Anda di halaman 1dari 63

LML MALUKU UTARA

Support Acceleration of Malaria Elimination in North Maluku Province

Project Location : North Maluku Province


Contract number : 43245709
Total budget : IDR 667,340,000
Contractor : Yayasan Lembaga Mitra Lingkungan
(LML) Maluku Utara
Address : Jln. Yos Sudarso No. 534 Ternate,  (0921)3123345,
Email : lml_malut@yahoo.com

LML MALUKU UTARA Jl. Yos Sudarso No. 534,  (0921) 3123345
Email: lml_malut@yahoo.com
LEMBAGA MITRA LINGKUNGAN
(Environmental Partner Institute) Ternate – Maluku Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Final Report ini selesai disusun.
Penyusunan Final Report ini merupakan informasi dari seluruh rangkaian aktifitas yang
dilaksanakan oleh Lembaga Mitra Lingkungan (LML) Maluku Utara melalui dukungan
UNICEF Indonesia. Adapun aktifitas yang dilakukan terdiri dari (1) Pertemuan Strategis
Percepatan Eliminasi Malaria & Pelaksanaan Pra-Assessment, (2) Magang Cross Checker
pada Malaria Center Halmahera Selatan, (3) On The Job Training (Ojt) Bagi Tenaga
Microskopis Pada Fasilitas Kesehetan, (4) Workshop Penguatan Surveilans Malaria &
Pemetaan Daerah Fokus Malaria Menggunakan GIS, (5) Workshop Penguatan Publik
Private Mix (PPM) Malaria Regional Utara (Halut, Haltim & Morotai), (6) Workshop
Penguatan Surveilans Migrasi Berdasarkan “gugus pulau” di Kab. Halmahera Selatan, (7)
Koordinasi Lintas Batas Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah dalam Memperkuat
Pemberitahuan dan Pencegahan Kasus Malaria, beserta satu kegiatan reprograming yaitu
Workshop Penguatan Publik Private Mix (PPM) Malaria di Kota Tidore Kepulauan dan
Kabupaten Halmahera Barat, yang pelaksanaannya melalui sisa dana dari kegiatan
sebelumnya. Seluruh rangkaian aktifitas tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung
proses Percepatan Eliminasi Malaria di Provinsi Maluku Utara Khususnya pada 5 (lima)
Kabupaten/Kota yang fokus pencapaiannya di tahun 2020.
Kami menyadari bahwa penyusunan Final Report ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan perbaikan dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Final Report ini. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan aktif pada seluruh rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan,
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Semoga tujuan kita dalam meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan dasar di Provinsi Maluku Utara dapat terpenuhi dan
terlaksana dengan baik.

Ternate, Desember 2018


Lembaga Mitra Lingkungan
(LML) Maluku Utara

1|P age
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
1. Gambaran Umum Kegiatan ………………………………………………………..……………………………… 3
2. Pertemuan Strategis Percepatan Eliminasi Malaria & Pelaksanaan Pra-
Assessment ……………………………………………………………………………………………..…………………….. 7
3. Magang Cross Checker pada Malaria Center Halmahera Selatan ……………………. 22
4. On The Job Training (Ojt) Bagi Tenaga Microskopis Pada Fasilitas Kesehatan
di Kabupaten/Kota Sasaran ….……………………………………………………………………………………. 27
5. Workshop Penguatan Surveilans Malaria & Pemetaan Daerah Fokus
Malaria Menggunakan GIS ……………………………………………………………..…….…………………… 39
6. Workshop Penguatan Publik Private Mix (PPM) Malaria Regional Utara
(Halut, Haltim & Morotai) ……………………………………………………………..…….…….……………… 44
7. Workshop Penguatan Surveilans Migrasi Berdasarkan “gugus pulau” di
Kab. Halmahera Selatan ……………………………………………………………..……..….…………………… 48
8. Koordinasi Lintas Batas Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah dalam
Memperkuat Pemberitahuan dan Pencegahan Kasus Malaria ………………………… 52
9. Workshop Penguatan Publik Private Mix (PPM) Malaria di Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat ……………………..………………………………… 56
10. Penutup …………………………..…………………………………..…………………………………….……………………

2|P age
BAB 1
GAMBARAN UMUM KEGIATAN

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan kegiatan survailance malaria dengan baik.
Dalam rangka pengendalian penyakit malaria, banyak hal yang sudah maupun sedang
dilakukan pemerintah Indonesia maupun pemerintah daerah dalam skala nasional
maupun local. Program Eliminasi Malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan
menteri kesehatan RI No.293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian
malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa
pulau sampai seluruh tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang
terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030.

B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari penugasan ini adalah untuk mengatur kegiatan untuk dukungan UNICEF
untuk eliminasi malaria di Maluku Utara dengan tujuan-tujuan detail sebagai berikut:
1. Pembentukan komite eliminasi Malaria di Provinsi Maluku Utara dan Kota
Ternate.
2. Bantuan teknis pergeseran ke eliminasi malaria dan Pra-penilaian untuk sertifikasi
di kabupaten terpilih.

3|P age
3. Pembentukan layanan swasta publik dan jaringan program untuk eliminasi
malaria.
4. Pembentukan sistem konfirmasi slide melalui penilai laboratorium.
5. Meningkatkan kualitas pemeriksaan silang distrik, mikroskopik puskesmas dan
rumah sakit / klinik.
6. Pembentukan kerjasama lintas batas kabupaten dalam mengendalikan malaria

C. Kegiatan yang Dilaksanakan


Berdasarkan alokasi waktu yang tertuang dalam perjanjian kerja, pelaksanaan
kegiatan di mulai sejak bulan Maret s.d November 2018, dengan rincian sebagai
berikut :
Program/Activity Lokasi & Waktu Pelaksanaan

1 Pertemuan Strategis Percepatan Pertemuan Pembentukan Komite Penilaian Eliminasi


Eliminasi Malaria & Pelaksanaan Pra- Malaria Provinsi
Assessment (Ternate, 23-24 April 2018)

Kunjungan Pre Assessment :


- Ternate (6-7 Juli 2018)
- Tidore Kepulauan (12-14 Juli 2018)
- Halmahera Barat (9-11 Juli 2018)
- Halmahera Tengah (16-19 Juli 2018)
- Pulau Morotai (23-26 Juli 2018)

2 Magang Cross Checker pada Malaria Halmahera Selatan


Center Halmahera Selatan (16 - 22 April 2018)

3 On The Job Training (Ojt) Bagi - Ternate (29 Mei - 1 Juni 2018)
Tenaga Microskopis Pada Fasilitas - Tidore Kepulauan (10 - 13 Juni 2018)
Kesehatan di Kabupaten/Kota - Halmahera Barat (4 - 7 Juni 2018)
Sasaran - Halmahera Tengah (20 - 23 Juni 2018)
- Pulau Morotai (27 - 30 Juni 2018)
4 Workshop Penguatan Surveilans Ternate - Provinsi
Malaria & Pemetaan Daerah Fokus (3 - 5 Oktober 2018)
Malaria Menggunakan GIS

5 Workshop Penguatan Publik Private Halmahera Utara


Mix (PPM) Malaria Regional Utara (17 - 18 September 2018)
(Halut, Haltim & Morotai)

6 Workshop Penguatan Surveilans Halmahera Selatan


Migrasi Berdasarkan “gugus pulau” (25 - 26 September 2018)
di Kab. Halmahera Selatan

7 Koordinasi Lintas Batas Halmahera Halmahera Tengah


Selatan dan Halmahera Tengah (8 - 9 Oktober 2018)
dalam Memperkuat Pemberitahuan
dan Pencegahan Kasus Malaria
8 Workshop Penguatan Publik Private Kota Tidore (15 Nov 2018)
Mix (PPM) Malaria di Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Kab. Halmahera Barat (19 November 2018)
Halmahera Barat

4|P age
Alokasi waktu dari seluruh kegiatan tersebut diatas sudah termasuk tahapan dalam
melakukan koordinasi dengan instansi terkait yang turut terlibat dalam setiap
kegiatan serta alokasi waktu dalam menyusun panduan/instrument yang akan dicapai
dari setiap kegiatan. Seluruh uraian pelaksanaan dari setiap kegiatan akan dijelaskan
pada Bab-Bab Selanjutnya.

D. Anggaran Biaya Kegiatan


Berikut kami sampaikan rincian pemanfaatan dana kegiatan berdasarkan laporan per
mata anggaran (LPMA).
Laporan Keuangan Per Mata Anggaran (LPMA)
Kode Kegiatan (MYWP) RAB (Rp) Pengeluaran (Rp) Sisa Dana (Rp)
Effective and efficient programme
Task 1 management 105,400,000 105,400,000 0

Malaria acceleration stategic meeting at


Task 2 Province level and pre-assesment on 115,250,000 108,861,500 6,388,500
malaria elimination in selected districts
District cross checkers with "BASIC"
Task 3 competencies for internships at the 41,000,000 40,016,000 984,000
Malaria Center of South Halmahera
On the job training of microscopes in
Task 4 helath centers / hospital / clinics with 57,600,000 55,209,000 2,391,000
"BASIC" competencies
Workshop for strengthening malaria
Task 5 srveillance and mapping for malaria foci 89,740,000 79,188,636 10,551,364
including GIS utilization
Workshop for strengthening PPM in
Halmahera Utara Region (North
Task 6 109,930,000 86,664,000 23,266,000
Halmahera District, East Halmahera
District and Morotai Island District)
Meeting for strengthening migration
Task 7 surveillance bassed on "Gugus Pulau" in 56,460,000 52,550,000 3,910,000
South Halmahera
Cross-Border coordination between South
Halmahera and Central Halmahera in
Task 8 91,960,000 78,277,000 13,683,000
strengthening cross border case
notification and prevelent outbreaks
Total 561,940,000 500,766,136 61,173,864

Berdasarkan rincian penggunaan anggaran diatas, terdapat sisa anggaran sebesar


Rp.61,173,864,- yang selanjutnya dilakukan reprograming untuk kegiatan Workshop
Penguatan Publik Private Mix (PPM) Malaria di Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten
Halmahera Barat, Berikut rinciannya
Kegiatan (Reprograming) RAB (Rp) Pengeluaran (Rp) Sisa Dana (Rp)
1. Workshop for Strengthening PPM in
Halmahera Barat District 32,990,000 31,169,000 1,821,000

2. Workshop for strengthening PPM in


28,090,000 26,459,000 1,631,000
Kota Tidore Kepulauan
Total 61,080,000 57,628,000 3,452,000

5|P age
Dari pelaksanaan kegiatan reprograming masih terdapat sisa anggaran sebesar
Rp.3,452,000,- sehingga total dana project yang masih tersisa pada rekening project
untuk kegiatan Support Acceleration of Malaria Elimination in North Maluku
Province:
- Sisa Dana Project : 61,173,864
- Dipergunakan untuk Reprograming : 61,080,000 -
- Sisa dana : 93,864
- Sisa dana setelah Reprograming : 3,452,000 +
- Sisa dana pada rekening project : 3,545,864

E. Personil Pelaksana
Dalam menjamin terlaksananya kegiatan dengan baik, Secara kelembagaan telah
menugaskan kepada personil yang memiliki pengalaman dalam mengelola kegiatan
terkait, adapun personil yang terlibat pada keseluruhan rangkaian kegiatan sebagai
berikut :

NAMA Posisi pada Project

1. M. IRWAN MALAKA, SE, M.Si Project Manager/ PJOK

2. ROSDIANA ACHMAD, ST Program Officer/ PUMK

3. GAMAR MUDHDAR, SH Program Assistant

6|P age
BAB 2
PERTEMUAN STRATEGIS PERCEPATAN ELIMINASI MALARIA &
PELAKSANAAN PRA-ASSESSMENT

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Dalam rangka pengendalian penyakit malaria, banyak hal yang sudah maupun sedang
dilakukan pemerintah Indonesia maupun pemerintah daerah dalam skala nasional
maupun local. Program Eliminasi Malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan
menteri kesehatan RI No.293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian
malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa
pulau sampai seluruh tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang
terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


1) Pertemuan Pembentukan Komite Penilai Eliminasi Malaria
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari yang bertempat di Hotel Muara Ternate
pada Tanggal 23 – 24 April 2018

2) Pelaksanaan Pre Assessment Eliminasi Malaria


Kegiatan ini dilaksanakan pada 5 Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah prioritas
mencapai Tahapan Eliminasi Malaria antara tahun 2019 - 2021
- Kota Ternate (6-7 Juli 2018)
- Kota Tidore (12-14 Juli 2018)
- Halmahera Barat (9-11 Juli 2018)
- Halmahera Tengah (16-19 Juli 2018)
- Pulau Morotai (23-26 Juli 2018)

7|P age
C. Peserta dan Narasumber
a. Pertemuan Pembentukan Komite Penilai Eliminasi Malaria
Narasumber pada kegiatan ini sebanyak 4 Orang yang terdiri dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kabid P2P Dinkes Provinsi, Bidang Sosbud Bappeda Provinsi
dan Health Specialist Malaria Unicef Indonesia.
Peserta sebanyak 20 Orang yang berasal dari Dinkes Provinsi sebagai Internal
Assessor dan dari instansi teknis terkait (Organisasi Profesi, Akademisi, BPS, dll)
sebagai Eksternal Assessor
b. Pelaksanaan Pre Assessment Eliminasi Malaria
Personil yang akan terlibat pada kegiatan Pra-Assessment Merupakan Tim Komite
Penilaian Eliminasi Provinsi yang telah di tetapkan berdasarkan SK Kepala Dinas
Kesehatan Prov. Maluku Utara (SK terlampir). Adapun unsur yang terlibat pada
setiap pelaksanaan Pra Assessment terdiri dari Tim Internal 2 Orang, Tim
Eksternal 2 Orang dan perwakilan LML Malut 1 Orang.
TIM INTERNAL TIM EKSTERNAL
NO KAB/KOTA
(Assesor Internal) (Assesor Eksternal)
1. Hi Ilham Sahuleka 1. Yusnita (UMMU)
1 Kota Ternate
2. Sunarti Arsan, SKM 2. Ramsal (KKP)
1. Dr Andi Sakurawati 1. Nurlienda, MM (Bappeda)
2 Kab. Halmahera Barat
2. Sunarti Arsan,SKM 2. Yusnita (UMMU)
1. Dr Andi Sakurawati 1. dr Saiful (IDI Wilayah)
3 Kota Tidore Kepulauan
2. Sunarti Arsan,SKM 2. Sarfia Saere, SKM
1. Muhammad Isa Tauda 1. Faradiba, S.Farm
4 Kab. Halmahera Tengah
2. Sunarti Arsan,SKM 2. Rini Aryani Amra
1. Hi Ilham Sahuleka 1. Rini Aryani Amra
5 Kab. Pulau Morotai
2. Sunarti Arsan,SKM 2. Bambang Irawan

D. Proses Kegiatan
a. Pertemuan Pembentukan Komisi Penilai Eliminasi Malaria
Secara detail uraian proses pelaksanaan kegiatan Pertemuan ini terdapat pada
Notulen kegiatan (Terlampir), berikut rincian agenda acara yang dilaksanakan :
Waktu Kegiatan Penyaji

Senin, 23 April 2018


09.00 - 09.15 Registrasi Panitia
09.15 - 09.45 Pembukaan Kadinkes Prov. Malut
09.45 - 10.00 Coffe Break Panitia
Materi Kebijakan Nasional Pengendalian
10.00 - 10.45 Kadinkes Prov. Malut
Malaria
10.45 - 11.00 Diskusi
Materi Situasi Malaria Provinsi Maluku
11.00 - 11.30 Kabid P2P
Utara dan persiapan Eliminasi Malaria
8|P age
Waktu Kegiatan Penyaji

Dukungan Bappeda dalam percepatan


11.30 - 12.00 Bappeda Provinsi
Eliminasi Malaria di Provinsi Maluku Utara
12.00 - 12.30 Diskusi
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia
Tools Eliminasi dan Pengalaman Assesor di Health Specialist Malaria
13.30 - 15.30
Provinsi Aceh Unicef Pusat
15.15 - 15.30 Diskusi
15.30 - 15.45 Coffe Break Panitia
Lanjut Diskusi tools eliminasi dan
15.45 - 16.30
pengalaman Assesor diprovinsi aceh
Selasa, 24 April 2018
09.00 - 10.00 Diskusi pembentukan tim Assesment Audience
10.00 - 10.15 Coffee Break Panitia
10.15 - 12.00 Lanjut Diskusi Audience
12.00 - 14.00 ISHOMa Panitia
14.00 - 15.00 Informasi Jadwal Pra Assesment Program Malaria dan Unicef
15.00 - 15.30 Coffee Break Panitia
Pembuatan SK Gubernur untuk tim
15.30 - 16.30 Program Malaria dan Unicef
Internal dan Eksternal
16.30 - 17.00 Penutupan Panitia

b. Pelaksanaan Pre Assessment Eliminasi Malaria


Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan dalam rangka
memberikan pendampingan teknis penilaian awal kesiapan eliminasi malaria pada
5 Kabupaten/Kota yang menjadi fokus utama dalam rangka percepatan Eliminasi
Malaria di Provinsi Maluku Utara.
Pada pelaksanaan Assessment menggunakan Tools Penilaian Eliminasi Malaria
yang terdiri dari 11 Variabel/Indikator penilaian :
Target
No Indikator
Score
1 Surveilans dilaksanakan dengan baik termasuk surveilans migrasi dan dapat
7
menjangkau seluruh wilayah eliminasi :
2 Adanya register kasus malaria yg mencakup wilayah eliminasi secara lengkap 4
3 Unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta mampu mendeteksi
9
kasus secara dini dan mengobati secara tepat :
4 Dinas kesehatan dan puskesmas setempat mampu menindak lanjuti kasus impor
1.5
yang ditemukan :
5 Tersedianya mikroskopis dengan kualitas pemeriksaan sediaan darah yang baik
6.5
terutama di wilayah reseptif :

9|P age
Target
No Indikator
Score
6 Setiap kasus positif harus dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk
7
menentukan asal penularan :
7 Adanya peraturan daerah atau peraturan perundangan lain yang mendukung
dan menjamin tersedianya dana secara berkesinambungan untuk pemeliharaan 4.5
eliminasi malaria (mencegah penularan kembali) :
8 Adanya sosialisasi/ penyuluhan yang berkesinambungan tentang pencegahan
malaria kepada wisatawan/pendatang untuk menghindari penularan malaria,
3.5
antara lain dengan menggunakan kelambu berinsektisida, repellent, pengobatan
profilaksis :
9 Di wilayah yang reseptivitasnya tinggi dilakukan surveilans vector, termasuk
2.5
efikasi insrektisida dan resistensi vektor :
10 Berfungsinya SKD – KLB dan mampu melakukan penanggulangan secara cepat
bila terjadi KLB : 3

11 Bila diperlukan adanya koordinasi lintas batas kabupaten/kota dan provinsi : 1.5

TOTAL SCORE 50

E. Hasil yang dicapai


a. Pertemuan Pembentukan Tim Penilai Eliminasi Malaria
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan kegiatan ini adalah tersampaikannya
Rencana Strategis bagi Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam melakukan pengendalian
malaria pada disetiap puskesmas melalui tahapan pencapaian Eliminasi Malaria.
Pada kegiatan ini juga telah disepakati pembentukan Tim Penilai Eliminasi Malaria
tingkat provinsi yang berasal dari Dinkes Provinsi sebagai Internal Assessor dan
dari instansi teknis terkait (Organisasi Profesi, Akademisi, BPS, dll) sebagai
Eksternal Assessor. Adapun Susunan Tim Penilai Eliminasi Malaria sebagaimana
terlampir pada Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
No.73/P2P-1/III-2018 tentang pembentukan tim Monitoring dan Evaluasi
Eliminasi Malaria Maluku Utara (terlampir).
b. Pelaksanaan Pre Assessment Eliminasi Malaria
Proses penilaian eliminasi malaria diberikan skoring nilai maksimal 100 dengan
spesifikasi untuk penilaian mutlak sebesar 50 dan penilaian tambahan sebesar 50.
Adapun penilaian mutlak yang dimaksud, bahwa Tidak ada kasus penularan
setempat (kasus indigenous) dalam 3 tahun berturut-turut, SPR < 5%, dan API <
1/1000. Dengan catatan bahwa, Jika salah satu kriteria mutlak tidak dipenuhi,
maka penilaian eliminasi tidak dapat dilanjutkan.
Menyikapi syarat eliminisi tersebut diatas, sebagai proses persiapan dilakukan
proses Pre Assessment sebagai bentuk evaluasi dan pendampingan menuju
proses penilaian dari Komite Penilaian Eliminasi Malaria Kementrian Kesehatan.

10 | P a g e
Adapun hasil pre assessment dengan menggunakan kriteria mutlak, diketahui
bahwa hanya Kota Ternate yang telah memenuhi syarat SPR < 5% dan API <
1/1000 selama 3 tahun terakhir, sementara pada beberapa Kab/Kota yang juga
menjadi fokus percepatan pencapaian eliminasi Malaria baru emmenuhi syarat
untuk 2 tahun terakhir (Tiodre Kepulauan, Halmahera Barat & Halmahera
Tengah), berikut rekap capaian Kasus, SPR dan API pada setiap Kab/Kota di
Provinsi Maluku Utara untuk 3 tahun terakhir :
KASUS MALARIA SPR API
KAB/KOTA
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017

Ternate 2 29 13 3 1 0 0.7 0.1 0.06


Tidore Kepulauan 136 62 22 3 2 0 1.5 0.7 0.22
Halmahera Barat 198 17 71 6 2 3 1.8 0.2 0.64
Halmahera Tengah 97 8 20 11 72 4 2.2 0.2 0.39
Halmahera Selatan 925 345 125 11 9 3 4.3 2.1 0.61
Halmahera Utara 688 608 223 18 13 4 3.8 3.4 1.24
Halmahera Timur 478 832 211 16 42 9 5.4 10.3 2.41
Pulau Morotai 249 138 17 22 11 1 3.9 2.1 0.26
Kepulauan Sula 211 109 89 13 8 6 2.6 1.3 1.03
Pulau Taliabu 195 191 224 31 43 24 3.8 3.8 4.42
Prov. Maluku Utara 29953 20038 29040 11 11 3 2.9 2.3 0.9
Keterangan :
Telah mencapai target
Menuju pencapaian taget
Masih jauh dari pencapaian target

Sementara untuk salah satu syarat mutlak lainnya yaitu tidak adanya kasus
penularan setempat (kasus indigenous) dalam 3 tahun berturut-turut belum
optimal dilakukan pendataannya, hal ini disebabkan oleh proses penyelidikan
epidemologi (PE) terhadap setiap kasus belum dilakukan secara optimal oleh
setiap Kabupaten/Kota, berikut rekap klasifikasi kasus malaria tiga tahun terakhir
berdasarkan data yang masuk ke Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara:
KASUS MALARIA SPR API JUMLAH YANG DI PE KLASIFIKASI KASUS KLASIFIKASI KASUS KLASIFIKASI KASUS
KAB/KOTA 2015 2016 2017
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
indiginous import induced indiginous import induced indiginous import induced
Ternate 2 29 13 3 1 0 0.7 0.1 0.06 2 0 13 2 0 0 0 0 0 13 0 0
Tidore Kepulauan 136 62 22 3 2 0 1.5 0.7 0.22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Halmahera Barat 198 17 71 6 2 3 1.8 0.2 0.64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Halmahera Tengah 97 8 20 11 72 4 2.2 0.2 0.39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Halmahera Selatan 925 345 125 11 9 3 4.3 2.1 0.61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Halmahera Utara 688 608 223 18 13 4 3.8 3.4 1.24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Halmahera Timur 478 832 211 16 42 9 5.4 10.3 2.41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pulau Morotai 249 138 17 22 11 1 3.9 2.1 0.26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kepulauan Sula 211 109 89 13 8 6 2.6 1.3 1.03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pulau Taliabu 195 191 224 31 43 24 3.8 3.8 4.42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Prov. Maluku Utara 29953 20038 29040 11 11 3 2.9 2.3 0.9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 | P a g e
Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh sebagian besar Kabupaten/Kota
dalam proses menuju Eliminasi Malaria adalah :
1. Belum semua Kasus yang berada dilayanan (DPM,RS) terlaporkan (data yang
ada hanya gambaran dari Puskesmas)
2. Rata-rata pengelola laboran puskesmas masih memiliki Kompotensi Basic.
3. Belum pernah dilakukan kegiatan sosialisasi maupun pelatihan Penyelidikan
Epidemilogi (PE) sehingga kegiatan PE belum maksimal dilakukan.
4. Rata-rata telah memiliki PERDA dan SK Kadinkes terkait dengan pengendalian
malaria, namun masih lemah dalam mengimplementasikannya.
5. Koordinasi lintas sector dan lintas program belum berjalan maksimal.
6. Quality Assurance (Uji Silang) hasil pemeriksaan laboratorium belum optimal
dilaksanakan.
7. Tidak maksimalnya penganggaran melalui APBD, BOK, JKN maupun CSR dalam
mendukung pembiayaan pengendalian Malaria.
8. Pemanfaatan Dana Desa untuk kesehatan belum terlaksana dengan baik,
dibutuhkan petunjuk teknis lebih lanjut untuk pemanfaatan pada sector
kesehatan.
9. Survailance Vektor tidak berjalan maksimal.
10. Penyampaian kasus import ke daerah asal tidak dilakukan.

Berikut hasil pre assessment dengan menggunakan kriteria tambahan yang terdiri
dari 11 inidikator, dikatahui bahwa Kota Ternate memiliki Score tertinggi sebesar
39,5 dari total score 50, selanjutnya Kota Tidore sebesar 34, Pulau Morotai 25,5,
Halmahera Barat 35,5 dan Halmahera Tengah 21. Berikut adalah rekap hasil
berdasarkan indicator penilaian eliminasi Malaria :

12 | P a g e
13 | P a g e
Berdasarkan rekap 11 indikator penilaian diatas, dapat diketahui penilaian pada setiap
variable yang membentuk indicator tersebut. Berikut uraian penilaian (pre-assessment)
dari 5 Kabupaten/Kota yang menjadi fokus percepatan eliminasi malaria.

14 | P a g e
Hasil Penilaian
No Indikator Score Kota Kota Halmahera Halmahera Pulau
Ternate Tidore Barat Tengah Morotai
1 Surveilans dilaksanakan dengan baik termasuk surveilans migrasi dan
7 5 3.5 1.5 0.5 2
dapat menjangkau seluruh wilayah eliminasi :
a Kabupaten/Kota :
Laporan E-sismal per puskesmas tepat waktu, benar dan lengkap
dilaporkan ke Provinsi 1 0 0 0 0 0

Adanya notifikasi dari fasilitas pelayanan kesehatan (misal TNI,


POLRI, KKP, RS, Puskesmas dll) atau petugas di lapangan untuk setiap
kasus positif malaria dengan riwayat perjalanan dari daerah endemis 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
yamg ditemukan.
Adanya pemetaan jumlah focus malaria di kab/kota menurut
puskesmas dan atau desa setiap tahun (focus aktif, non aktif, bebas 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0
dan non fokus)
Adanya pemetaan perdesa dengan migrasi penduduk ke daerah
endemis malaria. 0,5 0,5 0 0 0 0

Adanya kajian epidemiologis (kelompok umur, jenis kelamin,


pekerjaan) terhadap kasus confirm pada tempat dan waktu tertentu 0,5 0,5 0,5 0 0 0

b Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota : N/A


c Rumah Sakit Kabupaten/Kota:
Melakukan notifikasi setiap kasus positif yang ditemukan ke Dinkes
0,5 0,5 0,5 0,5 0 0,5
Kab/Kota dan Puskesmas terkait
d Laboratorium rujukan Kabupaten/Kota:
Melakukan verifikasi setiap kasus positif yang dinotifikasi 0 0 0 0 0 0
e Puskesmas Uji Petik:
Laporan E-sismal yang dilaporkan tepat waktu, benar dan lengkap ke
1 0 0 0 0 0
Dinkes Kabupaten/Kota
Adanya notifikasi kasus positif malaria dengan riwayat perjalanan
dari daerah endemis di fasilitas pelayanan kesehatan (misal TNI, 0,5 0,5 0,5 0 0 0,5
POLRI, KKP, RS, Puskesmas dll) atau petugas di lapangan
Melakukan verifikasi setiap kasus positif yang dinotifikasi 0,5 0,5 0,5 0 0 0,5
Hasil Penilaian
No Indikator Score Kota Kota Halmahera Halmahera Pulau
Ternate Tidore Barat Tengah Morotai
Adanya pemetaan focus malaria per dusun setiap tahun (focus aktif,
0,5 0,5 0 0 0 0
non aktif, bebas dan non fokus)
Adanya pemetaan perdusun dengan migrasi penduduk ke daerah
0,5 0 0 0 0 0
endemis malaria
Adanya kajian epidemiologis (kelompok umur, jenis kelamin,
pekerjaan) terhadap kasus confirm pada tempat dan waktu tertentu 0,5 0,5 0,5 0 0 0

2 Adanya register kasus malaria yg mencakup wilayah eliminasi secara


4 3.5 3.5 2.5 3 3
lengkap
a Dinkes Kabupaten/Kota :
Adanya buku register kasus malaria secara individu di Dinkes
1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Kab/kota, yang tervalidasi
b Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota N/A
c Rumah Sakit Kabupaten/Kota:
Ada rekam medis/register individual kasus 0,5 0,5 0,5 0 0,5 0,5
Setiap suspek malaria terkonfirmasi secara laboratorium, , dicatat
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
dalam register laboratorium
d Laboratorium rujukan Kabupaten/Kota:
Setiap suspek malaria terkonfirmasi secara laboratorium, , dicatat
dalam register laboratorium 0,5 0,5 0,5 0 0 0

e Puskesmas Uji Petik:


Adanya register individual kasus di Puskesmas yang tervalidasi 1 1 1 1 1 1
Setiap suspek malaria terkonfirmasi secara laboratorium, dicatat
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
dalam register laboratorium
3 Unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta mampu
9 7.5 6 6 6 6.5
mendeteksi kasus secara dini dan mengobati secara tepat :
a Kabupaten/Kota:
Adanya rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan
0,5 0,5 0 0 0 0,5
pengobatan malaria.
Ketersediaan OAM, tenaga dan mengetahui prosedur permintaan
1 1 0,5 1 1 1
OAM

12 | P a g e
Hasil Penilaian
No Indikator Score Kota Kota Halmahera Halmahera Pulau
Ternate Tidore Barat Tengah Morotai
b Puskesmas Uji Petik :
Semua kasus suspek malaria terkonfirmasi secara laboratorium 1 1 1 1 1 1
Ketersediaan OAM dan mengetahui prosedur permintaan OAM 1 1 0,5 1 1 1
Semua positif malaria diobati ACT 1 0,5 1 0,5 0,5 0,5
Pemantauan paska pengobatan 1 0,5 0,5 0 0 0
c Rumah Sakit :
Semua kasus suspek malaria terkonfirmasi secara laboratorium 1 1 0,5 1 1 1
Ketersediaan OAM dan mengetahui prosedur permintaan OAM 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Semua positif malaria diobati ACT 1 1 1 1 1 1
Pemantauan paska pengobatan 1 0,5 0,5 0 0 0
4 Dinas kesehatan dan puskesmas setempat mampu menindak lanjuti
1.5 1.5 1 0.5 1.5 0
kasus impor yang ditemukan :
a Kabupaten/Kota :
Melakukan rekapitulasi jumlah kasus impor dan asal penularan 0,5 0,5 0 0 0 0
b Puskesmas Uji Petik:
Identifikasi daerah asal kasus impor dan melaporkannya ke Dinas
0,5 0,5 0,5 0 0 0
Kesehatan Kabupaten/Kota
c Rumah Sakit :
Identifikasi daerah asal kasus impor dan melaporkannya ke Dinas
0,5 0,5 0,5 0,5 0 0
Kesehatan Kabupaten/Kota
5 Tersedianya mikroskopis dengan kualitas pemeriksaan sediaan darah
6.5 5.5 6 6.5 6 6
yang baik terutama di wilayah reseptif :
a Kabupaten :
Tersedia tenaga uji silang yang sudah dilatih dan atau mempunyai
1 0,5 1 1 1 1
kompetensi minimal level Advance
Menyelenggarakan pemantapan mutu external (uji silang/cross cek,
supervise, panel testing)
Memberikan umpan balik hasil Pemantauan mutu external
b Puskesmas Uji Petik:

13 | P a g e
Hasil Penilaian
No Indikator Score Kota Kota Halmahera Halmahera Pulau
Ternate Tidore Barat Tengah Morotai
Tersedia tenaga laboratorium yang telah dilatih mikroskopis malaria 1 0 0 0,5 0,5 0
Tersedianya mikroskop 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Tersedia bahan dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis malaria 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Melaksanakan pemantapan mutu internal (SOP, bench aid, uji
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
mkualitas reagensia, pencatatan dan pelaporan)
Melakukan pemantapan mutu external (uji silang dan panel testing) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Tersedianya RDT 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
c Rumah Sakit :
Tersedia tenaga laboratorium yang telah dilatih mikroskopis malaria 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Tersedianya mikroskop 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Tersedia bahan dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis malaria 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Melaksanakan pemantapan mutu internal (SOP, bench aid, uji
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
mkualitas reagensia, pencatatan dan pelaporan)
Melakukan pemantapan mutu external (uji silang dan panel testing) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Tersedianya RDT 0,5 0 0 0 0 0
6 Setiap kasus positif harus dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk
7 6 6 1 1 2.5
menentukan asal penularan :
a Kabupaten :
Rekapan laporan hasil penyelidikan epidemiologi (formulir
1 0,5 0,5 0 0 0
penyelidikan epidemiologi) untuk setiap kasus positif
Penyelidikan kasus untuk mengetahui klasifikasi kasus 0,5 0,5 0,5 0 0 0
Penentuan fokus 0,5 0,5 0,5 0 0 0
Penanggulangan fokus aktif 0,5 0,5 0,5 0 0 0
b Puskesmas :
Laporan kasus positif ke Dinkeskab/kota 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Penyelidikan kasus untuk mengetahui klasifikasi kasus dan fokus 0,5 0,5 0,5 0 0 0,5
Kontak survei 0,5 0,5 0,5 0 0 0,5
Pengamatan faktor risiko 0,5 0,5 0,5 0 0 0,5
Pemetaan fokus 0,5 0,5 0,5 0 0 0

14 | P a g e
Hasil Penilaian
No Indikator Score Kota Kota Halmahera Halmahera Pulau
Ternate Tidore Barat Tengah Morotai
Pengisian form PE (untuk setiap kasus positif) 1 0,5 0,5 0 0 0,5
Penanggulangan fokus aktif 0,5 0,5 0,5 0 0 0
c Rumah Sakit :
Laporan kasus positif ke Dinkeskab/kota : 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
7 Adanya peraturan daerah atau peraturan perundangan lain yang
mendukung dan menjamin tersedianya dana secara berkesinambungan 4.5 2.5 1.5 0.5 0.5 0.5
untuk pemeliharaan eliminasi malaria (mencegah penularan kembali) :

a Kabupaten :
Perda : 1 1 0 0 0 0
Pergub : 1 0 0 0 0 0
Perbup/Perwalkot : 0,5 0 0,5 0 0 0
SK Kadinkes :
0,5 0,5 0 0 0 0

Tersedianya anggaran untuk mendukung eliminasi malaria : 0,5 0,5 0,5 0 0 0


b Puskesmas Uji Petik:
Peraturan desa tentang surveilans migrasi malaria 0,5 0 0 0 0 0
Tersedia anggaran untuk mendukung eliminasi malaria (BOK, ADD,
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
dll)
8 Adanya sosialisasi/ penyuluhan yang berkesinambungan tentang
pencegahan malaria kepada wisatawan/pendatang untuk menghindari
3.5 3.5 3.5 3 0 2.5
penularan malaria, antara lain dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repellent, pengobatan profilaksis :
a Kabupaten :
Tersedianya media penyuluhan tentang malaria 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0,5
Tersedianya media penyuluhan lokal tentang malaria 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0,5
Melakukan sosialisasi malaria kepada LP/LS 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0
Adanya kemitraan dengan sector lain 0

15 | P a g e
Hasil Penilaian
No Indikator Score Kota Kota Halmahera Halmahera Pulau
Ternate Tidore Barat Tengah Morotai
b Puskesmas Uji Petik:
•Tersedianya media penyuluhan dan kegiatan penyuluhan tentang
0,5 0,5 0,5 0,5 0 0,5
malaria
•Tersedianya media penyuluhan lokal tentang malaria 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0,5
•Melakukan penyuluhan kepada masyarakat secara rutin 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0,5
•Adanya kemitraan dengan sector lain 0,5 0,5 0,5 0 0 0
9 Di wilayah yang reseptivitasnya tinggi dilakukan surveilans vector,
2.5 1.5 0.5 1 0 0
termasuk efikasi insrektisida dan resistensi vektor :
a Kabupaten :
Adanya peta daerah reseptif dan fokus malaria : 0,5 0,5 0 0,5 0 0
Adanya surveilans vektor : 0,5 0,5 0 0,5 0 0
b Puskesmas :
Adanya peta daerah reseptif dan fokus malaria Puskesmas per desa 1 0,5 0,5 0 0 0
Adanya surveilans vektor 0,5 0 0 0 0 0
10 Berfungsinya SKD – KLB dan mampu melakukan penanggulangan secara
cepat bila terjadi KLB : 3 1.5 1 1 1 1

a Kabupaten :
Melakukan rekapitulasi laporan mingguan puskesmas (W2) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Adanya TGC (Tim Gerak Cepat) KLB 0,5 0,5 0 0 0 0
Laporan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria 0,5 0 0 0 0 0
b Puskesmas Uji Petik:
Mengirim Laporan mingguan puskesmas (W2) di Dinas Kabupaten 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Laporan KLB (W1) satu kali dua puluh empat jam (kapan terakhir) 0,5 0 0 0 0 0
Laporan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria 0,5 0 0 0 0 0
11 Bila diperlukan adanya koordinasi lintas batas kabupaten/kota dan
1.5 1.5 1.5 0 1.5 1.5
provinsi :
a Kabupaten :

16 | P a g e
Hasil Penilaian
No Indikator Score Kota Kota Halmahera Halmahera Pulau
Ternate Tidore Barat Tengah Morotai
Kerjasama lintas batas kabupaten/kota dalam penanggulangan
0,5 0,5 0,5 0 0 0
malaria
Melakukan cross notifikasi kabupaten/kota 0,5 0,5 0,5 0 0 0
b Puskesmas
Kerjasama lintas batas puskesmas 0,5 0,5 0,5 0 0 0
TOTAL SCORE 50 39.5 34 23.5 21 25.5

17 | P a g e
F. Rencana Tindak Lanjut
a. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pendampingan dalam melengkapi
kekurangan teknis dan administrasi menuju prose penilaian oleh Kementrian
Kesehatan
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan perbaikan secara teknis maupun
administrasi berdasarkan hasil rekomendasi Tim Penilai Provinsi serta melakukan
pendampingan kepada setiap fasilitas kesehatan yang ada untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan, pendataan dan pelaporan sesuai dengan prosedur
yang telah di tetapkan oleh program pengendalian malaria.
c. Dilaksanakannya proses penilaian Eliminasi Malaria oleh Kementrian Kesehatan
setelah Kabupaten/Kota dianggap siap dan memenuhi syarat yang diharuskan.
BAB 3
MAGANG CROSS CHECKER PADA MALARIA CENTER HALMAHERA SELATAN

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan kegiatan survailance malaria dengan baik.
Kualitas pelayanan mikroskopik malaria sangat diperlukan dalam menegakkan
diagnosis dan sangat tergantung pada kompetensi dan kinerja petugas laboratorium
di setiap jenjang fasilitas pelayanan kesehatan. Penguatan laboratorium pemeriksaan
malaria yang berkualitas dilakukan melalui pengembangan jejaring dan pemantapan
mutu laboratorium pemeriksa mikroskopik malaria mulai dari tingkat pelaksana
seperti laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit serta laboratorium kesehatan swasta
sampai ke laboratorium crosschecker di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Tenaga Misroskopis Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan sebagai "Cross Checkers"
Malaria akan mendapatkan pembelajaran langsung terkait dengan teknis diagnosis
kasus malaria pada Malaria Center Halmahera Selatan serta mendalami
terobosan/strategi yang telah dilakukan dalam mendukung proses pengendalian
malaria.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Magang Cross checker dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari terhitung
tanggal 16 s/d 22 April 2018 dengan efektif pelaksanaan selama 5 (lima) hari yang
bertempat di Aula Malaria Center Kab. Halmahera Selatan.
19 | P a g e
C. Peserta dan Narasumber
Yang menjadi peserta magang yaitu Cross Checker 5 (lima) Kab/Kota (Kota Ternate,
Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera tengah,
Kabupaten Pulau Morotai) dan Penambahan peserta dari Puskesmas Laiwui, serta 2
orang dari Malaria center Kab Halmahera Selatan.
Sementara yang menjadi Fasilitator pada kegiatan ini adalah tenaga Expert WHO
Mikroskopis Kabupaten Halmahera Selatan dari Puskesmas Indari dan menjadi tenaga
pendamping yaitu Pengelola Malaria Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dan LML
Unicef perwakilan Provinsi Maluku Utara.

D. Proses Kegiatan
Berikut uraian proses pelaksanaan magang bagi tenaga corss chekers selama 5 hari
efektif :
1. Hari Pertama
Sebelum dilaksanakan kegiatan magang cross checker, kegiatan diawali dengan
melakukan kunjungan ke kantor dinas Kesehatan Kab. Halmahera Selatan. Dari hasil
kunjungan ini kepala dinas kesehatan memberikan apresiasi dan terima kasih kepada
UNICEF atas dukungan pelaksanaan kegiatan magang yang pusatkan di Malaria
Center Kab. Halmahera Selatan. Kepala dinas berharap agar kedepan bukan hanya
Kabupaten Halmahera Selatan saja yang dijadikan tempat magang tetapi bisa diikuti
oleh kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku Utara.
Kegiatan magang cross checker dilanjutkan di Aula Malaria Center. Kegiatan diawali
dengan pembukaan oleh pengelola malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi (ibu Sunarti
Arsan). Dalam sambutan dijelaskan maksud dan tujuan dilaksanakan kegiatan magang
cross checker bagi 5 (lima) perwakilan kab/kota setelah itu dilanjutkan dengan
pengisian Pre test dengan tujuan agar refresing kembali pengetahuan tenaga
croscheker sebelum melakukan aktifitas pemeriksaan/pembacaan slide.
Selanjutnya Fasilitator memberikan arahan dan materi terkait dengan Plasmodium
Falciparum (Pf) setelah itu dilakukan latihan pembacaan sebanyak 15 (lima belas)
slide Plasmodium Falciparum dengan interval waktu selama 15 Menit. Setelah 15
Slide sesuai dengan waktu berjalan, hasil dari masing-masing peserta di diskusikan
kalau terjadi kekeliruan peserta diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ulang
sampai betul mampu mengidentifikasi plasmodium dengan jenisnya masing-masing,
misalnya Plasmodium Falciparum dengan Gamet Positif dsb.
2. Hari Kedua
Sebelum masuk ke slide latihan berikutnya, Fasilitator memberikan materi dan
arahan terkait dengan plasmodium Vivax.
- Latihan 1 pembacaan dilakukan dengan 5 Slide Plasmodium Vivax dan 5 Slide
Plasmodium Falciparum dengan masing-masing slide waktu diberikan 10 menit.
Selanjutnya hasil pembacaan didiskusikan dan dibahas bersama-sama terjadi

20 | P a g e
kekeliruan maka dilakukan pembacaan ulang sampe peserta mampu untuk
mengidentifikasikan.
- Latihan 2 peserta dilanjutkan dengan pembacaan slide Plasmodium vivax
sebanyak 9 slide, 1 Slide Plasmodium Mix dan 1 Slide Plasmodium Malariae
dengan masing-masing waktu diberikan selama 10 Menit. Selanjutnya hasil
pembacaan dinilai bersama-sama dan diperbaiki kekeliruan jika terjadi kesalahan.

3. Hari Ketiga
Pada hari ke 3 aktivitas dilanjutkan dengan pembacaan 25 Slide diantaranya 10 Sd
Plasmodium Falciparum sekaligus 8 sd Perhitungan parasit, 5 Sd Plasmodium Vivax, 5
Sd Negatif, 2 Sd Plasmodium Malariae, 2 Sd Plasmodium Ovale, dan 1 Sd Plasmodium
Mix.
Hasil pembacaan slide didiskusikan dan diperiksa secara bersama-sama setelah itu
jika terjadi kesalahan dan kekeliruan dilakukan pembacaan ulang sampai benar-
benar mengidentikasi plasmodium tersebut.

4. Hari Keempat
Selanjutnya pada hari ke 4 peserta magang melanjutkan pembacaan slide sebanyak
25 yaitu 10 Sd Plasmodium Falciparum (8 Sd Perhitungan parasite), 5 Sd Plasmodium
Vivax, 5 Sd Negatif, 2 Sd plasmodium ovale, 2 Sd Plasmodium Malariae dan 1 Sd
Plasmodium Mix.
Hasil dari pembacaan slide diperiksa dan dibahas bersama-sama, kemudian Hasil dari
keseluruhan peserta magang dari hari 1 s/d Hari ke 4 direkapitulasi dan dibacakan.
Kegiatan hari ke-4 diakhiri dengan pelaksanaan Post test.

5. Hari Kelima
Mengawali kegiatan hari ke 5 Diskusi bersama-sama antara peserta magang,
Pengelola Program Malaria Dinkes Provinsi, LML Unicef Perwakilan Unicef, Unicef
Perwakilan makasar, Pengelola Malaria Center Kabupaten Halmahera Selatan serta
pengelola malaria dinas kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan, tentang Rencana
aksi penguatan sistim laboratorium.
Hasil pembacaan keseluruhan dari hari I s/d hari 4 jumlah slide yang diperiksa
sebanyak 125 slide, degan hasil kompotensi 4 kab (Kota ternate, Tikep, Halbar dan
Pulau morotai) kategori Expert dan Kabupaten Halteng dengan Kompotensi Advance
bersama dengan puskesmas laiwui dan basic untuk malaria center halsel.
Pembacaan Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan penandatanganan kesepakatan bersama
peserta magang dan pembacaan hasil akhir

E. Hasil yang dicapai


Berdasarkan hasil uji kompetensi tenaga cross cheker terdapat 4 orang yang memiliki
tingkat kemampuan pada level Expert, 2 orang Advan, 1 orang Basic dan 1 orang tidak

21 | P a g e
dapat mengikuti uji kompetensi microskopies malaria. Berikut adalah uraian hasil
penilaian yang telah dilakukan :

No Nama Daerah Asal Sensitifitas Spesitifitas Akurasi SP Counting Level

Ranumjan
1 Kota Ternate 100 100 95 67 Expert
Abdulllah
Risda Banda Halmahera
2 100 100 100 83 Expert
Wati Barat
Nurfitriani Halmahera
3 90.5 75 61.9 33 Advan
Merdekawati Tengah
Pulau
4 Kardi Turekie 100 100 100 83 Expert
Morotai
Eni Kota Tidore
5 100 100 100 83 Expert
Nurwiyani Kepulauan
Zulfawati PKM Laiwui -
6 100 71.4 71.8 33 Advan
Musa Halsel
7 Erni Ibrahim MC – Halsel

8 Nafila Tamrin MC – Halsel 100 83.3 89.5 17 Basic

Disamping penilaian kompetensi microskopis, dilakukan juga penilaian kemampuan


dengan menggunakan pre test dan post test yang hasilnya sebagai berikut :
No Nama Daerah Asal Pre Tes Pos Tes
1 Ranumjan Kota Ternate 83 100
2 Risda Banda Wati Halmahera Barat 83 100
3 Nurfitriani Halmahera Tengah 10 92.5
4 Kardi Pulau Morotai 25 97.5
5 Eni Nurwiyani Kota Tidore 25 100
6 Zulfawati Musa PKM Laiwui - Halsel 12.5 92.5
7 Erni Ibrahim MC - Halsel 10
8 Nafila Tamrin MC - Halsel 95 87.5

F. Rencana Tindak Lanjut


Berikut adalah beberapa point tindak lanjut yang disepakati bersama oleh seluruh
tenaga cross Chekers pada kegiatan Magang ini :
a. Peserta melaporkan hasil kegiatan ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
masing-masing.
b. Cross Checker wajib menginformasikan ke Puskesmas dalam wilayah kerjanya
agar mengirimkan slide Hasil Negatif, bila :
c. Slide Negatif > 20 Slide dalam sebulan wajib mengirimkan 5 % dari jumlah slide
dan seluruh kasus positif.

22 | P a g e
d. Slide negative < 20 Slide dalam sebulan wajib mengirimkan seluruh slide negative
dan seluruh kasus positif
e. Waktu pengiriman slide dari puskesmas ke Kabupaten Selambat-lambatnya
sebelum Tanggal 5 Bulan berjalan, dan Kabupaten ke Provinsi jika terdapat beda
baca selambat-lambatnya dikirim tanggal 15 Bulan berjalan.
f. Tenaga Cross Checker bekerja sesuai dengan penerapan SOP dan dapat
berkoordinasi dengan pengelola program malaria di kabupaten masing-masing
sesuai dengan rencana aksi penguatan mikroskopis.

23 | P a g e
BAB 4
ON THE JOB TRAINING (OJT) BAGI TENAGA MICROSKOPIS
PADA FASILITAS KESEHTAN

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan kegiatan survailance malaria dengan baik.
Kualitas pelayanan mikroskopik malaria sangat diperlukan dalam menegakkan
diagnosis dan sangat tergantung pada kompetensi dan kinerja petugas laboratorium
di setiap jenjang fasilitas pelayanan kesehatan. Penguatan laboratorium pemeriksaan
malaria yang berkualitas dilakukan melalui pengembangan jejaring dan pemantapan
mutu laboratorium pemeriksa mikroskopik malaria mulai dari tingkat pelaksana
seperti laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit serta laboratorium kesehatan swasta
sampai ke laboratorium crosschecker di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari efektif pada 5 Kabupaten/Kota yang menjadi
fokus utama dalam rangka percepatan Eliminasi Malaria di Provinsi Maluku Utara.
- Kota Ternate (2 – 5 Mei 2018)
- Kota Tidore Kepulauan (22 - 24 Mei 2018)
- Kab. Halmahera Barat (3 - 6 Juni 2018)
- Kab. Halmahera Tengah (6 - 9 Mei 2018)
- Kab. Pulau Morotai (27 - 30 Juni 2018)
24 | P a g e
C. Peserta dan Narasumber
Tim yang akan memberikan OJT sebanyak 3 orang yang terdiri dari :
- 1 Orang Fasilitator Trainer Laboratorium Malaria Provinsi Maluku Utara
- 1 Orang Pengelola Program Malaria Dinkes Provinsi
- 1 Orang Personil LML
Adapun peserta OJT merupakan tenaga Mikroskopis pada fasilitas kesehatan yang di
kunjungi di setiap Kabupaten/Kota, berikut rincian daftar Fasilitas kesehatan yang
dikunjungi :
No Kabupaten/Kota Nama Fasilitas Kesehatan
1. Kota Ternate - Puskesmas Kota
- Puskesmas Jambula
- Rumah Sakit Tentara
- Rumah Sakit Polri/Bayangkara
- RSIB Bina Warga
- Klinik Ananda
2. Kota Tidore - Puskesmas Talagamori
- RSUD Tidore
- Puskesmas Perawatan Akelamo
- Puskesmas Galala
3. Halmahera Barat - Puskesmas Perawatan sidangoli
- RSUD Jailolo
- Puskesmas Akelamo
- Puskesmas Sahu
- Puskesmas Kota Jailolo
4. Halmahera Tengah - Puskesmas Sagea
- RSUD Weda
- Puskesmas Perawatan Wairoro
5. Pulau Morotai - Puskesmas Sangowo
- RSUD Daruba
- Puskesmas Bere-Bere
- Puskesmas Daruba

25 | P a g e
D. Hasil yang dicapai
1. Kota Ternate
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
Puskesmas - Sudah melaksanakan aktivitas sebagai petugas mikroskopis - Lebih ditingkatkan lagi Supervisi dan Bimtek serta OJT untuk
Kota berdasarkan SOP (Standart Operasional Prosedur). mempertajam kembali pengetahuan sebagai mikroskopis.
- Mampu membedakan tingkatan Sensivisitas, Specificitas dan - Perlu dilakukan pelatihan Mikroskopis serta Quality Assurance
Akurasi Species. dengan tujuan untuk mengukur Kompotensi Basic, Advance,
- Saling berkoordinasi dengan pengelola program terkait Reference dan Expert.
dengan By Name By Adress. - Melakukan pendampingan kepada Faskes Swasta dan DPM
yang berada di wilayah kerja Puskesmas untuk melakukan
penjaminan kualitas (QA) terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium malaria yang dilakukan.
- Menindaklanjuti setiap kasus Positif yang dinformasikan atau
diperoleh langsung dari Faskes Swasta dan DPM dengan
melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis adalah tenaga analis yang masih sukarela - Lebih ditingkatkan lagi Supervisi dan Bimtek serta OJT untuk
Jambula - Mampu mengidentifikasi Sensifisitas, Specifisitas dan Akurasi mempertajam kembali pengetahuan sebagai mikroskopis.
Species - Perlu dilakukan pelatihan Mikroskopis serta Quality Assurance
- Kemampuan sebagai mikroskopis sudah berdasarkan SOP dengan tujuan untuk mengukur Kompotensi Basic, Advance,
yaitu mulai dari pembuatan, pengenceran sampai ke Reference dan Expert.
pembacaan slide. - Secepatnya dilakukan pendistribusian obat OAM (Obat Anti
- Sudah terjadi kekosongan obat malaria selama 2 hari. Malaria) dan buku pedoman tata laksana kasus malaria tahun
2017.
Rumah Sakit - Sudah bekerja sesuai protap dan prosedur pelaksanaan - Lebih ditingkakan kembali Supervisi dan Bimtek dan OJT
Tentara sebagai seorang mikroskopis Mikroskop
- Petugas sudah mampu membedakan Sensitifitas, Specifisitas - Dilakukan pelatihan bagi pengelola laboran/mikroskopis
dan Akurasi Species. untuk mengukur kompotensi Basic, Advance, Reference dan
- Saling berkoordinasi dengan baik dengan puskesmas. Expert.
- Ketersediaan Obat Malaria selalu tersedia di Apotik.
- Buku Register Malaria terpisah dengan pemeriksaan lainnya.
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
Rumah Sakit - Pengelola Mikroskop sebanyak 3 Orang - Perlu pengadaan Mikroskop Baru.
Polri / - Alat Mikroskopnya sudah tidak layak/befungsi dengan baik. - Tingkatkan supervise dan bimtek serta OJT bagi petugas
Bayangkara - Fasilitas Laboratorium belum memadai mikroskopis
- Buku register malaria masih tercampur dengan pemeriksaan - Perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga mikroskopis.
lainnya. - Distribusi OAM dan Labkit di Fasyankes
- Tenaga mikroskop belum bekerja sesuai dengan SOP - Register malaria harus terpisah dengan pemeriksaan lainnya.
(Standart Operasional Procedur) - Distribusi buku pedoman tata laksana kasus malaria tahun
- Petugas Mikroskopis belum mampu untuk membedakan 2017.
sensitifisitas dan specifisitas.
- Pengobatan malaria masih menggunakan Kloroquin.
- Slide yang dibuat langsung dibuang
Rumah Sakit - Penanggung Jawab laboratorium sebanyak 4 orang, 1 Orang - Perlu dilakukan pelatihan mikroskopis
Bina Warga terlatih 3 Orang belum terlatih. - Tingkatkan Supervisi, bimtek serta OJT bagi petugas
- Sebagai petugas laboran belum bisa membedakan mikroskopis
Sensitifisitas dan Specivisitas
- Persediaan logistic dan OAM Masih tersedia
- Buku Register Malaria terpisah dengan hasil pemeriksaan
lainnya.
- Koordinasi dengan baik dengan pengelola malaria puskesmas
Klinik Ananda - Bekerja belum mengikuti SOP (Standart Operasional - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis.
Prosedur) sebagai Mikroskopis - Tingkatkan supervise dan bimtek serta OJT bagi petugas
- Kurangnya Logistik Slide dalam pemeriksaan sehingga mikroskopis.
slidenya sering di cuci ulang. - Membuat buku Register khususnya Penyakit Malaria.
- Ketersediaan OAM (Obat Anti Malaria) masih menggunakan - Perlu dilakukan distribusi obat OAM dan Labkit
Lini ke 2 yaitu Kina dengan Kloroquin. Perlu diketahui bahwa - Menggandakan buku tata laksana kasus malaria edisi tahun
penggunaan Kloroquin sudah tidak bisa digunakan lagi untuk 2017.
pengobatan malaria.
- Buku Register Masih digabung dengan pemeriksaan lainnya
seperti TB, Glukosa, Kolesterol.
- Pemberian Obat Radikal (OAM) belum berdasarkan tata
laksana kasus malaria tetapi berdasarkan Klinis dokter.

30 | P a g e
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
Rumah Sakit - Pengelola Laboran 3 Orang, 1 Orang terlatih, 2 Orang belum - Perlu dilakukan pelatihan mikroskopis
Prima terlatih - Supervisi, Bimtek dan OJT bagi petugas mikroskopis.
- Fasilitas Laboratorium khususnya dalam pemeriksaan malaria
tersedia
- Slide Hasil pemeriksaan diperiksa setelah itu dikirim ke
Croscheker Kab/kota untuk di croschek kembali.
- Sebagian petugas laboran belum bisa membedakan
Sensitivisitas dan spesicivisitas.
- Buku register malari terpisah dengan buku pemeriksaan
lainnya.

2. Kota Tidore
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
Puskesmas - Petugas Mikroskopis terdiri dari 5 Orang, 2 Orang ASN yang - Perlu dilakukan Supervisi dan Bimbingan Teknik (Bimtek)
Talagamori sudah terlatih dan 3 Orang Tenaga sukarela. serta On the Job Training (OJT) secara berkala demi untuk
- Standart Operasional Prosedur (SOP) masih menggunakan meningkatkan pengetahuan dan kapasitas sebagai
prosedur yang lama yaitu pengenceran 10 %. mikroskopis.
- Melalui panel testing slide dari 5 orang tenaga mikroskopis - Perlu dilakukan pelatihan Mikroskopis serta Quality Assurance
puskesmas hanya 2 orang yang mampu membedakan jenis atau workshop petugas mikroskopis dengan tujuan untuk
plasmodium malaria. mengukur Kompotensi tenaga mikroskopis secara Basic,
- Ketersediaan bahan laboratorium masih tersedia. Giemza Advance, Reference dan Expert.
Expire datenya Oktober 2018 - Melakukan distribusi laboratorium Kit, Obat Anti Malaria
- Mikroskop dalam keadaan baik. (OAM) dan primakuin
- Terjadi kekosangan Stok Obat Malaria (OAM) sebulan karena
belum ada pendistribusian dari Dinas kesehatan.
- Buku Register malaria terpisah dengan pemeriksaan lainnya.

31 | P a g e
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
RSUD Tidore - Jumlah tenaga mikroskopis/laboran sebanyak 15 (Lima belas) - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis.
Orang, terdiri dari 2 (Dua) Orang tenaga terlatih dan 13 (Tiga - Perlu ditingkatkan Supervisi, Bimbingan Teknik (Bimtek) dan
belas) Orang belum terlatih. Dan telah melalui proses On the Job Training (OJT) secara berkala demi untuk
akreditasi dengan tingkatan MADYA. meningkatkan pengetahuan dan kapasitas sebagai
- Bekerja sudah mengikuti SOP (Standart Operasional mikroskopis.
Prosedur) - Menggandakan buku tata laksana kasus malaria edisi tahun
- 9 Orang dari 15 Orang tenaga laboran yang dilakukan panel 2017.
testing slide, 75 % sudah mampu membedakan jenis - Mengirimkan seluruh slide Positif ke Cross checker Kabupaten
plasmodium malaria. dan 5 % slide negative dari jumlah seluruh slide negative
- Buku Register Masih malaria terpisah dengan pemeriksaan
lainnya seperti TB, Kolesterol.
- Awalnya sebelum dilakukan OJT, Masih ada beberapa dokter
yang melaksanakan tata laksana kasus berdasarkan klinis dan
memberikan rujukan diluar kabupaten untuk ditindaklanjuti
Hasil Slide untuk dicrosceker.
- Ketersediaan OAM (Obat Anti Malaria) masih tersedia
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis sebanyak 2 orang tenaga sukarela, 1 - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Akelamo orang sudah terlatih dan 1 orang belum terlatih. - Distribusi laboratorium kit dan OAM (Obat Anti Malaria)
- Bekerja masih menggunakan SOP yang lama. - Melakukan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE) kasus bila
- Tidak ada stok OAM (Obat Anti Malaria) di apotik. ditemukan kasus positif malaria 1 x 24 Jam
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis sebanyak 2 orang tenaga sukarela dan - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Galala belum terlatih - Distribusi laboratorium kit dan OAM (Obat Anti Malaria)
- Bekerja masih menggunakan SOP yang lama.
- Tidak ada stok OAM (Obat Anti Malaria) di apotik.
- Belum mampu membedakan jenis plasmodium melalui panel
testing slide.

32 | P a g e
3. Halmahera Barat
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
Puskesmas - Petugas Mikroskopis terdiri dari 2 Orang, 1 Orang ASN - Perlu dilakukan Supervisi dan Bimbingan Teknik (Bimtek)
Sidangoli yang sudah terlatih dan 1 Orang Tenaga sukarela. serta On the Job Training (OJT) secara berkala demi
- Bekerja berdasarkan Standart Operasional Prosedur untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas
(SOP). sebagai mikroskopis.
- Mikroskop dalam keadaan baik. - Perlu dilakukan pelatihan Mikroskopis serta Quality
- Terjadi kekosangan Stok Obat Malaria (OAM) Assurance atau workshop petugas mikroskopis dengan
- Buku Register malaria masih digabung dengan tujuan untuk mengukur Kompotensi tenaga mikroskopis
pemeriksaan lainnya. secara Basic, Advance, Reference dan Expert.
- Penempatan kode pasien tidak cocok dengan formulir - Melakukan distribusi laboratorium Kit, Obat Anti Malaria
sediaan darah. (kode slide tidak sesuai dengan kode (OAM) dan primakuin,
wilayah/Kabupaten - Membuar buku register khusu untuk pemeriksaan
malaria.
- Lebih diteliti kembali dalam pengkodean slide
RSUD Jailolo - Jumlah tenaga mikroskopis/laboran sebanyak 13 Orang, - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis.
terdiri dari 2 Orang tenaga terlatih dan 11 Orang belum - Perlu ditingkatkan Supervisi, Bimbingan Teknik (Bimtek)
terlatih. Dan telah melalui proses akreditasi dengan dan On the Job Training (OJT) secara berkala demi untuk
tingkatan MADYA. meningkatkan pengetahuan dan kapasitas sebagai
- Bekerja sudah mengikuti SOP (Standart Operasional mikroskopis.
Prosedur) - Menggandakan buku tata laksana kasus malaria edisi
- 2 Orang dari 6 Orang tenaga laboran yang dilakukan tahun 2017.
panel testing slide sudah mampu membedakan jenis - Tingkatkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
plasmodium malaria. Kabupaten Halmahera Barat.
- Buku Register Masih malaria masih digabung dengan - Distribusi bahan Lab kita ke RSUD Jailolo
pemeriksaan lainnya seperti TB, Kolesterol. - Mengirimkan seluruh slide Positif ke Cross checker
- Ketersediaan OAM (Obat Anti Malaria) masih tersedia. Kabupaten dan 5 % slide negative dari jumlah seluruh
- Koordinasi dengan Dinkes Kab. Halmahera Barat belum slide negative.
maksimal. - Tingkatkan jejaring dengan bidang pelayanan kesehatan

33 | P a g e
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
- Terjadi kekosongan slide selama 2 tahun sehingga dalam khusunya bagi tenaga dokter dalam tata laksana kasus
pengambilan slide darah slidenya harus di cuci pakai. malaria
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis sebanyak 2 orang tenaga sukarela, 1 - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Akelamo orang sudah terlatih dan 1 orang belum terlatih. - Distribusi laboratorium kit dan OAM (Obat Anti Malaria)
- Bekerja masih menggunakan SOP yang lama. - Melakukan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
- Tidak ada stok OAM (Obat Anti Malaria) di apotik. kasus bila ditemukan kasus positif malaria 1 x 24 Jam.
- Register Malaria masih digabung dengan pemeriksaan - Membuat buku register khusus untuk pemeriksaan
lainnya. malaria.
- Penempatan kode pasien tidak cocok dengan formulir - Menyediakan tempat pembuangan sampah.
sediaan darah. (kode slide tidak sesuai dengan kode
wilayah/Kabupaten.)
- Tidak tersedia tempat pembuangan sampah.
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis yaitu tenaga sukarela dan sudah - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Sahu terlatih pada tahun 2009 - Segera melakukan distribusi laboratorium kit dan OAM
- Bekerja masih menggunakan SOP yang lama. (Obat Anti Malaria)
- Tidak ada stok OAM (Obat Anti Malaria) di apotik.
- Belum mampu membedakan jenis plasmodium melalui
panel testing slide.
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis sebanyak 2 Orang yaitu 1 Orang - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Kota Jailolo tenaga sukarela dan ASN sudah terlatih pada tahun 2009 - Distribusi laboratorium kit dan OAM (Obat Anti Malaria)
- Bekerja masih menggunakan SOP yang lama. - Dilakukan pengiriman slide Positif dan Negatif untuk di
- Stok OAM (Obat Anti Malaria) masih tersedia di apotik. Croschek kembali
- Belum mampu membedakan jenis plasmodium melalui - Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi jika ditemukan
panel testing slide. kasus positif untuk menentukan klasifikasi Indiginous
(local) dan Import.

34 | P a g e
4. Halmahera Tengah
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
Puskesmas - Petugas Mikroskopis masih menggunakan Standart - Perlu dilakukan Supervisi dan Bimbingan Teknik (Bimtek)
Sagea Operasional Prosedur (SOP) yang lama. serta On the Job Training (OJT) secara berkala demi
- Petugas Mikroskopis Belum Mampu membedakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas
plasmodium malaria sebagai mikroskopis.
- Beberapa Logistik malaria sudah pada masa expiree - Perlu dilakukan pelatihan Mikroskopis serta Quality
date, misalnya Giemsa Exp 2015 Assurance dengan tujuan untuk mengukur Kompotensi
- Mikroskop dalam keadaan kurang baik. tenaga mikroskopis secara Basic, Advance, Reference
- Terjadi kekosangan Stok Obat Malaria (OAM) selama 4 dan Expert.
(empat) hari - Melakukan distribusi laboratorium Kit, Obat Anti Malaria
- Buku Register malaria terpisah dengan pemeriksaan (OAM) dan primakuin,
lainnya
RSUD Weda - Jumlah tenaga mikroskopis/laboran sebanyak 18 - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis.
(delapan belas) Orang, terdiri dari 1 (satu) Orang terlatih - Perlu ditingkatkan Supervisi, Bimbingan Teknik (Bimtek)
dan 17 (tujuh belas) Orang belum terlaih. dan On the Job Training (OJT) secara berkala demi untuk
- Bekerja belum mengikuti SOP (Standart Operasional meningkatkan pengetahuan dan kapasitas sebagai
Prosedur) sebagai Mikroskopis mikroskopis.
- Adanya perbedaan pembacaan Slide, dimana sliede - Membuat buku Register khususnya Penyakit Malaria.
positive yang dibaca oleh tenaga mikroskopis, setelah di - Menggandakan buku tata laksana kasus malaria edisi
cross check oleh cross checker kabupaten ternyata tahun 2017.
hasilnya negative. - Mengirimkan seluruh slide Positif ke Cross checker
- Buku Register Masih digabung dengan pemeriksaan Kabupaten dan 5 % slide negative dari jumlah seluruh
lainnya seperti TB, Glukosa, Kolesterol. slide negative.
- Pemberian Obat Radikal (OAM) belum berdasarkan tata
laksana kasus malaria tetapi berdasarkan Klinisi dokter.

Puskesmas - Tenaga Mikroskopis sebanyak 3 (tiga) orang, 1 (satu) - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Wairoro Orang sudah terlatih Dan 2 (dua) orang belum terlatih. - Distribusi laboratorium kit dan OAM (Obat Anti Malaria)

35 | P a g e
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
- Petugas Mikroskopis menggunakan SOP sesuai dengan - Melakukan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
akreditasi tetapi belum sesuai dengan SOP dari kasus bila ditemukan kasus positif malaria 1 x 24 Jam.
kemenkes.
- Proses pembuatan slide sampai ke pembacaan tidak
sesuai yang diharapkan.
- Tidak ada stok OAM (Obat Anti Malaria) di apotik.

5. Pulau Morotai
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
Puskesmas - Petugas Mikroskopis terdiri dari 3 Orang, 1 Orang ASN - Perlu dilakukan Supervisi dan Bimbingan Teknik (Bimtek)
Sangowo yang sudah terlatih dan 1 Orang Tenaga sukarela dan 1 serta On the Job Training (OJT) secara berkala oleh
Orang Tenaga Kerja Daerah (TKD) tenaga croscheker dan pengelola malaria kabupaten
- Bekerja belum berdasarkan Standart Operasional demi untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas
Prosedur (SOP) lebih mengutamakan pemeriksaan RDT tenaga mikroskopis puskesmas.
dibandingkan dengan mikroskop dengan alasan belum - Perlu dilakukan pelatihan Mikroskopis serta Quality
terlatih padahal disiplin yang dimiliki adalah Analis. Assurance atau workshop petugas mikroskopis dengan
- Mikroskop dalam keadaan kurang baik. tujuan untuk mengukur Kompotensi tenaga mikroskopis
- Ketersediaan obat OAM masih tersedia di Apotil. secara Basic, Advance, Reference dan Expert.
- Buku Register malaria masih digabung dengan - Membuar buku register khusus untuk pemeriksaan
pemeriksaan lainnya. malaria.
- Pemeriksaan slide lebih diutamakan dengan Gold
Standart (Mikroskop).
- Penggunaan RDT dilakukan bila puskesmas dalam
keadaan mati lampu, Mikroskop rusak, dan
diperuntukkan pada Pustu, polindes yang jauh dari
Faskes.

36 | P a g e
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
RSUD Daruba - Jumlah tenaga mikroskopis/laboran sebanyak 10 Orang, - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis.
terdiri dari 2 Orang tenaga terlatih dan 8 Orang belum - Perlu ditingkatkan Supervisi, Bimbingan Teknik (Bimtek)
terlatih. dan On the Job Training (OJT) secara berkala demi untuk
- Bekerja sudah mengikuti SOP (Standart Operasional meningkatkan pengetahuan dan kapasitas sebagai
Prosedur) mikroskopis.
- Rata-rata tenaga laborannya belum bisa - Menggandakan buku tata laksana kasus malaria edisi
mengidentifikasikan/membedakan plasmodium malaria, tahun 2017.
(Pf,Pv,Mix,Po,Malariae) - Tingkatkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
- Buku Register Masih malaria masih digabung dengan Kabupaten Pulau Morotai, sebaliknya dari kabupaten
pemeriksaan lainnya seperti TB, Kolesterol. sendiri lebih sering koordinasi dengan Rumah Sakit
- Ketersediaan OAM (Obat Anti Malaria) tidak ada, karena terkait dengan pelaporan malaria untuk ditindaklanjuti
dari Farmasi Rumah sakit belum membuat permintaan dengan Penyelidikan Epidemiologi dirumah penderita.
obat ke Dinkes Kabupaten sehingga Dokter lebih banyak - Mengirimkan seluruh slide Positif ke Cross checker
menggunakan Lini ke 2 yaitu pemberian Kina. Kabupaten dan 5 % slide negative dari jumlah seluruh
- Koordinasi dengan Dinkes Kab. Pulau Morotai belum slide negative.
maksimal. - Tingkatkan jejaring dengan bidang pelayanan kesehatan
khusunya bagi tenaga dokter dalam tata laksana kasus
malaria
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis yaitu Tenaga Kerja Daerah (TKD) - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Bere-Bere bekerja baru 2 bulan latarbelakang pendidikan Analis, - Distribusi laboratorium kit dan OAM (Obat Anti Malaria)
dan belum terlatih, menggantikan tenaga mikroskopis - Melakukan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
sebelumnya yang pindah Ke RSUD Daruba kasus bila ditemukan kasus positif malaria 1 x 24 Jam.
- Mikroskop dalam keadaan baik. - Membuat buku register khusus untuk pemeriksaan
- Tidak ada stok OAM (Obat Anti Malaria) di apotik. malaria.
- Register Malaria masih digabung dengan pemeriksaan - Menyediakan tempat pembuangan sampah
lainnya.
- Penempatan kode pasien tidak cocok dengan formulir
sediaan darah. (kode slide tidak sesuai dengan kode

37 | P a g e
Fasilitas
Temuan Saat OJT Rekomendasi
Kesehatan
wilayah/Kabupaten.)
- Tidak tersedia tempat pembuangan sampah
Puskesmas - Tenaga Mikroskopis yaitu Tenaga Kerja Daerah (TKD) dan - Perlu dilakukan pelatihan tenaga mikroskopis
Daruba tenaga sukarela sebanyak 3 orang dan belum terlatih. - Setiap kasus positif malaria dilakukan Penyelidikan
- Bekerja masih menggunakan SOP yang lama. Epidemiologi (PE) 1-2-5
- Buku register malaria terpisah dengan pemeriksaan lab - Pengiriman slide negative 5 % > 20 Slide dan semua slide
lainnya positif untuk dilakukan croschek. (Quality Assurannce)
- Mampu membedakan jenis plasmodium melalui panel
testing slide.

E. Rencana Tindak Lanjut


- Secara rutin melakukan penyampaian hasil pemerikasaan Laboratorium oleh Mikroskopis pada seluruh Fasilitas Kesehatan kepada Cross
Cheker Kabupaten dan selanjutnya ke Cross Cheker Provinsi untuk proses penjaminan kualitas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mendistribusikan dan pendampingan terhadap implementasi SOP Laboratorium Malaria kepada seluru h
fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik dan DPM) yang ada pada Wilayah kerja

38 | P a g e
BAB 5
WORKSHOP PENGUATAN SURVEILANS MALARIA & PEMETAAN DAERAH FOKUS
MALARIA MENGGUNAKAN GIS

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan kegiatan survailance malaria dengan baik.
Surveilans malaria merupakan salah satu komponen penting program pengendalian
malaria yang memliki tujuan akhir eliminasi malaria dan menghentikan transmisi
malaria local pada suatu wilayah. Pemetaan dapat membantu pengambil kebijakan
dalam penentuan target intervensi dan perumusan hal-hal lain yang terkait dengan
program pengendalian malaria. Dengan adanya keheterogenan sebaran kasus malaria
di setiap wilayah yang erat kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan dan sosial
dalam masyarakat di wilayah tersebut, penerapan teknologi informasi untuk analisis
data dan melakukan pemetaan sangat penting untuk menunjang sistem surveilans
yang sudah ada.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar Dinas Kesehatan terutama pengelola
program malaria pada tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi dapat
mengoptimalkan pemanfaatan data yang selama ini dikumpulkan melalui sistem
surveilans malaria yang sudah ada melalui analisis spasial dan pemetaan sederhana.
Dalam kegiatan ini juga diajarkan mengenai pemanfaatan teknologi informasi berupa
perangkat lunak sistem informasi geografis yang dapat digunakan untuk
menghasilkan peta digital dengan memanfaatkan data yang sudah dikumpulkan serta
pengambilan koordinat spasial di lapangan dengan menggunakan aplikasi smart
phone.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Kegiatan Workshop Surveilans Malaria dan Pemetaan Daerah Fokus
Malaria dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif pada tanggal 4 s/d 6 Oktober 2018
yang bertempat di Hotel Muara Ternate.
C. Peserta dan Narasumber
Peserta yang dilibatkan pada kegiatan ini sebanyak 14 orang yang terdiri dari Dinas
Kesehatan Provinsi 2 Orang, dan 12 orang dari 6 Dinas Kesehatan Kab/Kota yang
menjadi fokus utama percepatan Eliminasi Malaria di Provinsi Maluku Utara (Kota
Ternate, Kota Tidore, Kab. Halmahera Barat, Kab. Halmahera Tengah, Kab. Halmahera
Selatan & Kab Pulau Morotai). Dimana dari 12 orang dimaksud terdapat 1 Kabupaten
(Halmahera Tengah) yang hanya mengutus 1 orang peserta, sehingga total peserta
yang terlibat hingga akhir kegiatan sebanyak 13 orang.
Sementara untuk Narasumber pada kegiatan ini sebanyak 3 orang yang berasal dari
Dinas Kesehatan Provinsi 2 Orang (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabid P2P
Dinkes Malut), untuk satu Narasumber merupakan Trainer GIS Nasional yang menjadi
Narasumber utama dalam memberikan pemahaman dalam melakukan pemetaan
sederhana menggunakan Sistem Informasi Geografis.

D. Proses Kegiatan
Secara detail uraian proses pelaksanaan kegiatan Workshop ini terdapat pada
Notulen kegiatan (Terlampir), berikut rincian agenda acara yang dilaksanakan :

Waktu Kegiatan Penyaji

Kamis, 4 Oktober 2018


09.00 - 09.15 Registrasi Panitia
09.15 - 09.45 Pembukaan Kadinkes Prov. Malut
09.45 - 10.00 Coffe Break Panitia
Materi Kebijakan Nasional Pengendalian
10.00 - 10.45 Kadinkes Prov. Malut
Malaria
10.45 - 11.00 Diskusi
Materi Situasi Malaria Provinsi Maluku
11.00 - 12.00 Kabid P2P Dinkes Malut
Utara dan persiapan Eliminasi Malaria
12.00 - 12.30 Diskusi
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia

13.30 - 15.00 SKDR Survailans Malaria Maluku Utara Kasie Survailans Dinkes Malut

40 | P a g e
Waktu Kegiatan Penyaji

15.00 - 15.30 Diskusi


15.30 - 15.45 Coffe Break Panitia
Perwakilan Unicef (FO
15.45 - 16.30 Penekanan Materi dan Capaian Kegiatan
Malaria/EPI Malut)
Jum’at, 5 Oktober 2018
Pengenalan Prinsip dasar pemetaan
09.00 - 10.00 Iqbal RF Elyazar, PhD
Malaria
10.00 - 10.15 Coffee Break Panitia
Pengenalan dan Penginstalan Perangkat
10.15 - 12.00 Iqbal RF Elyazar, PhD
Lunak Pemetaan (QGIS)
12.00 - 14.00 ISHOMA Panitia
Pengoperasian QGIS & Pemuatan data
14.00 - 15.00 Iqbal RF Elyazar, PhD
ke Peta
15.00 - 15.30 Coffee Break Panitia
Praktek pengambilan titik koordinat
15.30 - 16.30 Iqbal RF Elyazar, PhD
(GPS)
Sabtu, 6 Oktober 2018
09.00 - 10.00 Memasukkan data GPS ke Peta Iqbal RF Elyazar, PhD
10.00 - 10.15 Coffee Break Panitia
Pemanfaatan Pemetaan Dalam
10.15 - 12.30 Iqbal RF Elyazar, PhD
Penyelidikan Epidemiologi Malaria
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia

13.30 - 15.00 Diskusi dan Penyepakatan RTL Moderator

15.00 - 15.30 Coffee Break Panitia


Penutupan dan Penyelesaian
15.30 - 16.00 Moderator
Administrasi

E. Hasil yang dicapai


Berdasarkan tujuan pelaksanaan kegiatan yaitu Terpetakannya wilayah yang menjadi
prioritas fokus dalam penanganan kasus Malaria, maka pada pelaksanaan kegiatan
Workshop Surveilans Malaria Dan Pemetaan Daerah Fokus Malaria seluruh peserta
yang hadir telah mampu membuat pemetaan dengan menggunakan perangkat QGIS.
Nemun mengingat belum adanya basemap/peta dasar administrasi sampai level Desa
secara keseluruhan, sehingga pemetaaan yang dibuat belum menggambarkan kondisi
dearah fokus secara keseluruhan. berikut beberapa contoh hasil pemetaan yang telah
buat pada saat pelaksanaan kegiatan

41 | P a g e
Klasifikasi Fokus Malaria
Kab. Halmahera Selatan Tahun 2018

42 | P a g e
43 | P a g e
F. Rencana Tindak Lanjut
Berikut adalah beberapa point tindak lanjut yang disepakati bersama oleh seluruh
peserta (Pengelola/Penanggungjawab) Program Malaria Kabupaten/Kota :
1. Peserta melaporkan hasil kegiatan ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
masing-masing.
2. Setiap kasus positif yang ditemukan langsung dilakukan Penyelidikan Epidemiologi
(PE) dan hasilnya dimasukkan pada aplikasi GIS.
3. Pengelola Kabupaten/Kota dapat mensosialisasikan kegiatan penggunaan aplikasi
Geopaparazi di tingkat puskesmas untuk diketahui keberadaannya.
4. Pengelola Kab/Kota membuat Pemetaan Klasifikasi Fokus, Reseptif dan Migrasi
Penduduk dan mengumpulkannya ke Provinsi paling lambat Minggu ke 4 bulan
oktober 2018.
5. Pengelola Kab/Kota memberikan notifikasi kasus malaria 1 x 24 Jam ke daerah
asal.

44 | P a g e
BAB 6
WORKSHOP PENGUATAN PUBLIK PRIVATE MIX (PPM) MALARIA
REGIONAL UTARA (HALUT, HALTIM & MOROTAI)

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan baik melaui pelibatan multi sector lainnya.
Masyarakat yang mengalami gejala penyakit tertentu umumnya mendatangi berbagai
penyedia layanan kesehatan di luar pelayanan kesehatan yang ada di bawah kendali
Dinas Kesehatan (misalnya puskesmas, pustu setempat) seperti klinik swasta, praktek
pribadi, klinik yang berbasis keagamaan dan lain-lain. Dengan demikian sangat perlu
melakukan ekspansi layanan kesehatan dalam bentuk Public Private Mixed (PPM)
yang menyiratkan adanya keterlibatan pelayanan suatu penyakit khususnya malaria
dengan kendali dan dukungan berada di bawah program malaria (pemerintah).
Public Private Mixed (PPM), merupakan pendekatan komprehensif yang melibatkan
semua fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dalam melakukan layanan pasien
malaria dan program pengendalian malaria. PPM meliputi semua bentuk kolaborasi
PPM, (termasuk kerjasama dengan perusahaan apabila ada), kolaborasi swasta-
swasta (seperti program Malaria dengan RS Pemerintah) dan kolaborasi swasta-
swasta (seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, RS Swasta dengan Dokter Praktek
Swasta) bersama dengan organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
Persatuan Ahli Tenaga Laboratorium Kesehatan Indonesia (Patelki), Ikatan Apoteker
45 | P a g e
Indonesia (IAI), Ikatan Ahli Farmasi Indonesia (IAFI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
Pesatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan tujuan menjamin akses layanan
malaria yang bermutu dan berkesinambungan bagi masyarakat. PPM juga diterapkan
pada kolaborasi pemeriksaan laboratorium dan apotik sebagai penyedia obat.
Mengingat pentingnya PPM untuk dilaksanakan, maka sebagai tindak lanjut dari
kegiatan PPM di tingkat provinsi, maka dilaksanakannya kegiatan PPM untuk regional
Utara yang terdiri dari Kab. Halmahera Utara, Halmahera Timur & Pulau Morotai.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan PPM ini dilaksanakan selama dua hari efektif pada tanggal 17 – 18
September 2018 yang bertempat di Gedung Pertemuan Hotel Kita Tobelo -
Halmahera Utara.

C. Peserta dan Narasumber


Berdasarkan TOR kegiatan, peserta yang dilibatkan pada kegiatan ini berjumlah 28
orang yang bersal dari Kab. Halmahera Utara 10 orang, Kab. Halmahera Timur 8
orang, Kab. Pulau Morotai 8 orang dan Peserta dari provinsi 2 orang. Namun pada
pelaksanaannya tidak seluruh peserta yang diundang dapat hadir, berikut rincian
peserta yang hadir mengikuti kegiatan hingga akhir :
Daerah Peserta Jumlah Peserta Rincian Peserta
Prov. Maluku Utara 2 Pengelola Malaria & Pengelola Farmasi
Dinkes Malut
Kab. Halmahera 9 Dinkes Halut 3 Orang (Bidang P2P, Bagian
Utara Perencanaan, Farmasi), Organisasi
Profesi 3 Orang (IDI/IAI/PPNI), Fasilitas
Kesehatan 3 Orang (RS/Klinik /DPM)
Kab. Halmahera 5 Dinkes Haltim 3 Orang (Bidang P2P,
Timur Pengelola Malaria, Farmasi), Organisasi
Profesi 1 Orang (PPNI), Fasilitas
Kesehatan 1 Orang (RSUD Maba)
Kab. Pulau Morotai 7 Dinkes Morotai 3 Orang (Bidang P2P,
Pengelola Malaria, Farmasi), Organisasi
Profesi 2 Orang (PPNI), Fasilitas
Kesehatan 2 Orang (RSUD Morotai, RS
AURI)
23

Sementara untuk Narasumber pada kegiatan ini sebanyak 4 orang yang berasal dari
Provinsi 2 orang (Ketua IDI Maluku Utara & Kabid P2P Dinkes Malut), dari Kabupaten
Halmahera Utara 2 Orang (Ketua IAI Halmahera Utara & Kabid P2P Dinkes Halut).
Disamping ke empat narasumber tersebut terdapat juga narasumber dari Perwakilan
Unicef (FO Malaria/EPI Maluku Utara) yang turut memberikan materi penguatan
pengendalian malaria di daerah.

46 | P a g e
D. Proses Kegiatan
Kegiatan Public Private Mix (PPM) ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan PPM
pada tingkat provinsi yang telah dilaksanakan sebelumnya, sebagai upaya dalam
memastikan kembali perjanjian kerjasama dapat terimplementasi dengan baik yang
meliputi Pembahasan Kebijakan dan Strategi Kemitraan serta langkah-langkah atau
prosedur jejaring kemitraan pada tingkat Kabupaten si regional utara Provinsi Maluku
Utara.
Kegiatan ini bertujuan untuk terbentuknya jejaring kemitraan pemerintah dan swasta
dalam melakukan layanan pencegahan dan tata laksana kasus malaria secara
komprehensif baik pelaporan, laboratorium, uji mutu laboratorium hingga tata
laksana kasus malaria. Berikut adalah susunan acara dari workshop PPM Regional
Utara.

Waktu Kegiatan Penyaji

Senin, 17 September 2018


09.00 - 09.15 Registrasi Peserta Panitia
Pembukaan
- Sambutan Kadinkes Prov. Malut
09.15 - 09.45 Moderator /MC
- Sambutan Ketua IDI Malut
- Sambutan Kadinkes Halut
09.45 - 10.00 Coffe Break Panitia
Kebijakan Nasional Pengendalian Kadinkes Prov. Malut/Kabid
10.00 - 11.00
Malaria P2P
Peran DPM dalam pelayanan Malaria Ketua IDI Wilayah Prov
11.00 - 12.00
dan Peran IDI dalam pengawasannya Malut
12.00 - 12.30 Diskusi & Tanya Jawab Moderator
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia
Situasi Malaria di Kabupaten Halmahera
Panel (Dinkes Halut, Haltim
13.30 - 14.30 Utara, Halmahera Timur dan Pulau
& Morotai)
Morotai
14.30 - 15.00 Diskusi & Tanya Jawab
Penekanan Materi dan Capaian Perwakilan Unicef (FO
15.00 – 15.30
Kegiatan Malaria/EPI Malut)
15.30 - 15.45 Coffe Break Panitia
Ketua IAI Kab Halmahera
15.45 - 16.30 Peran IAI dalam pelayanan Malaria
Utara
Jum’at, 5 Oktober 2018
Kerjasama layanan kesehatan
09.00 - 10.00 Dinkes Prov. Maluku Utara
Pemerintah dan Swasta
10.00 - 10.15 Coffee Break Panitia
Penandatanganan Kesepakatan kerja
10.15 - 12.30 sama antara dinkes kabupaten dengan Dinkes Prov. Maluku Utara
organisasi profesi

47 | P a g e
Waktu Kegiatan Penyaji

12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia

13.30 - 15.00 Diskusi dan Penyepakatan RTL Moderator

15.00 - 15.30 Coffee Break Panitia


Penutupan dan Penyelesaian
15.30 - 16.00 Moderator
Administrasi

E. Hasil yang dicapai


Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu Tersedianya MOU antara
Dinas Kesehatan Kabupaten dengan organisasi profesi kesehatan pada tingkat
Kabupaten, maka perjanjian (MOU) dimaksud telah dibuat dan sepakati bersama.
Adapun dokumen perjanjian dimaksud sebagaimana terlampir pada laporan ini.
Secara umum hasil yang dicapai dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Tersedianya surat perjanjian kerjasama (MOU) antara pemerintah dan swasta
sebagai bentuk komitmen bersama dalam melakukan layanan pencegahan dan
tata laksana kasus malaria secara komprehensif dan berkelanjutan.
2) Meningkatnya kapasitas personil layanan kesehatan dan instansi/lembaga terkait
dalam melakukan tatalaksana pengidentifikasian dan pengobatan malaria.

F. Rencana Tindak Lanjut


Dinas Kesehatan Provinsi & Kabupaten/Kota selanjutnya akan menyusun dan
menyampaikan prosedur teknis pelaksanaan kemitraan bagi seluruh pelaksana
layanan pemeriksaan dan pengobatan malaria

48 | P a g e
BAB 7
WORKSHOP PENGUATAN SURVEILANS MIGRASI
BERDASARKAN “GUGUS PULAU” KAB. HALMAHERA SELATAN

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan kegiatan survailance malaria dengan baik.
Walaupun secara umum angka kesakitan malaria mengalami penurunan. Berdasarkan
klasifikasi asal penderita, jumlah malaria impor (kasus malaria dari luar wilayah)
meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebaliknya kasus malaria indigenous
(penularan setempat) cenderung menurun. Peningkatan jumlah kasus malaria impor
berdampak serius apabila tidak disertai dengan sistem surveilans yang baik, termasuk
surveilans migrasi, terutama di desa yang mobilitas masyarakatnya tinggi.
Surveilans migrasi malaria merupakan bagian dari program peningkatan
kewaspadaan (SKD – KLB) terhadap timbulnya malaria dengan melakukan analisis
secara terus-menerus dan sistematis terhadap kecenderungan migrasi penduduk dan
kecenderungan kasus impor serta deteksi dini adanya penularan setempat,
perubahan kondisi lingkungan, vector, dan perilaku penduduk yang berpotensi
terjadinya penularan malaria.
Tujuan di lakukakannya Kegiatan Surveilans Migrasi Malaria ini adalah Meningkatkan
penemuan Kasus Malaria secara dini bagi Penduduk Migrasi, Mencegah terjadinya

49 | P a g e
penularan malaria terutama yang berasal dari kasus import, Memberikan pengobatan
kepada penderita sesuai Standar, Meningkatkan kerjasama baik lintas sektor dan
program terkait termasuk Masyarakat serta memantau pola musiman Migrasi
Penduduk di Wilayah Resertif.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Pertemuan Surveilans Migrasi ini dilaksanakan selama dua hari efektif pada
tanggal 26 – 27 September 2018 yang bertempat di Ruang Pertemuan Hotel Buana
Lipu Bacan - Kab. Halmahera Selatan.

C. Peserta dan Narasumber


Berdasarkan TOR Kegiatan, Peserta yang akan dilibatkan pada kegiatan ini sebanyak
28 Orang, namun yang hadir pada saat pelaksanaan kegiatan berjumlah 26 orang,
dengan rincian :
i. Provinsi 1 orang (Pengelola Malaria Dinkes Malut) – Mengikuti kegiatan
ii. Kabupaten 20 orang (Dinas Kesehatan, Malaria Center, Polres, Kodim, Kompi
senapan, RSUD Labuha, Kantor Kesehatan pelabuhan, kantor Bandar Udara, kantor
syahbandar, Dishub, Bagian Hukum Setda Halsel, Dinas Kependudukan dan
Catatan sipil, BPMD) – yang hadir hanya 18 orang (Polres 1 orang & Kantor
kesehatan pelabuhan 1 orang yang tidak hadir)
iii. Puskesmas 4 orang (Labuha, Gandasuli, Babang & Kayoa) – Mengikuti kegiatan
iv. Masyarakat 2 orang (Kepala Desa Guraping & Kader Malaria Desa) dalam rangka
sharing pengalaman surveilans migrasi yang pernah dilakukan – mengikuti
kegiatan
Sementara Narasumber yang dilibatkan pada kegiatan ini berjumlah 5 orang yang
terdiri dari narasumber Provinsi 1 orang (Bidang P2P Dinkes Malut) dan Narasumber
Kabupaten 4 orang (yang berasal dari Dinas Kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan,
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa & Bagian Hukum Setda Halsel), namun pada
pelaksanaan kegiatan satu narasumber berhalangan hadir (Bagian Hukum Setda
Halsel).

D. Proses Kegiatan
Penyebaran kasus malaria sangat mungkin terjadi, jika pengawasan pendatang
maupun orang yang datang merantau dari daerah endemis malaria tidak dilakukan
maksimal. Tim survailans mau pun pihak perangkat desa harus bisa memantau,
mengawasi dan memberikan kesadaran masyarakat agar melaporkan jika ada
pendatang mau pun perantau pulang ke kampung halaman. Berikut uraian agenda
acara dari pertemuan surveilans migrasi :

50 | P a g e
Waktu Kegiatan Penyaji

Senin, 17 September 2018


09.00 - 09.15 Registrasi Peserta Panitia
09.15 - 09.45 Pembukaan Kadinkes Halmahera Selatan
09.45 - 10.00 Coffe Break Panitia
Kebijakan Eliminasi Malaria (Sebaran
Kadinkes Prov. Malut/Kabid
10.00 - 11.00 penyakit malaria dan pola migrasinya
P2P
di Provinsi Maluku Utara)
Situasi Malaria di Kabupaten Halmahera
Selatan (Sebaran penyakit malaria dan Kadinkes Kab. Halsel/Kabid
11.00 - 12.00
pola migrasinya di Kabupaten P2P
Halmahera Selatan)
12.00 - 12.30 Diskusi & Tanya Jawab Moderator
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia
Peranan KKP dalam pengendalian
malaria (Kesiapan KKP dalam
13.30 - 14.30 Kepala KKP
melaksanakan Surveilans Migrasi
Malaria)
Penekanan Materi dan Capaian Perwakilan Unicef (FO
14.30 – 15.00
Kegiatan Malaria/EPI Malut)
15.00 - 15.30 Coffe Break Panitia
Panel :
1. Peranan DPMD dalam pengendalian
1. Kepala Dinas PMD Halsel
15.30 - 17.00 malaria
2. Kabag Hukum Halsel
2. Peranan Hukum dalam pengendalian
malaria
Jum’at, 5 Oktober 2018
Shering Pengalaman dari Desa
Kepala desa Guruapin &
09.00 - 10.00 Guruapin dan kader dalam melakukan
Kader Malaria
survailance migrasi
10.00 - 10.15 Coffee Break Panitia
Diskusi Kelompok (Peserta dibagi
berdasarkan Gugus Pulau - Untuk
10.15 - 11.00 Moderator
Identifikasi/Pemetaan Wilayah yang
sering terjadi Migrasi penduduk)
Presentasi & Pembahasan Hasil Diskusi
11.00 – 12.00 Kelompok Diskusi
Kelompok
Penandatanganan Kesepakatan (MOU)
12.00 – 12.30 antara Kabupaten dan lintas sektor Dinkes Halsel
terkait
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia
13.30 - 14.30 Diskusi dan Penyepakatan RTL Moderator
Penutupan dan Penyelesaian
14.30 - 15.00 Moderator
Administrasi

Adapun rekaman proses selama pelaksanaan pertemuan diuraikan pada Hasil


Notulen sebagaimana terlampir pada laporan ini.

51 | P a g e
E. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan pertemuan surveilans migrasi ini diantaranya
adalah:
1. Meningkatnya kapasitas lintas sektor terkait akan pentingnya pendeteksian
malaria yang datang dari luar wilayah Kab. Halmahera Selatan dalam ranga
meningkatkan penemuan Kasus Malaria secara dini bagi Penduduk Migrasi dan
upaya pencegahan terjadinya penularan malaria dengan Memberikan pengobatan
kepada penderita sesuai Standar.
2. Terpetakannya jenis transportasi dan area pelabuhan yang sering digunakan
penduduk untuk pergi/datang dari wilayah endemis malaria agar dijadikan fokus
pendeteksian kasus malaria di Kab. Halmahera Selatan.
3. Adanya kerjasama lintas sektor dan program terkait termasuk masyarakat Desa
dalam memantau pola musiman Migrasi Penduduk di Wilayah Resertif.

Berikut peta area pelabuhan yang sering digunakan penduduk untuk bermigrasi
(pergi/datang) sehingga dapat dijadikan fokus pendeteksian kasus malaria baik yang
dilakukan langsung oleh masyarakat (kader malaria), tenaga kesehatan (Puskesmas)
maupun petugas KKP yang berada di pelabuhan.

Disamping peta tersebut diatas, diketahui pula keberadaan penduduk yang sering
melakukan migrasi, khususnya ke daerah yang memiliki endemisitas malaria masih
cukup tinggi. Secara detail dapat dilihat pada peta berikut ini :

52 | P a g e
F. Rencana Tindak Lanjut
Berikut adalah beberapa point tindak lanjut yang harus dilakukan oleh seluruh sector
terkait dalam meningkatkan layanan surveilans migrasi malaria :
1. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan/Puskesmas setempat untuk tindak lanjut
kasus positif malaria yang ditemukan.
2. Penemuan kasus malaria oleh KKP di wilayah kerja, hasil screening malaria posistif
untuk dirujuk ke unit pelayanan kesehatan dan membuat notifikasi ke dinas
kesehatan tujuan
3. Dinas Kesehatan Halmahera Selatan memfasilitasi adanya Kebijakan Kepala
Daerah tentang pentingnya survei migrasi melalui Surat Edaran/Surat Keputusan
Bupati sebagai kekuatan politis untuk menggerakkan instansi pemerintah sampai
tingkat desa.
4. Pemerintah Desa membentuk jaringan informasi di tingkat RT/Dusun serta
melibatkan masyarakat untuk memantau dan melaporkan penduduk yang datang
dan pergi ke luar daerah terutama pada daerah endemis malaria.

53 | P a g e
BAB 8
KOORDINASI LINTAS BATAS HALMAHERA SELATAN DAN HALMAHERA TENGAH
DALAM MEMPERKUAT PEMBERITAHUAN DAN PENCEGAHAN KASUS MALARIA

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan kegiatan survailance malaria dengan baik.
Salah satu bentuk kegiatan pengendalian malaria adalah dengan melibatkan seluruh
pihak terkait dalam mencegah penularan yang berasal dari luar wilayah. Penularan
malaria lintas batas antara wilayah Kabupaten juga menjadi perhatian, dimana untuk
Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan merupakan daerah perbatasan
yang mempunyai karakteristik lingkungan fisik yang sama dan karakteristik sosial
budaya penduduknya juga sama, Oleh karena itu program pengendalian malaria di
kedua wilayah perbatasan ini harus sama dan waktunya sebaiknya juga sama.
Sehingga program penanggulangan malaria menggunakan batas wilayah
administrative sangat tidak efektif, yang lebih tepat untuk wilayah lintas batas seperti
ini menggunakan batas wilayah epidemiologis. Program penanggulangan malaria di
wilayah lintas batas ini harus sistematis dan terus menerus, perlu dibangun kebijakan
jejaring lintas batas bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) dengan adanya
sebuah kesepakatan bersama.
Melalui kegiatan pertemuan koordinasi lintas batas ini diharapkan adanya kerjasama
antara pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera
54 | P a g e
Tengah dalam proses pengendalian kasus malaria melaui Kesepakatan dan Komitmen
Bersama dalam penanganan malaria yang terjadi pada wilayah perbatasan Kabupaten
serta kesediaan dalam memberikan konfirmasi kasus positif malaria dalam waktu 1 x
24 jam kepada daerah asal..

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan pertemuan koordinasi lintas batas dilaksanakan selama dua hari efektif pada
tanggal 8 – 9 Oktober 2018 yang bertempat di ruang pertemuan penginapan Renfani
Weda – Halmahera Tengah.

C. Peserta dan Narasumber


Sesuai dengan TOR kegiatan, Peserta yang akan dilibatkan sebanyak 23 orang yang
berasal dari Provinsi, Kab. Halmahera Selatan dan Kab. Halmahera Tengah, namun
pada pelaksanaannya hanya diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari
i. Provinsi 1 orang (Pengelola Malaria Dinkes Provinsi)
ii. Kab. Halmahera Selatan 9 orang (3 Dinkes, 2 Malaria Center, 2 Instansi Terkait , 2
PKM Mafa)
iii. Kab. Halmahera Tengah 10 Orang (3 Dinkes, 2 PKM Wairoro, 2 PKM Weda, 1
RSUD, 2 Instansi Terkait)
Sementara untuk Narasumber yang dilibatkan pada kegiatan ini sebanyak 4 orang
Narasumber (Dinkes Provinsi 1 orang, Dinkes Halteng 2 orang dan Dinkes Halsel 1
orang)

D. Proses Kegiatan
Berikut uraian agenda acara pada kegiatan pertemuan lintas batas antara Kab.
Halmahera Tengah dan Kab. Halmahera Selatan :

Waktu Kegiatan Penyaji

Senin, 17 September 2018


09.00 - 09.15 Registrasi Peserta Panitia
09.15 - 09.45 Pembukaan Kadinkes Halteng
09.45 - 10.00 Coffe Break Panitia
Kebijakan Respon Kasus di Daerah
Pembebasan dan Pemeliharaan (Teknis PE Kadinkes Prov.
10.00 - 11.00
dan Pembelajaran Penanggulangan Malaria Malut/Kabid P2P
Lintas Batas)
Peranan KKP dalam pengendalian malaria
Kepala KKP Kelas III
11.00 - 12.00 (Kesiapan KKP dalam melaksanakan
Ternate
Surveilans Migrasi Malaria)
12.00 - 12.30 Diskusi & Tanya Jawab Moderator
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia
Panel : Panel :
13.30 - 15.30
1. Situasi Program Pengendalian Malaria 1. Kabid P2 Dinkes Halsel
55 | P a g e
Waktu Kegiatan Penyaji
Kab. Halmahera Selatan 2. Kabid P2 Dinkes Halteng
2. Situasi Program Pengendalian Malaria
Kab. Halmahera Tengah
15.30 - 16.00 Coffe Break Panitia
Diskusi dan Tanya Jawab (Langkah Strategis Panel :
16.00 - 17.00 Pengendalian Malaria Lintas Batas 1. Kabid P2 Dinkes Halsel
Kabupaten) 2. Kabid P2 Dinkes Halteng
Jum’at, 5 Oktober 2018
FGD Penyusunan Rencana Aksi (Peran &
09.00 - 10.00 tanggungjawab) dari setiap sector/Instansi. Moderator
Kelompok dibagi berdasarkan Kabupaten
10.00 - 10.30 Coffee Break Panitia
Presentasi & Pembahasan Hasil Diskusi
10.30 – 11.30 Kelompok Diskusi
Kelompok
Perumusan naskah Kesepakatan Lintas Batas
11.30 – 12.00 Dinkes Provinsi
dalam pengendalian Malaria
Penandatanganan Kesepakatan (MOU)
Dinkes Halsel & Dinkes
12.00 – 12.30 Kerjasama dalam pengendalian Malaria pad
Halteng
Wilayah Perbatasan
12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia

13.30 - 14.30 Diskusi dan Penyepakatan RTL Moderator

14.30 - 15.00 Penutupan dan Penyelesaian Administrasi Moderator

E. Hasil yang dicapai


Menyepakati dan menyetujui langkah – langkah strategis pengendalian Malaria
bersama lintas Batas yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Kabupaten Halmahera Selatan dan Tengah sepakat untuk melakukan percepatan
eliminasi Malaria dengan meningkatkan integrasi pengendalian Malaria dengan
pembuatan SOP.
2. Kabupaten/Kota melaporkan (cross notification) dengan (Telepon, SMS, WA)
kasus Malaria impor dan luar wilayah ke Provinsi setempat, atau langsung ke
Kab/Kota untuk dilakukan Penyelidikan Epidemiologi dengan menuliskan alamat
lengkap daerah asal penderita.
3. Surveilans migrasi dilaksanakan di daerah perbatasan dan pintu masuk wilayah
dengan dukungan KKP setempat
4. Jika ketersediaan logistik Malaria kurang di wilayah perbatasan dapat sharing ke
Kabupaten terdekat.
5. Membuat jejaring informasi pengendalian Malaria lintas batas kabupaten melalui
media grup WhatsApp.
Adapun dokumen Perjanjian Kerjasama lintas batas sebagaimana terlampir.

56 | P a g e
F. Rencana Tindak Lanjut
Dinas Kesehatan Kabupaten beserta Jaringannya (Puskesmas dan Kader malaria di
Desa) segera menindaklanjuti laporan/informasi yang diterima dan dikonfirmasi
positif malaria dengan melaksanakan Penyelidikan Epidemologi (PE) dalam rangka
mamastikan kasus positif malaria yang terjadi untuk proses pengobatan secara cepat
dan tepat serta adanya upaya tindakan pengendalian.

57 | P a g e
BAB 9
WORKSHOP PENGUATAN PUBLIK PRIVATE MIX (PPM) MALARIA
KOTA TIDORE KEPULAUAN & KABUPATEN HALMAHERA BARAT

A. Latar Belakang
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal batas
wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian malaria memerlukan
komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana tercantum dalam Millenium
Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52 tahun
yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah
khususnya di Maluku Utara. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan
secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai mitra yang
terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia dan Provinsi Maluku Utara pada
khususnya.
Situasi malaria Tingkat Provinsi Maluku Utara tiga tahun terakhir pada tahun 2014
angka API (4,1 ‰), Tahun 2015 (2,9 ‰) dan Tahun 2016 (2,4 ‰), dan tahun 2017
angka API 1 ‰, ini menunjukkan bahwa angka malaria terjadi penurunan secara
signifikan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyebaran kasus bila
tidak tertangani dengan baik melaui pelibatan multi sector lainnya.
Masyarakat yang mengalami gejala penyakit tertentu umumnya mendatangi berbagai
penyedia layanan kesehatan di luar pelayanan kesehatan yang ada di bawah kendali
Dinas Kesehatan (misalnya puskesmas, pustu setempat) seperti klinik swasta, praktek
pribadi, klinik yang berbasis keagamaan dan lain-lain. Dengan demikian sangat perlu
melakukan ekspansi layanan kesehatan dalam bentuk Public Private Mixed (PPM)
yang menyiratkan adanya keterlibatan pelayanan suatu penyakit khususnya malaria
dengan kendali dan dukungan berada di bawah program malaria (pemerintah).
Public Private Mixed (PPM), merupakan pendekatan komprehensif yang melibatkan
semua fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dalam melakukan layanan pasien
malaria dan program pengendalian malaria. PPM meliputi semua bentuk kolaborasi
PPM, (termasuk kerjasama dengan perusahaan apabila ada), kolaborasi swasta-
swasta (seperti program Malaria dengan RS Pemerintah) dan kolaborasi swasta-
swasta (seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, RS Swasta dengan Dokter Praktek
Swasta) bersama dengan organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
Persatuan Ahli Tenaga Laboratorium Kesehatan Indonesia (Patelki), Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI), Ikatan Ahli Farmasi Indonesia (IAFI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
58 | P a g e
Pesatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan tujuan menjamin akses layanan
malaria yang bermutu dan berkesinambungan bagi masyarakat. PPM juga diterapkan
pada kolaborasi pemeriksaan laboratorium dan apotik sebagai penyedia obat.
Mengingat pentingnya PPM untuk dilaksanakan, maka sebagai tindak lanjut dari
kegiatan PPM di tingkat provinsi, maka dilaksanakannya kegiatan PPM Kabupaten
Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan PPM ini dilaksanakan selama satu hari efektif pada setiap Lokasi :
- Kota Tidore Kepuluan dilaksanakan pada tanggal 15 November 2018 yang
bertempat di Gedung Pertemuan SMK 1 Tidore
- Kabupaten Halmahera Barat dilaksanakan pada tanggal 19 November 2018 yang
bertempat di Gedung Pertemuan Villa Gaba Jailolo

C. Peserta dan Narasumber


Berdasarkan TOR kegiatan, peserta yang dilibatkan pada kegiatan ini berjumlah 24
orang pada setiap Kabupaten/Kota, dimana untuk Kota Tidore seluruh peserta yang di
undang hadir pada pelaksanaan kegiatan, sementara di Kab. Halmahera Barat yang
hadir hanya berjumlah 19 orang, berikut rincian peserta yang hadir pada pelaksanaan
kegiatan :
Daerah Peserta Jumlah Rincian Peserta
Peserta
Kota Tidore Kepulauan 24 - Dinkes Malut 2 Orang (Pengelola Malaria &
Pengelola Farmasi Dinkes Malut)
- Dinkes Tidore 2 Orang (Bidang P2P & Farmasi)
- Organisasi Profesi 6 Orang (IDI/IAI/Patelki)
- Fasilitas Kesehatan 14 Orang (RS/PKM
lokal/Klinik/DPM/PSA/Toko Obat)

Kab. Halmahera Barat 19 - Dinkes Malut 2 Orang (Pengelola Malaria &


Pengelola Farmasi Dinkes Malut)
- Dinkes Halbar 2 Orang (Bidang P2P & Farmasi)
- Organisasi Profesi 4 Orang (IDI/IAI/Patelki)
- Fasilitas Kesehatan 11 Orang (RS/PKM
lokal/Klinik/DPM/PSA/Toko Obat)

Sementara untuk Narasumber pada kegiatan ini sebanyak 4 orang yang berasal dari
Provinsi 2 orang (Kadis Kesehatan Provinsi & Ketua IDI Wilayan Maluku Utara), dari
Kabupaten/Kota terdapat 2 Narasumber (Kabid P2P Dinkes & Ketua IAI Kab/Kota).
Disamping ke empat narasumber tersebut terdapat juga narasumber dari Perwakilan
Unicef (FO Malaria/EPI Maluku Utara) yang turut memberikan materi penguatan
pengendalian malaria di daerah.
59 | P a g e
D. Proses Kegiatan
Kegiatan Public Private Mix (PPM) ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan PPM
pada tingkat provinsi yang telah dilaksanakan sebelumnya, sebagai upaya dalam
memastikan kembali perjanjian kerjasama dapat terimplementasi dengan baik yang
meliputi Pembahasan Kebijakan dan Strategi Kemitraan serta langkah-langkah atau
prosedur jejaring kemitraan pada tingkat Kabupaten dan Kota.
Kegiatan ini bertujuan untuk terbentuknya jejaring kemitraan pemerintah dan swasta
dalam melakukan layanan pencegahan dan tata laksana kasus malaria secara
komprehensif baik pelaporan, laboratorium, uji mutu laboratorium hingga tata
laksana kasus malaria. Berikut adalah susunan acara dari workshop PPM di Kota
Tidore Kepualuan & Kabupaten Halmahera Barat.

Waktu Kegiatan Penyaji


08.00 - 08.30 Registrasi Peserta Panitia
Pembukaan
08.30 - 09.00 - Sambutan Kadinkes Prov. Malut Moderator /MC
- Sambutan Kadinkes Kab/Kota
Kebijakan Nasional Pengendalian
09.00 – 10.15 Kadinkes Prov. Malut/Kabid P2P
Malaria
10.15 - 10.30 Coffe Break Panitia
Peran DPM dalam pelayanan Malaria
10.30 - 11.30 Ketua IDI Wilayah Prov Malut
dan Peran IDI dalam pengawasannya

11.30 - 12.30 Peran IAI dalam pelayanan Malaria Ketua IAI Kab Halmahera Utara

12.30 - 13.30 ISHOMA Panitia


Kerjasama layanan kesehatan
13.30 - 14.30 Dinkes Prov. Maluku Utara
Pemerintah dan Swasta
Penekanan Materi dan Capaian Perwakilan Unicef (FO
14.30 - 15.00
Kegiatan Malaria/EPI Malut)
Penandatanganan Kesepakatan kerja
15.00 – 15.30 sama antara Dinkes Kab/Kota dengan Dinkes Prov. Maluku Utara
organisasi profesi
15.30 - 15.45 Coffe Break Panitia

15.45 - 16.30 Diskusi dan Penyepakatan RTL Moderator


Penutupan dan Penyelesaian
16.30 - 17.00 Moderator
Administrasi

E. Hasil yang dicapai


Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu Tersedianya MOU antara
Dinas Kesehatan Kabupaten dengan organisasi profesi kesehatan pada tingkat
Kabupaten/Kota, maka perjanjian (MOU) dimaksud telah dibuat dan sepakati
bersama. Adapun dokumen perjanjian dimaksud sebagaimana terlampir pada laporan
ini.
60 | P a g e
Secara umum hasil yang dicapai dapat diuraikan sebagai berikut :
3) Tersedianya surat perjanjian kerjasama (MOU) antara pemerintah dan swasta
sebagai bentuk komitmen bersama dalam melakukan layanan pencegahan dan
tata laksana kasus malaria secara komprehensif dan berkelanjutan.
4) Meningkatnya kapasitas personil layanan kesehatan dan instansi/lembaga terkait
dalam melakukan tatalaksana pengidentifikasian dan pengobatan malaria.

F. Rencana Tindak Lanjut


Dinas Kesehatan Provinsi & Kabupaten/Kota selanjutnya akan menyusun dan
menyampaikan prosedur teknis pelaksanaan kemitraan bagi seluruh pelaksana
layanan pemeriksaan dan pengobatan malaria

G. Penutup
Demikian Final Report ini kami sampaikan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari
aktifitas yang telah dilaksanakan, semoga laporan ini bermanfaat dan dapat
dipergunakan untuk lebih meningkatkan kualitas layanan Program Malaria di Provinsi
Maluku Utara.

Lembaga Mitra Lingkungan


(LML) Maluku Utara

M. Irwan Malaka
Project Manager

61 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai