Anda di halaman 1dari 6

LAPORKAN PELAKSANAAN JURNAL

TERAPI PATELLAR MOBILIZATION


PADA NY. I DENGAN OSTEOATRITIS

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tahap dari proses kehidupan manusia adalah tahap lanjut usia (lansia). Lansia
merupakan salah satu tahap dalam proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
beberapa fungsi tubuh. Lansia menurut Effendi & Makhfudli (2009) adalah suatu kondisi
yang dialami oleh seseorang dan ditandai dengan kegagalan untuk mempertahankan
keseimbanngan tubuh terhadap kondisi stress fisiologis. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk mempertahankan beberapa fungsi kehidupan.

Orang-orang yang telah menginjak usia lanjut biasanya akan menderita beberapa
penyakit. Salah satu penyakit yang sering terjadi pada lansia adalah osteoatritis. Menurut
Price & Wilson (2014) osteoatritis adalah gangguan yang terjadi pada sendi yang bergerak.
Penyakit ini bersifat kronik dengan progresif yang lambat. Gangguan ini umumnya lebih
sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dan lebih sering ditemukan pada orang
yang telah berusia 45 tahun keatas. Sendi yang sering mengalami osteoatritis adalah sendi
yang sering digunakan untuk memikul beban tubuh seperti lutut dan panggul.

Beberapa gejala umumnya terjadi pada penyakit osteoatritis, namun gejala yang paling
khas adalah nyeri. Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) nyeri sendi yang terjadi dapat
bersifat pegal dan dalam. Nyeri ini dapat terjadi akibat degenerasi kartilago, tekanan pada
tulang, dan inflamasi. Nyeri pada osteoatritis dapat timbul setelah melakukan aktivitas fisik,
olahraga, atau setelah melakukan aktivitas berat seperti mengangkat barang berat. Nyeri ini
umumnya dapat hilang setelah penderita beristirahat.

Yu & Hunter (2015) dalam artikelnya mengatakan bahwa osteoatritis perlu ditangani
dengan kombinasi manajemen farmakologi dan non farmakologi. Dalam artikel tersebut
disebutkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko yang sangat berpengaruh pada
osteoatritis sehingga menurunkan berat badan merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi nyeri. Hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan beberapa latihan

1
fisik. Fransen et all (2015) dalam artikelnya menemukan bahwa latihan fisik dapat
meredakan nyeri secara signifikan dan dapat meningkatkan fungsi fisik.

B. STUDI PUSTAKA

1. Penelitian Sebelumnya

Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait osteoatritis, salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Bhavani & Vadivu (2017) dengan judul A Comparative
Study on Cryotherapy and Wax Therapy along with Exercise in Treatment of Early
Osteoarthritis Knee. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meredakan nyeri dengan cara
membandingkan efektifitas penggunaan wax therapy dan cyrotherapy. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan 20 responden yang mengalami osteoatritis pada lutut.
Seluruh responden ini kemudian dibagi menjadi kelompok A dan kelompok B. Kelompok
A akan menerima intervensi wax therapy dan kelompok B akan menerima intervensi
cryotherapy. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dengan 1 sesi setiap harinya yang
berdurasi 30 menit setiap sesi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah laki-laki maupun
perempuan yang berusia 35-50 tahun, terdiagnosa osteoatritis, mengalami gejala nyeri,
dan tergolong obesitas. Sebelum pemberian intervensi, terlebih dahulu dilakukan pre-test
pada masing-masing kelompok yang berupa pengukuran skala nyeri menggunakan Visual
Analog Scale (VAS) dan diakhir intervensi juga akan dilakukan post-test dengan
menggunakan instrument yang sama.

2. Hasil Penelitian

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kedua intervensi mampu menurunkan


nyeri osteoatritis. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa cryotherapy dapat
menurunkan nyeri lebih baik dibandingkan dengan wax therapy. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa cryotherapy lebih baik dibandingkan dengan wax therapy. Selain
menurunkan nyeri, cryotherapy juga diketahui dapat meningkatkan pergerakan sendi
yang sakit serta meningkatkan fungsi fisik dan kualitas hidup pasien.

2
3. Alasan Menjadi Tinjauan

Penelitian ini digunakan sebagai tinjauan karena subjek dalam penelitian tersebut
memiliki kemiripan dengan salah satu pasien kelolan stase gerontik di wilayah RW.07
Kelurahan Kassi-Kassi. Dari hasil pengkajian juga ditemukan bahwa keluhan dari salah
satu pasien adalah nyeri lutut terutama saat berjalan sehingga terapi pada penelitian ini
dirasa cocok untuk digunakan pada kasus kelolaan gerontik. Setelah dilakukan terapi
pada pasien tersebut diharapkan adanya perubahan nyeri yang dapat dirasakan oleh
pasien.

C. METODE

Terapi cryotherapy akan diberikan sebagai salah satu intervensi terhadap pasien kelolan
yang mengalami nyeri lutut. Dalam pemberian intervensi terlebih dahulu akan dilakukan
informed consent kepada pasien guna memperkenalkan terapi, meminta persetujuan, dan
melakukan kontrak waktu serta tempat. Setelah mendapat persetujuan, mahasiswa terlebih
dahulu akan mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh pasien dengan menggunakan Visual
Analog Scale. Setelah pengukuran awal selesai dilakukan maka mahasiswa akan mulai
memberikan intervensi terapi sesuai dengan SOP yang telah didapatkan. Setelah semua
intervensi selesai dilakukan maka mahasiswa akan mulai mengukur kembali skala nyeri
pasien dan mengevaluasi perasaan pasien setelah melaksanakan terapi.

D. LAMPIRAN

1. Definisi Terapi Modalitas/Komplementer

Terapi modalitas dan terapi komplementer merupakan terapi yang umumnya


sering digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan. Menurut Stuart, Keliat, &
Pasaribu (2016) terapi modalitas adalah suatu terapi yang menggunakan pendekatan
tertentu baik secara langsung dan fasilitatif yang mengacu pada teori serta kiat terapis dan
menjadikan kekuatan klien sebagai hal yang paling utama untuk dirubah. Terapi
komplementer sendiri merupakan suatu terapi yang digunakan sebagai pengobatan secara
integrative atau yang biasa dikenal sebagai terapi alternatif. Biasanya terapi
komplementer digabungkan dengan terapi medis utama.

3
2. Definisi Cryotherapy

Menurut Adegoke et al (2004) cryotherapy merupakan terapi yang bertujuan


untuk mengurangi nyeri pada area yang terasa nyeri dengan cara memberikan kompres
dingin pada area tersebut. Terapi ini diketahui dapat memberikan efek penurunan rasa
nyeri, peningkatan mobilisasi, serta membantu meningkatkan proses metabolism dan
proses hemodinamik pada area yang terasa sakit. Cryotherapy dapat digunakan pada
tahap awal osteoatritis untuk mengontrol proses inflamasi, meredakan nyeri,
menurunkan risiko terkena spasme otot, serta meningkatkan pergerakan sendi yang
bermasalah. Terapi ini bekerja dengan cara menurunkan suhu jaringan secara perlahan
sehingga menghambat reaksi kimia yang timbul pada saat proses inflamasi. Proses
penurunan suhu jaringan secara langsung maupun tidak langsung dapat meredakan
sensasi nyeri dengan cara menghambat proses transimisi dengan mengaktifkan reseptor
suhu pada lapisan kutaneus. Cryotherapy bukan hanya dapat dilakukan dengan cara
memberikan suhu dingin pada area yang terasa sakit, namun dapat juga digunakan
dengan cara memberikan suhu dingin pada seluruh tubuh. Terapi ini biasa dikenal dengan
Whole Body Cryotherapy (WBC).

3. SOP Cryotherapy

Dalam memberikan terapi cryotherapy, langkah-langkah yang dapat dilakukan


meliputi:

a. Informed consent yang bertujuan memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan


langkah terapi, serta menyepakati kontrak tempat dan waktu dengan pasien.

b. Mempersiapkan alat dan bahan yang berupa handuk kecil, baskom kecil, serta air
dingin

c. Mempersiapkan pasien

d. Memposisikan pasien duduk ditempat yang rata seperti di lantai dan menganjurkan
pasien untuk mengambil posisi yang nyaman

e. Meminta klien untuk meluruskan kedua kakinya.

4
f. Menyiapkan air dingin dengan suhu yang baik sekitar 32oF di dalam baskom

g. Membasahi handuk kecil dengan air dingin yang telah berada dalam baskom lalu
kemudian diperas agar air dingin tidak menetes.

h. Membalutkan handuk yang telah dibasahi oleh air dingin disekitar wilayah yang nyeri

i. Membiarkan handuk tersebut menutupi area yang nyeri selama 20 menit.

j. Mengevaluasi perasaan pasien setelah melaksanakan terapi patellar mobilization

5
DAFTAR PUSTAKA

Adegooke et al. Efficacy of Ice And Shortware Diathermy In The Management Of Osteoarthritis
Of The Knee. African journal of biomedical research, vol. 7(2004), p. 59-63
Bhavani, E.D & Vadivu, S.K. (2017). A comparative study on cyrotherapy and wax therapy
along with exercise treatment of early osteoarthritis knee, International Journal of
Current Advanced Research, vol. 6(11), p. 7495-7498
Effendi, F & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Fransen, M., McConnell, S., Harmer, A.R., Esch, M.V.D., Simic, M., & Bennell, K.M. (2015).
Exercise for Osteoarthritis of The Knee: a cochrane systematic review, British Journal of
Sports Medicine, vol 49(24), p. 1-6
Kowalak, J.P., Welsh, W., & Mayer, B. (2017). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Stuart,G.W., Keliat, B.A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Singapore: Elsevier.
Yu, P.S & Hunter, D.J. (2015). Managing osteoarthritis, Australian Prescriber, vol 38(4), p. 115-
119

Anda mungkin juga menyukai