Anda di halaman 1dari 4

Tabel 2.

2 Kemampuan Berpikir Kritis menurut Delphi Report


Indikator Definisi Subskill
Interpretation kemampuan untuk mengerti dan Mengkategorikan,
menyatakan arti atau maksud mengkodekan data,
suatu pengalaman, situasi, data, memperjelas makna
peristiwa, keputusan, konvesi,
kepercayaan, aturan, prosedur
atau kriteria.
Analysis kemampuan untuk Menguji gagasan,
mengidentifikasi gagasan atau mengidentifikasi
argumen untuk manyatakan argumen,
kepercayaan, keputusan, menganalisis argumen
pengalaman, alasan, informasi
atau pendapat.
Evaluation kemampuan untuk menilai Menilai kredibilitas
kredibilitas pernyataan atau klaim, menilai
penyajian lain dengan menilai kualitas argumen yang
atau menggambarkan persepsi telah dibuat dengan
penalaran induktif dan
seseorang, pengalaman, situasi,
deduktif.
keputusan, kepercayaan.
Inference kemampuan untuk Mempertanyakan
mengidentifikasi dan memilih pernyataan,
unsur-unsur yang diperlukan memikirkan alternatif,
untuk membentuk kesimpulan menarik kesimpulan
yang beralasan atau untuk
membentuk hipotesis dengan
memperhatikan informasi yang
relevan.
Explanation kemampuan untuk menyatakan Menyatakan hasil,
hasil proses reasoning menjelaskan metode,
seseorang, kemampuan untuk mengemukakan
membenarkan bahwa suatu argumen
alasan berdasar bukti, konsep,
metodologi, suatu kriteria
tertentu dan pertimbangan
yang masuk akal.
Self kesadaran seseorang untuk Memeriksa dan
regulation memonitor proses kognisi mengoreksi diri
dirinya, unsur-unsur yang sendiri
digunakan dalam proses
berpikir dan hasil yang
dikembangkan, khususnya
dengan mengaplikasikan
keterampilan menganalisis dan
mengevaluasi kemampuan diri
dalam mengambil kesimpulan.
Sumber: (Facione, 2015)
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan berpikir seseorang dapat diukur menggunakan
indikator-indikator yang diungkapkan oleh beberapa ahli. Pemilihan indikator yang akan
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis bergantung pada konteks penelitian.
C. Metode dan Contoh Instrumen Pengukuran Ctitical Thinking
Kemampuan berpikir kritis (critical thiking) dapat diukur dengan beberapa cara atau
metode. Menurut Ennis (2001) kemampuan berpikir kritis dapat diukur menggunakan tes
standart yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli dan tes yang dikembangkan sendiri oleh
peneliti. Tes standart untuk mengukur kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah California
Critical Thinking Skill Test (CCTST) yang telah dikembangkan oleh Facione dan Watson Glaster
Critical Thinking Aprasial (WGCTA) yang dikembangkan oleh Watson-Glaser.
1. Watson Glaster Critical Thinking Aprasial (WGCTA)
WGCTA oleh Watson Glaster adalah sebuah contoh alat yang menggunakan metode
mengukur outcome berpikir kritis dari komponen atau stimulus yang diberikan. Elemen berpikir
kritis yang dinilai dalam alat ukur ini adalah inference, recognition of assumptions, deduction,
interpretation, dan evaluation of argument (Watson & Glaser, 2008). Setiap indikator diwakili
oleh satu soal dengan cara pengerjaan yang berbeda. WGCTA ini biasanya digunakan untuk tes
masuk kerja. Contoh soal tes WGCTA dapat dilihat dalam Lampiran 1.
2. California Critical Thinking Skill Test (CCTST)
California Critical Thinking Skill Test (CCTST) adalah salah satu jenis instrumen tes
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. Instrumen ini dikembangkan berdasarkan hasil
konsensus para ahli di Amerika dengan menggunakan pendekatan berpikir induktif dan deduktif
yang telah diuji validitas dan realibilitasnya. CCTST mengukur 5 elemen berpikir kritis yaitu
analysis, evaluation, inference, deduktif and induktif reasoning secara umum. Instrumen tes
dapat dibeli melalui http://www.insightassessment.com. Contoh soal tes dalam CCTST disajikan
dalam Lampiran 2.
Selain tes standart, Ennis (1993) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat
diukur melalui instrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti. Instrumen yang dibuat harus
berdasarkan indikator-indikator berpikir kritis. Bentuk tes untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis berupa soal pilihan ganda beralasan, soal uraian, dan tes performance. Contoh instrumen
soal berpikir kritis dan rubrik penilaiannya dapat dilihat dalam Lampiran 3.
Lebih lanjut lagi, Ennis menyarankan lebih baik menggunakan soal uraian yang karena
dapat mengetahui pikiran siswa secara komprehensif. Contoh soal uraian yang digunakan untuk
mengases kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan oleh Erceg, dkk (2013). Mereka
menyelidiki kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan dua soal ill-defined physics problem.
Soal pertama meminta siswa untuk mengenali asumsi yang salah dalam pernyataan (recognition
of asumption) yang diberikan berikut.

Problem 1
Wishing to measure body mass, the girl stands on the scale
and reads the value of 30 kg. If she takes a kids’ helium balloon
in hand, the scale shows the lower value.
a. What is the mass of the girl with a balloon that reads on
the scale if buoyancy of the balloon is 100 N? (g ≈10 m/s))
b. Are the data in the problem realistic? Why?

Pada soal ke dua, siswa diharapkan untuk menemukan data yang tidak relevan dalam informasi
yang disajikan dan menemukan data yang relevan namun tidak ditemukan dalam informasi yang
diberikan (evaluation).
Problem 2
The tennis player serves a ball with the speed 36 m/s. A third of a second later, a
poorly served ball stops suddenly at the net 12 m away. What is the stopping
acceleration of the ball? (Air resistance is negligible.)
What would you answer to him?

Penilaian terhadap jawaban siswa pada soal 1 dan 2 dilakukan dengan memberikan judgement
benar atau salah. Benar artinya siswa dapat mengenali asumsi yang salah dan mengevaluasi data
yang kurang relevan. Salah berarti siswa menjawab permasalahan menggunakan konsep fisika
namun tidak mengenali asumsi yang salah dan data yang tidak relevan.
Jawaban siswa yang berbentuk uraian dapat dinilai dengan membuat rubrik penilaian.
Contoh instrumen dan rubrik penilaian yang telah dikembangkan oleh St. Peternburg College
(2009) topik water conservation dapat dilihat pada Lampiran 4. Rubrik ini dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis di berbagai bidang dengan membuat scenario atau
soal yang dapat disesuaikan dengan keinginan peneliti.
Tes performance untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk membuat essay dalam topik tertentu. Penilaian dilakukan
berdasarkan rubrik penilaian yang disusun berdasarkan indikator-indikator berpikir kritis. Contoh
rubrik tes performance untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada
Lampiran 5.

Anda mungkin juga menyukai