Makalah Teknologi Batu Bara
Makalah Teknologi Batu Bara
BATUBARA
“TAMBANG BATUBARA”
DI SUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................
Daftar Isi .....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................
2.1 Batubara ................................................................................
2.2 Penambangan Batu Bara .......................................................
2.3 Proses Penambangan Batu Bara............................................
2.4 Metode Penambangan Batu Bara ..........................................
2.4.1 Metode Tambang Terbuka Batu Bara .........................
2.4.1.1 Keuntungan dan Kerugian Tambang Terbuka ...............
2.4.1.2 Macam-Macam Tambang Batu Bara Terbuka..............
2.4.2 Metode Tambang Batu Bara Tertutup .................................
2.4.2.1 Teknologi Tambang Dalam ...........................................
2.4.2.2 Room & Pillar Mining ...................................................
2.4.2.3 Long Wall Mining .........................................................
2.4.3 Metode Penambangan dengan Auger (Auger Mining) .......
2.5 Faktor-Faktor dalam Pemilihan Sistem Penambangan
3
BAB III SOAL DAN JAWABAN ............................................
BAB IV PENUTUP ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
5
atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk
ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar
abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat
umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu
bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi.
Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan
lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur
Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
Batubara menunjukkan tantangan, yang mungkin lebih
daripada bahan bakar fosil lainnya, yang dihadapi oleh
masyarakat global dalam memerangi perubahan iklim. Batubara
berkontribusi atas 44% emisi karbon dari bahan bakar secara
global – lebih besar dari minyak (35%) dan gas alam (20%).
Batubara mengeluarkan karbon dioksida (CO2) yang lebih tinggi
daripada bahan bakar fosil lainnya. Pertambangan batu bara
berkontribusi atas 8-10 persen emisi metana (CH4) buatan
manusia secara global.
Umat manusia masih sangat bergantung pada batubara
untuk pemanas, listrik, dan pabrik baja. Kita harus menghentikan
ketergantungan kita terhadap batu bara untuk membatasi dampak
6
terhadap iklim, walapun transisi ini akan memerlukan pergeseran
paradigma energi secara internasional.
Wawasan industri batubara ini penting karena masyarakat
kita masih sangat bergantung pada batu bara, minyak, dan gas
alam, terlepas dari segala kemajuan teknologi yang kita miliki
selama dua abad terakhir.
Tapi batubara tidak bisa menjadi sumber daya untuk
kemajuan umat manusia selamanya. Pada tahun 2012, telah
diperkirakan bahwa sumber daya batubara dunia akan habis
dalam waktu kurang dari 132 tahun. Dengan demikian, kita akan
terus menggunakan cadangan bahan bakar fosil yang sebenarnya
juga diperlukan oleh generasi mendatang, sampai umat manusia
menemukan alternatif lain.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak
air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang
kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat
lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta
nilai kalori yang paling rendah
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga
batu bara disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification).
Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat
material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk.
Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis
yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta
membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan
dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
9
Gambar 1. Penambangan Batu Bara
10
Penambangan batubara di Indonesia umumnya dilakukan
dengan sistem tambang terbuka. Tingkat resiko keamanan dan
keselamatan kerja pada tambang terbuka dinilai lebih kecil
dibandingkan dengan tambang tertutup. Biaya investasi dan
operasionalnya juga dinilai lebih rendah, baik untuk peralatan,
manpower hingga asuransi. Namun demikian, dampak langsung
dari penambangan terbuka terhadap lingkungan tentunya lebih
besar daripada tambang tertutup mengingat cara kerja yang
berkontak langsung dengan aktivitas hidup di permukaan bumi.
Tambang tertutup akan jadi pilihan yaitu ketika tambang
terbuka sudah tidak memungkinkan lagi dilakukan, dan melihat
nilai ekonomis batubara yang akan diambil. Sistem tambang
batubara tertutup banyak dilakukan di negara-negara Eropa. Di
Indonesia, sistem penambangan tertutup yang masih beroperasi
antara lain Tambang Batubara Ombilin, PT. BA, Sawahlunto,
Sumatera Barat; Tambang PT. Kitadin, Tenggarong, Kalimantan
Timur; Tambang PT. Fajar Mas Murni di tepi Sungai Mahakam,
Tenggarong, Kalimantan Timur. Pemilihan sistem penambangan
batubara, baik tambang terbuka maupun tambang tertutup
ditentukan oleh kondisi geologi batuan penutup, batuan dasar dan
karakteristik material batuan tersebut, cadangan mineral dan
karakteristiknya, nilai ekonomis mineral yang dapat diambil,
11
serta pertimbangan ekonomis untuk biaya penambangan dan
pertimbangan teknik pelaksanaan.
12
4. Setelah lapisan penutup terbuka dan tampak lapisan
batubara seluas area yang memadai, maka proses
penambangan dapat dilakukan.
5. Batubara diambil kemudian diangkut menuju stockpile
dimana di tempat itu batubara akan dibersihkan dari
kontaminannya dan dihancurkan oleh crusher menjadi
pecahan-pecahan yang lebih kecil. Selanjutnya batubara
siap diangkut dengan trailer ke pelabuhan, dan dinaikan
ke atas tongkang.
13
stockpile atau stockrom. Dalam aktivitas ini digunakan
dumptruck sebagai alat angkutnya.
Aktivitas road maintaining, yaitu perawatan jalan
tambang. Alat yang digunakan adalah buldozer dan
grader. Dan masih banyak aktivitas yang lain.
14
permukaan dan batu bara; bucket wheel excavator (mobil
penggali serok); dan ban berjalan.
Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan
dipisahkan pertama kali dengan bahan peledak; batuan
permukaan tersebut kemudian diangkut dengan menggunakan
katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu
bara terlihat, lapisan batu bara tersebut digali, dipecahkan
kemudian ditambang secara sistematis dalam bentuk jalur-
jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam truk besar atau ban
berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau
langsung ke tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan.
Beberapa ahli pertambangan telah melakukan
klasifikasi metode penambangan terbuka dan bawah tanah
antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clarck
(1964). Dasar dari pembagian metode ini adalah beberapa
kombinasi subyektif dari spasial, geologi dan faktor geoteknik.
Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalkan lebih
kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem, tetapi
menggunakan dasar pe ndekatan yang sama seperti Peele
adalah Morrison dan Russel (1973), Broshkov dan Wright
(1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982).
Untuk saat ini yang diperlukan adalah klasifikasi dari metode
penambangan yang mempunyai ciri : (H.L. Hartman, 1987)
15
1. Umum (dapat diaplikasi kesemua komoditi tambang,
batubara dan non batubara).
2. Termasuk pada metode yang sedang berjalan dan
menjanjikan sebuah metode baru yang sedang
dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara
keseluruhan.Mengenai perbedaan kelas metode yang
besar dan biaya relatif.
Kategori yang digunakan oleh Hartman adalah :
1) Dapat diterima (acceptable) : tradisional atau baru
2) Lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah
tanah)
3) Kelas dan sub kelas
4) Metode.
2.4.1.1 Keuntungan dan Kerugian Tambang Terbuka
Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan
pada metode yang dapat memberikan keuntungan
optimum dan bukan pada dangkal dalamnya letak
endapan bahan galian tersebut, serta mempunyai
perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik.
Keuntungan dari tambang terbuka antara lain :
Ongkos penambangan per ton atau per bcm
endapan mineral/bijh lebih murah karena tidak
16
perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan
penerangan.
Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan
langsung dengan udara luar dan sinar matahari.
Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran
besar dapat lebih leluasa, sehingga produksi bisa
lebih besar.
Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien,
leluasa dan hasilnya lebih baik, karena :
-Adanya bidang besar (free face) yang lebih
banyak-Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh
peledakan dapat dihembuskan angin dengan cepat
Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar,
karena batas endapan dapat dilihat dengan jelas.
Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin
timbul terutama akibat kelongsoran.
Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade
control) lebih mudah.
2.4.1.2 Macam-Macam Tambang Batu Bara
Terbuka
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara
didasarkan pada letak endapan, dan alat-alat mekanis
yang dipergunakan. Teknik penambangan pada
17
umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan
topografi daerah yang akan ditambang. Jenis-jenis
tambang terbuka batubara dibagi menjadi :
1. Contour mining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan
batubara yang tersingkap di lereng pegunungan atau
bukit. Cara penambangannya diawali dengan
pengupasan tanah penutup (overburden) di daerah
singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis
ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan
penambangan endapan batubaranya. Penambangan
dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas
endapan yang masih ekonomis bila ditambang.
Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi
menjadi beberapa metode, antara lain :
a. Conventional contour mining
Pada metode ini, penggalian awal dibuat
sepanjang sisi bukit pada daerah dimana batubara
tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup
dilakukan dengan peledakan dan pemboran atau
menggunakan dozer dan ripper serta alat muat
front end leader, kemudian langsung didorong
dan ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah
18
(Gambar 2.). Pengupasan dengan contour
stripping akan menghasilkan jalur operasi yang
bergelombang, memanjang dan menerus
mengelilingi seluruh sisi bukit.
19
lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan
ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2
siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3
digali dan berlanjut ke siklus penggalian blok 2
dan menimbun tanah buangan pada blok awal.
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan
diratakan kembali, maka lapisan tanah penutup
blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara
pada blok 3 tersingkap semua. Lapisan tanah
penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian
lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke
blok 4 dan seterusnya sampai selesai (Gambar 3.
). Penggalian beruturan ini akan mengurangi
jumlah lapisan tanah penutup yang harus
diangkut untuk menutup final pit.
20
c. Haulback contour mining
Metode haulback ini (Gambar 4 dan 5) merupakan
modifikasi dari konsep block-cut, yang
memerlukan suatu jenis angkutan overburden,
bukannya langsung menimbunnya. Jadi metode ini
membutuhkan perencanaan dan operasi yang teliti
untuk bisa menangani batubara dan overburden
secara efektif.
Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan,
yaitu:
1. Truk atau front-end loader
2. Scrapers
3. Kombinasi dari scrapers dan truk
21
Gambar 5. Teknik Haulbuck Truck dengan
menggunakan kombinasi scraper dan truck
22
ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya,
sehingga memungkinkan perolehan batubara 100%.
23
tanah penutup dan penimbunannya tidak terlalu
mengganggu lingkungan. Kemudian lapisan tanah
penutup ini ditimbun di belakang daerah yang
sudah ditambang (Gambar 8).
2)
3)
4)
5)
Gambar 8. Conventional Area Mining Method
24
6)
7)
8)
9)
25
Gambar 2.10. Block Area Mining
26
Gambar 11. Open Pit Method pada Lapisan Miring
b. Lapisan tebal
Pada cara ini penambangan dimulai dengan
melakukan pengupasan tanah penutup dan
penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah
ditambang. Sebelum dimulai, harus tersedia
dahulu daerah singkapan yang cukup untuk
dijadikan daerah penimbunan pada operasi
berikutnya (Gambar 12.). Pada cara ini, baik
pada pengupasan tanah penutup maupun
penggalian batubaranya, digunakan sistem
jenjang (benching system).
27
Gambar 12.. Open Method pada lapisan tebal
28
ini merupakan indikator tingkat ekonomis suatu kegiatan
penambangan.
29
terbuka adalah US$50, dan biaya pengupasan adalah US$10,
maka nisbah pengupasan atau SR adalah 10. Dari gambar 1 di atas
terlihat bahwa sampai dengan posisi tertentu yang merupakan
batas SR, penambangan terbuka lebih menguntungkan untuk
dilakukan. Sedangkan lewat batas tersebut, penambangan akan
lebih ekonomis bila dilakukan dengan menggunakan metode
tambang dalam.
Selain perhitungan di atas, kondisi lain yang
mengakibatkan penambangan bawah tanah harus dilakukan
adalah:
1) Posisi lapisan batubara berada di bawah laut.
Contohnya adalah tambang batubara Mitsui Miike
Jepang, yang bagian terdalam lapangan penggaliannya
sekitar 850 m di bawah permukaan laut. Tambang
terbesar di Jepang ini tutup pada tanggal 30 Maret 1997,
setelah beroperasi selama 124 tahun.
2) Posisi batubara terletak jauh di kedalaman tanah.
Contohnya adalah tambang dalam PT Kitadin Embalut dan
PT Fajar Bumi Sakti di Kalimantan Timur.
Meskipun perhitungan kelayakan ekonomis di atas
merupakan faktor utama untuk menentukan metode
penambangan, hal – hal lain yang juga menjadi faktor
pertimbangan diantaranya adalah kondisi sosial calon lokasi
30
tambang, masalah lingkungan hidup, dan status hukum lokasi
yang akan ditambang. Hal inilah yang menyebabkan baik
tambang terbuka maupun tambang dalam memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing – masing.
Pada tambang terbuka misalnya, meskipun investasinya
lebih kecil dan memiliki tingkat keterambilan batubara (recovery)
di atas 90%, tapi kurang bersahabat dari segi lingkungan dan
terkadang menimbulkan gesekan dengan masyarakat sekitar
terkait polusi debu maupun masalah kepemilikan lahan.
Sebaliknya untuk tambang dalam, meskipun masalah sosial
maupun kerusakan lingkungan relatif dapat dihindari, tapi
kekurangannya adalah investasi awal yang besar, dan tingkat
keterambilan batubara yang tidak setinggi pada tambang terbuka.
Dengan mengemukanya isu kelestarian lingkungan dewasa ini,
tambang dalam merupakan satu-satunya pilihan pada
penambangan batubara yang cadangannya tersimpan di lokasi
hutan lindung misalnya.
2.4.2.1 Teknologi Tambang Dalam
Pada prinsipnya, penambangan batubara dengan
menggunakan metode tambang dalam memerlukan 3
persyaratan teknis yang mutlak harus dipenuhi, yaitu:
1) Pemahaman secara menyeluruh terhadap kondisi alam di
lokasi yang akan ditambang.
31
2) Teknologi penambangan yang sesuai dengan kondisi
lapangan penggalian, aman, ekonomis, dan menghasilkan
tingkat keterambilan batubara yang tinggi.
3) Sumber daya manusia yang handal.
32
tambang, dan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang
panas di dalam tambang akibat panas bumi, panas oksidasi, dll.
Dengan memperhatikan ketiga tujuan di atas, maka
volume ventilasi (jumlah angin) yang cukup harus
diperhitungkan dalam perencanaan ventilasi. Secara ideal, jumlah
angin yang cukup tersebut hendaknya terbagi secara merata untuk
lapangan penggalian (working face), lokasi penggalian maju
(excavation/development), serta ruangan mesin dan listrik
Jumlah angin yang terlalu kecil akan menyebabkan gas –
gas mudah terkumpul sehingga konsentrasinya meningkat,
jumlah pasokan oksigen berkurang, dan lingkungan kerja menjadi
tidak nyaman. Sebaliknya, bila volume anginnya terlalu besar,
maka hal ini dapat menimbulkan masalah serius pula yaitu
swabakar batubara (spontaneous combustion).
Swabakar batubara terjadi akibat proses oksidasi
batubara. Dalam kondisi normal, batubara akan menyerap
oksigen di udara dan menimbulkan proses oksidasi perlahan,
sehingga terjadi panas oksidasi. Karena nilai konduktivitas panas
batubara adalah 1/4 dari konduktivitas panas batuan, maka panas
oksidasi sulit berpindah ke batuan di sekitarnya, sehingga akan
terus terakumulasi di dalam batubara secara perlahan. Bila sistem
ventilasi yang baik untuk menangani hal ini tidak dilakukan,
33
maka suhunya akan terus meningkat sehingga dapat mencapai
titik nyala, dan akhirnya menimbulkan kebakaran.
Adapun berdasarkan teknik pengambilan batubaranya,
metode tambang dalam secara umum terbagi dua, yaitu Room &
Pillar (RP) dan Long Wall (LW).
2.4.2.2 Room & Pillar Mining
Pada metode penambangan RP, batubara diekstraksi
dengan meninggalkan pilar yang difungsikan sebagai
penyangga ruang kosong (room) pada lapisan batubara di
dalam tanah. Ruang kosong itu sendiri terbentuk sebagai
akibat terambilnya batubara pada lapisan yang
bersangkutan. Adapun ukuran pilar ditentukan dengan
menghitung kekuatan batuan atap, lantai serta
karakteristik lapisan batubara, yang dalam hal ini adalah
tingkat kekuatan/kekerasannya.
Pada praktiknya, area yang akan ditambang dibagi
terlebih dulu ke dalam bagian – bagian yang disebut panel,
dimana pengambilan batubara dilakukan di dalamnya.
Sebagaimana terlihat pada gambar 3 di bawah, barrier
pillar berfungsi untuk memisahkan panel – panel
penambangan, sedangkan panel pillar berfungsi untuk
menahan ruang kosong pada panel saja. Dengan
demikian, meskipun masih terdapat resiko runtuhan atap
34
pada suatu panel, tapi keberadaan barrier pillar akan
memberikan jaminan keamanan melalui penyanggaan
area tambang secara keseluruhan.
35
Gambar 15.. Perencanaan RP
RP adalah metode penambangan yang sederhana dan
tidak memerlukan biaya yang besar. Akan tetapi, cara ini
hanya akan menghasilkan recovery batubara yang rendah,
umumnya maksimal 60%, disamping memerlukan
kondisi lapisan batubara yang landai (flat) dan relatif
tebal. Selain itu, RP hanya bisa diterapkan pada
penambangan lapisan batubara yang dekat dengan
permukaan tanah karena tekanan batuannya belum begitu
besar. Seiring makin dalamnya lokasi penambangan
berarti tekanan batuan akan membesar, serta potensi emisi
gas dan keluarnya air tanah akan bertambah. Pada kondisi
demikian, RP sudah tidak layak lagi untuk dilakukan
sehingga diperlukan metode lain yang lebih aman dan
ekonomis, yaitu Long Wall.
36
2.4.2.3 Long Wall Mining
Pada metode ini, penambangan dilakukan setelah terlebih
dulu membuat 2 buah lorong penggalian pada suatu blok
lapisan batubara. Lorong yang satu terhubung dengan
lorong peranginan utama (main shaft in-take), berfungsi
untuk menyalurkan udara segar serta untuk pengangkutan
batubara. Lorong ini sebut dengan main gate. Sedangkan
lorong satunya lagi yang disebut dengan tail gate
terhubung dengan lorong pembuangan utama (main shaft
out-take/exhaust), berfungsi untuk menyalurkan udara
kotor keluar tambang serta untuk pengangkutan material
ke lapangan penggalian (working face). Udara kotor yang
dimaksud disini adalah udara yang telah melewati
lapangan penggalian, sehingga telah tercampur dengan
debu batubara dan gas – gas seperti metana,
karbondioksida, CO, atau gas yang lain tergantung dari
kondisi geologi di lokasi tersebut. Pada gambar 16 di
bawah, udara bersih ditunjukkan dengan panah warna
biru, sedangkan udara kotor dengan panah warna merah.
37
Bila ditinjau dari arah kemajuan lapangan (working face),
maka terdapat 2 metode pada LW, yaitu advancing LW
(LW maju) dan retreating LW (LW mundur).
Pada advancing LW, penggalian maju untuk main gate
dan tail gate dilakukan bersamaan dengan penambangan
batubara, seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini
38
Kelebihan metode ini adalah produksi dapat segera
dilakukan bersamaan dengan penggalian lorong main gate
dan tail gate. Namun seiring dengan semakin majunya
penggalian, maintenance kedua lorong menjadi semakin
sulit dilakukan karena tekanan lingkungan yang
bertambah akibat keberadaan gob yang meluas. Selain
membawa resiko ambrukan, tekanan batuan tersebut juga
akan menyebabkan dinding lorong yang merupakan sekat
antara kedua lorong dengan gob menjadi mudah retak dan
rusak sehingga angin dapat mengalir masuk ke dalam gob.
Karena di gob juga terdapat banyak serpihan atau
bongkahan batubara yang tersisa, maka masuknya angin
ke lokasi ini secara otomatis akan meningkatkan potensi
swabakar. Disamping itu, kelemahan metode LW maju
yang lain adalah rentan terhadap fenomena geologi yang
tidak menguntungkan yang muncul di dalam tambang,
misalnya patahan atau batubara menghilang (wash out).
Tidak sedikit penggalian LW maju terpaksa harus terhenti
dan pindah ke lokasi lain dikarenakan faktor geologi tadi.
Agar penambangan menjadi lebih efektif, aman, dan
ekonomis, maka pada LW diterapkan metode mundur atau
retreating.
39
Pada LW mundur, main gate dan tail gate dibuat terlebih
dulu pada blok lapisan batubara yang ingin ditambang,
dengan panjang lorong dan lebar area penggalian
ditentukan berdasarkan kondisi geologi serta teknik
penambangan yang sesuai di lokasi tersebut. Gambar 18
di bawah ini menunjukkan pekerjaan persiapan lapangan
penggalian, sedangkan Gambar 19 menampilkan
lapangan penggalian yang telah siap untuk dilakukan LW
mundur.
40
Gambar 19.. Lapangan yang telah siap untuk LW Mundur
Penambangan
Gambar 20. dapat dilakukan
Kondisi denganLW
penambangan menggunakan
Mundur
kombinasi penyangga besi (steel prop) dan link bar
untuk menopang atap lapangan, serta coal pick untuk
ekstraksi batubara. Sedangkan kereta tambang (mine car)
digunakan sebagai alat transportasi batubara.
41
Gambar 21. LW mundur menggunakan steel prop & link bar
42
terlebih dulu memperhatikan kondisi geologi dan
perencanaan penambangan secara jangka panjang.
Mekanisasi pada lapangan penggalian misalnya melalui
kombinasi penggunaan drum cutter dan penyangga
berjalan (self-advancing support), sedangkan pada
fasilitas transportasi batubara misalnya dengan
menggunakan belt conveyor.
43
Gambar 24. Self-advancing support
44
Gambar 25. Akhir Penggalian LW Mundur
45
2.4.3 Metode Penambangan dengan Auger (Auger Mining)
Auger mining adalah sebuah metode penambangan
untuk permukaan dengan dinding yang tinggi atau penemuan
singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan pemboran
ataupun penggalian bukaan ke dalam lapisan di antara lapisan
penutup. Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah
metode untuk mendapatkan batubara dari sisi kiri dinding tinggi
setelah penambangan permukaan secara konvensional.
Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip
skala besar drag bit rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger
mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan
memiringkan konveyor atau pemuatan dengan menggunakan
loader ke dalam truk.
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger
mining adalah tugas yang mudah jika dilakukan bersamaan
dengan pemakaian metode open cast atau open pit. Setelah
kondisi dinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada
lokasi. Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini
berdasarkan Pfleider (1973) dan Anon (1979) adalah endapan
yang memiliki penyebaran yang baik dan kemiringannya
mendekati horisontal, serta kedalamannya dangkal (terbatas
sampai ketinggian dinding dimana auger ditempatkan)
46
Gambar 26. Auger mining method
47
2.5. Faktor-Faktor dalam Pemilihan Sistem Penambangan1.
1. Sifat keruangan dari endapan bijih
a. Ukuran (dimensi : tinggi atau tebal khususnya)
b. Bentuk (tanular, lentikular, massif, irregular)
c. Posisi (miring, mendatar atau tegak)
d. Kedalaman (nilai rata-rata, nisbah pengupasan)2
2. Kondisi Geologi dan Hidrogi
a. Mineralogy dan petrologi (sulfida atau oksida)
b. Komposisi kimia (utama, hasil samping)
c. Struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas)
d. Bidang lemah (kekar, fracture, cleavage dalam mineral)
e. Keseragaman, alterasi, erosi
f. Air tanah dan hidrologi
3. Sifat Geomekanik
a. Sifat elastic (kekuatan, modulus elastic, koefesien poison)
b. Perilaku plastis atau viscoelastis (flow, creep)
c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
d. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten
e. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas,
permeabilitas, lengas bebas, lengas bawaan)
48
BAB III
penambangan ?.
1. Sifat keruangan dari endapan bijih
a. Ukuran (dimensi : tinggi atau tebal khususnya)
b. Bentuk (tanular, lentikular, massif, irregular)
c. Posisi (miring, mendatar atau tegak)
d. Kedalaman (nilai rata-rata, nisbah pengupasan)2
2. Kondisi Geologi dan Hidrogi
a. Mineralogy dan petrologi (sulfida atau oksida)
b. Komposisi kimia (utama, hasil samping)
49
c. Struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi,
diskontinuitas)
d. Bidang lemah (kekar, fracture, cleavage dalam
mineral)
e. Keseragaman, alterasi, erosi
f. Air tanah dan hidrologi
3. Sifat Geomekanik
a. Sifat elastic (kekuatan, modulus elastic, koefesien
poison)
b. Perilaku plastis atau viscoelastis (flow, creep)
c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
d. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten
e. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas,
permeabilitas, lengas bebas, lengas bawaan)
50
BAB IV
PENUTUP
51
Poin utama yang ingin kami sampaikan adalah jangan
pernah menganggap kekayaan alam hanya sebagai barang
komoditas belaka yang setelah dieksploitasi dengan teknologi
yang relatif mudah seperti open cut mining terus kemudian
ditinggalkan begitu saja. Tambang dalam memerlukan investasi
yang tidak sedikit, membutuhkan waktu untuk persiapan
produksi, serta resiko kerja yang relatif tinggi. Jepang contohnya
dalam hal ini, dalam waktu yang bersamaan rupanya mampu
melihat nilai strategis dari eksistensi tambang dalam. Mereka
memberikan contoh yang nyata betapa meskipun posisinya
berada di bawah laut, mereka tetap mengusahakan batubara dan
memberikan banyak insentif bagi industri tambang dalam untuk
pengembangan teknologi penambangan, keselamatan (safety),
serta pemrosesan batubara, yang efek rantai dari penguasaan
teknologi itu membawa mereka kepada penguasaan teknologi
canggih lainnya.
52
DAFTAR PUSTAKA
http://wikipedia.org.
53