Anda di halaman 1dari 23

1.

HEMORROID
R/ Ardium tab No XXX
∫ 6 dd tab I

R/ Anusol supp No X
∫ prn supp I post defecatio

R/ Dulcolax tab No X
∫ 1 tab I a n

R/ Asam Mefenamat tab mg 500 No X


∫ 3 dd tab I a c

Pro : Tn S. (38 th)


Ardium
Ardium merupakan merek dagang dengan kandungan diosmisin 450 mg dan hesperdin 50 mg, keduanya merupakan
fraksi flavonoid. Zat ini berkhasiat memperkuat dinding kapiler dan meningkatkan permeabilitasnya bagi
eritrosit.Berdasarkan sifatnya yang mengurangi fragilitas kapiler, zat ini digunakan pada berbagai gangguan vena, seperti
varises, hemoroid, ulkus kruris, retinopati dan hematoma. Dosis pada serangan hemoroid akut 6 tab per hari pada 4 hari
pertama, dilanjutkan 4 tab per hari selama 3 hari.
Anusol
Anusol adalah obat dengan bentuk sediaan supositoria yang berisi senyawa bismut dan zinc. Senyawa bismut
berkhasiat membentuk lapisan pelindung mukosa pada daerah anorektal sedangkan senyawa zinc berkhasiat mempercepat
epitelisasi jaringan mukosa. Dosis 1 supp setiap kali sesudah buang air besar.
Asam Mefenamat
Disebut juga asam mefenaminat adalah derivat antranilat dengan khasiat analgetis, antipiretis dan anti radang yang
cukup baik. Efek samping yang umum adalah gangguan lambung, kerusakan hati dan ginjal. Efek-efek samping ini terutama
terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi, oleh karena itu penggunaan analgetika secara kontinu tidak
dianjurkan. Dosis : 3 dd 500 mg.
Pada pasien ini terdapat keluhan nyeri pada telinga sehingga pemberian asam mefenamat telah sesuai dengan khasiat
asam mefenamat yang memiliki khasiat analgetik.dan anti radang.
Dulcolax
Dulkolax merupakan merek dagang dari bisakodril. Derifat difenilmetan ini adalah laksan kontak populer yang
bekerja langsung terhadap dinding usus besar dengan memperkuat peristaltiknya. Tinjapun menjadi lunak. Dosis sebelum
tidur 1-2 tablet, supositoria 10 mg pada pagi hari.
3. HIPERTENSI
R/ Captopril tab mg 25 No. XXI
S 3 dd tab 1

R/ Hidrochlorotiazid tab mg 40 No. VII


S 1 dd tab mane 1

Pro : Tn.J (42 th)

Favorable Adverse
Diuretic Low cost ,ususlly few symptoms can be Volume depletion ,metabolic
combined with other agents;valuable in cardiac abnormalities (hypokalemia,lipid
failure and excess-volume states;effective in abnormalities,impaired glucose
low-renin states (elderly,blocks) tolerance,raised uric acid).Worsens gout,
diabetes mellitus,perhaps fosters
arrhythmias;impotence.
Beta- Benefits assocated angina ,hypertropic Induces bronchospasm; fatique; decreased
blockers cardiomyopathy,recurrent myocardial mental acuity ;decreased exercise
infarction,migraine,arrhytmias,useful in tolerance ;decreased renal blood flow
younger hyperkinetic patients. ,bradycardia,nasal congestion ,lipid
abnormalities ,decreased symptoms and
slowed recovery from hypoglicemia in
diabetics receiving insulin,worsens
claudication,CNS nocturnal symptoms
,abrupt discontinuation
syndrome,impotence.
ACE- Vaulable in congestive heart failure . First-dose angioedema
inhibitors No lipid abnormalities,fatique ,or CNS ;cough;rash,proteinemia and neutropenia
symptoms.Slows renal impairement in diabetic .if large doses (captopril);may cause renal
1
nepropathy .Decreases left ventricular mass. failure in bilateral,severe renal artery
srenosis;minor taste change;should not be
used in pregnancy ;expensive.
Calcium Coronary and cerebral vasodilator;decrease left Constipation (especially verapamil and
entry- ventricular mass;helpful in hypertrophic diltiazem);headache,edema
Blocking cardiomyopathy;useful in elderly and in flushing(nefedipine);AV block
drugs blacks;noCNS symptoms; useful for Raynaud`s (verapamil) but useful in supraventricular
disease, arrhythmias and claudication ;lipids not tachycardia mostly verapamil).if patient
affected. has heart failure, do not combine with
beta-blocker. Care with cardiac
failure.Expensive.
Central - Cardiac output and lipids unchanged ;no reflex Slow mental responses ; sedation ;fluid
adrenergic sympathetic response to vasodilation . retention;dry mouth;rebound hypertension
receptor if drug stopped abruptly
agonist (clonidine);postural hypotension ;
drugs autoimmune disease (methyldopa);
hepatic abnormalities;AV conduction
defect may accur;bradycardia..
Alpha- No lipid abnormalities or reflex sympathetic First-dose hypotension ;fluid
adrenergic response to vasodilatation No metabolic or retention;sedation ; dry mouth ;decreased
receptor CNS abnormalities Cardiac output alertness;rebound hypertension if drug
blocking unaffected.Relaxes urinary bladder sphincter stopped abruptly (clonidine);postural
drugs and helps in prostatism . hypotension ;autoimmune disease
(methyldopa);hepatic test abnormalities
.AV conduction defects may accur with
bradycardia.
Peripheral Effective and inexpensive (reserpine); low-dose Mental depresion with larger doses ;fluid
adrenergic (0,1 mg);can be combined with diuretics .low retention ;nasal congestion ;peptic ulcer
inhibitors cost . (reserpine )in larger doses); abrupt
diarrhes and ezercise hypotension
(guanethine );retrograde ejaculation .
Direct Potent (minoxidil);can be used IM or IV Lupus syndrome and immune disease if >
vasodilators (hydralysin);when combined with reserpine,is 20mg/d( hydralazine);hirsutism;fluid
useful in children. retention (minoxidil);tachycardia
;headache;reflex sympathetic stimulation
with tachycardia ;rased cardiac output
with hydralazine.Do not use in dessecting
aorta ,Does not reverse left ventricular
mass.
4. Anemia pernisiosa
Definisi
Kekurangan vitamin B12 sehingga terjadi sel darah merah yang berukuran besar (megaloblastik). Factor intirinsik dalam lambung
tidak ada sehingga terjadi hambatan dalam absorbs vitamin B12.
Resep:
R/ Arcored inj vial No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
S imm
Pro. Ny. I (25 tahun)
Jenis obat:
Arcored
 Kandungan vitamin B12 10000 mcg, 1 vial : 10 ml
 Indikasi: anemia pernisiosa
 Dosis: 5x1000 mcg IM selama 1 mminggu pertama
 Vitamin B12 sebagai katalisator dalam pembentukan DNA
5. DSS
Definisi:
DBD yang disertai kebocoran plasma yang mengakibatkan syok. tanda syok meliputi nadi sepat dan lemah, tekanan nadi menurun
( < 20 mmHg), akral dinggin.
Resep:
R/ Ringer laktat inf flab No. IV
Cum infuse set No. I
Abbocath no. 22 No. I
S imm
Pro: Ny. J (28 tahun)
2
Jenis obat:
Ringer laktat ( Na laktat 3,1 gram; NaCl 6 gram; KCl 0,3 gram; CaCl2 0,2 gram, air) merupakan cairan kristaloid pengganti
plasma segera. Dievaluasi 30 menit. Jika teratasi berikan 10 ml/KgBB/jam. Jika tidak teratasi berikan 15-20 ml/KgBB/jam.
6. Migren
Definisi:
Nyeri kepala berdenyut satu sisi diperberat aktivitas fisik kadang disertai minimal 1 dari nausea dan vomitus atau fotofobia dan
fonofobia. Serangan berlangsung 4-72 jam.
Obat:
R/ Cafergot tab No. X
S prn 1-3 dd tab I
Pro: Tn G (24 tahun)
Atau
R/ Ergotamin tab mg 1 No. XV
S 3 dd tab I
Pro: Tn G (24 tahun)
Tambahan
R/ Metoklorpramid tab mg 10 No. XV
S 3 dd tab I ½ h.a.c
Pro: Tn G (24 tahun)
Jenis obat:
1. Cafergot (ergotamine)
 Mengandung ergotamine tartrat 1 mg dan caffeine 100 mg
 Fungsi ergotamine:
 Mengurangi amplitude pulsasi arteri carotis eksterna dengan cara mengurangi aliran darah arteri basiler tanpa
mengurangi aliran darah ke otak
 Vasodilatasi ringan dan vasokontriksi kuat. Efek vasodilatasi ringan → menstimulasi reseptor 5HT1 dan memblokir
reseptor α.
 Menstimulasi dan memblokir reseptor α adrenergic dan serotonin adrenergic
 Ergotamine → agonis reseptor 5HT1 (serotoninergik)
 Efek terapi terlihat + 5 jam kemudian
 Ergotamine tartrat
 Kristal larut air dan alcohol
 Sedian: tablet 1 mg; tablet sublingual 2 mg; injeksi 0,5 mg/ml
 IO: caffeine memperkuat kerja ergotamine terhadap migraine dengan meningkatkan absorbsi
 ES: mual, muntah (sering), parestesia, sianosis, vasokontriksi perifer (jarang)
 KI: gangguan pembuluh darah perifer: aterosklerosis, PJK, sindrom raynauld
 Dosis: 6 tab/hari atau 10 mg/minggu karena efek vasokontriksi terakumulasi dan bertahan lama sehingga dapat
menyebabkan akral dingin (ganggren) dan kejang.
 Pemakaian:
Awal 2-3 tablet
Berikan 1 tablet lagi bila keluhan tidak berkurang setelah ½ jam
Paten lain: ericaf
2. Paten : Cafergot (Ergotamin 1mg + kofein 100mg)
 Kofein : untuk meningkatkan resorpsi dan memperkuat efek
 T1/2 plasma bisa panjang sekali sampai 21jam sehingga bisa menyebabkan akumulasi. Akibat akumulasi bisa timbul
efek toksis seperti kejang, kelumpuhan, vasospasme dgn jari-jari tangan menjadi dingin akhirnya gangren.
 Jadi bila timbul rasa baal atau kesemutan pada jari tangan dan kaki,hentikan terapi.
7. STOMATITIS
Pengertian
Adalah
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih
kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu.
RESEP
R/Betadine Gargle lag No.I
/ 3 ddgarg I uc
R/ FG Trochees tab No III
/1 dd tab I
R/ Becefort tab No III
/1 dd tab I
Pro: Tn N (25 tahun)
Tentang Obat
a. Bethadine Gargle
1) Komposisi
MengandungPeovidone Iodine 1%
3
2) Indikasi
Obatkumur ANTISEPTIK untuk mengatasi flu, radang tenggorokan, sariawan, gusibengkak, danbaumulut.
3) Cara Pakai
Hanyauntukdewasadananak-anakdiatas 6 tahun. Kumurlahsecukupnyapadaronggamulutsampai 4 kali sehari,
penggunaanmaksimalsampai 14 kali.
4) Kontra Indikasi
Yang hipersensitifterhadapYodium, penderitapenyakittyroid, wanitahamildanmenyusui.

b. FG Trochees
1) Komposisi :FradiomisinSulfat 2,5 Mg, Gramisidin-s Hcl 1 Mg.
2) Mekanisme
Fradiomycin dan Gramicidin adalah antibiotik yang mempunyai efek bakterisidal, dan aktif terhadap bakteri
Staphylococci dan Streptococci dan mempunyai efek aditif.
3) Dosis
Dosis dewasa : 1 – 2 tablet hisap, 4 – 5 kali sehari.
Dosis anak : 1 tablet hisap, 4 – 5 kali sehari.

4) Indikasi: Gingivitis (radanggusi), stomatitis (radangronggamulut), faringitis (radang faring/tekak), bronkhitis


(radangbronkhus/cabang-cabangtenggorok), tonsilitis (radang tonsil/amandel), angina Vincent
(radangselaputlendirmulutdengantukak-tukakberselaput), difteriafaringeal, periodontitis gerahambungsu.
5) Efek Samping
a) lack hairy tongue, mukosa mulut berwarna kemerahan, dan glossitis,
b) Meskipun jarang, dapat terjadi gejala defisiensi vitamin K seperti protrombinemia, dan kecenderungan
perdarahan. Dapat juga terjadi gejala defisiensi vitamin B seperti glositis, stomatitis (sariawan), anoreksia,
dan neuritis. Gejala tersebut cenderung terjadi pada penderita gizi kurang dan orang lanjut usia.
c. Becefort
1) Komposisi
Isi (VitaminC mg 500, Vitamin B komplek, Vitamin E).
2) Mekanisme
Sebagai prokolagen sehinggadapat menutup luka atauj ejas yang terjadi di rongga mulut.
8. FARINGITIS
Pengertian
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup
mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah
faring.
Resep
R/ Amoxycillin tab mg 250
Paracetamol tab mg 250
Dexametason tab mg 0.25
GG tab mg 50
m.f.l.a Pulv dtd No.XII
∫ 3 dd Pulv 1
Pro : An Ahmad (10 Tahun)
Pembahasan Obat
1. Penicillin (Amoxycillin)
Bakteri tersering yang menyebabkan infeksi faring ialah streptococcus B hemolitikus , yaitu bakteri gram positif.
a. Mekanisme kerja: Penicillin bekerja dengan menghambat pembentukan mukopeptid yang digunakan oleh kuman
untuk mensintesis dinding sel. Selain itu keadaan inipun akan menyebabkan terjadinya aktivasi proteolitik.
b. Dosis: oral 3 dd 375-1000 mg, anak-anak < 10 tahun 3 dd 10 mg/kgBB, 3-10 tahun 3 dd 250 mg, 1-3 tahun 3 dd 125
mg, 0-1 tahun 3 dd 100 mg
c. Efek samping
Gangguan lambung, dan ganguan kulit jarang terjadi
2. Paracetamol
a. Mekanisme
Paracetamol diberikan untuk menghilangkan demam dan sebagai 4etabolis. Paracetamol bekerja menghambat
pembentukan prostaglandin yang merupakan inisial peningkatan temperature set body .
b. Dosis
Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0.5-1 gr, maksimal 4 gr/hari
Pada penggunaan kronis bisa maksimal 2.5 gr/hari. Anak-anak 4-6 dd 10 mg/kgBB,
c. Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi ialah dapat terjadi methemoglobinemia, hemolisis eritrosit, dan hepatotoksik
jika digunakan kronis 3-4 gr/hari dan pada dosis > 6gr/hr mengakibatkan nekrosis hepar irreversibel

4
d. KontraIndikasi
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada
penderita dengan gangguan fungsi hati.
3. Dexamethason
a. Mekanisme: antiinflamasi dengan mengeblok enzim fosfolipase A2, sehingga mediator perdangan prostaglandin
dan leukotrien dari asam arakidonat tidak terjadi.
b. Dosis
Oral semula 0.5-9 mg sehari sesudah makan pagi, pemeliharaan 0.5-1 mg sehari.
c. Efek samping
Sindrom Cushing
4. GG (guaifenesin)
a. Mekanisme
GG diberikan karena pasien batuk berdahak. GG merupakan obat golongan ekspektoran.
b. Dosis
Oral 4-6 dd 100-200 mg
c. Efek samping
Kadang berupa iritasi lambung (mual, muntah) yang dapat dikurangi bila minum dengan segelas air
12. Pre-Eklampsia
Definisi
Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 kehamilan atau segera setelah kehamilan. Diagnosis pre eklampsia ditegakkan apabila ditemukan 2 dari 3
keadaan berikut:
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, yaitu kenaikan 1 kg seminggu yang terjadi beberapa kali disertai edema kaki,
jari tangan, dan wajah.
2. Tekanan darah ≥ 140mmHg atau tekanan darah sistolik meningkat ˃ 30mmHgatau tekanan darah diastolik meningkat ˃
15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
3. Adanya proteinuria, yaitu bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
menunjukkan +1 atau 2.
Disebut pre eklampsia berat apabila ditemukan gejala berikut:
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160mmHg atau diastolik ≥ 110mmHg
2. Proteinuria + ≥ 5g/24jam atau ≥3 pada tes celup
3. Oligouria ( ˂ 400ml dalam 24 jam)
4. Sakit kepala hebat atau ganggguan penglihatan
5. Nyeri epigastrium dan ikterus
6. Edema paru atau sianosis
7. Trombositopenia
8. Pertumbuhan janin terhambat
Terapi
1. Pre eklampsia ringan
a) Rawat jalan : anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8jam malam hari. Bila sukar tidur beri
fenobarbital. Kemudian evaluasi 1 minggu kemudian.
R/ Fenobarbital tab mg 30 No. VII
S 1 dd tab I omni noctum
Pro: Ny. Lilis (27th)
b) Rawat inap : bila dalam 2minggu tidak ada perbaikan, pasien di rawat inapkan. Beri anti hipertensi.
R/ Nifedipin tab retard mg 5 No. XV
S 2 dd tab I
Pro : Ny. Linda (28th)
2. Pre eklampsia berat
a) Segera rawat pasien di rumh sakit. Beri MgSO4 dg dosis awal 2 g intravena dlm 10 menit, kemudian lanjut dalam
drip infus dextrose 5% dg kecepatan 15-20 tetes per menit sampai tekanan darah stabil. Berikan sampai 24 jam pasca
persalinan dan hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada perbaikan ataupun intoksikasi. Syarat pemberian MgSO4 :
reflek patella kuat, RR >16x/menit, diuresis >100cc dlm 4 jam sebelumnya.
b) Sedia antidotum MgSO4 yaitu Ca Glukonas 10%.
c) Berikan anti hipertensi
R/ Dextrose 5% infus flab No. III
Cum infus set No. I
IV catheter no. 22 No. I
S imm
R/ Sulfas magnesikus 20% inj fl No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
Simm
R/ Ca Glukonas 10% inj. amp No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I

5
Simm
R/ Nifedipin tab mg 10 No. III
S prn (1-3) dd tab I
Pro: Ny. Wika (29th)
A. Keterangan Obat:
1. MgSO4
Drug of choice untuk atasi kejang. Antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang
kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke uterus.
BSO : Injeksi (iv 20%-25ml; 40%-25ml), serbuk zak (30g)
MK : Menekan pengeluaran asetilkolin pada motor end plate, mencegah masuknya Ca2+
D : Inisial 4-6 g IV bolus dalam 10 menit. Jika masih kejang tambahkan 2g IV dalam 3-5 menit. Rumatan: 2-4
g/ jam IV per drip dalam D5%
KI : Hipersensitif terhadap magnesium, blok jantung, penyakit adison, kerusakan otot jantung.
ES : flushing, berkeringat, menurunkan tekanan darah secara tajam, hipotermia, depresi nafas
Farmakokinetik: pemberian oral dapat diabsorpsi 20%. Efek pencahar terlihat setelah 3-6 jam.
2. Ca Glukonas
Sebagai antidotum dari MgSO4
3. Fenobarbital
BSO : Injeksi (im/iv 50mg/ml); tablet (30mg;100mg)
Paten : fenobarbiton, luminal
MK :Sebagai antikonvulsan, hipnotik dan sedatif. Untuk mempermudah tidur.
ES: pusing, mengantuk, ataksia
D: 1-2 x 30mg/ oral
KI: hamil, laktasi, kerusakan hati dan ginjal, pembesaran prostat, ileus paralitik, kolitis ulserativa, hipertensi berat,
sepsis, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung iskemik
Farmakokinetik: waktu paruh 80-120jam
4. Nifedipin (Calcium channel blocker)
Paten: adalat
MK : Menghambat masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler, penurunan
kontraksi jantung serta penurunan kecepatan konduksi SA node dan AV node.
D : 10mg/ oral
KI : syok, kehamilan, laktasi, infark miokard
ES : pusing, sakit kepala, mual, muntah, takikardia, hipotensi, edema perifer, batuk.
13. TYPHUS ABDOMINALIS
A. Definisi
Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, Salmonella paratyphi
A, B dan C yang menyerang usus halus khususnya daerah ileum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat
berhubungan erat dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui
fecal oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau
minuman orang sehat.
B. Pengobatan
Infus
Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan mengembalikan keseimbangan
elektrolit-elektrolit tubuh karena dalam hal ini pasien mengalami mual dan muntah dimana dapat mengancam terjadinya
dehidrasi. Keadaan dehidrasi ini dapat dicegah karena infus ringer laktat mengandung komposisi elektrolit dan
konsentrasinya sama dengan yang dikandung di dalam cairan ekstraseluler.Kandungan elektrolitnya antara lain Natrium
130 mEq, Kalium 4 mEq, Klorida109 mEq, Kalsium 3 mEq, Asetat 28 mEq. Natrium merupakan kation utama plasma
darah dan menentukan tekanan osmotik, klorida merupakan anion utama plasma darah serta kalium merupakan kation
intraseluler sebagai konduksi syaraf dan otot.
Antibiotik
Kloramfenikol 4 x 500 mg, kloramfenikol (dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 250mg selama 5 hari kemudian)
Anti piretik
Paracetamol 500 mg (bila perlu), sebagai obat penghilang gejala demam dan pusing
C. Mekanisme Obat
Infus
Ringer Laktat (RL)
Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar di pasaran memiliki komposisi
elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar
273 mOsm/L
Metabolisme
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan
pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan
sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar.

6
Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh
hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium yang
terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium. Larutan
RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa
yang berguna untuk mencegah terjadinya ketosis.
Antibiotik
Kloramfenikol
Nama paten - Combisetin (Combiphar), Farsycol (Ifars), Kalmicetine (Kalbe Farma), Lanacetine (Landson)
Sediaan - Kapsul 250 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/5 ml, sirup 125 ml/5 ml, serbuk injeksi 1g/vail.
Sifat - Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan rasanya sangat pahit
Dosis
Dewasa : 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
Anak : 50-75 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
Bayi < 2 minggu : 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi tiap 6 jam. Berikan dosis lebih tinggi untuk infeksi
lebih berat. Setelah umur 2 minggu bayi dapat menerima dosis sampai 50 mg/kgBB/ hari dalam 4
dosis tiap 6 jam.
Mekanisme kerja
Efek antimikrobaKloramfenikol bekerja pada spektrum luas. Kloramfenikol berefek bakteriostatik
terhadap kuman yang peka seperti riketsia, klamidia, mikoplasma dan beberapa strain Salmonella serta hampir
semua bakteri gram positif, sejumlah bakteri anaerob dan sejumlah bakteri gram negatif. Kloramfenikol dapat
menjadi bakterisid pada Str. Pneumonia, N. Meningitides dan H. influenza,namun tidak aktif pada suku
Pseudomonas Sp dan Proteus sp. Obat ini efektif terhadap sebagian besar strain E.coli, K. Pneumoniae dan P.
Mirabilis
Absorbsi,
 Peroral, kapsul 250 ± 500 mg dan suspensi 125 mg/5ml
Distribusi,
 Difusi kloramfenikol ke jaringan, rongga dan cairan tubuh baik sekali, kecuali ke dalam empedu. Kadarnya
di cairan serebrospinal tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain, meski tanpa meningitis. Kadar
puncak plasma (1 jam setelah pemberian i.v.) 15-25 mg/liter.
 Pemberian kloramfenikol secara i.v. menimbulkan kadar yang lebih rendah dalam darahdibandingkan
peroral. Kloramfenikol terikat 50% pada protein plasma denganwaktu paruh 3 jam
Metabolisme
 Kloramfenikol mengalami metabolisme di hepar. Dalam hati, 90% zat ini dirombak menjadi glukoronida
inaktif. Pada penderita gangguan hepar, dosis harus diturunkan
Ekskresi
 Resorpsi kloramfenikol dari usus cepat dan agak lengkap, dengan BA 75-90%. Pada penggunaan IV
dan peroral, Kloramfenikol diekskresi 5 ± 30%melalui urin, terutama sebagai metabolit inaktif.
Kloramfenikol melalui penggunaan peroral saja diekskresi melalui empedu dan tinja dalam jumlah kecil.
Indikasi : demam tifoid dan paratifoid, infeksi berat karena Salmonella sp, H. influenza (terutama meningitis), rickettzia,
limfogranuloma, psitakosis, gastroenteristis, bruselosis, disentri.
Kontraindikasi : Hipersensitif, anemia, kehamilan, menyusui, pasien porfiria
Efek samping : Kelainan darah reversible dan ireversibel seperti anemia aplastik anemia (dapat berlanjut menjadi
leukemia), mual, muntah, diare, neuritis perifer, neuritis optic, eritema multiforme, stomatitis, glositis,
hemoglobinuria nocturnal, reaksi hipersensitivitas misalnya anafalitik dan urtikaria, sindrom grey pada bayi
premature dan bayi baru lahir, depresi sumsum tulang
Antipiretik
Paracetamol
Nama paten – Alphamol, Biogesic, Bodrexin demam, Contratemp, Cupaol, Dumin, Farmadol, Fasgo Forte,
Fevrin, Pamol, Panadol biru, Sanmol, Sanmol tablet, Pyrex, Pyridol.
Sediaan – tablet 500mg, sirup 125mg/5ml, sirup 160 mg/5ml, sirup forte 250 mg/ml.
Dosis
Tablet
1. Dewasa dan anak atas 12 tahun – 1 tablet (3-4 kali sehari)
2. Anak-anak 6-12 tahun – ½ - 1 tablet (3-4 kali sehari)
Sirup 125 mg/5ml
1. Anak 0-1 tahun – ½ sendok takar (5ml)
2. Anak 1-2 tahun – 1 sendok takar (5ml)
3. Anak 2-6 tahun – 1-2 sendok takar (5ml)
4. Anak 6-9 tahun – 2-3 sendok takar (5ml)
5. Anak 9-12 tahun – 3-4 sendok takar (5ml)
Mekanisme
Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX), dan selektif
mengahmbat COX-2. Meskipun mempunyai efek antipiretik dan anelgesik dan antiinflamasi yang lemah.

7
Absorbsi ,
 Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh sekitar 1-3 jam.
 Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga diabsorpsi secara baik dari membrane mukosa
rectum.
Distribusi dan Metabolisme
 Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan dengan mudah
Eksresi
 Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresi
oleh ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI) Paracetamol, aman untuk wanita hamil dan
anak-anak.
Indikasi : meredakan demam dan nyeri yang ringan sampai sedang yang disebabkan oleh berbagai hal, post-
Immunisation Pyrexia.
Kontra Indikasi : alergi terhadap paracetamol, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta pasien dengan ketergantungan
terhadap alcohol.
Efek Samping : mual, hypersensitivitas, ruam pada kulit, acute renal tubular necrosis, dyscrasia darah (seperti
thrombocytopenia, leucopenia, neutropenia, agranulocytosis), kerusakan liver
Tulisan resep :
R/ Ringer laktat inf flab No II
cum infuse set No I
IV catheter no 22 No I
ʃ imm
R/ Chloramphenicol tab mg 500 No IV
ʃ 4 dd tab 1
R/ Paracetamol tab mg 500 No IV
ʃ prn (3-4) dd tab 1
Pro : Nn M (21th)
15. EKZEMA
A. Definisi
Ekzema adalah proses radang pada kulit. Lapisan kulit yang mengalami kelainan ialah kulit ari (epidermis) dan kulit
jangat (dermis) bagian atas. Faktor penyebab ekzema belum diketahui pasti. Namun hal ini sering dihubungkan dengan
faktor bawaan. Sedangkan faktor pencetus yang sering menimbulkan ekzema antara lain iklim, alergi, infekortikosteroidi,
emosi, dan faktor higienis.
B. Pengobatan
Pengobatan ekzema menggunakan kostikosteroid topikal. Pilihan obat topikal agar tepat ke target site-nya.
C. Mekanisme Kerja Obat
1. Bentuk sediaan obat :
Kortikosteroid topikal terdapat dalam berbagai bentuk sediaan, yakni salep, krim, gel, aerosol dan losio. Salap
mengandung vaselin, parafin, propilen glikol, atau minyak mineral. Bahan-bahan tersebut akan membentuk sawar oklusif
yang mencegah penguapan, sehingga membantu hidrasi stratum korneum yang akan meningkatkan penetrasi bahan aktif.
Hampir 50% bahan dasar krim adalah air. Semakin tinggi kandungan air suatu vehikulum (misalnya bentuk losio dan
gel), maka akan lebih cepat mengeringkan karena penguapan yang meningkat. Oleh karena itu, lebih cocok untuk lesi
yang membasah. Secara umum, bentuk salep akan lebih efektif dibanding krim atau losio terhadap kelainan yang kering
dan menebal. Tetapi, umumnya pasien lebih menyukai bentuk krim karena lebih nyaman dipakai, sehingga meningkatkan
kepatuhan terapi.
2. Nama paten :
Betamethasone dipropionate = Diprosone 0.05%,cream,lotion
Clobetasol propionate = Dermovate 0.05%,cream
Desoximetasone = Topcort 0.05% gel
Halcinonide = Halog 0.1%, cream
Mometasone furoate= Elocon 0.1%, ointment
Hydrocortisone = Enkacort 1% and 2.5% cream
3. Dosis : 2-4 X sehari
4. Mekanisme kerja : efek utama penggunaan kostikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis ialah efek
vasokonstriksi, efek antiinflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi akan mengakibatkan berkurangnya
eritema, adanya efek antiinflamasi yang terutama terhadap leukosit, adanya efek antimitosis terjadi karena kortikosteroid
mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotrien yang diakibatkan oleh aktivasi fosfolipase A 2 dengan mengurangi
jumlah enzim yang tersedia untuk memproduksi prostaglandin.
5. Metabolisme : kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak; mempengaruhi juga fungsi
sistem kardiovaskuler, ginjal,otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
6. Indikasi : ekzema, radang dan penyakit kulit karena alergi
7. Kontraindikasi :
Penderita alergi kortikosteroid
8. Efek samping :

8
Risiko terberat (walaupun sangat jarang terjadi) penggunaan kortikosteroid adalah penekanan aksis adrenal -
hipotalamus akibat absorbsi sistemik. Selain itu, dapat pula terjadi glaukoma. Yang lebih kerap terjadi adalah efek
samping lokal pada kulit berupa atrofi, strie, purpura, telangiektasi,erupsi akneiformis dan perubahan warna kulit.
Perlu diingat pula kemungkinan adanya topical steroid addiction. Efek samping ini secara langsung bergantung
pada potensi kortikosteroid dan lama serta cara penggunaannya. Secara umum, anak-anak, orang tua dan pasien dengan
kelainan yang luas akan mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pada anak-anak, disebabkan karena mereka mempunyai
rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang relatif lebih tinggi.
D. Penulisan Resep
R/ Hidrocortison 2% cream tube No. I
∫ 2 dd I u.e
Pro : Tn. D (40 th)
19. ASMA BRONKIAL
Definisi : gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemennya berlangsung kronik menyebabkan
peningkatan, hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episode berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat,
terutama pada malam hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas.
Contoh resep:
R/ Ventolin MDI No. I
S prn 1-2 dd puff I
R/ Metil prednisolon tab mg 4 No.VII
S 1 dd tab I
Pro Ny. R (30tahun)
Jenis obat:
1. Ventolin
 Kandungan salbutamol sulfate, golongan beta2-mimetika
 Mekanisme kerja : bekerja spesifik pada reseptor-β2. Selain mempunyai daya bronchodilatasi yang baik, juga memiliki
efek yang lemah terhadap stabilisasi sel mast, sehingga sangat efektif untuk mencegah atau meniadakan asma.
 ESO : nyeri kepala, pusing, mual, tremor tangan. Pada overdose menimbulkan efek kardiovaskuler (takikardi, palpitasi,
aritmia, hipotensi).
 Dosis : tab 2 mg, inhaler 100 mcg. Inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100mcg, pada serangan akut 2 puff dapat diulang
sesudah 15 menit. Pada serangan hebat i.m atau s.c 250-500 mcg, yang dapat diulang setelah 4 jam.
Biasa digunakan dalam bentuk dosis aerosol, karena berefek pesat dan mempunyai efek samping yang ringan dibanding
dengan dosis oral.
2. Metilprednisolon
 Merupakan kortikosteroid, sebagai antiinflamasi, mengatasi obstruksi jalan nafas.
 Mekanisme kerja : menghalangi enzim fosfolipase yang mampu mengubah fosfolipid membran sel menjadi mediator
menimbulkan bronkospasme.
 ESO : gejala cushing (osteoporosis, moonface, hipertrichosis, impotensi, dll) serta penekanan fungsi anak ginjal.
 Dosis : Sediaan 4 mg, 16 mg. Prednisolon untuk terapi kur singkat 25-40 mg sesudah makan pagi, yang setiap dua hari
dikurangi dengan 5 mg sampai kur selesai dalam 2-3 minggu. Untuk pemeliharaan 5-10 mg prednisolon setiap 48jam.
URTIKARIA
Definisi. Urtikaria adalah suatu reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat
yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dapat dikelilingi halo. Umumnya ukuran lesi dan bentuknya bervariasi dari beberapa millimeter sampai
plakat. Lesi dapat timbul pada kulit atau membrane mukosa. Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat atau
tertusuk
Terapi. Terdapat tiga jenis obat yang cukup baik untuk mengontrol gejala pada urtikaria, yakni agen simpatomimetik,
antihistamin, dan kortikosteroid.
1. Agen simpatomimetik ,ex: epinefrin&efedrin, efek berlawanan dengan histamine, yaitu vasokonstriksi
superfisial dan permukaan mukosa. Umumnya untuk urtikaria akut dan dapat dikombinasi dengan AH.
2. Antihistamin
Diklasifikasikan menjadi H1, H2, dan H3 berdasarkan kemampuan menghambat aksi spesifik reseptor
histamin dalam jaringan. Hampir pada semua urtikaria, terutama kronik yang penyebabnya sulit diketahui,
pemberian AH1 adalah pilihan pertama.
Antihistamin 1 diklasifikasikan 6 kelompok berdasarkan struktur kimianya. memiliki efek samping
sedasi. Efek depresi terhadap susunan saraf pusat dapat terjadi bila antihistamin AH1 ditelan bersama dengan
alkohol. Efek pada saluran pencernaan meliputi anoreksia, mual, muntah, epigastric distress dan diare.
Beberapa AH1 mempunyai efek antikolinergik berupa membran mukosa kering, sulit buang air kecil, retensi
urin atau sering kencing dan impotensi.
Antihistamin2 efek sedasinya rendah. Derivat terfenadin (Fexofenadine), astemizole, cetirizin, dan
loratadin sudah mulai sering digunakan dalam pengobatan urtikaria. Golongan ini diabsorbsi lebih cepat dan
mencapai kadar puncak dlm1-4 jam. Masa awitan lebih lambat dan mencapai efek maksimal dalam4 jam
(terfenadin), sedangkan astemizol dalam 96 jam setelah peroral. Apabila gagal, kombinasi 2 obat dari kelas
farmakologikal yang berbeda dapat digunakan, kombinasi AH1 dan AH2 mungkin dapat memberikan hasil
yang lebih baik pada kasus pasien yang sulit. Antagonis H2 sebaiknya tidak digunakan sendiri, karena
9
efeknya yang minimal pada pruritus. Contoh obat AH2 adalah cimetidin, ranitidine, nizatadin, dan famotidin.
3. Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, AH mungkin gagal, bahkan pada dosis tinggi, atau efek
samping bermasalah. Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria seharusnya respon dengan menggunakan
kortikosteroid. Jika tidak berespon, maka pertimbangkan kemungkinan proses penyakit lain (misalnya,
keganasan, mastocytosis, vaskulitis).
Agen terapetik yang diberikan:
1. Penghambat H1
a. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg@4-8 jam. Bila serangan sering, tujuannya mencegah serangan dengan
pemberian obat yang teratur, bukan diberikan bilamana perlu.
b. AH1 non sedatif: Astemizol 10 mg 2-3 kali PO dalam keadaan lambung kosong; atau terfenadin 60 mg PO
setiap 12 jam.
c. Bila pengobatan di atas tidak dapat mengendalikan urtikaria, pertimbangkan untuk menambahkan AH1
dari golongan kimia lainnya, misalnya:
i. Tab klemastin fumarat 1,34 mg or 2,68 mg, tidak>8,04mg/hari or >3tab2,68 mg 3x 1hr.
ii. Siproheptadin hcl 4 mg PO@ 8 jam.
iii. Timeprazin tartrat spansul 5 mg, 1@12 jam, atau tablet 2,5 mg empat kali sehari.
iv. Klorfeniramin maleat 4 mg tiga kali sehari
2. Penghambat H2: simetidin 300 mg empat kali sehari, atau ranitidin 150 mg dua kali sehari.
3. Prednison 0,5-1,0 mg/kg/hari, dikurangi setiap 10-15 hari untuk mengendalikan kasus yang tidak
memberikan respon terhadap antihistamin pada urtikaria akut. Kortikosteroid oral tidak diindikasikan pada
penanganan urtikaria kronik.
R/ Astemizol tab mg 10 No. VI
∫2dd tab I a.c
R/ Simetidin tab mg 300 No.XII
∫4 dd tab I
R/ Prednison tab mg 5 No.IX
∫3 dd tab I
Pro : Tn. A (35 thn)
22. DIABETES MELITUS
Di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
A. Diabetes Melitus Tipe 1
Definisi: kondisi dimana sel β pankreas tidak menghasilkan insulin, predileksi usia muda < 30 tahun
Terapi : Injeksi Insulin
Resep :
R/ Insulin regular injeksi 100 IU
Cum spuit insulin injeksi
S imm
Pro. Nn. A (19 th)
Mekanisme kerja : mengatur kadar glukosa dengan target utama hepar, otot, dan jaringan adipose
B. Diabetes Melitus Tipe 2
Definisi : kondisi dimana terjadi resistensi insulin. GDS ≥ 20 mg/dl atau GDP ≥ 126 mg/dl
Pilihan obat :
1. First choice : gol. sulfenilurea (glibenklamid, klorpropamid)
2. Gol. Biguanid (Metformin)
3. Tiazolidindion (pioglitazon, rasiglitazon)
4. Glinid (repoglinid, hateglinid); berfungsi meningkatkan sekresi insulin
5. Glukosidase dan inhibitor : acarbose berfungsi menghambat absorbsi glukosa
Resep :
R/Glibenklamid tab mg 5 No. XIV
S 3 dd tab I ½ h.a.c.
Pro. Ny. A (55 th)

Dievaluasi 2 minggu setelah pemberian, bila tidak ada perbaikan ditambah obat golongan biguanid.
R/ Metformin tab mg 500 No. XXI
S 3 dd tab I d.c.
Pro. Ny. A (55 th)

Glibenklamid Metformin
 Golongan Sulfonilurea (insulin sekretorik)  Golongan Biguanid
 Sediaan : 5 mg  Sediaan : 500 mg, 850 mg
 Dosis : awal 2,5-5 mg ditingkatkan perlahan tidak lebih dari  Dosis : awal : 2 x 500 mg; maintenance : 3 x 500
2,5 dgn interval 1 minggu, maksimal : 20 mg/hari mg; dosis maksimal : 2,5 - 3 gram/hari
 Nama paten antara lain: glukonic, glyamid, libronil, tiabet  Efektif diminum waktu makan untuk mengurangi
10
 Mekanisme : merangsang sekresi insulin dari granul sel beta efek sampingnya, yaitu mual, muntah, diare, dan
langerhans rasa tidak nyaman di perut
 Terapi efektif :diberikan 30 menit sebelum makan. ½ h.a.c  Nama Paten : gliformin, glikos, glucofor 500
dimaksudkan untuk mencegah hipoglikemi dan mempercepat  Mekanisme : menurunkan produksi glukosa di
absorbsi karena makanan dapat menyebabkan menurunnya hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot
absorbsi dan adipose terhadap insulin
 Metabolisme di hepar dan di ekskresi melalui ginjal  Metabolisme : absorbsi di intestinum dan ekskresi
 Efek samping : gangguan saluran cerna&alergi kulit di urin utuh
 Kontraindikasi : DM juvenile; DM gestasional dan keadaan  Kontra indikasi : penyakit kardiovaskuler karena
gawat terjadi peningkatan asam laktat dalam darah,
 Interaksi obat : meningkatkan risiko hipoglikemia oleh penyakit ginjal,dll.
insulin, alkohol, sulfonamide, kloramfenicol; dan efek
hipoglikemia diturunkan dengan diuretik (tiazid),
kortikosteroid.
23. SHIGELLOSIS / DISENTRI BASILER
Definisi : infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan infeksi Shigella.
Gejala : demam, mual, muntah, tenesmus
Tipe diare:
1. Disentri klasik (jarang, tinja banyak, bau busuk, dan berlendir) dengan tinja lembek disertai darah, mucus dan pus.
2. Watery diarrhea
3. Kombinasi ketiganya
Resep
R/ Cotrimoxazol tab No. XX
∫ 2 dd tab No. II
R/ Diafrom tab No. X
∫ 3 dd tab I
R/ Metochlopramid tab mg 10 No. X
∫ prn (1-3) dd tab I
R/ Oralit Sachet Granul No. X
∫ ad libitum Solve in aqua cc 200
Pro: Tn. S (23 tahun)
Jenis obat:
1. Cotrimoxazol (antibiotik spektrum luas)
 Kombinasi:Sulfamethoxazole & trimetroprim.
 Sediaan: Sulfamethoxazole: 400 mg; 800 mg.
Trimetroprim: 80 mg; 160 mg.
 Bentuk sediaan : - Tablet.
- Suspensi: 200 mg (s), 40 mg (t)/ 5 ml.
- Sirup.
 Mekanisme :
 Sulfametoxazole→menghambat PABA masuk ke molekul asam folat.
 Trimetroprim menghambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetra hidrofolat.
 Indikasi : - ISK akibat E. Coli, klebsiella, enterobacter, proteus.
- Infeksi GIT.
- Infeksi pernafasan: pneumuniae.
- Infeksi THT.
 KI : Gangguan hati, ginjal.
 ES : mual, muntah, SJS.
 Dosis : 5-7hr2x2 tab, 10-14 hr
Shigelosis: 5 hari.
 Paten : Bactrim, trizole, yekaprim.
2. Diafrom (Neo Diafrom)
 Kandungan : Kaolin  550 mg
Pektin  20 mg
 Indikasi : Pengobatan simtomatik pada diare non spesifik
 Mekanisme : Obat anti diare mengeraskan tinja &mengabsorsi zat toksik.
 Sediaan kaolin, pektin: neo kacitin 5 ml suspensi (kaolin 700 mg & pektin 50 mg).
 Dosis :
 Dewasa % anak > 12 th  2,5 tab post detecatio max: 7,5 tab/hari (maksimal 15 tab/ hari).
 Anak 6-12 tahun: 1,5 tab post detecatio (maksimal 7,5 tab/hari).
3. Metoklopramid
 Sediaan : -10 mg/tab.
- 10 mg/2 ml (injeksi).

11
 Indikasi : - antiematik.
- dispepsia pasca gastrektomi.
 Mekanisme :
 Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreceptor trigger zone)
 Memperkuat pergerakan & pengosongan lambung.
 ES : Sedasi & gelisah
 Dosis : Dewasa 10 mg 3x/hari.
4. Oralit (200 ml)
 Komposisi :
- Kalium klorida 0,3 gr (1,5 gr)
- NaCl 0,7 gr (3,5 gr).
- Na bikarbonat 0,5 gr (2,5 gr).
- Glukosa anhidrat 4 gr (20 gr).
 Indikasi :rehidrasi muntaber, diare, kolera.
 Dosis :
 Dewasa 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB
 Anak < 1 th: 2 jam pertama 2 gelas larutan  ½ gelas
 Anak 1-5 th: 2 jam pertama 4 gelas larutan  1 gelas
24. VERTIGO

- Def : perasaan rotasi (memutar), dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar.
- Vertigo merupakan “gejala”, bukan “penyakit”.
- Terjadi karena gangguan koordinasi, labirinth, mata & sensibilitas.
- Prinsip terapi :
1. Etiologi : tergantung penyebab (TIA, epilepsi, migren, infeksi)
2. Simptomatis :
- Sedativa : diazepam,dsb
- Antihistamin : diphenhidramin, dramamin,dsb
- Vasodilator : flunarizine,dsb
- Contoh pemberian resep :
R/ Diazepam (Valisanbe)tab 5 mg
∫3 x 1
R/ Mertigo tab
∫2x1
R/ Unalium tab 5 mg
∫2 dd tab 1( pagi dan sore)

 Unalium (paten mengandung flunarizine)sediaan tablet ada yang 10mg dan 5 mg. Dosis rata-rata 10 mg sehari dosis
tunggal pada malam hari. Pada orang tua 5 mg Maksimal pemberian 2 bulan, untuk terapi pemeliharaan diberikan 5
hari dalam seminggu. Indikasi: profilaksis migren, vertigo, ggn konsentrasi. ES: somnolen, lesu, gejala
ekstrapiramidal, penurunan berat badan selama terapi.
 Mertigo (paten mengandung betahistine mesylate) sediaan tablet 6 mg.dosis 1-2 tablet 3 x sehari.ES: ggn GIT, ruam
kulit. Indikasi: vertigo dan pusing pada penyakit meniere, sindroma meniere, vertigo perifer.
 Valisanbe (paten mengandung diazepam), Indikasi : neurotik, psikosomatik, rematik. Dosis dewasa: 2-5 mg, anak 6-
14 th 2-4 mg, <6 th 1-2 mg, diberikan 3x sehari. Im/iv amp 5-10 mg untuk epileptikus, tetanus. Kontraindikasi:
psikosis berat, glaukoma, serangan asma akut,hamil. ES: ggn mental, mengantuk, amnesia, ketergantungan,
penglihatan kabur,retensi urin, depresi pernapasan, hipotensi
25. EKZEMA
Definisi:
Ekzema merupakan peradangan pada lapisan kulit baik di epidermis maupun dermis.
Gejala :
- kulit kemerahan, kering, basah, tebal, bersisik
- baru : kulit merah, kering, basah, tebal
- kronis : lebih tebal, bersisik, kehitaman
Resep :
R/ Hidrocortisone 1% cream tube No. I
∫ 2 dd I u.e
Pro : Tn. Y (30 tahun)
Jenis obat:
Hidrocortisone 1 %
 Golongan kortikosteroid lemah
 Memiliki potensiasi terkecil sehingga tidak terlalu besar efeknya (antimiotik dan antiinflamasi)

12
 Mekanisme : mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotrien yang diakibatkan oleh aktivasi fosfolipase A2 dengan
mengurangi jumlah enzim yang tersedia untuk memproduksi prostaglandin
 Sediaan : 40 mg; 25 mg/g krim
 Indikasi : ekzema, radang, dan penyakit kulit karena alergi
 Dosis : 3 – 4 kali sehari
 Kemasan : tube 10 g krim 1%; tube 5 g 1% dan 2,5%
26.SCABIES
Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida.
Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit ini mudah
menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui
sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah
digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Scabies identik dengan penyakit anak
pondok. penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu
lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.
Gejala
1. Gatal yang hebat pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan terutama pada malam hari sebelum tidur.
2. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna
hitam.
3. Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau
plenthing/pustula).
Pengobatan
Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus
dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena
apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies.
Terapi topikal harus menjangkau seluruh tubuh kecuali kepala dan leher. Terapi yang efektif termasuk penggunaan air panas dan
dua kali pengolesan pada seluruh tubuh.
1. Permethrin 5% cream (scabimite).
Tampaknya paling aman sebagai pengobatan yang paling efektif untuk skabies. Permethrin adalah pyrethroid sintetik
yang dapat membunuh tungau yang mempunyai toksisitas yang benar-benar rendah untuk manusia. Krim permethrin 5%
dalam bentuk dosis tunggal.
Cara penggunaan permethrin adalah dengan mengoleskan di belakang telinga dan menyeluruh dari leher ke tapak
kaki, terutama pada bagian lipatan-lipatan seperti sela-sela jari tangan dan kaki, umbilicus, lipat paha, pantat, dan bagian
bawah jari tangan dan kaki. Penggunaannya selama 8-12 jam kemudian dicuci bersih-bersih. Jika belum sembuh, obat
digunakan 5 sampai 7 hari kemudian.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik hanya perlu ditambahkan salep keratolitik.
Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
Permethrin tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 2 bulan dan pada wanita hamil dan menyusui karena
dapat menimbulkan reaksi panas, eksaserbasi gatal, dan dermatitis kontak.
2. Malathion.
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Benzyl Benzoat 25%.
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%. Sebaiknya obat ini digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan
lagi 1 minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan
iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus ditambahkan air 2-3 bagian.
4. Lindane 1% (gamma benzene heksaklorida).
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau, tidak berwarna. Obat ini membunuh kuta atau nimpa. Obat ini
digunakan dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam kemudian dicuci bersih-
bersihpada pagi hari. Jika belum membaik, pengobatan diulang 1 minggu kemudian. Penggunaan yang berlebihan dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak bila digunakan berlebihan dapat menimbulkan
neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunakan untuk ibu menyusui, wanita hamil, pasien dengan gangguan otak, dan
pasien dengan riwayat kejang.
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25% yang sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hati
selama 2-3 hari. Selama dan segera setelah pengobatan penderita tidak boleh minum alkohol karena dapat menyebabkan
keringat yang berlebihan dan takikardi.
6. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat
digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam dan dicuci 24 jam kemudian. Obat aman
digunakan buat wanita hamil dan menyusui.
7. Ivermectin.
Ivermectin adalah anti parasit. Sejak 1993, ivermectin diberikan oral dengan dosis 200 mikrogram/BB efektif sebagai
antiskabies. Dosis yang lebih tinggi efektif diberikan terutama untuk pasien yang imunosupresif seperti penderita AIDS.
Ivermectin topikal seperti 1% propilen glycol solution diteliti juga merupakan obat skabies yang cukup efektif.
13
8. Anti pruritus
Rasa gatal pada skabies akan tetap ada sampai beberapa minggu setelah pemberian terapi. Antihistamin sedatif bisa
mengurangi rasa gatal. Tetapi kortikosteroid topikal atau sistemik potensi rendah lebih efektif. Pada anak-anak dapat
diberikan 1% krim hidrokortison. Pada dewasa dapat diberikan krim triamsolon (0,1%). Untuk mengatasi gatal sebaiknya
jangan menggunakan steroid ataupun kortikosteroid karena dapat melemahkan imunitas dan menciptakan penyakit baru
maupun varian scabies yang lebih buruk.
Resep
Sistemik : R/ Interhistin tab mg 50 No. XIV
S 2 dd tab 1

Topikal : R/ Scabimite cream g 30 No. I


S ue (malam) 12 jam 1 minggu sekali

Pro : Tn. N (34 th)


27. SYOK ANAFILAKTIK
Definisi
Syok anafilaktik merupakan suaru resiko pemberian obat baik melalui suntikan atau cara lain. Reaksi dapat berkembang menjadi
suatu kegawatan berupa syok, gagal napas, henti jantung dan kematian mendadak. Obat-obat yang sering memberikan reaksi
anafilaktik adalah golongan antibiotic, seperti penisilin, ampisilin, sefalosporin, tetrasiklin, kloramfenikol, neomisin, sulfanamid,
serum antitetanus, antirabies. Alergi terhadap gigitan serangga, insulin, zat radiodiagnostik, obat bius, heparin maupun makanan
seperti telur, susu, kacang, ikan laut pun dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.
Manifestasi Klinis
1. Reaksi local: urtikaria, edema setempat
2. Reaksi sistemik: reaksi timbul segera atau 30 menit setelah terpapar antigen
a. Ringan: mata bengkak, hidung tersumbat, gatal-gatal di kulit dan mukosa, bersin-bersin, biasanya timbul 2 jam setelah
terpapar allergen
b. Sedang: bronkospasme, edema laring, mual, muntah, biasa terjadi dalam 2 jam setelah terpapar antigen
c. Berat: terjadi langsung setelah terpapar allergen  bronkospasme, edema laring, stridor, sesak napas, sianosis, disfagia,
nyeri perut, diare, muntah-muntah, kejang, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung, koma
Contoh resep:
Cito!
R/ Adrenalin 0,1% inj amp No. II
Cum disposable syringe cc1 No. II
∫ imm
Pro : Ny. F ( 33th)
Jenis obat:
1. Adrenalin cepenetrin
 Merupakan obat simpatomiometik → efek menyerupai efek yg di timbulkan untuk susunan saraf simpatis.
 Mekanisme :
Menstimuli β1 di jantung dan β2 di otot polos pembuluh darah skeletal muscle ( vasodilatasi)
 Prinsip Terapi:
Injeksi epinefrin 0,3-0,5 ml untuk vasodilatator dan meningkatkan kerja jantung
Perlu pemberian 02 4-6 lt/menit untuk breathing.
Bila ada hipotensi, berikan IV dekstrose 5%/ RL/ NaCl 0,9%
28. INFEKSI SALURAN KEMIH
A. Pengobatan
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat, dan jika terdapat disuria
berat dapat diberi terapi
Antibiotik yang digunakan dalam penatalaksanaan ISK
Obat Dosis
Terapi dosis tunggal
Oral Amoksisilin 3g
Trimetoprim sulfametoksasol 320 mg/ 1600 mg (4
Sefaleksin tablet)
3g
Intramuskular Kanamisin 0,5 g
Terapi konvensional (5hari)
Pilihan pertama Amoksisilin 250 mg (3x/hari)
Trimetoprim sulfametoksasol 160 mg/ 800 mg (2x/hari)
Trimetoprim 300 mg/ hari
Nitrofurantoin 100 mg (4x/hari)
Pilihan kedua Norfloksasin 400 mg (2x/hari)
Sefaleksin 1 g (4x/hari)

14
Sefalotin 1 g/ 8jam/ im atau iv
Gentamisin 0,8 mg/ kg/ 8jam/ im
Kanamisin 5 mg/ kg/ 8jam/ im
Profilaksis (malam atau pasca sanggama)
Nitrofurantoin 50-100 mg
Trimetoprim 150-300 mg
Trimetoprim sulfametoksasol 40 mg/ 200 mg
(Mansjoer A., Trivanti K., Savitri R., Wardhani I.W., Setiowulan W. 2002).
Amoksisilin
 Amoksisilin merupakan prototype aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap kokus gram positif kurang
daripada penisilin G. Semua penisilin golongan ini dirusak oleh beta-laktamase yang diproduksi kuman gram positif maupun
negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. monocytogenes sensitive terhadap obat ini. Selain itu H.
influenzae, E.colli, dan Pr. mirabilis merupakan kuman gram negatif yang juga sensitif. Tetapi dewasa ini banyak kuman
dilaporkan telah sensitive terhadap amoksisilin.
 Tersedia sebagai kapsul atau tablet 125 mg, 250 mg, dan 500 mg dan sirup 125 mg/5 ml. Dosis sehari dapat diberikan 3 kali
250-500 mg sehari (Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,. 2003).
Sulfametoksasol
 Kuman yang sensitive terhadap sulfa secara in vitro ialah Strep. pyogenes, Strep. pneumonia, beberapa galur Bacillus
anthracis dan Corynebacterium diphteriae, Haemophilus influenza, H ducreyi, Brucella, Vibrio cholera, Nocardia,
Actinomyces, Calymmatobacterium granulomatis, Chlamydia trachomatis dan beberapa protozoa. Beberapa kuman enterik
juga dihambat.
 Sulfonamid pada saat ini bukan lagi obat pilihan pertama untuk infeksi saluran kemih, karena jumlah mikroba yang resisten
makin meningkat.
 Dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4 g, dilanjutkan dengan 2-4 g dalam 3-6 kali pemberian; lamanya tergantung dari
keadaan penyakit. Anak-anak lebih dari bulan diberikan dosis awal setengah dosis per hari kemudian dilanjutkan dengan 60-
150 mg/kgBB (maksimal 6 g/hari) dalam 4-6 kali pemberian. Sediaan biasanya terdapat dalam bentuk tablet 500 mg
(Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,. 2003).
Trimetoprim
 Suatu trimetoksibenzilpirimidin, menghambat asam dihidrofolat reduktase bakteri kira-kira 50.000 kali lebih efisien daripada
enzim yang sama dari sel mamalia. Asam dihidrofolat reduktase adalah enzim yang mengubah aasam dihidrofolat menjadi
asam tetrahidrofolat, suatu langkah yang mengarah ke sintesis purin dan akhirnya menjadi DNA (Katzung G.B, 1998).
 Spektrum antibakteri trimetoprim sama dengan sulfametoksasol, meskipun daya antibakterinya 20-100 kali lebih kuat
daripada sulfametoksasol (Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,. 2003).
 Trimetroprim diabsorbsi dengan baik dari usus serta didistribusikan secara luas ke seluruh cairan tubuh dan jaringan,
termasuk cairan serebrospinalis.
 Trimetropim lebih bersifat larut dalam lipid daripada sulfametoksazol (Katzung G.B, 1998).
 Trimetoprim juga terdapat dalam bentuk tablet sediaan tunggal 100 dan 200 mg (Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,.
2003).
 Trimetrpotrim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut. Mayoritas organisme yang
terdapat dalam komunitas cenderung peka terhadap konsntrasi tinggi dalam urin (Katzung G.B., 1998).
Kotrimoksazol (Trimetoprim dan Sulfametoksasol)
 Mikroba yang peka terhadap kombinasi sulfametoksasol dan trimetoprim ialah Str. pneumoniae, C. diphteriae, dan N.
meningitis, 50-90% strain S. aureus, S. epidermidis, Str. pyogenes, Str. viridans, Str. faecalis, E. colli, Pr. mirabilis, Pr.
morganii, Pr. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter species, Salmonella, Shigella, Serratia, dan Alcaligenes spesies dan
Klebsiella spesies. Juga beberapa strain stafilokokus yang resisten metisilin, trimetoprim, atau sulfametoksasol sendiri, peka
terhadap kombinasi tersebut.
 Mekanisme kerja:
PABA

Dihidropteroat Sulfonamid
sintetase berkompetisi
dengan PABA

Asam dihidrofolat

Dihidrofolat Trimetoprim
reduktase
 Dosis dewasa pada umumnya ialah 800 mg sulfametoksasol dan 160 mg trimetoprim setiap 12 jam. Dosis yang dianjurkan
pada anak ialah sulfametoksasol 40 mg/ kgBB/ hari dan trimetoprim 8 mg/ kgBB/ hari yang diberikan dalam 2 dosis.
Pemberian pada anak dibawah 2 tahun
Asam dan ibu hamil atau menyusui tidak dianjurkan. Kontrimoksazol tersedia dalam bentuk
tetrahidrofolat
tablet oral, mengandung 400 mg sulfametoksasol dan 80 mg trimetoprim atau 800 mg sulfametoksasol dan 160 mg
trimetoprim. Untuk anak tersedia suspense oral yang mengandung 200 mg sulfametoksasol dan 40 mg trimetoprim / 5 ml,
Purin
15
DNA
serta tablet pediatrik yang mengandung 100 mg sulfametoksasol dan 20 mg trimetoprim. (Ganiswarna SG, Setiabudy R,
Suyatna FD,. 2003)
Nitrofurantoin
 Obat ini efektif untuk kebanyakan kuman penyebab infeksi saluran kemih seperti E. coli, Proteus species, Klebsiella,
Enterobacter, Enterococcus, Streptococcus, Clostridia dan B. subtilis. Untuk Proteus mirabilis dan Pseudomonas obat ini
kurang efektif. Resistensi dapat berkembang melalui pemindahan plasmid.
 Efektif mengobati bakteriuria yang disebabkan ISK bagian bawah. Penggunaannya terbatas pada profilaksis atau supresif ISK
menahun.
 Dosis dewasa 3-4 kali 50-100 mg/ hari. Untuk anak 5-7 mg/ kgBB/ hari dalam dosis terbagi. Sediaan dalam bentuk kapsul
atau tablet 50 dan 100 mg (Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,. 2003).
Norfloksasin
 Efektif untuk ISK dengan dan tanpa komplikasi. Berbagai kuman gram negatif, kuman nosokomial, serta kuman yang
multiresisten biasanya masih responsif. Walaupun penderita mengalami fungsi ginjal, fluorokuinolon masih berguna karena
dalam keadaan ini biasanya kadar obat dalam urin masih cukup untuk mematikan kuman penyebab infeksi.
 Untuk sistitis akut tanpa komplikasi, banyak antimikroba lain yang lebih murah juga memberikan hasil terapi yang sangat
memuaskan dengan pemberian dosis tunggal.
 Dosis oral dewasa 2 kali 400 mg/ hari. Sediaannya dalam bentuk tablet 400 mg (Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,.
2003).
Sefaleksin
 Sefalosporin golongan pertama memperlihatkan spectrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman gram positif.
Keunggulan dari penisilin ialah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian
besar S. aureus, Streptococcus termasuk Str. pyogenes, Str. viridans, dan Str. pneumoniae. Bakteri gram positif yang juga
sensitif ialah Str. anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes, dan Corynebacterium diphteriae.
 Dosis oral dewasa 1-4 g sehari terbagi dalam 4 dosis. Dosis anak 25-50 mg/ kg BB sehari yang terbagi dalam 4 dosis. Obat
tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg, 500 mg dan suspense oral 125 dan 250 mg/5ml (Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna
FD,. 2003).
Sefalotin
 Sefalosporin golongan pertama memperlihatkan spectrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman gram positif.
Keunggulan dari penisilin ialah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian
besar S. aureus, Streptococcus termasuk Str. pyogenes, Str. viridans, dan Str. pneumoniae. Bakteri gram positif yang juga
sensitif ialah Str. anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes, dan Corynebacterium diphteriae.
 Dosis pemberian IV dewasa 2-12g/ hari, untuk IM 0,5-1 g, 4-6 kali sehari. Untuk infeksi berat sampai 2 g tiap 4 jam dengan
total 12 g sehari. Untuk anak 60-160 mg/ kg terbagi (Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD,. 2003).
Gentamisin
 Dosis dewaa 1-2 mg/kg BB setiap 6-12 jam. Dosis anak 1-2 mg/kgBB setiap 4-8 jam. Dosis neonatus 2-2,5 mg/kg BB setiap
8-24 jam. Sediaan dalam bentuk vial atau ampul 60 mg/1,5ml; 80mg/2ml; 120mg/3ml dan 280mg/2ml (Ganiswarna SG,
Setiabudy R, Suyatna FD,. 2003).
Kanamisin
 Dosis dewaa 5-35 mg/kg BB per hari. Dosis anak 10-15 mg/kgBB per hari. Dosis neonatus 15 mg/kg BB per hari. Sediaan
dalam bentuk vial 500 mg/2ml dan 1g/3ml untuk dewasa; 75mg/2ml untuk anak. Vial bubuk kering berisi 1 g dan 0,5 g serta
kapsul/ tablet 250 mg dan sirup 50mg/ml ( SG, Setiabudy R, Suyatna FD,. 2003).
B. Contoh Resep
R/ Cotrimoksazol tab. No. XX
S 2 dd tab I

R/ Asam Mefenamat. tab. mg 500. No. XV


S 3 dd tab I

Pro : Ny. N (33 th)


29. FLOUR ALBUS
A. DEFINISI
Leukorea atau Fluor albus ataupun yang sering disebut orang pada umumnya sebagai keputihan adalah keluarnya
cairan/sekret dari vagina yang abnormal dan tidak berupa darah. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna,
bau.
B. ETIOLOGI
Penyebab paling penting dari lukorea adalah infeksi genital. Di sini cairan mengandung banyak leukosit dan
warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, dan seringkali lebih kental dan berbau. Kuman penyebabnya dapat berupa
jamur (Candida albicans), protozoa (Trichomonas vaginalis).
1. CANDIDIASIS VAGINA
a. Pengobatan
 Menghindari atau menghilangkan factor predisposisi.
 Terapi pada penyakit candidiasi vaginal ini diantaranya adalah :
1. Terapi topikal, yakni :
 Butoconazole 2 % cream 5 gram selama 3 hari
16
 Clotrimazole 1% cream 5 gram selama 7-14 hari
 Clotrimazole 100 mg vaginal tablet 1x100mg selama 7 hari atau 2x100mg selama 3 hari
 Clotrimazole 500 mg vaginal tablet single dose
 Miconazole 2% cream 5 gram selama 7 hari
 Miconazole 200mg supposituria 1x sehari selama 7 hari
 Miconazole 1200mg single dose
 Tiokonazole 300 mg, salep A single dose
 Terconazole 0,4 % cream 5 gram selama 7 hari
 Terconazole 0,8 % cream 5 gram selama 3 hari
 Terconazole 80 mg vaginal supposituria 1x/hr selama 3 hari
 Nystatin vaginal tablet 500.000 iu
2. Terapi oral
 Flukonazole (Diflucan) 150 mg single dose
 Ketokonazol 2x200mg selama 5 hari atau
 itrakonazol 2x200mg dosis tunggal
2. TRIKOMONIASIS
a. Pengobatan
Prinsip penatalaksanaan trikomonas yaitu pengobatan juga diberikan kepada pasangan seksualnya dengan rejimen yang
sama untuk menghindari “fenomena ping-pong”. Jika pasangan seksual-nya diobati bersama-sama maka angka
kesembuhan melebihi 95%. Drug of choice untuk trikomoniasis adalah metronidazole.
Metronidazol bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA pada Trichomonas vaginalis dan menyebabkan degradasi
DNA yang berakibat putusnya untaian DNA dan tidak stabil-nya helix, dengan cara mereduksi ferredixin-depleted
extract pada Trichomonas vaginalis melalui pyrovat ferredoxin oxidoreductase dan diduga hasil reduksi ini yang
bertanggung jawab pada kematian sel.
Rejimen Metronidazol yang dianjurkan 2 g dosis tunggal, peroral. Pengobatan juga diberikan kepada pasangan
seksualnya dengan rejimen yang sama. Rejimen alternatif, dianjurkan untuk penderita yang tidak sembuh dengan
pengobatan dosis tunggal, yaitu dengan Metronidazol 500 mg, 2 kali sehari selama 7 hari. Untuk penderita yang gagal
dengan pengobatan ulangan, digunakan Metronidazol 2 g dosis tunggal selama 3-5 hari. Rejimen metronidazol multidosis
selama 7 hari sangat efektif untuk penderita pria.
Metronidazol hampir sempurna diserap melalui usus, berpenetrasi dengan baik kedalam jaringan dan cairan tubuh
(vagina, semen, saliva dan ASI) serta diekskresi sebagian besar melalui urin.
C. Contoh Resep
R/ Nystatin ovula No XIV
S 1 dd ovula 1 omni noct per vaginam
R/ Ketokonazol tab mg 200 No X
S 2 dd tab 1
Pro : Ny M(25 tahun)
1. Ketokonazol
Merupakan keluarga azol yang bermanfaat dalam pengobatan mikosis sistemik. Selain aktivitas anti jamurnya,
ketokonazol juga menghambat sintesis steroid gonadal dan adrenal manusia dengan menghambat liase C17-20, 11/3-
hidroksilase dan pecahnya rantai samping kolesterol, sehingga dapat menekan sintesis testosterone dan kortisol.
 Mekanisme kerja: ketokonazol berinteraksi dengan C-14 demetilase (enzim P-450 sitokrom) untuk menghambat
lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan sterol penting untuk membran jamur. Ketokonazol bersifat
fungistatika atau fungisida tergantung dosis.
 Farmakokinetik: Ketokonazol hanya diberikan per oral. Obat ini larut dalam asam lambung dan diabsorpsi melalui
mukosa lambung. Makanan, antasida, simetidin dan rifampisin mengganggu absorbsinya. Coca-cola yang bersifat
asam meningkatkan absorbs obat ini. Metabolism yang ekstensif terjadi di hati. Ekskresinya terutama melalui
empedu. Kadar obat induk dalam urin sangat rendah sehingga tidak efektif terhadap infeksi mikotik saluran kemih.
 Efek samping: gangguan saluran cerna merupakan efek samping yang palin sering. Efek endokrin berupa
ginekomastia, penurunan libido, impotensi, dan ketidak teraturan menstruasi bias terjadi oleh karena penghambatan
sintesis steroid dan adrenal. Gangguan fungsi hati walaupun insidennya rendah, tetapi merupakan manifestasi toksik
yang cukup serius.

2. Nistatin
Nistatin adalah suatu antibiotika polien, dihasilkan oleh Streptomyces nursei, sedikit larut dalam air, tetapi cepat terurai
dalam air atau plasma. Instating juga stabil dalam bentuk kering.
 Aktivitas antijamur: Nistatin tidak memberikan efek terhadap bakteri atau protozoa, tetapi secara invitro
menghambat banyak jamur termasuk candida, dermatofit, dan organisme yang dihasilkan oleh mikosis dalam badan
manusia. Secara invivo, kerjanya terbatas pada permukaan dengan obat yang tidak diserap dan dapat kontak
langsung dengan ragi atau jamur. Secara invivo tidak ditemukan resistensi terhadap nistatin, tetapi dapat ditemukan
galur kandida yang resisten terhadap nistatin.
 Mekanisme kerja: dengan jalan berikatan dengan sterol membrane sel jamur, terutama ergosterol. Oleh karena itu
terjadi gangguan pada permeabilitas sel jamur dan mekanisme transpornya. Akibatnya sel jamur kehilangan banyak

17
kation dan makromolekul. Resistensi adapt timbul karena menurunnya jumlah sterol pada membrane sel jamur atau
terjadi perubahan sifat struktur atau sifat ikatannya.
 Farmakokinetik: Nistatin hamper tidak diabsorbsi melalui kulit, membrane mukosa, atau saluran cerna. Semua
nistatin yang masuk ke saluran cerna akan dikeluarkan kembali melalui tinja, dan tidak ditemukan adanya nistatin
dalam darah atau jaringan.
 Efek samping: jarang terjadi efek samping pada pemberian oral ataupun topikal. Pemberian oral mungkin adapt
menimbulkan mual, muntah, atau diare. Pemberian dosis tinggi tidak akan menimbulkan superinfeksi karena obat
ini tidak mempengaruhi bakteri, protozoa, atau virus.
30. DENGUE HEMORAGIK FEVER
A. Definisi
Demam berdarah dengue adalah demam yang berlangsung akut baik menyerang orang dewasa maupun anak-anak,
tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai dengan pendarahan dan dapat
menimbulkan renjatan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita. Penyebabnya adalah virus dengue dan
penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegepti (Soedarto, 1995). Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
B. Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan penderita DBD adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat dari kerusakan dinding
kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga
diberikan obat penurun panas
1. Penggantian volume cairan pada DBD
Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma yang terjadi pada fase penurunan suhu sehingga dasar
pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang. Penggantian cairan awal dihitung untuk 2–3 jam
pertama, sedangkan pada kasus syok lebih sering sekitar 30–60 menit. Tetesan 24–48 jam berikutnya harus selalu
disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit dan jumlah volume urin. Apabila terdapat kenaikan hemokonsentrasi
20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma.
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat badan pasien serta derajat
kehilangan plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi.
2. Antipiretikum
Antipiretikum yang diberikan ialah parasetamol, tidak disarankan diberikan golongan salisilat karena dapat
menyebabkan bertambahnya pendarahan.

18
19
20
21
C. Contoh Resep
R/ Infus NaC 0,9% flab No IV
Cum infus set No I
Iv catheter no.22 No I
∫ imm

R/ Paracetamol tab mg 500 No X


∫ prn 1-3 dd tab I
Pro: Sdr. X (21th)
1. NaCl 0,9% : Rehidrasi untuk mengatasi hemokonsentrasi, bisa juga pakai RL atau Hartmann’s solutions
2. Paracetamol :
a. Mekanisme: menghambat biosintesis prostaglandin dgn penghambatan cox
b. Sediaan: 500mg tab; 120mg/ 5ml sry
c. Dosis: 300mg-1gr per kali → maxs 4gr/hari.
34. RHINITIS ALERGI
Menurut WHO ARIA 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rhinore, rasa
gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantari oleh IgE.
Etiologi dari penyakit ini adalah adanya paparan dari alergen tertentu. Berdasar cara masuknya alergen dapat dibagi
menjadi alergen inhalan (debu rumah tangga, serpihan epitel kulit binatang,dll), aleren ingestan (susu sapi, telur, coklat,
kepiting, udang, kacang-kacangan, dll.), alergen injektan (penisilin, sengatan lebah, dll), dan alergen kontaktan (bahan
kosmetik, perhiasan, dll)
Dahulu rhinitis alergi diklasifikasikan menjadi dua berdasar sifat berlangsungnya, yaitu:
a. Musiman (seasonal): terjadi di Negara 4 musim. Alergen penyebab spesifik, seperti tepung sari (pollen) dan
jamur.
b. Sepanjang tahun (perennial): gejala penyakit dapat timbul intermiten atau persisten, tanpa ada variasi musim,
sehingga dapat dijumpai sepanjang tahun.
Klasifikasi berdasarkan WHO adalah:
22
a. Intermitten (kadang-kadang): bila gejala muncul kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
b. Persisten (menetap): bila gejala muncul lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.
Gejala Klinis:
a. bersin lebih dari 5 kali dalam satu serangan
b. Rhinore yang encer, banyak, hidung tersumbat, lakrimasi
c. Bila penyakit telah berlangsung lama (> 2 tahun), ada bayangan gelap di bawah mata (allergic shiner), allergic
salute pada hidung, allergic crease.
d. sering disertai asma, urtikaria, eksem
e. pada rhinoskopi anterior didapatkan mukosa edema basah, pucat atau livid, disertai banyak secret encer.
Pengobatan
Loratadin
Merupakan obat anti histamin 1 golongan piperidin. Reaksi anafilaksis dan reaksi alergi refrakter terhadap
pemberian AH1, karena bukan hanya histamin saja yang dilepaskan, namun juga autokoid lainnya. Efektivitasnya
bergantung beratnya gejala akibat histamin. Loratadin merupakan anti histamin non sedatif.
Otrivin
Berisi Xylometazolin HCL yang termasuk dalam golongan adrenergik imidazolin alfa 2 agonis. Bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal pada mata dan lapisan mukosa hidung.
Becerfort
Berisi vitamin B plek, vitamin C 500mg,Vitamin E yang dapat meningkatkan pertahanan tubuh.
Resep :
R/ Loratadine tab mg 10 No. VII
∫ 1 dd tab I
R/ Otrivin lag No. I
∫ 2 dd gtt I nasales
R/ Becefort tab No. VII
∫ 1 dd tab I
Pro : Tn. T (30 tahun)

23

Anda mungkin juga menyukai