MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR UTAMA TENTANG
PEDOMAN TRANSFER INTERNAL DAN EKSTERNAL
DI RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT PKU
MUHAMMADIYAH
Pasal 1
Definisi
Pasal 2
Tujuan
1) Sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan transfer pasien internal
2) Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
3) Agar proses transfer pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan
4) Terlaksananya standar pelayanan prosedur untuk transfer/pemindahan pasien
keluar rumah sakit.
5) Terlaksananya system pencatatan dan pelaporan transfer/pemindahan pasien.
6) Terlaksananya standar operasional prosedur untuk transfer/pemindahan pasien
didalam rumah sakit.
7) Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah
sakit.
Pasal 3
Ketentuan Umum Transfer Pasien Internal
ii
Pasal 4
Ketentuan Umum Transfer Eksternal (Rujukan)
Pasal 5
Penutup
1) Pedoman Transfer Pasien Internal dan Eksternal sesuai dengan Lampiran I
Peraturan Direktur Utama ini, dan digunakan sebagai acuan dalam transfer
pasien internal dan Eksternal
2) Peraturan direktur ini berlaku sejak tanggal di tetapkan
Ditetapkan di : Pati
Pada Tanggal : 16 Sya’ban 1439 H
02 Mei 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah
iii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT
PKU MUHAMMADIYAH
NOMOR: 031/PER-DIR/RSFS/V/2018
TENTANG
PEDOMAN TRANSFER PASIEN INTERNAL DAN
EKSTERNAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses transfer adalah hal penting yang pasti terjadi pada pasien di Rumah
Sakit. Transfer adalah proses perpindahan pasien dari satu tempat pelayanan ke
tempat pelayanan yang lain dengan tetap berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien.
Proses transfer dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun pasien berada dan
mendapatkan pelayanan. Agar pelayanan transfer atau perpindahan pasien ini
dapat berjalan dengan baik dan tercapai sesuai kebutuhan pasien, maka RSU
fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah perlu menyusun pedoman transfer pasien
internal.
Tranfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien.
Menyiapkan peralatan yang disertakan saat tranfer dan monitoring pasien selama
tranfer, tranfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperwatan
yang kompeten serta petugas profesional lainya yang sudah terlatih.
B. Pengertian
1
masalah kesehatan secara vertical (dari unit yang lebih mampu menangani),
atau secara horizontal (antara unit-unit yang setingkat kemampuanya).
b) Transfer pasien didalam rumah sakit/pindah ruang
Transfer pasien didalam(Internal) Rumah sakit adalah transfer antara Unit/
instalasi pelayanan yang ada di lingkungan RSU Fastbiq Sehat PKU
Muhammadiyah. Transfer bisa dari unit rawat jalan ke unit rawat inap atau
sebaliknya. Bisa dari IGD ke ruang operasi, dari ruang operasi ke ICU atau
RR, dari ICU ke rawat inap, dari RR ke rawat inap, dari rawat inap ke Unit
pemeriksaan penunjang, dari IGD ke pemeriksaan penunjang, dari Rawat
jalan ke pemeriksaan penunjang.
C. Tujuan
1. Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan untuk orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain,
digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan
menggunakan mesin otomatis.
2. Bed Pasien tiga engkol
Bed pasien atau tempat tidur pasien tiga engkol adalah tempat tidur yang
digunakan untuk tidur pasien dan bisa dioperasikan untuk menaik turunkan
kepala, kaki dan keseluruhan ranjang. Selain itu dilengkapi pula dengan bed
rails untuk menjaga keselamatan pasien dari resiko jatuh.
3. ScoopStretcher
Scoop Stretcher adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pasien
(biasanya disimpan dalam ambulan) dimana kedua sisinya bisa dipisah untuk
memudahkan proses pengangkatan pasien
4. Pat Slide
Pat Slide adalah sebilah papan yang digunakan untuk memindahkan pasien
ketempat tidur lain.
5. Brancard Pasien
Brancard pasien adalah tempat tidur sementara untuk pasien dan mudah untuk
dipindahkan.
6. Ambulance
2
Ambulance adalah kendaraan transfortasi untuk melakukan transfer pasien.
Ambulance digunakan untuk membawa pasien ke luar rumah sakit atau
memindahkan pasien ke rumah sakit lain untuk perawatan lebih lanjut.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Sasaran
1. Petugas
RSU Fastabiq Sehat PKU Muhamamdiyah memiliki suatu TIM yang terdiri dari
dokter IGD/ dr.Ruangan, Perawat, dan petugas Ambulan.
2. Pasien
Kondisi pasien yang menjalani proses transfer berbeda- beda, tergantung dari
keadaan umum pasien tersebut. Hal tersebut dapat dijabarkan dengan kriteria
dibawah ini :
a. Pasien dengan kondisi derajat 1
Pasien dengan Airway,Breathing, Circulation, dan hemodinamik stabil yang
dapat terpenuhi kebutuhannya dengan rawat inap biasa.
b. Pasien dengan kondisi derajat 2
Pasien dengan Airway,Breathing, Circulation, dan hemodinamik stabil, namun
berpotensi menjadi tidak stabil. Misalnya pada pasien yang baru menjalani
perawatan di ICU yang memungkinkan dilakukan perawatan di ruang rawat
inap biasa
c. Pasien dengan kondisi derajat 3
Pasien dengan Airway,Breathing, Circulation, dan hemodinamik yang tidak
stabil dan membutuhkan observasi lebih ketat dan intervensi lebih mendalam.
Termasuk penanganan pasien gagal sistem organ atau pasien post operasi
besar
d. Pasien dengan kondisi derajat 4
Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation, dan hemodinamik yang tidak
stabil yang membutuhkan bantuan pernafasan dan atau kegagalan sistem
organ lain.
B. Jenis Transfer
1. Transfer pasien Internal
a. Transfer Pasien antar Rawat Inap
Adalah pelayanan perpindahan pasien dari satu tempat rawat inap ke tempat
rawat inap lain karena kebutuhan pindah kelas rawat atau menyesuaikan
dengan jenis pelayanan.
b. Transfer pasien rawat inap ke Unit Khusus
Adalah perpindahan pasien dari ruang rawat inap biasa ke unit Khusus ( IBS,
ICU, IKB, Peristi) dikarenakan kebutuhan pelayanan perawatan khusus sesuai
kebutuhan pasien
c. Transfer pasien ke unit pelayanan penunjang
d. Transfer pasien perawatan Khusus
e. Penjemputan pasien
2. Transfer Pasien Ekternal /Rujukan
4
BAB III
TATA LAKSANA
a.Perawat Ruangan harus siap saat mempersiapkan diri bila ada pasien baru.
b.Ruangan, tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
c.Peralatan lain disesuaikan dengan kondisi pasien yang akan diterima.
d.Peralatan yang akan dipakai oleh pasien baru segera dikeluarkan dari tempat
penyimpanan dan disetting sesuai kebutuhan.
e. Mempersiapkan lembar Asesmen Awal pasien.
f. Mempersiapkan diri Untuk Menerima Operan pasien baru diruang rawat inap
Persiapan Transfer :
a. Transfer Internal dilakukan dalam kondisi pasien sudah stabil
b. Kriteria pasien stabil dan layak ditranfer internal meliputi : pemeriksan vital
sign ( Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi, dan Skala Nyeri ) dalam batas
normal dengan pertimbangan dokter.
c. Dokumentasikan pada Lembar Transfer Internal tentang kondisi pasien,
tindakan stabilisasi, pemberiaan cairan, pemberian obat-obatan, dan observasi
pasien.
d. Apabila pasien dari IGD, maka harus di pastikan kegawatdaruratan telah
teratasi.
e. Apabila pasien belum stabil, maka dilaksanakan proses menahan pasien untuk
dilakukan observasi.
f. Jika pasien tidak stabil untuk ditranfer, maka pelayanan observasi pasien di IGD
tidak dibatasi waktu (sampai kondisi pasien stabil dan tranportable).
g. Kriteria pasien stabil dan layak ditranfer meliputi : pemeriksaan vital sign
dalam kondisi tidak membahayakan dengan pertimbangan dokter.
h. Siapkan dokumen/ RM pasien, Obat, dan Hasil pemeriksaan penunjang yang
harus disertakan saat pasien dipindahkan.
i. Setelah pasien dalam kondisi stabil mungkin, maka dapat dilakukan tranfer
pasien sesuai dengan kriteria/ level pasien
j. Pada kondisi dimana stabilitas sulit dioperasikan karena masalah tertentu
(telah mendapatkan resusitasi maksimal), maka pertimbangan “segera” segera
transfer pasien agar secepatnya mendapatkan kebutuhan medis yang
diperlukan. Tetap berpegang pada prinsip jangan membuat penyakit atau
cidera penderita menjadi lebih parah.
5
k. Bila kondisi unit atau ruang yang ditentukan telah siap menerima pasien, maka
proses transfer ke unit atau ruang bisa dilakukan. Konfirmasi ulang sebelum
transfer dengan menghubungi via Phone pada Unit terkait.
l. Telah disepakati dan disetujui oleh pasien atau keluarga, dengan melakukan
komunikasi efektif sebelum transfer.
m. Dokumen transfer telah dilengkapi
n. Pemindahan pasien dengan aman meliputi transfer benar pasien, benar alat
transfer, benar petugas yang melakukan transfer dan kelayakan pasien dalam
melanjutkan perawatan di ruangan
o. Memasang bed rails (pengaman tempat tidur pasien) pada saat proses transfer
pasien sangat dianjurkan bila menggunakan tempat tidur untuk menghindari
resiko jatuh
Serah terima pasien
a. Serah terima klinis adalah salah satu komponen dalam aspek mutu dan
keselamatan pelayanan kesehatan.
b. Ketika pasien dan dokumenya ditransfer, maka serah terima klinis terjadi.
c. Untuh meraih proses serah terima klinis yang bermutu tinggi / baik dan benar
maka, membutuhkan kesepahaman antara pemberi dan penerima.
d. Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima / operan pasien antar unit
pelayanan dapat mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan,
pengobatan yang tidak tepat dan potensial dapat menyebabkan cidera terhadap
pasien.
e. Proses transfer pasien yang bermutu tinggi meliputi proses transfer informasi
dengan ketelibatan komunikasi yang efektif, penanggung jawab transfer yang
berkompeten dan pemindahan pasien dengan aman.
f. Serah Terima pasien harus mampu menjelaskan semua elemen yang dimuat
dalam lembar transfer Internal pasien meliputi :
a) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
b) Penjaminan pasien
c) Dokter yang merawat
d) Indikasi rawat inap
e) Alasan pindah ruang
f) Riwayat kesehatan yang penting
g) Pemeriksaan fisik yang penting
h) Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-tanda vital pasien
i) Pemeriksaan penunjang yang penting
j) Diagnosa medis utama dan sekunder
k) Tindakan medis yang telah dilakukan
l) Program terapy dan obat obatan yang telah diberikan sebelum transfer
m) Obat yang disertakan saat kepindahan
n) Alat medis yang terpasang
o) Rencana asuhan berikutnya.
6
mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di Unit ICU, serta tindakan
kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di Unit ICU
c. Penjelasan tersebut diberikan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
atau apabila DPJP tidak dapat memberikan penjelasan dikarenakan alasan yang
jelas, maka dapat di delegasikan kepada dokter jaga, dengan persetujuan dari
DPJP.
d. Atas penjelasan tersebut pasien dan atau keluarganya dapat menerima /
menyatakan persetujuan untuk dirawat di Unit ICU. Persetujuan dinyatakan
dengan menandatangani informed consent.
e. Pada keadaan sarana dan prasarana Unit ICU yang terbatas pada suatu rumah
sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau
permintaaan akan pelayanan Unit ICU lebih tinggi dari pada kemampuan
pelayanan yang dapat diberikan. Kepala Unit ICU bertanggung jawab atas
kesesuaian indikasi perawatan pasien di Unit ICU . Bila kebutuhan masuk Unit
ICU melibihi tempat tidur yang tersedia, kepala Unit ICU menentukan
berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di Unit
ICU
f. Siapkan dokumen/ RM pasien, Obat, dan Hasil pemeriksaan penunjang yang
harus disertakan saat pasien dipindahkan.
g. Dokumentasikan pada Lembar Transfer Internal tentang kondisi pasien,
tindakan stabilisasi, pemberiaan cairan, pemberian obat-obatan, dan observasi
pasien
h. Memasang bed rails (pengaman tempat tidur pasien) pada saat proses transfer
pasien sangat dianjurkan bila menggunakan tempat tidur untuk menghindari
resiko jatuh
i. Bila kondisi unit atau ruang yang ditentukan telah siap menerima pasien, maka
proses transfer ke unit atau ruang bisa dilakukan. Konfirmasi ulang sebelum
transfer dengan menghubungi via Phone pada Unit terkait
Transfer pasien dengan menggunakan ventilasi mekanik/ terintubasi
a. Perhatikan, pastikan kondisi dan posisi pipa endrotrakheal bersih, aman dan
potensi keadaanya.
b. Sebelum transfer pasien perhatikan kecukupan oksigen.
c. Bila pasien mampu bernafas spontan dan adekuat maka, saat transfer pipa
endotracheal disambungkan dengan oksigen / Jackson rase. Perhatikan adanya
perubahan kwalitas pernafasan.
d. Bila pasien tidak mampu bernafas spontan dan adekuat, maka saat transfer beri
bantuan pernafasan dengan menggunakan Jackson rasebag atau ambubag
dengan cara mengembang kempiskan balonnya. Pada keadaan ini berarti
ventilasi mekanik tugasnya diganti oleh tindakan ini, untuk itu perlu dinilai lagi
sebelum transfer untuk memastikan kesesuaiannya serta stabilitas pasien
dengan cara ini. Bila pasien tidak dapat mempertahankan keamanan ventilator
pennganti, maka risiko dan manfaat transfer perlu dinilai ulang kembali.
e. Pantau kondisi pasien serta pengelola selama transfer dicatat pada Rekam
Medik pasien bahwa monitor EKG dan pastikan kecukupan energy selama
proses transfer.
f. Petugas yang mendampingi saat transfer adalah perawat terlatih, dokter umum
terlatih atau dokter anastesi
Persiapan Penerimaan Pasien di Unit ICU
7
a. Perawat Unit ICU harus siap saat mempersiapkan diri bila ada pasien baru.
b. Ruangan, tempat tidur dan monitor harus selalu dalam keadaan siap pakai.
c. Peralatan lain disesuaikan dengan kondisi pasien yang akan diterima.
d. Peralatan yang akan dipakai oleh pasien baru segera dikeluarkan dari tempat
penyimpanan dan disetting sesuai kebutuhan.
e. Peralatan yang disimpan dalam tempat penyimpanan harus dalam keadaan
baik dan siap pakai.
f. Semua peralatan harus di cek, di charge dan di kalibrasi sesuai jadwal dalam
program fasilitas
3. Transfer Pasien ke Instalasi Bedah sentral
Persiapan Transfer
a. Perawat Instalasi Bedah Sentral yang berdinas saat sift saat itu, menelphone
perawat Ranap/ ICU untuk mengirim pasien yang program operasi 30 menit
sebelum jadwal operasi yang sudah ditentukan.
b. Perawat rawat inap mempersiapkan pasien yang akan dioperasi setelah
mendapat telf dari IBS yang meliputi :
1) Melakukan pengecekan dokumen :
a) Infomed Consent yang telah diisi lengkap : IC bedah dan IC anastesi
b) Checklist persiapan operasi yang telah diisi lengkap
2) Melakukan identifikasi pasien
3) Memakaikan baju Operasi
4) Perawat rawat inap mengantar pasien ke ruang IBS dengan memakai
tempat tidur pasien.
5) Perawat rawat inap membawa masuk pasien ke ruang Transit.
Serah Terima Pasien
a. Serah terima kepada perawat IBS di lakukan diruang transit.
Serah terima meliputi :
1) Pasien, yaitu : penandaan lokasi operasi dan pencukuran kulit area
operasi, puasa, lavement (pada beberapa operasi saluran cerna). Gelang
identitas / identifikasi pasien, lepas perhiasan, bersihkan cat kuku,
kontak lensa harus dilepas, protesa (gigi palsu, mata palsu) harus
dilepas.
2) Dokumen, yaitu : hasil pemeriksaan meliputi : hasil laboratorium, foto
rontgen, ECG, USG, dan lain – lain, persetujuan operasi / Informed
Consent (ijin tertulis dari pasien / keluarga), status rekam medis pasien.
3) Obat – obat pra anasthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan,
memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anasthesi. Sedative
biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur
banyak dan mencegah terjadinya cemas. Antibiotika diberikan sebagai
propilaksis terhadap infeksi.
8
g) Pemeriksaan fisik yang penting
h) Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-tanda vital
pasien
i) Pemeriksaan penunjang yang penting
j) Diagnosa medis utama dan sekunder
k) Tindakan medis yang telah dilakukan
l) Program terapy dan obat obatan yang telah diberikan sebelum
transfer
m) Obat yang disertakan saat kepindahan
n) Alat medis yang terpasang
o) Rencana asuhan berikutnya.
Transfer pasien dari meja operasi ke rumah pulih (Fase Intra Operatif)
a. Fase intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan
berakhir bila paslen di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
b. Pada fase ini lingkup aktifitas meliputi : pembiusan dan pembedahan
c. Koordinator proses transfer adalah dokter spesialis anastesi
d. Dilakukan monitoring pada stabilitas respirasi
4. Persiapan Transfer pasien Instalasi Kamar Bersalin
a. Sebelum pasien masuk ke IKB, pasien dan atau keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai kondisi dan tindak lanjut
pasien dalam mendapatkan perawatan di IKB, serta tindakan kedokteran yang
mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di IKB.
b. Penjelasan tersebut diberikan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) atau dokter delegasi.
c. Atas penjelasan tersebut pasien dan atau keluarganya dapat menerima /
menyatakan persetujuan Penjelasan dari Dokter Penangung jawab pasien
(DPJP) atau dokter Delegasi, dengan menandatangani informed consent.
d. Mempersiapkan bed pasien diruangan
e. Mempersiapkan alat yang diperlukan
f. Mempersiapkan lembar Asesment awal kebidanan.
5. Trasfer Pasien Masuk Perinatal
Prosedur :
a. Petugas menjelaskan tentang kondisi bayi dan perlunya bayi dirawat di
ruang Perinatal
b. Orangtua atau keluarga menandatangani pernyataan tertulis untuk pindah
ke ruang Perinatal.
c. petugas ruang peristi menyiapkan box bayi/incubator dan status pasien
baru.
d. Petugas mengantarkan bayi ke ruang perinatal.
e. Serah Terima pasien harus mampu menjelaskan semua elemen yang dimuat
dalam lembar transfer Internal pasien.
6. Transfer Pasien Ke Radiologi
a. Perawat mendaftarkan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan Radiologi
via Phone.
b. Petugas radiologi mencatat pasien yang akan dilakukan pemeriksaan,
memberikan estimasi waktu kapan akan dilakukan pemeriksaan. Petugas
radiologi memberikan instruksi apa saja yang harus di siapkan sebelum
pemeriksaan.
c. Perawat memastikan kondisi pasien stabil sebelum di transfer ke Radiologi.
9
d. Petugas radiologi mengkonfirmasi rawat inap apabila sudah siap untuk
dilakukan pemeriksaan
e. Perawat melakukan identifikasi pasien.
f. Perawat mengantar pasien ke Radiologi dengan menyertakan RM pasien.
g. Perawat menyerahkan RM pasien dan form permintaan pemeriksaan
Radiologi ke petugas Radiologi
h. Petugas Radiologi menerima Form permintaan pemeriksaan radiologi dan
melakukan pemeriksaan sesuai permintaan.
i. Petugas Radiologi memberikan Stempel dan mencatat kapan dilakukan
pemeriksan, di RM pasien bagian belakang.
j. Apabila pemeriksaan sudah di lakukan, maka pasien dapat kembali lagi ke
ruang rawat.
7. Kriteria Petugas Transfer
Tabel 1
Kriteria Petugas Transfer
10
B. Transfer Eksternal
1. Pengertian
Transfer pasien keluar rumah sakit(eksternal) atau merujuk pasien. Prof. Dr.
Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefisikan sistim rujukan sebagai suatu sistim
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertical (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antara
unit-unit yang setingkat kemampuanya).
Dalam prosedur transfer pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang
menerima pasien dan pihak yang mengirim pasien. Untuk menjamin keselamatan
pasien saat proses transfer, maka diperlukan petugas transfer dan kompetensinya
serta tatalaksana pelaksanaanya.
Tabel 2
kriteria pasien dengan petugas yang berkompeten melakukan transfer
KETERAMPILAN/
KATEGORI PENGERTIAN PETUGAS KEAHLIAN/
NO
PASIEN KATEGORI PASIEN TRANSFER PELATIHAN
PETUGAS
1 KATEGORI 1 Pasien dengan Perawat 1. Mengikuti
Kesadaran Compos Pelatihan transfer
Mentis nilai total GCS Pasien
15 ( pasien sadar 2. Mengikuti
penuh) tidak ada Pelatihan BLS
kegawatan medis dan 3. Mempunyai
tanpa gangguan Pengalaman
sirkulasi bekerja
Contoh kasus : obs Minimal 1 tahun
Febris tanpa kejang,
ISPA, CKD yang stabil
dll
2 KATEGORI 2 Pasien dengan nilai Perawat 1. Mengikuti
total GCS 12-14 tanpa Pelatihan transfer
Gangguan Pasien
hemodinamik atau 2. Mengikuti
pasien GCS total Pelatihan
dengan gangguan BLS
hemodinamik ringan / 3. Mempunyai
pre syok, ditemukan Pengalaman
skala nyeri “4” contoh bekerja
kasus : fraktur Minimal 1 tahun
ekstermitas tertutup,
GEA dehidrasi ringan –
sedang, asma yang
teratasi sebagian, COR,
DLL
KETERAMPILAN/
KATEGORI PENGERTIAN PETUGAS KEAHLIAN/
NO
PASIEN KATEGORI PASIEN TRANSFER PELATIHAN
PETUGAS
11
3 KATEGORI 3 Pasien dengan 1. Perawat 1. Mengikuti
Penurunanan kesadaran 2. Dokter Pelatihan transfer
Dengan nilai total GCS 2. Mengikuti
Dibawah 10 – 12 atau Pelatihan PPGD
dengan gangguan 3. Mempunyai
hemodinamik sedang. Pengalaman
Contoh kasus : IMA, bekerja Minimal 2
Open fraktur dengan (dua) tahun
perdarahan, trauma
thorax, fraktur cervical,
trauma abdomen, CVA.
COS/COB
4 KATEGORI 4 Pasien dengan 1. Perawat 1. Mengikuti
Penurunan kesadaran 2. Dokter Pelatihan transfer
dengan kegawatan nilai 2. Mengikuti
total GCS dibawah 10 Pelatihan PPGD
atau dengan gangguan 3. Mempunyai
hemodinamik berat. Pengalaman
Contoh kasus : post bekerja minimal 2
Cardiac arrest, shock, (dua) tahun
Cardiogenik, ALO,
Pasien terintubasi/ETT
12
g) Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan
informasi jika tidak mungkin dilakukan rujukan.
h) Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien. Untuk memastikan rumah sakit rujukan
dapat menerima pasien atau tidak, maka komunikasi petugas dapat
dilakukan melalui SISRUT maupun telfon.
i) Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan tetap
dirawat di RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah sambil terus
diupayakan pencarian rujukan hingga mendapatkan tempat rujukan
yang dibutuhkan pasien.
j) Terhadap kondisi tidak didapatkannya tempat rujukan, maka petugas
menjelaskan pada pasien dan atau keluarga bahwa rumah sakit akan
terus mengupayakan dalam pencarian tempat rujukan.
k) Tentukan tempat rujukan dan pastikan tempat rujukan telah siap
menerima pasien.
l) Siapkan dan sertakan dokumentasi untuk mendukung tindakan/
pemeriksaan yang akan dilakukan.
2) Prosedur Administratif :
13
v. Pada kondisi tertentu dimana stabilisasi sulit dicapai maka
pertimbangkan transfer segera dilakukan agar segera
mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan dengan tetap menjaga
alat monitoring dan alat yang digunakan sebagai Life saving
terjaga keberadaanya.
vi. Tetap perhatikan prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien
kritis yaitu jangan membuat penyakit / cidera penderita menjadi
lebih parah/ do not further harm.
b) Siapkan ambulance
i. Pilih ambulan dan sesuaikan dengan kebutuhan pasien
(dilakukan oleh petugas IGD sesuai kebutuhan dan kategori
pasien)
ii. Bila diperlukan pergunaan sirine/ lampu sirine untuk
memperlancar proses transfer.
c) Driver/ pengemudi
i. Kesiapan dan pengetahuan driver tentang rute atau tujuan yang
diinginkan
ii. Kesiapan fisik untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab
selama prosedur transfer
d) Persiapan peralatan dan pembekalan farmasi di ambulan
Selama proses rujukan harus dipastikan ketersediaan alat kesehatan,
peralatan medis, bahan medis habis pakai dan obat- obatan sesuai
kondisi pasien.
Peralatan ventilasi dan jalan nafas :
i. Peralatan portable suction dan kanulnya
ii. Peralatan Portable Oksigen dengan tabung yang adekuat
iii. Peralatan untuk pemberian oksigen (nasal kanule, masker
oksigen non rebreathing dan rebreathing).
iv. Peralatan untuk jlan nafas (nasofaringeal dan orofaringeal).
v. Pulse oksimetri
vi. Alat monitor dan febrillator (bila memungkinkan atau tersedia).
e) Perangkat imobilisasi
i. Collar
ii. Perangkat traksi ekstremitas bawah (bila tersedia)
iii. Perangkat imobilisasi ekstermitas atas dan bawah (papan kayu)
iv. Perlengkapan dressing (perban, mitela, kasa, cairan untuk
dressing, plester, gunting verban)
f) Alat komunikasi
g) Obstetrik
h) Peralatan lainnya :
i. Stetoskop
ii. Thermometer
iii. Senter
iv. Selimut/linen
v. Bengkok
vi. Catatan observasi
i) Persiapan obat – obatan diambulan:
i. Adrenalin
ii. Lidocain
14
iii. Sulfas Atropin
iv. Natrium bicarbonate/Meylon
v. Cairan intravena
j) Siapkan petugas yang akan merujuk
Petugas yang disiapkan adalah petugas yang berkompeten dan telah
terlatih yaitu seorang perawat atau dokter sesuai kwalifikasi yang telah
ditentukan.
4) Saat Proses Rujukan
a) Saat pasien didalam ambulan, maka yang harus diperhatikan dalam
proses mempersiapkan pasien yang akan ditransfer adalah :
i. Lakukan pemeriksaan menyeluruh . Pastikan bahwa pasien yang
sadar bisa bernafas tanpa kesulitan. Jika pasien tidak sadar dan
menggunakan alat bantu nafas (airway), pastikan bahwa pasien
mendapat pertukaran aliran oksigen yang cukup adekuat selama
proses transfer.
ii. Amankan posisi brancard ambulance. Pastikan pasien aman
selama perjalanan, kunci brancard untuk mencegah roda
brancard bergerak saat ambulan melaju.
iii. Pastikan pasien terfiksasi dengan baik dan aman. Tetap
pertahankan sirkulasi dan respirasi serta hindari fiksasi yang
menyebabkan nyeri.
iv. Periksa bidai atau alat imobilisasi, balutan atau perban untuk
menjaga keamanan saat transfer.
v. Ajak keluarga atau wali yang harus menemani pasien, biarkan
menumpang pada ruang pengemudi agar tidak mempengaruhi
proses perawatan pasien.
vi. Identifikasi pasien sesuai prosedur dan tenangkan pasien.
b) Transfer pasien keluar rumah sakit dalam kondisi kritis/gawat darurat
i. Pasien kondisi kritis atau gawat darurat adalah pasien dengan
disfungsi atau gagal pada satu atau lebih system tubuh dan
tergantung pada penggunaan peralatan untuk monitoring dan
terapi. Penderita gawat darurat dapat berupa kasus non bedah.
ii. Penting untuk mendapatkan persetujuan setelah
menginformasikan kepada pasien atau perwakilannya yang resmi
tentang fakta, situasi, alasan pemindahan dan nama rumah sakit
rujukan.
iii. Transfer pasien kondisi kritis antar rumah sakit dilakukan bila
manfaat bagi pasien melebihi resiko transfer. Dilakukan dengan
cepat dan aman.
iv. Prinsip dalam melaksanakan transfer pasien kritis adalah jangan
membuat penyakit / cidera penderita menjadi lebih parah/ do
not further harm.
c) Monitor selama transport
i. Monitoring kontinu (Tekanan darah, nadi, respiratory rate dan
saturasi oksigen)
ii. Monitoring perdarahan massif pada kasus cidera atau kecelakaan
iii. Monitoring kondisi umum pasien (kwalitas dan kwantitas
kesadaran)
15
iv. Monitoring kelayakan / kondisi patent alat medis emergency yang
dipakai pasien (ETT, nasofaringeal dan orofaringeal)
v. Selama proses rujukan, ada staf pendamping rujuk yang
kompeten sesuai dengan kondisi pasien yang selalu
memonitoring dan hasil monitoring dicatat pada lembar tranfer
ekternal.
vi. Monitoring pasien saat rujukan dilakukan secara kontinue 15
mnt, 30 mnt, 60 mnt, 90mnt, atau lebih sering lagi, menyesuaikan
kondisi pasien saat transfer. Pencatatan hasil monitoring di
lakukan pada lembar transfer eksternal.
5) Langkah-langkah yang harus diperhatikan :
a) Decision
Keputusan untuk mentransportasi pasien pada kondisi serius/ kritis
adalah sebuah tindakan medis. Karena itu, tanggung jawab dimilki oleh
dokter / DPJP yaitu dokter yang menangani pasien.
b) Planing
Perencanaan meliputi pemilihan tujuan, mengevaluasi jarak dan waktu,
serta pemilihan jalur transport. Selain itu, yang perlu diperhatikan
adalah pemilihan alat monitoring, prediksi kemungkinan komplikasi dan
pemilihan tim transfer pasien (sesuai dengan ketersediaan / kualifikasi
tenaga dan kategori pasien).
c) Implementasi
Tahap implementasi adalah bertugasnya tim transfer pasien yang dipilih
yang bertanggung jawab mengatur pasien sampai kepada tim medik
rumah sakit tempat tujuan.
d) Mampu berkomunikasi dengan baik.
6) Peralatan dan perbekalan untuk menunjang pasien
a) Monitor EKG
b) Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport yang memadai
c) Mesin suction dengan kateter suction
d) Obat untuk resusiasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium
bicarbonate.
e) Cairan intravena dan infus obat dengan syiringe atau pompa infuse
dengan baterai
f) Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
g) APD dan kebutuhan linen.
7) Serah terima pasien rujukan
Serah terima pasien dilakukan antar staf pengantar dan staf penerima
rujukan. Serah Terima pasien harus mampu menjelaskan semua elemen
yang dimuat dalam lembar transfer Internal pasien meliputi :
a. Identitas Pasien
b. Diagnosa utama dan Sekunder
c. Alasan Rujuk (alasan klinis dan alasan non klinis)
d. Anamnesis ( keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat alergi)
e. Pemeriksaan Fisik (vital sign, keadaan umum, temuan pemeriksaan
fisik)
f. Hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
16
g.Tindakan medis yang telah diberikan
h.Obat- obatan yang telah diberikan
i.Alat yang terpasang saat pasien Rujuk
j.Proses Rujukan (derajat pasien, kompetensi pendamping, nama staf
pendamping, dan jenis transportasi)
k. Dokumentasi kondisi pasien pada proses rujukan
l. Kejadian penting selama perjalanan (jika ada)
m. Proses PenerimaanProsedur Merujuk dalam Kondisi Khusus
Kondisi khusus dibagi 3 Antara lain :
1) Prosedur merujuk pasien APS rujuk dengan terpasang alat kesehatan
a) Keluarga pasien dan atau pasien atas inisiatif sendiri meminta untuk
dirujuk ke Rumah Sakit yang lain terkait berbagai alasan.
b) Petugas melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding.
c) Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen
yang dilakukan.
d) Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga transportable.
e) Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan
informasi jika tidak mungkin dilakukan rujukan.
f) Petugas memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi
rumah sakit tujuan rujukan.
g) Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien.
h) Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan
tetap dirawat di RSU Fastabiq Sehat dengan segala risikonya.
i) Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang
dirujuk.
j) Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan
SPO transfer ekstemal.
k) Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan
petugas di rumah sakit tujuan rujukan.
2) Prosedur Pasien Rujuk APS
a) Keluarga pasien dan atau pasien atas inisiatif sendiri meminta untuk
dirujuk ke Rumah Sakit yang lain terkait berbagai alasan.
b) Dokter melakukan edukasi dan mendokumentasikan pada formulir
Pemberian Informasi Medis Pasien Rujuk Atas Permintaan Sendiri.
Informasi yang disampaikan diantaranya :
I. Hak pasien untuk rujuk atas permintaan sendiri
II. Konsekuensi dari keputusan pasien rujuk atas permintaan
sendiri.
III. Prosedur rujuk atas permintaan sendiri.
IV. Alternatif pengobatan bila tersedia.
V. Konsekuensi pembayaran pada pasien JKN-BPJS Kesehatan.
c) Petugas melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding.
d) Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen
yang dilakukan.
17
e) Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga transportable.
f) Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan
informasi jika tidak mungkin dilakukan rujukan.
g) Petugas memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi
rumah sakit tujuan rujukan.
h) Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien. Untuk memastikan rumah sakit
rujukan dapat menerima pasien atau tidak, maka komunikasi
petugas dapat dilakukan melalui SISRUT maupun telfon.
i) Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan
tetap dirawat di RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah sambil
terus diupayakan pencarian rujukan hingga mendapatkan tempat
rujukan yang dibutuhkan pasien.
j) Terhadap kondisi tidak didapatkannya tempat rujukan, maka
petugas menjelaskan pada pasien dan atau keluarga bahwa rumah
sakit akan terus mengupayakan dalam pencarian tempat rujukan.
k) Pastikan tempat rujukan dan pastikan tempat rujukan telah siap
menerima pasien
l) Apabila keluarga pasien atau pasien memilih untuk berangkat
sendiri menggunakan kendaraan pribadi, maka dokter dapat
menjelaskan permohonan pulang atas permintaan sendiri. Informasi
yang harus disampaikan berupa :
I. Hak pasien untuk pulang dan menghentikan pengobatan
II. Konsekuensi dari keputusan pasien pulang atas permintaan
sendiri
III. Kewajiban pasien dalam melanjutkan pengobatan setelah
pulang
IV. Alternatif pengobatan bila tersedia
V. Konsekuensi pembayaran pada pasien JKN-BPJS Kesehatan
m) Dokter dan perawat memberikan edukasi tentang kondisi pasien.
n) Perawat melepas alat kesehatan yang terpasang pada pasien.
o) Pasien berangkat dengan kendaraan pribadi setelah menyelesaikan
administrasi di RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah
3) Prosedur rujuk pasien dengan penyakit menular
a) Petugas melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding.
b) Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil Asesmen
yang dilakukan.
c) Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga transportable.
d) Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan
informasi jika tidak mungkin dilakukan rujukan
e) Memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi rumah sakit
tujuan rujukan dan memberitahukan bahwa pasien yang dirujuk
adalah pasien dengan penyakit menular.
f) Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien.
g) Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan
tetap dirawat di RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah sambil
18
terus diupayakan pencarian rujukan hingga mendapatkan tempat
rujukan yang dibutuhkan pasien.
h) Terhadap kondisi tidak didapatkannya tempat rujukan, maka
petugas menjelaskan pada pasien dan atau keluarga bahwa rumah
sakit akan terus mengupayakan dalam pencarian tempat rujukan.
i) Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang
dirujuk.
j) Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan
SPO transfer eksternal.
k) Petugas pendamping menggunakan APD sesuai ketentuan Rumah
Sakit
l) Serah terima pasien dilakukan antar staf pengantar dan staf
penerima rujukan. Serah Terima pasien harus mampu menjelaskan
semua elemen yang dimuat dalam lembar transfer Internal pasien
meliputi :
I. Identitas Pasien
II. Diagnosa utama dan Sekunder
III. Alasan Rujuk (alasan klinis dan alasan non klinis)
IV. Anamnesis ( keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat
alergi)
V. Pemeriksaan Fisik (vital sign, keadaan umum, temuan
pemeriksaan fisik)
VI. Hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
VII. Tindakan medis yang telah diberikan
VIII. Obat- obatan yang telah diberikan
IX. Alat yang terpasang saat pasien Rujuk
X. Proses Rujukan (derajat pasien, kompetensi pendamping,
nama staf pendamping, dan jenis transportasi)
XI. Dokumentasi kondisi pasien pada proses rujukan
XII. Kejadian penting selama perjalanan (jika ada)
XIII. Proses Penerimaan
n. Alur Rujukan
1) Rujukan Vertikal
Rujukan vertikal adalah rujukan dari tempat pelayanan yang lebih rendah
ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
a) Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila :
i. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub
spesialistik.
ii. Perujukan tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan atau ketenagaan
b) Rujukan Vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih tinggi ke tingkat
lebih rendah dilakukan apabila :
i. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan wewenangnya.
ii. Kompetensi dan kewenangan pelayann tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam meangani pasien tersebut.
19
iii. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan peleyanan kesehatan yang lebih rendah dan
untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka
panjang.
iv. Perujuk tidak dapat memberikan pelayana kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,
prasarana, peralatan dan atau ketenagaan.
Skema 1
Rujukan Vertikal
Faskes Kelas III
Faskes Kelas II
Faskes Kelas I
2) Rujukan Horizontal
Rujukan Horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
dalam satu tingkatan .Hal ini dilakukan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbataswan fasilitas, peralatan dan atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
Skema 2
Rujukan Horizontal
Rumah Sakit tipe D RSU Fastabiq Sehat PKU Rumah Sakit Tipe D
Muhammadiyah
20
BAB IV
DOKUMENTASI
21
Pati, 16 Sya’ban 1439 H
02 Mei 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Fastabiq
Sehat PKU Muhammadiyah
22