Anda di halaman 1dari 19

REKAYASA GENETIKA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.

)
TAHAN VIRUS MOSAIK KETIMUN (CMV)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata kuliah : Genetika
Dosen Pengampu : Yuyun Maryuningsih, S. Si. M. Pd

Oleh :
Nama : Riski Khoerunnisa
Nim : 14111610050
Kelas : IPA-Biologi-B/5

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Karena atas Rahmat dan Inayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang tepat. Shalawat serta salam
semoga selalu terlimpah-curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
Saw. Karena atas kerja kerasnya kita bisa menikmati lezatnya iman.
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata
kuliah “Genetika” dan sebagai referensi yang dapat menambah wawasan kepada
para pembaca mengenai Rekayasa Genetika Tanaman Cabai (Capsisum Annuum
L.) Tahan Virus Mosaik Ketimun (CMV).
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih terutama kepada Ibu Yuyun
Maryuningsih, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Genetika. Tak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang memberi
dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi karya
yang lebih baik lagi di waktu mendatang.

Cirebon, Oktober 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan IPTEK adalah sebuah fenomena dan fakta yang
jelas dan pasti terjadi sebagai sebuah proses yang berlangsung secara
terus-menerus bagi kehidupan global yang juga yang tidak mengenal
istilah berhenti. Salah satu perkembangan IPTEK yang memiliki
perkembangan yang cukup pesat yaitu Rekayasa Genetika dan meminta
perhatian yang cukup serius dikalangan manusia pada umumnya.
Ada banyak aplikasi yang dapat digunakan dalam ilmu rekayasa
genetika ini. Seperti pada jurnal Rekayasa Genetika Tanaman Cabai
(Capsicum annuum L.) Tahan Virus Mosaik Ketimun (CMV), dalam
jurnal ini mengupas sebuah peneliatian tentang rekayasa genetika yang di
lakukan pada tanaman cabai. Khususnya tanaman cabai di indonesia
merupakan tanaman cabai yang produktivitasnya terendah di Asia,
penyebabnya diantaranya yaitu : penggunaan benih yang kurang bermutu
baik, teknik budidaya yang belum sempurna, dan tingginya serangan hama
dan penyakit.
Fenomena serangan virus kompleks (dengan gejala keriting) pada
tanaman cabai merupakan masalah yang sudah lama dihadapi para petani
cabai Indonesia. Penyakit virus kompleks pada cabai merupakan penyakit
virus yang disebabkan oleh inveksi lebih dari satu jenis virus tanaman.
Tanaman cabai ini termasuk tanaman yang rawan terkena virus CMV
(Cucumber Mosaik Virus).
Tanaman cabai yang terkena virus ini biasanya memiliki ciri-ciri
yang spesifik yang di timbulkan dari inveksi CMV, diantaranya seperti
daun tanaman cabai yang terkena CMV biasanya terlihat lebih keriput dan
warnanya lebih kuning, tidak hanya itu buah yang dihasilkan dari tanamn
yang terkena virus CMV ini biasanya relativ lebih kerdil.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah rekayasa genetika?
2. Apakah Virus Mosaik Ketimun?
3. Bagaimana cirri-ciri cabai yang terkena Virus Mosaik Ketimun?
4. Bagaimana mekanisme rekayasa genetika pada cabai yang terkena
virus mosaik ketimun (CMV)?

C. Tujuan
Ada beberapa tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu untuk :
1. Mengetahui rekayasa genetika.
2. Memahami Virus Mosaik Ketimun.
3. Dapat menganalisa cabai yang terkena Virus Mosaik Ketimun.
4. Memahami mekanisme rekayasa genetika pada cabai yang terkena
virus mosaik ketimun (CMV).
BAB II
PEMBAHASAN
REKAYASA GENETIKA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)
TAHAN VIRUS MOSAIK KETIMUN (CMV)
A. Rekayasa Genetika.
Gen merupakan penentu sifat yang terdapat di dalam kromosom. Apabila
gen ini berubah, maka sifat dari makhluk hidup juga berubah, sehingga banyak
ahli yang memanfaatkan untuk mengubah gen dengan tujuan mendapatkan
organisme baru yang memiliki sifat sesuai yang dikehendaki. Proses pengubahan
gen-gen ini disebut dengan nama rekayasa genetika. Ada beberapa macam
rekayasa genetika di antaranya adalah rekombinasi DNA, fusi sel, dan transfer
inti.
a. Rekombinasi DNA
Hal yang mendasar dan sangat penting dalam makhluk hidup adalah
jika terjadi proses reproduksi secara seksual yang normal, maka akan terjadi
pemisahan dan penggabungan kembali molekul-molekul DNA dari
kromosom. Teknik pemisahan dan penggabungan ini dijadikan oleh ilmuwan
untuk lebih dikembangkan. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai struktur
DNA yang sama, untuk itulah DNA dari satu spesies dapat disambungkan
dengan DNA dari spesies yang lain, dengan tujuan agar mendapatkan sifat
yang baru. Proses penyambungan ini dikenal dengan nama rekombinasi DNA.
Misalnya, telah ditemukannya gen seekor sapi yang berhasil dipindahkan ke
dalam bakteri sehingga bakteri tersebut telah menerima gen asing yang tepat
seperti gen aslinya. Gen ini akan mempunyai sifat-sifat dari sapi tersebut dan
akan mempunyai sifat gen baru disebut gen yang diklon.1
Rekayasa genetik dapat mengubah genotipe suatu organisme dengan
cara mengenalkan gen-gen baru yang belum dimiliki oleh suatu spesies.
Teknik menyambung gen ini telah berhasil dan sukses dalam menghasilkan

1
Hadisaputra, irawan. 2012. http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi-dengan-
menggunakan_14.html
gen baru. Para ahli menggunakan teknik rekayasa genetika dengan
menggunakan mikroba-mikroba seperti bakteri untuk membuat substansi yang
tidak dapat dibuat oleh organisme yang direkayasa. Tetapi pengenalan gengen
dalam bakteri jauh lebih sulit, karena para ahli harus mendapatkan gen yang
diinginkan kemudian menggabungkan ke dalam DNA dari bakteri.
Gen yang diinginkan ini akan dihubungkan menjadi suatu lingkaran
DNA bakteri kecil yang disebut dengan plasmid. Kemudian plasmid ini siap
untuk memasuki sel bakteri dan akan direplikasi bersama-sama DNA selnya
sendiri. Dengan cara ini, maka semua gen plasmid dan sel-selnya seperti gen-
gen aslinya. Selanjutnya, plasmid ini akan diteruskan dari satu sel ke sel
lainnya dengan cara transformasi. Untuk menghubungkan gen-gen asing ke
dalam plasmid memerlukan rekombinasi genetik. Berikut ini produkproduk
yang telah berhasil dalam rekombinasi gen.2
1) Pembuatan Insulin
Saat ini banyak sekali
orang yang menderita
penyakit kencing manis
(diabetes mellitus). Penderita
diabetes akan mengalami
kekurangan hormon insulin.
Para ilmuwan telah berhasil
Gambar : Bakteri Eschercia coli
Sumber : Hadisaputra, irawan. 2012. mengatasi penyakit ini
http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi
-dengan-menggunakan_14.html dengan cara gen penghasil
insulin manusia diambil dari
DNA sel manusia, yaitu dengan memotong DNA sel manusia dengan
menggunakan enzim pemotong. Gen yang menghasilkan insulin ini akan
disambungkan pada plasmid bakteri Escherichia coli. Hasil sambungan ini
kemudian dimasukkan ke dalam sel bakteri Escherichia coli, sehingga
bakteri tersebut sudah mengandung gen insulin manusia.

2
Hadisaputra, irawan. 2012. http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi-dengan-
menggunakan_14.html
Spesies ini dipelihara dalam tempat yang khusus untuk
dikembangbiakkan dengan tujuan agar dapat memproduksi insulin
manusia. Selanjutnya, produk tersebut ditampung sebagai obat bagi
penderita diabtes mellitus. Amatilah Gambar berikut agar lebih jelas!

Gambar 1.2 : Pembuatan insulin pada manusia


Sumber : http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi-dengan-menggunakan_14.html

Rekombinasi gen dalam pembuatan insulin ini memiliki keunggulan,


yaitu insulin yang dihasilkan lebih murni karena mengandung protein
manusia sehingga insulin ini bisa diterima oleh tubuh manusia, biaya
lebih murah dibandingkan dengan pembuatan insulin menggunakan gen
pankreas hewan, prosesnya dapat dihentikan sampai kapan pun karena
bakteri dapat disimpan sampai diperlukan lagi.
2) Pembuatan Vaksin Hepatitis
Saat ini vaksin hepatitis sudah tersedia, sehingga anak-anak
maupun orang dewasa dianjurkan untuk melakukan vaksinasi hepatitis.
Hepatitis merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus. Virus
terdiri atas selubung protein dan DNA-nya. Jika bagian selubung protein
ini dimasukkan dalam tubuh manusia, maka tubuh akan membentuk
antibodi sehingga tubuh dapat menangkal virus yang masuk.
Saat ini sudah berhasil diisolasi gen yang menghasilkan selubung
protein tanpa menghasilkan DNA-nya. Caranya hampir sama dengan
pembuatan insulin, yaitu gen tersebut dimasukkan ke dalam sel ragi
Saccharomyces sehingga sel ragi ini akan menghasilkan protein virus
yang tidak berbahaya bagi tubuh kita. Jika protein tersebut disuntikkan
ke dalam tubuh, maka tubuh akan memproduksi antibodi, akibatnya
orang yang disuntik akan kebal dari serangan virus hepatitis. 3
a. Teknologi Hibridoma
Teknologi hibridoma dikenal dengan fusi sel, yaitu peleburan/fusi
dua sel yang berbeda menjadi kesatuan tunggal yang mengandung gen-gen
dari kedua sel asli. Sel yang dihasilkan dari fusi ini dinamakan hibridoma
(hibrid = sel asli yang dicampur, oma = kanker). Perhatikan Gambar berikut:

Gambar 1.3 : Fusi secara elektrik


Sumber : Hadisaputra, irawan. 2012. http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi-
dengan-menggunakan_14.html

Hibridoma ini sering digunakan untuk memperoleh antibodi dalam


pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Apabila sel-sel sekali melebur
menjadi satu, maka sel-sel ini akan menghasilkan protein yang sangat
baik. Misalnya, antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mendiagnosis
penyakit, tes kehamilan, dan mengobati kanker. Berikut ini contoh dari
keberhasilan dari fusi sel.

1. Fusi Sel Manusia dengan Sel Tikus.


Sel limfosit manusia mampu menghasilkan antibodi, tetapi jika
dikultur dan dipelihara proses pembelahannya sangat lambat. Sel
manusia tersebut difusikan dengan sel kanker tikus dengan tujuan

3
Hadisaputra, irawan. 2012. http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi-dengan-
menggunakan_14.html
dapat membelah dengan cepat karena sel tikus mengandung mieloma
yang mempunyai kemampuan untuk membelah dengan cepat.
Hibridoma yang terbentuk akan mendapatkan antibodi (sifat sel
manusia) dan mampu untuk membelah dengan cepat (sifat sel kanker
tikus).
2. Fusi Sel Tomat dan Kentang
Fusi sel tumbuhan sering disebut dengan fusi protoplasma karena
dalam fusi sel antartumbuhan ini dinding sel tumbuhan yang tersusun
atas selulosa harus dihancurkan oleh enzim terlebih dahulu, maka
tinggallah protoplasma untuk difusikan. Misalnya, tanaman tomato,
yaitu tanaman baru yang berbuah tomat dan berumbi kentang.
b. Transfer Inti (Kloning)
Transfer inti merupakan proses pemindahan inti sel tubuh ke dalam sel
telur tanpa inti, sehingga sel telur tersebut akan membelah diri dan
menjadi embrio. Transfer inti sebenarnya adalah kloning inti. Transfer inti
pertama kali dilakukan oleh John Guardon yang dicobakan pada katak.
Pada mulanya ovum pada katak dirusak intinya dengan radiasi, kemudian
dimasukkan sel inti tubuh lainnya, yaitu sel somatik usus katak lainnya,
maka akan tumbuh zigot baru dan akan tumbuh menjadi katak. Proses ini
merupakan reproduksi paraseksual karena bukan merupakan reproduksi
seksual dan aseksual.

Gambar b.1 : Transfer inti (kloning pada katak)


Sumber : Hadisaputra, irawan. 2012. http://www. plengdut.com /2012/10
/bioteknologi- dengan-menggunakan_14.html
Kloning seekor katak, Keterangan: 1) Sepotong jaringan kulit diambil dari
seekor katak; 2) Sel-sel jaringan itu dibiakkan; 3) Inti salah satu itu
ditransplantasikan ke sel telur penerima (inti sel telur ini sudah
dikeluarkan); 4) Telur itu berkembang menjadi embrio. 5) Sel-sel embrio
dipisah-pisahkan. 6) Inti sebuah sel embrio ditransplantasikan ke dalam sel
telur penerima lainnya. Telur itu berkembang menjadi suatu klon katak
semula.
c. Bayi Tabung
Teknik fertilisasi bayi tabung dilakukan secara invitro, yaitu suatu proses
pembuahan yang secara sengaja dilakukan di luar tubuh manusia. Teknik
ini prosesnya hampir sama dengan fertilisasi secara eksternal, masih
ingatkah Anda dengan sistem ini? Pada mulanya sel-sel telur yang
mutunya baik dari ibu diseleksi, demikian juga sperma dari ayah.
Kemudian dipertemukan dalam cawan petri yang sudah diberi nutrien
yang keadaan lingkungannya disesuaikan dalam rahim, kemudian sperma
akan membuahi sel telur dan terbentuk zigot. Setelah berumur 2-5 hari
embrio ditanam di dalam rahim kemudian tumbuh dan akan lahir. Teknik
ini sudah dilakukan dan berhasil di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sarjito
Yogyakarta dengan mengembangkan bayi tabung kembar tiga, yaitu satu
laki-laki dan dua perempuan yang lahir dengan bedah caesar pada tanggal
10 Februari 1998.4
d. Teknik Hibridasi atau Kawin Suntik/Inseminasi Buatan
Teknik hibridisasi atau pembastaran merupakan perkawinan
silang untuk memperoleh bibit yang unggul. Umumnya dilakukan pada
hewan sapi. Bagaimana cara yang dilakukan dalam teknik kawin suntik
ini? Pada prinsipnya, caranya dilakukan dengan mengambil sperma atau
semen dari hewan yang memiliki bibit unggul untuk disuntikkan ke dalam
alat kelamin hewan betina. Tujuannya untuk mendapatkan keturunan
dengan perpaduan sifat-sifat dari induknya yang lebih baik.
Teknik inseminasi ini harus mengetahui masa kawin hewan. Pada
saat sapi jantan akan mengawini sapi betina, terlebih dahulu spermanya
4
Hadisaputra, irawan. 2012. http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi-dengan-
menggunakan_14.html
ditampung, kemudian dimasukkan ke dalam alat inseminasi buatan untuk
disuntikkan ke dalam alat kelamin betina yang akan dikawinkan. Sebelum
alat tersebut dimasukkan anus dan usus besar, sapi dibersihkan dari
kotoran, dan orang yang akan melakukannya mencuci tangannya dan
menggunakan sarung tangan, selanjutnya tangan dimasukkan ke dalam
anus untuk meraba kedudukan rahim agar posisi alat tersebut dapat
dimasukkan dengan tepat.
Setelah itu alat inseminasi dimasukkan lewat vagina sapi betina
sampai alat tersebut jika dilepas tidak jatuh, apabila jatuh berarti posisinya
tidak benar dan harus diulang. Setelah posisinya tepat perlahan-lahan
sperma disuntikkan.
B. Virus Mosaik ketimun (CMV).
Virus mosaik ketimun atau cucumber mosaic virus, (CMV) adalah virus
penting yang menyerang berbagai tanaman dari mulai gulma tanaman yang
dibudidayakan sampai tanaman liar di hutan-hutan. Hasil penelitian di Balitsa
menunjukkan bahwa virus ini paling sering ditemukan pada tanaman cabai dan
tomat, dua komoditas sayuran penting di Indonesia dengan kerugian yang cukup
serius. Untuk cabai antara 15 - 75 persen tergantung pada varietas cabai dan strain
CMV yang menyerang. Untuk tomat bisa hancur sama sekali karena strain
tertentu dapat menyebabkan buah berubah bentuk hingga tidak mempunyai nilai
jual serta dapat mematikan tanaman secara total soperti yang terjadi di Perancis
pada tahun 1970, atau mengurangi produkdi tomat secara dratis seperti yang
terjadi di China. Di lapangan CMV ditular dan disebarkan oleh kutu daun afid.
Tercatat sekitar 60 jenis afid berkemampuan menularkan CMV secara tular stilet
(non persisten). 5
Usaha menanggulangi virus ini telah banyak dilakukan ditujukan pada
penekanan vektornya. Penggunaan insektisida, minyak, mulsa ataupun kultur
teknis tidak dapat menuntaskan masalah ini di samping menimbulkan masalah
negatif apabila menggunakan insektisida berlebih. Begitupun penggunaan varietas
cabai atau tomat resisten tahan terhadap CMV agak sulit diperoleh.

5
Sri duriat, ati, Dkk : http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/115977
Hal ini sangat berbeda dengan virus cabai atau tomat yang lain, di mana
varietas resisten untuk TMV, PVY, CVMV, PVX lebih mudah diperoleh dan sudah
diperjualbelikan. Duapuluh lima tahun yang lalu di Amerika Serikat dilaporkan
adanya satelit virus CMV yang dapat mempengaruhi ekspresi gejala CMV pada
beberapa tanaman dan merupakan parasit bagi virusnya sendiri. Sintesa satelit
yang dibentuk oleh CMV akan berakumulasi dan mengacaukan perbanyakan virus
pembantunya (helper) sehingga pada gilirannya akan menggagalkan ekspresi
gejala yang lebih parah yang ditimbulkan oleh virus pembantunya sendiri.
Laporan pertama tentang pengendalian CMV melalui proteksi silang atau
imunisasi dengan menggunakan satelit virus pada tomat di lapang datang dari
China sekitar tahun 1986, di mana pada waktu itu perusahaan makanan di China
Kikko Food kehilangan bahan bakunya. Hasilnya cukup efektif dan sekarang
digunakan secara besar-besaran terhadap pertanaman cabai yang ada. Cara ini
merupakan aplikasi dari penelitian yang dirintis grup Kaper USDA Amerika
Serikat sejak tahun 1970 pada waktu kehancuran tomat di Perancis. Di Indonesia
sendiri penelitian serupa telah dilakukan oleh grup penulis pada tanaman cabai
dengan biaya hibah dari Amerika (PSTC Program tahun 1987-1990). Hasilnya
menunjukkan prospek penggunaan satelit CMV sebagai vaksin imunisasi pada
cabai. Bahwa adanya prospek pengendalian virus CMV pada tomat dan cabai ini
memberikan harapan untuk dapat menangani masalah ini secara tuntas,
menyelesaikan kegiatan-kegiatan penelitian yang belum selesai melalui penelitian
"Pengendalian CMV pada cabai dan tomat melalui proteksi silang" dengan dana
RUT II. 6
Penelitian tentang pemecahan masalah CMV ini bertujuan untuk
mendapatkan cara pengendalian CMV yang efektif dan aman bagi lingkungan
sehingga pada gilirannya akan memberikan keuntungan bagi berbagai pihak.
Penelitian berjalan selama tiga tahun dari April 1994 sampai dengan Maret 1997.
Pelaksanaan dilakukan secara bertahap dengan sasaran tahunan sebagai berikut.
Tahun pertama memperoleh koleksi indigenous CMV dari tanaman cabai dan
tomat. Tahun kedua menstimulasi satelit virus dari koleksi virus indigenous

6
Sri duriat, ati, Dkk : http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/115977
sebagai bahan pembuatan vaksin, dan tahun ketiga uji efikasi vaksin terpilih
terhadap CMV pada tanaman cabai dan tomat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : 1) Di antara virus yang menyerang cabai dan tomat, CMV adalah virus
yang paling penting dan paling sering ditemukan. 2) Belum ada varietas cabai
yang benar-benar resisten terhadap CMV yang ada di Indonesia 3) Terkoleksi 13
isolat CMV yang agak berbeda inang diferensialnya, namun penstimulasian
satelitnya masih belum berhasil dengan baik pada semua isolat. Beberapa menjadi
inaktif setelah beberapa kali penularan. 4) Vaksin CMV-2 + CARNA-5 dapat
melindungi tanaman cabai dan tomat dari serangan CMV yang lebih ganas,
dengan catatan bahwa karena keadaannya yang labil perlu penanganan lebih hati-
hati.7
Ada beberapa virus pada tanaman yang dikelompokkan pada penyakit
penting di berbagai negara. Neinhaus (1981) mengungkapkan bahwa di negara
tropis dan subtropis dilaporkan ada 18 jenis virus yang menyerang. Sedangkan
Kranz at al (1977) melaporkan ada sekitar 12 jenis dengan menimbulkan gejala
yang berbeda tergantung jenis virusnya. Meskipun demikian, tidak semua
penyakit yang disebabkan virus tersebut dapat dijumpai di seluruh negara baik
tropik maupun sub tropik. Terkadang serangnnya hanya pada daerah tertentu saja.
Karenanya virus termasuk salah satu penyakit penting atau utama yang
menyerang tanaman. Hampir semua tanaman yang ada saat ini belum ada yang
memiliki daya tahan kuat bila sudah terserang. 8
Maka dapat disimpulkan bahwa salah satu hambatan yang dapat
mempengaruhi kualitas tanaman adalah serangan virus mosaik ketimun
(Cucumber Mosaik Virus = CMV). CMV merupakan patogen penyakit utama
pada berbagai jenis tanaman. Mencakup lebih dari 1000 spesies dal 100 family
monokotil dan dikotil.
Hal yang perlu diingat adalah virus mosaik ketimun merupakan patogen
utama pada berbagai jenis tanaman sayuran, khususnya cabai dan tomat (Duriat et
al., 1992). Sebanyak lebih dari 75 strain tercakup dalam CMV (Kaper and

7
Sri duriat, ati, Dkk : http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/115977
8
http://nananghartoyo.wordpress.com/2009/10/24/mosaik-tembakau-tobacco-mosaic-virus/
Waterworth, 1981). Virus tersebut dapat menyerang berbagai jenis tanaman yang
tercakup lebih dari 1000 species dari 100 famili (monokotil dan dikotil) dan
ditularkan oleh 86 spesies aphid secara nonpersisten (Douine et al., 1979;
Flasinski et al., 1995). Di Taiwan, CMV menyebabkan kerugian ekonomis yang
berarti pada paprika, tomat, gladiol dan pisang (Hsu et al., 1989).9
Virus mosaik ketimun (CMV) adalah suatu virus tanaman yang
berbentuk polihedral dengan diameter 28 nm, menginfeksi lebih dari 775 spesies
tumbuhan dalam 67 family dan dapat ditularkan oleh 75 spesies aphid secara non-
persistent. Berat dari molekul CMV rata-rata adalah 5,8 hingga 6,7 juta dimana
18% nyaadalah RNA dan 82% lainnya adalah protein. CMV mempunyai banyak
strain yang dibedakan dengan masing-masing sesuai inangnya. Virus CMV
mempunyai tiga genom RNA untai tunggal yang disebut RNA-1, RNA-2 dan
RNA-3. Serta ada RNA-4 yang merupakan subgenom dari RNA-3. CMV
memiliki virus satelit yaitu suatu virus kecil atau asam nukleat yang tidak dapat
bermultiplikasi dalam sel tanpa bantuan atau sangant bergantung pada virus
penolongnya yang khusus (virus inang). Dalam hal ini virus satelit dapat
mengurangi kemampuan multiplikasi dan menimbulkan penyakit dari virus
penolongnya layaknya sebagai parasit. 10
C. Karakteristik Cabai Yang Terkena Virus
Mosaik Ketimun (CMV).
CMV kepanjangan dari CUCUMBER MOSAIC
VIRUS atau Virus Mosaik Mentimun. Virus ini
biasanya muncul dan berkembang pesat pada
saat musim pancaroba. CMV merupakan virus
Gambar C.1 : cirri daun yang
yang paling banyak tanaman inangnya. Daun
terkena CMV
Sumber : http:// agrowangi. yang terinfeksi oleh virus ini tampak belang
blogspot.com/2011/07/penyakit-
utama-tanaman-cabe-pada-
musim.html

9
http://wuryan.wordpress.com/2008/07/31/studi-pembuatan-antiserum-poliklonal-terhadap-virus-
mosaik-ketimun-cmv-pada-krisan/
10
Siregar, Edy batara putra. 2005. Uji Virulensi Isolat CMV Asal Sumatra Utara pada Tanaman
Cabai. Hal : 3
(netting-seperti jaring) menyempit serta memanjang (shoestring), dan tulang daun
menjadi kuning (veinclearing).
Buah yang terinfeksi bentuknya abnormal dan memendek. Secara umum
tanaman akan menjadi kerdil. Virus ini dapat
ditularkan secara mudah oleh manusia (tangan-
saat melakukan pemiwilan tunas, dsb) dan lewat
alat pertanian. selain itu virus ini juga dapat
ditularkan oleh serangga perantara yaitu aphid
atau kutu daun. Pengendalian virus ini
dilakukan dengan menjaga kebersihan lahan, Gambar C.2 : buah kerdil yang
monitoring terhadap munculnya gejala awal dihasilkan karena terkena CMV
Sumber : http:// agrowangi.
virus, mencabut dan memusnahkan tanaman
blogspot.com/2011/07/penyakit-
yang sudah terinfeksi, serta mengendalikan utama-tanaman-cabe-pada-
kutu daun dengan insektisida berbahan aktiv musim.html

Alfa supermetrin, Abamektin dan Deltametrin.11


Virus CMV pada tanaman ditularkan secara mekanis atau melalui benih.
Virus ini belum diketahui dapat ditularkan melalui vektor (serangga penular).
Virus dapat bertahan dan bersifat infektif selama beberapa tahun. Virus bersifat
sangat stabil dan mudah ditularkan dari benih ke pembibitan pada saat
pengelolaan tanaman secara mekanis misalnya pada saat pemindahan bibit ke
pertanaman. Ada beberapa gejala yang dapat dilihat apabila tanaman cabai terkena
virus CMV, berikut :12
Virus mosaik : Daun tanaman yang terserang menjadi berwarna belang
hijau muda sampai hijau tua. Ukuran daun relatif lebih kecil dibandingkan dengan
ukuran daun normal. Jika menyerang tanaman muda, pertumbuhan tanaman
terhambat dan akhirnya kerdil. Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu,
penyinaran, umur tanaman, kultivar/varietas tanaman, serta strain virus. Secara
umum gejala yang timbul dapat dikelompokkan : 1) Gejala mosaik dan mottle
pada daun (pada musim panas di rumah kaca) warna belang bercampur lebih dari
11
http://agrowangi.blogspot.com/2011/07/penyakit-utama-tanaman-cabe-pada-musim.html
12
http://hidroponiku.com/index.php/component/content/article/89-resources/hampesti/83-virus-
tomat-dan-cabai
satu warna. Mosaik pada daun biasanya berwarna pucat atau kekuning-kuningan
yang menyebar berupa percikan-percikan. Pada kondisi intensitas rendah dan suhu
rendah terjadi gejala kerdil dan malformasi daun (fern-leaf) dimana adanya
perubahan bentuk menjadi tidak sempurna atau tidak normal pada daun dan buah.
2) Gejala klorosis berupa warna pucat, baik pucat yang menyeluruh maupun
hanya berupa bercak saja. 3) Gejala vein-clearing : warna pucat pada urat daun
sehingga urat daun kelihatan transparan dan berkilau diantara warna daun yang
hijau. 4) Gejala nekrotik : kematian jaringan, biasanya terjadi pada urat daun,
batang berupa garis-garis coklat, bercak pada daun atau bercak cekung nekrotik
pada buah, dan kematian pada titik tumbuh.

D. Mekanisme Rekayasa Genetika Yang Di lakukan Pada Cabai.


Mekanisme rekayasa genetika yang dilakukan pada tanaman untuk
mendapatkan cabai yang tahan terhadap Cucumber Mosaik Virus (CMV) ada
delapan, diantaranya : 1) Esplan daun tanamn cabai yang berumur 21 hari
dikokutivasi dengan kultur bakteri Agrobakterium dengan cara merendam esplan
didalam suspensi bakteri selama 5 menit. 2) Esplan dikulturkan pada media media
regenerasi. 3) Media dasar ditambah dengan antibiotik penyeleksi (50 dan 100
mg/l) yang bertujuan untuk mengetahui efisiensi transformasi. 4) Tambahkan juga
media cefotaxime (500 mg/l) berfungsi untuk menumbuhkan Agrobacterium. 5)
Eksplan disubkultur kedalam media seleksi yang masih segar setiap tujuh hari
sekali. 6) Semua kultur diinkubasikan dalam ruang kultur dengan intensitas
penyinaran 1000-1500 lux selama 24 jam. 7) Suhu ruangan diatur sehingga
berkisar antara 26-280C. 8) Pengamatan dilakukan terhadap jumlah eksplan yang
hidup, jumlah eksplan yang beregenerasi dan jumlah tunas yang terbentuk.
Pengendalian Tanaman Cabai Agar Tidak Terkena CMV bisa dilakukan
dengan cara : 1) Menggunakan bibit tanaman sehat (tidak mengandung virus) atau
bukan berasal dari daerah terserang, 2) Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman
yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi
sumber penularan ke tanaman lain yang sehat, 3) Melakukan rotasi / pergiliran
tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan dari famili
solanaceae seperti cabai, kentang, tembakau, dan famili cucurbitaceae seperti
mentimun), 4) Melakukan sanitasi lingkungan untuk mengendalikan gulma yang
dapat menjadi inang virus, 5) Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan
jerami di dataran rendah untuk mengurangi infestasi serangga vektor, 6)
Immunisasi tanaman cabai dengan virus CMV yang dilemahkan dengan satelit
virus CARNA-5 (Cucumber Mosaic Virus Assosiated RNA-5) dapat menahan
serangan CMV yang lebih ganas di lapangan, 7) Usaha pengendalian penyakit
virus (khususnya dengan pestisida) terutama ditujukan kepada serangga
vektornya, karena sampai saat ini tidak ada pestisida yang terdaftar dan diizinkan
oleh Menteri Pertanian yang dapat mematikan virus.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Penyebab berkurangnya produksi cabai di Indonesia yaitu salah satunya
karena penyebaran patogen virus yang tidak terkendali, contohnya seperti
virus mosaik ketimun (CMV).
2. Virus mosaik ketimun (CMV) adalah suatu virus tanaman yang berbentuk
polihedral dengan diameter 28 nm, menginfeksi lebih dari 775 spesies
tumbuhan dalam 67 family dan dapat ditularkan oleh 75 spesies aphid secara
non-persistent. Berat dari molekul CMV rata-rata adalah 5,8 hingga 6,7 juta
dimana 18% nyaadalah RNA dan 82% lainnya adalah protein.
3. Karakteristik cabai yang terkena Virus Mosaik ketimun (CMV) yaitu daun
tanaman yang terserang menjadi berwarna belang hijau muda sampai hijau
tua. Ukuran daun relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun
normal.
4. Langkah Rekayasa Genetika yang di lakukan pada cabai yaitu dengan
menumbuhkan Agrobacterium dan menambahkan antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://agrowangi.blogspot.com/2011/07/penyakit-utama-tanaman-
cabe-pada-musim.html. Diakses pada hari Rabu, 16 Oktober 2013.
Pukul : 10.30 WIB.

Anonim. http:// hidroponiku. com/ index. php/ component/ content/ article /


89resources/ hampesti/ 83-virus-tomat-dan-cabai. Diakses pada hari
Senin, 21 Oktober 2013. Pukul : 14.20 WIB.

Hadisaputra, irawan. 2012. http://www.plengdut.com/2012/10/bioteknologi-


dengan-menggunakan_14.html

Haryoto, nanang. 2009. http://nananghartoyo.wordpress.com/2009/10/24/mosaik-


tembakau-tobacco-mosaic-virus/. Diakses hari Minggu, 29 September
2013. Pukul : 17.40 WIB.

Siregar, Edy batara putra. 2005. Jurnal Uji Virulensi Isolat CMV Asal Sumatra
Utara pada Tanaman Cabai.
Siregar, Edy batara putra & Emmy Harso Khardinata. 2005. Jurnal Rekayasa
Genetika Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Tahan Virus Mosaik
Ketimun.

Sri duriat, ati, Dkk : http://elib. pdii.lipi.go.id/ katalog/index. php/ searchkatalog/


byId/115977. Diakses hari Minggu, 29 September 2013. Pukul : 15.37
WIB.

Wuryan. 2008. http://wuryan. wordpress.com/ 2008/07/31 /studi- pembuatan-


antiserum-poliklonal-terhadap-virus-mosaik-ketimun-cmv-pada-krisan/.
Diakses pada hari Sabtu, 12 Oktober 2013. Pukul : 9.28 WIB.

Anda mungkin juga menyukai