Anda di halaman 1dari 11

Membran filtrasi banyak jenisnya, diantaranya Membran Ultrafiltrasi dan Reverse Osmosis.

Kinerja membrane dapat dilihat dari dua parameter yaitu aliran melalui membran (fluks) dan
selektifitas. Fluks merupakan perbandingan antara volume dengan luas dan waktu. Untuk proses
filtrasi dengan membrane yang menggunakan beda tekan sebagai driving force, fluk merupakan
fungsi dari beda tekan dan konstanta permeabilitas yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

Konstanta permeabilitas merupakan konstanta yang menyatakan kemampuan membran untuk


melewatkan aqua dm. Sejalan dengan waktu, permeabilitas membran akan berkurang. Hal ini
disebabkan oleh pembentukan fouling. Fouling merupakan proses dimana zat terlarut atau partikel
terdeposisi pada permukaan membrane atau pada pori membran sehingga terjadi penurunan kinerja
membrane. Foaling dapat disebabakan oleh zat koloid, biologis, organik, dan mineral. Untuk
meningkatkan kembali kinerja membran, membrane dapat dibersihkan dengan secara hidrolik
(back wash dengan aqua dm), kimiawi, mekanik dan juga dengan menggunakan listrik.

Selektifitas membran ditentukan oleh dua parameter yaitu faktor rejeksi (R) dan faktor pemisahan
(α). Persen rejeksi adalah persen dari konsentrasi yang terpisahkan dari umpan (feedwater) oleh
membrane. Secara matematis persen rejeksi dinyatakan oleh persamaan:

Cf = konsentrasi zat terlarut dalam umpan

Cp= konsentrasi zat terlarut dalam permeat

R bernilai 100% (retensi total dari zat terlarut) yang berarti ideal semipermeabel

membran dan 0% yang berati pelarut dan zat terlarut bebas melewati membran.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Teknologi membran telah tumbuh dan berkembang secara dinamis sejak pertama kali
dikomersilkan Sartorius-Werke di Jerman pada tahun 1927. Pengembangan dan aplikasi teknologi
ini semakin beragam dan penemuan-penemuan baru pun semakin banyak dipublikasikan.
Teknologi membran pada akhirnya menjadi salah satu teknologi alternatif yang paling kompetitif
saat ini dan telah memberikan beragam solusi bagi manusia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Membran ultrafiltrasi dan reverse osmosis merupakan beberapa jenis dari teknologi membran
yang memiliki spesifikasi ukuran membran berturut-turut, 0.001-0.1 µm dan 0,0001-0,001 µm.
Secara umum ultrafiltrasi diaplikasikan dalam proses pemisahan unsur- unsur partikulat dari
larutannya dengan memanfaatkan beda tekan dalam proses kerjanya. Untuk membran reverse
osmosis digunakan untuk memisahkan zat terlarut berukuran kecil.
Secara umum, ultrafiltrasi diaplikasikan dalam proses pemisahan unsur-unsur partikulat,
makromolekul (fraksionasi), koloid, dan polimer organik maupun anorganik dari larutannya.
Aplikasi proses ultrafiltrasi di industri di antaranya adalah untuk proses sterilisasi obat-obatan dan
produksi minuman, klarifikasi ekstrak juice, pemrosesan air ultramurni pada industri semi
konduktor, metal recovery, dan sebagainya. Sedangkan membran reverse osmosis sendiri sudah
banyak diterapkan pada berbagai industri pengolahan misalnya desalinisasi air laut dan
demineralisasi air. Pada proses pemurnian harus diperhatikan kondisi operasi yang optimal agar
membran dapat memurnikan suatu cairan secara optimal yang ditunjukkan oleh parameter berupa
fluks, permeabilitasm dan faktor rejeksi dari membran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Membran Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi / Ultrafiltration / UF 0.01 Mikron, mesin penyaring ultrafiltrasi, filter uf
0.01 Mikron adalah suatu teknologi filtrasi dengan besaran pori 0.01 mikron) dimana proses
pemisahan menggunakan membran dengan tekanan, biasanya digunakan untuk menyaring makro
molekul.

Membran ultrafiltrasi adalah proses pemisahan yang menahan komponen dengan berat
molekul tinggi (protein, makro molekul, polisakarida) sedangkan melewatkan komponen berberat
molekul rendah. Proses pemisahan dalam modul ultrafiltrasi terjadi secara cross flow dimana
umpan mengalir secara tangensial sepanjang permukaan membran.
Membran ultrafiltrasi dapat digolongkan berpori, namun strukturnya lebih asimetris dibandingkan
membran mikrofiltrasi. Membran ultrafiltrasi memiliki ukuran pori lapisan teratas 20 – 1000 A,
ketebalan 0,1 – 1,0 μm, dan bekerja pada tekanan 1 – 10 bar. Proses ultrafiltrasi biasanya
digunakan untuk memisahkan partikel dengan ukuran berkisar antara 0,05 μm – 1 nm.
Proses pemisahan menggunakan membran ultrafiltrasi biasanya digunakan di bidang
industri dan penelitian untuk penjernihan air karena ukuran yang dapat diolah adalah air pekat
yang mengandung makromolekul yang memiliki berat atom sekitar 103-106 Da (1 Da =
0,000714 gram). Pengolahan menggunakan ultrafiltrasi pada umumnya menggunakan membran
berukuran 0.001 mikron – 0.01 mikron. Dalam teknologi pemurnian air, membran ultrafiltrasi
dengan BM membran 1000-20000 lazim untuk penghilangan pirogen, sedangkan BM membran
80000-100000 untuk penghilangan koloid. Pirogen dengan BM 10000-20000 terkadang dapat
dipisahkan dengan membran 80000 karena adanya membran dinamis. Tekanan sistem
ultrafiltrasi biasanya rendah 10-100 psi (70-700 kPa) maka dapat menggunakan pompa
sentrifugal biasa. Membran UF sehubungan dengan pemurnian air dipergunakan untuk
menghilangkan koloid (penyebab fouling), mikroba, pirogen, dan partikel modul higienis.

Membran ultrafiltrasi dapat menghasilkan fluks yang sangat tinggi, namun pada umumnya
membran ini hanya digunakan untuk menghasilkan fluks antara 50-200 galon perhari dengan
tekanan operasi sekitar 50 psi. Membran ultrafiltrasi dapat berbentukplateand frame, spiral-
wound, dan tubular. Setiap konfigurasi memiliki aplikasinya masing-masing. Untuk air dengan
kemurnian tinggi, spiralwound lebih umum untuk digunakan. Konfigurasi dipilih berdasarkan
jenis dan konsentrasi dari material berkoloid atau emulsi. Untuk semua konfigurasi, desain sistem
yang optimum harus memperhatikan laju alir, hilang tekan, konsumsi energi, fouling, dan juga
harga membran itu sendiri.

Membran ultrafiltrasi dibuat dengan mencetak membran selulosa asetat (SA) sebagai
lembaran tipis. Membran selulosa asetat mempunyai sifat pemisahan namun sayangnya dapat
dirusak oleh bakteri dan zat kimia serta rentan terhadap pH. Adapula membran dari polimer
polisulfon, akrilik, polikarbonat, PVC, poliamida, poliviniliden fluorida, kopolimer AN-VC,
poliasetal, poliakrilat, kompleks polielektrolit, dan PVA ikat silang. Selain itu, membran dapat
dibuat dari keramik, aluminium oksida, zirkonium oksida, dsb.

2.2.Sistem kerja membrane ultrafiltrasi

Sistem kerja dariUltrafiltrasi / Ultrafiltration / UF 0.01 Mikron sebagai berikut :


Air masuk dengan tekanan rendah +/- 1.5 bar melalui lubang halus dengan diameter 0.5-2 mm.
Ukuran pori filter 0.01-0.05 μm (sebagai pembanding sehelai rambut memiliki besar 50μm - jadi
pori-pori dari UF ini 500 kali lebih besar) Kontaminasi dengan ukuran yang lebih besar dari
0.05μm tertahan dan terbuang secara berkala pada saat dilakukan back flushing ataupun forward
flushing.

Keunggulan dari sistem UF ini adalah pori-pori yang memiliki nilai absolut dibandingkan
dengan filter biasa. Filter UF memiliki ukuran sangat kecil dibandingkan dengan bakteri sehingga
lebih steril dari filterisasi biasa.

Kinerja membran dapat dilihat dari dua parameter yaitu aliran melalui membran
(fluks) dan selektifitas. Fluks merupakan perbandingan antara volume dengan luas dan waktu.
Untuk proses filtrasi dengan membran yang menggunakan beda tekan sebagai driving force,
fluks merupakan fungsi dari beda tekan dan konstanta permeabilitas yang dapat dinyatakan
dengan persamaan:
Konstanta permeabilitas merupakan konstanta yang menyatakan kemampuan
membrane untuk melewatkan aqua dm. Sejalan dengan waktu, permeabilitas membran akan
berkurang. Hal ini disebabkan oleh pembentukan fouling. Fouling merupakan proses dimana zat
terlarut atau partikel terdeposisi pada permukaan membran atau pada pori membran sehingga
terjadi penurunan kinerja membran. Foaling dapat disebabakan oleh zat koloid, biologis,
organik, dan mineral. Untuk meningkatkan kembali kinerja membran, membran dapat
dibersihkan dengan secara hidrolik (back wash dengan aqua dm), kimiawi, mekanik dan juga
dengan menggunakan listrik. Selektifitas membran ditentukan oleh dua parameter yaitu faktor
rejeksi (R) dan factor pemisahan (α). Persen rejeksi adalah persen dari konsentrasi yang
terpisahkan dari umpan (feedwater) oleh membran. Secara matematis persen rejeksi dinyatakan
oleh persamaan:

Cf = konsentrasi zat terlarut dalam umpan


Cp= konsentrasi zat terlarut dalam permeat
R bernilai 100% (retensi total dari zat terlarut) yang berarti ideal semipermeabel
membran dan 0% yang berati pelarut dan zat terlarut bebas melewati membran.

2.3.Prinsip kerja membrane ultrafiltrasi

Prinsip Kerja Ultrafiltrasi / Ultrafiltration / UF 0.01 Mikron :


Ultrafiltrasi / Ultrafiltration adalah proses pemisahan molekul berdasarkan molekul terlarut.
Membran Ultrafiltrasi / Ultrafiltration dapat menyaring molekul berukuran kecil dan membuat
molekul besar tertahan

Gambar 2.3 Ilustrasi Pemisahan Membran dengan Ultrafiltrasi


2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Ultrafiltrasi / Ultrafiltration / UF 0.01
Mikron
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sistem ultrafiltrasi:
1.Arus seberang (cross flow) Permukaan Membran .
Kenaikan Tingkat serapan dengan kecepatan aliran cairan di permukaan membran
Arus kecepatan (flowrate) hal ini sangat penting diperhatikan untuk cairan yang mengandung
emulsi atau suspensi Aliran yang lebih tinggi juga berarti konsumsi energi yang lebih tinggi dan
pompa yang lebih besar. Peningkatan kecepatan aliran juga mengurangi fouling/kegagalan dari
permukaan membran. Umumnya, kecepatan aliran optimum dicapai oleh keseimbangan antara
besarnya pompa
dan peningkatan laju serapan.
2.Tekanan operasi. (OperatingPressure)
Menembus tingkat berbanding lurus dengan tekanan diterapkan di seluruh permukaan
membran namun , karena meningkatnya kegagalan dan pemadatan kotoran,
tekanan operasi jarang melebihi 100 psig dan umumnya sekitar 50 psig karena akan merusak dan
merobek pori membran
3.Suhu Operasional
Air Hasil akan meningkat searah dengan meningkatnya suhu. Namun , suhu umumnya
bukanlah variabel terkontrol
Hal ini penting untuk mengetahui pengaruh suhu pada membran fluks untuk membedakan
antara penurunan serapan karena penurunan suhu dan pengaruh parameter lainnya .Sistem
Ultrafiltrasi ( Ultrafiltration) yang bisa menghasilkan output hasil yang besar menggunakan lebih
sedikit ruang dan energy serat berongga UF membran yang banyak digunakan untuk menggantikan
metode pengolahan air tradisional dan sebagai pra penyaringan reverse osmosis.

2.5.Aplikasi Membran ultrafiltrasi di bidang Industri


Aplikasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi Ultrafiltrasi sangat beragam dari
pemprosesan makro yang sederhana hingga pengolahan limbah. Aplikasi ini seperti, Depot Air
Minum Isi Ulang, Pengolahan air bersih, Penyaring dari air sungai,Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK), Pengolahan air limbah, dll.

Keuntungan menggunakanUltrafiltrasi / Ultrafiltration / UF 0.01 Mikron:


Dibandingkan dengan metode lain maka sistem ini relatif lebih mudah dalam aplikasinya,
kemudahan merawat, membersihkan dan instalasi.

 Penghambat mikroorganismE dan bakteri yang lengkap. Qualitas hasil yang difilter tidak
tergantung dari air masuk
 Ultrafiltrasi juga dapat membuang chlorine resistant germs seperti cryptosporidium.
Konsentrat (air limbah) juga akan terbuang .
 Dalam sistem yang dirangkai secara lengkap dapat menurunkan biaya investasi.dan juga
biaya perawatan.
 Memungkinkan sistem yang full otomatis.
 Dapat membuang hampir semua film-forming pada membrane reverse osmosis, sehingga
dapat memperpanjang umur membrane
Namun, sistem membran ultrafiltrasi memiliki beberapa kekurangan, salah satu masalah besar
yang sering terjadi pada masalah ultrafiltrasi, khususnya ultrafiltrasi dengan umpan multi
komponen, adalah fouling. Fouling adalah suatu fenomena yang disebabkan oleh deposisi dan
akumulasi secara irreversible dari partikel-partikel submikron pada permukaan membran dan
atau kristalisasi serta prepitasi dari partikel-partikel yang berukuran kecil pada permukaan atau di
dalam membran-membran itu sendiri.
Ultrafiltrasi Dalam Pengolahan Limbah Berminyak

Saat ini pengolahan limbah emulsi minyak umumnya dilakukan dengan pemberian
koagulan, asam dan pemanasan untuk memecah emulsi minyak, selanjutnya minyak dan air
dipisahkan dengan prinsip gravitasi dan menggunakan proses oksidasi, koagulasi dengan DAF.
Penggunaan teknologi tersebut memungkinkan untuk menghasilkan keluaran sesuai dengan
standar buangan yang diizinkan, namun disisi lain menghasilkan sludge yang termasuk limbah B3
dengan volume yang cukup banyak. Teknologi membran khususnya ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi
merupakan salah satu metode alternatif untuk memisahkan minyak dari air. Teknologi ini memiliki
efisiensi yang tinggi dalam memisahkan minyak, tidak memerlukan bahan kimia dalam prosesnya,
dapat menghasilkan air dengan kualitas yang konsisten dan juga teknologi ini dapat mengolah
emulsi minyak dalam air dengan partikel berdiameter kurang dari 5 mikron, yang tidak dapat
diolah dengan hidrosiklon. Membran telah digunakan untuk mengolah umpan berupa emulsi
minyak seperti emulsi crude oil, emulsi minyak kerosene dan crude oil, emulsi cutting oil. Hasil
dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa membran ultrafiltrasi rata-rata dapat merejeksi
minyak, COD serta surfaktan di atas 90%.
Berikut ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Diponegoro
Semarang untuk pengolahan limbah berminyak yang berupa emulsi minyak-air dengan membran
ultrafiltrasi. Pada penelitian ini digunakan umpan model limbah emulsi minyak dengan fasa
terdispersi berupa minyak pelumas, bensin dan solar. Fasa kontinu adalah air, sedangkan surfaktan
adalah sebagai mediator. Minyak pelumas, bensin, dan solar digunakan untuk mewakili limbah
kilang minyak bumi yang berasal dari kolom-kolom distilasi serta limbah dari operasi peralatan
proses pada utility plant. Penelitian ini difokuskan pada pengujian kinerja membran (fluks dan
rejeksi) ultrafiltrasi limbah emulsi minyak-air. Dengan model emulsi minyak-air yang lebih
sederhana maka pengaruh spesifik minyak terhadap kinerja membran dapat diketahui.
Umpan emulsi minyak-air dibuat dengan mendispersikan fase minyak( bensin, minyak
pelumas, dan solar) sebagai fase terdispersi, fase kontinu aquades serta Tween 80 sebagai
emulsifier. Konsentrasi minyak dalam pembuatan emulsi adalah 200 mg/l dengan konsentrasi
surfaktan 0,1%. Fase minyak didispersikan dalam fase kontinu menggunakan IKA Manual Ultra
Turax Homogenizer dengan kecepatan 21.200 rpm selama 2 menit. Membran ultrafiltrasi yang
digunakan adalah flat sheet Polyethersulfone dengan ukuran pori nominal 10 kDa dan luas
permukaan 0,00138 m2 . Membran tersebut dipasang pada modul dead end ultrafiltrasi. Untuk
mengetahui karakteristik membran, dilakukan analisis terhadap morfologi membran dengan
Scanning Electron Microscope dan permeabilitas membran. Permeabilitas menggambarkan laju
filtrasi per unit area filtrasi (fluks) tiap unit beda tekanan.
Sebelum melakukan evaluasi kinerja dengan menggunakan model emulsi, membran
dikompaksi dengan tekanan 1 Bar selama 180 menit. Uji performasi membran ultrafiltrasi
dilakukan dengan mengoperasikan membran pada tekanan 1 Bar selama 120 menit, dengan
pengukuran fluks permeat tiap 5 menit. Pengukuran fluks dilakukan dengan menghitung volume
dan waktu yang diperlukan permeat untuk melewati membran. Analisis rejeksi dihitung dari
konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) menggunakan HANA COD Meter dan total oil
content (menggunakan Gas Chromatography) pada permeat.
Jadi kesimpulan dari penelitian tersebut, membran ultrafiltrasi telah digunakan untuk
pemisahan model emulsi minyak-air. Model limbah emulsi minyak-air terdiri dari fase terdispersi
berupa bensin,pelumas, dan solar. Fasa kontinu adalah air, sedangkan surfakta adalah sebagai
mediator. Pengujian kinerja membran ultrafiltrasi dilakukan dengan mengetahui profil fluks dan
rejeksi (COD dan total oil content). Profil fluks emulsi bensin, minyak,pelumas, dan solar
menunjukkan bahwa penurunan fluks bensin yang tertinggi. Hal ini disebabkan ukuran tetes emulsi
bensin yang paling kecil dan kestabilan emulsi dipengaruhi oleh ukuran tetesnya. Makin kecil
ukuran tetesnya, maka emulsi tersebut semakin stabil dan lebih sulit dipisahkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa membran polyethersulfone yang digunakan mampu merejeksi COD sebesar
98% dan minyak sebesar 98% untuk umpan emulsi bensin( konsentrasi COD permeat sebesar 81
mg/l dan total oil content sebesar 3,69 mg/l). Untuk emulsi minyak pelumas, 94% COD dan 99%
minyak dapat direjeksi (konsentrasi COD pada permeat 228 mg/l dan total oil content pada
permeat 1,27 mg/l). Sedangkan untuk umpan emulsi minyak solar, rejeksi COD sebesar 90% dan
rejeksi minyak sebesar 98% (konsentrasi COD pada permeat 230 mg/l dan total oil content pada
permeat 2,43 mg/l).
BAB
KESIMPULAN
4.1.Kesimpulan
P Ultrafiltrasi / Ultrafiltration / UF 0.01 Mikron, mesin penyaring ultrafiltrasi, filter uf 0.01
Mikron adalah suatu teknologi filtrasi dengan besaran pori 0.01 mikron) dimana proses pemisahan
menggunakan membran dengan tekanan, biasanya digunakan untuk menyaring makro molekul.

PMembran ultrafiltrasi dapat menghasilkan fluks yang sangat tinggi, namun pada umumnya
membran ini hanya digunakan untuk menghasilkan fluks antara 50-200 galon perhari dengan
tekanan operasi sekitar 50 psig
PPrinsip Kerja Ultrafiltrasi / Ultrafiltration / UF 0.01 Mikron :Ultrafiltrasi /ltrafiltration adalah
proses pemisahan molekul berdasarkan molekul terlarut.
P Keunggulan dari sistem UF ini adalah pori-pori yang memiliki nilai absolut dibandingkan
dengan filter biasa. Filter UF memiliki ukuran sangat kecil dibandingkan dengan bakteri sehingga
lebih steril dari filterisasi biasa.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.igwenten.com/2013/02/teknologi-membran-untuk-pengelolaan-air.html
http://www.academia.edu/8517606/PEMBUATAN_DAN_KARAKTERISASI_MEMBRAN_N
ANOFILTRASI_UNTUK_PENGOLAHAN_AIR_Tesis_Untuk_memenuhi_sebagian_persyarat
an_Mencapai_derajat_Sarjana_S-2_Magister_Teknik_Kimia_MAGISTER_TEKNIK_KIMIA
http://eprints.undip.ac.id/13965/1/BAB_1.pdf
http://rezaputraahmad.blogspot.co.id/
http://ndarucs.blogspot.co.id/2009/10/membran-ultrafiltrasi.html
Membran Ultrafiltrasi

Membrane ultrafiltrasi adalah proses pemisahan yang menahan komponen dengan berat molekul
tinggi (protein, makro molekul, polisakarida) sedangkan melewatkan komponen berberat molekul
rendah. Proses pemisahan dalam modul ultrafiltrasi terjadi secara cross flow dimana umpan
mengalir secara tangensial sepanjang permukaan membrane. Membran ultrafiltrasi dapat
digolongkan berpori, namun strukturnya lebih asimetris dibandingkan membrane mikrofiltrasi.
Membran ultrafiltrasi memiliki ukuran pori lapisan teratas 20 – 1000 A, ketebalan 0,1 – 1,0 μm,
dan bekerja pada tekanan 1 – 10 bar. Proses ultrafiltrasi biasanya digunakan untuk memisahkan
partikel dengan ukuran berkisar antara 0,05 μm – 1 nm. Membran ultrafiltrasi dapat menghasilkan
fluks yang sangat tinggi, namun pada umumnya membrane ini hanya digunakan untuk
menghasilkan fluks antara 50-200 galon per hari dengan tekanan operasi sekitar 50 psig.

Membrane ultrafiltrasi dapat berbentuk plate and frame, spiral-wound, dan tubular. Setiap
konfigurasi memiliki aplikasinya masing-masing. Untuk air dengan kemurnian tinggi,
spiralwound. lebih umum untuk digunakan. Konfigurasi dipilih berdasarkan jenis dan konsentrasi
dari material berkoloid atau emulsi. Untuk semua konfigurasi, desain sistem yang optimum harus
memperhatikan laju alir, hilang tekan, konsumsi energi, fouling, dan juga harga membrane itu
sendiri.

Kebanyakan membrane ultrafiltrasi komersial terbuat dari polimer yaitu :

• Polysulfone / poly(ether)sulfone / sulfonated polysulfone

• Poly(vinylidene fluoride)

•Polyacrilonitril

• Cellulosics

• Aliphatic polyamides

• Polyetheretherketone

Selain dari polimer, membrane ultrafiltrai juga dapat terbuat dari bahan anorganik seperti keramik,
Al2O3, dan zirconia.

Anda mungkin juga menyukai