Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Peta dan Pengindraan Jauh


Keterampilan dasar peta dan pemetaan adalah interpretasi peta atau penapsiran peta
(menemukan makna atau arti dibalik fenomena). Misalnya, mengapa di bagian wilayah
tertentu terjadi pengelompokan (pola) yang berbeda dengan pola wilayah di bagian lainnya
dari peta yang sama. Pola muka bumi terdiri atas dua jenis, yaitu pola alamiah dan pola sosial
budaya. Contoh pola alamiah yaitu pola pegunungan dan pola aliran sungai. Adapun contoh
pola buatan, yaitu pola pemukiman penduduk dan pola jalan raya.
a. Pola Aliran Sungai
Pola aliran sungai pada peta dicirikan dengan simbol garis berwarna biru. Pola-pola
aliran sungai yang dapat diamati pada peta adalah sebagai berikut.
1) Pola aliran sungai memusat (sentripetal), menandakan bahwa pola aliran sungai
tersebut berada pada suatu cekungan atau danau. Pola aliran memusat biasanya
dijumpai di daerah aliran tengah dengan kemiringan lerengnya yang landai.
2) Pola aliran sungai menyebar (sentripugal) yaitu pola aliran sungai yang menyebar dari
satu titik seperti sungai yang berhulu dari puncak gunung.
b. Pola Permukiman Penduduk
Pola permukiman penduduk pada peta dicirikan dengan menggunakan simbol luasan dan
warna. Pola-pola permukiman penduduk yang dapat diamati pada peta adalah sebagai berikut.
1) Pola permukiman memanjang. Misalnya, permukiman penduduk memanjang
mengikuti jalan, sungai, dan mengikuti garis pantai. Tujuan dari pola permukiman ini,
yaitu untuk mendekati kepada sumber air dan mempermudah transportasi.
2) Pola permukiman berkelompok, menandakan bahwa pola permukiman tersebut berada
di sekitar fasilitas-fasilitas tertentu, seperti pertanian dan perkebunan.
3) Pola permukiman penduduk terpencar-pencar. Pola permukiman penduduk seperti ini
bertujuan untuk mencari tempat yang dekat dengan air. tanah yang subur, iklim yang
cocok, dan daerah yang aman.
c. Pola Jalan Raya
Pola jalan raya pada peta dicirikan dengan simbol garis berwarna merah. Perbedaan ketebalan
garis menunjukkan jenis jalan yang berbeda. Jalan provinsi dicirikan dengan garis yang lebih
tebal jika dibandingkan dengan jalan desa atau gang. Pola-pola jalan raya yang dapat diamati
pada peta adalah sebagai berikut.
1) Pola jalan raya yang lurus, menandakan bahwa daerah tersebut merupakan dataran
rendah.
2) Pola jalan raya berkelok-kelok, menandakan bahwa daerah tersebut merupakan dataran
tinggi atau daerah perbukitan.
3) Pola jalan membentuk sudut yang teratur, menandakan bahwa daerah tersebut
merupakan komplek perumahan atau real estate. Pola jalan membentuk sudut yang
teratur banyak terdapat di daerah perkotaan.
B. Interpretasi Citra Pengindraan Jauh
Interpretasi peta atau menafsirkan peta (menemukan makna atau arti dibalik fenomena).
Misalnya, mengapa di bagian tertentu terjadi pengelompokan (pola) yang berbeda dengan pola
di bagian lain dari peta yang sama.
Pola muka bumi terdiri atas dua jenis, yaitu pola alamiah dan pola sosial budaya. Contoh pola
alamiah, yaitu pola pegunungan dan pola aliran sungai. Adapun contoh pola buatan, yaitu pola
permukiman penduduk dan pola jalan raya.
a. Interpretasi Citra Visual
1) Rona dan Warna (Tone and Color)
Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Rona dibedakan atas lima
tingkat, yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu hitam, dan hitam. Karakteristik objek yang
memengaruhi rona, antara lain permukaan yang kasar, warna objek yang gelap, dan objek
yang basah atau lembap cenderung menimbulkan rona gelap.
2) Bentuk (Shape)
Bentuk adalah konfigurasi atau kerangka gambar dari suatu objek yang mudah dikenali,
seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi empat. Misalnya, gedung sekolah pada
umumnya berbentuk huruf I, L, dan U, atau berbentuk empat persegi panjang.
3) Ukuran (Size)
Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, lereng, dan volume. Ukuran selalu berkaitan
dengan skalanya. Ukuran objek pada citra dikalikan dengan skala menghasilkan jarak yang
sebenarnya. Misalnya, ukuran rumah mukim pada umumnya lebih kecil jika dibandingkan
dengan kantor atau pabrik.
4) Tekstur (Texture)
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan dengan kasar, sedang,
dan halus. Berikut adalah beberapa tekstur objek di permukaan bumi pada citra.
a) Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstur halus.
b) Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman
pekarangan bertekstur kasar.
c) Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
5) Pola (Pattern)
Pola adalah susunan keruangan yang dapat menandai bahwa suatu objek oto merupakan
bentukan oleh manusia atau bentukan alamiah. Pola aliran ara sungai dapat dijadikan acuan
untuk menentukan struktur geologi dan jenis tanah. Misalnya,kebun kelapa sawit dan kebun
kopi memiliki pola yang teratur sehingga dapat dibedakan dengan hutan.
6) Bayangan (Shadow)
Bayangan adalah sifat yang menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap.
Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek bangunan,
patahan, dan menara.
7) Situs (Site)
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya, permukiman pada
umumnya memanjang pada pinggir pantai atau sepanjang tepi jalan.
8) Asosiasi (Association)
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek lainnya. Suatu objek pada citra
merupakan petunjuk bagi adanya objek lain. Stasiun kereta api berasosiasi dengan rel kereta
api yang bercabang. Adapun permukiman penduduk berasosiasi dengan jalan.
9) Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti adalah teknik interpretasi dengan menggabungkan beberapa unsur
interpretasi untuk menemukan objeknya. Dengan kata lain, konvergensi bukti adalah bukti-
bukti yang mengarah kepada kebenaran, artinya semakin banyak unsur interpretasi yang
digunakan dalam menginterpretasi citra maka semakin besar kemungkinan kebenaran
interpretasi yang dilakukan.
b. Interpretasi Citra Digital
Interpretasi citra digital dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
1) Menginstal terlebih dahulu program Er-Mapper atau ENVI yang merupakan program
(software) untuk mengolah citra.
2) Import data, yaitu mengimpor data satelit yang akan digunakan ke dalam format Er-
Mapper.
3) Menampilkan citra, yaitu untuk mengetahui kualitas citra yang akan digunakan.
4) Rektifikasi data, yaitu untuk mengoreksi kesalahan geometrik sehingga koordinat citra
sama dengan koordinat bumi.
5) Mozaik citra, yaitu menggabungkan beberapa citra yang saling bertampalan.
6) Penajaman citra, yaitu memperbaiki kualitas citra sehingga mempermudah pengguna
dalam menginterpretasi citra.
7) Komposisi peta, yaitu membuat peta hasil interpretasi citra dengan menambahkan
unsur-unsur peta, seperti simbol, legenda, skala, koordinat, dan arah mata angin.
8) Pencetakan, yaitu output peta citra yang hasilnya dapat digunakan bergantung
keperluan.
c. Analisis Data Pengindraan Jauh (PJ)
Pada analisis penginderaan jauh yang biasa dipakai adalah metode analisis manual dengan
teknik analisis fotomorfik. Langkah-langkah dalam pengolahan citra untuk mendapatkan data
geografi antara lain sebagai berikut.
1) Deteksi
Pengindraan pada suatu objek artinya penentuan ada atau tidaknya suatuobjek pada citra
menggunakan sensor. Untuk bisa mendeteksi objek tidak dilakukan secara langsung,
melainkan dengan hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
2) Identifikasi
Ada tiga ciri utama objek yang tergambar pada citra yang terekam oleh sensor adalah sebagai
berikut:
a) Spektoral, dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang
dinyatakan dengan zona dan warna.
b) Spasial, ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola,
teknis, situs, dan asosiasi. c) Temporal, ciri yang terkait dengan unsur benda atau saat
perekaman.
3) Pengenalan
Pengenalan objek dilakukan untuk mengklasifikasikan objek yang tampak pada citra.
4) Analisis
Analisis menunjukan kelompok-kelompok yang mempunyai kekhususan tersendiri.
5) Deduksi
Objek yang tampak langsung pada foto udara menjadi bukti yang mengarah ke suatu titik.
Proses tersebut merupakan tahap deduksi yang menghasilkan hipotesis.
6) Klasifikasi
Klasifikasi meliputi deskripsi dan pembatasan dari objek yang terdapat pada citra.
7) Idealisasi
Idealisasi merupakan penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai.
C. Pengolahan Citra Pengindraan Jauh untuk Jaringan Transportasi

a. Pengertian Transportasi
Transportasi merupakan salah satu objek kajian geografi, yang berkaitan. dengan interaksi
antarwilayah. Transportasi digunakan sebagai sarana untuk menggerakkan manusia atau
barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Tujuan keberadaan transportasi adalah untuk
memindahkan atau pergerakan (mobilitas) manusia, barang, atau informasi dari tempat asal ke
tempat tujuannya. Transportasi ini menimbulkan adanya aktivitas ekonomi (perdagangan) atau
aktivitas sosial (pendidikan, kesehatan, rekreasi) antarwilayah. Kebutuhan transportasi akan
terus meningkat seiring dengan kebutuhan penduduk yang beragam.
Tamin (2000) mengatakan bahwa pergerakan dapat dibedakan berdasarkan tujuan, waktu, dan
kondisi sosial ekonomi yang melakukan pergerakan.
1) Berdasarkan tujuan pergerakan Pergerakan ini berawal dari rumah yang memiliki
tujuan pergerakan ke tempat kerja, ke tempat pendidikan, ke tempat belanja, dan ke
tempat sosial dan rekreasi. Pergerakan ke tempat kerja dan tempat pendidikan
dilakukan setiap hari sehingga disebut pergerakan rutin.
2) Berdasarkan waktu
Proporsi pergerakan ini dilakukan pada tempat tujuan pergerakan sangat fluktuatif dan
bervariasi sepanjang hari. Pergerakan ini dibedakan pada jam sibuk dan bukan jam
sibuk.
3) Berdasarkan kondisi sosial ekonomi Pergerakan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
(tinggi, menengah, dan rendah) dan kepemilikan kendaraan (tidak memiliki, memiliki I
kendaraan, memiliki 2 kendaraan atau lebih per rumah tangga).
b. Perencanaan Transportasi
Perencanaan transportasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merancang dan memprediksi
kebutuhan transportasi di masa yang akan datang. Data yang dibutuhkan dalam perencanaan
transportasi meliputi data kependudukan (demografi), penggunaan lahan, kondisi ekonomi dan
data kebutuhan perjalanan (demand travel). Data ini digunakan untuk analisis pola mobilitas
penduduk. Selain itu, data yang digunakan dalam kajian transportasi yaitu lokasi pekerjaan,
waktu yang diperlukan untuk tiba di lokasi pekerjaan. kepemilikan kendaraan, dan jenis
kendaraan yang digunakan.
Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini,
yang paling populer adalah "Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap". Menurut Tamin
(2000), model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang
masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan.
c. Jaringan Transportasi
Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 2004, jalan merupakan bagian dari sistem transportasi
nasional yang mempunyai peranan penting dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan
budaya serta lingkungan yang dapat dikembangkan melalui pendekatan pengembangan
wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah, dan
memperkokoh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional,
serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.
d. Pengindraan Jauh untuk Kajian Transportasi
Dalam kajian transportasi, citra pengindraan jauh banyak menyediakan data dan informasi
dibandingkan dengan metode pengumpulan data secara konvesional seperti survei lapangan,
studi literatur, dan studi dokumentasi. Selain itu, data citra pengindraan jauh lebih banyak
tersedia sehingga perencanaan transportasi akan lebih mudah. Pengindraan jauh dalam kajian
transportasi, yaitu untuk penyediaan data penggunaan lahan. pengumpulan data sosial
ekonomi, dan inventarisasi jaringan transportasi.
D. Pengolahan Citra Pengindraan Jauh untuk Tata Guna Lahan
a. Pengertian Tata Guna Lahan
Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia yang
terbentuk oleh faktor fisik (topografi, iklim, geologi, tanah, vegetasi) dan faktor manusia.
Pengertian lahan (land) berbeda dengan pengertian tanah (soil).
Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dimana
manusia dapat memanfaatkan lahan sebagai sumber kehidupan baik tempat tinggal maupun
tempat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (bertani dan berkebun).
b. Klasifikasi Tata Guna Lahan
Salah satu aspek kajian tata guna lahan adalah klasifikasi penggunaan lahan. Penggunaan
lahan dibedakan atas penggunaan lahan desa dan penggunaan lahan kota. Penggunaan lahan
desa biasanya didominasi untuk aktivitas pertanian. perkebunan, peternakan, perikanan, dan
kehutanan. Penggunaan lahan di kota lebih kompleks dibandingkan dengan di desa seperti
banyaknya aktivitas jasa dan industri.
c. Pengindraan Jauh untuk Kajian Penggunaan Lahan
Tingkat kerincian penggunaan lahan di kota berbeda dengan di desa (kabupaten) sehingga
memerlukan citra pengindraan jauh yang berbeda resolusi spasialnya. Untuk wilayah
perkotaan, tingkat kerinciannya membutuhkan citra pengindraan jauh dengan skala yang lebih
besar atau resolusi spasial yang tinggi seperti citra Quickbird, citra Ikonos, dan foto udara.
Skala pada citra tersebut dapat lihat jenis penggunaan lahan antara lain skala besar yaitu 1:
10.000-1:5.000.

Anda mungkin juga menyukai