Portofolio II Hernia Scrotalis PDF
Portofolio II Hernia Scrotalis PDF
HERNIA SCROTALIS
Disusun Oleh:
Pendamping:
Obyektif Presentasi :
Deskripsi
Pria, 70 tahun, mengeluh kantung pelir sebelah kanan membesar sejak 10 jam
sebelum masuk RS, terasa nyeri, tidak bisa kentut dan BAB, mual-mual dan muntah-
muntah
Tujuan
1. Diagnosis/Gambaran Klinis: 10 jam SMRS kantung pelir pasien yang sebelah kanan
membesar kira-kira sebesar bola tenis, tidak nyeri, bisa kentut dan BAB seperti biasa,
2. Riwayat Pengobatan: -
1
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien mengaku kantung pelir yang sebelah kanan sering
4. Riwayat Keluarga: tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit serupa
dengan pasien
6. Lain-lain:-
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidayat, R.; Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC, pp. 519-37
4. Norton, Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and Clinical
5. Swartz, M.H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany R.F,
6. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO. 151-156.
7. Debas, Haile T. 2003. Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and Management. New York:
Springer
th
8. Brunicardi, et al. 2006. Schwartz’s Manual Surgery 8 edition. New York: McGraw-Hill
Hasil Pembelajaran
2
PEMBAHASAN
HERNIA SCROTALIS
Definisi1,2
Klasifikasi1,2
Menurut sifat atau keadaannya, hernia dibedakan menjadi:
1. Hernia Reponibel
Disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat kembali ke dalam rongga
perut dengan sendirinya. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada
keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
2. Hernia Ireponibel
Disebut hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun
tanda sumbatan usus.
3. Hernia Inkarserata
Disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya, terjadi gangguan pasase seperti muntah, tidak bisa flatus
maupun buang air besar. Secara klinis, hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase.
4. Hernia Strangulata
Disebut hernia strangulata bila telah terjadi gangguan vaskularisasi. Pada
keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat
3
jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan
sampai nekrosis.
Epidemiologi2,3
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis (indirek) dan hernia ingunalis
medialis (direk) dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita,
sedangkan pada wanita lebih sering terjadi hernia femoralis. Perbandingan
antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis
pada pria dipengaruhi oleh umur.
Hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi pada bayi prematur daripada
bayi aterm di mana sebanyak 13,7% berkembang pada bayi yang lahir pada usia
kandungan di bawah 32 minggu.
Etiologi1
Penyebab terjadinya hernia scrotalis yaitu:
1. Kongenital atau bawaan sejak lahir di mana tidak terjadi penutupan
processus vaginalis yang menghubungkan rongga peritoneum dengan
scrotum.
2. Dapatan, seperti:
a. Kelainan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
seperti batuk kronis, hipertrofi prostat, ascites, dan konstipasi
b. Kelemahan dinding abdomen karena faktor usia
Patofisiologi4
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati
dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis merupakan evaginasi diverticular peritoneum yang
membentuk bagian ventral gubernaculum bilateral. Pada pria testis awalnya
terletak retroperitoneal dan dengan adanya processus vaginalis, testis akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum akibat adanya kontraksi pada ligamentum
4
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga
angka kejadiannya lebih banyak pada sebelah kanan.
Proses selanjutnya yang terjadi adalah menutupnya processus vaginalis.
Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis
lateralis akan terjadi. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan
karena kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30%
autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya telah
menutup sempurna.
Manifestasi Klinis2
Pada hernia yang reponibel bisa saja tidak ditemukan gejala apapun
termasuk penonjolan pada lokasi hernia, sedangkan pada hernia ireponibel
penonjolan jelas terlihat pada lokasi hernia akan tetapi tidak menimbulkan
keluhan seperti nyeri dan defans muskular.
Pada hernia inkarserata, tampak penonjolan pada lokasi hernia dengan
disertai rasa nyeri dan tanda-tanda obstruksi saluran cerna seperti muntah, sulit
flatus, sulit buang air besar, dan peningkatan bising usus.
Pada hernia strangulata tampak gejala seperti pada hernia inkarserata
namun pasien tampak lebih toksik. Keadaan toksik ini kemungkinan disebabkan
oleh isi hernia yang telah mengalami iskemia atau bahkan nekrosis.
Diagnosis5
Diagnosis hernia scrotalis dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
5
dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
6
lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki
oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam
kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan
batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang
menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien
berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan
tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan
hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan
nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari
telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka
memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk
kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara
mana yang anda rasakan lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya,
suatu hernia inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu
dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu
tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Diagnosis Banding5
Adapun diagnosis banding dari hernia scrotalis seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini.
7
5
Tabel 1. Diagnosis Banding Pembesaran Skrotum yang Lazim Dijumpai
Penatalaksanaan1,2,3,6,7,8
1. Konservatif
a. Reposisi Spontan
Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan
merelaksasikan pasien. Pasien harus istirahat untuk mengurangi
tekanan intraabdomen.
Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut
pasien.
Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih rendah
daripada kaki (Trandelenburg).
Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan
eksternal rotasi maksimal (seperti kaki kodok).
Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air
dingin untuk mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat
direncanakan secara elektif
b. Reposisi Bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh
dilakukan pada apeks hernia karena justru akan menyebabkan isi
8
hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis
bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.
2. Pembedahan
Indikasi pembedahan:
Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi
9
Gambar 2. Teknik melakukan anestesi lokal pada operasi hernia
Insisi. Oblique atau tranverse, 0,5 inchi diatas titik midinguinal (6-8 cm).
Setelah memotong fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam hingga
mencapai aponeurosis musculus obliquus eksternus.
Membuka canalis inguinalis. Identifikasi ring eksterna yang terletak
pada aspek superior dan lateral dari tuberculum pubicum. Dinding anterior dari
kanalis inguinalis dibuka sejajar serat dari aponeursis musculus obliquus
eksternus, lakukan preservasi N. Iliohipastric dan N.ilioinguinal. Lakukan
identifkasi dan mobilisasi spermatic cord, dimulai dari bagian tuberculum
pubicum, mobilisasi secara sirkular, dan retraksi dengan penrose drain atau
kateter foley.
Identifikasi kantong hernia. Kantong hernia indirek ditemukan pada
aspek anteromedial dari spermatic cord. Setelah dijepit dengan klem, kantong
diotong ke arah proksimal. Pada hernia direk, kantong hernia ditemukan di
trigonum Hesselbach.
Eksisi kantong hernia. Pada kantong hernia indirek, setelah kantong
dibuka semua isi kantong hernia, dapat berupa usus atau omentum, dimasukkan
ke dalam intra-abdomen. Kemudian leher hernia dijahit dan diligasi. Kantong
dieksisi dibagian distal dari ligasi. Sementara pada hernia direk kantong dapat
10
diinsersikan ke rongga peritoneum, namun pada kantong yang besar diakukan
eksisi pada kantong.
Pada bayi dan anak-anak, operasi hernia terbatas dengan memotong
kantong hernia. Tidak diperlukan repair pada hernia bayi dan anak. Hal ini
didasarkan bahwa sebagian besar hernia pada anak tidak disertai dengan
kelemahan dinding abdomen.
11
dengan ligamentum inguinal dimulai dari tuberculum pubicum. Karena jahitan
aproksimasi pada teknik ini yang berlapis, kejadian rekurensi dari teknik ini jarang
dilaporkan.
12
Tension-Free Herniorrhaphy/ Lichtenstein. Teknik ini menggunakan
mesh prostetik untuk untuk mencegah terjadinya tension. Dapat dilakukan
dengan anastesi lokal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teknik ini
memberikan outcome yang lebih baik; pasien lebih cepat untuk kembali berkerja,
nyeri pasca operasi yang lebih minimal, pasien lebih nyaman dan rekurensi yang
lebih minimal. Teknik ini dapat digunakan baik pada hernia direk maupun hernia
indirek.
Variasi teknik dengan menggunakan mesh telah berkembang hingga
menggunakan mesh plug, disamping mesh patch seperti tenik diatas. Mesh plug
digunakan untuk mengisi defek pada hernia. Mesh patch ini dapat
dikombinasikan dengan mesh plug, dan teknik ini cukup berkembang saat ini.
Teknik ini juga dapat digunakan pada kasus-kasus hernia rekuren.
13
Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
Lesi vas defferens, buli buli, usus
Komplikasi lanjut:
Atrofi Testis
Hernia residif
14