Anda di halaman 1dari 4

ICSM.

2 99

Risna meninggalkan hotel itu, dia memesan taksi dan kembali ke apartemennya. Saat
masuk ke unit apartemen tersebut, tampak kedua orang tuanya Tengah duduk menonton
televisi. “ Kamu sudah pulang?” Tanya Tuan Ramli saat melihat kedatangan putrinya.
Risna tak menjawab, dia memilih duduk di samping sang ibu. “ Ada apa RIS, kenapa
mukanya seperti itu?” tanya ibunya.
“ Iya, bukannya semalam kamu sudah berhasil membuat Erwin bertekuk lutut,” tambah Tuan
Ramli.
Risna menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari orang tuanya itu. “
Sudahlah jangan dibahas lagi, pertahanan Erwin sangat kuat, sehingga sulit untuk
menjebaknya,” ucap Risna.
“ Lagi pula kita salah lawan, mengganggu kehidupan wanita itu dan Erwin hanya akan
menambah masalah untuk kita,” ucap Risna lagi.
“ Apa maksud kamu?” tanya Tuan Ramli masih bingung.
“ Sepertinya istri Erwin itu bukanlah orang sembarangan. Karena sahabatnya sendiri
mengatakan jika Arsy jauh di atas Erwin. Menurutnya Erwin itu tidak ada apa-apanya,”
“ Siapa yang berkata seperti itu, nyata-nyata wanita itu dari kalangan biasa saja,” Tuan
Ramli kekeh dengan pendapatnya.
“ Sudahlah pah berhenti mengganggu mereka jika kita masih hidup enak,”
Risna akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada dirinya, termasuk ancaman dari Marko.
Tuan Ramli masih sok keras dan ingin menemui Erwin tapi Risna melarangnya. “Untuk saat
ini kita diam saja, karena jika kita bertindak sekarang kita tidak akan pernah menang,”
“Selain Marco, Kita juga harus memikirkan sahabat Erwin yang tak lain adalah putra dari
Tuan Jimmy, yang bisa melenyapkan seseorang hanya dengan menjentikkan jarinya,” ucap
Risna.
“Kalau kamu tak bisa mendapatkan Erwin, kenapa tidak mencoba mendekati sahabatnya itu.
Putra Tuan Jim ikan jelas jauh di atas rata-rata,” celetuk ibunya.
***
Sementara itu setelah makan siang, Devan pamit pada adik dan saudara iparnya yang
tersebut, tetapi saat mengajak kedua putranya pulang, kedua bocah laki-laki itu belum mau
berpisah dari sepupu mereka dan masih ingin bermain bersama.
“ Biarkan saja mereka disini, kami akan mengantar mereka nanti,” ucap Erwin.
“ Baiklah kalau begitu, ada beberapa hal yang harus aku selesaikan,” ucap Devan.
“ Kalau kalian belum mau pulang tetaplah disini, papa pulang dulu nanti uncle Erwin yang
akan mengantar kalian,” ucap Devan.
Setelah berkata kepada putranya, Devan pun pamit pada sahabatnya itu. Dia melajukan
mobilnya menuju ke rumah.
Setibanya di rumah, Devan masuk dan melihat sang istri yang saat itu Tengah menonton
drama kesukaannya. Dia menghampiri Airi dan langsung merebahkan kepalanya di atas
pangkuan sang istri.
“ Dimana Arvin dan Kevin?” tanya Aeri, saat melihat sang suami yang sudah merebahkan
diri di pangkuannya.
“ Mereka tidak mau pulang dan masih ingin bermain, jadi aku pulang sendiri karena Erwin
sudah berjanji akan mengantar mereka,” jawab Devan.
Aeri kembali fokus pada drama yang dia tonton tetapi tangannya memainkan rambut sang
suami. Tapi tiba-tiba Devan mengangkat kepalanya kemudian mengecup sekilas bibir sang
istri, membuat Aeri terkejut dan dengan cepat mencubit pinggang sang suami. “ Yeobo apa-
apaan sih, kalau ada yang lihat gimana?” ucapnya.
“ Biarin aja,” jawab Devan.
“ Gimana kalau yang lihat jomblo?” ucap Aeri lagi.
“ Suruh aja cari pasangan,” jawab Devan.
Obrolan mereka semakin kesana kemari. Devan kemudian bangun, Dia segera
menggendong Airi dan membawa wanita tersayangnya itu menuju ke kamar. “Yeobo aku
belum selesai nonton,” teriak Aeri.
“Kita selesaikan dulu urusan kita, drama itu kan bisa diulang lagi,” jawab Devan.
Aeri mana bisa menolak titah sang Tuan jika Devan sudah ada maunya maka harus dituruti.
Tanpa menurunkan sang istri dari gendongannya Devan membuka pintu kamarnya dengan
satu tangan kemudian mendorongnya dengan kaki. Saat mereka masuk Devan menutup
pintu itu dengan kakinya lagi.
Setibanya di kamar Devan menurunkan air dari gendongannya, kemudian menarik wanita
yang selama 10 tahun ini menemaninya itu semakin mendekat ke arahnya. Devan mulai
menikmati manisnya bibir merah mudah milik sang istri, Dia memberikan sentuhan-sentuhan
lembut pada tubuh istrinya, sehingga Aeri membalas perlakuan dari suaminya tersebut.
Devan begitu menikmati saat-saat seperti ini, inilah saat dia bermanja pada wanita
kesayangannya dan saat ini juga dia memanjakan wanitanya.
Merasa dirinya sudah tidak tahan Devan akhirnya meminta persetujuan sang istri untuk
memulai permainan bersama adik kecilnya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Airi
Devan perlahan memulai aksinya. Tempat bermain yang disediakan sang istrinya memang
sudah siap dan hal ini membuat Devan semakin tersenyum sumringah ketika mengajak adik
kecilnya menuju ke sana.
Mereka berdua kini menikmati hari tanpa takut adanya gangguan dari kedua putranya.
Devan benar-benar memanjakan Aeri, selama melakukannya Devan tak pernah sekalipun
bersikap kasar. Dia bahkan pandai mengatur ritme permainannya sehingga membuat
istrinya itu merasa nyaman.
Keduanya mereguk madu asmara, hingga tanpa terasa 35 menit sudah berlalu, Devan
merasakan jika dirinya ingin meluapkan rasa yang sudah memuncak. Keduanya kini terkulai
setelah mendapatkan pelampiasan masing-masing. Devan memeluk tubuh sang istri dan
sesekali mencium kening, pipi, serta bibir wanita terhebatnya itu.
Sementara Aeri dia semakin merapatkan tubuhnya ke dalam pelukan sang suami. Baginya
aroma tubuh Devan sangatlah candu dan bisa membuatnya tenang.
Devan segera bangkit dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sementara Aeri
masih bermalas-malasan di atas tempat tidur. 20 menit kemudian Devan keluar dengan
handuk yang melilit di pinggangnya. Bagi sang istri pemandangan itu sudahlah lumrah
berbeda dengan saat pertama Devan menggunakan handuk di depan Aeri yang membuat
istrinya saat itu senam jantung.
Belum sempat mengambil pakaiannya tiba-tiba kamarnya diketuk oleh seseorang dari luar.
Devan membuka pintu masih dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Destian yang
berdiri di depan pintu mematung melihat penampilan dari bosnya itu. “ Maaf Tuan, saya
mengganggu waktu anda,” ucapnya sopan.
“ Ada apa?” tanya Devan.
“Tuan Jimmy ada di bawah, beliau menunggu Anda,” ucap Destian lagi.
“ Baiklah, temani papa dulu aku akan segera turun setelah menggunakan pakaianku,”
perintah Devan. Destian mengangguk kemudian meninggalkan kamar bosnya tersebut.
“ Siapa sayang” tanya Aeri saat melihat sang suami masuk kembali.
“ Destian, dia memberitahukan jika Papa ada di bawah,” jawab Devan.
Mendengar jika sang mertua berkunjung ke rumahnya, Aeri terperanjat dan segera menuju
ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Devan turun menuju ke arah ruang keluarga menggunakan kaos oblong dan celana pendek.
Dia menyapa sang ayah yang sudah menunggu di sana bersama dengan Destian.
“Maaf membuat Papa menunggu” ucapnya.
Jimmy memperhatikan penampilan Sang putra, beliau tersenyum tatkala melihat rambut
basa Devan. “Nggak keganggu kan?” Tanya beliau.
“Keganggu apa?” Tanya Devan bingung dengan pertanyaan sang ayah.
“Aktivitasmu di kamar udah selesai?”
Devan tersenyum sebelum menjawab pertanyaan ayahnya itu. “Aman, Pa.”
“Papa kemari karena ada yang ingin Papa bicarakan denganmu,”
“Kita bicara di sini atau ke ruang kerjaku saja?” Tanya Devan.
“Di sini saja, lagi pula hal ini tidak penting-penting banget,” jawab Jimmy dengan santai
sembari menyeruput kopi yang telah disuguhkan oleh asisten rumah tangga di sana.
“Sepertinya penting sampai papa sendiri yang datang kemari,”
“Papa kemarin niatnya ingin bertemu Arvin dan Kevin tapi papa liat tidak ada tanda-tanda
mereka?”
“Mereka berdua di apartemennya Arsy, tadi pagi mereka memaksa berkunjung ke sana dan
belum mau pulang,”jawab Devan lagi.
“Pantas saja sepi,”
“Begini, Van. Papa sudah memutuskan untuk kembali bekerja di kantor,” ucap Jimmy.
Devan menatap tak percaya pada sang ayah, tapi dia cepat menyadarinya jika memang
ayahnya saat ini butuh pengalihan setelah ditinggalkan oleh Elvina.
“Papa akan kembali ke JM Group?”
“Tidak, perusahaan itu biar lili dan Ken yang mengurusnya,” jawab Jimmy.
“Papa akan bekerja di Seven Company,”
“Papa tahu selama ini kamu sudah sangat rindu ingin kembali terbang, Jadi wujudkanlah
apa yang menjadi keinginanmu biar Papa yang menangani Seven company bersama
dengan Destian selama kamu menjalankan pekerjaan yang kamu impikan itu,” jawab Jimmy.
Jimmy sangat mengerti apa yang diinginkan oleh putranya. Memang selama 10 tahun ini,
Devan hanya mengambil satu atau dua jadwal penerbangan setiap bulannya dan itu pun tak
pernah mengambil jadwal penerbangan yang mengharuskan pilot yang menginap.
“Kapan papa akan masuk biar aku bisa mengatur semuanya?” Tanya Devan.
“Kemungkinan bulan depan, Papa ingin ke Australia dulu bersama dengan adikmu. Karena
hal itu yang diinginkan oleh mamamu dulu bisa berkunjung dan menginap di tempatnya Arsy
di Australia,” jawab beliau sendu.
Devan memeluk sang ayah. Iya tahu jika ayahnya saat ini sangat merindukan ibunya.
Saat mereka mengurai pelukannya, Aeri datang dan menyapa sang mertua. “Papa, maaf
karena tidak menyambut kedatangan papa,” ucap Aeri menyalami Jimmy.
“ Tidak apa-apa, Nak.” Jawab Jimmy.
Aeri duduk di samping Devan.
“ Kira-kira adiknya Kevin sudah dalam pengiriman belum?” Ucap Jimmy menggoda sama
menantu karena melihat rambut bahasa Aeri.
Meski sudah menjadi menantu di keluarga Ardian selama 10 tahun namun akhiri masih
sering terlihat malu-malu saat digoda oleh anggota keluarga tersebut, terutama Jimmy yang
sangat suka menggoda menantunya itu.
“ Barang, kali Pa, dalam pengiriman,” jawab nya.
“ Tambah lagi lah, siapa tahu perempuan,” ucap Jimmy lagi. Membuat pasangan suami istri
tersebut saling pandang mendengar pernyataan dari orang tua mereka itu.

ICSM.2 100

Jimmy pamit setelah berbicara beberapa hal dengan Devan dan juga Airy. Devan meminta
Destian mengantar sang ayah namun pria paruh baya itu menolak.
Pukul 08.00 malam barulah Erwin dan Arsy mengantarkan Kevin dan Arvin. Airy menyambut
kedatangan saudara iparnya tersebut, Dia kemudian meminta Erwin agar langsung ke ruang
kerja Devan sementara dia dan Arsy akan duduk-duduk santai di depan televisi.Sementara
kedua putranya sudah tertidur pulas karena saat tiba tadi mereka langsung ke kamar.

Anda mungkin juga menyukai