Secret Admirer (Exclusive Chapter and Special Extra Chapter)
Secret Admirer (Exclusive Chapter and Special Extra Chapter)
Secret Admirer
[Exclusive Chapter and Special Chapter]
Written by Ejey
2
SEAN
Tanpa ada keraguan, aku memasuki Gedung tua itu, dan berharap
melihat Zora dalam keadaan baik-baik saja. Aku benar-benar akan mati
3
jika melihatnya terluka karena aku. Tentu saja semua ini karena aku.
Dia tidak akan berada disini jika tidak memiliki hubungan apa-apa
denganku. Tetapi aku menyayanginya.
4
Aku menariknya ke dalam pelukanku, menenangkannya. Tetapi
tangisnya semakin pecah saat berada di dalam pelukanku. Aku tahu dia
sangat ketakutan.
Dan gilanya aku baru menyadari bahwa sedari tadi di tempat aku
menemukan Zora, aku tidak menemukan orang lain kecuali Zora, tetapi
jelas aku mendengar suara kursi yang tertendang sebelumnya.
“Zora… dia—”
“Sean, dia Angga. Dia… ada yang aneh sama dia. Dia kayak bukan
Angga yang gue kenal, dia… brutal.”
“Naomi tulus sama lo, dia beneran sayang sama lo, dia bahkan
gak pernah ngelihat cowok lain selain lo, tapi kenapa lo malah jadian
sama Zora? Kenapa lo malah tinggalin dan nyakitin dia? Gue gak bisa
lihat dia kecewa gitu, lo gak boleh lakuin semua ini, Naomi berhak
dengan yang lebih baik.”
5
“Angga, lo kenapa? Gue gak ngerti.”
“Dia gak pantas dapat semua prasangka buruk lo, emang benar
Naomi juga ada di balik semua ini, karena dia alasan gue lakuin semua
ini.”
“GUE SAYANG SAMA DIA SEAN!” teriak Angga lagi yang kini
terdengar diikuti dengan nada frustasi. “Gue suka dia sejak masih SMP,
iya gue satu SMP sama dia, deket dan akrab sampai gue harus gak satu
SMA sama dia, beruntung orang tua gue pindah ke dekat rumah dia, dan
hubungan gue sama Naomi tetap berteman baik-baik aja. Tapi setelah
di kenal lo, dia berubah, dia benar-benar cuma cerita tentang lo doang,
gue tahu dia jatuh cinta sama lo, tapi gue masih taruh harapan sama
dia.”
“Gue yang minta dia bersikap seolah-olah gak kenal sama gue,
biar rencana gue gak terbongkar.”
6
“Rencana?”
“Dia juga penyebab semua ini, Sean. Kalau aja lo gak ketemu
sama dia, kalau aja dia gak datang dan ada di hidup lo, lo gak bakal
nyakitin hati dan perasaan Naomi, dia harusnya gak ada diantara lo
sama Naomi—”
“Gak ada apa-apa antara gue sama Naomi, bukan salah Zora kalau
dia yang berhasil narik perhatian gue, dia gak datang di Tengah-tengah
antara gue sama Naomi, karena sejak awal gue gak pernah anggap
Naomi lebih dari teman. Dan gue gak nyangka dia ada perasaan lebih ke
gue.” Potongku cepat.
7
Aku meninju Angga sampai tubuhnya tersungkur ke belakang.
Aku kemudian berjalan mendekatinya dan menarik kerah bajunya.
“Yang tadi buat lo karena berani ngelukain Zora,” ucapku sebelum
melanjutkan pukulan keduaku, kemudian aku berkata, “Yang ini karena
lo berani ngejebak dan ngelibatin Zora,” kemudia aku melanjutkan
pukulanku lagi, “Dan yang ini karena semua ancaman sampah lo,” dan
baru saja aku berniat kembali melayangkan tinjuku, Zora berhasil
menangkap tanganku dan menahannya.
8
“Tolong beresin sisanya, Han. Gue bakal bawa Zora pulang,”
ucapku pada Rehan kemudian menarik Zora keluar dari Gedung itu dan
dengan perlahan menjalankan mobil Anna meninggalkan Gedung
tersebut.
9
ZORA
Aku berusaha merangkai semua kejadian sedari awal sejak Sean mulai
meninggalkan Gedung tua itu. Berniat untuk berbicara secara baik-baik
dengan pengagum rahasia Sean yang aku kira selama ini adalah seorang
wanita dan orang yang sebenarnya tidak ku kenal, ternyata orang
tersebut adalah pria yang selama ini berada di dekatku, bahkan di dekat
sekalipun.
10
“Zora,” panggil Sean dan berhasil membuyarkan semua
ingatanku mengenai hal-hal mengerikan yang baru saja aku lalui. Aku
merasa lega dan takut saat melihat Sean menemukanku. Aku lega
karena aku melihat harapan bantuan, tetapi takut dia akan terluka
karena mencoba untuk menyelamatkanku.
“Kita ke rumah aku dulu ya? Buat bersihin luka kamu,” ucapnya.
Awalnya aku ingin menolak karena aku merasa aku harus segera
berlindung di bawah selimutku, tetapi membayangkan Ibuku melihat
aku pulang dengan keadaan luka yang belum diobati pasti membuatnya
khawatir.
Kami kembali saling diam satu sama lain, namun kali ini Sean
menggenggam tanganku yang berada di atas pahaku, dan satu
tangannya lagi memegang kendali mobil.
11
Sean hanya memarkirkan mobil Anna di halaman rumah. Tidak
ada mobil Ayahnya, dan aku berasumsi sendirian bahwa saat ini
rumahnya sedang kosong. Tidak apa-apa, kami hanya akan
membersihkan Lukaku dan Sean akan kembali mengantarku pulang.
“Kamu? Kalau aku gak salah ingat, Angga yang udah lilit aku pakai
tali dan aku luka karena berusaha buat lepasin diri dari tali itu sampai
12
lengan aku luka,” aku menjelaskan. Tanpa sadar aku tidak lagi
menggunakan kata lo-gue dengan Sean. Kupikir akan menggelikan,
ternyata ini tidak seburuk itu.
13
SEAN
“Aku gak bisa bikin kamu dalam bahaya lagi, Zora,” ucapku
dengan nada rendah. Aku sendiri hampir tidak mengenali suaraku.
“Kamu lebih aman tanpa aku,” sambungku berat.
“Aku pikir kayaknya kita sampai disini aja, kamu gak boleh dalam
bahaya lagi, apalagi karena aku. Kamu pantas dengan yang lebih baik,
yang gak bakalan bikin kamu dalam bahaya kayak aku.” Tanda tidak
terima terpampang jelas di wajah Zora.
“Zora…”
14
bisa lewatin ini sama-sama, Sean. Kamu, aku, Kita.” Caranya
memperjelas kata kita seakan-akan mengartikan bahwa hubungan kami
benar-benar nyata.
Benar. Aku tidak bisa menyerah atas hubungan ini. Jika aku
melakukannya, maka yang kulakukan hanyalah menyabotase diriku
sendiri, berenang melawan arus. Seharusnya aku melepaskannya,
membiarkan diriku tenggelam mengikuti arus.
Kalau saja Zora akan berada dalam bahaya jika terus memiliki
hubungan denganku. Maka biarkan saja, aku yang akan memberikannya
perlindungan yang tidak akan bisa diberikan orang lain. Aku yang akan
menjaganya.
“Maaf,” gumamku.
15
“Karena udah nyuruh kamu buat putus sama aku, padahal aku
juga bakalan tersiksa.” Kekehan ringan keluar dari mulut kecilnya.
16
ZORA
17
“Tetap aja ahrus dibersihin biar gak infeksi,” debatku.
Aku mengambil kotak P3K yang sedari tadi berada di sisi kiri
Sean, dan mulai mensterilkan lukanya. Memang tidak parah, tapi tetap
saja semua jenis luka apalagi luka kemudian mengeluarkan darah perlu
untuk dibersihkan.
“Jangan.”
“Apanya? Bicara yang jelas dong, biar aku bisa ngerti.” Lihatlah
dia bertindak seperti tidak mengetahui apa-apa tetapi sebenarnya ia
mengetahuinya. Wajahnya tidak bisa berbohong.
“Marshmallow?”
18
Aku memukul bahunya. Ada apa dengan Sean sekarang? Seperti
bukan Sean pada biasanya. Tetapi tidak apa-apa, aku bisa merasakan
dengan benar bahwa hubungan kami mulai berkembang.
“Oke, tapi aku serius, kamu juga harus minum antibiotik ya?”
ucapnya saat tawanya sudah mulai mereda.
“Sean.”
“Ya, Marshmallow?”
“Aku harus pulang, kalau Rehan udah sampai rumah dan gak
ngeliat aku di rumah, dia bakalan berisik.”
19
“Aku pulang sendiri,” putusku, namun dengan cepat Sean
menarikku kembali untuk duduk disampingnya saat aku baru saja
berdiri dari dudukku.
“Mau kemana?”
“Pulang.”
“Sendirian?”
“Iya.”
20
SEAN
“Gue udah dengar semuanya dari Angga, maaf. Gue gak tahu lo
punya perasaan gitu ke gue.” Aku membuka percakapan. Lagipula aku
memang harus meminta maaf padanya.
“Lo gak salah karena suka sama gue, itu manusiawi, lo gak bisa
nyangkal perasaan lo, tapi lo bisa kendaliin.” Aku menahan ucapanku
21
selanjutnya. “Lo deserve better, Naomi. Lo harus mulai melihat dunia
luar, lihat disekitar lo, orang yang benar-benar sayang sama lo mungkin
ada di dekat diri lo sendiri.”
Naomi tersenyum pahit. Tentu sakit jika orang yang kita sukai
meminta kita untuk melihat orang lain. Tapi tidak ada yang bisa
kulakukan untuk menyembuhkan patah hatinya. Aku juga memiliki
seseorang yang hatinya harus aku jaga.
“Gue gak nyesal suka sama lo, Sean,” ucapnya pelan. “Gue iri sama
Zora karena bisa dapetin lo, Zora sama lo sama-sama pantas buat
dapetin satu sama lain.”
Keren.
22
Dengan tersenyum geli, aku mengetuk kaca jendela dan akhirnya
ia bisa mengalihkan fokusnya dari ponselnya. Ia menurunkan kaca
mobil dan menyambutku dengan senyum yang cerah. “Udah daritadi?”
tanyanya, aku menggeleng.
“Kenapa?”
“Iya.”
23
Dia adalah Zora-ku.
Aku kembali menggeleng. “Engga usah, biar aku aja yang kabarin
dia.”
“Apa?”
“Kamu bisa janji sama aku kalau kita itu nyata?” Zora balik
bertanya.
“Tentu saja, aku berjanji. Katakan apa yang kamu mau Zora?”
24
Dan juga menyelamatkanku.
Aku bisa gila karena permainan Tarik ulurnya. Tapi aku tidak bisa
menghilangkannya. Itu adalah ciri khas Zora. Bukan Zora jika tidak
bermain Tarik ulur denganku.
Zora-ku.
25
EPILOG
ZORA
“Ayo Zora, cepat tekan Enter.” Sean terus menerus memintaku menekan
enter untuk melihat pengumuman kelulusanku pada salah satu
universitas ternama yang menyediakan program studi fashion design
yang benar-benar menjadi mimpiku semenjak dulu.
“Aku takut, Sean! Kalau aku gak lulus gimana dong? Masa harus
nunggu setahun lagi?” aku merengek dan sekaligus menggila karena
penasaran setengah mati dengan hasilnya tetapi, tidak memiliki
keberanian untuk mengeceknya.
“Gak apa-apa, gak ada kata terlambat buat nuntut ilmu, ayo di
coba dulu.” Sean mengarahkan tanganku ke bagian enter di laptopnya.
26
“Akkk! Gak mau!” Aku tidak mau bertingkah seperti anak kecil,
tapi aku benar-benar takut hasilnya tidak akan mencapai ekspektasiku.
“Gimana kalau aku dulu yang lihat, nanti hasilnya biar aku yang
kasi tau?” Sean mengusulkan dan dengan cepat aku menyetujuinya.
Aku tidak lolos. Aku pasti tidak lolos. Dan aku harus menunggu
setahun lagi untuk mendapat kesempatan itu.
“Aku tidak bisa,” ujar Sean lagi. “Mulai hari ini kamu gak bakal
punya banyak waktu buat kencan sama aku, tugas-tugas mendesain
kamu yang bakalan ambil semua waktu kamu.”
Tulisan tebal dan hitam itu terpampang jelas, tulisan itu memberi
ucapan selamat, bukan maaf.
27
Mungkin karena teriakanku, Ibu Sean juga keluar dari dapur dan
mendapatiku berpelukan dengan Sean. Bodohnya Sean bukan
melepaskannya namun semakin mengeratkan pelukannya.
“Jangan panggil Zora menantu Ma, aku sama dia belum juga
nikah,” balas Sean malas.
28
SPECIAL EXTRA CHAPTER
SEAN
1
Menguasai, mengambil.
29
Sehari kemudian.
“Cantik banget, kamu mau beli?” Dia tentu tidak tahu bahwa
rumah itu adalah milikku.
“Buat kamu.”
“Apa?”
“Kamu bisa ajak orang tua kamu buat tinggal disini,” usul Zora.
“Aku udah beli rumah dan mobil baru buat mereka, jadi sekarang
aku beli rumah buat calon istriku—” ucapanku terpotong. “Tentu kalau
dia mau terima aku.”
30
“Zora, nikah yuk?”
“Ya! Ya! Ya! Ya! Beribu-ribu kali YA!” ucapnya diikuti isak tangis
bahagia.
“Aku minta izin duluan sama mama papa kamu, sama Rehan juga.
Abis itu ke mama papa aku, semuanya dengan gampang bilang iya dan
boleh, jadi gak ada alasan buat aku nunda lagi.”
“Aku kira kamu gak ada pikiran buat nikah.” Sudah kuduga.
31
Kupikir aku tidak akan sejauh ini mencintai Zora.
Zora-ku…
TAMAT
32
THANKS TO
Selalu dan akan selamanya yang menjadi pertama, kepada Allah SWT.
yang benar-benar kasi aku kesempatan lain untuk meluangkan hobi dan
mimpi aku… Aku selalu percaya dengan kekuatan doa dan usaha, tidak
pernah sekalipun aku merasa sia-sia karena telah berdoa. Allah
memberiku kemampuan untuk di asah, kegemaran untuk dilakukan,
waktu yang berharga, dan cinta yang luar biasa. Tidak ada kata yang
bisa mengekspresikan rasa terima kasihku pada Allah SWT.
Keempat, buat sahabat gila aku!!! Susah, senang, sedih, dia udah
dengar semua keluh kesah aku, aku merasa senang bisa ketemu dan
berteman sama dia, aku bersyukur dia ada di hidup aku… pertemanan
yang sudah berjalan kurang lebih 5 tahun… aku berdoa dan berharap
akan bertahan lama.
Big thanks to All Eyder, mau yang baca sampai special extra
chapter ini dan yang engga, eyder semua ada tempat tersendiri di hati
aku!! Mendapat dukungan sebanyak ini dengan karya yang belum besar
bikin aku berpikir buat terus bekerja keras kedepannya, sampai aku
bisa membalas semua cinta Eyder terhadap karya-karya aku. Karena
tanpa Eyder, karyaku juga bukan apa-apa dan tidak berarti apa-apa.
33
Aku bakalan terus berusaha untuk bikin cerita luar biasa untuk
memenuhi ekspektasi Eyder! Pastinya aku udah mikir matang-matang
untuk cerita selanjutnya, aku berharap Eyder juga berharap cerita ini
publish secepatnya!!! Tunggu aku Eyder! Aku bakalan kembali dengan
cerita yang gak kalah seru dengan cerita sebelumnya.
34