Anda di halaman 1dari 3

Persahabatan

Narator : Herlia dan Evinda merupakan sahabat baik. Mereka


telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika
keluarga Evinda jatuh miskin, Herlia pun tak ingin lagi
bersahabat dengan Evinda. Suatu siang ketika
Evinda,Herlia,Livia,Andrian dan Haris sedang berada di
kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah,
Evinda dengan berat hati mengatakan kepada Herlia
untuk membantunya. Karena menurutnya Herlia lah
yang bisa menolongnya dan Herlia merupakan
sahabatnya, malah yang terjadi adalah Herlia balik
menghina Evinda.

Evinda : Herlia, bisakah kau menolongku sedikit saja?


Herlia : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus
aku tolong?
Evinda : Kenapa dengan mu Herlia? Bukankah kita sahabat?
Masa kau sudah lupa dengan itu?
Herlia : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu
yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang
yang kaya.
Livia : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang
bermasalah gitu.
Evinda : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya
kan Herlia?
Herlia : Baik-baik saja? Gini ya liv, tadi si miskin ini meminta
bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu
orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku
lagi? Ogah deh.
..........( Evinda pun pergi karena mendengar perkataan
Herlia seperti itu ).
Livia : Jangan begitu Her. Bukannya kau dan Evinda memang
bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Evinda dan
keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat
dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa
tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan
malah meninggalkannya.
Haris : Betul itu kata Livia. Seharusnya kau sekarang menyuport
dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia.
Andrian : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?
Herlia : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani
menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat
apa. Urus saja diri kalian masing-masing.
Haris : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok
baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Evinda
berakhir seperti ini.
Herlia : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian. (Herlia pun
langsung pulang )
Andrian : Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia
berbuat begitu kepada Evinda. Bukankah selama ini dia
yang selalu saja membela-bela Evindaa ketika ada
masalah?
Livia : ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya
kita tahu, Herlia hanya mau berteman dengan orang yang
Kaya.
Haris : Pantas saja.
Andrian : Pantas apanya?
Haris : sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja.
Livia : betul itu.
Narator : keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah
seperti biasa, tetapi tidak dengan Evinda. Hal ini pun
terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya
ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan
kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan
Evinda di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas.
Livia : Hey bukannya itu Evinda?
Haris : ia benar itu Evinda. Sedang ngapain dia? Bukannya
masuk sekolah malah keliuran seperti itu.
Livia : ia benar. (Livia pun langsung menarik Herlia yang jalan di
belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya) Liat
itu? Apa yang sahabatmu lakukan?
Herlia : haha Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya
juga orang miskin.
Andrian : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia.
Livia : Evinda, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak
masuk 2 minggu ini?
Evinda : (dengan Kaget) aku? Ya seperti yang kalian liat.
Herlia : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais
sampah. Seperti tidak tahu saja kalian kerjaan orang
miskin.
Haris : sudahlah Herlia, begitu-begitu Evinda itu sahabatmu.
Livia : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi
Evinda?
Evinda : Begini, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai
aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih
mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar
adikku yang sekolah dan aku membantu orang tua ku
untuk menyambung hidup.
Andrian : Mulia betul hati mu sobat.
Herlia : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu?
kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.
Evinda : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang
sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan.
Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah
itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku
dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah
menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu
merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Herlia.
(Evinda pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka
berempat dengan perasaan yang bercampur aduk)
Livia : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Aaron, suatu hari
nanti kau juga akan merasa apa yang Evinda rasakan
sekarang.
Andrian dan Haris : Betul itu.
Herlia: haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin
jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak
usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan
habis untuk 5 generasi. Haha ( sambil tertawa Herlia pun
jalan meninggalkan mereka bertiga)
Andrian : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik
saja.
Livia : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari
bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita,
namun tidak dalam kehidupan kita
Haris : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa
bertemu lagi dengan Evinda.
.( mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke
sekolah ).
Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu
Evinda. Dan ketika semuanya telah terjadi, Herlia pun
merasakan apa yang dulu Evinda rasakan. Keluarganya
bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya
Herlia tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia
beranggapan bahwa semua ini salah Evinda.

T A M A T

Anda mungkin juga menyukai