Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Batu ginjal atau yang sering disebut sebagai kalkulus renal(nefrolitiasis)
merupakan suatu keadaan dimana ditemukannya batu yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik pada ginjal[ CITATION Fau16 \l 1033 ]. Bat
ginjal dapat tersebntuk dimana saja di saluran kemih, namun daerah yang paling
sering adalah ginjal. Batu tersebut dapat bergerak turun ke saluran kemih dan
dapat tersenagkut dimana saja sepanjang saluran sehingga mengakibatkan
obstruksi dan kerusakan jaringan atau ia mungkin tetap berada di ginjal
[ CITATION Bla14 \l 1033 ]. Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) menambahkan
bahwa batu ginjal sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises.
Pada umumnya laki-laki berisiko terkena penyakit batu ginjal dibandingkan
dengan perempuan di usia pertengahan. Penyakit batu ginjal jarang ditemukan
pada anak-anak.

B. Etiologi
Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) mengatakan bahwa batu ginjal belum
memiliki penyebab yang pasti (idiopatik), namun terdapat beberapa faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya nefrolitiasis meliputi:
1. Dehidrasi
2. Infeksi
3. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terdapat banyak pada pH yang
tinggi, dan batu asam urat banyak terdapat pada pH yang rendah).
4. Obstruksi pada saluran urin yang menyebabkan stasis dalam traktur urinarius
5. Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah dan tersaring
di ginjal
6. Faktor metabolik
7. Faktor makanan yang dikonsumsi
8. Penyakit renal

1
9. Penyakit gout (penyakit dengan peningkatan produksi asam urat atau
penurunan eksresinya).
10. Faktor herediter
[ CITATION Bla14 \l 1033 ] menambhakn bahwa ada 2 faktor penyebab primer
terjadinya batu ginjal yaitu stasis urine dan supersaturasi urine dengan kristaloid
yang tidak dapat larut. Peningkatan konsentrasi zat terlarut muncul karena
berkurangnya cairan atau peningkatan beban zat terlarut. Peningkatan konsentrasi
zat terlarut muncul karen aberkurangnya cairan atau peningkatan beban zat
terlarut. Peningkatan konsentrasi tersebut menyebabkan presipitasi dan kristal
seperti kalsium, asam urat dan fosfat. Kadar pH urine mempengaruhi solubilitas
jenis kristal yang sudah siap berpresipitasi dalam kondisi asam dan beberapa
dalam kondisi basa. Infeksi, benda asing, kegagalan pengosongan kandung kemih
secara komplet, kelainan metabolik, obseitas dan peningkatan berat badan, serta
obstruksi pada saluran kemih, berkontribusi pada pembentukan batu ginjal juga.
Black & Hawks (2014) menambahkan bahwa beberapa faktor risiko yang
menyebabkan terbentuknya batu ginjal yang berujung pada stasisatau supersaturasi
urine adalah sebagai berikut:
1. Imobilitas dan gaya hidup sendentary yang menyebabkan stasis
2. Dehidrasi, yang menyebabkan terjadinya supersaturasi
3. Gangguan metabolik yang menyebabkan peningkatan kadar kalsium atau ion
lainnya dalam urine
4. Riwayat kencing batu sebelumnya
5. Tinggal di dalam area “sabuk batu”.
6. Minum air yang mengandung kadar mineral dama kadar tinggi
7. Diet tinggi purin, oksalat, suplemen kalsium, protein hewani
8. Infeksi saluran kemih
9. Pemakaian kateter jangka panjang
10. Penyakit kandung kemih neurogenik
11. Riwayat mutilasi genital pada perempuan.

2
C. Jenis-jenis batu ginjal
Menurut Arimutrti (2007), ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing-
masing cenderung memiliki penyebab yang berbeda, yaitu :
1. Batu kalsium
Sekitar 75-85% dari batu ginjal adalah batu kalsium. Batu ini biasanya
kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu
banyak di dalam urin, selain itu jumlah berlebihan vitamin D menyebabkan
tubuh terlalu banyak menyerap kalsium.
2. Batu asam uric
Batu ini terbentuk dari asam uric,produk sampingan dari metabolism
protein.
3. Batu struvite
Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite biasanya diakibatkan
infeksi saluran kencing kronis, disebabkan bakteri.batu ini jika membesar
akan menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.
4. Batu cystine
Batu ini mewakili sekitar 1% dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan
kelainan genetic, sehingga ginjalkelebihan jumlah asam amino.
D. Manifestasi Klinik
Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) mengatakan bahwa beberapa tanda dan
gejala yang dapat muncul pada penderita batu ginjal meliputi:
1. Nyeri hebat yang dialami akibat obstruksi
2. Nausea dan vomitus
3. Demam dan menggigil karena infeksi
4. Hematuria jika batu tersebut menyebabkan abrasi ureter
5. Distensi abdomen
6. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada satu-satunya ginjal yang
berfungsi

3
Black & Hawks (2014) menambahkan bahwa manifestasi yang paling sering
muncul pada pasien dengan batu ginjal yaitu nyeri yang tajam dan parah. Nyeri
muncul secara tiba-tiba karena adanya pergerakan batu sehingga menimbulkan
iritasi. Ketika nyeri menyengat, klien biasanya mengalami mula dan muntah,
pucat, suara napas bergemuruh, peningkatan tekanan darah dan nadi, diaforesis
dan cemas. Nyeri dapat terjadi berselang, yang berarti bahwa batu sudah
berpindah. Dokter berhipotesis bahwa ureter berdilatasi tepat di proksimal
kalkulus yang memungkinkan urine untuk lewat, meredakan distensi ureter.
Seiring dengan batu berpindah ke tempat obstruksi yang baru, nyeri akan terasa
kembali. Nyeri hilang saat batu mencapai kandung kemih. Manifestasi lain dari
batu ginjal meliputi infeksi dengan kenaikan suhu dan hitung sel darah putih
(white blood cell-WBC) dan obstruksi urine yang menyebabkan hidroureter,
hidronefrosis, ataupun keduanya.
E. Komplikasi
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) beberapa komplikasi yang dapat
muncul akibat nefrolitiasis adalah:
1. Kerusakan atau destruksi parenkim renal
2. Nekrosis tekanan
3. Obstruksi oleh batu
4. Hidronefrosis
5. Perdarahan
6. Rasa nyeri
7. Infeksi

F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa jenis pemeriksaan yang dapat menunjang penegakan diagnosis
batu ginjal yaitu sebagai berikut [ CITATION Bla14 \l 1033 \m Kow144]:
1. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal
2. Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan
ukuran serta lokasi batu
3. Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obstruksi, seperti
hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen yang tidak
tampak pada foto BNO

4
4. Kultur urin yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih
5. Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat, fosfor,
dan asam dalam urin
6. Uji diagnosis terpadu menyediakan informasi yang berhubungan dengan
diiagnosis baru saluran kemih. Ketika batu sudah diambil, komponennya
harus dianalisis
7. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis
hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum normal
8. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang
tidak terikat dengan protein.

5
G. Penatalaksanaan
Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) mengatakan beberapa penatalaksanaan
yang dapat dilakukan meliputi:
1. Penambahan asupan cairan hingga lebih 3L per hari untuk meningkatkan
hidrasi
2. Preparat anti mikroba untuk mengatasi infeksi yang jenisnya dipilih menurut
hasil kultur mikroorganisme
3. Obat-obat analgetik sepertik meperidin (Demerol) atau morfin untuk meredakan
rasa nyeri
4. Obat-obat golongan diuretik untuk mencegah stasis urin dan pembentukan batu.
Preparat tiazida untuk menurunkan ekskresi kalsium ke dalam urin.
5. Methenamin untuk menekan pembentukan batu jika terdapat infeksi
6. Diet rendah kalsium untuk mencegah rekurensi
7. Kolestiramin yang dpaat mengikat fosfat untuk hiperkalsiuria absorptif
8. Paratiroidektomi untuk hiperparatiroidisme
9. Allopurinol untuk batu asam urat
10. Pemberian askorbat dosis kecil setiap hari untuk mengasamkan urin
11. Sistoskop dengan manipulasi kalkulus untuk mengeluarkan batu ginjal yang
tidak dapat keluar sendiri karena ukurannya terlalu besar
12. Litotripsi ultrasonik perkutaneus dan ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) atau terapi laser untuk memecahkan batu menjadi ukuran yang
lebih kecil agar dapat keluar sendiri atau dikeluarkan dengan melakukan
pengisapan.
13. Operasi pengangkatan batu sistin atau batu besar atau pemasangan alat
pengalih aliran urin disekitar kalkulus untuk menghilangkan obstruksi.

6
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung
jawab, status perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu
b. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
c. Penrunan volume urine
d. Rasa terbakar, dorongan berkemih
e. Diare
f. Perhatikan tanda oliguria, hematuria, piouria, serta kaji perubahan pola
berkemih
g. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan fosfat
h. Hidrasi yang tidak adekuat
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas dan istirahat
b. Sirkulasi: Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah
c. Eliminasi : nyeri tekan abdomen, distensi abdomen
d. Pola kebersihan diri
e. Nyeri/kenyamanan : nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri
tergantung lokasi batu
f. Keamanan: suhu yang naik turun
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal
b. Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan
ukuran serta lokasi batu

7
c. Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obstruksi, seperti
hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen yang
tidak tampak pada foto BNO
d. Kultur urin yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih
e. Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat,
fosfor, dan asam dalam urin
f. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya
g. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis
hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum
normal
h. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas
yang tidak terikat dengan protein.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat di angkat berdasarkan NANDA 2015-2017 (Herdman &
Kamitsuru, 2015) adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


2. Retensi urin berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan
3. Resiko infeksi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

8
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead, Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial
dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi
Batasan Karakteristik NOC NIC
a. Ekspresi wajah Setelah perawatan selama 2x24 jam, Manajemen Nyeri
meringis nyeri kronis klien berkurang dengan a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Keluhan tentang nyeri kriteria hasil: b. Observasi adanya petunjuk nonverbak terkait nyeri
menggunakan NRS maupun ketidaknyamanan terutama pada pasien
c. Keluhan tentang Kontrol Nyeri yang tidak dapat berbicara
karakteristik nyeri a. Klien dapat mengenali kapan nyeri c. Pastikan perawatan analgesik pada pasien
d. Laporan tentang terjadi dilakukan dengan tepat
perubahan aktivitas b. Klien mengetahui penyebab d. Gunakan strategi komunkasi terapeutik untuk
akibat nyeri terjadinya nyeri mengetahui pengalaman klien terkait nyeri dan
e. Perilaku distraksi c. Klien mampu mengurangi rasa nyeri penerimaan klien terhadap nyeri
f. Perubahan pada tanpa analgesik e. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
parameter fisiologis d. Klien melaporkan perubahan gejala memperberat maupun mengurang nyeri
(tanda-tanda vital) nyeri f. Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan
g. Perubahan posisi untuk e. Klien mengenali hal-hal yang pengurangan nyeri yang pernah dilakukan
menghindari nyeri berkaitan dengan nyeri. sebelumnya jika ada
Perubahan pola makan g. Bantu keluarga untuk menyediakan dukungan bagi
Tingkat Nyeri klien
a. Klien mengatakan rasa nyeri telah h. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
berkurang penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan
b. Klien melaporkan panjang episode dirasakan
nyeri telah berkurang i. Kendalikan faktor lingkunan yang dapat
c. Tanda-tanda vital dalam rentang mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan
normal j. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
d. Tidak mengalami gangguan tidur. seperti farmakologis dan non farmakolois untuk
memfasilitasi penurunan nyeri

9
k. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
memilih strategi penurunan nyeri sesuai dengan
kebutuhan
l. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
m. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
seperti relaksasi nafas dalam, aplikasi panas/dingin
dan pijatan jika memungkinkan.
n. Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
memungkinkan
o. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol
nyeri selama pengkajian nyeri dilakukan
p. Mulai modifikasi tindakan pengontrolan nyeri
berdasarkan respon klien
q. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
Informasikan dengan tim kesehatan lain dan
keluarga tentang strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk mendorong preventif
terkait dengan manajemen nyeri

Diagnosa :Retensi urin berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan


Definisi : inspirasi/ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Batasan Karakteristik NOC NIC
a. Bradipnea Setelah perawatan selama 3x24 jam, Perawatan retensi urin
b. Dyspnea diagnosa dapat teratasi dengan kriteria:
c. Penggunaan otot bantu a. Monitor intake dan output
pernafasan Eliminasi urin dan kontinensia urin b. Monitor penggunaan obat antikolinergik
d. Penurunan kapasitas a. Kandung kemih kosong c. Monitor derajat distensi bladder
vital secarapenuh d. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk
e. Penurunan tekanan b. Tidak ada residu urine mencatat output urine
ekspirasi >100-200 cc e. Sediakan privacy untuk eliminasi
f. Penurunan tekanan c. Intake cairan dalam f. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin

10
inspirasi rentang normal pada abdomen.
g. Pernapasan bibir d. Bebas dari ISK g. Kateterisaai jika perlu
h. Pernapasan cuping e. Tidak ada spasme h. Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria,
hidung
bladder perubahan bau dan konsistensi urine)
i. Pola napas abnormal
f. Balance cairan
seimbang

Diagnosa : Risiko infeksi


Definisi : rentan mengalamai invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor Risiko NOC NIC
a. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan perawatan selama Kontrol infeksi
untuk menghindari 2x24 jam, diperoleh kriteria hasil : a. Alokasikan keseuaian luas ruang per pasien seperti
pajanan ogen yang diindikasikan oleh pedoman pusat
b. Gangguan integritas Kontrol risiko: proses infeksi pengendalian dan pencegahan penyakit
kulit a. Klien mampu mencari informasi b. Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai
c. Gangguan peristaltis terkait control risiko protokol institusi
d. Imunosupresi b. Klien mampu menindetifikasi faktor c. Batasi jumlah pengunjung
e. Leukopenia risiko infeksi d. Ajarkan cara cuci tangan yang tepat kepada klien
f. Penurunan hemoglobin c. Klien mampu mengenali perilaku maupun keluarga klien
yang berhubungan dengan risiko e. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
infeksi sebelum dan sesudah mengunjungi klien
d. Klien mampu mnegenali tanda dan f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
gejala infeksi perawatan klien
e. Klien mampu memonitor perilaku diri g. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
yang berkaitan dengan risiko infeksi bersifat universal
f. Klien mampu memonitor lingkungan h. Gunakan sarung tangan sesuai dengan kebijakan
yang berkaitan dengan risiko infeksi universal
g. Klien mampu mempraktikan strategi i. Gunakan sarung tangan steril dengan tepat
untuk mengontrol infeksi j. Bersihkan kulit klien dengan agen antibakteri yang
sesuai
k. pastikan teknik perawatan luka yang tepat

11
l. dorong batuk dan bernafas dalam yang tepat
m. tingkatkan intake nutrisi yang tepat
n. kolaborasi pemberian terapi antibiotik yang sesuai
o. ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya
pada tim kesehatan
p. ajarkan pasien dan keluarga mengenai tindakan
menghindari infeksi

Diagnosa : Gangguan pola tidur berhubungan dengna nyeri


Definisi : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur
Batasan Karakteristik NOC NIC
a. Kesulitan tertidur Setelah perawatan selama 2x24 jam, Manajemen Nyeri
b. Ketidakpuasan pada diagnosa dapat teratasi dengan kriteria: a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
tidurnya b. Observasi adanya petunjuk nonverbak terkait
c. Menyatakan merasa Tidur nyeri maupun ketidaknyamanan terutama pada
tidak cukup istirahat a. Klien melaporkan jam tidur tidak pasien yang tidak dapat berbicara
d. Sering terjaga tanpa terganggu c. Pastikan perawatan analgesik pada pasien
sebab yang jelas b. Jam tidur yang diobservasi tidak dilakukan dengan tepat
e. Perubahan pola tidur terganggu d. Gunakan strategi komunkasi terapeutik untuk
c. Klien melaporkan pola tidur tidak mengetahui pengalaman klien terkait nyeri dan
terganggu penerimaan klien terhadap nyeri
d. Klien melaporkan kualitas tidur baik e. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
e. Klien melaporkan merasa segar memperberat maupun mengurang nyeri
setelah tidur f. Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan
f. Klien melaporkan tidak kesulitan pengurangan nyeri yang pernah dilakukan
memulai tidur sebelumnya jika ada
g. Bantu keluarga untuk menyediakan dukungan
bagi klien
h. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan
dirasakan
i. Kendalikan faktor lingkunan yang dapat

12
mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan
j. Pilih dan implementasikan tindakan yang
beragam seperti farmakologis dan non
farmakolois untuk memfasilitasi penurunan nyeri
k. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
memilih strategi penurunan nyeri sesuai dengan
kebutuhan
l. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
m. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
seperti relaksasi nafas dalam, aplikasi
panas/dingin dan pijatan jika memungkinkan.
n. Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
memungkinkan
o. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol
nyeri selama pengkajian nyeri dilakukan
p. Mulai modifikasi tindakan pengontrolan nyeri
berdasarkan respon klien
q. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
r. Informasikan dengan tim kesehatan lain dan
keluarga tentang strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk mendorong preventif
terkait dengan manajemen nyeri

Manajemen lingkungan
a. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam
mengelola lingkungan dan kenyamanan yang
optimal
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
c. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
d. Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan
seperti balutan yang lembab, posisi selang,

13
balutan yang tertekan, sprei kusut, maupun
lingkungan yang mengganggu
e. Sesuaikan suhu lingkungan yang dapat
meningkatkan kenyamanan bagi individu
f. Sesuaikan pencahayaan sesuai kebutuhan klien
g. Berikan klien posisi yang nyaman
Diagnosa :Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom.
Batasan Karakteristik NOC NIC
a. Gelisah Setelah perawatan 2x24 jam, diperoleh Pengurangan kecemasan
b. Kontak mata yang kriteria hasil: a. Kaji anda verbal dan nonverbal terhadap
buruk kecemasaan yang dialami klien
c. Mengekspresikan Tingkat kecemasan b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
kekhawatiran karena a. Klien melaporkan dapat beristirahat c. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
perubahan dalam b. Klien tidak tampak gelisah klien
peristiwa hidup c. Klien tidak menyampaikan rasa d. Jelaskan semua prosedur termasuk sesnasi yang
d. Gugup takut dan cemas secara lisan akan dirasakan dan mungkin dialami klien selama
e. Fokus pada diri sendiri d. Klien tidak berjalan mondar-mandir prosedur dilakukan
f. Putus asa dan ragu e. Klien tidak kesulitan berkonsentrasi e. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
g. Tremor f. Klien tidak melaporkan adanya perawatan, dan prognosis
h. Peningkatan produksi gangguan tidur f. Anjurkan keluarrga klien untuk mneinkatkan rasa
keringat g. Klien melaporkan pola makan baik aman dan mengurangi kecemasan klien
i. Peningkatan h. Klien tidak menarik diri g. Lakukan usapan pada punggung leher dengan cara
ketegangan yang tepat
j. Suara bergetar Kontrol kecemasan diri h. Dengarkan keluhan klien
k. Wajah tegang a. Klien dapat mengurangi penyebab i. Puji dan kuatkan perilaku yang baik secara tepat
kecemasan j. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan
b. Klien dapat memantau intensitas ketakutan
kecemasan k. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk
c. Klien mampu merencanakan strategi mengurangi tekanan
koping untuk situasi yang l. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu
menimbulkan stress kecemasan
d. Klien mampu menggunakan strategi m. Dukung penggunaan mekanisme koping yang

14
koping yang efektif sesuai
e. Klien mampu menggunakan teknik n. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi relaksasi
kecemasan o. Kolaborasi terapi farmakologi jika diperlukan
f. Klien mampu mengendalikan respon
kecemasan Terapi relaksasi
a. Kaji pengalaman penggunaan teknik relaksasi
klien di masa lalu
b. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis terapi relaksasi yang tersedia
c. Uji penurunan tingkat energi saat ini,
ketidakmampuan untuk konsentrasi, atau gejala
lain yang mengiringi yang mungkin
mempengaruhi kemampuan kognisi klien untuk
berfokus pada teknik relaksasi
d. Pertimbangkan keinginan dan kemampuan klien
untuk berpartisipasi sebelum memilih terapi
relaksasi yang tepat
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman
f. Beri posisi yang nyaman bagi klien
g. Berikan deskripsi detail terkait terapi yang akan
diberikan
h. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya
relaksasi seperti menguap, bernafas dalam, atau
bayangan yang menyenangkan
i. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada
klien
j. Gunakan suara yang tenang dan lembut
k. Dorong pengulangan teknik relaksasi secara
berkala
l. Evaluasi laporan individu terkait terapi relaksasi
yang digunakan

15
BAB III
WEB OF CAUTION

Faktor predisposisi

Konsumsi obat diuretik Konsumsi air rendah Infeksi ginjal

Penurunan cairan ke ginjal Kerusakan nefron ginjal

Urin pekat Gangguan fungsi ginjal Ansietas

Peningkatan mineral di Koping tidak efektif


ginjal

Perubahan satus kesehatan


Mineral mengendap
menjadi kristal
Gangguan Nyeri Penekanan pada pelvic Prosedur bedah
Kesulitan tidur
pola tidur Batu ginjal

Distensi abdomen Obstruksi aliran urin Pemasangan kateter urin

Peningkatan tekanan
hidrostatik Nyeri saat berkemih
Urine menetes, sedikit,
tiba-tiba berhenti
Endapan kristal merobek
uretra Risiko infeksi
Retensi urine
Hematuria

Penurunan kadar hemoglobin


16
Ketetihan

Hambatan mobilitas fisik


DAFTAR PUSTAKA

Arimurti, Ida, 2007. Batu Ginjal. ( www.mail_archive.com/idakrisnashow@yahoogroups.com)


diakses tanggal 12 Januari 2009
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Kritis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elseviers
Fauzi, A., & Putra, M. M. (2016). Nefrolitiasis. Majority, 69-73.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Kowalak, J. P., Welsh, w., & Mayer, B. (2014). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.

17

Anda mungkin juga menyukai