1
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Panduan transfer pasien adalah sebagai acuan dalam
pelaksanaan implementasi transfer pasien di Rumah
Sakit Permata Bunda.
Pasal 2
Panduan transfer pasien sebagai di maksud dalam pasal
1 terdiri atas :
BAB I : DEFINISI
BAB II : RUANG LINGKUP
BAB III : TATA LAKSANA
BAB IV : DOKUMENTASI
Pasal 3
Panduan transfer pasien sebagaimana di maksud dalam
pasal 2 tercantum sebagai lampiran yang tak terpisahkan
dari peraturan ini.
Pasal 4
Peraturan ini berlaku terhitung sejak tanggal di tetapkan.
Ditetapkan di : Purwodadi
Pada Tanggal : 10 Februari 2023
DIREKTUR RS. PERMATA BUNDA
2
LAMPIRAN 1
PERATURAN DIREKTUR
RS PERMATA BUNDA
NOMOR 040 TAHUN 2023
TENTANG
PANDUAN TRANSFER PASIEN
RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA
BAB I
DEFINISI
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah tempat untuk mendapatkan pelayanan terhadap
permasalahan kesehatan individu, melalui upaya kesehatan yaitu
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pasien yang menjalani rawat
inap di rumah sakit, pasti akan mengalamai proses pemindahan dari
ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan pemeriksaan
penunjang, tindakan, rawat inap, ataupun pemindahan ke luar rumah
sakit
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di
transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan
keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan
transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi
pra transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi
pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan
monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan
oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas
profesional lainnya yang sudah terlatih.
3
B. Pengertian Transfer Pasien.
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan
keruang perawatan/ ruang tindakan lain didalam rumah sakit ( Transfer
Internal) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lain ( Transfer Eksternal ).
C. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan
aman dan lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan
4
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
1. Transfer pasien internal terdiri dari:
a. Transfer pasien dari IGD ke IRNA, ICU, Kamar Bersalin, Kamar
Operasi
b. Transfer pasien dari IRJA ke IRNA, Kamar Bersalin, Kamar Operasi.
c. Transfer pasien dari IRNA ke ICU, Kamar Operasi.
d. Transfer pasien dari ICU ke IRNA, Kamar Operasi.
e. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA,ICU
f. Transfer pasien dari IGD, IRNA, ICU ke Ruang Radiologi,
Endoskopi, Hemodialisa
2. Transfer pasien eksternal terdiri dari:
a. Transfer pasien dari RS Permata Bunda Purwodadi ke RS lain atau
sebaliknya
b. Transfer pasien dari RS Permata Bunda Purwodadi ke Fasilitas
Kesehatan / rumah pasien atau sebaliknya.
c. Transfer pasien dari RS Permata Bunda Purwodadi ke RS Lain
untuk pemeriksaan penunjang atau sebaliknya.
3. Menerima Pasien dari Luar RS. Permata Bunda Purwodadi
B. Pelaksana Transfer
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi memiliki tim transfer,
dikelola tiap unit sendiri yang akan mengirimkan pasiennya ke rumah
sakit lain.
Pelaksana transfer diperhitungkan berdasarkan kondisi dan
kebutuhan pasien selama proses transfer, pada dasarnya terdiri dari :
1. Dokter jaga jika dibutuhkan (level 3)
2. Perawat/Bidan dengan kemampuan BLS
3. Sopir Ambulans dengan pelatihan BHD
5
BAB III
TATA LAKSANA
A. MEKANISME
1. Keputusan Melakukan Transfer
1) Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2) Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer,
kemudian lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3) Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi /
pencatatan, pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien
antar ruangan dalam rumah sakit maupun ke rumah sakit
rujukan / penerima, dan kembali ke RS Permata Bunda Purwodadi
4) Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang
aman: edukasi dan persiapan.
5) Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus
dipertimbangkan dengan matang karena transfer berpotensi
mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan risiko bahaya
tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat
pasien.
6) Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika
risikonya lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7) Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan
kompeten, peralatan dan kendaraan khusus.
8) Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP dan dokter ruangan.
9) Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama
dokter yang mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata
detailnya), tanggal dan waktu diambilnya keputusan, serta alasan
yang mendasari.
10) Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RS
Permata Bunda Purwodadi , yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih
lanjut :
6
i. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan
transfer yang efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut,
yang tidak dapat disediakan RS Permata Bunda Purwodadi
ii. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum
ditransfer.
iii. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan
sebagai tipe transfer ‘gawat darurat’, (misalnya Cidera kepala
berat, Stroke Hemoragic ) juga dapat dikategorikan sebagai
tipe transfer ‘gawat’, misalnya pasien dengan kebutuhan
hemodialisa.
7
iii. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer
pasien ini haruslah menjadi prioritas di rumah sakit
penerima dan biasanya lebih diutamakan dibandingkan
penerimaan pasien elektif ke unit ruang rawat. Hal ini juga
membantu menjaga hubungan baik antar-rumah sakit.
iv. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya
dikategorikan sebagai tipe transfer ‘elektif’.
8
memadai; dapat bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan,
protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang
terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan
aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit
yang merujuk.
17) Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika
keputusan untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila
waktu pastinya belum diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan
ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas dengan lebih
efisien.
9
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus
merupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah
pasien selama proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed
Drainage-WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan.
g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat
menunggu pelaksanaan transfer
10
5) Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan
dampingan, dr Ruangan selama proses transfer antar-rumah sakit
berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan potensi jalan napasnya
dengan baik dan tidak membutuhkan bantuan ventilator /
oksigenasi.
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut
di mana intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6) Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer
berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis
(keputusan harus dibuat oleh dokter Ruangan/DPJP)
a. Level 0 :
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat
biasa di unit/ rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu
didampingi oleh dokter, perawat, atau paramedis (selama
transfer).
b. Level 1 :
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di (ICU); di mana
membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan saran
dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan(selama transfer)
c. Level 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau
perawatan pasca-operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat di
ICU; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih,
dan berpengalaman
d. Level 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut
(advanced respiratory support ) atau bantuan pernapasan dasar
(basic respiratory support ) dengan dukungan / bantuan pada
minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
11
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus
didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman
7) Saat Dr Ruangan/ DPJP di RS Permata Bunda Purwodadi tidak
dapat menjamin terlaksananya bantuan / dukungan anestesiologi
yang aman selama proses transfer; pengambilan keputusan haruslah
mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait transfer.
8) Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien
dengan sakit berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan
berpengalaman.
9) Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam
selama transfer berlangsung yang berisi nomor telphon RS Permata
Bunda Purwodadi dan rumah sakit tujuan.
10) Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
Petugas
Ketrampilan yang Peralatan yang
Pasien Pendamping
dibutuhkan utama
(Minimal)
Level 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
keamanan
Level 1 Perawat/ Bantuan hidup dasar Oksigen
Bidan / petugas Pelatihan hidup Tiang infus
yang dasar Suction
berpengalaman( Pemberian obat- Oksimetri
sesuai dengan obatan denyut
kebutuhn Ketrampilan dalam
pasien ) trakeostomi dan
suction
Level 2 Perawat/ Bidan Semua ketrampilan Semua
dan petugas diatas, diambah peralatan
12
keamanan/ TPK Dua tahun diatas
pengalaman dalam ditambah,
perawatan Monitor EKG
intensif(Oksigenasi, dan tekanan
defribilator, montor) darah
Defribilator
Level 3 Dokter ,perawat Standart kompetensi Monitor ICU
/Bidan dan TPK dokter harus diatas portable yang
/ petugas standart minimal lengkap
keamanan Dokter: Ventilator dan
Minimal 6 bulan peralatan
pengalaman dalam transfer yang
menangani pasien memenuhi
dan bekerja di ICU standart
Ketrampilan hidup minimal
dasar dan lanjut
Harus mengikuti
tansfer pasien yang
berat/kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun
pengalaman dalam
menangani pasien
dan bekerja di ICU
Ketrampilan hidup
dasar dan lanjut
Harus mengikuti
tansfer pasien yang
berat/kritis
13
2) Kompetensi SDM utuk transfer Eksternal.
Peralatan
Petugas
Level Keterampilan yang utama dan
Pendamping
pasien dibutuhkan Jenis
(minimal)
Kendaraan
Level 0 Petugas Bantuan Hidup Dasar Ambulan
Ambulan (BHD)
Level 1 Perawat / Bidan Bantuan Hidup Kendaraan
dan petugas dasar Ambulan
ambulan Pemberian Oksigen Oksigen
Pemberian Obat- Suction
obatan Tiang infus
Keterampilan portabel
perawatan Infus pump
trakeostomi dan dengan
suction baterai
Oksimetri
14
Level 3 Dokter,Perawat / ACLS,BTCLS, APN, Peralatan level
Bidan dan BLS 2 ditambah
petugas Dokter : ventilator
Ambulan Minimal 6 bulan mobile
pengalaman
mengenai
perawatan pasien
intensif dan
bekerja di ICU
Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut
Keterampilan
menangani
permasalahan
jalan napas dan
pernapasan,
minimal level ST 3
atau sederajat.
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat
/ kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut
Harus mengikuti
pelatihan transfer
pasien dengan
15
sakit berat / kritis
16
9) Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau
filling status(status volume pembuluh darah) pasien sebelum
transfer. Akses vena sentral diperlukan dalam pemberian obat
inotropic dan vasopressor.
10) Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-
pasien tertentu.
11) Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan
suplai oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure), dan
pengaturan ventilator.
12) Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-
obatan yang diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini
sudah disiapkan di dalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
13) Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak
agar akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar
terjaga dengan baik.
14) Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps
15) Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang
dengan baik.
16) Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada
di ambulans.
17) Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien
selama transfer.
18) Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
19) Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai
(saat tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
20) Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya
mati listrik)
21) Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan
terang dan dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi
17
oksigen arteri, pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi,
dan temperatur.
22) Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat
dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat
terdapat pergerakan ekternal / vibrasi (getaran).
23) Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup
keras.
24) Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal):
a. alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya
alat dari tubuh pasien
b. mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive
end expiratory pressure) dan berbagai macam konsentrasi
oksigen inspirasi
c. pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per-
menit, dan volume tidal.
d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali ( pressure-
controlled ventilation) dan pemberian tekanan positif
berkelanjutan (continuous positive airway pressure)
25) Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu
proses transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam
pemberian terapi / obat-obatan.
26) Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor,
tatalaksana yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang
terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi selama transfer.
27) Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan
dicatat di lembar pemantauan.
28) Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh
petugas dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
18
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Area untuk mendarat di tempat tujuan
h. Jarak tempuh
2) Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:
a. Jasa Ambulan Gawat Darurat
i. Siap sedia dalam 24 jam
ii. Perjalanan darat
iii. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan
yang dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan.
19
6) Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang
sangat padat penduduknya
7) Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan
sabuk pengaman.
8) Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan
intervensi segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan
lakukan tindakan yang diperlukan.
9) Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan,
gunakanlah pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan
lainnya.
20
5) Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan
tujuan mengenai penanganan medis yang diperlukan dan
memberikan update perkembangannya.
21
c. Pastikan RS yang dituju mampu menyediakan kebutuhan pasien
yang akan dirujuk
d. Pastikan Nama Rumah Sakit tujuan dan staf yang menyetujui
penerimaan pasien yang akan ditransfer
e. Pastikan bahwa pasien layak untuk dilakukan transfer ke rumah
sakit lain, dilakukan oleh dokter jaga/DPJP.
f. Pastikan tim transfer siap merujuk ke Rumah Sakit lain.
g. Pastikan mobil ambulans yang digunakan sesuai dengan level
kondisi pasien, dengan peralatan yang sesuai pula.
h. Penempatan peralatan pendukung seperti monitor, ventilator
transport diposisi aman, dibawah level pasien.
i. Pindahkan pasien ke dalam mobil ambulans
j. Pastikan standar keamanan dan keselamatan pasien, pastikan
pengunci brancard berfungsi, jika perlu dipasang sabuk pengaman.
k. Pastikan dokumen yang diperlukan terbawa, antara lain:
1) Surat Rujukan
2) Resume pasien yang berwarna merah
3) Lembar monitoring
4) Lembar serah terima
5) Pemeriksaan penunjang kalau ada
l. Lakukan pengawasan selama di perjalanan, meliputi :
1) Potensi jalan nafas
2) Tanda-tanda vital
3) Kelancaran akses intra vena
4) Pantau monitor jika terpasang
5) Saturasi oksigen
m. Jika dijalan tiba-tiba terjadi perburukan kondisi, dan perlu
tindakan, ambulans harus menepi ditempat yang aman atau
mencari RS terdekat kalau ada.
n. Lakukan dokumentasi pengawasan selama perjalanan di lembar
monitor
o. Setelah sampai ditempat tujuan, lakukan proses serah terima
dengan petugas RS yg dituju, meminta stempel Rumah Sakit yang
dituju dan tanda tangan petugas RS yang dituju
22
p. Pastikan lembar monitor dan lembar serah terima dikembalikan di
Rekam medis pasien yang ditransfer
b. Prosedur Administratif:
1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien
yang telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda
terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada
catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya
sesuai kondisi pasien.
4) Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan
rawat inap, pesetujuan rawat intensif , pulang paksa).
5) Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan
/perawatan yang akan dilakukan kepada petugas / keluarga pasien
yang mengantar.
6) Apabila tidak sanggup menangani maka harus merujuk ke RS yang
lebih mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 3
kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien,
prosedur selanjutnya sama seperti transfer pasien.
7) Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan
23
BAB IV
DOKUMENTASI
A. Dokumentasi
Dokumentasi adalah hal penting dalam setiap kegiatan pelayanan, hal
tersebut merupakan bukti legal yang dapat membuktikan, bahwa sesuatu
kegiatan telah dilakukan. Dalam dokumentasi proses transfer, ada dua
macam form yang digunakan yaitu:
1. Form transfer
a. Form transfer internal
b. Form transfer eksternal.
2. Form pemantauan saat proses transfer
Hal yang didokumentasikan dalam form –form tersebut antara lain :
a. Form transfer Internal
1) Identitas pasien
2) Nama DPJP
3) Ruangan asal pasien
4) RS/Unit Tujuan
5) Alasan transfer
6) Diagnosa medis
7) Kategori level pasien transfer
8) Petugas yang melakukan transfer
9) Ringkasan kondisi pasien
10)Jenis pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan
11)Peralatan yang terpasang pada pasien
12)Catatan dokumen yang disertakan
13)Catatan informasi yang diberikan
14)Kondisi pasien sebelum transfer
15)Kondisi pasien saat ditransfer
16)Kondisi pasien saat serah terima
24
17)Tanda tangan serah terima
25
B. Penutup
Panduan transfer ini, sebagai panduan bagi petugas terkait, sehingga
keamanan dan keselamatan pasien dapat terjaga dengan baik. Namun
panduan ini masih jauh dari sempurna, sehingga evaluasi sangat
diperlukan untuk perbaikan kedepan. Semoga bermanfaat.
26
LAMPIRAN 2
PERATURAN DIREKTUR
RS PERMATA BUNDA
NOMOR 040 TAHUN 2023
TENTANG
PANDUAN TRANSFER PASIEN
RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA
27
22. Glukotest
23. Lampu Senter
24. Alat untuk menghentikan perdarahan (Tourniquet,
Mitela, Spalk, Verban Gulung)
25. Gunting
26. Bengkok
27. Alat untuk APD ( Masker, Hansd Scoen steri/non
steril, tissu dissoposible)
28. Tempat Sampah Infeksius dan Domestik
Obat-obat yang ada dalam ambulance
Obat Injeksi :
1. Adrenalin 5 Amp
2. Diazepam 2 Amp
3. Atrofin Sulfat 5 Amp
4. Aminofilin 2 Amp
5. Cordaron 2 Amp
6. Digoksin 2 Amp
7. D 40% 6 Amp
8. Dexametason 5 Amp
9. Dopamin 2 Amp
OBAT-OBAT
10. Duradril 2 Amp
YANG
11. Furosemid 5 Amp
DIGUNAKAN
12. Kalnex 500 mg 5 Amp
13. Ketorolax 30 mg 5 Amp
14. Lidocain 10 Amp
15. Sotatik 3 Amp
16. Ondansentron 3 Amp
17. Novalgin 2 Amp
18. Midazolam 5 mg 2 Amp
19. Cairan Infus NACL 2 Buah
0,9%,RL, D5%, D10%
Obat Suppositoria :
1. Dumin 2
2. Stesolid 2
28
Obat Tablet :
1. Antasida 10 Tab
2. Aspilet 80 mg 10 Tab
3. Catopril 25 mg 10 Tab
4. Cpg 10 Tab
5. ISDN 10 Tab
6. Paracet 500 mg 10 Tab
7. Amlodipin 5 mg 10 Tab
8. Asam Mefenamat 10 Tab
500 mg
Lain-lain :
1. Alkohol 200 CC
2. Betadin 200 CC
3. Kassa Steril 5 Dos
4. NACL 0,9% (500 CC) 2 Buah
5. Dispo 10 cc 10 Buah
6. Dispo 3 cc 10 Buah
7. Dispo 5 cc 10 Buah
8. Hecting Set 1 Set
9. Hypafik 1 Rol
10. Ngt No.16 dan 18 1 Buah
11. Plester 1 Rol
12. Alat Komunikasi 1 Buah
(HT/HP)
13. Dokumen yang
diperlukan dan alat
tulis
PERBEKALAN Harus menyediakan makanan darurat.
MERUJUK
Misal : -Roti
PASIEN JIKA
PERJALANAN - Air minum
LEBIH DARI 4
JAM
29
DIREKTUR RS. PERMATA BUNDA
30