari itu,” Richie yang paling tua di
antara ketiga
“Setelah mengurus
“Tidak, Davies. Jangan mencurigai kami seperti itu. Kami sudah berjanji padamu.”
sudah muncul.”
“Entahlah,” kata Richie, “Aku tidak mendengar apa yang terjadi padanya. Tetapi, apa
“Ia pria baja,” Fulvia sependapat, “Mungkin ia mempunyai urusan keluarga. Kuharap
tidak terjadi
“Jangan katakan padaku kalian masih belum mengalami perkembangan apa pun,”
Richie merangkul
Mata Davies tidak pernah terlepas dari Lady Margot. Ia juga tidak menghiraukan Fulvia
berada di sisinya. Hal itu cukup membuat Fulvia menyadari perubahan yang terjadi
pada kakaknya.
Davies tidak pernah menunjukkan perhatian khusus pada satu wanita. Ia bahkan dapat
dikatakan tidak
mengerti wanita. Tetapi, ia rela melakukan apa saja untuk adiknya tercinta, Fulvia.
Trevor juga Richie yang selalu kesal karena Fulvia lebih suka memilih Davies daripada
mereka, juga
menyadarinya. Dan sebelum Fulvia melakukan apa pun untuk kakaknya itu, kedua pria
Lady Margot.
Mereka membawa Lady Margot menemui Davies dan itulah awal perkenalan mereka.
Sejak itu pula Fulvia menyadari ia tidak lagi mempunyai orang ketiga yang dapat
dipilihnya demi
berjalan
beriring-iringan di koridor.
“Richie!” Countess gembira melihat pria itu muncul, “Kupikir hari ini kau tidak datang.”
“Aku dapat mengerti apa yang dikhawatirkan Graham,” kata Countess, “Dan aku
sependapat
dengannya.”
Richie mulai melihat gelagat yang tidak enak dan ia menjadi was-was.
“Aku tidak pada tempatnya untuk menceramahimu,” Countess membuat Richie lega,
“Aku yakin
“Ia mengkhawatirkanmu,” Countess Kylie menghibur. “Kau mau makan siang bersama
kami, Richie?”
“Baru saja aku menduga kau akan melewatkan acara makan siang di sini, Richie,”
“Sebaliknya, Davies, orang tuaku pasti mengira aku sakit bila aku pulang rumah untuk
makan siang.”
“Rasanya ada yang kurang bila tidak ada Trevor,” gumam Fulvia.
“Di mana Trevor?” Count yang baru menyadari kekurangan anggota keluarga mereka di
meja makan
“Bagaimana mungkin aku melewatkan hari tanpa melihatmu, Fulvia,” Trevor mencium
pipi Fulvia.
“Mereka bertengkar lagi,” katanya, “Kali ini masalahnya benar-benar parah. Lewis
pulang malam
sambil mabuk dan pelayan mengatakan ia melihat Lewis pergi bersama seorang wanita
sebelumnya. Pagipagi
Countess mendesah panjang. “Aku sungguh tidak mengira Lewis akan berubah seperti
ini. Dulu ia
“Rasanya aku ingin mencekik pria sial itu,” Trevor geram, “Ia hanya bisa membuat
Audrey sedih.”
“Ia sudah lebih baik,” jawab Trevor, “Sekarang Mama ada bersamanya.”
Audrey adalah wanita cantik yang baik hati. Fulvia sangat menyayangi dan mengagumi
wanita yang
lebih tua dua belas tahun darinya itu. Audrey sering menjaga dan merawatnya ketika ia
Enam tahun yang lalu, Audrey menikah dengan anak seorang pedagang kaya. Cinta di
antara keduanya
begitu besar hingga Count of Garfinkelnn langsung merestui Audrey ketika mereka
berniat menikah.
Seperti halnya yang lain, Fulvia menyayangi Lewis, kakak sepupu iparnya yang baik
sebuah pernikahan.
Sayangnya, bahtera rumah tangga mereka yang bahagia itu tidaklah bertahan lama.
Setahun yang lalu mereka mengalami musibah. Kebakaran hebat melalap rumah
mereka. Hingga
sekarang tidak ada yang tahu pasti apa penyebabnya tetapi ada yang mengatakan itu
semua karena
Dalam kebakaran itu, mereka kehilangan harta bendanya dan juga orang tua Lewis.
Kata orang-orang,
orang tua Lewis tewas terbakar karena ingin menyelamatkan Audrey dan bayi dalam
kandungannya.
Lewis yang saat itu berada di luar negeri untuk kepentingan usaha keluarga mereka,
menyalahkan diri
atas musibah itu. Perasaan bersalah ditambah kerugian yang harus ditanggungnya atas
musibah itu
Semenjak saat itulah Lewis menjadi suka mabuk-mabukan dan bermain perempuan.
Setiap hari ia
Trevor bahkan pernah memaksa Audrey untuk pulang bersamanya. Tetapi, Audrey
bersikeras untuk
Mereka tahu tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk Audrey selain terus
memberikan dukungan.
“Davies, kau tidak akan seperti itu bukan?” Fulvia bertanya penuh harap. “Aku akan
sangat
“Jangan khawatir, Fulvia,” kata Trevor tersenyum simpul sambil melirik Davies, “Davies
tidak akan
kakakmu.”
“Bukankah itu adanya?” Trevor membela diri, “Kulihat kau benar-benar tidak peka
terhadap wanita.
Kau bahkan tidak pernah mengajak Lady Margot keluar. Kau benar-benar tidak
mengerti wanita.”
“Kurasa hal itu tidak mungkin,” Fulvia berkata pelan, “Lady Margot menyukai Davies
karena ia
seperti itu.”
“Fulvia, maukah kau menemaniku melihat keadaan Audrey,” suara Countess Kylie
berlomba dengan
tawa riang kedua sepupu itu, “Kita bisa sekalian pergi berjalan-jalan bila kau mau.
“Aku adalah ibumu,” Countess tersenyum bangga, “Bagaimana mungkin aku tidak tahu
apa yang
dipikirkan olehmu?”
“Apakah kita bisa mengajak Audrey pula?” tanya Fulvia, “Kurasa ia jauh lebih
membutuhkan udara
“Tentu,” jawab Countess, “Mungkin kita juga bisa mengajak Horace dan Yolanda.”
Fulvia langsung menoleh pada para pria di ruang itu, “Kalian mau ikut?”
Sepeninggal mereka,
“Tidak bila kaum wanita itu pergi bersama-sama,” jawab Richie ringan. Lalu ia melirik
Trevor,
“Oh, kau mau mulai lagi?!” Richie langsung berdiri, “Katakan saja kalau takut pergi
bersama mereka.”
“Jangan menuduhku! Kau sendiri juga tidak mau pergi bersama mereka.”
“Pengecut!”
“Apa kau juga bukan seorang pengecut!? Kau takut pada mereka, bukan?”
Count Clarck tersenyum geli. “Tentu akan sangat menakutkan bila pergi bersama-sama
mereka,” Count
berdiri, “Aku tidak ingin membuang waktu dan tenagaku hanya untuk berkeliling
mereka.”
Davies yang sudah tidak ingin lagi menghentikan kedua sepupu yang suka bertengkar
ayahnya. Di
pintu, Davies berbalik dan berkata tenang, “Rapikan kembali Ruang Makan bila kalian
selesai.” Dan ia
Makan.
“Kurasa kali ini yang lebih menakutkan adalah mereka,” Davies menyimpan tangannya
di dalam saku
celananya.
“Aku sudah bosan,” keluh Davies, “Biarkan saja mereka berkelahi sampai mereka
puas.”
“Akrab? Mereka?” Davies bertanya heran, “Kurasa tidak. Dunia pasti sudah terbalik bila
mereka
saling berangkulan.”
-----0-----
“Terima kasih kalian mau datang,” Audrey tersenyum bahagia tetapi itu tidak dapat
menutupi guratanguratan
kesedihan di wajahnya.
“Aku senang melihat kau sudah lebih baik,” kata Countess Kylie.
“Terima kasih, Bibi Kylie. Saya sungguh merepotkan kalian.”
“Jangan kaupikirkan itu. Lagipula anak gadisku juga memerlukan udara segar.”
“Tidak ada,” Fulvia tidak ingin memberitahu seorang pun di antara mereka, “Aku hanya
berkeliling
“Kalau kau melihat muka seriusnya pagi ini, kau akan sependapat dengan kami.”
“Audrey,” Fulvia cepat-cepat mengalihkan perhatian, “Apakah kau mau ikut keluar
bersama kami?”
“Kami datang bukan tanpa tujuan, Audrey,” Countess Yolanda mengingatkan, “Kami
datang untuk
membawamu keluar. Kau perlu melupakan segala masalahmu itu untuk sejenak.”
“Mengurung diri sepanjang hari di sini tidak akan memecahkan masalahmu dan hanya
akan merusak
Begitu Audrey siap, mereka berlima berjalan kaki ke pusatkota. Greenwalls tidaklah
jauh dari
Fulvia mengawasi Greenwalls ketika mereka bergerak meninggalkan rumah besar yang
terbakar habis
keluarganya Earl of
Ousterhouwl maupun kediaman dua keluarga yang lain. Sebelum terbakar, rumah itu
tampak sangat
menawan dan sekarang, setelah musibah itu, bangunan mewah itu tampak begitu kotor
Lewis
menolaknya. Audrey juga tidak dapat berbuat apa-apa atas kekeraskepalaan suaminya
itu.
Walaupun demikian, orang tua Audrey secara diam-diam telah mengutus beberapa
orang untuk
tetapi ia tidak
dapat melarang orang tua Audrey untuk melakukan sesuatu demi putri mereka.
Audrey mengetahui apa yang dilakukan ayahnya itu tetapi tidak pernah mengatakannya
pada Lewis. Ia
hanya meminta ayahnya untuk tidak melakukannya secara mencolok. Audrey tidak
karena itu
pulalah ia hanya melakukan apa yang ia rasa penting dan harus segera dilakukan.
Lewis yang terpuruk oleh beban yang dibuatnya sendiri, tidak menyadari perubahan
yang terjadi di
Penolakan Lewis untuk bangkit dari rasa bersalahnya membuat Audrey semakin sedih.
Audrey
semakin hancur ketika Lewis lari ke minuman keras dan mulai bermain wanita di
luarsana.
selalu terbuka
untuknya. Tetapi, Audrey tetap memilih untuk mendampingi pria pilihannya itu.
Walau Lewis telah menyakitinya sedemikian rupa, Audrey tetap berlapang dada. Malah
ia sering
“Aku percaya suatu hari nanti ia akan kembali pada Lewisku yang dulu. Aku percaya ia
akan berhasil
Audrey selalu dan selalu membela Lewis tak peduli apa pun yang dilakukan suaminya
itu.
Fulvia berharap ia bisa melakukan sesuatu untuk Audrey, tetapi ia sadar ia masih
memahami permasalahan rumah tangga mereka. Apa yang bisa dilakukan Fulvia
Hari ini mereka tidak mempunyai tujuan pasti. Mereka hanya berjalan sesuai arah kaki
mereka
melangkah. Mereka juga tidak membeli apa-apa. Mereka hanya terus berkeliling dan
berkeliling sambil
bercakap-cakap. Sesekali mereka berhenti untuk melihat benda yang menarik perhatian
mereka. Sesekali
pula mereka memasuki tempat yang menurut mereka menarik. Mereka menikmati
Audrey juga tampak gembira seakan-akan ia tidak mempunyai masalah apa pun.
melewatkan waktu
seorang pelayan
Greenwalls untuk memberi kabar pada Kepala Rumah Tangga Osbesque bahwa
malam disana. Selain itu, Countess Horace juga meminta semua keluarga Ousterhouwl
dan Silverschatz
berkumpul di rumahnya.
Mata Fulvia langsung mencari asal suara yang menarik perhatiannya itu.
piringan kayu.
Ia tahu! Akhirnya ia tahu apa yang akan diberikannya untuk orang tuanya. Fulvia tahu
Fulvia terkejut. Ia melihat ibunya dan yang lain telah beberapa meter di depannya itu.
“Sudah waktunya kita pulang, Fulvia,” Countess Horace mengingatkan. “Aku telah
meminta pelayan
“Aku datang.”
Pada saat yang bersamaan, seseorang muncul dari dalam toko tempat Fulvia melihat
Fulvia terkejut. Kemunculan pria itu begitu mendadak hingga Fulvia tidak dapat
menghentikan
langkahnya sebelum ia menabrak pria itu.
Sepertinya pria itu juga tidak menyadari keberadaan Fulvia tetapi ia cukup tangkas
untuk menahan
“Terima kasih,” Fulvia memegang hidungnya yang sakit oleh tabrakan tidak terduga itu.
Mata hijau wanita itu menatapIrvingpenuh perhatian lalu ia menatap tidak suka pada
Fulvia bahkan
Fulvia tiba-tiba sadar keluarganya sedang menantinya. “Maafkan saya, M’lord,” Fulvia
membungkuk
“Tidak apa-apa, Mama. Sungguh aku tidak apa-apa,” Fulvia merangkul tangan ibunya.
Mata dinginIrvingterus menatap tajam gadis yang terus menjauh bersama ibunya itu.
Apakah ini rencana mereka? Rencana mereka untuk memaksanya terlibat dalam
hubungan cinta
segitiga mereka?
Irvingmembuang muka. Ia tidak tertarik untuk terlibat dengan mereka bertiga. Ia tidak
suka pada
Davies yang terus mengawasinya sepanjang malam kemarin seperti polisi yang sedang
mengawasi
Semua anggota ketiga keluarga itu berkumpul dalam satu meja makan besar dan
bercakap-cakap
Walaupun tidak ada musik yang mengalun lembut, tidak ada hiasan-hiasan indah
baju mewah, Fulvia merasa sangat gembira. Bahkan ia merasa acara semalam jauh
Hubungan ketiga keluarga ini sangatlah dekat. Orang-orang mengatakan, di mana ada
keluarga
Walaupun tidak jelas bagaimana hubungan saudara mereka, Fulvia tahu ia masih
berkerabat dengan
dua keluarga yang lain. Tapi bukan itulah satu-satunya alasan kedekatan hubungan
orang tua dalam ketiga keluarga itu adalah sahabat sejak lama. Dan anak-anak mereka
sama lain.
Audrey yang paling tua di antara mereka sudah merupakan kakak bagi mereka
berempat.
Ketiga putra dalam tiga keluarga itu adalah teman sepermainan semenjak kecil. Usia
mereka yang
terpaut tidak jauh, membuat mereka dapat saling memahami. Begitu dekatnya
Dan, Fulvia, yang paling muda dalam ketiga keluarga ini adalah adik yang paling
disayangi
keempatnya. Begitu sayangnya mereka pada Fulvia hingga Trevor selalu bertengkar
mendapatkan Fulvia.
Tidak ada yang menganggap serius pertengkaran kedua sepupu itu kecuali Davies.
Bagi ketiga pasang orang tua itu, Davies cemburu karena ia tersingkirkan dalam
persaingan keduanya.
Audrey sudah mulai mengenal cinta ketika pertengkaran itu dimulai dan ia telah
pertengkaran antara Trevor dan Richie semakin jelas. Audrey terlalu repot untuk
mengurusi pertengkaran
Fulvia sendiri tidak pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri pertengkaran itu.
Walaupun begitu,
Fulvia tahu ia tidak pernah menganggap kedua kakak sepupunya itu serius
terhadapnya. Ia menyayangi
mereka seperti kakaknya dan ia tidak akan pernah jatuh cinta pada seorang di antara
dan selalu mengatakan itu pada mereka tapi keduanya tidak pernah sungguh-sungguh
mendengarnya.
Mereka bercakap-cakap hingga larut malam dan mereka mungkin akan terus bercakap-
cakap hingga
pagi bila bukan karena Fulvia teringat ia masih mempunyai rencana esok hari.
Fulvia tidak akan mengatakannya pada mereka. Ia tidak akan membiarkan seorang pun
terutama kedua
akan
Semalam Fulvia telah memutuskan dan pagi ini ia sudah tidak sabar untuk segera
membelinya.
Ulang tahun pernikahan orang tuanya memang masih sebulan lebih lagi tetapi Fulvia
pilihannya dibeli oleh orang lain. Fulvia ingin segera membeli dan menyimpannya
Tetapi untuk dapat membelinya tanpa sepengetahuan orang tuanya, Fulvia perlu
Ketika itulah ide itu datang dengan tiba-tiba. Ia bisa menjenguk Audrey setelah
membelinya dan
Pagi itu Fulvia meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk menemui Audrey. Fulvia
tidak ingin
Trevor maupun Richie tiba sebelum ia pergi. Untunglah kedua orang tuanya tidak
Kereta keluarga mereka telah menanti di depan pintu ketika Fulvia tiba.
“Aku ingin pergi kekotadulu,” bisiknya pada kusir kuda yang tanpa bertanya langsung
mengantarnya
Selangkah lagi Fulvia akan memasuki toko itu ketika pikiran itu tiba-tiba datang
padanya.
Tahun lalu ia membeli sebuah lukisan yang indah untuk mereka. Dan tahun
sebelumnya ia membelikan
orang tuanya sebuah hiasan yang cantik. Tahun-tahun sebelumnya ia juga membelikan
sesuatu untuk
mereka.
tuanya?
Orang tuanya memang telah memberikan uang tersendiri untuknya tetapi uang itu tetap
uang mereka.
Fulvia termangu.
Kotak musik yang cantik itu akan menjadi semakin istimewa bila ia membelinya dengan
uang hasil
setuju dengan
idenya ini. Davies juga pasti akan menganggapnya gila. Lagipula siapa yang akan
mempekerjakan seorang
seorang bangsawan wanita harus bisa. Ia bisa bermain piano dengan indah. Ia bisa
yang indah. Ia juga mempunyai tata karma yang tinggi. Ia bisa berjalan elok
Tetapi keluarga
Fulvia termangu.
Fulvia melihat sekelilingnya. Ia bukan bagian dari tempat ini. Ia adalah bagian dari
kalangan atas
bukan kalangan menengah ataupun kalangan bawah. Tidak akan ada seorang pun
yang bersedia
mempekerjakannya.
Fulvia berkeliling seiring langkah kakinya. Ketika Fulvia menyadari ia telah berjalan
Fulvia mencium bau wangi roti dari dalam tempat itu. Wangi itu benar-benar
memikatnya dan
Tiba-tiba terpikir oleh Fulvia untuk membeli beberapa potong roti untuk Audrey. Dengan
hati riang,
“Selamat pagi, Nona,” sambut sang penjaga, “Anda ingin membeli roti?”
Fulvia akan memberikan 2 potong untuk Audrey dan ia akan menyimpan sepotong yang
lainnya untuk
keluarganya.
Pintu di dinding barat ruang sedang itu terbuka dan seorang anak kecil keluar dalam
keadaan telanjang
tangannya, “Jangan
berlari-lari!” lalu wanita itu menoleh pada pria di depan Fulvia, “Brent! Bantu aku
sekarang juga!”
Pria yang dipanggil Brent itu segera menangkap putranya yang mulai membuat
kekacauan di tempat
kerjanya sementara itu wanita muda itu bergegas masuk ke dalam ruangan.
“Sudah kukatakan kita harus mencari seseorang untuk membantu kita,” terdengar
“Aku tidak bisa melakukan ini semua seorang diri. Aku harus merawat Tim, menjaga
Sammy,
kewalahan.”
“Aku tahu,” Brent mendudukan putranya dengan paksa kemudian mengenakan baju
padanya, “Kita
seseorang?
Brent menatap Fulvia lekat-lekat. Ia memperhatikan Fulvia dari atas mulai dari bawah.
“Saya melihat Anda tidak membutuhkan uang, Nona.”
Fulvia kecewa. Ia sudah dapat menduga penolakan pria itu tetapi ia tidak akan
“Ya, Anda bisa mengatakannya seperti itu tetapi itu juga tidak sepenuhnya benar. Saat
sekali mencari uang dengan jerih payah saya untuk membeli hadiah.”
“Ya, saya ingin membeli hadiah yang istimewa untuk kedua orang tua saya,” Fulvia
menjelaskan,
“Bulan depan adalah ulang tahun pernikahan mereka dan saya ingin memberikan
dari sebelumnya.”
Brent mengamati Fulvia. “Saya rasa Anda tidak mengalami kesulitan untuk membeli
“Hebat!” pekik gembira Jehona itu membuat Fulvia terkejut. “Jadi Anda ingin
mengumpulkan uang
“Ya,” Fulvia kebingungan melihat wanita itu tiba-tiba mendekatinya dengan penuh rasa
ingin tahu.
“Ini luar biasa!” Jehona berseru gembira, “Saya membutuhkan seseorang untuk
“Jehona! Kita tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai seorang pekerja pun!”
Brent menegaskan,
“Lagipula apa kau tidak dapat melihatnya! Ia tidak cocok melakukan pekerjaan kasar.”
“Tidak mengapa, Brent,” kata Jehona gembira, “Aku tahu. Ia cukup membantuku
“Jehona!”
“Jangan khawatir, Tuan Brent,” kata Fulvia, “Saya tidak membutuhkan banyak uang.
saya beli juga tidak mahal. Saya juga mempunyai waktu cukup sebelum hari ulang
tua saya itu. Anda tidak perlu merasa terbebani untuk membayari saya. Berapa pun
“Anda tidak cocok berada di sini dengan gaun seperti itu,” katanya kemudian.
“Besok Anda akan mulai?” Jehona bertanya lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri.
“Besok Anda bisa datang kurang lebih pada waktu yang sama seperti saat ini,” kata
Brent.
“Terima kasih, Tuan Brent,” Fulvia gembira, “Saya rasa ada sesuatu yang belum Anda
berikan pada
saya.”
Brent bertanya-tanya.
“Anda belum memberi saya tiga potong roti yang ingn saya beli.”
Fulvia langsung membayar roti-roti itu dan pergi ke rumah Audrey dengan gembira.
Jehona benar, ini benar-benar luar biasa. Baru saja ia bingung bagaimana
membeli hadiah bagi orang tuanya ketika ia mendapatkan kesempatan itu. Fulvia
Sekarang Fulvia harus memikirkan alasan meninggalkan Unsdrell untuk esok dan
seterusnya. Fulvia
yakin ini akan lebih mudah. Ia bisa mengatakan pada orang tuanya bahwa ia ingin
tidak setuju
dengan keinginannya ini tetapi setelah ia menjelaskannya, Audrey pasti dapat mengerti
keinginannya ini.
Seperti yang diperkirakan Fulvia, Audrey tidak setuju dengan rencananya itu.
“Aku tidak setuju!” kata Audrey tegas, “Aku tidak akan pernah membiarkanmu
melakukan itu!”
“Tapi, Audrey,” pinta Fulvia, “Aku tidak melakukan sesuatu yang salah. Aku hanya ingin
membeli
“Aku tidak setuju, Fulvia. Apa yang akan dikatakan orang tuamu terutama kakakmu bila
ia
mengetahuinya?”
“Tidak, Audrey, ini bukanlah rencana gila. Aku hanya ingin membeli hadiah yang
istimewa untuk
orang tuaku. Selama ini mereka telah merawatku dengan jerih payah mereka. Apakah
Audrey terdiam.
“Kumohon, Audrey,” pinta Fulvia, “Kau tidak perlu melakukan apa pun. Kau hanya perlu
membantuku
menutupi alasanku ini. Aku yang akan menanggung semuanya.”
Fulvia tersenyum gembira. “Terima kasih, Audrey,” ia memeluk wanita itu, “Aku tahu
kau akan
membantuku.”
“Aku tidak mau disalahkan bila mereka mulai mencium sesuatu yang janggal.”
Audrey mendesah panjang. Ia tidak tahu apakah yang dilakukannya ini benar atau
membohongi keluarganya.
Fulvia gembira. Ia sangat gembira. Dengan Audrey di belakangnya, Fulvia yakin Davies
tidak akan
curiga bila ia keluar rumah seharian setiap hari. Dan kedua kakak sepupu yang selalu
mengikutinya itu
pasti tidak akan bertanya panjang lebar. Mereka juga tidak akan memaksa untuk ikut
dengannya.
wanita dalam keluarga mereka. Mereka tahu kaum wanita dalam keluarga-keluarga
berbicara sendiri dan melupakan keberadaan mereka. Dan yang terparah, menurut
Begitu tiba di rumah, Fulvia langsung mencari-cari baju pelayan di Kamar Kerja, tempat
baju-baju
ia pergi
meninggalkan Unsdrell dan di toko kue itulah Fulvia akan mengganti bajunya dengan
baju pelayan
“Besok akan menjadi hari yang menyenangkan,” kata Fulvia pada dirinya sendiri
sebelum beranjak
tidur.
Fulvia benar-benar sudah tidak sabar untuk menanti pagi hari sehingga ia langsung
ke Greenwalls
lagi.”
“Lagi?!” Davies terperanjat. Mata Davies mengingatkan Fulvia akan kejadian kemarin
sepulangnya
Bukan omelan kedua pria itu yang membuat Davies ingin mendepak mereka keluar dari
Unsdrell.
Pertengkaran mereka itulah yang benar-benar membuat Davies kesal. Tetapi, tentu
memberitahu Fulvia tentang bagian ini. Davies tahu Fulvia pasti tidak suka
Richie juga pasti akan marah besar bila ia memberitahu Fulvia rahasia di antara mereka
berdua ini.
Sehari sebelumnya, mereka telah berjanji untuk tidak bertengkar hingga pria pilihan
mereka menjawab
pertanyaan mereka. Mereka sendiri berjanji untuk menahan diri hingga diketahui siapa
di antara mereka
Tetapi kemarin mereka telah melanggar janji mereka sepanjang hari kemarin.
“Maafkan aku, Davies,” pinta Fulvia, “Audrey membutuhkan teman dan aku telah
berjanji untuk
“Besok juga!? Dan besok besok besoknya lagi juga!?” Davies kaget.
“Fulvia benar,” bela Countess, “Saat ini yang diperlukan Audrey adalah teman bicara.”
“Apa yang harus kulakukan terhadap dua orang itu,” keluh Davies.
“Aku yakin kau bisa membantuku menjelaskannya pada mereka,” Fulvia tersenyum
penuh arti.
Davies menyerah. Ia tahu apa pun yang dilakukannya ia tidak akan dapat mencegah
sepupunya itu.
Fulvia juga telah memikirkannya. Semuanya akan lebih mudah bila ia menginap di
Greenwalls tetapi,
“Tidak, Papa. Lewis pasti tidak akan senang melihat aku berada disana.”
“Aku dapat mengerti itu,” kata Countess, “Ia pasti akan mencurigaimu dan mungkin
mengusirmu.”
kehadirannya di
adalah dulu.
mengusirnya.
“Tidak perlu, Mama,” Fulvia mencegah, “Aku rasa aku akan pergi sendiri kesana.”
“Aku akan merasa lebih bebas bila aku pergi sendiri. Aku bisa pulang sesukaku tanpa
perlu menanti
“Apa salahnya kita membiarkan Fulvia,” kata Count, “Greenwalls juga tidak jauh.”
Fulvia tidak pernah menduga menjaga seorang anak akan sangat menyenangkan.
Fulvia kewalahan menghadapi tingkah Tim. Anak lelaki berusia enam tahun itu tidak
mau diam.Adasaja
yang dilakukannya. Fulvia hampir putus asa karenanya.
Dorongan Jehona sangat membantu Fulvia mengatasi rasa putus asanya dan ia
Sepasang suami istri itu tidak mengetahui siapa Fulvia. Mereka hanya menduga Fulvia
adalah putrid
seorang pedagang kaya dan mereka tidak bertanya banyak. Di sisi lain, Fulvia juga
Awal mulanya, Fulvia merasa canggung berada dalam keluarga itu. Ia benar-benar
merasakan
perbedaan kehidupan mereka dengan keluarganya. Di sini tidak ada pelayan yang
Unsdrell.
Di hari pertama Fulvia menghabiskan waktu makan siang disana, Fulvia benar-benar
canggung. Ia
tidak pernah menghadapi santapan yang sederhana seperti ini. Di rumahnya, acara
acara yang panjang. Satu per satu makanan mulai dari sup pembuka hingga makanan
manis datang
bergantian dan sejumlah pelayan siap menanti di Ruang Makan untuk melayani
mereka. Sekarang di
depannya semua telah tersedia dan tidak ada pelayan yang akan membantunya
depannya itu. Tidak ada makanan pembuka maupun penutup. Fulvia sadar ia tidak
Suatu pagi Fulvia terkejut menyadari ia telah terbiasa dengan hidup sederhana mereka.
Fulvia sama
sekali tidak menduga ia bisa beradaptasi dengan cara hidup mereka dalam waktu
singkat ini.
keluarganya sendiri.
Walaupun mereka hidup sederhana, mereka selalu tampak bahagia. Fulvia menyukai
keluarga itu seperti ia menyukai suasana hangat dalam keluarganya ketika mereka
berkumpul bersama.
Walaupun kini Fulvia telah menjadi satu bagian dari keluarga kecil itu, ia tetaplah
berbeda dari
mereka. Setiap orang yang melihatgayabicaranya tahu ia adalah seorang yang
yang berpikir
Jehona sendiri juga tidak mengatakan apa-apa mengenai Fulvia kepada kawan-
gemar menghabiskan waktu untuk bergossip ria itu benar-benar mendukung keinginan
Fulvia untuk
membeli sebuah hadiah dengan hasil jerih payahnya. Ia bahkan memarahi setiap orang
yang mencurigai
identitas Fulvia.
memasuki
tempat itu dari pintu samping yang tersembunyi di dalam lorong kecil dan ia
tempat itu pula. Setiap hari ia menambatkan kudanya di pekarangan tetangga mereka.
Brent tidak mempunyai kuda tetapi tetangganya mempunyainya dan kepada mereka ia
mengatakan
sekali melakukan
sesuatu untuk mereka tetapi ia tidak tahu apakah itu. Fulvia dapat membeli baju bagus
Fulvia yakin mereka akan menolaknya. Fulvia bisa saja membawa makanan-makanan
Unsdrell, tetapi itu sama saja menghina masakan Jehona yang tidak kalah dari juru
juga bisa membawakan berbagai macam mainan untuk Tim juga si kecil Sammy, tetapi
setuju. Brent tidak ingin putranya terlalu dimanjakan dan ia lebih tidak ingin putranya
hanya bermain
tempat itu.
Suatu ketika Fulvia menyadari Tim tidak bisa membaca dan itu membuatnya terkejut. Ia
ingat ibunya
telah mulai mengajarinya membaca semenjak ia masih kecil, lebih kecil dari usia Tim
saat itulah Fulvia tahu apa yang dapat dilakukannya untuk mereka.
Awalnya Tim selalu menolak bila Fulvia mulai mengenalkan alphabet padanya. Ia juga
tidak suka
teringat masa-masa
Fulvia ingat ibunya mengajarinya dengan cara yang menarik dan cara itu pulalah yang
kemudian
digunakannya.
digunakan Countess
bergambar. Berbekal
benda-benda itulah ia menarik perhatian Tim dan kini Tim mulai dapat menikmati
pelajarannya.
Fulvia sangat gembira karenanya. Ia juga tidak segan menjanjikan hadiah bagi Tim
setiap kali ia
Brent tidak suka setiap kali Fulvia memberi mainan kepada Tim sebagai hadiah atas
keberhasilannya
tetapi kemudian ia tidak pernah menentang niat Fulvia. Ia mengerti Fulvia hanya ingin
mendorong
semangat Tim untuk terus maju. Perlahan ia mulai merasakan manfaat Fulvia disana.
Fulvia, si gadis kaya, benar-benar merepotkannya pada awal mulanya. Ia tidak terlalu
menyukai
keberadaan gadis kaya itu di rumahnya. Ia tidak menyukai sikap Fulvia yang jelas-jelas
menunjukkan
keheranannya melihat kesederhanaan hidup mereka. Tetapi gadis itu telah belajar
gadis kaya itu telah menjadi guru pribadi anaknya dan ia berterima kasih karenanya.
Jehona juga sangat gembira. Sekarang Tim jauh lebih pendiam. Ia tidak lagi banyak
bertingkah seperti
Fulvia untuknya.
Tim menjadi semakin tekun dan rajin karena Fulvia selalu memberikan hadiah padanya
atas
keberhasilannya walaupun itu tidak selalu berupa mainan. Apa pun bentuk hadiah
Fulvia sangat berterima kasih pada Audrey. Ia tidak akan mempunyai pengalaman yang
menyenangkan
seperti ini bila bukan karena kakak sepupunya itu. Fulvia merasa bersalah karena telah
membuat Audrey
tidak pernah
Brent untuk
“Bila Anda tidak keberatan, Tuan Brent,” kata Fulvia sopan, “Hari ini saya ingin pulang
lebih awal.”
“Baik,” Fulvia berdiri, “Saya mengerti.” Lalu ia berkata pada Jehona, “Ijinkan saya
meminjam kamar
Anda.”
“Silakan.”
“Ia anak yang baik,” Jehona berkata pada suaminya, “Ia banyak membantuku.”
“Ya,” Brent sependapat, “Ia juga telah membantu kita mengajari Tim. Kadang aku
merasa bersalah
“Tetapi ia sendiri juga tidak ingin dibayar terlalu tinggi,” Jehona mengingatkan, “Ia
sendiri yang
ingin bayaran
sesuai dengan harga kotak musik itu dan untuk itu ia bersedia untuk membantu mereka
selama sebulan
mendatang. Fulvia telah mengatakan pada mereka bahwa mereka bisa memberinya
mendatang sesuai dengan jumlah yang diinginkannya. Fulvia tidak ingin merasa
gajinya karena itu pula ia tidak pernah mengungkitnya lagi. Fulvia akan menanti saat itu
dengan sabar.
Setiap hari Fulvia selalu menyempatkan diri untuk melalui toko itu. Fulvia ingin
orang yang membeli kotak musik itu dan ia sendiri selalu berdoa agar tidak ada yang
mendahuluinya.
“Ya, Tim,” Fulvia berlutut di depan anak itu, “Aku harus melakukan sesuatu.”
“Ya,” Fulvia berjanji, “Aku akan membawa makanan manis untukmu bila kau mengulang
apa yang
“Aku janji.”
Anda yang lezat itu? Saya ingin memberikannya pada kerabat saya.”
“Tentu,” Brent langsung mengambil dua potong besar roti yang baru saja
panggangan.
“Tidak perlu,” Jehona cepat-cepat menahan tangan Fulvia, “Kau tidak perlu
membayarnya.”
Ia sudah tidak
rapat itu.
“Ah, Tuan Puteri, selamat datang,” pelayan itu memberi jalan pada Fulvia. “Sungguh
kebetulan sekali.
“Fulvia! Apakah itu kau? Aku mendengar suaramu!” seseorang berdiri di puncak tangga
menuju lantai
Audrey lega melihat Fulvia. “Aku baru saja akan menyuruh pelayan pergi ke Unsdrell,”
katanya.
“Ini lebih gawat dari itu, Fulvia,” Audrey tampak tidak sabar, “Davies, kakakmu tadi
datang.”
“Apa!?” Fulvia terpekik kaget. Ia sama sekali tidak menduga Davies akan datang ke
Greenwalls.
Celakalah sudah. Davies pasti telah mengetahui semuanya. Davies pasti akan
memberitahu orang
“Ia baru saja mengunjungi temannya dan ia mampir untuk melihatmu,” jawab Audrey.
“Apa yang dikatakannya? Engkau tidak mengatakan apa pun padanya, bukan?”
“Tentu saja. Aku pasti tidak ada di sini bila ia telah mengetahui semuanya,” canda
Audrey. “Aku
“Dan ia percaya?”
Fulvia lega.
Audrey menatap Fulvia lekat-lekat, “Fulvia, kurasa kau harus mencari alasan lain. Aku
terus menerus menutupi hal ini dari mereka. Kudengar Trevor maupun Richie juga
oleh kepergianmu ke sini. Cepat atau lambat mereka pasti akan tahu.”
“Jangan khawatir,” Fulvia meyakinkan, “Besok aku akan meminta mereka mengantarku
ke sini. Pasti
tidak melihat
Lewis?”
Raut wajah Audrey langsung berubah. “Aku tidak tahu. Semalam ia tidak pulang.”
Fulvia terkejut. Tiba-tiba saja ia merasa ia telah mencari topic pembicaraan yang salah.
“Jangan kau khawatirkan,” Fulvia mengbibur, “Aku yakin Lewis baik-baik saja.”
wanita itu,
“Aku punya banyak cerita yang ingin kukatakan padamu. Aku ingin kau tahu apa saja
yang kulakukan
selama ini.”
“Kau berhutang itu padaku,” Audrey segera terpancing oleh Fulvia, “Aku telah
membantumu menutupi
kebohonganmu.”
Fulvia tersenyum. Ia memang berhutang budi pada Audrey dan satu-satunya yang bisa
dilakukannya
adalah menceritakan pengalaman menariknya pada Audrey. Hanya Audrey yang tahu
apa yang
dilakukannya belakangan ini dan Fulvia ingin meyakinkan kakak sepupunya itu bahwa
ia tidak melakukan
Davies tidak bertanya apa-apa mengenai kepergiannya hari ini. Davies juga tidak
mengatakan apa-apa
pada kedua orang tuanya tentang kepergiannya dari Greenwalls dan itu sangat
melegakan Fulvia.
Hari ini, setidaknya, Davies percaya ia pergi kekotauntuk membeli sesuatu ketika ia
datang. Tetapi
besok atau lusa bila kejadian ini terulang lagi, Fulvia tidak yakin Davies akan percaya.
“Ya,” jawab Fulvia, “Aku telah berjanji pada Audrey untuk membawakan makanan
kesukaannya.”
“Pelayan bisa meminta kita mengirimnya kesana,” kata Davies, “Kau tidak perlu khusus
kesanauntuk
mengantarnya.”
“Aku telah berjanji pada Audrey,” Fulvia cepat-cepat memikirkan cara untuk meyakinkan
kakaknya,
“Aku telah berjanji pada Audrey untuk melihatnya hari ini. Kemarin malam Lewis tidak
“Apakah Audrey tidak memberitahumu?” tanya Fulvia, “Kemarin malam Lewis tidak
pulang dan ia
Fulvia cepatcepat
membenarkan ucapannya, “Kemarin aku pergi kekotauntuk membeli roti bagi Audrey.
Aku tahu
sebuah toko roti yang lezat dan aku pikir aku akan bisa membuat Audrey sedikit
melupakan kepergian
Lewis bila kami mempunyai sesuatu yang lezat untuk mengisi perut.”
“Aku harus segera pergi,” Fulvia ingin segera meninggalkan tempat itu sebelum ia
semakin
telah menantiku.”
“Fulvia.”
Fulvia terkejut.
“Berhati-hatilah.”
“Tentu,” Fulvia melambaikan tangan dan ketika kereta mulai bergerak meninggalkan
Unsdrell, Fulvia
merasa sangat lega. Ia tidak tahu harus berkata apa bila Davies melarangnya pergi. Ia
“Tak kusangka kau benar-benar muncul pagi ini,” komentarnya melihat Fulvia.
“Apa yang kaubawa itu?” tanya Audrey menatap keranjang di tangan Fulvia, “Kau tidak
membawa roti
Fulvia tertawa. Ia meletakkan pastry isi jamur kesukaan Audrey itu di meja.
“Apa boleh buat. Aku harus mencari cara untuk menghilangkan kecurigaan Davies.”
“Ya,” nada suara Audrey langsung berubah, “Ia baru pulang dini hari tadi dan sekarang
ia masih tidur
di kamar.”
“Tidak,” Audrey terlihat sangat sedih, “Kurasa ia tidak akan pernah memberitahuku.”
Fulvia turut bersedih melihat kakak sepupunya itu. “Aku sungguh ingin menemanimu
“Aku telah terlambat,” Fulvia menenteng keranjangnya, “Aku tidak ingin membuat
mereka
mencemaskanku.”
“Sendirian?”
“Jangan khawatir, Audrey. Tempat itu tidak jauh dari Greenwalls,” Fulvia menuju pintu.
“Sampai kapan kau akan terus begini? Aku tidak yakin aku bisa membantumu lebih
Davies sudah mulai mencium ketidakberesan di antara kita.” Audrey mengikuti Fulvia
ke pintu masuk.
“Jangan khawatir. Aku tidak akan melibatkanmu. Dua minggu lagi semua ini akan
“Aku pergi,” katanya lalu ia menatap Audrey, “Dan jangan berpikir terlalu banyak. Aku
pasti akan
Audrey terus berdiri di pintu masuk sampai Fulvia menghilang di jalan raya.
Sedikit lagi…
Fulvia tidak akan membiarkan rencananya ini rusak dan ia akan melakukan apa pun
demi keberhasilan
rencananya ini.
Semua orang pasti akan mengatakan ini adalah rencana paling gila dari seorang putri
bangsawan tetapi
bagi Fulvia ini adalah rencana yang hebat. Ia benar-benar menikmati rencananya ini
dan ia menyukai
pengalaman ini.
“Maafkan keterlambatan saya,” Fulvia muncul dengan senyum manisnya.
Brent keheranan melihat kedatangan Fulvia melalui pintu depan. “Kau tidak membawa
kudamu?”
“Ya,” jawab Fulvia, “Saya pergi ke rumah kerabat saya sebelum ke sini.”
“Fulvia! Fulvia!” seorang anak kecil berlari keluar, “Aku telah mengulanginya. Kau telah
berjanji
yakin kalian
akan menyukai kue almond ini.” Fulvia menatap bayi yang sedang tertidur nyenyak di
gendongan wanita
itu. “Sayang sekali kau masih tidak bisa memakannya, Sammy. Kalau kau sudah lebih
membawakannya untukmu.”
“Tidak, Tim,” kata Fulvia tegas, “Tidak sebelum kau mengulang apa yang telah kau
pelajari kemarin
padaku.”
Tim kecewa.
Tim dengan tidak sabar menanti gadis itu mengganti pakaiannya. Ia sudah tidak sabar
membacakan
buku yang telah dibacanya kemarin malam kepada Fulvia. Ia sudah tidak sabar
dibawa Fulvia.
Fulvia sangat mengerti keinginan anak itu dan ia menahan keinginan itu lebih lama lagi.
Begitu ia
mendengar Tim membaca buku dongeng itu dengan lancar, ia membiarkan anak itu
menghabiskan makanan
yang dibawanya.
Inilah awal kegiatan Fulvia di tempat itu. Semuanya berjalan seperti biasa tanpa ada
sesuatu yang
istimewa. Kalaupun ada itu karena Fulvia tengah memikirkan alasan baru untuk
meninggalkan Unsdrell.
Keriangan dan kelincahan Tim benar-benar membantu Fulvia untuk melupakan segala
kerisauan
terbongkar ini.
Tetapi ketika sore beranjak dan tiba waktunya bagi Fulvia untuk pulang, pikiran itu
kembali
menghantui Fulvia.
Fulvia meninggalkan tempat itu dengan senyuman tetapi tak lama setelahnya ia
kembali berkutat
Audrey benar ia sudah tidak bisa menggunakan cara ini untuk mengelabui Davies
terus-terusan. Ia juga
tidak bisa setiap hari membawa sesuatu untuk Audrey seperti pagi ini. Davies pasti
Tetapi, kurang dua minggu lagi dan semuanya akan selesai. Fulvia tidak dapat
dapat membiarkan seorang pun tahu. Fulvia harus memikirkan cara lain untuk
tepat yang tidak akan membuat keluarganya maupun kakak-kakak sepupunya curiga.
Kedua orang tuanya bukanlah masalah besar baginya. Count maupun Countess
Fulvia pergi menemani Audrey. Countess bahkan mendukungnya. Seperti yang pernah
dikatakan Countess
Greenwalls setiap
harinya.
Di sisi lain Davies yang sudah kewalahan oleh pertengkaran Trevor maupun Richie,
mulai
Greenwalls.
Jalan yang paling mudah adalah memberitahu Davies dan meminta dukungannya tetapi
cara yang paling tolol. Davies tidak akan pernah mengijinkannya melakukan ini.
Fulvia kaget. Keseimbangan tubuhnya langsung hilang oleh tubrukan keras itu dan
keranjangnya
“Apa yang kaulakukan di sini?” sepasang mata dingin itu menatap Fulvia.
“Apa yang kau tidak sadar kau membahayakan dirimu sendiri dengan melamun
sepanjang jalan,”
Nada-nada penuh peringatan itu mengingatkan Fulvia akan larutnya keadaan saat itu.
seorang wanita
pun di sisiIrving!
“Bila Anda berkenan, M’lord,” Fulvia berkata sopan, “Apakah Anda bersedia mengantar
saya
pulang?”
dugaannya.
“Kereta keluarga saya telah pulang dan saya tidak yakin saya dapat menemukan kereta
kuda untuk
membawa saya pulang sebelum hari gelap. Saya telah berkeliling di tempat ini tetapi
saya tidak
mengantarkannya ke
Greenwalls. Saat ini Fulvia juga sedang berpikir sambil mencari kereta kuda sewaan.
tidak bercakapcakap
hingga kereta kudaIrvingtiba di Unsdrell.
benar-benar tidak
sabar. Hari semakin larut. Langit kemerahan musim panas sudah mulai menggelap
Fulvia turun
“Terima kasih, M’lord,” kata Fulvia sambil tersenyum manis, “Saya akan sangat
menantikan
Mata Irving meruncing sementara itu mata Davies langsung membelalak lebar.
Irvingmenatap tajam gadis itu. Apakah ia mengatakan pada gadis ini bahwa ia akan
membawanya
Davies menatap tajam pria di sisi Fulvia. Apa yang akan dilakukan pria itu terhadap
Fulvia?
Irvingmerasakan tatapan curiga itu dan ia tidak menyukainya. Ia tidak suka cara Davies
menuduhnya
seperti ini. Davies tidaklah lebih tua darinya. Mereka seumur! Tetapi ia bertindak
di antara
Entah apa yang ada dalam pikiran gadis ini tetapiIrvingyakin ia mempunyai niat tidak
baik. Sesuatu
pada dirinya.
Irvingmemutuskan ia akan mengikuti permainan gadis ini. Ia akan membiarkan gadis ini
menduga
rencananya telah berhasil. Ia akan membiarkan gadis ini berpuas diri sebelum ia
menjungkirbalikkan
rencananya itu.
menantikan
Davies ingin sekali menjauhkan pria itu dari Fulvia dan menghajarnya.
Fulvia tersenyum gembira. Besok ia akan dapat pergi dengan bebas tanpa kecurigaan
Davies.
Pagi ini Fulvia tengah bersiap pergi kekotaketika pelayan datang memberitahukan
kedatangan seorang
pria yang tengah menantinya. Fulvia sangat bingung mendengarnya. Ia tidak
pun pagi ini. Fulvia tidak mengharapakan kedatangan Trevor maupun Richie pagi ini.
Hari Minggu yang lalu ketika mereka berdua datang, Fulvia telah menjelaskan pada
mereka posisinya
saat ini. Tentu saja ia tidak mengatakan semuanya pada mereka. Ia hanya
pergi kekotasetiap hari. Ia telah berjanji pada Audrey untuk menemaninya sepanjang
sepupu itu tidak gembira mendengar berita yang telah mereka ketahui dari Davies itu
tetapi mereka,
Kedua sepupu telah memberikan ijin mereka padanya. Bahkan mereka berkata dengan
kepergiannya
ini, mereka bisa lebih memusatkan diri pada kewajiban mereka sebagai calon pengganti
Davies yang telah mendengar lebih dahulu akan kedatangan pria itu telah berada
disanaketika Fulvia
tiba.
Davies berada
disana.
“Maaf. Saya kira kita akan berjumpa di tempat kemarin. Saya benar-benar tidak
Fulvia merasa ia benar-benar tidak tertolong. Mungkin inilah yang dikatakan satu
kebohongan akan
“Davies,” Fulvia mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta, “Aku akan pulang
sebelum makan
malam.”
“Ini semua gara-gara Trevor juga Richie,” Davies menggerutu sambil berjalan masuk.
yang pernah
memasuki hidupnya dan itulah sebabnya ia menemui pria itu sebelum Fulvia muncul.
Sekali lagi ia memperingatkan pria itu untuk menjauhi Fulvia tetapi pria itu malah
berkata dengan
yang mencarinya.”
Davies kesal. Ia ingin sekali melayangkan tinjunya di muka sinisIrvingtetapi Fulvia ada
disana. Fulvia
Davies tahu Fulvia paling tidak suka melihat pertengkaran. Trevor dan Richie juga
Mereka bertiga tidak akan pernah melupakan bagaimana Fulvia menemukan ketiganya
berkelahi
Kala itu mereka masih kecil. Mereka mempunyai kegemaran yang sama. Mereka
menyukai mainan
yang sama.
Biasanya, orang tua ketiganya akan membelikan mainan yang sama untuk
menghindarkan pertengkaran
di antara mereka tetapi kali itu lain. Kali itu Trevor menemukan sebuah kereta-keretaan
perhatiannya. Sayangnya mainan itu hanya satu dan tidak ada duanya. Trevor sudah
mainan sehingga orang tuanya tidak mempunyai pilihan lain selain membelinya.
Trevor yang sangat gembira dengan mainan barunya segera memamerkan mainan itu
pada kedua
sahabatnya.
Ketiganya menyukai mainan baru Trevor itu dan mereka berebut mainan itu sampai
berkelahi. Saat
Fulvia langsung menangis melihat ketiganya berkelahi dengan seru. Tangisan Fulvia
begitu keras
“Aku benci Davies! Aku benci Trevor! Aku benci Richie!” Fulvia terus menerus
mengucapkan kalimat
Seketika orang tua dari tiga keluarga itu langsung memarahi tiga anak lelaki itu. Mereka
menyalahkan
ketiganya atas tangisan Fulvia. Mereka menghukum ketiganya karena membuat Fulvia
menangis.
Davies tidak akan lupa bagaimana Fulvia menghindari mereka bertiga selama berhari-
hari setelah
peristiwa itu. Fulvia benar-benar membenci mereka dan ia telah memberikan hukuman
sinisIrving, ia pasti
telah melakukannya. Ia tidak akan melewatkan setiap kesempatan untuk berkelahi
Fulvia.
“Setidaknya,” Davies berpikir lanjut, “Kali ini mereka harus menanggung sendiri
akibatnya.”
Tetapi Davies kemudian berubah pikiran. Ia tidak akan memberitahu Trevor maupun
Richie tentang
kepergian Fulvia hari ini. Ia ingin menanti Fulvia. Ia ingin tahu apa yang
diperbuatIrvingpada adiknya. Ia
itu.
-----0-----
Fulvia tahu ia tidak bisa mendiamkan begini saja kesalahpahaman di antara mereka. Ia
harus
Fulvia terkejut.
kuda dan
di antara
kita.”
“Saya tidak berencana untuk mengajak Anda pergi,” Fulvia merasa bersalah, “Saya
hanya perlu
meninggalkan Unsdrell dan kemarin saya terpaksa berbohong pada Anda juga Davies.
mengijinkan saya meninggalkan Unsdrell pagi ini tanpa sebuah alasan yang jelas dan
“Saya perlu melakukan sesuatu yang penting,” jawab Fulvia tanpa menerangkan lebih
banyak,
Jawaban itu membuatIrvingsemakin ingin tahu apa yang sedang direncanakan Fulvia.
“Anda bisa menurunkan saya di tempat kemarin saya berjumpa Anda,” Fulvia
Jawaban itu tidak membuatIrvingpuas tetapi pria itu tidak bertanya lebih lanjut lagi.
Fulvia juga tidak berbicara lebih banyak lagi. Ia tidak ingin orang lain mengetahui
rencananya. Dua
minggu lagi dan rencananya ini akan berhasil. Sebelum itu, Fulvia tidak ingin orang lain
setelah Audrey
mengetahui rahasianya, rahasia kecil yang pasti akan membuat orang tuanya gembira.
tempat kemarin
mereka bertabrakan.
tempat itu
sampai kereta keluarga Engelschalf menghilang dalam hiruk pikuk pagi hari di
pusatkota.
Fulvia menutupi segala kegalauan hatinya dengan senyum. Fulvia tidak boleh dan tidak
dapat
bahaya rahasianya ini. Setidaknya, hari ini ia bisa lolos dari Unsdrell.
kerjanya.
Setelah memantapkan hati, Fulvia melangkah ke toko roti yang tak bernama itu.
“Hari ini kau juga diantar keluargamu?” sambut Brent melihat kedatangan Fulvia dari
pintu masuk.
“Ya,” Fulvia setengah membenarkan. Ia tidak ingin Brent mengetahui lebih banyak
tentang
masalahnya. Ia juga tidak ingin Jehona ikut mencemaskan keberhasilan rencananya ini.
Tanpa memberi
“Tak terasa waktu cepat berlalu,” komentar Jehona ketika Fulvia keluar dari kamarnya,
“Rasanya
seperti baru kemarin kau muncul di sini dan sekarang sudah dua minggu lebih kau
berada di sini.”
Fulvia tersenyum. Ia juga tidak pernah membayangkan waktu akan berlalu secepat ini.
Ia menikmati
saat-saat berada di antara keluarga ini. Sekarang setiap pagi ia merasa seperti pergi
menemui keluarganya
“Tidak, Tim. Untuk beberapa hari mendatang aku masih akan ada di sini.”
Fulvia tahu ia tidak akan bisa meninggalkan keluarga ini. Keluarga ini telah menjadi
bagian dari
baru.
Melalui keluarga inilah ia mengerti kebahagian adalah harta yang lebih berharga
dibandingkan uang
mana pun.
dapat diberikan
Fulvia telah sangat menyayangi keluarga ini hingga ia sendiri tidak tahu bagaimana ia
harus
Fulvia tidak tahu bagaimana tetapi saat ini ia tahu ia harus memikirkan cara untuk
menutupi
melihat kemajuan
yang diperoleh Tim membuatnya sangat puas. Setelah ia yakin Tim telah dapat
Fulvia telah mengenalkan angka dan huruf padanya sekarang ia ingin mengenalkan
ilmu pengetahuan
Setelah sekian lama mengajari Tim, Fulvia mengakui kecerdasan anak itu. Tim dapat
dengan cepat
menangkap dan menguasai semua yang diajarkan Fulvia. Dalam hatinya, Fulvia
tetapi tidak ada salahnya bila Fulvia menaruh harapan besar pada Tim.
Fulvia tidak pernah mengatakannya pada orang tua Tim. Ia hanya menyimpan
dirinya sendiri.
Sore itu Fulvia melenggangkan kaki ke jalanan. Sekali lagi ia memastikan kotak musik
yang
Melihat kotak musik itu masih mengalunkan nyanyian lembut dari dalam toko yang
sama, Fulvia
kau dibeli
orang lain.”
Setelah mengucapkan janjinya yang kesekian kalinya pada kotak musik itu, Fulvia
melangkahkan kaki
di jalanan pusatkota.
Hari mulai larut dan Fulvia tidak mempunyai waktu untuk berkeliaran dikotasambil
berpikir seperti
kemarin. Fulvia harus segera pulang atau keluarganya akan mulai mencemaskannya.
Baru saja Fulvia melangkahkan kaki ketika matanya menangkap sesosok pria yang
dikenalinya dengan
baik. Pertemuannya denganIrvingmemang barulah tiga kali tetapi itu cukup untuk
Pria itu tampak sangat mencolok di keramaian. Ia tampak berbeda dari yang lain.
keemasannya yang bersinar di bawah sinar matahari sore itu. Sesuatu memancar dari
Fulvia tersenyum. Sekarang ia tahu mengapa begitu banyak wanita yang bertekuk lutut
di harapan pria
itu. Ia mengerti mengapa masih begitu banyak wanita yang rela mengantri untuk
Irvingsungguh tampak menawan dan gagah di samping kereta kuda yang dikenali
kuda keluarga. Sepasang bola mata biru tuanya memandang dingin ke satu arah.
“Mungkin ia menanti teman kencannya,” pikir Fulvia dan bersiap meninggalkan tempat
itu.
Fulvia terkejut. Apakah Irving sedang berbicara padanya? “Anda menanti saya?”
Walaupun ia masih bingung, Fulvia membiarkan pria itu membantunya naik kereta.
Kebingungan
Fulvia masih juga tidak terjawab ketika kereta bergerak perlahan meninggalkan
pusatkotadan Fulvia
“Aku membawamu pergi dan aku berkewajiban memulangkanmu,” jawab pria itu
singkat.
Fulvia tersenyum.
“Bila Anda berkenan, apakah setiap hari Anda bisa menjemput saya di Unsdrell?”
“Semuanya akan lebih mudah bagi saya setelah meninggalkan Unsdrell,” Fulvia
tersenyum gembira.
membutuhkan bantuan
hanya
Irvingmemperhatikan raut memohon di wajah yang polos di wajah Fulvia itu. “Gadis
ingusan ini
rencana Fulvia,
“Setiap pagi di waktu yang sama dan setiap sore di tempat dan waktu yang sama,
bukan?’
Fulvia sangat puas. Ia ingin segera memberitahukan kabar gembira ini pada kakak
sepupunya. Ia ingin
Atas dasar keputusan itulah Fulvia berkata, “Besok sore Anda tidak perlu merepotkan
diri menjemput
saya.”
akan mencariku
bila terjadi sesuatu padamu. Aku akan menjemputmu seperti hari ini dan aku akan
mengantarmu ke rumah
kerabatmu itu”
Fulvia melihat kereta mulai memasuki pekarangan Unsdrell. Sesaat kemudian kereta
berhenti di depan
pintu masuk Unsdrell.
menghilang dari
pekarangan Unsdrell.
Hari ini Fulvia pulang sedikit lebih awal dari kemarin. Langit musim panas masih
kemerahan di ufuk
barat.
“Tidak, Tuan Puteri. Anda datang tepat pada waktunya. Kami baru saja akan
menyiapkan makan
malam.”
bersiap untuk
Fulvia sangat merindukan kedua orang tuanya. Rasanya sudah lama ia tidak bertemu
mereka.
tahun pernikahan
pulang ketika
masing-masing.
Kali ini Fulvia tidak dapat menceritakan kegiatannya sepanjang hari kepada Countess.
Mengatakan
Countess mengerti
“Inilah akibat kau terus meninggalkan Unsdrell sepanjang hari,” Davies menyalahkan.
“Paman Graham?” ulang Fulvia, “Apakah ada sesuatu yang terlewat olehku?”
“Banyak,” Davies berkata tajam, “Kau melewatkan omelan-omelan Trevor juga Richie
sepanjang
“Ya,” kata Davies, “Dan aku sedang mempertimbangkan untuk memberitahu Trevor
juga Richie.”
“Jangan kaulakukan itu!” Fulvia menegaskan, “Jangan memberitahu Trevor maupun
Richie.”
“Aku tidak yakin mereka akan senang mendengarnya,” Fulvia memberitahu, “Kupikir
Davies menahan tawa gelinya. Fulvia masih tidak tahu apa yang sedang direncakan
dengan memperkenalkanIrvingpadanya.
hubunganmu dengan
Lady Margot akan mendapat kemajuan bila kau sendiri seperti ini? Apakah kau kira kau
bisa menemuinya
di setiap pesta?”
masalahmu.”
Fulvia menatap kakaknya lekat-lekat. “Sebaliknya, kakakku sayang, aku melihat kaulah
yang
mengatakannya.
Davies berdiri.
“Cobalah kalau kau bisa,” Fulvia menertawakan Davies dan berlari menghindari
kakaknya.
Inilah akhir dari acara makan malam berdua mereka. Makan malam yang belum sempat
dimulai itu
“Aku lelah, Davies,” Fulvia melingkarkan tangannya di leher kakaknya dengan manja,
“Dan lapar.”
“Kaulah yang memulainya,” Davies menyalahkan.
“Kurasa tidak,” Davies melepaskan Fulvia, “Tetapi hari sudah terlalu larut untuk
menganggu mereka.”
“Aku yakin kita bisa menemukan sesuatu di dapur,” Davies menggandeng tangan
Fulvia.
Fulvia tertawa.
“Sudah lama sekali,” kata Fulvia, “Sudah lama sekali kita tidak mengendap-endap ke
dapur di malam
Semasa mereka kecil, mereka sering kali terbangun pada malam hari hanya untuk
mendapati perut
makanan dan
“Itulah akibat kalian bercanda terus sepanjang hari,” katanya setiap saat menemukan
“Ya,” Davies tertawa, “Sudah lama sekali. Mungkin sudah sepuluh tahun lebih.”
-----0-----
“Pagi ini ia
“Apa yang ia lakukan padamu?” Count cemas, “Sebaiknya kau tidak bergaul
dengannya.”
“Fulvia, aku ingin kau tahu. Kami tidak melarang kau bergaul dengan siapa pun. Kami
berhati-hati.”
“Jangan khawatir, Mama. Aku tidak tertarik padanya,” Fulvia berkata mantap, “Aku tidak
akan pernah
Fulvia melihat grandfathers clock di ruangan itu. “Oh,” Fulvia terpekik kaget, “Sudah
hampir
menjemputnya.”
“Jangan khawatir, Mama,” Fulvia mencium pipi Countess, “Aku tidak akan tertarik
padaIrving. Ia juga
tidak akan mencelakakan aku. Kami hanya teman.” Lalu Fulvia berkata pada mereka,
Fulvia yakin kali ini mereka tidak akan mencurigainya terutama Davies yang sudah
mencurigai gerak
denganIrving.
dekat
tetapi bagi
Fulvia,Irvingtelah memberikan bantuan yang sangat besar kemarin juga hari ini dan
mendatang.
Tidak ada apa-apa di antara mereka. Mereka juga tidak berbicara banyak sepanjang
perjalanan dari
membantunya meloloskan diri dari Unsdrell setiap pagi dan mengantarnya pula setiap
sore.Irvinghanya
khawatirkan hanyalah
kecurigaan keluarganya yang terlalu dibesar-besarkan itu. Tetapi, bagi Fulvia, itu jauh
lebih mudah
Dengan hati riang, Fulvia berangkat kekotabersamaIrving. Fulvia yakin ia akan bisa
mengatasi
kecurigaan keluarganya.
“Kulihat pagi ini kau sangat bersemangat,” komentar pria itu setelah kereta yang
mereka tumpangi
Fulvia spontan memegang wajahnya. “Benarkah?” rona merah menghiasi pipi Fulvia.
telah berhasil.
dengan
keberhasilannya. Ia ingin mengetahui apa yang direncanakan gadis itu. Ia ingin tahu
sampai di mana
kepandaian gadis ini dalam menyusun dan merancang rencananya yang ‘sempurna’ itu.
Greenwalls, rumah yang terkenal oleh pekarangan hijaunya yang membatasi bangunan
utama dengan
Di sisi kanan kiri tampak tanaman-tanaman yang kering tak terawat. Bunga-bunga liar
menampakkan
jalan utama sudah tertutup oleh liarnya pertumbuhan semak-semak itu. Disanasini
yang mongering.
Suasana hijau yang dulu pernah menghiasi pekarangan Greenwalls sudah tidak ada
lagi.
tumbuh hingga melilit mereka. Di kejauhan tampak lumut hijau telah turut memberi
patung-patung itu.
Air mancur yang dulu terus mengalir di salah satu sisi tempat itu juga tampak kering
dan kusam.
Keadaan tidak jauh berbeda dengan gedung utama Greenwalls. Gedung megah yang
dulu bersinar
indah dengan warnanya yang putih cerah itu tampak begitu kusam. Di sanasini masih
Jendela-jendela yang terbakar masih meninggalkan bekas kebakaran hebat itu. Dari
jendela yang
terbengkalai itu terlihat dinding gelap bagian dalam Greenwalls, dinding yang terbakar
setahun lalu.
Tempat ini telah terbengkalai semenjak setahun yang lalu. Hanya pintu masuk yang
jendela di sekitar pintu itu yang menunjukkan tempat ini masih dihuni.
“Sudah lewat setahun lebih dan tempat ini masih belum juga dibenahi,” komentarIrving.
“Bagaimana Anda tahu?” pertanyaan itu terlempar begitu saja dari mulut Fulvia dan
sesaat kemudian
Kebakaran hebat yang melanda Greenwalls setahun lalu ramai dibicarakan orang.
“Mereka mengalami kerugian besar akibat kebakaran itu,” Fulvia menjelaskan, “Dan
Irvingtidak menanggapi.
Fulvia menerima uluran tangan itu dan membiarkan pria itu membantunya turun dari
kereta.
Pintu terbuka dan seorang pelayan muncul dengan cemas. “Anda sudah pulang,
Tuan?”
Fulvia kebingungan.
“Syukurlah Anda datang, Tuan Puteri,” pelayan itu berkata penuh kelegaan, “Nyonya
terus mengurung
“Mereka bertengkar lagi pagi ini kemudian Tuan Lewis pergi hingga sekarang. Saya
kurang jelas
tentang ini, tetapi sepertinya pertengkaran ini lebih parah dari yang sebelum-
sebelumnya.”
“Aku akan melihat keadaan Audrey,” Fulvia langsung berlari menuju kamar Audrey.
Pintu kamar Audrey terkunci rapat-rapat. Tidak sebuah suara pun terdengar dari dalam.
“Audrey! Audrey!” Fulvia menggedor pintu, “Buka pintu, Audrey.”
“Audrey!” Fulvia berseru panik, “Apa yang terjadi padamu? Kau baik-baik saja?”
“Audrey!”
“Minggir,” sebuah tangan memegang pundak Fulvia dan sesaat kemudian pintu kamar
Audrey didobrak
dengan paksa.
“Audrey!” Fulvia langsung berlari ke sisi wanita itu. “Kau tidak apa-apa?”
Audrey menatap Fulvia lekat-lekat. “Apa yang kaulakukan di sini?” Pandangan Audrey
terarah pada
Audrey menatap lekat-lekat pria bertubuh tegap itu. Rambut keemasannya tampak
begitu menawan.
Wajahnya yang tampan sungguh mempesona dengan bola mata biru tuanya.
bersinar dingin.
sini?”
tanyanya lalu menatap Fulvia penuh pertanyaan.
“Audrey!” pekiknya panik, “Apa yang terjadi padamu!? Apa yang terjadi pada bibirmu!?”
“Apakah kau ingin aku menginap di sini? Aku akan menemanimu sampai pagi,” Fulvia
berkata cemas,
“Kumohon, Fulvia, tinggalkan aku,” pinta Audrey, “Saat ini aku ingin sendirian.”
Audrey berbalik.
“Tinggalkan aku,” Audrey mendorong Fulvia, “Aku tidak ingin diganggu. Biarkan aku
sendiri.”
Fulvia tidak dapat melawan dorongan Audrey yang begitu kuat itu.
“Jangan katakan apapun pada siapa saja,” kata Audrey dan ia menutup pintu rapat-
rapat.
“Biarkan ia sendiri.”
Fulvia terkejut. Ia menatap pria yang bersandar santai di dinding itu. Sekali lagi Fulvia
telah
melupakan kehadiranIrving.
Benar, Audrey mencintai Lewis demikian pula pria itu. Cinta mereka itulah yang
membawa mereka
pada pernikahan. Dan cinta itu pulalah yang menyatukan mereka. Tidak ada alasan
memukul Audrey.
Audrey tidak
dapat membuat hati Fulvia tenang. Kecemasan dan kegelisahannya itu tergambar
“Apa yang terjadi, Fulvia?” tanya Countess pada saat mereka berkumpul di Ruang
Makan.
Countess menatap Fulvia lekat-lekat. “Mama percaya padamu. Bila kau mempunyai
masalah, ingatlah
Countess tentu
dapat memberikan penjelasan padanya mengenai luka di bibir Audrey itu. Tetapi
Audrey telah
memintanya untuk tidak memberitahu siapa pun dan Fulvia tidak dapat menolaknya.
Pelayan itu berkata padanya mereka bertengkar sesaat sebelum Audrey mengurung
diri di kamar.
Tetapi…
Fulvia tidak pernah melihatnya tetapi Fulvia pernah mendengar seseorang yang mabuk
tidak
mempunyai kesadaran atas apa yang dilakukannya. Dan akhir-akhir ini Lewis semakin
sering mabukmabukan
sebelumnya.
Tetapi ini tidak mungkin. Lewis mencintai Audrey. Fulvia percaya itu.
bagian bibirnya? Apakah mungkin Audrey terjatuh dari tempat tidur? Ataukah Audrey
terjatuh di tangga?
Atau mungkin… Fulvia tidak tahu. Ia tidak dapat mendapat gambaran bagaimana cara
Audrey terjatuh
Wajah Audrey yang dipenuhi air matanya kembali terlintas di pikiran Fulvia.
Fulvia tidak pernah melihat kakak sepupunya itu menangis. Tidak sekali pun walau
Lewis telah
Audrey adalah wanita yang tabah. Ia tidak pernah menunjukkan kesedihannya pada
Lewis.
Melalui pelayan keluarga itulah orang tua Audrey mengetahui adanya pertengkaran di
antara mereka
Wajah yang dipenuhi air matanya itu tidak terlepas dari benak Fulvia. Sepasang mata
hijau yang
bersinar sedih itu membuat Fulvia tetap terjaga sepanjang malam. Dan bibir yang
Fulvia terkejut.
“Jangan ragu untuk mengatakan pada kami kalau kau membutuhkan bantuan,” kata
Brent pula.
“Kami mengerti ada saatnya kami tidak ikut campur tangan dalam urusan keluarga
berkata bijaksana, “Tetapi tidak ada salahnya kau berbagi dengan kami.”
Fulvia teringat Lewis selalu marah-marah setiap kali keluarga Garfinkelnn menawarkan
bantuannya.
Lewis selalu murka setiap kali orang tua Audrey mencoba melakukan sesuatu untuk
mereka.
“Jangan campur tangan!” Lewis selalu berteriak marah, “Ini adalah urusan keluargaku!”
Itukah sebabnya Audrey tidak pernah menunjukkan kesedihannya pada orang lain?
Itukah sebabnya
Audrey mengusirnya kemarin?
mereka janjikan.
Fulvia terkejut.
dariku,”Irvingmemberitahu dengan
tenang.
“Ya,” Fulvia mengakui, “Saya tidak dapat menghilangan wajah Audrey dari pikiran
saya.”
Fulvia menarik baju Irving dan menatapnya lekat-lekat. “Katakan pada saya, M’lord.
“Saya pernah mendengar,” Fulvia menjelaskan dengan suaranya yang lirih, “Seseorang
yang berada di
bawah pengaruh minuman keras akan dapat berbuat apa saja tanpa menyadari
tindakannya bahkan…
bahkan pada orang yang mereka cintai.” Fulvia menatap Irving lekat-lekat kemudian ia
berkata dengan
sendiri,” ia
“Aku mengerti,” Irving membawa gadis itu ke kereta kudanya lalu ia meminta kusir kuda
untuk
“Tak lama lagi kita akan tiba di Greenwalls,” lanjut Irving, “Kau bisa bertanya langsung
pada
Audrey.”
Fulvia mengangguk lagi. Ia segera menyeka air matanya. Fulvia tidak mau Audrey
melihatnya dengan
singkat.
Kaki Fulvia baru saja menginjak pekarangan Greenwalls ketika sebuah jeritan terdengar
dari dalam.
Fulvia terperanjat.
Lewis menampar Audrey sedemikian kerasnya hingga wanita itu jatuh terpelanting.
Audrey terkejut.
“Audrey!” Fulvia menjatuhkan diri di sisi Fulvia dan memeluk wanita itu erat-erat. Lalu ia
menatap
“Apa lagi kau, gadis kecil?” Lewis meraih tangan Fulvia dan menariknya dengan kasar,
Fulvia tidak menyukai bau yang tersebar dari mulut pria itu. “Lepaskan aku!” Fulvia
melepaskan
Lewis
melayangkan tangannya.
Irving telah
“Kalau kau tidak ingin orang lain mengurusi masalahmu, lakukan sesuatu! Jangan
hanya menjadi
pengecut!” Irving mencengkeram kerah baju Lewis dan mengangkatnya berdiri, “Apa
pengecut!”
Mereka terlalu kaget melihat reaksi Irving yang tidak terduga itu.
“Kalau kau mengira kami peduli padamu, maaf, kami tidak peduli apa yang terjadi
padamu! Kami
“Hentikan,”
pintanya.
“Kalau kau mengira kau telah menyelesaikan masalahmu, kau salah,” Irving
“Mari kita pergi,” Irving memegang lengan Fulvia dan menyeretnya dengan paksa.
“Lewis,” Audrey mendekati Lewis. Air matanya kembali bercucuran melihat luka memar
di wajah
Lewis.
Lewis menatap istrinya. “Maafkan aku, Audrey,” bisiknya perlahan, “Aku benar-benar
seorang
pengecut.”
Fulvia meringkuk di pojok. Matanya melirik Irving. Ia tidak berani mengeluarkan suara.
Ia juga tidak
Walau Irving suka berganti-ganti pasangan, ia bukanlah tipe pria yang suka bermain
kekerasan pada
wanita.
Irving sudah tahu. Ia sudah tahu sejak ia melihat luka di bibir Audrey kemarin. Tetapi ia
tidak
Irving tidak pernah mempercayai cinta. Ibunya juga mencintai ayahnya ketika mereka
menikah tetapi
terus menyalahkan Nelson, kekasih gelap ibunya, walau sudah jelas ibunya meninggal
dalam perjalanan
kabur bersama pria itu. Duke masih terus dan terus mempercayai Duchess walau
kenyataan sudah
berbicara banyak.
Gadis ingusan ini masih mempercayai kesempurnaan apa yang disebut cinta. Gadis ini
masih memujamuja
cinta.
Irving ingin sekali membuat Fulvia tahu apa sebenarnya yang disebut cinta itu tetapi itu
akan terlalu
sangat kejam untuk gadis manja seusianya. Sementara ini Irving akan membiarkan
indahnya. Ia akan melihat bagaimana kenyataan akan merusak impian indah gadis itu.
ini.
“Maafkan aku.”
Fulvia terkejut.
“Kurasa aku telah bersikap kasar terhadapmu,” mata Irving terlihat begitu sedih.
Fulvia terperangah.
“Apakah kau masih belum mengerti juga!? Apa kau masih ingin mencampuri urusan
orang lain!?”
“Aku tidak yakin ia tidak akan mencoba menyakitimu lagi,” Irving berkata pelan.
“T-tidak akan. Ia tidak akan berani melakukannya lagi. Anda telah memperingatinya,
bukan?”
jendela.
Fulvia terperangah. “Terima kasih,” bisiknya lirih dan ia kembali tenggelam dalam
pikirannya.
Tadi siang Jehona berkata tidak baik untuk terus mencampuri masalah orang lain.
Irving juga menegaskan untuk tidak turut campur dalam masalah orang lain.
Fulvia hanya ingin membantu Audrey. Fulvia hanya ingin melihat Audrey kembali
tersenyum seperti
Sekarang semuanya sudah jelas bagi Fulvia. Fulvia sudah yakin darimana Audrey
mendapatkan luka di
bibirnya itu. Fulvia tahu mengapa Audrey menangis. Dan sekarang harusnya ia
bersikap seolah-olah ia
Haruskah ia tetap berdiam diri setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Lewis
melukai
Audrey?
Fulvia terus berkutat pada pikirannya hingga tak seorang pun mencoba mengusiknya
sepanjang malam
itu.
Kerisauan Fulvia itu juga membuat Brent maupun Jehona tidak mengusik gadis itu
Semua yang melihat gadis ini tahu ia sedang menghadapi sebuah masalah besar.
Davies yakin Irvinglah penyebab semua ini tetapi ia tidak berkata apa-apa. Ia ingin
Fulvia sendiri
yang bercerita padanya daripada ia yang langsung mencari Irving dan berkelahi
resikonya.
Countess dan Count Silverschatz percaya pada Fulvia dan mereka akan menanti
Hari ini Fulvia ingin sekali pergi menemui Audrey dan memastikan Audrey baik-baik
saja. Tetapi
Sepanjang perjalanan pulang kemarin Irving terus menutup mulutnya rapat-rapat sambil
memasang
nyaman.
Fulvia tahu Irving tidak dapat memaafkan Lewis dan apakah Irving masih akan
mengantarnya walau ia
ketakjuban.
Senyum bahagia menghiasi wajah Fulvia. “Terima kasih,” Fulvia ingin sekali melompat
dalam
Kesunyian itu tidak membuat Fulvia merasa lega. Sebaliknya, ia merasa semakin
cemas.
“Fulvia?” Audrey muncul dari dalam Ruang Duduk dengan wajah keheranannya, “Kau
datang lagi?”
“Audrey!” Fulvia memeluk wanita itu erat-erat, “Audrey, kau baik-baik saja?”
Audrey tersenyum lembut. “Lihatlah kau,” ia menghapus air mata yang mulai
“Apa yang harus kujelaskan pada Davies bila ia melihatmu dalam keadaan seperti ini.”
“Kau baik-baik saja?” Fulvia bertanya cemas, “Apakah Lewis melukaimu lagi?”
pergi bermabukmabukan
lagi?”
“Tidak, Fulvia. Sekarang ia mengurung dirinya di kamar. Ia terus mengurung dirinya
semenjak
tersenyum bahagia.
Secercah harapan tersinar di mata hijau tuanya, “Aku yakin ia sedang berpikir.”
Fulvia terperangah. Ia tidak pernah melihat kakak sepupunya secantik ini. Fulvia tidak
pernah melihat
Audrey tampak begitu anggun dengan rambut merahnya yang terikat rapi. Fulvia tidak
pernah melihat
Audrey tampak begitu mempesona dengan wajahnya yang penuh harapan ini.
“Katakan padaku, Fulvia, apa yang membuatmu datang,” Audrey merangkul pundak
Fulvia dan
Mata Audrey menatap Irving yang berdiri di pintu dengan tenangnya. “Apakah Anda
bersedia
Audrey lalu menatap Fulvia lekat-lekat. “Keluargamu tidak akan keberatan bila kau
bergabung
dalam rumah tangganya. Audrey tampak seperti sudah melupakan kejadian kemarin.
Fulvia tersenyum bahagia karenanya dan ia berkata gembira, “Tidak. Aku yakin mereka
tidak akan
keberatan.”
Fulvia sudah benar-benar melupakan Irving. Dan ketika Fulvia menyadarinya, pria itu
telah duduk
bersama mereka di meja makan sambil berdiam diri mendengarkan pembicaraan kedua
wanita yang
Sudah seminggu lebih ia muncul di Unsdrell pagi hari dan mengantar Fulvia pulang di
sore hari.
Seminggu lebih dan ia belum mendengar apa pun dari gadis itu.
Seminggu lebih dan ia masih belum mempunyai gambaran mengenai rencana gadis itu.
itu.
ke Unsdrell.
Fulvia tersenyum mendengar balasan asal-asalan itu. Tanpa berkata panjang lebar, ia
menerima uluran
tanganIrving.
Irvingtidak tertarik untuk membka pembicaraan dengan Fulvia. Demikian pula gadis itu.
Bagi Fulvia, mereka hanyalah teman biasa. Tidak ada suatu hal khusus yang dapat ia
bicarakan
denganIrving.
maupun mawar
merahnya yang terkenal itu. Fulvia juga tidak ingin bertanya tentang keluarga pria itu.
tidak menyukai topik tentang dirinya dan tiga pemuda dalam hidupnya telah
menegaskannya.
Semasa kecil Fulvia suka sekali bertanya banyak hal kepada ketiga kakaknya itu. Ia
banyak hal tentang mereka bertiga. Ketiganya juga tidak pernah menutup-nutupi
Fulvia. Tetapi dengan beranjaknya usia mereka, Fulvia mulai merasakan ketiganya
Fulvia pernah menanyakannya pada ibunya dan Countess Kylie berkata, “Setiap orang
pasti mempunyai
hal yang ia tidak ingin orang lain ketahui dan seorang pria adalah seorang makhluk
Fulvia dapat memahami hal tersebut. Ia juga mulai menyadari ia juga tidak suka
menceritakan semua
hal pada keluarganya seperti semasa ia kecil. Rencananya ini adalah salah satu
contohnya.
Hari Minggu yang baru lewat ini, kedua kakak sepupunya mulai mengeluhkan
kepergiannya selama
“Urusan apa?” Trevor tidak dapat menerima jawab itu, “Jangan katakan padaku kau
mengunjungi
Audrey. Semua orang sudah tahu Lewis tidak pernah berulah lagi dan Audrey tidak
membutuhkanmu lagi.”
Fulvia juga tahu ia tidak bisa menggunakan Audrey sebagai alasannya pada kedua
kakak sepupunya
ini. Lewis tidak pernah keluar rumah lagi semenjakIrvingmemukulnya. Sekarang Lewis
menghabiskan
waktunya untuk mengurung diri di kamar. Hal ini membuat Audrey lebih lega dan
bergembira.
itu.
Keluarga Garfinkelnn juga tidak pernah menanyakannya. Mereka hanya percaya
dan itu membuat Lewis menyadari kesalahannya. Sekarang mereka tengah menantikan
baik lagi.
Fulvia juga tidak ingin mengatakan apa pun mengenai peristiwa hari itu. Fulvia tidak
dapat
membayangkan kemurkaan
Semenjak Irving muncul untuk menjemputnya di pagi itu, Davies sudah menampakkan
rasa tidak
Fulvia kewalahan menghadapi ketidaksabaran kedua kakak sepupunya itu. Fulvia tidak
ingin
mengatakan sesuatu yang dapat menyakiti keduanya dan ia juga tidak dapat
memberitahu mereka.
“Bagaimana kau yakin ia tidak melakukan sesuatu yang berbahaya?” tanya Trevor dan
Richie
bersamaan.
“Aku…,” Davies ragu-ragu.
“Aku percaya Fulvia tidak melakukan sesuatu yang berbahaya,” Davies berkata tegas,
“Aku dapat
menjaminnya.”
Fulvia lega mendengar dukungan Davies itu. Davies bisa saja mengatakan semuanya
pada mereka
tetapi ia masih memegang janjinya untuk merahasiakan hal ini dari mereka.
mendesaknya lagi.
Sebaliknya, mereka menegaskan berulang kali untuk meluangkan waktu bagi mereka di
hari Minggu.
Fulvia telah berjanji pada mereka dan ia dapat memastikan ia tidak mempunyai acara di
hari Minggu.
kepergiannya
bersamaIrvingseperti di hari-hari awal lalu. Tetapi hal ini membuat Fulvia gembira.
Kereta berhenti di tempat biasa. Dan seperti biasa pula,Irvingturun terlebih dahulu untuk
kemudian
membantunya.
meninggalkanIrving.
Fulvia yakinIrvingakan segera menuju tempat kencannya hari ini dan ia tidak ingin
itu.
Bila teringat perhatianIrvingpadanya dan sikapnya yang menghormati wanita itu, Fulvia
merasa iri
pada teman-teman kencan pria itu. Fulvia juga sempat berandai-andai pria itu adalah
“Sayangnya,” Fulvia berkata pada dirinya sendiri, “Ia suka melompat dari satu wanita ke
wanita yang
lain.”
Irvingkebingungan melihat senyum penuh arti itu tetapi ia tidak mau terlalu pusing
memikirkannya.
kuda sebelum
memasuki kereta.
Irvingtidak mempunyai janji hari ini dan ia tidak sedang berselera untuk mencari teman
kencan baru.
Duke of Engelschalf keluar dari Ruang Baca. Rambutnya yang putih menunjukkan
masa muda.
pergi di pagi
hari.”
“Ya, aku sudah selesai membacanya,” Duke menyerahkan koran itu kepadaIrving.
“Aku senang kau sudah mulai berubah akhir-akhir ini. Kau memang sudah seharusnya
bersikap lebih
mendengar ayahnya
kembali memberikan ceramahnya tentang apa yang harus dilakukannya. Duke yang
membiarkan dirinya
dibodohi cinta itu tidak mempunyai hak untuk mengatur hidupnya dan petualangan
cintanya.
“Aku tahu,” kataIrvingdingin lalu ia masuk ke dalam Ruang Baca tanpa mempedulikan
ayahnya lagi.
Irvingduduk di sofa panjang di Ruang Baca itu dan mulai membaca halaman pertama
“Masuk,” sahutIrving.
Seorang pelayan muncul. “Maaf menganggu Anda, Tuan Muda,” kata pelayan itu
sopan, “Lady
Irvingmengerutkan dahi.
Irvingmelanjutkan kegiatannya membaca koran. Ia sudah tahu gadis itu akan muncul
sebelum ia
menyatakan kesediaannya.
“Jangan begitu kepadaku,” rengek Clementine manja, “Aku datang untuk melihat
keadaanmu. Kudengar
Irvingtidak terlalu menyukai sepupunya ini. Ia sangat mirip dengan ibunya dan itu
membuatnya
mengulurkan tangan
merangkul pria yang masih duduk dengan santai membaca koran itu. “Apakah kau telah
melupakan masamasa
Mereka memang pernah melewatkan waktu bersama. Mereka tumbuh dewasa bersama
sebagai
saudara. Hanya sepupu. Tidak lebih dari itu!
ia
menempelkan tubuhnya di tubuh pria itu. “Apa kau kira mawar merahmu itu dapat
mencampakkanku?”
Irvingmelepaskan diri.
“Kau tahu, mawar merah adalah tanda kasih sayang bukan tanda perpisahan.”
Clementine tersenyum gembira. Inilah yang diharapkannya dariIrving. “Aku ingin kau
menemaniku hari
ini.”
“Mama pergi bersama teman-temannya. Ia tidak akan pulang sebelum malam. Hanya
engkau yang
tersisa.”
Irvingyakin Clementine tidak jauh lebih tua dari Fulvia tetapi mereka sangat jauh
berbeda.
Clementine adalah gadis manja yang penuh percaya diri. Mata hijau tuanya bersinar
penuh percaya
diri. Rambut merah membaranya ditata rapi dan berhiaskan batu-batuan indah. Ia tahu
bagaimana
hari pertama ia bertemu dengannya. Dengan mata biru keunguannya yang selalu
tampak sangat menarik. Tutur kata gadis itu juga lembut tetapi sering kali mulut mungil
itu mengucapkan
memanfaatkan kecantikan
mereka.
Bagi Irving, menebak Clementine jauh lebih mudah daripada menebak Fulvia. Dan
sekarang ia tahu
Clementine pasti akan mengusiknya hari ini dan hari-hari mendatang sampai ia
itu.
“Aku janji aku tidak akan menahanmu lebih dari itu,” Clementine merangkul
tanganIrvingdengan
mesra. “Aku hanya ingin kau menemaniku berbelanja dikota.”
-----0-----
Seorang pria muncul di jendela di samping pintu masuk. “Kau mempunyai gadis cantik
di sini,” pria
itu berkata sambil menatap Fulvia yang sibuk mengajari Tim sambil menggendong si
“Siapakah dia, Brent?” Janus bertanya ingin tahu, “Aku melihatnya terus berada di sini
beberapa
“Kalau kau berani menyentuhnya sejari saja,” Jehona muncul dari dalam dengan wajah
garangnya,
“Jangan bersikap sekasar itu, Jehona. Kau hanya akan memberi contoh yang buruk
bagi putramu,”
Fulvia menyadari mereka tengah membicarakan dirinya dan itu membuatnya merasa
tidak nyaman.
dalam.
“Kulihat semenjak kedatangannya, bisnismu menjadi lebih baik,” gumam Sammy sambil
tertarik pada
kecantikannya. Aku sungguh tidak menyangka engkau mampu menyewa guru secantik
“Ia tidak akan berada di sini untuk selama-lamanya,” Brent menegaskan, “Ia bukan
Janus tertawa. “Jangan bersikap sekarang itu padaku, Jehona,” katanya, “Brent tidak
keberatan aku
mampir ke sini.”
Jehona benar-benar tidak menyukai pemuda ini. Bila bukan karena Janus adalah putra
tetangga
mereka, tempat dulu mereka menitipkan kuda Fulvia, Jehona pasti sudah
Semenjak ia bertemu Fulvia ketika ia hendak membeli roti, Janus selalu datang tiap
hari. Ia selalu
berkata ia ingin membeli roti tetapi Jehona tahu itu hanya alasannya saja. Jehona tahu
tujuan utama
pemuda itu.
Harus diakui Jehona semenjak kedatangan Fulvia di sini, toko mereka mengalami
sedikit. Tiap hari pembeli mereka terutama pembeli pria makin bertambah. Jehona tahu
kecantikan Fulvia yang menyebar dengan cepat di antara pembeli dan tetangga
mereka.
Bertambahnya pembeli membuat mereka harus menyediakan lebih banyak roti dan itu
benar-benar
menyita waktu Jehona terutama Brent, sang pemilik toko roti ini.
Sekarang Jehona sudah benar-benar menyerahkan kedua putranya pada Fulvia. Walau
Jehona tahu
Fulvia adalah anak gadis orang kaya, ia percaya padanya. Gadis itu telah sangat
juga telah memberikan sesuatu yang tidak bisa mereka berikan pada putranya yaitu
pendidikan.
Sebagai seorang penjual roti yang pendapatannya pas-pasan, mereka tidak pernah
berpikir untuk
memberikan pendidikan pada putranya. Bagi mereka, yang terpenting adalah Tim dapat
membantu mereka
Jehona benar-benar berterima kasih pada gadis itu. Dan yang bisa ia lakukan untuk
menyatakan terima
kasihnya adalah mewujudkan cita-cita mulia gadis itu untuk membahagian kedua orang
tuanya.
“Aku akan melihat mereka,” kata Jehona dan meninggalkan kedua pria itu.
“Katakan, Brent, sampai kapan gadis itu akan berada di sini,” Jehona mendengar Janus
mendesak
suaminya sebelum ia menutup pintu yang membatasi ruang depan tempat Brent
“Ia belum pergi, Nyonya Jehona?” tebak Fulvia melihat raut wajah Jehona.
“Ya,” Jehona duduk di depan Fulvia, “Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkannya
mengusikmu.”
“Aku juga tidak menyukainya,” Tim berkata, “Aku akan menjagamu darinya, Fulvia.”
Fulvia menatap anak lelaki itu. “Aku percaya,” katanya sambil tersenyum.
Fulvia merasa serba salah melihat sepasang mata yang menatap langsung kepadanya
dengan penuh
Fulvia tersenyum. Fulvia yakin Davies pasti akan memarahinya sepanjang hari bila ia
mengetahui
Fulvia terperanjat.
Kepada Brent dan Jehona yang keheranan melihatnya datang tanpa mengendarai
kudanya sendiri,
menjemputnya di sini pula. Fulvia lalu mengatakan sejujurnya pada mereka bahwa
apa yang dilakukannya dikotasetiap hari. Mereka tidak pernah bertanya lagi setelahnya.
setiap pagi
dan mengantarnya pulang setiap sore.Irvingjuga tidak pernah keberatan bila mereka
pergi ke Greenwalls
bersalah bila ia
Fulvia ingin mengatakan semua ini pada pria itu tetapi ia tidak tahu bagaimana harus
memulainya.
Fulvia juga tidak tahu apa reaksi pria itu setelah mengetahui semua ini. Fulvia benar-
“Aku ingin kau tahu aku tidak ingin mencampuri urusanmu,” kata Jehona bijaksana,
mengatakan padamu bahwa tidak baik kau terus menutupi semua ini darinya.”
“Aku hanya khawatir temanmu itu merasa kau telah menyalahgunakan kepercayannya
padamu.
tersenyum, “Kau
mempercayainya bukan?”
Fulvia terperangah. Ya, Fulvia mempercayai Irving. Fulvia percaya pria itu. Karena
itulah ia tidak
pernah takut berduaan bersama pria itu walau ia tidak mengenal pria itu dengan baik.
Fulvia mengangguk. Senyum bahagia menghiasi wajah cantiknya yang berseri itu.
-----0-----
“Kita tidak punya waktu untuk itu,” Irving menarik tangan gadis itu.
Hari ini Clementine benar-benar membuat Irving kesal. Clementine telah menyita
telah membuat Irving merasa ia tidak lebih dari seorang kurir pembawa barangnya. Dan
juga sudah
“Jangan percaya pada gosip,” Irving berkata sinis. Irving tidak pernah menikmati gosip-
gosip yang
“Kau benar-benar berubah,” Clementine tersenyum simpul, “Kau seperti bukan Irving
Irving mengacuhkan komentar itu dan terus menarik gadis itu ke kereta yang terus
menanti mereka di
Irving baru saja menapakkan kaki kanannya ke dalam kereta ketika ia melihat sesosok
gadis di
Gadis itu begitu mirip Fulvia tetapi Irving yakin ia bukanlah Fulvia. Gadis itu
mengenakan gaun
seorang pelayan, bukan gaun indah yang dikenakan Fulvia pagi ini. Gadis itu
darisana.
Irving tidak mempunyai waktu untuk menjawab ketertarikannya pada sosok gadis yang
mirip Fulvia
itu.
Clementine sebelum
waktu yang mereka janjikan. Irving tidak ingin pergi ke sebuah tempat pun dan ia
memutuskan untuk
Irving tahu Clementine benar. Ia pun dapat merasakan perubahan dalam dirinya. Irving
merasa ia
sudah tidak lagi terlalu tertarik untuk menghabiskan waktu bersama sejumlah wanita
Minatnya untuk berkencan dengan penggemarnya tampaknya sudah tidak ada. Ia yang
biasanya
menghabiskan waktu dari satu wanita ke wanita yang lain, sekarang lebih suka
Baca.
Bunga-bunga mawar di Nerryland pun tumbuh dengan subur dan menghiasi setiap
sudut halaman
Nerryland. Sudah lama bunga-bunga mawar merah itu tidak dipetik. Sudah lama bunga-
bunga mawar
Ia yang semula merasa dipaksa Fulvia, kini selalu menantikan saat menjemput gadis
itu. Baik
Sudah seminggu ini ia mengikuti keinginan Fulvia dan ia masih belum mendapatkan ide
tentang
rencana gadis itu. Ia tidak tahu bagaimana Fulvia akan menjeratnya dengan tiap hari
memintanya
Irving mulai ingin tahu apa yang dilakukan Fulvia di pusatkotaseorang diri setiap hari.
Selama ini Irving tidak pernah bertanya pada Fulvia. Irving juga tidak pernah peduli.
Tetapi beberapa
hari belakangan ini ia mulai mencurigai gadis itu. Ia mulai curiga ia telah terlibat dalam
sebuah rencana
yang tidak diketahuinya, rencana yang tidak ditujukan pada dirinya tetapi pada orang
lain.
Semakin ia teringat pada sosok gadis yang dilihatnya beberapa saat lalu, semakin ia
mencurigai
Fulvia.
Irving memutuskan untuk memeriksanya sendiri dan ia melangkah ke toko roti tempat ia
melihat gadis
Seorang gadis muda duduk di hadapan seorang anak kecil yang sibuk membaca. Gadis
itu
“Ya, Nyonya Jehona,” jawab Fulvia lalu ia bertanya pada Irving, “Mengapa Anda berada
di sini?”
Jehona tiba-tiba sadar siapa pria itu. “Fulvia, segera bergantilah,” katanya pada Fulvia,
“Jangan
yang
“Apakah besok kau akan datang lagi?” Tim menarik gaun Fulvia.
Fulvia tersenyum.
“Kami tidak akan menahanmu lagi,” kata Jehona – memotong pembicaraan antara
“Sampai jumpa, Tuan Brent, Nyonya Jehona, dan Tim,” Fulvia berpamitan sebelum
berjalan di sisi
Irving.
“M’lord,” Fulvia berkata perlahan, “Dapatkah saya meminta Anda untuk merahasiakan
keluarga saya?”
Irving tidak mengerti tindakan gadis ini. Ia benar-benar tidak mempunyai gambaran
tentang rencana
gadis ini.
“Saya tidak ingin menutupi hal ini dari Anda,” Fulvia kembali merasa bersalah, “Tetapi
saya tidak
dapat menjamin Anda akan tetap membantu saya setelah Anda mengetahuinya.” Fulvia
menambahkan,
“Saya tidak sedang berkata saya ingin terus menyembunyikannya dari Anda. Siang ini
bagaimana memulai semua ini dan karena Anda telah melihatnya sendiri, hal ini akan
saya.”
“Seperti yang Anda lihat, saya sedang memberikan pelajaran pada putra mereka,”
Fulvia menjelaskan,
“Mereka adalah keluarga yang baik. Mereka telah memberikan bantuan yang sangat
Karena itulah saya memutuskan untuk memberikan pelajaran pada putra mereka.”
“Uang?” Irving curiga, “Aku tidak percaya kau membutuhkan uang. Aku yakin orang
tuamu tidak
“Ini adalah sesuatu yang istimewa,” Fulvia menjelaskan dengan penuh semangat,
payah saya sendiri. Saya mengerti tindakan saya ini sungguh tidak masuk akal. Audrey
juga sempat
mengatakan saya sudah gila. Tetapi saya benar-benar memberi mereka sebuah hadiah
Davies pasti tidak akan marah besar mendengarnya dan orang tua saya mungkin akan
pingsan. Karena
Irving tidak suka sinar mata yang penuh rasa ingin tahu itu.
“Anda khawatir saya seperti mereka?” Fulvia membuat Irving terperanjat, “Saya tidak
tertarik pada
Anda.”
Irving terdiam.
“Saya tidak menyukai pria seperti Anda,” lanjut Fulvia singkat, “Bagi saya, Anda
hanyalah seorang
Irving tidak dapat berkata apa-apa. Selalu dan selalu ia dikejutkan oleh gadis ini. Selalu
dan selalu
sangat berterima
kasih karenanya.”
Irving tertegun. Ia mulai meragukan pengertiannya tentang wanita. Selama ini Irving
selalu benar
tentang wanita dan ia selalu dapat memperlakukan wanita-wanita itu seperti yang
mereka harapkan.
“Apakah Anda bersedia menemani saya hari ini?” Fulvia tersenyum manis.
“Saya ingin pergi ke sebuah tempat,” Fulvia berteka-teki, “Sebuah tempat indah yang
telah lama
terbengkalai, Greenwalls.”
“Dengan senang hati,” kata Irving kemudian memberitahukan tujuan baru mereka pada
kusir kuda.
Mata Irving menatap tajam seekor kuda yang ditambatkan tak jauh dari pintu masuk.
Fulvia juga melihat kuda itu dan ia tidak mempunyai ide siapa tamu Audrey yang lain.
“Anda juga datang, Tuan Puteri?” sambut pelayan itu, “Tuan Muda Davies juga datang.
Sekarang ia
Mata Davies langsung menatap tajam Irving. Ia tahu pria itu pasti ada bersama adiknya.
“Mengapa kau bisa berada di sini?” Fulvia memecahkan suasana sengit di antara
“Apa kau saja yang boleh datang ke sini?” Davies bertanya kesal.
Fulvia terperanjat. “Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya merasa heran.”
Audrey tersenyum. “Ia baru saja pulang dari rumah Lady Margot.”
“Mengapa kalian tidak bergabung bersama kami?” undang Audrey. “Kalian tidak
mempunyai acara
lagi, bukan?”
“Katakan,” Audrey menatap mereka lekat-lekat, “Apa saja yang kalian lakukan hari ini?”
Fulvia terperanjat. “Tidak ada,” ia cepat-cepat menjawab, “Tidak ada yang kami
lakukan.”
Tiba-tiba Fulvia menyadari sebuah keganjilan. “Di mana Lewis?” tanyanya heran.
“Apakah ia tidak
“Apakah kau tidak merasa kalkun bakar kurang lengkap tanpa anggur merah?”
Audrey melihat ayam kalkun di antara mereka yang baru saja diletakkan pelayan. “Aku
tidak
Davies geram. Andai saja bukan karena Audrey, ia pasti sudah mencegah mereka.
“Davies,” Audrey menarik kemeja pria itu untuk mendapatkan perhatiannya. “Mengapa
kedua musuh
bebuyutan itu membiarkan mereka berduaan?”
Davies menoleh.
“Akhir-akhir ini aku sering melihat mereka berdua berjalan bersama-sama,” lanjut
membuatku heran.”
“Ini semua karena dua pria itu,” Davies kesal, “Mereka mencari Irving untuk
mendapatkan jawaban.”
“Jadi mereka berdua membiarkan Irving pergi bersama Fulvia untuk mendapatkan
jawaban,” gumam
Audrey lalu ia berkata serius, “Aku tidak tahu bagaimana pandangan Fulvia tetapi,
“Ya,” Davies mendengus kesal, “Ia tertarik untuk menjadikan Fulvia satu di antara
koleksi
perempuan-perempuannya.”
“Bukan itu yang kumaksud,” Audrey tidak sependapat, “Tidakkah kau dengar gosip-
orang sibuk membicarakan mengapa Irving akhir-akhir ini lebih jinak. Ia sudah hampir
terlihat bersama wanita mana pun. Juga tidak pernah terdengar kabar ia berganti
pasangan.”
Davies menatap tajam kakak sepupunya itu. “Ternyata kau masih punya waktu
mengurusi gosip-gosip
itu,” katanya curiga, “Kurasa kami tidak perlu mengkhawatirkan kau lagi.”
Audrey tertawa. “Aku juga tidak akan tertarik kalau bukan karena aku melihat Fulvia
datang bersama
Irving.”
“Beberapa kali.”
“Apa yang mereka lakukan di sini!?” Davies melonjak bangkit. Emosinya kembali
meluap-luap, “Apa
“Tentu saja! Dua pria tolol itu telah membiarkan Fulvia jatuh dalam perangkap Irving
“Aku lebih melihatnya kau cemburu karena Fulvia lebih memilih Irving sekarang.”
“Aku!?”
“Ya,” kata Audrey tenang – tidak terusik oleh emosi Davies yang kian memuncak itu,
kukatakan tentang seorang kakak yang terus meluap-luap karena adiknya pergi
“Dia itu berbahaya, Audrey! Dia pasti hanya ingin mempermainkan Fulvia!”
“Aku rasa tidak,” Audrey membuat Davies heran dengan kata-katanya yang penuh
keyakinan itu,
“Irving tidaklah seburuk yang kaukatakan itu. Ia juga mempunyai sisi baik.”
“Ia telah membantuku menyadarkan Lewis. Luka memar di wajahnya itu adalah
pemberian Irving.”
Davies tercengang.
“Beberapa hari lalu Fulvia datang tepat ketika Lewis sedang marah-marah. Untunglah
“Aku tidak dapat membayangkan apa yang terjadi pada Lewis sekarang bila saat itu ia
berhasil
menyakiti Fulvia. Aku tidak mengkhawatirkan Trevor maupun Richie. Yang lebih
kutakuti adalah,”
Audrey menatap Davies lekat-lekat. “Reaksimu. Kau memang tidak pernah mengerti
Davies terdiam.
“Irving meninjunya dan memarahinya. Sejak itulah Lewis menjadi lebih tenang. Ia terus
mengurung
diri di kamar sejak kemarin tetapi aku percaya ia sedang berpikir keras,” Audrey
tersenyum.
Senyuman itu membuat Davies terperangah. Sudah lama ia tidak melihat Audrey
tersenyum bahagia
seperti ini.
“Aku percaya Lewis akan kembali ke masa-masa sebelum semua ini terjadi.”
“Adaseorang pria yang menanti Anda, Tuan Puteri,” seorang pelayan memberitahu
Fulvia. “Ia
“Janji?” Fulvia heran, “Hari ini aku tidak mempunyai janji dengan siapa pun.”
Hari ini adalah hari Minggu. Ia telah berjanji pada Trevor juga Richie untuk menemani
mereka hari
Seperti yang dikatakan pelayan padanya, seorang pria muda berdiri di serambi.
“M’lord?!” Fulvia terkejut, “Mengapa Anda di sini? Bukankah saya telah mengatakan
pada Anda
Fulvia ingat jelas ia telah mengatakan pada Irving bahwa ia tidak perlu kesanapada hari
Minggu.
Brent mengatakan ia tidak perlu datang di hari Minggu. Hari itu Brent dan keluarganya
akan pergi ke
gereja demikian pula Fulvia.
“Aku tidak suka setiap hari membohongi keluargamu dan kupikir tidak ada salahnya bila
aku benarbenar
“Tunggulah sebentar. Saya akan segera siap,” Fulvia berlari ke dalam kamarnya.
“Irving menjemputku,” jawab Fulvia tanpa berhenti, “Ia ingin mengajakku berjalan-jalan.”
Mata Davies langsung mengawasi Irving yang menanti di depan Unsdrell melalui
jendela lorong.
Tanpa berpikir panjang, Davies langsung menapaki tangga menuju serambi tempat pria
itu sekarang
berada.
“Tidak ada,” jawab Irving. Ia benar-benar tidak menikmati cara pria ini
memperlakukannya.
dengan Fulvia.
tak kalah
Davies tahu. Seharusnya sudah dari awal mula ia menghentikan kedua sepupu itu.
Seharusnya sudah
“Maaf,” Fulvia muncul dengan tergesa-gesa, “Apakah Anda lama menanti saya?”
“Tidak, M’lady,” Irving mengulurkan tangan mencium punggung tangan Fulvia. Matanya
melirik
Davies dengan sinar matanya yang setajam pisau, “Saya sungguh merasa terhormat
Anda bersedia
Fulvia tersipu.
Davies tidak suka cara pria itu memuji Fulvia tapi demi kebaikan Fulvia, ia tahu ia harus
dapat
menahan diri.
melirik tajam
Irving, “Berhati-hatilah.”
mengancam, ia
berbisik, “Kalau sesuatu terjadi pada Fulvia, akulah yang pertama akan mencari
perhitungan denganmu.”
Irving langsung mengapit tangan Fulvia di sikunya. Sekali lagi ia menatap sinis Davies
sebelum
Fulvia mengeluarkan kepalanya di jendela kereta. “Davies, tolong katakan pada Papa
Davies geram. Ia benar-benar ingin sekali menghantam muka sombong Irving. Ia ingin
sekali mencekik
pria itu.
Davies terperanjat.
“Apakah kau mempunyai tamu yang tak menyenangkan?” Trevor melihat kereta yang
telah melewati
gerbang Greenwalls.
“Tidak,” Davies berbohong lalu ia bertanya, “Apa yang membuatmu datang sepagi ini?”
“Kau tahu jawabannya, Davies. Aku tidak dapat membiarkan Richie mendahuluiku,”
Trevor tersenyum
Fulvia ada di
kamarnya?”
Davies tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan itu. Ia tidak ingin
mengingkari janjinya
kepada Fulvia. Ia juga tidak ingin memberitahu mereka kepergian Fulvia bersama Irving
seminggu terakhir
“APA!?”
Mereka terperanjat.
Richie muncul di pintu masuk dengan wajah geramnya. Pria yang baru datang itu
langsung mendekat
dan mencengkeram kemeja Davies dengan kesal, “Dan kau membiarkannya pergi!?”
Davies menepiskan tangan Richie. “Ia pergi bersama pria pilihan kalian,” Davies
kesal.
Davies sudah tidak dalam suasana hati gembira semenjak mendengar kedatangan
Davies membuang mukanya. Ia tidak mau berurusan dengan mereka lagi. Mereka telah
merusak
“Aku tidak mau campur tangan urusan kalian lagi,” Davies pergi meninggalkan kedua
keheranan.
Davies benar-benar kesal. Ia ingin sekali melepaskan diri dari semua ini dan ia tahu ke
mana ia bisa
-----0-----
Fulvia menunjuk sekuntum mawar merah di sudut kereta. Fulvia memang tidak banyak
tahu tentang
Irving tetapi ia banyak mendengar cerita tentang pria itu dan mawar-mawar merahnya.
“Saya rasa sudah saatnya Anda berhenti mempermainkan perasaan Anda sendiri.”
Irving tidak suka. Apakah gadis ini akan menceramahinya tentang filsafat cintanya
seperti ayahnya?
Gadis ingusan ini tidak pantas menceramahinya. Gadis ini tidak mengerti apa-apa
tentang cinta.
“Mungkin saya tidak pantas mengatakan ini,” Fulvia tersipu-sipu, “Saya juga seperti
Anda,” Fulvia
membuat Irving tidak mengerti, “Tidak. Mungkin saya lebih buruk dari Anda.”
“Anda tahu, M’lord,” mata Fulvia menerawang ke luar jendela kereta, “Kedua kakak
Trevor dan Richie. Mereka menyukai saya dan mereka selalu bertengkar karenanya.
mengapa mereka memperkenalkan Anda pada saya. Saya menduga ini berhubungan
dengan pertengkaran
mereka.”
“Mereka pikir saya tidak tahu tetapi saya mengetahuinya. Saya mengetahuinya
membiarkannya,” mata Fulvia kembali menatap pria itu, “Apakah Anda tidak
kejam?”
mereka melebihi
Davies. Saya tahu saya tidak memilih seorang pun di antara mereka tetapi saya tidak
sanggup
“Saya ingin sekali ke pantai,” Fulvia berkata penuh semangat, “Semua orang
“Aku sependapat,” Irving menatap Fulvia lekat-lekat, “Sayangnya aku tidak dapat
membawamu
kesanakali ini.”
“Tidak ada pantai terdekat yang bisa dicapai dalam satu hari perjalanan pulang pergi,”
Irving
menjelaskan, “Dan aku yakin Davies akan membunuhku bila aku membawamu pergi
Fulvia tertawa geli mengingat sinar mata tajam kakaknya ketika Irving membawanya ke
dalam kereta
indah
kesukaanku.”
-----0-----
“Kau kalah dari Irving, Davies,” Margot tidak dapat menahan tawanya, “Kau cemburu
pada Irving.”
Davies terkejut.
mempunyai seorang
menerawang, “Sedangkan
aku hanya mempunyai seorang pria yang tidak mengenal romantis. Ia tidak pernah
mengajakku pergi. Ia
juga tidak pernah datang menemuiku. Sekarang ia datang tetapi ia membawa
Davies terperanjat. “Aku tidak bermaksud seperti itu,” Davies duduk di sisi Margot,
“Aku… aku…”
Margot meletakkan jari-jari lentiknya di bibir Davies. “Aku tahu,” Margot tersenyum
lembut, “Karena
Davies terpesona.
“Kau tidak pernah tahu bagaimana merayu wanita. Kau juga tidak tahu apa itu
romantis,” Margot
merangkulkan tangannya di leher Davies, “Tetapi kau rela melakukan apa saja demi
orang yang
kaucintai.”
Davies memeluk Margot dan mencium bibir wanita itu. “Aku akan melakukan segalanya
untuk
“Kurasa, Davies,” Margot menyandarkan kepala di dada Davies, “Kau harus mulai
melepaskan
Fulvia.”
“Melepaskan Fulvia!?”
“Tidakkah kau dengar sebuah kabar burung, Davies?” Margot menatap Davies lekat-
lekat, “Irving
telah mematahkan kian banyak hati para wanita.”
menambahkan dengan
serius – membuat Davies keheranan, “Irving tidak pernah lagi terlihat bersama wanita
mengatakan ia telah menjadi lebih jinak. Aku tidak pernah mengetahui apa yang
tetapi dari ceritamu itu aku mulai mengerti. Irving tertarik pada Fulvia.”
Davies kehabisan kata-katanya. Audrey pernah mengatakan hal yang sama padanya
dan sekarang
“Fulvia adalah gadis baik,” Margot tersenyum, “Ia adalah gadis yang penuh perhatian.
Davies teringat wajah gembira Fulvia ketika Irving menjemputnya pagi ini. Davies tidak
pernah
melihat wajah adiknya yang dipenuhi kebahagiaan seperti yang dilihatnya pagi ini.
Tidak sekalipun
Davies tersenyum.
“Ya,” Davies merangkul pundak Margot, “Fulvia adalah gadis yang manis.”
“Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan musuh bebuyutan itu bila mereka
mengetahuinya,” Margot
-----0-----
Fulvia terpesona.
Di depannya, Fulvia dapat melihat daratan yang membentang luas ke seluruh penjuru.
Kumpulan
Di kejauhan
lagi, Fulvia dapat melihat sebuah garis panjang yang membentang dari timur ke barat.
tebing tinggi
ini.
Fulvia merasa ia tengah berada di puncak dunia. Dari tempatnya yang sangat tinggi,
Fulvia dapat
“Ini benar-benar luar biasa,” Fulvia memuji. “Tempat ini pastilah sangat tinggi.”
“Jangan melihat ke bawah,” Irving memperingatkan namun sayang ia terlambat
beberapa detik.
Fulvia memandang daratan tepat di bawahnya dan ia merasa kepalanya pusing. Fulvia
merasa
“Terima kasih,” Fulvia memeluk lengan Irving. “Saya hanya ingin tahu seberapa
Irving benar. Mereka tidak dengan mudah mencapai tempat tinggi ini. Kereta yang
mereka tumpangi
Kereta keluarga Engelschalf hanya mengantar mereka hingga ke desa di kaki bukit ini.
Selanjutnya,
Irving menegaskan perjalanan mereka tidak akan mudah. Irving mendudukkan Fulvia di
belakangnya
Duduk di belakang punggung lebar itu, Fulvia tidak dapat melihat seberapa
sulitnyamedanyang mereka
lalui tetapi dari cara Irving mengendalikan kuda, Fulvia tahu perjalanan ke tempat tinggi
Irving adalah pria yang suka mempermainkan wanita tetapi Fulvia tahu Irving tidak
pernah bermain
dengan wanita yang telah berkeluarga atau pun gadis kecil seperti dirinya. Ia hanya
bermain dengan
Fulvia tidak khawatir Irving sedang mempermainkannya. Ia mempercayai pria itu dan
menjaganya dengan baik hingga saat ini. Irving juga tidak segan menunjukkan
perhatiannya.
Fulvia mengangkat kepalanya. “Saya rasa saya mulai tertarik pada Anda,” ujarnya
sambil tersenyum.
“Itu adalah dulu sebelum saya mengenal Anda,” Fulvia tersenyum, “Setelah saya
merasa Anda tidaklah seburuk yang saya anggap. Anda juga memiliki sisi baik.”
Fulvia menatap Irving lekat-lekat, “Kecuali kegemaran Anda melompat dari satu wanita
ke wanita
yang lain itu.” Lalu gadis itu tersenyum penuh arti, “Andai saja Anda adalah seorang
Irving terperangah.
Fulvia melepaskan tangannya dari lengan Irving dan berjalan membelakangi pria itu.
“Sayang sekali,” Fulvia memperhatikan tanah lapang di depannya, “Kita tidak membawa
bekal
piknik.” Fulvia membersihkan tanah terjal itu dari debu dan duduk di atasnya. “Tentu
akan sangat
membayangkan
“Ya,” Irving duduk di sisi Fulvia, “Dan Davies mungkin akan mencekikku.”
Fulvia tertawa. “Saya yakin Davies akan melakukannya. Dan Mama akan menanti kita
di pintu dengan
ceramahnya sepanjang hari. Kemudian Papa akan menyiapkan sebuah ruangan untuk
mengurungku selama
sebulan mendatang.”
“Mereka sering membuat saya merasa tidak bebas,” Fulvia mengeluh, “Terlebih lagi
Trevor dan
Richie.”
“Mereka terlalu memperhatikan saya dan itu membuat saya merasa sangat tidak
nyaman. Mereka
selalu bersikeras untuk mengawal saya ke mana pun saya pergi. Saya benar-benar
untuk melepaskan diri dari mereka. Biasanya saya meminta Davies membantu saya
Fulvia menarik kakinya merapat dan ia merebahkan kepala di atas lututnya. “Mungkin
saya harus
Irving tidak menanggapi. Ia juga tidak dapat membantu Fulvia. Ini adalah masalah
mau campur tangan. Kedua pria itu pernah meminta bantuannya tetapi sampai
sekarang ia belum
memberikan jawabannya.
mendekatinya.
“Aku tidak tahu,” jawab Irving singkat, “Ia tidak mengatakan apa-apa.”
“Bukankah mereka mengatakan kau tahu apa yang dipikirkan wanita hanya dengan
melihatnya saja?”
Richie mendesak.
“Apa saja yang kalian bicarakan?” Trevor yang sifatnya lebih tenang dari Richie
bertanya.
“Tidak ada,” kata Irving, “Ia hanya berterima kasih padaku dan ia memutuskan untuk
pulang.”
Irving tidak ingin melibatkan diri terlalu lama lagi dengan kedua pria yang sedang
Baik Trevor maupun Richie tidak pernah mencarinya lagi semenjak hari itu. Irving
ia telah melepaskan diri dari masalah mereka ketika ia kemudian bertemu Fulvia dan
Sepintas gadis dengan wajah kekanak-kanakannya ini tampak seperti sebuah buku
ia mungkin adalah sebuah buku yang terbuka lebar tetapi tulisan dalam buku itu sangat
sulit dimengerti.
Irving mendesah. Entah mengapa ia merasa ia telah melibatkan diri dalam sebuah
Irving bingung.
“Saya mendengar Anda mendesah,” Fulvia memperhatikan wajah Irving, “Apakah Anda
mempunyai
masalah?”
“Aku akan mempunyai masalah besar,” tangan Irving terulur mengambil topi di sisi
“Bila kau terserang sinar matahari,” ia meletakkan topi itu di kepala Fulvia.
Fulvia tersenyum. “Udara di sini sangat sejuk dan itu membuat saya melupakan sinar
matahari yang
terik.”
“Rasanya masalah tidak pernah lepas dariku selama kau berada di sekitarku.”
Fulvia tertawa mendengar keluhan itu. “Anda mencemaskan Davies?” ia tidak dapat
menahan rasa
“Jangan khawatir. Saya tidak akan membiarkan mereka melakukan sesuatu terhadap
Anda,” Fulvia
Fulvia melayangkan pandangannya pada langit biru dan pada daratan yang terbentang
luas di bawah
Sementara mereka saling berdiam diri menikmati waktu masing-masing, sang mentari
terus menapaki
jalur panjangnya di langit biru. Sinarnya yang terik kian memudar seiring merendahnya
posisinya.
Fulvia tidak tahu berapa lama mereka berada disana. Ia hanya tahu ia menikmati
waktunya di tempat
ini.
Fulvia terkejut.
“Aku tidak yakin kita dapat mengejar waktu kalau kita tidak bergegas pulang,” ia
mengulurkan tangan
kepada Fulvia.
Fulvia melihat mentari yang mulai condong di barat dan langit yang kemerahan. Fulvia
menerima
Irving membawanya ke kuda yang sedang sibuk merumput di belakang mereka. Begitu
mereka tiba di
sisi kuda itu, Irving menggendong Fulvia dan mendudukkannya di belakang pelana
kemudian ia duduk di
depan Fulvia.
Seperti keberangkatan mereka, Fulvia tidak merasa takut sedikitpun oleh cepatnya laju
kuda itu
menapaki jalanan yang curam dan sempit di punggung bukit itu.
Namun, tidak seperti kepergiannya, mereka tengah berpacu dengan waktu. Fulvia
menyadari Irving
Irving bergegas mengembalikan kuda dan memerintahkan kusir kuda untuk mengantar
mereka ke
Unsdrell.
“Ya,” Fulvia melihat langit yang telah gelap, “Saya yakin Davies telah berdiri di pintu
sambil
Fulvia begitu yakin Davies telah menanti mereka. Karena itu ia merasa sangat heran
ketika ia tidak
Irving juga keheranan. Sesaat lalu ia yakin Davies pasti telah menantinya di depan pintu
dengan
“Sebaiknya saya segera masuk sebelum Davies keluar,” kata Fulvia lalu ia beranjak
Fulvia terkejut. Ia melihat tatapan lembut di mata biru tua itu dan wajahnya memerah.
Jantung Fulvia berdebar kencang. Jari jemari Fulvia saling bertautan di depan dadanya
dan matanya
menutup rapat.
Fulvia terbelalak. Sedetik lalu ia sangat yakin Irving akan mencium bibirnya.
“Kau tidak keberatan aku memberimu ciuman selamat malam, bukan?” kata Irving.
Fulvia masih terpaku di tempatnya ketika pria itu melambaikan tangan padanya dan
menaiki kereta
kudanya.
kecepatannya ketika ia
Fulvia menatap kereta yang semakin menjauh itu dan ia memegang dahinya tepat di
tempat Irving
menciumnya.
sudah lelah
bukan?”
makan malam
untukmu. Aku yakin peringatan Davies telah membuat kalian terburu-buru dan
kalian.”
“Kurasa malam ini aku akan mendengar cerita yang menarik,” Countess Kylie
meletakkan tangan di
Senyum di wajah Countess Kylie semakin lebar melihat putrinya yang masih tersipu-
sipu itu.
Waktu terasa berjalan sangat lambat ketika Fulvia menantikan hari yang dijanjikannya
dengan Brent.
Tetapi ia terasa berlalu dengan cepat ketika Fulvia menyadari hari itu sudah ada di
depan matanya.
Hal ini membuat Fulvia sangat gembira. Hari yang dinanti-nantikannya akan tiba.
Bukan hanya Fulvia yang menyadari hal itu. Jehona yang selama ini sangat mendukung
rencananya,
“Sungguh tak terasa. Sudah hampir satu bulan kau berada di sini. Tak lama lagi kau
akan meninggalkan
kami.”
Fulvia tersenyum tetapi itu masih tidak cukup untuk menutupi kesedihannya mendengar
nada-nada
Fulvia sadar setelah ia mendapatkan apa yang diinginkannya, ia tidak akan bisa setiap
hari datang ke
tempat itu. Ia juga tidak akan bisa sesering ini pergi kesana.
Di satu sisi ia sudah tidak mempunyai alasan lagi dan di sisi lain ia tidak akan bisa
menemukan
hubungan mereka.
Irving bukanlah orang yang dapat diandalkan Fulvia. Fulvia yakinIrving tidak akan
keberatan
telah mengetahuinya.
Audrey juga bukan orang yang bisa dipilih Fulvia. Sekarang Lewis terus mengurung diri
di kamar dan
itu membuat Audrey lebih tenang. Sekarang Audrey mempunyai banyak waktu untuk
Setiap hari Audrey selalu disibukkan urusan memulihkan kondisi Greenwalls dan
merawat Lewis.
Greenwalls
sepenuhnya tetapi Audrey telah berusaha untuk merapikan kembali rumah yang pernah
terkenal oleh
kunjungannya akhirakhir
ini.
Irving juga pernah berkomentar ‘Tampaknya mereka sudah mulai melakukan sesuatu
dengan tempat
ini’ ketika mereka melihat beberapa pelayan yang tersisa dalam keluarga kecil itu
semak-semak.
Dari keluarganya, Fulvia juga mendengar Countess Horace sering pergi ke Greenwalls
di siang hari
untuk membantu Audrey. Trevor secara diam-diam mulai menghitung total biaya yang
diperlukan untuk
Greenwalls
sepulang dari tempat kerjanya untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa
dilakukannya.
Tentu saja tidak ada yang dapat dilakukan Fulvia karena Audrey juga tidak akan pernah
merepotkan
Setelah berhari-hari tidak pergi memastikan keberadaan barang yang diincarnya, Fulvia
memutuskan
Sehari tidak pergi ke Greenwalls tidak akan membuat Audrey heran. Sebaliknya,
senang karena inilah keinginan wanita itu sendiri. Tetapi hal ini membuat Irving heran.
“Toko apa?”
“Saya tidak pernah memperhatikan nama toko itu,” katanya menyesal kemudian ia
segera
menambahkan, “Tetapi saya tahu di mana lokasinya. Kita bisa melewatinya dalam
perjalanan menuju
kereta Anda.”
“Bukan masalah bagiku,” kata Irving singkat tanpa menghentikan langkah kakinya.
Kini setelah mengetahui rahasia Fulvia, Irving selalu menjemput gadis itu di toko itu.
Karena
di tempat biasa. Irvinglah yang mengantar dan menjemput gadis itu ke tempat kerjanya.
Berjalan berdampingan seperti ini kadang membuat Fulvia merasa mereka seperti
sepasang kekasih
andai mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Tetapi tentu saja itu tidak akan
Irving heran.
Mata Fulvia bersinar-sinar melihat kotak musik di balik kaca itu. Ia begitu lega dan
gembira
mendengar musik yang merdu itu masih mengalun di tempat yang sama.
“Cantik bukan?” Fulvia berkata, “Aku suka menatap mereka berdansa dengan anggun
diiringi musik
yang merdu itu. Lihatlah pemuda itu ketika ia menatap gadis itu. Ia tampak begitu
Irving diam melihat sepasang muda-mudi yang berdiri kaku di atas lantai dansa mereka
yang kecil. Ia
tidak melihat sesuatu pun yang menarik dari benda kaku itu.
“Aku ingin musik mereka menghiasi Unsdrell,” mata Fulvia bersinar-sinar ketika
menatap Irving.
Irving membuang muka. “Kita tidak ada waktu berlama-lama di sini,” katanya berlalu,
“Kau tidak
Fulvia menatap sepasang boneka kayu itu. “Sedikit lagi,” ia berbisik seolah ingin
memberitahu
Fulvia pun meninggalkan tempat itu dan mengikuti Irving dengan riang.
Mata Irving melirik sinis Fulvia yang berjalan dengan riang di sisinya. Ia salah. Fulvia
tidak berbeda
dari wanita-wanita itu. Fulvia hanyalah mempunyai cara yang unik untuk mendapatkan
keinginannya.
“Hari ini saya ingin sekali segera pulang,” kata Fulvia ketika sampai di sisi Irving, “Saya
sudah tidak
menantikan hari
Apa yang dipikirkan Irving tidaklah salah. Fulvia begitu bersemangat menanti datangnya
hari esok.
“Apa yang membuatmu gembira seperti ini?” tanya Countess dalam makan malam.
sependapat, “Apakah
“Apakah ada perkembangan yang baik di antara kalian?” Countess berkata dengan
Fulvia terperanjat. “Tidak ada. Tidak ada apa-apa di antara kami,” Fulvia mewaspadai
keingintahuan
ibunya itu.
Semenjak secara tidak sengaja Countess melihat Irving menciumnya, Countess tertarik
untuk
mengetahui hubungan di antara mereka. Fulvia telah berulang kali menjelaskan bahwa
mereka hanyalah
teman. Tetapi sepertinya Countess tidak pernah mempercayai itu. Tidak setelah setiap
semangat, “Aku
sangat menyukainya.”
Jika Countess tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai benda itu, Count
Clarck was-was.
“Tentu tidak,” sahut Fulvia, “Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.”
Fulvia tidak pernah melakukan hal itu bukan karena Count Clarck tidak menyukainya
tetapi lebih
karena ia sendiri. Fulvia tidak suka meminta seseorang memberinya apa yang
Trevor dan Richie akan rela melakukan apa saja untuk menyenangkan Fulvia termasuk
membelikan
semua barang yang diinginkan Fulvia. Mereka juga siap merebut hati Fulvia dengan
setumpuk hadiah.
Mereka bisa melakukan itu semua tetapi mereka tidak pernah melakukannya. Di satu
pernah menerimanya dan di sisi lain mereka tahu Fulvia tidak menyukai pemberian
cuma-cuma. Karena
itulah mereka selalu memanfaatkan hari ulang tahun gadis itu dengan baik dan juga
hariNatal. Mereka
hanya dapat berlomba untuk memberikan hadiah yang terbaik bagi Fulvia di dua hari itu
dalam setahun
karena hanya pada hari itu saja Fulvia mau menerima pemberian secara cuma-cuma.
Ketika kedua sepupu itu mengetahui dengan baik apa yang disukai Fulvia dan apa yang
tidak disukai
Fulvia, Irving masih belum dapat mengerti gadis itu. Dalam matanya Fulvia tidak jauh
berbeda dengan
semua wanita yang dikenalinya, wanita yang hanya memanfaatkan kecantikan mereka
untuk kepuasan
mereka sendiri.
musik itu
padanya. Ia membeli kotak musik itu dan meminta mereka untuk mengirimkannya ke
Unsdrell besok.
Irving tidak pernah menyukai wanita-wanita seperti itu, tetapi ia selalu membelikan apa
yang mereka
inginkan. Dan bila ia telah jenuh dengan wanita itu, ia akan mengirimkan bunga mawar
beserta
pemberiannya itu.
Namun bila wanita itu masih menarik hatinya, ia hanya akan mengirimkan hadiah yang
dipilih sendiri
oleh wanita tersebut. Tentu saja ia tetap akan mengirimkan mawar merahnya pada
telah jenuh
Untuk kali ini, Irving tidak mengirimkan mawar merahnya. Ia masih ingin tahu lebih
banyak tentang
Fulvia. Irving masih ingin mengerti isi buku terbuka dengan bahasanya yang sulit
dimengerti ini.
Irving ragu apakah ia bisa mengirimkan mawar merahnya pada gadis itu. Mereka tidak
mempunyai
Besok pagi ketika Irving menjemputnya, Fulvia tentu belum menerima pemberiannya
akan melihatnya sepulangnya darikota. Dan Irving ingin tahu apa yang akan dilakukan
Irving ingin tahu bagaimana reaksi gadis yang sulit dimengerti itu. Tetapi ia bisa
meyakinkan Fulvia
pasti akan sangat gembira seperti wanita-wanita itu. Karena itulah ia tidak terlalu
“Terima kasih, M’lord. Terima kasih atas segala bantuan Anda selama ini.”
Irving tersenyum puas pada dirinya sendiri. Ia puas bukan karena keberhasilannya
membuat Fulvia
“Besok Anda tidak perlu lagi mengantar jemput saya. Saya telah mendapatkan apa
yang saya
inginkan.”
Tentu saja Fulvia tidak perlu lagi menjalankan rencana anehnya yang melelahkan ini. Ia
sudah
mendapatkan apa yang telah diinginkannya. Dan ia pasti telah mengetahuinya bahkan
sebelum ia melihat
sendiri benda itu. Irving mengakui kecerdikan Fulvia dan kepercayaan dirinya yang jauh
Clementine itu.
Ketika Irving merasa sangat puas dengan tebakannya itu, Fulvia merasa sangat puas
dengan
keberhasilannya.
Sesaat yang lalu sebelum ia meninggalkan tempat kerjanya selama sebulan ini, Brent
memberikan uang
“Ini adalah kesepakatan di antara kita,” kata Brent sambil memberikan kantung uang
kepada Fulvia,
“Tidak perlu sungkan,” kata Jehona, “Kami juga patut berterima kasih padamu. Engkau
banyak
“Saya senang dapat membantu,” Fulvia tersenyum lalu ia menatap Tim yang berdiri di
sisi Jehona,
“Kau tidak perlu mengkhawatirkan kami,” Brent berkata dengan penuh keyakinan, “Tim
telah menjadi
seorang anak yang patuh setelah kau mengajarinya. Aku yakin ia tidak akan terlalu
merepotkan kami.”
“Aku tidak akan kewalahan lagi selama Tim tidak membuat keributan,” timpal Jehona
mantap.
Fulvia mencondongkan badannya ke Tim, “Berjanjilah padaku kau akan patuh pada
keduaorang
tuamu.”
Tim menyadari makna yang lebih dalam dalam perkataan itu dan ia bertanya sedih,
“Aku masih akan datang menengokmu,” Fulvia membesarkan hati anak itu, “Aku
berjanji akan
meluangkan waktu untuk melihat keadaanmu.”
“Tentu,” janji Fulvia, “Dan aku akan membawakan makanan kesukaanmu setiap kali
aku datang.”
Kesedihan di wajah Tim berubah menjadi senyum lebar. “Kau telah berjanji,” katanya
memperingati.
“Yang mengingkari janji adalah pembohong!” Tim berkata dengan penuh semangat.
Fulvia tersenyum. Ia tahu ia tidak bisa datang sesering ini setelah hari ini. Ia hanya bisa
menjanjikan
Fulvia juga tahu ia tidak akan bisa melihat Irving sesering ini setelah hari ini. Ia juga
sadar hubungan
baik di antara mereka yang terjalin selama ini akan meregang dan ia tidak ingin itu
ingin berteman dengan Irving besok dan untuk seterusnya. Maka, ia berkata dengan
sungguh-sungguh,
“Walaupun kita tidak bertemu lagi, dapatkah kita menjadi teman?”
Irving terkejut.
“Saya rasa saya mulai menyukai Anda dan…,” Fulvia tersipu-sipu, “Saya akan sangat
sedih sekali
“Apakah gadis ini mempunyai rencana baru lagi?” pikir Irving. Irving tidak benar-benar
dapat
mengerti Fulvia tetapi ia tahu Fulvia tidak jauh berbeda dari semua wanita yang pernah
dikenalnya.
Tidak ada yang dapat menggantikan kegembiraannya hari ini. Jerih payahnya selama
membawa hasil. Fulvia sudah tidak sabar untuk segera membeli kotak musik itu. Ia
Kemarin ia telah meyakinkan untuk terakhir kalinya bahwa kotak musik itu masih ada
disanamenantinya. Hari ini pun Fulvia yakin ia masih menantinya dengan setia. Dan
membawanya pulang.
“Apakah Anda bersedia menemani saya ke tempat biasa untuk terakhir kalinya sebelum
mengantar
saya pulang?”
Saat ini Fulvia ingin sekali segera menemui Audrey. Ia ingin membagikan
“Tentu.”
Fulvia tahu Irving takkan menolak. Irving tidak pernah menolak mengantarkannya ke
Greenwalls. Ia
hari ini.
Pelayan mereka pun telah mengenali kereta kuda keluarga Engelschalf. Mereka selalu
bergegas
pekarangan
Greenwalls.
Demikian pula hari ini. Ketika kereta berhenti di depan pintu masuk, seorang pelayan
membuka pintu.
Dan seperti biasa pula, Fulvia bertanya “Apakah Audrey ada di dalam?” walaupun
Fulvia tahu
Audrey pasti ada di dalam. Ini sudah menjadi kebiasaan Fulvia setiap kali ia berkunjung
ke Greenwalls.
Sekarang pun ini tetap menjadi kebiasaannya. Fulvia tidak pernah merasa ini adalah
kebiasaan yang
Osbesque pagi
ini.”
“Mereka pergi ke Osbesque?” Fulvia mengulangi dengan penuh rasa tidak percaya.
“Tuan Lewis dan Nyonya Audrey pergi sejak pagi,” pelayan itu mengulang dengan lebih
jelas,
Fulvia terperangah. Ia tidak pernah mendengar rencana Audrey ini. Kemarin ia juga
datang menemui
Fulvia tidak akan menyusul Audrey ke Osbesque walaupun ia sangat ingin tahu apa
yang membuat
keduanya pulang setelah sekian lamanya. Fulvia memilih untuk menahan keinginan itu
daripada
“Saya tidak ingin menganggu pertemuan keluarga mereka,” kata Fulvia, “Lagipula saya
ingin segera
pulang.”
Irving memperhatikan Fulvia yang membalikkan badan ke kereta kudanya. Tentu saja
Fulvia ingin
segera pulang. Ia tentunya telah tidak sabar melihat benda itu.
Keyakinan Irving bertambah kuat ketika ia melihat Fulvia berlari-lari kecil memasuki
Unsdrell setelah
Fulvia bergegas menujukamarnya. Fulvia begitu tidak sabar menanti hari esok.
Besok Fulvia akan pergi membelikotak musik itu. Besok ia akan dapat membawanya
pulang.
Senyum Fulvia kian lebar ketika ia menimang-nimang kantung uang pemberian Brent.
Fulvia tahu Brent tidak akan menipunya. Fulvia hanya ingin sekali melihat uang hasil
kerja kerasnya
Tengah Fulvia sibuk menghitung dan menatapi uang-uang itu dengan matanya yang
berbinar-binar,
Ketukan di pintu itu membuat Fulvia terkejut dan panik. Fulvia segera memasukkan
di dalam,” kata
“Anda mendapat kiriman, Tuan Puteri,” pelayan itu menyodorkan sebuah kotak merah
muda berukuran
sedang kepada Fulvia, “Siang ini seorang pria mengantarkannya. Katanya ini untuk
Anda.”
Fulvia memperhatikan kotak itu. Tidak ada tulisan ataupun gambar pada permukaannya
yang dilapisi
kain merah muda itu. Beberapa bunga kain yang berwarna senada menghiasi salah
itu.
Fulvia bisa memastikan ini bukanlah ulahTrevor maupun Richie terlebih lagi Davies.
Ketiganya tahu
“Saya tidak tahu, Tuan Puteri. Saya hanya diminta untuk memberikankotak ini pada
tiba.”
kotak.
Fulvia tidak tahu harus mengucapkan apa tapi ia tahu apa yang harus dilakukannya.
meja kecil di sisi tempat tidurnya dan mengambil selembar kertas serta pena dan mulai
menulis.
-----0-----
Irving bangun lebih siang hari ini. Ia juga menikmati waktu makan paginya lebih lama
dari beberapa
Hari ini ia bisa melakukan semua yang ingin dilakukannya tanpa perlu memusingkan
diri dengan
kaki ke Ruang
Baca.
Irving masih tidak tertarik untuk menemui wanita-wanita penggemarnya. Ia masih ingin
meneruskan
Irving keheranan melihat kotak di meja bacanya. Ia mengenal kotak itu. Ia tidak
Apalagi maksud gadis itu menunjukkan kotak musik itu padanya bila bukan karena
memberinya sebagai hadiah? Ia tidak mungkin salah! Semua wanita selalu bersikap
ingin ia membelinya
Ini bukan sekali atau dua kalinya gadis yang dikirimi hadiah olehnya mengembalikan
pemberiannya. Ia
tahu mengapa mereka mengirimkan kembali hadiah itu padanya. Ia yakin gadis itu pun
mempunyai tujuan
Karena itulah ia tidak tertarik untuk melihat secariksuratyang terikat bersama kotak itu.
Dan ia
memindahkan kotak itu ke lantai untuk kemudian diurus oleh pengurus rumah
tangganya.
Pedro tentu tahu apa yang harus dilakukannya dengan hadiah itu termasuk
mengirimkan mawar
merahnya.
Irving telah mengerti gadis itu dan ia tidak perlu lagi meneruskan hubungan dengan
Irving meninggalkan Ruang Baca. Keberadaan kotak itu telah membuang hasratnya
untuk membaca
buku disana.
“Kau tidak pergi?” tanya Duke keheranan melihat putranya masih di rumah.
“Aku tidak punya keperluan,” jawab Irving tanpa menghentikan langkahnya ke Ruang
Perpustakaan.
Duke Engelschalf juga tidak bertanya lebih lanjut. Ia tahu Irving tidak pernah suka
setiap
pertanyaannya.
Bagi Irving, hari ini berlalu dengan tenang. Ia tidak perlu terus memperhatikan waktu
dan cemas
terlambat. Ia juga tidak perlu terus memperingati dirinya untuk tidak terlalu larut dalam
kegiatan
membacanya.
Irving keheranan melihat kotak merah di tangan Pedro. Ini kedua kalinya ia melihat
ini.
“Mereka mengatakan benda ini tidak dapat dikembalikan karena ia tidak memiliki cacat
apa-apa.”
Saya sungguh berterima kasih atas pemberian Anda ini tetapi maafkan ketidaksopanan
dapat menerima pemberian ini. Bila Anda benar-benar ingin memberikannya kepada
tolong kembalikanlah kotak musik ini. Biarlah saya yang membelinya dengan keringat
saya sendiri.
Sesuatu yang berharga adalah sesuatu yang diperoleh dengan jerih payah. Tanpa
Fulvia.
Irving termenung.
Irving tidak mengerti. Ia tidak dapat memahami permainan apa yang tengah dimainkan
oleh Fulvia.
memberitahunya? Bukankah ia
sengaja menunjukkan benda ini padanya?
Apa pun permainan yang sedang dimainkan Fulvia, Irving tidak akan terperangkap ke
dalamnya. Ia
Fulvia salah besar bila ia mengira ia lebih pandai dari Irving. Irving lebih licik dan lebih
10
Setelah berhari-hari menghabiskan waktu dikota, kini tiba-tiba saja Fulvia merasa jenuh
berada di
dalam rumah.
Fulvia ingin sekali mencari seseorang untuk berbicara tetapi tidak ada seorang pun
yang mempunyai
waktu untuknya. Count pergi entah ke mana semenjak makan pagi. Davies pergi
Dan Countess menyibukkan diri entah dengan urusan apa. Hari ini Trevor maupun
muncul.
Tidak pernah sekali pun terlintas dalam benak Fulvia bahwa ia akan bosan berada di
dalam rumah.
Berpikir ulang tentang kedua kakak sepupunya itu, Fulvia merasa kedatangan mereka
ke Unsdrell
tidaklah sia-sia. Mereka selalu saja mempunyai cara untuk membuatnya tidak jenuh.
Hari ini tentu saja mereka tidak datang. Mereka tentunya masih mengira hari ini pun ia
pergi kekota.
Fulvia menimang-nimang kantung uang pemberian Brent dan mendesah. Ia tidak dapat
membeli kotak
Irving telah membeli kotak musik itu untuknya namun Fulvia tidak dapat menerima
pemberian itu.
Kemarin malam Fulvia telah mengirimkannya kembali dan sekarang Fulvia hanya dapat
berharap Irving
Fulvia terkejut. Tangannya segera menyembunyikan kantung uang itu ke dalam saku
gaunnya dan ia
lekat, “Aku
iri padamu.”
Fulvia terperanjat. “Jangan berpikir terlalu banyak,” ujar Fulvia, “Kami adalah kakak
mungkin merebut Davies darimu. Selain itu, sudah menjadi sifatnya selalu
mengkhawatirkanku.”
Fulvia lega.
“Benarkah itu?” Margot tidak percaya, “Sesaat yang lalu aku begitu yakin kau tidak akan
sadar walau
“Sungguh,” Fulvia meyakinkan, “Aku hanya merasa bosan. Biasanya Trevor dan Richie
datang
menggangguku tetapi hari ini mereka tidak muncul dan itu membuatku merasa sangat
jenuh.”
“Kau benar,” Margot menyadarinya, “Biasanya kedua kakak sepupumu itu selalu berada
di sekitarmu.
tidak pergi
Fulvia merasa bodoh. Tentu saja Davies telah mengatakan semuanya pada Margot.
Di awal Fulvia meminta bantuan Irving, ia tidak pernah memikirkan apa yang mungkin
dikatakan orang
lain tetapi semenjak Countess Kylie menyalahartikan sikap Irving padanya di hari
Sedikitpun Fulvia tidak pernah memikirkannya. Fulvia tidak pernah menduga mereka
akan menjadi
bahan pembicaraan.
“Apakah kau pikir kakakmu itu akan mengajakku pergi?” Margot mengeluh. “Ia tidak
pernah
“Aku lebih suka berpikir ia tidak tahu harus mengajakmu pergi ke mana,” hiburnya, “Dan
Unsdrell
adalah satu-satunya hal yang bisa dipikirkan olehnya.”
sedang berkumpul
berkaitan
dengannya?”
“Tidak akan,” Margot meyakinkan, “Davies pergi ke Osbesque dengan wajah gembira.
Pasti tidak
Duduk sambil
“Biarlah kaum pria itu meributkan masalah mereka sendiri,” kata Margot bergurau,
“Yang terpenting
Margot benar-benar wanita yang menarik. Fulvia yakin Davies juga melihatnya
demikian. Margot
sesungguhnya ia hanya bercanda. Seperti yang sering dikatakan Margot padanya, sifat-
Fulvia menyukai Margot. Ia yakin mereka dapat menjadi kakak adik yang akrab.
Dalam waktu singkat mereka telah duduk di dalam Ruang Duduk dengan teh di antara
mereka dan
“Sejak pagi Mama sibuk. Entah apa yang disibukkannya. Mungkin ia mempunyai
bersama Bibi Yolanda dan Bibi Horace. Atau mungkin mereka tengah merencanakan
ini.”
“Keluarga kalian benar-benar akrab,” puji Margot, “Benar-benar membuat orang lain iri.”
“Ya,” Fulvia sependapat. “Mereka benar-benar akrab hingga orang lain percaya mereka
adalah kakak
kalian masih
“Aku juga tidak mengetahuinya dengan jelas,” jawab Fulvia, “Sejak aku lahir aku sudah
tahu kami
masih berkerabat.”
“Apakah itu penting?” Fulvia balas bertanya dengan polos, “Aku rasa kami tahu kami
masih
Margot tersenyum. Ia sudah banyak mendengar sifat Fulvia dari Davies. Fulvia adalah
gadis seperti
ini. Ia sangat memperhatikan orang lain tetapi ia tidak mau tahu terlalu banyak. Bagi
cukup. Tidak perlu bertanya lebih banyak lagi. Mungkin sifat inilah yang membuatnya
berbeda dengan
“Audrey!” Fulvia terperanjat melihat kakak sepupunya itu tiba-tiba muncul. “Mengapa
kau ada di
sini?”
membicarakan
masalah kalian?”
“Benar. Mereka sedang membicarakan masalah kami,” Audrey duduk di kursi depan
Fulvia, “Tetapi
kaum pria keluarga kami itu tidak mau campur tangan wanita. Karena itulah Richie
mengusirku ke sini
untuk mengabarkan temuannya padamu, Fulvia. Tetapi aku tidak keberatan. Aku juga
bertengkar lagi?”
“Tidak, Fulvia,” Audrey menenangkan gadis itu, “Tidak terjadi apa-apa dengan kami.
Lewis hanya
tuaku.”
“Tidak ada yang perlu kaukhawatirkan,” Audrey cepat-cepat menambahkan melihat raut
wajah Fulvia
yang mulai berubah, “Lewis meminta bantuan orang tuaku untuk memulihkan keadaan
Greenwalls dan
usaha keluarganya. Sekarang para pria itu sedang sibuk membicarakan rencana
mereka.”
Fulvia lega mendengarnya. “Aku senang Lewis sudah kembali seperti semula.”
“Aku juga sangat gembira,” kata Audrey, “Kemarin pagi ia benar-benar mengagetkanku
ketika tibatiba
berkata, ‘Audrey, kita pulang.’ Aku benar-benar senang ia sudah kembali seperti
pada Fulvia,”
“Richie mengatakan ia mendengar ada Festival Topeng,” kata Audrey, “Ia berkata kau
pasti akan
tertarik.”
“Apakah kau akan pergi juga, Audrey?” tanya Fulvia menatap kakak sepupunya lekat-
lekat, “Kau
“Tentu saja,” sahut Audrey, “Lewis bahkan berjanji untuk mengenakan topeng yang
sesuai denganku.”
“Pasti, Davies,” kata Audrey, “Tadi aku mendengar Davies berkata kau pasti ingin pergi
kesanadan ia
akan mengajakmu.”
“Oh, ini benar-benar luar biasa,” Fulvia merasa hari ini benar-benar merupakan hari
bahagianya,
“Tidakkah kau dengar itu, Margot, Davies akan mengajakmu. Kita bisa pergi bersama-
sama.”
“Kapankah festival itu diadakan?” Margot bertanya lebih lanjut, “Apakah minggu
depan?”
“Masih dua bulan lagi. Tepatnya seminggu setelah pesta ulang tahun Duke of
Wyndham.”
“Jangan bersedih seperti itu, Margot,” Fulvia membesarkan hati wanita itu, “Dua bulan
bukanlah
waktu yang lama. Kau bisa mempersiapkan segalanya sebelum waktu itu. Aku pun juga
harus mulai
memikirkan apa yang harus aku kenakan. Pertama-tama aku harus berpikir dengan
pergi. Audrey, kau pasti pergi dengan Lewis. Kemudian Margot dengan Davies.
dan Richie. Aku ingin pergi berduaan seperti kalian tetapi rasanya aku harus pergi
bertiga lagi.”
kesana.”
“Fulvia, apakah kau tidak mendengar kabar-kabar itu?” tanya Audrey keheranan.
“Semua orang
membicarakannya.”
“Irving sudah berubah,” lanjut Margot, “Ia sudah tidak pernah lagi terlihat keluar
bersama wanita
“Sekarang ia sudah berubah menjadi seorang pria yang setia,” Audrey menegaskan.
“Siapakah wanita itu?” Fulvia balik bertanya penuh ingin tahu. “Aku senang akhirnya
Irving dapat
Fulvia terdiam.
“Mungkin,” katanya sambil tersenyum, “Tetapi aku sungguh berbahagia untuk wanita
itu.”
“Kau tidak tahu siapa wanita itu?” Margot menyelidiki, “Bukankah kau pergi bersama
Irving beberapa
hari ini?”
Fulvia terperanjat. Semua orang tentu menduga mereka terus berduaan sepanjang hari
dalam beberapa
hari mendatang ini tetapi kenyatannya bukan seperti itu. Fulvia tidak tahu bagaimana
“Aku melihat Irving sangat memperhatikanmu,” Audrey tersenyum penuh arti, “Aku
yakin ia mulai
tertarik padamu.”
Seketika wajah Fulvia memerah. “Jangan menuduh yang tidak-tidak. Kami hanya
teman. Hanya
teman,” ia menegaskan.
“Aku tidak mendengarnya seperti ini,” desak Margot, “Aku telah mendengar semuanya
dari Davies.”
“Kami sedang membicarakan Fulvia dan Irving,” Audrey tersenyum penuh arti sambil
melirik Fulvia.
Fulvia cepat-cepat menutup pintu. Ia tidak mau lagi mendengar pembicaraan yang
menyudutkan dirinya
itu.
“Anda mencari saya, M’lord?” tanya Fulvia heran melihat raut wajah pria itu.
“Oh.”
Fulvia tersenyum lembut. “Seperti yang saya katakan, tanpa mengurangi hormat dan
sedang berulang tahun. Saya tidak sedang dalam peringatan apa pun. Saya tidak patut
menerimanya. Saya
menghormati Anda sebagai teman saya dan saya sangat berterima kasih atas segala
untuk saya. Dan bila Anda berkenan, saya lebih ingin memberi sesuatu untuk Anda
daripada menerima
sesuatu dari Anda. Saya tahu tidak ada yang dapat membalas segala budi yang Anda
Hanya sepatah kata ‘terima kasih’ yang dapat saya berikan untuk Anda saat ini.”
Irving terhenyak.
“Saya sungguh tersanjung oleh perhatian Anda pada saya, tetapi saya tidak dapat
menerima cumacuma
pemberian ini. Saya tidak akan menyangkal saya sangat menginginkan kotak musik ini
“Saya ingin memberi mereka sebuah hadiah yang saya peroleh dari hasil kerja keras
mereka tahu saya menghargai jerih payah mereka dalam membesarkan saya.”
“Mereka tidak menerima pengembalian kotak musik ini kecuali ia cacat atau rusak,”
Irving berkata
“Aku juga tidak dapat menyimpannya,” Irving menatap Fulvia penuh harap.
“Bila demikian,” Fulvia berpikir cepat, “Maka yang bisa saya lakukan adalah
membelinya dari
Anda.”
Irving membelalak.
“Katakanlah Anda membantu saya membelinya karena Anda tahu kekhawatiran saya,”
Fulvia
“Saya tidak tahu berapa Anda membelinya,” Fulvia merogoh saku bajunya dan
mengeluarkan sebuah
kantung kecil. “Saya hanya menyiapkan uang sejumlah harga yang pernah saya
“Terima kasih,” Fulvia mengambil kotak itu dari tangan Irving dan memberikan kantung
yang penuh
berisi uang itu pada Irving. “Saya sungguh berterima kasih atas kebaikan Anda. Anda
telah menyelamatkan
kotak berharga ini dari pembeli lain dan mengantarkannya pada saya. Berkat Anda
waktu saya.”
Fulvia tersenyum gembira. Pipinya yang kemerahan tampak merona merah oleh
kegembiraannya.
“Bila Anda tidak keberatan,” Fulvia masih tersenyum gembira, “Saya ingin segera
menyembunyikan
benda ini di kamar saya sebelum seorang pun dari keluarga saya melihatnya.”
Irving tertegun.
“Saya akan segera kembali setelah saya menyembunyikannya di tempat yang aman,”
“Tidak perlu. Aku sudah tidak mempunyai kepentingan di sini. Aku akan segera kembali
ke
Nerryland.”
Fulvia kecewamendengarnya.
depan
Unsdrell.
“Terima kasih,” Fulvia mengulangi dengan penuh syukur, “Saya benar-benar berterima
kasih atas
semua kebaikan Anda selama ini. Saya berharap saya dapat membalasnya suatu hari
nanti.”
“Tidak perlu sungkan,” Irving merasa anehmendengar nada suaranya yang penuh
kebingungan,
ketakjuban dan entah perasaan apa lagi yang tercampur aduk dalam suaranya seperti
ini.
Irving tertegun melihat senyum yang mempercantik wajah oval gadis itu. Mata biru
keunguannya
“Unsdrell akan selalu terbuka untuk Anda,” senyum manis Fulvia tidak menghilang.
“Aku tidak akan menahanmu lebih lama lagi,” Irving mendapatkan kembali dirinya.
“Selamat jalan.”
kereta kudanya.
Fulvia tertegun. Kekecewaan merebak dari sisi terdalam hatinya dan ia mengawasi
kepergian kereta
di bawah tempat tidurnya, tempat yang paling aman menurutnya dan pergi ke Ruang
keluarganya.
Derai tawa mereka terdengar begitu keras ketika Fulvia berada di sekitar Ruang Duduk
“Ia sudah pulang,” jawab Fulvia sambil mendekat, “Ia masih mempunyai keperluan.”
“Tidak ada,” jawab Fulvia, “Ia tidak membicarakan apa pun denganku.”
“Benarkah itu?” Margot bergeser untuk semakin mendekatkan dirinya dengan Fulvia.
malu untuk
Ketiganya menatap rona merah di pipi Fulvia dengan penuh ingin tahu.
“Apakah yang kalian bicarakan barusan?” Fulvia berpura-pura tidak menyadari tatapan
mereka,
Keluhan Audrey itu membuat Fulvia merasa semakin tidak nyaman. Sekarang ia tidak
mempunyai
alasan untuk meninggalkan tempat ini. Selain itu adalah hal yang sangat tidak sopan
untuk meninggalkan
“Mungkin,” Countess tersenyum dan menambahkan, “Bila ayahmu juga mau pergi.”
“Aku akan membujuk Papa,” Fulvia menawarkan diri, “Aku yakin Papa pasti mau
mendengarku.”
“Aku juga yakin kau akan lebih berhasil daripada aku,” Countess tersenyum melihat
semangat putrinya
itu.
“Dan, Audrey,” Fulvia mengalihkan pandangan, “Apakah kau bisa membujuk Paman
Horace?”
Audrey kebingungan.
“Pasti akan sangat menyenangkan sekali untuk pergi beramai-ramai ke sana,” Fulvia
berkata penuh
semangat, “Aku akan membujuk Paman Graham dan Bibi Yolanda." Lalu Fulvia melihat
Margot. “Kau
Fulvia merasa hari ini ia tidak akan bisa melepaskan diri dari suasana yang
-----0-----
Irving menimang-nimang kantung uang. Pikirannya bercampur aduk dan hatinya galau.
Beberapa saat lalu ia begitu yakin ia telah mengerti Fulvia. Fulvia tidak berbeda dari
dalam pikirannya. Ia hanyalah seorang gadis ingusan yang mempunyai cara unik untuk
mendapatkan
keinginannya.
Beberapa saat lalu ia pergi menemui Fulvia untuk membuat gadis itu menjelaskan
semua rencananya
Beberapa saat lalu ia ingin membuat gadis itu mengungkapkan semua rencana liciknya.
Irving tidak mengerti. Bahasa dalam buku yang terbuka lebar itu masih sulit dimengerti
olehnya. Ia
dapat membaca tulisan itu tetapi ia tidak dapat mengerti bahasa yang digunakannya. Ia
tidak dapat
Irving meremas kantung itu. “Sial!” tangannya bergerak melempar benda itu.
“Aku tidak mengerti gadis ingusan itu,” geramnya. Irving membuka laci meja bacanya
dan melempar
11
Fulvia termenung.
Ia sudah tahu ia akan sedih setelah semua ini berakhir tetapi ia tidak pernah
menyangka ia akan
sesedih ini.
Fulvia merindukan saat-saat Irving datang menjemputnya. Fulvia ingin sekali kembali ke
masa-masa
itu. Waktu kebersamaan mereka tidaklah panjang dan tidaklah dipenuhi perbincangan
Kadang Fulvia menyesal mengapa dulu ia tidak banyak bertanya pada Irving mengenai
dirinya. Andai
saja ia mengetahui lebih banyak tentang pria itu, Fulvia mungkin dapat
untuk menemuinya.
Kadang Fulvia berpikir untuk meminta Trevor dan Richie menemaninya mencari Irving.
Mereka
adalah teman. Dan seorang teman tidak perlu mencari alasan untuk bertemu. Tetapi
Di sisi lain, Fulvia yakin Davies tidak akan membiarkannya mencari Irving. Sikap Davies
setiap kali
Countess Kylie tentu tidak keberatan dengan keinginannya dan Count Clarck pasti tidak
akan
Sekarang kedatangan Trevor dan Richie terasa bagaikan angin lalu. Fulvia sudah tidak
terlalu
berminat untuk menghadapi kedua sepupunya itu. Ia tidak terlalu mempunyai semangat
untuk mengikuti
ajakan mereka.
bersama Irving.
Fulvia mengharapkan pertemuan dengan Irving lagi tetapi itu tidak mungkin. Irving
sekarang mungkin
telah berada dalam pelukan wanita yang konon telah menundukkannya itu. Irving
Fulvia iri pada wanita itu. Ia berharap ialah wanita yang beruntung itu.
Ini hanyalah mimpi. Irving tidak mungkin jatuh cinta pada seorang gadis ingusan
sepertinya.
“Adaapa, Fulvia?” tanya Richie cemas. “Kulihat kau terus mendesah hari ini.”
masa tenang di
dalam tempat ini,” Trevor menjelaskan dengan sengit. “Ia pasti ingin berkumpul dengan
keluarganya.”
Desahan itu terdengar oleh kedua sepupu itu dan spontan mereka menatap Fulvia
lekat-lekat.
“Kalian tahu, aku merasa seperti berada di puncak dunia ketika berdiri di atas tebing
tinggi,” Fulvia
penduduk yang
dikeliingi pegunungan tinggi. Aku bisa melihat hamparan hijau pepohonan. Aku juga
kejauhan.”
Fulvia terkejut.
“Apa yang akan terjadi bila kau tersesat disana?” timpal Richie.
Fulvia mendesah panjang. Ternyata memang hanya Irving yang bisa menjaganya tanpa
mengekangnya.
“Tidak. Tidak ada apa-apa,” Fulvia memeluk lengan keduanya, “Jadi, ke mana kita akan
pergi?”
Di saat Fulvia terus membuat kedua kakak sepupunya khawatir dengan desahannya
itu, beberapa mil dari tempat itu Irving mengurung dirinya di Ruang Baca.
Tidak ada yang dilakukannya selama berhari-hari ini selain mengurung diri dan
membaca.
Tindakannya itu tentu saja membuat Duke yang tidak pernah menyukai petualangan-
petualangan cintanya,
gembira. Tetapi di sisi lain Duke juga mulai mencemaskan suasana hati putra
tunggalnya itu.
Duke tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungannya dengan Irving tidaklah akrab. Bahkan
dapat dikatakan
Duke tahu Irving menyalahkan dirinya atas kepergian ibunya. Irving terus
menyalahkannya atas
peristiwa yang terjadi tujuh belas tahun lalu ia. Duke pun sependapat dengannya. Ialah
yang harus
yang
dilakukannya setiap hari hingga ia sering mengabaikan istrinya. Sikapnya inilah yang
membuat Duchess
Apapun yang terjadi, Duke percaya putranya dapat mengatasinya. Duke percaya
padanya.
Bila Duke memilih untuk membiarkan Irving, maka tidak demikian halnya dengan
Clementine, sepupu
Clementine telah mengenal Irving jauh sebelum Irving terkenal. Clementine telah jatuh
cinta pada
Irving jauh sebelum wanita-wanita itu. Mereka telah tumbuh besar bersama. Clementine
akan pernah menolaknya. Irving juga tidak akan pernah memberikan bunga mawar
ini jugalah
adalah sepupu!
“Apa yang kaulakukan hari ini?” Clementine melingkarkan tangan di leher Irving yang
sedang duduk
membaca buku.
“Apa maumu?” Irving bertanya kesal.
Clementine duduk di sisi Irving. “Aku mendengar kau tidak pernah keluar rumah lagi
akhir-akhir ini,”
meninggalkanmu?”
“Apa yang terjadi padamu? Kau seperti bukan Irving yang kukenal lagi,” Clementine
mengeluh,
“Jangan ganggu aku,” Irving berkata tajam. Ia sedang tidak dalam suasana hati untuk
meladeni
Clementine.
Irving sudah tidak pernah keluar rumah lagi semenjak pertemuan terakhirnya dengan
Fulvia. Ia juga
tidak pernah menemui gadis itu lagi walau ia ingin bertemu dengannya lagi. Irving tahu
ia tidak bisa. Ia
tidak mempunyai alasan untuk menemui gadis itu dan gadis itu belum tentu mau
menemuinya.
Irving sudah mencoba untuk kembali pada kebiasaan lamanya sebelum ia bertemu
Fulvia tetapi ia
tidak bisa. Ia tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan wanita lain selain Fulvia.
Fulvia telah membuat Irving merasa semua wanita di dunia ini sangat membosankan
kecuali dirinya.
Semua wanita terasa seperti buku yang terbuka bagi Irving tak terkecuali Fulvia. Hanya
buku Fulvia sangatlah tidak mudah dimengerti. Selalu dan selalu ada yang membuat
Irving tidak pernah menyadarinya ketika ia masih bertemu Fulvia setiap harinya. Dan
kini setelah
beberapa hari tidak bertemu dengannya, Irving sadar ia mulai terpikat pada gadis itu.
Entah kapan ia mulai tertarik padanya. Entah kapan Fulvia mulai menjerat hatinya.
tahu. Semua ini hanya terjadi begitu saja dalam pertemuan mereka yang sering namun
Pepatah kuno itu benar. Kadang kita terlalu dekat untuk menyadari perasaan kita.
“Ayolah, Irving,” Clementine berkata manja, “Jangan bersedih hati seperti itu hanya
karena seorang
Clementine bertopang dagu. “Ya, aku sudah gila karena kau. Sungguh sayang sekali
kita adalah
sepupu. Bila tidak, maka aku akan meminta Papa menikahkanku denganmu.”
Mata Irving langsung bersinar tajam. “Jangan bermimpi. Aku tidak akan pernah tertarik
untuk menikah
terutama denganmu.”
“Itulah salah satu alasan kau mematahkan sekian banyak hati para wanita,” keluh
Clementine.
“Ayolah,” desak Clementine dengan manja, “Sepanjang hari kau terus mengurung diri
membaca buku.
Irving benar-benar tidak menikmati gangguan ini dan ia berseru, “Jangan ganggu aku!”
Clementine terdiam. Seruan penuh kemarahan itu telah menjelaskan padanya suasana
ini. Clementine tahu Irving benar-benar marah kali ini dan ia akan ada dalam masalah
bila ia terus
Irving boleh tidak mengakuinya tetapi seisi dunia tahu pria itu telah berubah.
Clementine ingin tahu apakah yang membuat Irving berubah. Atau mungkin tepatnya,
siapa?
-----0-----
lagi?”
Fulvia terperanjat. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada keluarganya tanpa
membuat
Countess tampak tidak dapat menerima jawaban yang diucapkan dengan kepanikan
itu.
“Bagaimana kalian akan merayakan pesta pernikahan kalian besok lusa?” Fulvia cepat-
cepat
mengalihkan pembicaraan.
“Aku belum memikirkannya,” kata Countess, “Apakah kau mempunyai ide, Clarck?”
“Bagaimana kalau kita mengundang semua orang ke sini?” Fulvia mengusulkan, “Pasti
akan
menyenangkan sekali dapat makan bersama-sama mereka semua. Lewis juga pasti
Countess.
“Kurasa tidak ada salahnya mengundang Irving,” kata Countess santai, “Lagipula ia
akan menjadi
Wajah Fulvia langsung memerah. “Tidak ada cerita seperti itu Mama,” Fulvia mengelak.
keberatan putranya.
“Ia juga akan segera menjadi bagian keluarga kita,” Countess tersenyum penuh arti.
“Jangan usil!” Davies tidak menyukai godaan itu, “Urusi saja masalahmu sendiri.”
mengundang Irving?”
kegembiraannya
itu.
Fulvia termenung. Ia tidak tahu bagaimana mengundang Irving. Ia tidak yakin Irving
akan bersedia
Selama ini Irving tidak pernah menolak menemaninya ke Greenwalls. Ia juga tidak
pernah tampak
Audrey.
Tetapi kali ini lain. Fulvia tidak tahu bagaimana tanggapan Irving atas undangannya ini.
Fulvia juga
Bila Fulvia bisa, ia ingin sekali mengundang Brent, Jehona beserta kedua putranya.
tidak bisa. Ia pasti akan kewalahan menjelaskan pada keluarganya bagaimana ia bisa
mengenal mereka
membawa
seorang pria asing dalam pertemuan keluarganya tanpa membuat setiap orang
mencurigai mereka?
Fulvia pusing.
mempunyai
waktu. Fulvia yakin tidak akan ada yang tahu kebohongannya ini. Orang tuanya tentu
dapat menerima
alasan ini.
“Ada apa, Fulvia?” tanya Davies ketika mereka berkumpul untuk makan pagi, “Apakah
kau sedang
mencari cara untuk menghindari Irving? Jangan katakan padaku kau berencana
Irving.”
“Apakah aku perlu mengantarmu ke Nerryland?” Davies tersenyum licik, “Aku harus
memastikan kau
“Jangan usil!” Fulvia tidak menyukai cara Davies menggodanya, “Kau juga perlu
memikirkan cara
mengundang Margot.”
“Aku sudah memikirkannya,” Davies berkata ringan, “Pagi ini aku berencana
“Itu adalah ide bagus,” kata Countess menyetujui. “Segeralah kalian menemui mereka.”
Fulvia tidak menyukai ini. Ia jauh lebih tidak menyukai saat-saat Davies mencemooh
kedatangan
Irving.
mempermasalahkan
“Davies,” Fulvia menatap kakaknya lekat-lekat, “Kau sudah tidak membenci Irving?”
membencinya. Aku
Fulvia tertegun.
karenanya.
“Beberapa saat lalu aku merasa kau mulai menyukai Irving,” gumam Fulvia, “Kau
bahkan seperti
“Siapa yang mengatakannya!?” Davies marah, “Aku tidak akan membiarkan pria
membuatmu terluka.”
mendengar adik
yang paling dicintainya itu berkata, ‘Aku membencimu.’ Ia tidak akan pernah pernah
siap!
“Sepertinya kau sudah mulai tertular Trevor dan Richie,” Fulvia tersenyum geli.
Davies terkejut. Apakah yang diketahui Fulvia tentang pertengkaran keduanya untuk
memperebutkan
dirinya?
“Tetapi aku akan lebih kaget kalau mendengar mereka yang mengatakan hal itu.”
Davies memperhatikan Fulvia. Fulvia bukanlah gadis yang bisa diremehkan. Ia adalah
gadis yang
pandai. Davies merasa ia tidak akan terkejut bila suatu ketika nanti Fulvia berkata, ‘Aku
tahu mereka
kalian segera
“Baik,” kata keduanya dan mereka segera menghabiskan sarapan mereka tanpa
gurauan lagi.
Setelah itu mereka kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap.
Ketika Fulvia tiba di luar, kereta keluarga Silverschatz menantinya tak jauh dari Davies
yang duduk di
punggung kudanya.
“Aku akan pergi sendiri,” jawab Davies, “Biarlah mereka yang mengantarmu ke
Nerryland.” Lalu ia
menambahkan dengan senyum nakalnya, “Aku yakin kau tidak akan lari.”
Fulvia ingin sekali membantah kakaknya tetapi Davies telah memacu kudanya dan
berkata, “Selamat
tinggal.”
Fulvia pun memberitahukan tujuannya pada kusir kuda dan sesaat kemudian mereka
telah meluncur ke
Nerryland.
Ketika Fulvia berdiri di depan bangunan Nerryland Palace yang megah, Fulvia menjadi
ragu. Dan
menjadi-jadi.
Apakah Irving ada di rumah? Apakah Irving bersedia menemuinya? Apakah Irving tidak
mempunyai
tamu lain?
“Tidak,” jawab Fulvia lalu dengan was-was ia bertanya, “Apakah aku harus membuat
perjanjian dulu
“Beberapa hari ini Tuan Muda tidak ingin diganggu siapa pun. Ia juga menolak
Fulvia sedih.
“Saya tidak yakin Tuan Muda akan bersedia menerima Anda,” pelayan itu
“Tetapi saya akan mencobanya. Saya akan memberitahu kedatangan Anda pada Tuan
Muda.”
“Terima kasih,” Fulvia tidak terlalu berharap untuk dapat bertemu Irving.
“Masuklah ke dalam, M’lady,” pelayan itu mempersilakan Fulvia masuk, “Saya akan
segera
Fulvia mengangguk. Ia tidak berharap terlalu banyak untuk dapat bertemu Irving.
Pelayan itu bergegas menuju Ruang Baca tempat Irving mengurung dirinya akhir-akhir
ini.
“Adaapa?” Irving bertanya tidak senang melihat kedatangan pelayan yang menurutnya
telah menganggu
ketenangannya itu.
“Apa keperluannya?”
“Saya tidak tahu, Tuan Muda. Ia tidak mengatakan tujuannya pada saya.”
Irving tidak bertanya dan tidak berkata apa-apa lagi. Ia langsung beranjak untuk
topinya dengan
gusar. Iatampak begitu gelisah. Sebentar ia menatap ke dalam Nerryland dan sebentar
kemudian ia
Fulvia ragu. Haruskah ia terus menanti ketika ia yakin Irving tidak akan menemuinya?
Mengapa Irving
dirindukannya itu.
Irving merasakan sebuah kepuasan melihat gadis itu. Ia tidak pernah mempunyai
perasaan ingin
bertemu seseorang yang begitu mendalam seperti ini. Ia tidak pernah mempunyai
Saat ini Fulvia juga ingin berbicara panjang lebar dengan pria itu. Itulah yang yang
paling
“Saya tidak dapat berlama-lama di sini,” kata Fulvia sedih, “Saat ini Trevor maupun
Richie pasti
Perasaan asing muncul di benak Irvingmendengar Fulvia menyebut nama kedua pria
yang terus
“Saya datang untuk menyampaikan undangan ibu saya,” Fulvia menjelaskan tujuannya,
“Besok kami
akan mengadakan acara makan malam bersama untuk merayakan ulang tahun
Irving tertegun.
“Ini adalah acara makan malam biasa antar keluarga kami,” Fulvia cepat-cepat
menambahkan, “Saya
tidak memaksa Anda untuk datang. Saya bisa mengerti andai Anda tidak bisa datang.”
“Pukul berapa?”
Fulvia terkejut.
12
Hari ini adalah hari yang sangat dinantikan Fulvia. Dua puluh tujuh tahun yang lalu pada
hari yang
Semua orang dalam keluarga Silverschatz tahu apa yang dinanti-nantikan gadis itu atau
tepatnya siapa.
Pagi ini setelah menyelesaikan makan paginya, Fulvia memberikan hadiah pilihannya
kepada orang
tuanya.
Seperti tebakan Fulvia, Countess Kylie sangat gembira menerima hadiah itu dan ia
terus
Sejak siang ini seluruh pelayan Silverschatz sibuk menyiapkan pesta kecil untuk
merayakan ulang
tahun pernikahan Count dan Countess. Tidak ada sesuatu yang perlu disiapkan khusus
Tidak seperti biasanya, hari ini akan ada empat belas orang yang berkumpul di
Silverschatz untuk
Sore hari ketika matahari mulai condong di barat, Davies pergi untuk menjemput
Margot.
Count dan Countess tampak seperti biasa. Sementara itu Fulvia sudah tidak sabar
menantikan
kehadiran seseorang.
Begitu Davies pergi, Fulvia juga segera berdandan dan menanti di pintu masuk.
Keluarga Garfinkelnn yang datang pertama kali keheranan melihatnya berdiri di sana.
“Ia akan datang bersama Lewis,” jawab Countess Horace, “Aku percaya tak lama lagi
mereka akan
muncul.”
“Aku senang mendengarnya,” Fulvia tersenyum gembira, “Mama dan Papa telah
menanti kalian di
Ruang Makan.”
“Mama ingin makan malam ini segera dimulai begitu tamu-tamunya lengkap,” kata
Fulvia
menerangkan, “Dan Mama pikir akan lebih menyenangkan berbicara dengan perut
kenyang.”
“Tampaknya mereka ingin kita segera bergabung dengan mereka,” Count Meyer
tersenyum.
“Tidak perlu, Trevor. Aku akan mendapat masalah bila membiarkan tamu Mama ikut
menanti di pintu
masuk.”
“Hari ini Fulvia bertugas menyambut tamu,” kata Count, “Kau ikut kami memberi
rumah.”
Sesaat kemudian sebuah kereta yang dikenali Fulvia dengan baik berhenti di
depannya.
“Selamat datang,” Fulvia menyambut pria yang baru turun dari dalam kereta itu, “Saya
telah menanti
kedatangan Anda.”
ia melihat
“Irving?” Audrey berdiri di depan kereta dengan heran, “Kau juga datang?”
“Lewis!” Fulvia berseru gembira, “Kau juga datang.” Fulvia mendekati mereka.
Audrey juga menyadarinya. “Sebaiknya kita segera memberi selamat pada Paman dan
Bibi,” katanya
“Benar,” Lewis juga menyadari rasa tidak suka Irving padanya, “Aku lihat tamu kalian
sudah tiba
semua.”
Audrey tertawa kecil. “Aku takkan heran bila lagi-lagi Countess Yolanda membuat
mereka terlambat.”
Mereka terkejut.
“Aku kira kalian sudah berkumpul di Ruang Makan,” Davies melangkah masuk diiringi
Margot.
Mata Davies menangkap sosok Irving di sisi Fulvia. Ia menatap tajam jari jemari Irving
yang
“Anda juga datang?” Margot bertanya heran lalu ia melihat Davies dan menuduhnya,
“Kau tidak
memberitahuku.”
Fulvia tahu ia harus segera bertindak. “Mengapa kita tidak masuk bersama-sama?”
katanya
“Aku yakin ia akan lebih senang andai Earl of Ousterhouwl sekeluarga muncul
bersama-sama kita,”
timpal Lewis.
“Mereka belum datang?” Davies bertanya heran, “Kupikir Richie tidak mau
kedahuluan…”
“Di mana Countess Kylie?” Margot memotong lalu ia melirik tajam Davies.
Audrey yang juga menyadari arti tindakan Margot segera menyahut, “Mari kita bergegas
ke sana. Bibi
“Tentu,” Irving mengapit tangan Fulvia di sikunya dan saat itulah Fulvia menyadari
Irving masih
memegang tangannya.
Belum lama Fulvia memasuki Ruang Makan bersama Irving, Richie muncul dengan
wajah kesalnya.
“Mama membuat kami terlambat,” Richie menyalahkan ibunya yang muncul beberapa
saat kemudian.
Richie melihat kursi di depan Trevor yang kosong dan tanpa banyak bicara ia duduk di
sana.
Begitu setiap orang duduk di tempat mereka masing-masing, Countess Kylie meminta
pelayan untuk
keluarganya yang
Belum pernah ia melihat Ruang Makan Silverschatz sepenuh ini. Tidak semenjak
kali ini meja makan lebih penuh karena bertambahnya dua orang, Margot dan Irving.
Mereka duduk berhadap-hadapan. Di sisi kanan meja makan yang panjang itulah
keluarga Silverschatz
duduk. Dimulai dari Count Clarck, Countess Kylie, Davies dan Margot kemudian Fulvia
yang terakhir adalah Trevor. Di sisi kiri, Earl of Ousterhouwl duduk didampingi istrinya.
Demikian pula
Fulvia tidak tahu mengapa mereka duduk berpasang-pasangan seperti ini tetapi
beginilah mereka
mengambil posisi beberapa saat lalu. Ini hanya terjadi begitu saja tanpa ada yang
mengatur.
“Benar,” Countess Horace sependapat. “Pertemuan keluarga kita kali ini lebih ramai
dari yang
sebelumnya.” Countess Horace melihat Margot yang duduk di sisi Davies sambil
tersenyum kemudian
pada Irving.
“Aku bisa memahami kedatangan Margot, tetapi Irving?” Countess Yolanda bertanya-
tanya.
“Ya,” Earl Graham sependapat, “Aku tidak menduga Irving juga akan datang.”
Fulvia sudah tahu mereka pasti akan mempertanyakan keberadaan Irving dan ia hanya
mempunyai satu
jawaban,
“Tidak,” Fulvia cepat-cepat membantah, “Mama salah sangka. Kami hanya teman
biasa.”
waktu bersamasama
selama ini?”
“Fulvia pergi bersama Irving selama beberapa hari terakhir ini,” kata Audrey, “Mereka
juga sering
datang mengunjungiku.”
“Ya,” timpal Lewis membenarkan, “Dan aku mendapat pelajaran dari Irving.”
Audrey tersenyum melihat suaminya. Bekas tinju Irving telah hilang dari wajahnya tetapi
bekas di
hatinya tidak akan pernah hilang. Tinju itu telah menyadarkan Lewis dari kesalahannya
selama ini.
“Irving membawa Fulvia pergi setiap hari?” ulang Trevor tidak percaya.
“Kalian tidak tahu selama ini Fulvia pergi bersama Irving?” Audrey mengulangi dengan
takjub.
Davies pun tidak dapat mengatakan apa-apa. Ia juga tidak mengerti. Bukankah selama
Fulvia panik. Ia harus segera mencari akal sebelum mereka semua curiga.
“Irving membantuku mendapatkan hadiah ulang tahun pernikahan Papa Mama,” Fulvia
mengatakan apa
Semua menatap gadis yang sedang berusaha keras menutupi kepanikannya itu.
Audrey tiba-tiba menyadari semua kesalahpahaman ini. Fulvia pasti lupa mengatakan
padanya ia
kebohongannya itu.
Audrey masih ingat Fulvia bersikeras untuk tidak membiarkan keluarganya tahu. Audrey
memahami
bahaya yang akan ia hadapi bila ia membongkar rahasia gadis itu. Maka ia
memutuskan untuk
membantunya.
“Ya,” kata Audrey, “Aku ingat Fulvia pernah mengatakan padaku ia ingin membeli
sangat istimewa.”
“Hadiah apa?” tanya Trevor dan Richie serempak. “Hadiah apa sehingga Fulvia harus
pergi setiap
hari selama berbulan-bulan!?”
“Ia yang meminta bantuanku,” Irving yang sejak awal berdiam diri, membuka suara.
“Benar,” Fulvia segera menimpali, “Aku bertemu dengannya ketika aku sedang pusing
memikirkan
hadiah itu. Kemudian aku meminta bantuannya.” Lalu Fulvia menatap kedua kakak
penuh penyesalan. “Aku sungguh tidak menyangka kalian akan marah seperti ini. Saat
berpikir Irving pasti bersedia membantuku dan aku tidak memikirkan perasaan kalian.
Maafkan aku.”
Tatapan sedih Fulvia itu membuat kedua sepupu itu berdiam diri. Keduanya saling
bertatapan dan
mempermasalahkan masalah
“Bukankah ini bagus?” timpal Countess Kylie, “Sekarang Davies mempunyai Margot
dan Fulvia
mempunyai Irving.”
kesalahpahaman ini
Fulvia memang sudah mendapatkan hadiah istimewa untuk kedua orang tuanya tetapi
ia tetap tidak
dapat memberitahu mereka rahasianya itu. Akibatnya pasti akan sangat fatal bila
mereka mengetahuinya.
“Aku juga ingin segera bertemu calon menantuku,” timpal Countess Yolanda.
Pembicaraan ini benar-benar membuat Fulvia merasa tidak nyaman. Diam-diam Fulvia
melirik Irving
‘Apakah yang dipikirkan Irving? Apakah ia menyukai pembicaraan ini? Irving pasti tidak
menyukai
“Tidak perlu kaudesak mereka. Mereka pasti segera mencari pasangannya,” timpal Earl
Graham.
“Dan bila mereka tidak juga mendapatkannya, kalian bisa mulai mencari jodoh untuk
mereka,” tambah
Count Meyer, orang yang paling suka bercanda dan mempunyai pandangan yang unik
di antara mereka.
membuatku merasa
bersalah. Kita mengundang Irving dan Margot bukan untuk mendengarkan masalah ini
bukan? Kita
Mereka terdiam.
Count Meyer tertawa. “Tampaknya si kecil Fulvia sudah mulai merasa tidak nyaman
dengan
pembicaraan ini,” katanya bercanda, “Mungkin kita memang harus membicarakan yang
lain.”
Audrey tersenyum. “Kurasa ia benar. Aku juga mulai merasa pembicaraan ini sungguh
membuat
beberapa orang merasa tidak nyaman,” katanya sambil melirik Trevor dan Richie yang
masih berunding
“Beberapa orang sudah ingin menyendiri,” Margot menimpali sambil menatap Fulvia
yang tersipusipu
di sisi Irving yang tampak tak terusik oleh pembicaraan ketiga keluarga ini beberapa
saat lalu.
dan mengulurkan
tangan pada Margot, “Aku ingin berbicara denganmu. Kau punya waktu?”
keluarga itu.
“Aku mempunyai beberapa hal yang ingin aku rundingkan bersama kalian,” Lewis ikut
berdiri, “Aku
telah memikirkannya masak-masak sejak kemarin dan aku ingin tahu apa pendapat
kalian.”
“Tentu saja,” Count Meyer berdiri, “Aku selalu siap kapan pun kau membutuhkanku.”
“Kaum pria itu tampaknya sudah mulai,” gumam Countess Yolanda melihat kepergian
keempat pria
itu.
“Kita juga bisa mencari kesibukan yang lain,” usul Countess Kylie, “Bagaimana kalau
kita
“Ide yang bagus,” timpal Countess Horace sambil tersenyum penuh arti, “Kita bisa
melanjutkan
Fulvia yakin para ibu dalam ketiga keluarga ini pasti akan meneruskan pembicaraan
mengenai jodoh
putra-putri mereka.
Fulvia melihat Irving. “Apakah Anda ingin melakukan sesuatu?” tanyanya, “Ataukah
“Benar,” timpal Richie, “Kami mempunyai hal penting yang ingin kami bicarakan
dengannya.”
Tiba-tiba Fulvia mencurigai semangat membara keduanya. “Apa yang ingin kalian
bicarakan
“Ini adalah masalah antara kaum pria,” Richie menegaskan, “Benarkah, Irving?”
Irving tidak mengerti apa yang sedang dikatakan dua pria itu.
Irving pun tahu mereka ingin membicarakan sesuatu yang penting dengannya. Irving
berdiri.
Irving terkejut. Ia menatap Fulvia lekat-lekat. Tampaknya gadis ini tahu apa yang
sedang direncanakan
kedua sepupunya.
Fulvia masih tidak dapat mempercayai tingkah kedua sepupunya yang tiba-tiba menjadi
sangat akrab
itu.
“Fulvia,” Audrey berpindah duduk di sisi Fulvia, “Mengapa engkau tidak memberitahuku
mengenai
Irving?”
“Tidak. Kau tidak pernah mengatakan peran Irving dalam rahasiamu itu,” Audrey
menegaskan.
mengatakan pada
Audrey. Hari itu setelah Irving setuju untuk membantunya, Fulvia segera memutuskan
untuk memberitahu
Audrey dan…
“Aku ingat,” ujar Fulvia, “Hari itu aku ingin memberitahumu tetapi kau mengusirku. Hari
itu kau
“Kau memang tidak pernah berubah,” keluh Audrey, “Setiap kali kau sedang
“Aku sudah melihatnya beberapa kali,” Audrey berkata penuh kemenangan, “Aku sering
meihatmu
mengabaikan Irving ketika kau sudah berbicara denganku sehingga aku harus segera
mencari cara
mengingatkanmu atas keberadaan Irving.”
Fulvia tersipu. Audrey benar. Ia sering melupakan keberadaan Irving selama ia berada
di Greenwalls
dan ia tidak akan ingat pulang bila bukan karena Audrey yang mengingatkannya.
-----0-----
‘Bagaimana kalian mengharapkan aku menilai perasaan gadis itu kalau aku sendiri
tidak mengerti
dia!?’ hati Irving berteriak, ‘Bagaimana kalian mengharapkan aku berkata bila aku
mencintaiku!?’
“Kau pasti tahu!?” Richie juga tidak terima. “Bukankah kau terus menemui Fulvia
“Tidak. Aku..”
“Davies!” sahut Trevor, “Pasti Davies yang mengatur semua ini untuk kita.”
Irving kebingungan.
“Siapapun yang lebih dicintai Fulvia, kami tidak akan menuntutmu. Kami hanya ingin
tahu siapa di
antara kami yang lebih dicintai Fulvia,” Trevor meyakinkan dengan penuh antusias.
“Aku bukan?” tanya Richie percaya diri, “Aku yang lebih dicintai Fulvia.”
“Tidak, aku!”
“Fulvia selalu ingat untuk merayakan pesta ulang tahunku!” Trevor tak mau kalah.
terperangkap di
dalamnya.
Ia adalah malaikatnya!
Ia adalah bidadarinya!
Ia adalah dewinya!
Entah kapan ia terperangkap dalam pertengkaran konyol ini. Entah kapan ia terjerat
Sekilas gadis itu tampak begitu genit – seperti wanita berambut pirang yang selama ini
dikenalnya.
Tetapi ketika ia mulai mengenal gadis itu, ia yakin gadis itu cerdik serta licik. Dan ketika
ia semakin
mengenal gadis itu, ia sadar gadis itu begitu dewasa di balik wajahnya yang kekanak-
kanakan dan ia
begitu lembut.
Tahulah Irving sekarang mengapa kedua pria itu terus memperebutkan Fulvia.
Irving termenung melihat kedua sepupu yang terus membandingkan perlakukan Fulvia
terhadap
mereka.
Fulvia tahu apa yang dapat membuat Trevor bahagia seperti ia tahu apa yang dapat
menyenangkan
Richie.
“Fulvia mencintai kalian berdua sama besarnya,” Irving memotong pertengkaran kedua
orang itu.
kalian sama
besarnya.”
“Maaf tapi hanya itu yang dapat kukatakan,” kata Irving, “Bila kalian ingin tahu,
“Andai Fulvia mau mengatakannya maka hal itu akan sangat mudah bagi kami,” keluh
Richie.
Mereka heran.
“Kau adalah orang luar,” Richie mulai mengerti, “Dan Fulvia telah menganggapmu
sebagai
temannya.”
Walau demikian Irving masih tidak mengerti apa yang ada di pikiran kedua pria itu.
“Fulvia tidak pernah mau mengatakannya pada kami tetapi kami yakin ia mau
mengatakannya pada
Irving terdiam.
“Fulvia pasti mau mengatakannya padamu!” kedua pria itu menepuk pundak Irving
dengan puas.
-----0-----
“Aku tidak mengerti,” kata Margot, “Bukankah kau mengatakan Irving menemui Fulvia
karena
“Aku juga tidak mengerti. Bila bukan karena Trevor dan Richie, mengapa Irving terus
mencari
Fulvia?”
“Apa?”
“Irving tertarik pada Fulvia,” Margot berkata penuh semangat, “Karena itulah ia terus
menemui
Fulvia.”
“Omong kosong!” Davies tidak menyukai ide itu, “Irving hanya ingin mempermainkan
Fulvia!”
“Tidakkah kau memperhatikan cara Irving menatap Fulvia sepanjang makan malam
tadi?” tanya
Margot, “Ia menatap Irving seperti seorang pria yang tengah dilanda cinta.”
dan Irving.
Margot tahu Davies tidak pernah menyukai hubungan keduanya walau sesungguhnya
ia setuju.
“Davies!”
“Davies!”
“Tak percuma selama ini aku terus bergantung padamu,” Trevor menambahkan.
“Ada apa?”
“Jangan berpura-pura tidak tahu,” kata Richie, “Kau pasti telah mengatur semua ini
demi kami.”
“Ayolah, Davies,” kata Trevor penuh semangat, “Kau pasti sengaja mengatur
“Kau memang seorang saudara yang baik,” kata Richie tak kalah antusiasnya.
“Sebentar lagi kami akan tahu siapa yang akan menjadi adik iparmu,” timpal Trevor.
Davies melihat keduanya mulai bertengkar. “Mari kita menjauh,” Davies membawa
Margot menjauhi
“Kau benar,” Davies sependapat, “Semua tidak semudah yang aku pikirkan. Bahkan
sekarang mereka
mengira aku sengaja menyuruh Irving bertemu Fulvia setiap hari demi mereka.
“Kedua musuh bebuyutan itu pasti menyalahkanmu kalau Fulvia memilih Irving,” Margot
menatap
Davies mengeluh panjang. “Mengapa aku harus terlibat dalam masalah ini?”
-----0-----
Pelayan telah mulai merapikan kembali Ruang Makan dan Audrey telah pergi menemui
Lewis.
Dari Audrey, Fulvia mendengar bahwa Lewis berencana untuk memulihkan keadaan
Greenwalls dan
usaha ayahnya. Lewis mulai mengumpulkan kembali orang-orang yang dulu pernah
dan ia juga mulai menemui rekan-rekan dagang ayahnya. Count Garfinkelnn juga
bersedia memberi
pinjaman uang untuk membuka kembali usaha mereka. Trevor juga telah menawarkan
mereka.
Fulvia keheranan melihat Irving berjalan seorang diri. “Di manakah Trevor dan Richie?”
tanyanya
“Tentu,” kata Fulvia, “Apakah yang ingin Anda bicarakan dengan saya?”
Fulvia tidak mengerti permintaan itu, namun ia berkata, “Kita bisa berbicara di
Perpustakaan. Saya
Unsdrell. Ia
“Apakah yang ingin Anda bicarakan dengan saya?” Fulvia mengulangi pertanyaannya.
“Mereka adalah kakak yang baik,” jawab Fulvia keheranan, “Mengapa Anda
menanyakannya? Apakah
Tiba-tiba Fulvia menyadarinya, “Apakah mereka meminta Anda untuk membuat saya
memilih seorang
di antara mereka?”
“Kau telah menebaknya,” Irving menekan kegetiran hatinya, “Kau harus memilih
seorang di antara
mereka.”
“Mengapa?” Fulvia keheranan. “Mengapa saya harus memilih seorang dari mereka?”
“Anda?”
ia membiarkan
“Saya tidak akan pernah memilih seorang dari mereka. Anda tahu itu.”
“Kau tidak mempunyai pilihan lain. Kau tidak bisa menghancurkan lebih banyak lagi
perasaan orang
lain.”
“Engkau sadar kau lebih kejam dari aku,” cibir Irving – mengingatkan Fulvia akan kata-
katanya
sendiri.
“Saya tidak mencintai mereka lebih besar dari cinta saya pada Anda.”
Andai keadaannya tidak seperti ini, Irving akan merasa sangat bahagia tetapi
kenyataannya bukan
seperti ini. Irving merasa begitu kotor. Ia merasa begitu tertekan. Bagaimana ia bisa
“Pilihlah seorang dari mereka,” Irving tidak dapat menyembunyikan kepahitan hatinya,
“Kau tidak
seorang di antara
mereka ketika Anda tahu saya mencintai Anda lebih dari mereka.”
kau tahu apa yang kurasakan? Apa kau tahu bagaimana rasanya menjadi orang
ketiga?”
Fulvia terhenyak menatap mata tajam Irving yang siap menelannya itu.
“Apa kau mengerti perasaanku!?” bentak Irving, “Aku merasa jijik! Aku merasa kotor!
Bagaimana aku
bisa menjadi orang ketiga di antara hubungan kalian!? Aku membencinya! Aku
Aku benci membiarkan diriku terjerat dalam perangkapmu. Aku benci membiarkan
padamu!”
Irving membalikkan badannya. “Pilihlah seorang dari mereka dan semuanya berakhir!”
katanya dingin
13
Irving melihat undangan itu dan ia tahu ia akan bertemu dengan Fulvia lagi.
Sebulan lebih gadis itu tidak pernah mencarinya lagi setelah sore itu.
Sebulan lebih gadis itu tidak pernah menampakkan dirinya lagi di hadapannya.
Hati Irving hancur membayangkan Fulvia bergandengan tangan dengan seorang dari
mereka.
hatinya.
Ia akan menunjukkan pada Fulvia bahwa ia tidak pernah terjerat perangkapnya, bahwa
ia tidak pernah
Ia akan menunjukkan Fulvia tidak lebih dari salah seorang gadis yang pernah melintas
dalam
hidupnya!
dirinya, ia yakin
Fulvia tidak akan bisa menghindari pesta ini. Itupun kalau dia tiba-tiba mengalami
gangguan mental.
Menilik sifat manjanya dangayahidupnya, Irving bisa meyakinkan seisi dunia ini Fulvia
akan hadir
Semua orang tahu bagaimana terkenalnya keluarga Wyndham. Semua tahu bagaimana
melimpah
ruahnya harta kekayaan mereka. Irving pun bisa memastikan harta keluarga Wyndham
melebihi kekayaan
keluarganya.
Bila selama ini tidak ada satu pertemuan pun yang bisa mempertemukan mereka, maka
inilah satusatunya
Di mana tempat gadis manja itu bila bukan di sisi pria-pria kaya?
Di mana tempat gadis binal itu bila bukan di pelukan pria-pria berharta?
Seminggu kemudian ketika hari di mana pesta tersebut diselenggarakan, Irving tidak
dapat
ia menjadi tamu
Sulit bagi Irving untuk mengingkari keinginannya untuk segera bertemu Fulvia.
Bagaimanapun
terlukanya dirinya oleh sikap Fulvia, Irving tidak dapat memungkiri bahwa ia masih
Dan kenyataan ini membuatnya kian membenci Fulvia. Sama seperti ia membenci
mencintai Fulvia.
Sejak awal di sanalah ia berdiri. Ia berdiri di sudut Hall yang gelap dan terhindar dari
keramaian
suasana.
Sejak awal di sanalah ia memperhatikan setiap tamu yang hadir dengan mata jelinya.
Matanya yang biasanya mencari-cari wanita cantik untuk menemaninya selama pesta,
mencari-cari
malam ini.
Mereka juga pasti tidak akan menolak untuk menghabiskan malam bersamanya.
Irving ingin mengingkari perasaan itu tetapi ia kalah oleh bagian lain dari dirinya.
dirindukannya itu.
Tepat satu jam Irving berdiri di sudut Hall, kereta keluarga Silverschatz tiba di halaman
Windport.
Irving yang semula bersandar santai di sudut gelap itu langsung berdiri tegak bagai
seorang prajurit
Irving dapat melihat Trevor turun duluan kemudian disusul oleh ayahnya dan kemudian
ibunya.
‘Tentu saja,’ ia mengejek dirinya sendiri, ‘Ia tentu datang bersama pria pilihannya.’
Keluarga Silverschatz baru saja turun dari kereta ketika kereta keluarga Garfinkelnn
datang disusul
Ketiga keluarga itu terkenal oleh dekatnya hubungan keluarga mereka. Takkan heran
bila mereka
datang bersamaan.
Irving juga tidak akan heran melihat Fulvia turun dari salah satu kereta keluarga itu.
Satu per satu penumpang kereta keluarga Garfinkelnn turun. Demikian pula
Ousterhouwl.
Irving tertegun.
Irving heran.
Ia tidak melihat Fulvia bersama rombongan itu. Ia tidak melihat Fulvia bersama Trevor
maupun
‘Permainan apa yang dimainkan gadis ingusan itu?’ alam bawah sadarnya
memperingatkan.
Apa pun itu, Irving akan memastikan gadis itu tidak akan berhasil mengelabuhinya.
Tidak setelah
“Selamat sore,” Irving menyapa, “Kulihat hubungan keluarga kalian memang seerat
yang dikabarkan.”
“Ya, aku dapat melihatnya. Tetapi kulihat seorang dari kalian menghilang.”
ulangnya tidak
percaya.
“Mereka berdua telah membuatnya lelah. Ia tidak dapat memilih seorang dari mereka
tanpa melukai
perasaan yang lain. Yang lebih penting adalah ia tidak dapat mengingkari dirinya
sendiri. Ia mencintai
mereka berdua seperti mereka mencintai aku. Mereka berdua tahu itu tetapi tidak
pernah mengakuinya.
Mereka hanya bisa memperebutkan Fulvia tanpa menyadari bagaimana Fulvia merasa
tertekan oleh
perseteruan mereka.”
“Fulvia berkata cinta sejatinya tidak ada pada kami. Cinta sejatinya adalah sebuah
kesalahan besar,”
Ia tidak mau
“Ia telah memutuskan untuk tidak menikah,” Davies menjelaskan, “Bila memilih adalah
sebuah
Irving tidak tahu harus bereaksi bagaimana atas kenyataan yang tidak terduga ini.
Tetapi mereka yang berdiri di sekitarnya mengerti apa yang tengah dipikirkan Irving.
“Kau tidak menduganya, bukan?” ujar Richie, “Aku juga tidak menduga Fulvia akan
memilih jalan
senekat itu.”
“Kurasa Fulvia benar-benar kesal oleh pertengkaran kami,” Trevor menyesal, “Tidak
seharusnya kami
bertengkar terus hingga semua menjadi seperti ini. Tanpa kami sadari, kami telah
Fulvia.”
“Sudah sejak awal kukatakan sikap kalian itu akan mengekang kebebasan Fulvia,”
Davies
menyalahkan kedua sepupunya itu, “Fulvia mungkin mencintai salah seorang dari
ia bisa memilih bila seorang dari kalian harus terluka sementara yang lain bersenang-
senang atas
keputusannya itu?”
“Sekarang aku dapat mengerti mengapa Fulvia selalu menolak memilih seorang di
antara kami,”
tambah Trevor, “Ia mencintai kami berdua sama besarnya hingga ia tidak ingin kami
“Ia begitu takut melukai kami hingga ia memilih jalan ini,” timpal Richie.
Irving tertegun.
Tidak!
Mereka salah!
Mereka tidak tahu siapa yang memaksa Fulvia mengambil jalan ini.
“Percuma saja kalian menyesal,” Davies berkata dengan sinisnya, “Fulvia telah
memutuskan yang
badan dan
meninggalkan mereka.
Apakah ini berarti ia harus rela melepaskan Fulvia lagi? Melepaskannya ketika ia
memperoleh sebuah
Ia tidak pernah berpikir sekeras ini semenjak tujuh belas tahun lalu.
Ia tidak pernah berpikir sepanjang malam semenjak ibunya pergi meninggalkan rumah
bersama
Tapi ini berbeda. Bila tujuh belas tahun silam ia memikirkan bagaimana membalas
dendam kepada
wanita-wanita binal yang hanya dapat melukai perasaan pria seperti ibunya melukai
ini ia berpikir keras apa yang dapat ia lakukan untuk Fulvia dan dirinya sendiri. Bila saat
ia berusia
delapan tahun itu ia memutuskan untuk membuat kaum wanita itu bertekuk lutut di
hadapannya dan
Irving akan membuat Fulvia mengatakan sendiri semua yang didengarnya dari keluarga
gadis itu!
Maka pagi itu begitu Irving selesai menyantap sarapan pagi yang disediakan untuknya,
Irving langsung
melesat ke Unsdrell.
Irving tidak peduli apakah gadisnya itu telah bangun atau tidak. Irving tidak peduli
seberapa pagi
kehadirannya di Unsdrell. Irving hanya tahu ia tidak dapat menanti lebih lama lagi. Irving
ingin bertemu
-----0-----
kekecewaan. Senyum
manis yang mengembang di wajah manis itu seolah berkata pada Irving bahwa tidak
Orang lain! Fulvia memperlakukannya seperti orang yang baru pertama kali ditemuinya!
dinginnya, “Kau
Suara tawa itu seperti menertawakan kerinduannya dan Irving merasa sangat terpukul.
Ia datang bukan
“Janganlah Anda
Fulvia terdiam.
“Kau selalu mengatakan bahwa aku tidak bisa terus mempermainkan perasaanku
sendiri,” Irving
mengingatkan Fulvia.
Irving terus memandang punggung itu. Fulvia begitu dekat darinya tetapi ia merasa
Fulvia berada di
tempat yang jauh – tempat yang tak teraih olehnya. Tiada jalan yang menghubungkan
tempat Fulvia
“Bila tidak ada yang Anda butuhkan dari saya,” kata Fulvia dingin, “Ijinkan saya
meneruskan
kesibukan saya.”
Irving kaget. Fulvia akan meninggalkannya!
“Mereka ingin tahu mengapa kau bersikeras tidak keluar bersama seorang pun dari
mereka,” otaknya
Irving terpaku dan ketika ia membalikkan badan, Fulvia telah meninggalkan ruangan itu.
Sudah tidak ada tempat baginya di hati Fulvia. Sudah tidak ada gunanya ia berlama-
“Kudengar kau datang menemui Fulvia,” seseorang mencegat Irving di pintu masuk
Unsdrell.
Irving menatap Davies. Ia tidak ingin memberi penjelasan apa pun pada pria itu. Ia
suasana hati untuk bersitegang dengan pria yang selalu berseberangan jalan
dengannya itu.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian,” Davies berkata dengan nada
mengancamnya, “Tetapi
Dari caranya berjalan, caranya menatap Irving, terlihat jelas bahwa pria itu ingin sekali
membunuh
Irving, pria yang ia percaya bertanggung jawab atas semua ini! Dan Irving sadar akan
kesalahannya itu.
“Kalau kau butuh bantuan, jangan segan untuk mengatakannya padaku,” katanya
sebelum berlalu.
Irving terkejut. Ia mengawasi Davies yang terus melangkah santai ke dalam gedung
megah itu.
Davies memang seorang kakak yang baik. Ia tahu bagaimana melindungi adiknya dan
Dalam hatinya Irving berjanji pada Davies untuk membuat Fulvia kembali tersenyum
dengan senyum
menawannya yang dulu. Dan untuk itu Irving tahu ia harus memulai semuanya dari
-----0-----
“Tuan Muda Richie dan Tuan Muda Trevor ingin bertemu, Tuan Puteri.”
“Apakah sekarang kau sedemikian sibuknya hingga kau tidak bisa bertemu kami walau
hanya sesaat?”
Fulvia melihat keduanya tanpa rasa tertarik. “Kalau kalian datang untuk membujukku,
lupakan saja.
Aku tidak akan merubah keputusanku.”
“Kami juga tahu tidak ada gunanya membujukmu,” kata Trevor, “Kami sudah
menyerah.”
Beberapa saat yang lalu Irving mengundang mereka berdua ke rumahnya. Ia tidak
mengatakan
Fulvia. Hampir
setiap saat keduanya berusaha membuat Fulvia membatalkan keputusannya itu. Tetapi
keteguhan hati
Davies juga tidak bisa diandalkan lagi. Ia mendukung keputusan Fulvia bahkan ia
menyuruh mereka
Count Clarck beserta Countess Kylie juga tidak ingin campur tangan dalam keputusan
putrinya itu.
Mereka percaya Fulvia telah melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Dua
lepas tangan.
“Kami telah berusaha dan Fulvia tetap tidak merubah keputusannya,” Richie
sependapat.
dan ia diterima.
“Apakah yang bisa kaulakukan dalam lima hari?” tanya Trevor, “Sementara kami yang
sudah sebulan
“Karena aku juga tidak ingin Fulvia mengambil keputusan ini,” jawab Irving, “Aku telah
membuat dia
mengambil keputusan ini dan aku pulalah yang bisa membuatnya membatalkannya.”
Dan di sinilah sekarang mereka berada, mengantar surat Irving kepada Fulvia.
Keduanya sudah hampir yakin Fulvia tidak akan menerima surat itu ketika Fulvia
berkata,
Mereka memperhatikan Fulvia membuka surat itu. Mereka tidak tahu apa isi surat itu.
Mereka tidak
bertanya apapun pada Irving. Mereka percaya Irving mempunyai cara untuk
membatalkan keputusan
Fulvia ini.
Fulvia membuka lipatan kertas itu dan membaca tulisan tangan Irving.
Sekali aku telah membantumu menyimpan kotak musik untuk hadiah ulang tahun
pernikahan orang
tuamu. Dapatkah sekarang kau membantuku menemukan buket bunga yang indah
tercinta?
Irving
Fulvia menutupsuratitu dan mengeluarkan secarik kertas dari laci mejanya. Tanpa
berkata apa-apa, ia
mulai menulis.
-----0-----
Melalui surat ini, saya menyatakan dengan penuh penyesalan saya tidak dapat
membantu Anda.
Salam sejahtera,
Fulvia
Irving kecewa.
Ia merasa satu jalan antara dia dan Fulvia telah tertutup lagi.
Tidak adakah cara yang dapat ia lakukan untuk mendapatkan hati Fulvia lagi?
Melihat raut wajah Irving, mereka tahu apa yang dikatakan Fulvia dalamsuratitu. Dan
mereka turut
“Aku tahu. Aku tahu ini akan sia-sia,” kata Richie pula.
“Ini adalah karma,” kata Irving, “Davies telah memperingatiku untuk tidak menyakiti
“APA!?” pekik kedua pria itu bersamaan – mencengkeram kerah baju Irving.
menjadi Nelson
kedua.”
Kedua pria itu melepaskan Irving dan duduk termenung di kursi mereka masing-masing.
“Aku tidak menyalahkanmu,” kata Trevor. “Sejujurnya, sejak awal kami sempat khawatir
Fulvia akan
“Tetapi kami berpikir Fulvia tidak mungkin jatuh cinta pria sepertimu. Ia mungkin tidak
mengenalmu
tetapi ia tahu reputasimu dan ia selalu mengatakan ia tidak menyukai pria sepertimu
yang suka
“Dan kau pun tidak akan jatuh cinta pada Fulvia,” tambah Trevor.
“Kami begitu yakin tetapi Davies lebih bijak,” keluh Richie, “Ia terus memperingatkan
kami sebelum
kami mempertemukan kalian. Davies tahu reputasimu tetapi ia lebih paham Fulvia. Ia
Irving termenung.
“Mungkin kau bisa menggunakannya sebagai sebuah kesempatan,” kata Richie lagi.
“Fulvia ingin sekali pergi ke festival itu. Ia bahkan ingin seluruh keluarga kami pergi ke
sana
bersama-sama,” kata Trevor, “Namun kami mendengar Fulvia telah memutuskan untuk
tidak pergi. Ia
beralasan ia sudah tidak tertarik dan ia harus meyakinkan semuanya telah siap
sebelum ia berangkat ke
“Fulvia tidak pernah mengakui kesedihannya tetapi ia tidak dapat membohongi kami
yang telah
“Aku yakin Fulvia akan bersedia bila kau, pria yang dicintainya, mengajaknya.”
“Kami tidak bisa membantumu lagi,” kata Richie, “Kau telah merebut Fulvia dari kami
dan kau
“Terima kasih.”
“Kami pasti akan merebut Fulvia kembali bila kau menyakiti Fulvia.”
Irving mengangguk.
sekolah biara.
sendiri.
“Aku tahu kau pasti akan datang,” kata pria itu sambil bersandar di dinding.
Irving berhenti.
Irving terhenyak. Dalam pikirannya hanya ada Fulvia dan ia benar-benar melupakan hal
itu.
“Kau lebih parah dari Trevor dan Richie,” Davies tersenyum geli, “Tetapi kau lebih baik
darinya.”
“Ya,” Davies mengakui, “Aku membencimu karena kau merebut Fulvia dariku. Tetapi
aku juga
“Aku akui itu juga,” kata Davies, “Tetapi aku sudah tidak khawatir lagi. Fulvia telah
menjinakkanmu.”
Irving terdiam. Davies benar. Sedikitpun tidak salah. Semenjak mengenal Fulvia, ia
mulai kehilangan
rasa tertariknya pada wanita-wanita lain. Dan sekarang seluruh hati, jiwa dan raganya
Davies berhenti.
“Aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini,” katanya, “Kamar Fulvia adalah pintu
kedua itu.”
Irving menoleh.
Irving mengangguk.
“Kami akan menanti kalian di festival itu,” kata Davies dan ia pun meninggalkan tempat
itu.
Begitu berada di depan kamar Fulvia, keragu-raguan menghampiri Irving. Irving tidak
yakin Fulvia
akan menerimanya.
“Tidak! Aku datang bukan untuk kalah tetapi untuk menang!” Irving membulatkan
“Siapa?”
Irving terpaku. Tidak pernah ia merasakan sebuah keinginan sebesar ini untuk meraih
seorang wanita
dalam pelukannya.
Setelah pagi ia meninggalkan Irving di Ruang Tamu, ia begitu yakin Irving tidak akan
pernah
menemuinya lagi. Fulvia yakin Irving tidak dapat menerima cintanya sama seperti ia
Fulvia benar. Bahkan setelah menerima surat itu pun ia tahu ia tidak pernah salah.
Irving tidak pernah dapat menerima kenyataan bahwa mereka saling mencintai. Ia juga
tidak bisa
menghapuskan rasa bersalah karena keputusannya ini. Dan rasa bersalah itulah yang
membuatnya
ini.
Saat ini Irving juga pasti datang untuk membujuknya! Membujuknya demi Trevor dan
Richie!
“Aku tidak akan pergi denganmu! Aku tidak mau pergi ke festival itu!”
Fulvia terdiam.
“Kau tidak bisa terus membohongi perasaanmu. Kau tahu itu,” ujar Irving.
“Kau boleh membohongi semua orang tetapi kau tidak bisa membohongi dirimu
sendiri.”
“Aku tidak pernah merasa begitu benci diriku sendiri karena sadar telah melukai
perasaan seseorang,”
kata Irving, “Aku tidak pernah merasa begitu gila karena mencintai seseorang. Aku tidak
peduli menjadi
orang ketiga atau orang keberapa pun selama aku dapat membuatmu tersenyum.
Mencintai seseorang
bukanlah kesalahan.”
“Aku datang untuk mengatakan padamu bahwa aku tidak menyesali cintaku padamu.
pernah membenci kenyataan menjadi orang ketiga di antara kalian. Sekarang aku
ketiga di antara kalian sebelum orang lain dan orang pertama yang mendapatkan cinta
sejatimu.”
“Aku ingin kau tahu aku akan terus mencintaimu apa pun yang terjadi dan sampai
Irving termenung. Ini artinya kesempatan terakhirnya pun telah tertutup. Ia tidak akan
dapat
14
Fulvia berdiri di kejauhan – melihat orang-orang yang sedang bersenang-senang dalam
Festival
Topeng.
Festival ini mungkin akan menjadi kemunculannya yang pertama sebagai seorang
Ketika Fulvia mendengar suara roda kereta diiringi langkah-langkah lincah kuda
menjauh, ia tahu
Irving telah pulang. Fulvia ingin mengejar kereta itu namun otaknya menolak keras.
Ia akui ia sempat menangis ketika Irving pergi begitu saja. Untungnya, otaknya
mengingatkannya pada
kenyataan. Irving datang demi Trevor dan Richie. Tidak ada gunanya ia terus
datang hanya untuknya. Pria itu tidak pernah percaya pada cinta. Bagaimana mungkin
ia bisa tiba-tiba
katanya? Ia hanyalah
seorang gadis ingusan. Ia bukan wanita-wanita cantik yang pernah menjadi kekasih
Irving.
Ya, ia tidak pernah menjadi kekasihnya, Fulvia mengakui dengan sedih. Mereka
menghabiskan waktu
bersama hanya karena permintaannya sendiri. Irving tidak akan pernah datang
Cerita cinta ini cukup sampai di sini. Tidak ada gunanya terus memperpanjangnya.
Pada awalnya
Fulvia memang tidak tertarik pada Irving. Irving bukanlah tipe pria yang ia sukai.
Sebaliknya, ia tidak
menyukai kebiasaan Irving berganti-ganti pasangan. Ia juga tahu Irving bukanlah tipe
setia. Kalaupun sekarang Irving benar-benar jatuh cinta padanya, besok atau lusa
pada wanita cantik lain. Ini memang kesalahannya sendiri, jatuh cinta pada orang yang
salah. Karenanya,
cerita cinta ini harus segera ditutup. Ia sudah membuat keputusan menyangkut masa
depannya. Ia sudah
mempersiapkan semua ini semenjak sebulan ini. Sekarang sudah terlambat untuk
mundur.
meninggalkan satu
Irving telah mengingkari cinta di antara mereka. Irving telah membenci cinta di antara
mereka. Tetapi
Selama ini Fulvia hanya tahu Irving melakukan semua ini demi Trevor dan Richie. Di
hari kedua
kakak sepupunya itu memperkenalkan Irving, Fulvia sudah menyadari ini adalah
rencana keduanya.
sementara mereka
Bagaimana kedua pria yang senantiasa bertengkar memperebutkan dirinya itu tiba-tiba
membantu
Irving?
Hanya satu alasan di balik semua ini. Mereka membuat Irving membantu rencana
mereka. Mereka
Fulvia termenung.
Irving tidak menerima perintah Richie ketika ia mengantar jemputnya setiap hari.
Irving tidak pernah memberitahu Trevor maupun Richie ketika ia membawanya ke
gunung.
Keduanya pasti telah melarang Irving bila mereka tahu ke mana Irving akan
membawanya.
Apakah yang telah dilakukannya selama ini? Apakah yang telah ia perbuat?
berusaha
Dan ia…
Ia tidak berusaha membuat Irving menarik kembali kata-katanya seperti Irving berusaha
membatalkan
keputusannya.
mengingkari
Air mata Fulvia jatuh semakin deras. Ia ingin berlari pada Irving. Ia ingin menjatuhkan
diri pada
lautan manusia
tersembunyi di balik
topeng-topeng itu. Ia mencari-cari mata biru tua yang hanya bersinar lembut untuknya
itu.
Fulvia membalikkan badan untuk berterima kasih pada orang yang telah menolongnya
itu dan ia
tersekat.
Sepasang mata dingin itu menatapnya lekat-lekat.
Fulvia tidak dapat melihat warna mata itu dalam kegelapan malam tetapi ia merasa
begitu mengenal
tatapan itu. Sesuatu dalam dirinya mengatakan ia merindukan sinar dingin itu.
Setiap orang telah bersiap diri dengan pasangan yang mereka pilih.
Fulvia menatap pemilik sepasang mata dingin yang menariknya mendekat itu.
Pria itu tidak berkata apa-apa. Ia tetap membisu ketika meletakkan tangan kirinya di
pinggang Fulvia
Sinar mata dingin itu membius Fulvia dan ia meletakkan tangannya yang bebas di
Fulvia tidak mendengarkan musik yang mengalun di taman kota. Ia tidak mempedulikan
orang-orang
Matanya terpaku pada sepasang mata dingin yang terus menatapnya lekat-lekat itu.
Kakinya melangkah
Cara pria itu menatapnya membuat pipi Fulvia terasa panas. Sinar dingin yang
memabukkan sepasang
Fulvia dapat merasakan sepasang tangan hangat pria itu di punggungnya. Dan
jantungnya berdebar
kencang.
Fulvia melihat orang-orang mulai membuka topengnya. Fulvia tidak tahu apa yang
harus dilakukannya
Sinar terang lilin yang menyala tak jauh di depannya menyilaukan mata Fulvia. Fulvia
menunduk untuk
“A… aku…,” Fulvia berpegangan pada Irving, “Aku begitu cemas aku salah memilih.”
mempedulikan
pandangan penuh ingin tahu orang lain, ia membawa Fulvia menjauhi kerumunan.
“Kau merasa lebih baik sekarang?” Irving mendudukkan Fulvia di kursi di salah satu sisi
taman kota
itu.
Tiba-tiba saja ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia datang untuk menemui
Irving. Ia datang
untuk memberi jawaban pada Irving dan kini setelah pria itu berada di sisinya, Fulvia
benar-benar tidak
Fulvia tertegun melihat kantung itu. Ia tidak mungkin salah mengenali kantung
menyimpan uang yang akan digunakannya untuk membeli hadiah ulang tahun
“Kantung itu…”
Begitu tangan Fulvia menyentuhnya, Fulvia merasakan sesuatu yang padat dan keras.
“Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan uang itu ketika teringat kau berkata
bermain di pantai,” ujar Irving, “Aku menggunakannya untuk mencari kerang itu.”
“Tapi saya…”
“Aku tahu apa yang akan kaukatakan,” potong Irving, “Aku juga tidak memberikannya
secara cumacuma.”
“Menikahlah denganku.”
yang ingin
ingin keturunanku dilahirkan. Aku telah mendapatkanmu dan aku tidak ingin
untuk selama-lamanya.”
Fulvia tersenyum gembira. Tidak akan ada yang dapat menyatakan perasaannya kali
Dan ketika Irving memeluknya, Fulvia tahu inilah yang paling diinginkannya.
tamat