BAB I
PENDAHULUAN
f. Fisiologi
Salah satu fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara
600- 1200 ml/hari. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Diluar
waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu, dan di
akan mengalami pemekatan sekitar 50 %. Fungsi primer dari kandung empedu adalah
memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu
memekatkan zat terlarut yang kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali
dan mengurangi volume nya 80-90%. Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan
pengosongan parsial kandung empedu. 1
Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak kedalam
duodenum. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa
duodenum, hormone kemudian masuk kedalam darah, menyebabkan kandung empedu
berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus
coledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang
kental ke dalam duodenum. 1
Garam - garam empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak
dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak. Proses koordinasi dari
kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal berikut ini yaitu :
a. Hormonal :Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin akan terlepas. Hormon ini
yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung empedu. 1
b. Neurogen :Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi
cairan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan menyebabkan
kontraksi dari kandung empedu. (3)
Empedu
Empedu secara primer terdiri dari air, lemak organic dan elektrolit yang secara
normal disekresi oleh hepatosit. Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan
komponen terbesar (90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan
garam anorganik. Garam empedu adalah steroid yang dibuat oleh hepatosit dan berasal
dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi mekanisme umpan balik yang
dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau diperlukan.
Menurut Guyton &Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu:
a. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena
asam empedu membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar
menjadi partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan
dalam getah pancreas serta asam empedu membantu transpor dan absorpsi produk
akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa intestinal.
b. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan
yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati.
Metabolisme bilirubin
Bilirubiin merupakan pigmen tetrapirol yang larut dalam lemak yang berasal
dari pemecahan sel-sel eritrosit tua dalam sistem monosit makrofag. Masa hidup rata-
rata eritrosit adalah 120 hari. Setiap hari sekitar 50 cc darah dihancurkan menghasilkan
200 – 250 mg bilirubin. Kini diketahui juga bahwa pigmen empedu sebagian juga
berasal dari destruksi eritrosit matang dalam sum-sum tulang dan dari hemoprotein lain
terutama hati. Sebagian besar bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin di dalam
sel-sel fagosit mononuclear dari sistem retikulo-endotelial terutama dalam lien. Cincin
hem setelah dibebaskan dari Fe dan globin diubah menjadi biliverdin yang berwarna
hijau oleh enzim heme oksigenase.1Enzim reduktase akan merubah biliverdin menjadi
bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin ini akan berikatan dengan protein sitosolik
spesifik membentuk kompleks protein-pigmen dan ditransportasikan melalui darah ke
dalam sel hati. Bilirubin ini dikenal sebagai bilirubin yang belum dikonyugasi (bilirubin
I) atau bilirubin indirek berdasarkan reaksi diazo Van den Berg. Bilirubin indirek ini
tidak larut dalam air dan tidak diekskresi melalui urine. Di dalam sel hati albumin
dipisahkan dan bilirubin dikonyugasi dengan asam glukoronik dan dikeluarkan ke
saluran empedu. Bilirubin ini disebut bilirubin terkonyugasi (bilirubin II) yang larut
dalam air atau bilirubin direk yang memberikan reaksi langsung dengan diazo Van den
Berg. Didalam hati kira-kira 80% bilirubin terdapat dalam bentuk bilirubin direk
(terkonyugasi atau bilirubin II). Melalui saluran empedu, bilirubin direk akan masuk ke
usus halus sampai ke kolon. Oleh aktivitas enzim-enzim bakteri dalam kolon glukoronid
akan pecah dan bilirubin dirubah menjadi mesobilirubinogen, stercobilinogen dan
urobilinogen yang sebagian besar diekskresikan ke dalam feses. Bila terjadi obstruksi
total saluran empedu maka tidak akan terjadi pembentukan urobilinogen dalam kolon
sehingga warna feses seperti dempul (acholic). Urobilinogen yang terbentuk akan
direabsorbsi dari usus , dikembalikan ke hepar yang kemudian langsung diekskresikan
ke dalam empedu. Sejumlah kecil yang terlepas dari ekskresi hepar mencapai ginjal dan
diekskresi melalui urine.
gambar 2. Metabolisme Bilirubin
2.2 Jaundice
2.2.1 Definisi
Ikterus (icterus) berasal dari bahasa Greek yang berarti kuning. Nama lain
ikterus adalah “jaundice” yang berasal dari bahasa Perancis “jaune” yang juga berarti
kuning. Dalam hal ini menunjukan peningkatan pigmen empedu pada jaringan dan
serum. Jadi ikterus adalah warna kuning pada sclera, mukosa dan kulit yang disebabkan
oleh akumulasi pigmen empedu di dalam darah dan jaringan (> 2 mg / 100 ml serum).
1.4
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Dalam
mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari
klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (sumber data
sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes
diagnostik, keluarga dan orang terdekat atau anggota tim kesehatan lain merupakan
pengkajian data dasar.
Pengkajian pasien Post Operatif ikterus obstruktif meliputi :
a. Aktifitas/Istirahat
1) Gejala :
a) Kelemahan, atau keletihan
b) Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari;
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,
rasa gatal.
b. Sirkulasi
1) Tanda :
a) Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri).
b) Kulit/membran mukosa: Turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
c) Berkeringat
c. Eliminasi
1) Gejala
Perubahan warna urine dan feses.
2) Tanda
a) Distensi abdomen
b) Teraba massa pada kuadran kanan atas
c) Urine gelap, pekat
d) Feses berwarna seperti tanah liat
d. Makanan dan cairan
1) Gejala
a) Anoreksia, mual/muntah
b) Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembentuk gas”; regurgitasi
berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia.
c) Berdahak
2) Tanda
Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
e. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala
a) Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan.
b) Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
c) Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
2) Tanda
Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan.
f. Pernafasan
1) Tanda
a) Peningkatan frekuensi pernafasan
b) Pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal.
g. Keamanan
1) Tanda
a) Demam, menggigil
b) Ikterik dengan kulit berkeringat dan gatal ( pruritus )
c) Kecendrungan perdarahan ( kekurangan vitamin K )
h. Penyuluhan dan pembelajaran
1) Gejala
a) Kecendrungan keluarga untuk terjadi batu empedu.
b) Adanya kehamilan atau melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi usus,
diskrasias darah.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri.
2. Gangguan pertukaran gas.
3. Kerusakan integritas kulit.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan tindakan.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umumnya, obstruksi jaundice adalah perubahan warna kulit, sclera mata
atau jaringan lainnya (mebran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan
bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Obstruksi jaundice
dapat terjadi akibat adanya hambatan saluran empedu. Sumbatan saluran empedu dapat
terjadi karena kelainan pada dinding saluran empedu misalnya adanya tumor atau
penyempitan karena trauma (iatrogenik).
Manifestasi klinis dari obtruksi jaundice dapat berupa mata, badan menjadi
kuning, urine berwarna pekat seperti teh, badan terasa gatal (pruritus), disertai atau
tanpa kenaikan suhu badan, disertai atau tanpa kolik perut kanan atas, kadang-kadang
feses berwarna keputih-putihan seperti dempul. Tergantung dari penyebab ikterus
obstruksi. Untuk diagnosis dari obetruksi jaundice bisa dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dilakukan pemeriksaan labolatorium
yang meliputi pemeriksaan darah, urine dan feses rutin. Pemeriksaan fungsi hati bisa
dijumpai adanya kenaikan dari bilirubin direct (tekonjugasi), alkali fosfatase meningkat
2-3 kali diatas normal. Serum transminase (SGOT, SGPT) dan Gamma GT sedikit
meninggi. Selain itu juga bisa dilakukan pencitraan untuk menentukan penyebab
obstruksi seperti pemeriksaan USG, CT Scan abdomen, ERCP (Endoskopic Retrograde
Cholangio Pancreatography) dll. Pengobatan ikterus sangat bergantung penyakit dasar
penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana L.: Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. 380-384.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-579.
Sujono Hadi. 1983. Nyeri Epigastrik Penyebab dan Pengelolaannya. Dalam: Cermin
Dunia Kedokteran No. 4, 1983: 29. Available From:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_NyeriEpigastrik.pdf/03_NyeriEpigastri
k.html [diakses pada tanggal 10 April 2014.