Anda di halaman 1dari 3

Zainal terus menjajari langkah Lara dan terus berusaha memegang tangannya atau mencoleknya,

namun Lara selalu berhasil menghindar.

“Apa-apaan sih kamu! ingat anak istrimu!” Dengus Lara kesal. Tapi Zainal terus saja mengikutinya.

Lara merogoh tas mencari handphone dan mencari nomor Rani, istri zainal, mengetik
singkat :suamimu!, kemudian kembali mempercepat langkahnya menuju rumah.

“Hei jangan sombong begitu dong, dulu mungkin kamu bisa menolakku, karena diusiamu saat itu
banyak pria yang mengejarmu. Berbeda dengan sekarang, lihatlah aku bahkan masih mencintaimu
walaupun kau dulu menolakku.” Cerocos Zainal.

Lara tak habis pikir kenapa pria satu ini masih saja mengganggunya, seingat Lara banyak pria yang
pernah di tolaknya tapi mereka bisa menerimanya dengan legowo tidak mengganggunya lagi.
Walaupun Lara menyadari bahwa mereka juga masih sering melirik padanya saat mereka
berpapasan atau berada pada tempat yang sama, tapi setidaknya mereka tidak mengganggu Lara
dan tetap menghargai wanita yang dinikahinya.

“Hei tunggu, buat apa jalan tergesa-gesa” Zainal menyambar lengan Lara dengan keras, hingga Lara
hampir terpelanting namun dia segera menhempaskan tangan Zainal dan secara refleks
menamparnya.

“Kau.... “ Zainal meraba pipinya yang sedikit memerah dan panas bekas tamparan Lara namun dia
masih terus saja membuntuti wanita yang sudah dicintainya sejak dia masih remaja itu.

Di atas atap di ujung blok depan tampak tiga pria tampan sedang memperhatikan mereka.

“Siapa pria itu? Dilihat dari tampangnya seharusnya dia sudah menikah kan?”. Tanya Devon pada
kedua rekannya

“Dia Zainal, menikah dengan Rani 5 tahun lalu, memiliki 2 anak” Jawab Dito dengan singkat.

“Laki-laki tak tahu malu. Sudah menikah dan punya anak tapi masih berani kurang ajar pada wanita
lain!” Devon kesal karena dia tidak pernah memperhatikan kelakuan para pria itu. Selama ini Devon
hanya fokus pada menumbuhkan cinta dan mengikat mereka dengan benang merah (yang artinya
ikatan pernikahan di dunia manusia) setelah itu Devon menganggap tugasnya selesai dan tak pernah
lagi memperhatikan kelakuan mereka.

“Kalian tahu?, Zainal dulu sempat jatuh hati setengah mampus pada Lara, aku sempat menjodohkan
mereka dan menciptakan banyak sekali peluang untuk mendekatan mereka. Dan seperti balon yang
didekatkan pada landak, DUAR lenyap sudah semua kesempatan itu hanya dengan satu penolakan
tegas dari Lara wkwk. Karena itu aku membuatnya menikah dengan Rani” terang Dodi panjang lebar
pada Devon

“Apa kau yakin sudah membuat mereka jatuh cinta sebelum mengikatkan benang merah pada
mereka?” Dengan ketus Devon bertanya. Dodi tertunduk lesu.

“Yah, kau tahulah Dev apa yang diinginkan laki-laki macam Zainal itu, cacing di balik celananya itu
sudah tidak bisa dikendalikan, jadi ya dia akan mudah mencintai wanita yang mau merawat
cacingnya itu” Dodi membela diri, karena setelah Lara menolaknya Zainal makin tak terkendali, dia
terus saja mengganggu para gadis dan seringkali melecehkan mereka. Akhirnya Dodi menemukan
Rani yang sefrekuensi dengannya, dia berharap mereka akan saling melengkapi dan bisa bersama
dengan bahagia.

“Huh lain kali kalian harus lebih serius lagi kalau menghubungkan tali merah pada manusia, aku tak
mau kejadian seperti ini terulang di kemudian hari, ini bisa mencoreng rekor keberhasilan kita
selama ini” Devon masih tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh pria-pria di dunia manusia
ini, mengapa mereka tidak bisa mencintai dan setia pada satu wanita yang telah menjadi
pasangannya.

Tiba di depan pintu rumah, ketika hendak membuka pintu, Lara ingin memastikan Rani datang
menjemput sumi kurang ajarnya itu dulu. Lara tak ingin sampai Zainal menginjakkan kaki dalam
rumahnya.

“Ayolah Lara jangan sok jual mahal, diusiamu sekarang sudah beruntung kalau aku mau
menjadikanmu istri keduaku” Kata Zainal angkuh, tangannya memegang dagu Lara memaksa untuk
menciumnya.

Lara mengelak, menghentakkan dagunya dengan keras hingga terlepas dari tangan Zainal. dia
sengaja berhenti di depan pintu rumahnya karena disana terdapat CCTV dengan begitu dia merasa
aman karena punya bukti kuat kalau Rani menuduh dia yang menggoda suaminya.

Di atas atap Devon tampak makin kesal dengan kelakuan Zainal.

“Biar kumatikan ‘cacing piaraanmu’ itu!” dengan kesal Devon hendak menjentikkan jarinya, namun
Dodi dan Dito lebih sigap menghentikannya.

“Tenang Dev, lihat saja adegan berikutnya, kau pasti sangat menyukainya hahaha” Dito tertawa
keras membayangkan kesialan seperti apa yang akan dialami Zainal nantinya.

Saat berusaha mengelak dari ciuman paksaan Zainal ujung mata Lara melihat Rani sedang berlari
menuju ke arah mereka sambil berteriak kencang.

“Hei kau wanita jalang penggoda suami orang, lepaskan suamiku atau kupanggil semua orang disini
untuk mengarakmu keliling kompleks” Wajah Rani tampak merah menahan marah.

Lara dengan sigap menendangkan lututnya ke bawah perut Zainal hingga dia berteriak keras
menahan sakit.

“Akh... kauu dasar wanita tak tahu diri, terus merayuku tapi apa yang kau lakukan padaku! Istriku
tolong aku...” Rengek Zainal menahan sakit sambil kedua tangganya memegangi selangkangannya

“Suamiku kamu tidak apa-apa?” tanya Rani yang langsung memeluk suaminya

Adegan itu membuat Lara muak.

“Sudah puas? Kalau sudah kalian bisa pergi!”


“Hei kau penggoda suami orang jangan merasa sok cantik, cuih dasar perawan tua tak tahu malu”
maki Rani kasar.

“See that.. “tangan Lara menunjuk ke pojok atas kanan, teras rumahnya. “And that..” dia menunjuk
bagian ujung lain. “Dua rekaman CCTV sudah cukum menjadi bukti. Kalau kaliat tidak segera pergi
aku akan laporkan kalian atas tindakan pelecehan, pencemaran nama baik, tindak tidak
menyenangkan. Atau kalian mau memilih sendiri pasal apa yang kalian ingin aku tuntut” terang Lara
dengan wajah tanpa expresi, karena hal ini bukan yang pertama kalinya.

Wajah Rani makin merah menahan amarah, kemudian dia bergegas pergi sembil menyeret Zainul.

Lara bergegas masuk dan mengunci pintu rapat-rapat. Tanpa terasa air mata menetes dari sudut
matanya. Dia bersandar di balik pintu, seolah kehilangan semua tenaganya Lara terduduk lemas
degan wajah tertunduk di lutut. Tak terdengar suara hanya bahunya yang bergerak naik turun, Lara
terisak tanpa suara.

Dari atas atap Devon masih tampak kesal, dan dia menjentikan jarinya sekejab kemudia Devon sudah
berada dalam rumah Lara. Dito dan Dodi hanya bisa geleng kepala memperhatikan temannya itu.

Dalam diam Devon memperhatikan Lara yang menangis, dia ingin menghibur dan menhapus airmata
Lara karena menurutnya apa yang terjadi pada Lara disebabkan oleh ketidak kompetenan kerja dia.
Namun Devon hanya bisa diam menatap dan menunggu.

Setelah beberapa lama menangis, Lara akhirnya tertidur dalam posisi yang sama. Menyadari Lara
telah lelap tertidur, Devon mengangkat tubuh Lara menuju kamar dan membaringkannya di ranjang,
perlahan diselimutinya dengan lirih Devon bergumam “Aku pasti akan mencarikan pria terbaik yang
bisa menjagamu dan melindungimu.” Janji Devon dalam hati.

Anda mungkin juga menyukai