Anda di halaman 1dari 40

Pos Indonesia

Pos Indonesia merupakan sebuah badan


usaha milik negara (BUMN) Indonesia
yang bergerak di bidang layanan pos.
Saat ini, bentuk badan usaha Pos
Indonesia merupakan perseroan terbatas
dan sering disebut dengan PT. Pos
Indonesia. Bentuk usaha Pos Indonesia
ini berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1995.
Peraturan Pemerintah tersebut berisi
tentang pengalihan bentuk awal Pos
Indonesia yang berupa perusahaan
umum (perum) menjadi sebuah
perusahaan (persero).
PT Pos Indonesia (Persero)

Logo Pos Indonesia


Jenis entitas bisnis BUMN / Perseroan
Terbatas

Pendahulu PN Pos dan


Telekomunikasi
(1961–65)
PN Pos dan Giro
(1965–78)
Perum Pos dan Giro
(1978–95)

Didirikan 26 Agustus 1746[1]

Markas Bandung, Jawa Barat,


Indonesia
Wilayah operasi Seluruh Indonesia
Tokoh Gilarsi Wahyu Setijono
(Direktur Utama)

J Perposan
Jasa Perposan
Jasa keuangan
Pendapatan ▲ Rp 2.1 triliun (Smt. I
2014)[2]
Laba bersih ▲ Rp 110 miliar (Smt.
I 2014)[2]
Pemilik Pemerintah Indonesia

Karyawan ± 28.000

Anak PT Pos Logistik


PT Pos Properti
Situs web www.posindonesia
.co.id

Berdiri pada tahun 1746, saham Pos


Indonesia sepenuhnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia. Saat ini Pos
Indonesia tidak hanya melayani jasa pos
dan kurir, tetapi juga jasa keuangan, yang
didukung oleh titik jaringan sebanyak ±
4.000 kantor pos dan 28.000 Agen Pos
yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.

Pelayanan

Kantor pusat Pos Indonesia di Bandung.

Kantor pos di Bojonegoro, Jawa Timur


Mobil pos keliling Pos Indonesia

Dalam melaksanakan pelayanan pos di


Indonesia, Pos Indonesia membagi
wilayah negara Indonesia sebelas daerah
atau divisi regional dalam
pengoperasiannya. Pembagian divisi-
divisi tersebut mencakup semua provinsi
yang ada di Indonesia. Setiap divisi
meliputi satu atau beberapa provinsi
yang menjadi bagian dari divisi tersebut.
Divisi-divisi tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Regional I Pusat Medan (meliputi


Provinsi Aceh dan Sumatera Utara)
2. Regional II Pusat Padang (meliputi
Provinsi Riau, Kepulauan Riau, dan
Sumatera Barat)
3. Regional III Pusat Palembang (meliputi
Provinsi Bengkulu, Jambi, Lampung,
Sumatera Selatan, dan Kepulauan
Bangka Belitung)
4. Regional IV Pusat Jakarta (meliputi
provinsi D. K. I. Jakarta, Banten, dan
sebagian Jawa Barat)
5. Regional V Pusat Bandung (meliputi
sebagian Provinsi Jawa Barat)
6. Regional VI Pusat Semarang (meliputi
Provinsi Jawa Tengah dan D. I.
Yogyakarta)
7. Regional VII Pusat Surabaya (meliputi
Provinsi Jawa Timur)
8. Regional VIII Pusat Denpasar (meliputi
Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur)
9. Regional IX Pusat Banjarbaru (meliputi
Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Utara dan Kalimantan Selatan)
10. Regional X Pusat Makassar (meliputi
Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Maluku dan Maluku Utara)
11. Regional XI Pusat Jayapura (meliputi
Provinsi Papua Barat, dan Papua).

Ekspansi wilayah pelayanan Pos


Indonesia tidak hanya meliputi wilayah
Indonesia saja, tetapi juga sudah meliputi
dunia internasional. Pelayanan dalam
skala internasional ini memungkinkan
Pos Indonesia untuk melaksanakan
salah satu tujuannya untuk bisa go
international. Ekspansi wilayah
pelayanan Pos Indonesia ini dilakukan
dengan menjalin kerja sama dengan
badan-badan usaha di negara lain yang
berskala internasional, seperti Western
Union.

Andil Pos Indonesia dalam melayani


pelanggannya, baik di skala nasional
ataupun internasional, tidak terbatas
hanya dalam dunia perposan, tetapi juga
dalam dunia keuangan. Fasilitas transfer
uang melalui Pos Indonesia bisa
dinikmati oleh para pelanggannya.
Fasilitas pembayaran tagihan listrik, air,
dan telepon pun bisa dinikmati di kantor-
kantor Pos Indonesia. Berbagai
kemudahan yang ditawarkan dalam
pelayanan Pos Indonesia terhadap
pelanggannya merupakan suatu strategi
yang diambil oleh Pos Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan pelanggannya.

Sejarah
Dunia perposan modern muncul di
Indonesia sejak tahun 1602 pada saat
VOC menguasai bumi nusantara ini.
Pada saat itu, perhubungan pos hanya
dilakukan di kota-kota tertentu yang
berada di Pulau Jawa dan luar Pulau
Jawa. Surat-surat atau paket-paket pos
hanya diletakkan di Stadsherbrg atau
Gedung Penginapan Kota sehingga
orang-orang harus selalu mengecek
apakah ada surat atau paket untuknya di
dalam gedung itu. Untuk meningkatkan
keamanan surat-surat dan paket-paket
pos tersebut, Gubernur Jenderal G. W.
Baron Van Imhoff mendirikan kantor pos
pertama di Indonesia yang terletak di
Batavia (Jakarta). Pos pertama ini
didirikan pada tanggal 26 Agustus 1746.

Era kepemimpinan Gubernur Jenderal


Daendels di VOC membuat sebuah
kemajuan yang cukup berarti di dalam
pelayanan pos di nusantara. Kemajuan
tersebut berupa pembuatan jalan yang
terbentang dari Anyer sampai Panarukan.
Jalan sepanjang 1.000 km ini sangat
membantu dalam mempercepat
pengantaran surat-surat dan paket-paket
antarkota di Pulau Jawa. Jalan yang
dibuat dengan metode rodi (kerja paksa)
ini dikenal dengan nama Groote Postweg
(Jalan Raya Pos). Dengan adanya jalan
ini, perjalanan antara Provinsi Jawa Barat
sampai Provinsi Jawa Timur, yang
awalnya bisa memakan waktu puluhan
hari, bisa ditempuh dalam jangka waktu
kurang dari seminggu.

Arus perkembangan teknologi telepon


dan telegraf yang masuk ke Indonesia
pun mengubah sistem pelayanan pos di
Indonesia. Pada tahun 1906, pos di
Indonesia pun akhirnya berubah menjadi
Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau
Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon
(PTT). Layanan pos yang awalnya
berpusat di Welrevender (Gambir) juga
berpindah ke Dinas Pekerjaan Umum
atau Burgerlijke Openbare Werker (BOW)
di Bandung pada tahun 1923. Pada saat
pendudukan Jepang di Indonesia,
Jawatan PTT dikuasai oleh militer
Jepang. Angkatan Muda PTT (AMPTT)
mengambil alih kekuasaan Jawatan PTT
tersebut dan kemudian secara resmi
berubah menjadi Jawatan PTT Republik
Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi
pada tanggal 27 September 1945. Hari
itu pun diperingati sebagai Hari Bakti
PTT atau Hari Bakti Parpostel.

Cukup banyak perubahan dalam sistem


Pos Indonesia sendiri. Perubahan
tersebut terlihat dari bentuk badan usaha
yang dimiliki oleh Pos Indonesia secara
terus-menerus dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1961, Pos Indonesia resmi mejadi
perusahaan negara berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 240 Tahun
1961. Peraturan tersebut menyebutkan
bahwa Jawatan PTT itu kemudian
berubah menjadi Perusahaan Negara
Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
Setelah menjadi perusahaan negara,
Perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi (PN Postel) mengalami
pemecahan menjadi Perusahaan Negara
Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan
Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN
Telekomunikasi). Hal ini bertujuan untuk
mencapai perkembangan yang lebih luas
lagi dari masing-masing badan usaha
milik negara (BUMN) ini. Pemecahan PN
Postel menjadi PN Pos dan Giro dan PN
Telekomunikasi ini memiliki legalitas
hukum melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 1965 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1965.

Pemerintah mengeluarkan Peraturan


Pemerintah Nomor 9 Tahun 1978
dikeluarkan untuk mengubah lagi bentuk
badan usaha dari pelayanan pos di
Indonesia ini (melalui PN Pos dan Giro).
Dengan dikeluarkannya peraturan
tersebut, Perusahaan Negara Pos dan
Giro berubah menjadi Perusahaan Umum
Pos dan Giro (Perum Pos dan Giro). Hal
ini bertujuan untuk semakin
mempermudah keleluasaan pelayanan
pos bagi masyarakat Indonesia.
Perubahan bentuk usaha dari sebuah
perusahaan negara menjadi perusahaan
umum ini pun disempurnakan lagi
supaya bisa mengikuti iklim usaha yang
sedang berkembang melalui keluarnya
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1984 mengenai tata cara pembinaan dan
pengawasan. Setelah beberapa tahun
memberikan pelayanan dengan
statusnya sebagai perusahaan umum,
Pos Indonesia mengalami perubahan
status atau bentuk usaha lagi. Dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 1995, Perum Pos dan
Giro berubah menjadi PT. Pos Indonesia
(Persero). Hal ini bertujuan untuk
memberikan fleksibilitas dan
kedinamisan untuk PT. Pos Indonesia
(Persero) sehingga bisa lebih baik dalam
melayani masyarakat dan menghadapi
perkembangan dunia bisnis yang
semakin ketat persaingannya.

Transformasi bisnis
Bisnis surat pos pada periode 2000-2008
mengalami penurunan drastis.
Munculnya layanan pesan singkat dan
internet mulai menggantikan peran Pos
Indonesia.[3] Hal ini menyebabkan Pos
Indonesia mengalami kerugian setiap
tahun. Pada tahun 2004-2008, Pos
Indonesia merugi hingga 606,5 miliar.[4]
Namun, Pos Indonesia mulai berubah
setelah adanya liberalisasi bisnis pos
melalui UU N0. 38 Tahun 2009 tentang
pos. Transformasi bisnis pun dilakukan
dengan menjadikan dirinya sebagai
perusahaan induk dengan membentuk
enam anak perusahaan, merevitalisasi
bisnis inti dan mengembangkan bisnis
baru. Pos Indonesia mulai masuk ke
bisnis ritel, properti dan asuransi. Selain
itu, sejak 2013 juga melayani jasa
pengelolaan dan penyewaan perkantoran
serta ruang MICE (meeting, incentive,
convention, exhibition).
Anak perusahaan Pos Indonesia [4]:

PT Pos Kurir Indonesia: layanan


pengantaran surat dan dokumen
PT Pos Logistik: layanan logistik
PT Pos Jasa Keuangan: layanan
keuangan
PT Pos Properti: layanan bisnis di
bidang properti
PT Posmart Indonesia: layanan belanja
ritel
PT Bhakti Nusantara Net: bisnis
jaringan virtual

Upaya Pos Indonesia dalam melakukan


transformasi juga didukung oleh lima
Badan Usaha MIlik Negara (BUMN), yaitu
Bank Mandiri, PT Bio Farma, PT Kimia
Farma, PT Telkom dan PT Pertamina.[3]

Logo
Logo PN Postel (1956-1965)

Logo Perum Pos dan Giro (1965-1995)


Logo Pos Indonesia (1995-sekarang)

Arti Logo
Logo merupakan sebuah simbol yang
menunjukkan citra, visi, dan misi dari
pemilik logo tersebut. Apabila logo
tersebut adalah milik sebuah
perusahaan, logo tersebut akan
merefleksikan jati diri perusahaan
tersebut. Logo juga merupakan identitas
suatu perusahaan yang menggambarkan
tujuan-tujuan, prinsip-prinsip, serta
ideologi yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut. Logo suatu perusahaan bisa
saja berubah seiring dengan perubahan
diri dari perusahaan itu sendiri.

Dalam perkembangan PT. Pos Indonesia


(Persero), logo yang mewakili diri Pos
Indonesia pun berubah mengikuti
perubahan yang terjadi di dalam tubuh
PT. Pos Indonesia (Persero) itu sendiri.
Perubahan logo yang mencerminkan hal-
hal yang baru dan berubah dari tubuh PT.
Pos Indonesia (Persero) ini dapat kita
telaah dan kita analisis.

Logo lama Pos Indonesia ini terdiri dari


banner di atas yang bertuliskan ‘RI’ yang
kemudian tersambung dengan gambar
padi dan kapas yang memberntuk
sebuah lingkaran yang kemudian
berujung kepada banner di bawah yang
bertuliskan ‘POS & GIRO’. Di dalam
lingkaran yang terbentuk dari kedua
banner dengan padi dan kapas tersebut,
kita mendapati sebuah segilima yang di
dalamnya terdapat gambar burung
merpati yang seolah-olah sedang terbang
mengelilingi dunia. Di sisi luar dari
segilima tersebut dan di sisi dalam dari
lingkaran, kita mendapati arsiran
mendatar yang berfungsi sebagai latar
belakang atau background.

Ide utama dari logo lama ini adalah


burung merpati pos yang telah lama
menjadi simbol dunia perposan. Bola
dunia yang berada di belakang merpati
tersebut melambangkan perputaran
dunia, kekekalan, dan adanya hubungan
yang terjalin antarnegara (hubungan
yang bersifat internasional). Bentuk
segilima yang mengelilingi merpati pos
tersebut melambangkan Pancasila,
ideologi Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang memiliki lima sila. Unsur
padi dan kapas yang menjadi simbol dari
sila kelima dari Pancasila mewakili
tujuan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) untuk mencapai keadilan dan
kesejahteraan sosial untuk seluruh
masyarakat Indonesia. Banner yang
bertuliskan ‘RI’ dan ‘POS & GIRO’
menunjukkan identitas pemilik logo, yaitu
Perum Pos dan Giro Republik Indonesia.

Secara semantik, logo ini menunjukkan


profesionalitas pos yang diwakili oleh
merpati dan bola dunia namun terkurung
oleh segilima yang mewakili Pancasila
dan juga oleh lingkaran padi dan kapas
yang menggambarkan tujuan BUMN. Hal
ini menunjukkan bahwa Pos Indonesia
bekerja secara profesional di dalam
memberikan pelayanan berskala
internasional untuk pelanggan-
pelanggannya dengan tetap memegang
teguh nasionalisme dan tujuan BUMN
untuk menjunjung keadilan dan
kesejahteraan sosial masyarakat
Indonesia. Logo ini juga melambangkan
keteguhan dalam memegang ideologi
negara dengan adanya dua simbol yang
mewakili Pancasila.

Setelah perubahan kelembagaan yang


terjadi di dalam tubuh Pos Indonesia
(perubahan bentuk usaha dari
perusahaan umum menjadi persero),
logo Pos Indonesia pun ikut berubah. Di
dalam logo baru Pos Indonesia, kita
mendapati seekor merpati pos yang
seolah-olah sedang terbang mengelilingi
dunia dengan kecepatan tinggi. Merpati
pos ini tidak lagi terkurung oleh segilima
dan juga lingkaran padi dan kapas.
Ukuran merpati yang lebih besar
daripada bola dunia melambangkan
bahwa Pos Indonesia diharapkan bisa
menguasai (memimpin) usaha perposan
di dunia internasional. Warna dasar
jingga yang terdapat di gambar merpati
dan bola dunia menunjukkan bahwa Pos
Indonesia itu penting (warna jingga
memiliki arti penting serta perlu
diperhatikan, seperti yang terdapat di
pembatas-pembatas jalan, pakaian
pendaki gunung, seragam para
penerbang, dan lain sebagainya). Tulisan
‘POS INDONESIA’ dengan tipografi bold
ini memberikan ketegasan identitas
perusahaan dan juga identitas negara.
Tulisan ini berada di bawah gambar
merpati yang sedang mengelilingi dunia
dengan kecepatan tinggi karena logo ini
ingin menunjukkan bahwa Pos Indonesia
lebih mengutamakan profesionalitas
dalam pelayanan untuk pelanggan-
pelanggannya. Slogan Pos Indonesia
‘Untuk Anda kami ada’ yang ditulis
dengan huruf latin (tegak bersambung)
memperlihatkan keluwesan, keramahan,
dan fleksibilitas dalam melayani
pelanggan-pelanggannya.

Produk dan jasa


Secara umum, Pos Indonesia membagi
lingkup bisnisnya menjadi dua, yakni
Bisnis Surat Paket (BSP) dan Jasa
Keuangan (Jaskug).
Filateli dan konsinyasi (prangko dan
meterai)
AdmailPos
Express Mail Service (EMS) dan RLN
internasional
Pos Ekspor
Paket Pos (Biasa, Kilat, Kilat Khusus,
Ekspres, Jumbo)
Surat Pos (Biasa, Kilat, Kilat Khusus,
Ekspres)
Logistik
Kargo
Bank Channeling
Fund Distribution (Western Union dan
PosPay)
Giro Pos
Wesel Pos
Gallery Pos
PostShop
Pos Niaga (ditiadakan)
Agen Pos

Rencana bisnis
PT Pos Indonesia (Persero) dan DHL
Express Indonesia memperpanjang kerja
sama Express Mail Service (EMS) ke luar
negeri yang bertujuan untuk mendukung
usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) di Indonesia serta
meningkatkan dan memperbaiki akses
jaringan global agar lebih efektif dan
efiesien.[5]

PT Pos Indonesia (Persero) meneken


perjanjian kerja sama dengan GD
Express Carrier Berhard, sebuah
perusahaan kurir swasta terbesar nomor
dua di Malaysia setelah Pos Malaysia.
Kerja sama ini dilakukan untuk
menyinergikan kurir swasta terbesar di
Malaysia dengan kekuatan jaringan
nasional yang dimiliki Pos Indonesia.

Bagi Pos Indonesia, kerja sama ini akan


meningkatkan waktu pengiriman di
negara tujuan dari sebelumnya H+1 s/d
H+5, menjadi maksimal H+2.
Keuntungan lainnya, berupa akses pasar
yang lebih luas di Malaysia. Sementara
itu bagi GD Express Carrier Berhard, kerja
sama ini penting dalam membuka akses
pasar pengiriman express delivery. Kerja
sama dengan Pos Indonesia dinilai
sangat strategis bagi GD Express, karena
bisa memperluas pasar express delivery
ke Indonesia.[6]

Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) siap


menggandeng PT Pos Indonesia, sebagai
layanan logistik bisnis e-commerce
nantinya. Hal ini masuk dalam roadmap
e-commerce yang tengah digodok oleh
BeKraf. Revitalisasi PT Pos Indonesia
menjadi logistik dapat dimanfaatkan
sebagai penunjang pengiriman barang
hasil transaksi jual beli on-line yang telah
dilakukan.[7]

PT Pos Indonesia (Persero)


menandatangani nota kesepahaman
bersama 12 BUMN untuk menjalankan
Sistem Logistik Nasional (Silognas)
secara kian mulus (seamless logistic).
PT Pos berada dalam posisi sebagai
fasilitator untuk terbangunnya seamless
logistic. Melalui nota kesepahaman ini,
ada sejumlah hal yang ingin dicapai.
Pertama, sinergi BUMN ini diharapkan
dapat menurunkan biaya logistik
nasional yang saat ini berada di kisaran
27 persen. Kedua, adalah untuk
menghilangkan disparitas harga
komoditas antara wilayah urban dan
rural. Ketiga, adalah untuk memfasilitasi
sebagai proses backbone-nya sistem
perdagangan secara elektronik (e-
commerce). Keempat, juga merupakan
bentuk keinginan untuk pemberdayaan
dan memfasilitasi UMKM agar bisa lebih
kompetitif.

Penandatangan MoU ini dilakukan oleh


Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi
W. Setijono bersama pimpinan 12 BUMN
yakni Direktur Utama PT Angkasa Pura I
Sulistyo Wimbo S. Hardjito, Direktur
Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya
Sumadi, Direktur Utama Perum Bulog
Djarot Kusumayakti, Plt Direktur Utama
DAMRI Sarmadi Usman, Direktur Utama
PT Djakarta Lloyd Arham Sakir Torik,
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia I
Bambang Eka Cahyana, Plt Direktur
Utama PT Pelabuhan Indonesia II Dede
R. Martin, Direktur Utama PT Pelabuhan
Indonesia III Djarwo Surjanto, Direktur
SDM Umum PT Pelabuhan Indonesia IV
Niken Probowati, Direktur Utama PT Pelni
Elfien Goentoro, Direktur Utama PT ASDP
Danang S. Baskoro, dan Direktur
Pengembangan Bisnis Riset dan
Teknologi PT Pembangunan Perumahan
Lukman Hidayat.[8]

Pranala luar
Situs web resmi
Pos Indonesia di situs BUMN
Pos Indonesia di Facebook
Pos Indonesia di Twitter

Referensi
1. ^ Hari Jadi Pos Indonesia
2. ^ a b Alwan Ridha Ramdani (23 March
2010). "PT Pos Prepares Rp 500 Billion
for Capital Expenses" . Tempo. Diakses
tanggal 1 July 2010.
3. ^ a b Suhendra. "Tirto.ID - Jernih
Mengalir Mencerahkan" . tirto.id. Diakses
tanggal 2018-07-29.
4. ^ a b "Studi Kasus Turn-Around BUMN:
PT Pos Indonesia | Marketeers - Majalah
Bisnis & Marketing Online -
Marketeers.com" . marketeers.com
(dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal
2018-07-29.
5. ^ "PT Pos Indonesia-DHL Express
Indonesia Perpanjang Kerja Sama" .
Pikiran Rakyat Online. 21 Januari 2016.
Diakses tanggal 23 Januari 2016.
6. ^
http://bisniskeuangan.kompas.com/read
/2016/03/03/114548926/Pos.Indonesia.
Perkuat.Pasar.ke.Malaysia .
7. ^
http://economy.okezone.com/read/2016
/03/10/320/1332661/pt-pos-indonesia-
siap-ambil-bagian-kue-e-commerce
8. ^
http://bisniskeuangan.kompas.com/read
/2016/02/19/174709026/Muluskan.Silo
gnas.PT.Pos.Indonesia.Gandeng.12.BU
MN

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pos_Indonesia&oldid=14586170"

Terakhir disunting 1 bulan yang lal…

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai