1
1) Pola permukiman memanjang. Misalnya, permukiman penduduk memanjang
mengikuti jalan, sungai, dan mengikuti garis pantai. Tujuan dari pola permukiman
ini yaitu untuk mendekati sumber air dan mempermudah transportasi.
2) Pola permukiman berkelompok, menandakan bahwa pola perkmukiman tersebut
berada disekitar fasilitas-fasilitas tertentu,seperti pertanian dan perkebunan .
3) Pola permukiman penduduk tersebar. Pola permukiman penduduk seperti ini
bertujuan untuk mencari tempat yang dekat dengan air, tanah yang subur,iklim yang
cocok,dan daerah yang aman.
c. Pola Jalan Raya
Pola jalan raya pada peta dicirikan dengan simbol berwarna merah. Perbedaan ketebalan
garis menunjukan jenis jalan yang berbeda. Jalan provinsi dicirikan dengan garis yang
lebih tebal jika dibandingkan dengan jalan desa atau jalan setapak. Pola- pola jalan raya
yang dapat diamati pada peta adalah sebagai berikut.
1) Pola jalan raya yang lurus, menandakan bahwa daerah tersebut merupakan dataran
rendah.
2) Pola jalan raya berkelok-kelok, menandakan bahwa daerah tersebut merupakan
dataran tinggi atau daerah perbukitan.
3) Pola jalan membentuk sudut yang teratur, menandakan bahwa daerah tersebut
merupakan komplek perumahan atau real estate. Pola jalan membentuk sudut yang
teratur banyak terdapat di daerah perkotaan.
Pengindraan jauh merupakan ilmu dan teknik serta seni untuk mendapatkan informasi
tentang wilayah atau gejala di permukaan bumi dengan cara menganalisis data yang diperoleh
dari suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek yang dikaji. Pengindraan jauh dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh data atau informasi yang tepat, cepat, dan akurat. Data dan
2
informasi hasil pengindraan jauh sangat penting untuk pembangunan Indonesia, seperti yang
dapat kita lakukan dalam mendeteksi dan menginventarisasi sumber daya alam, mendeteksi
daerah banjir, mendeteksi kebakaran hutan, persebaran pemukiman, penggunaan lahan, dan
manajemen jaringan transportasi. Melalui pengindraan jauh kita dapat melaksanakan
pembangunan secara optimal serta mempertahankan wilayah Republik Indonesia.
2. Interpretasi Citra
Menurut Esyang dalam Sugandi (2010), interpretasi citra merupakan suatu perbuatan
untuk mengkaji foto maupun citra nonfoto dengan maksud untuk mengidentifikasi objek
dan menilai arti pentingnya objek yang tergambar pada citra tersebut.
Dalam menginterpretasi sebuah citra, seorang interpreter melakukan beberapa tahapan
yaitu deteksi, identifikasi, klasifikasi, dan menilai arti pentingnya sebuah objek yang
tergambar dalam citra. Dalam menginterpretasikan sebuah citra, interpreter harus bersifat
objektif dan rasional. Hal itu diperlukan karena objek di permukaan bumi memiliki sifat
karakteristik yang berbeda. Karakteristik objek yang ada di permukaan bumi memiliki
bentukan yang sama ketika tergambar pada citra, tetapi ukuran objek tersebut berbeda.
3
a. Interpretasi Citra Visual
1) Rona dan Warna ( Tone and Color )
Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Rona dibedakan
atas lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu hitam, dan hitam.
Karakteristik objek yang memengaruhi rona, antara lain permukaan yang kasar,
warna objek yang gelap, dan objek yang basah atau lembap cenderung
menimbulkan rona gelap.
2) Bentuk (Shape)
Bentuk adalah konfirgurasi atau kerangka gambar dari suatu objek yang mudah
dikenali, seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi empat. Misalnya,
stadion berbentuk oval atau persegi panjang dan Gedung sekolah pada
umumnya berbentuk huruf I, L, dan U, atau berbentuk empat persegi Panjang.
3) Ukuran (Size)
Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, lereng dan volume. Ukuran selalu
berkaitan dengan skalanya. Ukuran objek pada citra dikalikan dengan skala
menghasilkan jarak yang sebenarnya. Misalnya, ukuran rumah mukim pada
umumnya lebih kecil dibandingkan dengan kantor atau pabrik.
4) Teksture (Texture)
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan dengan
kasar, sedang, dan halus. Berikut adalah beberapa tekstur objek di permukaan
bumi pada citra.
a) Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur
halus.
b) Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan
tanaman pekarangan bertekstur kasar.
c) Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
4
5) Pola (Pattern)
Pola adalah susunan keruangan yang dapat menandai bahwa suatu objek
merupakan bentukan yang dibuat oleh manusia atau bentukan yang terbentuk
secara alamiah. Misalnya kebun kelapa sawit dan kebun kopi memiliki pola
yang teratur sehingga dapat dibedakan dengan hutan. Pola aliran sungai dapat
dijadikan acuan untuk menentukan struktur geologi dan jenis tanah.
6) Bayangan (Shadow)
Bayangan adalah sifat yang menyembunyikan detail atau objek yang berada di
daerah gelap. Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki
ketinggian, seperti objek bangunan, patahan, dan Menara.
7) Situs (Site)
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya,
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir pantai atau sepanjang
tepi jalan.
8) Asosiasi (Association)
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek lainnya. Suatu
objek pada citra merupakan petunjuk bagi adanya objek lain. Stasiun kereta api
berasosiasi dengan rel kereta api yang bercabang. Adapun permukiman
penduduk berasosiasi dengan jalan.
9) Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti adalah teknik interpretasi dengan menggabungkan beberapa
unsur interpretasi untuk menentukan objeknya. Dengan kata lain, konvergensi
bukti adalah bukti-bukti yang mengarah kepada kebenaran, artinya semakin
banyak unsur interpretasi yang digunakan dalam menginterpretasi citra maka
semakin besar kemungkinan kebenaran interpretasi yang dilakukan.
5
2. Impor data, yaitu mengimpor data satelit yang akan digunakan ke dalam format Er-
Mapper.
3. Menampilkan citra, yaitu untuk mengetahui kualitas citra yang akan digunakan.
4. Rektifikasi data, yaitu untuk mengoreksi kesalahan geometris sehingga koordinat
citra sama dengan koordinat bumi.
5. Mosaik citra, yaitu menggabungkan beberapa citra yang saling bertampalan.
6. Penajaman citra, yaitu memperbaiki kualitas citra sehingga mempermudah
pengguna dalam menginterpretasi citra.
7. Komposisi peta, yaitu membuat peta hasil interpretasi citra dengan menambahkan
unsur-unsur peta, seperti symbol, legenda, skala, koordinat, dan arah mata angina.
8. Percetakan, yaitu output peta citra yang hasilnya dapat digunakan bergantung
keperluan.
c. Analisis Data Pengindraan Jauh
Pada analisis pengindraan jauh yang biasa dipakai adalah metode analisis
manual dengan teknik analisis fotomorfik. Langkah-langkah dalam pengolahan citra
untuk mendapatkan data geografi antara lain sebagai berikut :
Deteksi
Pengindraan pada suatu objek artinya penentuan ada atau tidaknya suatu objek
pada citra menggunakan sensor. Untuk bisa mendeteksi objek tidak dilakukan
secara langsung, melainkan dengan hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
Identifikasi
Ada tiga ciri utama objek yang tergambar pada citra yang terekam oleh sensor
adalah sebagai berikut.
a. Spektral, dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda
yang dinyatakan dengan rona dan warna.
b. Spasial, ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
c. Temporal, ciri yang terkait dengan unsur benda saat perekaman.
Pengenalan
Pengenalan objek dilakukan untuk mengklasifikasikan objek yang tampak pada
citra.
Analisis
6
Analisis menunjukkan kelompok-kelompok yang mempunyai kekhususan
tersendiri.
Dedukasi
Objek yang tampak langsung pada foto udara menjadi bukti yang mengarah ke
suatu titik. Proses tersebut merupakan tahap dedukasi yang menghasilkan hipotesis.
Klasifikasi
Klasifikasi meliputi deskripsi dan pembatasan dari objek yang terdapat pada
citra.
Idealisasi
Idealisasi merupakan penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta
yang siap pakai.
8
memperkirakan pergerakan antarwilayah. Pergerakan antarwilayah juga sangat
dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas sistem jaringan jalan antarwilayah
tersebut.
2) Sebaran/Distribusi Pergerakan (Trip Distribution)
Tahap distribusi pergerakan merupakan interaksi antara penggunaan
lahan, jaringan transportasi, dan arus lalu lintas. Pola distribusi (sebaran) arus
lalu lintas antara tempat asal ke tempat tujuan merupakan hasil interaksi antara
lokasi dan penggunaan lahan.
Di dalam pemodelan distribusi pergerakan dikenal istilah interaksi spasial.
Interaksi spasial dalam geografi adalah arus manusia, barang, uang, atau
informasi. Interaksi ini disebabkan adanya perrbedaanpotensi wilayah.
Misalnya Indramayu merupakan salah satu wilayah penghasil beras, sedangkan
Jakarta tidak. Oleh karena itu, terjadi distribusi pergerakan dari Indramayu ke
Jakarta.
3) Pemilihan Alat Transportasi (Modal Split)
Pemilihan alat transportasi merupakan bagian terpenting dalam
perencanaan transportasi karena dilakukannya pemilihan jenis angkutan umum.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat transportasi, antara
lain sebagai berikut.
a) Kepemilikan kendaraan pribadi, semakin tinggi pemilikan kendaraan
pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan pad angkutan umum.
b) Struktur rumah tangga, hal ini berdasarkan kondisi rumah tangga seperti
umur keluarga dan jumlah anggota keluarga, di mana semakin banyak umur
dan jumlah anggota keluarga semakin tinggi peluang untuk mempunyai
kendaraan pribadi.
c) Pendapatan, semakin tinggi pendapatan akan semakin besar peluang
menggunakan kendaraan pribadi.
d) Tujuan pergerakan, misalnya orang akan menggunakan kendaraan pribadi
karena ketepatan waktu, dan kenyamanan, yang tidak dapat dipenuhi oleh
angkutan umum.
e) Waktu terjadinya pergerakan, pada malam hari orang akan menggunakan
kendaraan pribadi karena tidak adanya angkutan umum.
f) Jarak perjalanan, semakin jauh jarak perjalanan, orang akan cenderung
menggunakan angkutan umum.
9
4) Model Pemilihan Rute Perjalanan (Traffic Assignment)
Setiap orang dalam melakukan pergerakan akan mencari rute untuk
meminimalkan biaya dan waktu perjalanan. Dalam proses pemodelan pemilihan
rute, data yang digunakan antara lain permintaan angkutan dan jaringan jalan.
Faktor yang menjadi pertimbangan dalm pemilihan rute pergerakan, yaitu
waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan dan antrean,
jenis jalan raya (jalan tol, jalan arteri), pemandangan, kawasan tertib lalu lintas
dan markah jalan, serta kebiasaan. Pemilihan rute sangat diperlukan untuk dapat
menghindari kemacetan atau kendala-kendala lain yang biasa terjadi di jalan.
Misalnya, saat akan melakukan perjalanan yang harus melewati jalan yang
sudah teridentifikasi macet maka kita bisa mencari jalur alternatif lain untuk
mencapai tempat tujuan.
c. Jaringan Transportasi
Menurut UU No. 38 Tahun 2004, jalan sebagai bagian dari sistem transportasi
nasional yang mempunyai peranan penting dalam mendulkung bidang ekonomi,
sosial, dan budaya serta lingkungan yang dapat dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangaan dan pemerataan
pembangunan antardaerah, dan memperkokoh kesatuan nasional untuk
memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang
dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.
Menurut UU No 38 Tahun 2004, jaringan jalan dibedakan berdasrakan
fungsinya, yaitu jalan arteri, jalan kolektor, jalan local, dan jalan lingkungan.
1) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan umum
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
2) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri pelayanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan umum
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat da kecepatan rata-rat rendah.
d. Pengindraan Jauh untuk Kajian Transportasi
10
Dalam kajian transportasi,citra pengindraan jauh banyak menyediakan data dan
informasi dibandingkan dengan metode pengumpulan data secara konvensional
seperti surei lapangan, studi literatur, dan studi dokumentasi. Selain itu, data citra
pengindraan jauh lebih banyak tersedia sehingga perencanaan transportasi akan
lebih mudah. Pengindraan jauh dalam kajian transpotasi, yaitu untuk penyediaan
data penggunaan lahan, pengumpulan data sosial ekonomi, dan inventarisasi
jaringan transportasi.
1) Penyediaan Data Penggunaan Lahan
Perencanaan transportasi memerlukan data penggunaan lahan untuk
menentukan pola pergerakan, volume, distribusi sarana angkutan, dan tingkat
aksesibilitas sistem transportasi. Data penggunaan lahan dapat menentukan
harga lahan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengembangan
kawasan perdagangan, permukiman, industri, dan jasa. Kemudian data lokasi
tempat tinggal penduduk (permukiman), dan lokasi beraktivitas penduduk.
(bekerja, sekolah, rekreasi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
pergerakan penduduk sehingga data penggunaan lahan sangat penting untuk
perencanaan transpotasi.
Setiap citra pengindraan jauh dapat menampilkan data penggunaan lahan
dengan waktu perekaman yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk
memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan dalam perencanaan
transportasi.
Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
yang terbentuk oleh faktor fisik (topografi, iklim, geologi, tanah, vegetasi) dan faktor manusia.
Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, di mana
manusia dapat memanfaatkan lahan sebagai sumber kehidupan, baik untuk tempat tinggal
maupun tempat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (bertani dan berkebun).
Penggunaan lahan ini selalu berubah (dinamis), baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Secara kuantitatif misalnya luas penggunaan lahan pertanian berkurang, secara
kualitatif misalnya pengguaan lahan pertanian berubah menjadi lahan industri yang secara
kualitas menjadi kurang baik. Karena lahan untuk produksi bahan pertanian menjadi berkurang.
Penggunaan lahan merupakan data utama yang harus ada dalam setiap kajian geografi atau
kajian kewilayahan.
Salah satu aspek kajian tata guna lahan adalah klasifikasi pengunaan lahan. Sebagai
contoh penggunaan lahan desa dan penggunaan lahan kota. Penggunaan lahan umumnya di
12
dominasi untuk aktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Sementara, penggunaan lahan di kota lebih kompleks dibandingkan penggunaan lahan di desa.
Hal itu terjadi karena banyaknya aktivitas masyarakat di bidang jasa dan industri sehingga
penggunaan lahannya di dominasi oleh gedung-gedung bertingkat, kawasan industri, dan
permukiman penduduk.
Klasifikasi penggunaan lahan dilakukan secara hierarki dari penggunaan lahan yang
bersifat umum (major kind of land use) sampai ke penggunaan lahan yang sangat rinci (land
utilization type). Klasifikasi penggunaan lahan sangat penting dilakukan untuk berbagai tujuan,
seperti perencanaan wilayah dan evaluasi kesesuaian lahan untuk pertanian. Oleh karena itu,
sistem klasifikasi penggunaan lahan harus mempertimbangkan kondisi fisik, sosial, budaya,
ekonomi, ekologi, rencana pengembangan, dan kelestarian sumber daya alam.
Sistem klasifikasi penggunaan lahan harus bersifat baku dan terbuka. Bersifat baku
maksudnya bahwa sistem penggunaan lahan harus sama antarinstansi pemerintah, misalnya
Dinas kehutanan, Dinas Pertanian, dan Badan perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA). Bersifat terbuka artinya sistem klasifikasi penggunaan lahan harus
mengakomodasi kemungkinan penambahan jenis klasifikasi penggunaan lahan.
13
I Made Sandy (1977), mengklasifikasikan penggunaan lahan berdasarkan pada bentuk
penggunaan lahan dan skala peta. Klasifikasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
Citra pengindraan jauh digunakan untuk pemperoleh data dasar dalam klasifikasi
penggunaan lahan. Untuk menguji ketelitian hasil interpretasi citra, harus dilakukan survei
lapangan berdasarkan sampel penggunaan lahan.
Adapun manfaat pengindraan jauh dalam kajian penggunaan lahan yaitu dapat
digunakan sebagai berikut.
1) Memantau perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah (misalnya kabupaten atau
provinsi) tertentu atau Daerah Aliran Sungai (DAS) tertentu.
2) Sumber daya untuk klasifikasi penggunaan lahan kota yaitu permukiman, perkantoran,
rumah sakit, sekolah, taman, dan kuburan. Penggunaan lahan cakupan kabupaten
misalnya permukiman, lahan pertanian, perkebunan, hutan, dan rawa.
3) Pengukuran luas penggunaan lahan.
15
4) Menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) seperti kawasan lindungi, kawasan
budi daya, dan kawasan permukiman.
5) Menentukan kondisi fisik lahan seperti bentuk lahan (vukanik atau struktual) dan
kemiringan lereng.
B. Analisis Keruangan pada Sistem Informasi Geografis (SIG) terkait Potensi Wilayah
danKesehatan Lingkungan
Sistem Informasi Geografis (GIS) atau Geographic information system (GIS) dijadikan
sebagai alat alat atau media yang digunakan untuk pemetaan dan analisis terhadap berbagai
akltivitas di permukaan bumi. Sebagai suatu alat atau media, SIG dapat digunakan oleh
individu atau organisasi, seperti perguruan tinggi atau saekolah, perusahaan, instansi
pemerintahan, dan juga militer.
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan dari tiga unsur pokok, yaitu
system, informasi, dan geografis. Sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan objek dan ide
yang saling berhubungan (interelasi) dalam mencapai tujuan atau sasaran bersama. Informasi
adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu. Adapun geografis dapat
diartikan sebagai objek-objek keruangan(spatial) di permukaan bumi.
SIG sangat identik dengan penggunaan komputer. Hal ini dilakukan karena computer
memiliki banyak keunggulan terutama kecepatan, dan efisiensi. Bagaimanakah jika sekolah
belum memiliki computer untuk mempraktikkan SIG ? Penggunaan komputer dalam SIG
tidaklah mutlak. Kita dapat melakukannya secara konvensional atau dengan cara manual
karena pada dasarnya SIG itu sendiri berawal dari pemetaan secara konvensional.
Dalam SIG terdapat subsistem yang berkaitan dan mempengaruhi kinerja dalam SIG.
Subsistem SIG terdiri atas empat, yaitu sebagai berikut.
16
2. Data storage and Retrieval (Penggelolaan Data)
Data storageand retrieval berfungsi untuk mengorganisasikan data, baik spasial
maupun atribut ke dalam basis data sehingga dapat dipanggil, diedit, dan diperbarui
dengan mudah.
3. Data manipulation and Analysis (Manipulasi dan Analisis)
Data manipulation and analysis berfungsi untuk mengkelompokkan dan
memisahkan data, manipulasi data dan permodelan data untuk menghasilkan informasi
yang diharapkan.
4. Data Output/reporting (Keluaran Data)
Data output/reporting (keluaran data) berfungsi untuk menampilkan sebagian
atau seluruh basis data baik dalam bentuk tabel, grafik, dan lain-lain.
Sistem Informasi Geografis terdiri atas tiga komponen utama yang berperan dalam
menyimpan, mengolah, memanipulasi, dan menghasilkan sebuah produk. Berikut
komponen SIG.
1. Perangkat Keras
Komputer merupakan komponen penting dari sistem pemrosesan informasi
dalam sistem informasi geografis. Komputer digunakan untuk memanipulasi simbol.
Seperangkat komputer terdiri atas Central Processing Unit (CPU), memory
(penyimpanan), dan komponen peripheral. CPU terdiri atas unit control, unit logic dan
aritmatika, serta memory (register, cache, dan RAM) yang berguna untuk mengontrol
semua bagian dari komputer. Peripheral dihubungkan dengan komputer dan melakukan
tugas memasukkan dan mengeluarkan data. Komponen peripheral terdiri atas keyboard,
mouse, monitor, dan printer. Untuk mengolah sistem informasi geografis sendiri,
terdapat perangkat tambahan, yaitu digitzer, scanner, dan plotter.
a. Digitzer
Digitzer merupakan perangkat input grafic manual yang menyediakan
koordinat dari sumber tertentu. Prinsip kerjanya adalah mengubah format analog atau
peta dalam bentuk hardcopy/printout menjadi format digital/numeric yang dapat dibaca
oleh komputer.
b. Scanner
Scanner merupakan alat yang digunakan untuk memasukkan data kedalam komputer.
Prinsip kerja alat ini hampir sama dengan mesin fotokopi, namun memiliki sedikit
17
perbedaan yaitu mesin scanner hasilnya dapat ditampilkan lewat monitor terlebih dahulu
sehingga dapat diedit atau diperbaiki dan hasilnya dapat disimpan dalam bentuk file teks
maupun file gambar.
Printer dan plotter merupakan komponen output data. Printer menggunakan teknologi
yang berbeda dalam menghasilkan cetakan yaitu laser printer dan ink-jet printer. Plotter
merupakan alat yang secara khusus digunakan untuk menghasilkan output/cetakan grafis.
2. Perangkat Lunak
3. Manajemen
Penyajian data dalam SIG hampir seluruhnya menggunakan cara kerja komputer. Hal
tersebut membutuhkan kerja manajemen yang baik. Manajemen dalam SIG berupa sumber
daya manusia. Pengerjaan SIG membutuhkan kemampuan manusia dalam pengoperasian
komputer.
18
1. Tahapan Pengoperasian SIG
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini, harus ditentukan peta apa saja yang akan dibuat. Oleh karena
itu, tujuan pemubuatan peta harus jelas agar dapat ditentukan data apa saja yang
diperlukan, peta tematik apa saja yang harus dikumpulkan dan cara analisis yang
nantinya akan dilakukan. Data yang diperlukan dapat diperoleh dari bebagai
instansi yang menyediakan data seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Pertahanan Nasional (BPN), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) dan lain-lain. Pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan cara
melakukan survey kelapangan dan kemudian dimasukkan/di plot pada peta.
b. Pembuatan peta
Pembuatan peta dapat dilakukan dengan cara konvensional , yaitu dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Siapkan alat gambar dan media gambar yang akan diguanakan untuk membuat
peta.
2) Siapkanlah peta yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Ingat bahwa
peta yang dibuat harus dengan skala yang sama supaya dapat
ditumpangsusunkan.
3) Tempatkanlah peta yang sudah siap digambar ulang pada meja gambar.
4) Tempatkanlah pula pada peta tersebut plastik transpaaran dan gunakanlah
selotip untuk menempelkannya.
5) Gambar ulang peta tersebut pada plastik transparan dengan menggunakan
spidol transparasi. Gunakan warna yang sesuai dengan objek yang digambar,
misalnya merah untuk jalan, hitam untuk baas jalan administrasi, warna biru
untuk perairan seperti sungai, danau dan garis pantai, serta warna hijau untuk
batas vegetasi.
c. Analisis data Sistem Geografis (SIG)
Beberapa langkah analisis yang dibutuhkan dalam SIG diantaranya adalah
sebagai berikut.
1) Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang baru
dengan menggunakan kriteria tertentu.
2) Overlay (tumpang susun), yaitu mengintegrasikan dua atau lebih data spasial
yang berbeda sehingga dihasilkan peta baru yang merupakan gabungan-
gabungan dari peta yang ditumpangsusunkan.
19
3) Networking, yaitu jenis analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri
atas garis-garis dan titik yag saling terhubung.
4) Buffering, yaitu jenis analisis yang menghasilkan buffer/penyangga yang
berbentuk lingakaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai
pusatnya sehingga bisa diketahui luas objek dan jarak dari suatu objek ke objek
lainnya.
20
6) Digital images processing, yaitu analisis yang digunakan oleh perangkat SIG
berbasis raster.
Analisis SIG dapat menyajikan data informasi bereferensi geografis sehingga
dapat membantu dalam menentukan lokasi. Analisis dapat dilakukan dengan
beberapa tahapan sebagai berikut.
1) Digitasi
Dalam melakukan proses digitasi, diperlukan suatu data dasar (peta).
Dalam penyajian data digitasi terdapat tiga bentuk penyajian,yaitu titik (point),
bentuk garis (polyline) dan bentuk area( polygon). Ketiga bentuk penyajian
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda.
2) Data atribut
Data atribut merupakan data yang dapat memberi penjelasan dari suatu
objek dipermukaan bumi.
3) Analisis
Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
a) Fungsi pemanggilan, klasisikasi, dan pengukuran data
b) Analisis daerah penyangga (buffer)
c) Fungsi tumpang tindih (overlay)
4) Hasil (Output)
Proses layout merupakan proses untuk mengatur data yang diguanakan
sebagai output, dan data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk sebuah peta.
21
Digunakan dalam manajemen pemeliharaan dan perencanaan perlusan
jarinngan transportasi yang efektif, analisi rawan kemacetan, dan bahaya
kecelakaan, serta inventarisasi jaringan transportasi.
3) Bidang Telekomunikasi
Dimanfaatkan dalam perencanaan, pemeliharaan, dan analisis perluasan
jaringan telekomunikasi, serta pembuatan sistem informasi pelanggan dan
fasilitas umum telekomunikasi.
4) Bidang Ekonomi , Bisnis, dan Pemasaran
Dimanfaatkan untuk menentukan lokasi-lokasi bisnis yang perspektif
untuk bank, pasar swalayan, supermarket, mesin ATM, kantor cabang,
showroom, counter, outlet, gudang dll.
5) Bidang Militer
Dibutuhkan dalam data spasial untuk analisis rute-rute perjalanan
logistik dan dan peralatan perang serta pembuatan peta elektronik.
6) Bidang Geologi
Digunakan untuk menentukan lokasi-lokasi pertambangan, geologi dan
perminyakan.
7) Bidang Lingkungan
Digunakan untuk menganalisis dan memantau pencemaran udara,
limbah berbahaya, pencemaran air sungai, danau, laut dll.
8) Bidang perpajakan
Dimanfaatkan untuk menaksir potensi pendapatan dari sektor pajak.
9) Bidang Perencanaan
Dimanfaatkan dalam perencanaan permukiman transmigrasi,
perencanaan tata ulang wilayah, perencanaan kota, dan perencanaan desa
tertinggal dll.
10) Bidang Sumber Daya Alam
Dimanfaatkan untuk invertarisasi, manajemen dan kesesuaian lahan
untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, analisis
daerah rawan bencana alam, dan analisis daerah rawan kebakaran hutan.
11) Bidang Kesehatan
Digunakan untuk menenukan distribusi penderita suatu penyakit, pola
atau model penyebaran penyakit, penentuan distribusi rumah-rumah sakit
ataupun puskemas-puskesmas.
22
12) Bidang Hidrografi
Dimanfaatkan dalam kegiatan invertarisasi, dan manajemen
stasiun pengamatan pasang surut, manajemen daerah wisata laut, taman
laut, manajemen pesisir dll.
13) Bidang Utilitas
Digunakan dalam inventarisasi dan manajemen informasi jaringanpipa air
minum, sistem informasi pelangganperusahaan air minum, serta perencanaan
dan perluasan jaringan pipa air minum.
2. Pemanfaatan SIG untuk Kajian Potensi Wilayah
Adapun manfaat SIG dalam kajian bidang perencanaan dan pembangunan sebagai
berikut.
a. Perencanaan wilayah, antara lain zona wilayah potensial SDA dan lingkungan
hidup, zonasoi budidaya (industri, pariwisata, pertanian), dan zonasi kawasan
lindung.
b. Perencanaan komunikasi, antara lain penempatanpipa dan kabel bawah tanah dan
perencanaan fasilitas jaringan telekomunikasi.
c. Perencanaan transportasi, antara lain untuk manajemen lalu lintas, monitoring
kondisi jaringan jalan, perencanaan rute transportasi massal, analisis kemacetan lalu
lintas, analisis kecelakaan lalu lintas dan analisis tingkat polusi udara.
d. Perencanaan pariwisata, antara lain inventarisasi potensi objek wisata, penentuan
rute perjalanan, analisis potensi unggulan lokasi wisata.
23
Pemanfaatan SIG untuk kajian kesehatan lingkungan diantaranya sebagai
berikut.
a. Pemetaan zonasi daerah rawan penyakit seperti demam berdarah, malaria dan
chikungunya. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk ini banyak berkaitan dengan
kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan.
b. Pemetaan zonasi kesehatan lingkungan permukiman kota. Kesehatan lingkungan
merupakan salah satu indicator untuk mengetahui kesejahteraan penduduk. Tujuan
zonasi ini untuk menentukan prioritas perbaikan kualitas lingkungan permukiman.
c. Inventarasi dan pemetaan fasilitas kesehatan. Informasi tentang kesehatan secara
spasial memudahkan masyarakat untuk mengetahui lokasi dan memilih rumah
sakit, puskesmas, apotek, praktik dokter yang sesuai dengan harapan, yaitu fasilitas
dan kenyamanannya lengkap.
d. Inventarisasi dan pemetaan status gizi balita. Data yang dipetakan yaitu jumlh
balita, lokasi tempat tinggal (alamat) balita, status gizi balita (baik, kurang, buruk).
Informasi spasial status gizi diperlukan dalam kebijakan penanganan gizi dengan
cepat dan akurat.
Tujuan tata ruang adalah untuk menata suatu wilayah dengan perancangan yang
matang, penempatan posisi layanan kesehatan, sekolah, kantor pemerintah,
perdagangan dan kawasan industri.
Model adalah penyederhanaan atau simplifikasi yang mewakili fenomena atau sistem.
Model merupakan representasi atau wakil dari kenyataan sebenarnya di lapangan. Tujuan
24
pembuatan model adalah untuk membantu mengerti, menggambarkan, atau memprediksi
bagaimana suatu fenomena bekerja di lapangan melalui penyederhanaan fenomena tersebut.
Dalam pemodelan spasial, harus ditentukan terlebih dahulu peta digital yang diperlukan
dengan memperhatikan sistem proyeksi dan sistem koordinatnya. Dalam pemilihan model data
(vektor dan raster) yang harus dipertimbangkan adalah kemudahan dalam pengoperasian
sistem dan efektivitas penggunaan model data dalam proses maupun pemodelannya.
Sistem informasi geografis membantu proses pemodelan dengan beberapa cara, yaitu
sebagai berikut.
a. SIG sebagai alat yang dapat digabungkan dengan sumber data yang berbeda, termasuk
peta-peta, Digital Elevation Model (DEM), data GPS, citra, dan tabel. Semua sumber
data tersebut dapat ditampilkan secara bersamaan.
b. Model yang dibuat dengan SIG dapat berupa vektor maupun raster, pemilihannya
bergantung pada sifat model, sumber data, dan algoritma komputerisasi.
c. Perbedaan antara model vektor dan raster tidak menghalangi pengguna SIG untuk
kedua tipe data ini dalam proses pemodelan.
d. Pemodelan SIG dalam satu program dapat dihubungkan dengan program software
komputer lainnya.
Terdapat lima model dalam SIG yang digunakan untuk pemodelan lingkungan dan
kewilayahan, yaitu model biner, model indeks, model regresi, model proses, dan model
jaringan.
a.Model Biner
Model biner merupakan model yang paling sederhana, yang didasarkan atas logika biner
(boolean logic), dengan ungkapan betul atau salah. Dalam model biner harus dilakukan proses
overlay dan masing-masing peta memiliki data atribut. Model biner digunakan untuk deteksi
perubahan.
b.Model Indeks
Model indeks merupakan model yang menggunakan skor pada setiap kategori atau kelas
untuk menghasilkan pemetaan bertingkat. Pemilihan variabel dalam model indeks dievaluasi
pada dua tingkatan. Pertama, setiap variabel dievaluasi atas variabel lainnya dengan
pembobotan. Kedua, setiap variabel dievaluasi, dikelompokkan, dan setiap kelas diberikan
25
skor. Setelah variabel diseleksi dan angka skor setiap variabel dievaluasi, model indeks dapat
diungkapkan melalui persamaan linier dengan indeks variabel di kiri, dan skor serta bobot di
kanan. Nilai indeks dapat dihitung dengan menjumlahkan bobot dan skor pada setiap variabel.
Model indeks biasanya digunakan untuk analisis kesesuaian dan analisis kerentanan.
c.Model Regresi
d.Model Proses
e.Model Jaringan
Model jaringan merupakan model yang hanya dapat digunakan pada data vektor yang
memiliki struktur topologis, yaitu titik, garis, dan area. Dalam model jaringan dibuatkan
topologis garis yang diisi data atribut. Jaringan (network) merupakan salah satu tipe grafis yang
terdiri atas elemen garis yang saling berhubungan (relationship). Di dalam sistem jaringan
tersebut dapat terjadi suatu aliran atau pergerakan dari satu titik ke titik lainnya.
26
Masalah yang dapat dipecahkan dengan menggunakan analisis jaringan antara lain pencarian
atau pemilihan rute perjalanan yang efisien, pembuatan petunjuk arah dalam perjalanan,
pencarian fasilitas terdekat, dan pendefinisian wilayah layanan fasilitas tertentu (service areas)
berdasarkan waktu tempuh dan penelusuran alamat (address matching).
Sumber data peta parameter dapat diperoleh dari citra pengindraan jauh, data
sekunder, dan hasil survei lapangan.
c. Unit analisis
Unit analisis adalah wilayah atau spasial yang dijadikan dasar untuk analisis zonasi
yaitu blok permukiman. Hasilnya terdapat sembilan kategori blok permukiman, yaitu
permukiman jarang teratur, jarang semi teratur, jarang tidak teratur, sedang teratur, sedang
semi teratur, sedang tidak teratur, padat teratur, padat semi teratur, dan padat tidak teratur.
d. Penskoran
e. Pembobotan
27
28
29