Buku Paket Ushul Fikih Kelas XII Guru PDF
Buku Paket Ushul Fikih Kelas XII Guru PDF
Buku Guru
Ushul Fikih
Pend e katan Sa in t ifik K urikulum 2013
Hak Cipta © 2016 pada Kementerian Agama Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Disusun dengan huruf Cambria 12pt, Helvetica LT Std 24 pt, Adobe Nasakh 18pt
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam, salawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada makhluk terbaik akhlaknya
dan tauladan sekalian umat manusia, Muhammad SAW.
Kementerian Agama sebagai salah satu lembaga pemerintah memiliki
tanggungjawab dalam membentuk masyarakat Indonesia yang taat beragama,
rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir-batin sebagaimana ditegaskan
dalam visinya.
Membentuk generasi cerdas dan sejahtera lahir-batin menjadi core (inti)
dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam utamanya Direktorat Pendidikan
madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan berciri khas Islam konsen
terhadap mata pelajaran PAI (Fikih, SKI, Al-qur’an Hadis, Akidah Akhlak dan
bahasa Arab).
Secara filosofis, mata pelajaran PAI yang diajarkan bertujuan mendekatkan
pencapaian kepada generasi kaffah (cerdas intelektual, spiritual dan mental)
jalan menuju pencapaian itu tentu tidak sebentar, tidak mudah dan tidak
asal-asalan namun tidak juga mustahil dicapai. Pencapaian ultimate goal
(tujuan puncak) membentuk generasi kaffah tersebut membutuhkan ikhtiar
terencana (planned), strategis dan berkelanjutan (sustainable).
Kurikulum 2013 sebagai kurikulum penyempurna kurikulum 2006
(KTSP) diyakini shahih sebagai “modal” terencana dan strategis mendekati
tujuan pendidikan Islam. Salah satu upaya membumikan isi K-13 adalah
dengan menyediakan sumber belajar yakni buku, baik buku guru maupun
buku siswa.
Buku Kurikulum 2013 mengalami perbaikan terus menerus (baik dalam
hal tataletak (layout) maupun content (isi) substansi). Buku MI (kelas 3 dan
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Kata Pengantar...................................................................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................................................................. v
BAB V MAZHAB
A. Kompetensi Dasar ................................................................................................................................123
B. Peta konsep .............................................................................................................................................123
C. Indikator ..................................................................................................................................................124
D. Tujuan Pembelajaran ..........................................................................................................................124
E. Materi Pembelajaran............................................................................................................................124
F. Proses Pembelajaran ...........................................................................................................................137
G. Penilaian ...................................................................................................................................................140
1. Menghayati dan mengamalkan aja- 1.1. Meyakini kebenaran tahapan hukum dalam
ran agama yang dianutnya penentuan hukum
1.2. Meyakini potensi ijtihad merupakan anugerah
Allah
1.3. Meyakini potensi ijtihad yang dimiliki setiap
orang
1.4. Menghayati adanya perbedaan sebagai
sunnatullwh
2.
Menghayati dan mengamalkan 2.1 Menunjukkan sikap selektif dan toleransi
perilaku jujur, disiplin, tanggung sebagai implikasi dari materi nasakh mansukh
jawab, peduli (gotong royong, ker- 2.2 Menunjukkan sikap selektif dan toleransi
jasama, toleran, damai) santun, re- sebagai implikasi dari materi taʻwrui al-adillah
sponsif dan pro-aktif dan menun-
2.3 Membiasakan rasa cinta ilmu dalam
jukkan sikap sebagai bagian dari
mempelajari hasil ijtihad dan tata caranya
solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif, 2.4 Memiliki sikap patuh terhadap hasil ijtihad
sosial dan alam serta dalam me- yang benar
nempatkan diri sebagai cerminan 2.5 Membiasakan sikap menghormati pendapat
bangsa dalam pergaulan dunia. sebagai implikasi dari materi perbedaan
makhab
3. Memahami, menerapkan, men- 3.1 Memahami nwsikh mansykh
ganalisis dan mengevaluasi pen- 3.2 Menganalisis ta‘wrui al-adillah
getahuan faktual, konseptual, 3.3 Memahami ketentuan tarjrh
prosedural, dan metakognitif ber- 3.4 Menganalisis ketentuan ijtihwd
dasarkan rasa ingin tahunya ten-
3.5 Memahami ittiba‘ dan hukum ittiba‘
tang ilmu pengetahuan, teknologi,
3.6 Menelaah ketentuan taqlrd
seni, budaya, dan humaniora den-
gan wawasan kemanusiaan,
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan 4.1 Menyajikan contoh proses nwsikh dan mansykh
mencipta dalam ranah konkret 4.2 Menyajikan contoh ta’arud dalam sumber hukum
dan ranah abstrak terkait dengan 4.3 Mempresentasikan contoh talfrq dan tarjrh
pengembangan dari yang dipela- 4.4 Menyajikan contoh ittiba‘ dan taqlrd
jarinya di sekolah secara mandiri,
4.5 Memaparkan contoh perbedaan makhab
serta bertindak secara efektif dan
kreatif, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
C. Indikator
1. Memiliki sikap pemahaman yang utuh terhadap pemahaman konsep khilafah
(pemerintahan) yang benar
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Melalui diskusi siswa dapat merumuskan arti khilafah(pemerintahan) dengan tepat
2. Melalui penggalian informasi siswa dapat menjelaskan tujuan khilafah(pemerintahan)
3. Dengan tanya jawab siswa dapat memberi contoh penerapan 5 dasar khilafahdalam
pelaksanaan kepemerintahan
4. Setelah pembelajaran siswa dapat menjelaskan hikmah khilafahsesuai dengan
konsep Islam dan pemerintahan pada umumnya dengan percaya diri
5. Secara berpasangan dan kerja sama siswa dapat menjelaskan 5 dasar khilafahdan
dasar kepemerintahan yang diterapkan di Indonesia.
E. Materi Pembelajaran
Penerapan pemerintahan dalam praktiknya ada berbagai bentuk. Di antaranya
bentuk monarki, demokrasi, kerajaan, khilafah, dan lain sebagainya. Adapun yang dibahas
dalam pembelajaran ini adalah tentang khilafahyang dikaitkan dengan pemerintahan
modern.
1. Khilafah: khilafahberarti struktur pemerintah yang pelaksanaannya diatur
berdasarkan syariat Islam.Khilafahjuga dapat disebut dengan Imamah atau Imarah.
Pemegang kekuasaan khilafahdisebut Khalifah, pemegang kekuasaan Imamah
disebut Imam, dan pemegang kekuasaan Imarah disebut Amir.
2. Khalifah syaratnya:
a. Berpengetahuan luas.
b. Adil dalam arti luas.
c. Kompeten (Kifayah)
d. Sehat jasmani-rohani.
F. Proses Pembelajaran
1. Persiapan
a. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
b. memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
c. Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri kepada peserta didik.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e. Media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di papan tulis,
kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat juga
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
f. Model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalampencapaian
kompetensiiniadalahbermainperan (role playing). Model pembelajaran ini
bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan peserta didik, mentransfer, dan
mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai dan persepsi peserta didik,
mengembangkan keterampilan (skill) pemecahan masalah dan tingkah laku, dan
mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang berbeda.
G. Penilaian
Contoh soal yang dibuat oleh guru:
a. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Struktur pemerintahan yang dalam pelaksanaanya diatur berdasarkan syariat Islam
lazim disebut …
A. Imamah
B. khilafah
C. Khalifah
D. Khadimah
E. Sultan
2. Berikut ini yang merupakan dalil dari dasar khilafahyang berupa persamaan derajat
adalah….
A. واعتصموا حببل اهلل مجيعا
B. ولكم ىف القصاص حياة يا أوىل األبلاب
C. إن أكرمكم عند اهلل أتقاكم
D. وأمرهم شورى بينهم
E. إن حنن نىح ونميت
ۡ َ ۡ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ َّ َّ
3. Perhatikan ayat berikut!
َ ُۡ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ ٰ َ َۡ َ َٰ ۡ ُ ۡ َٓ ٰ َ ۡ
ٱلحس ِن ِإَويتا ِٕي ذِي ٱلقرب وينه ع ِن ٱلفحشاءِ وٱلمنك ِر ِ ۞ ۡإِن ٱلل يأمر ب ِ َٱلع َّد ِل و
َ َّ ََ ُ ُ ُ ۡ َ
٩٠ غ يَ ِعظك ۡم ل َعلك ۡم تذك ُرون ۚ ِ َوٱل
Ayat di atas sesuai dengan dasar khilafah….
A. Persamaan derajat
B. Ketauhidan
C. Keadilan dan kesejahteraan
D. Musyawarah
E. Persatuan Islamiyah
4. Kehancuran dari umat terdahulu adalah karena ia menghukum mereka yang benar
dan membebaskan mereka yang salah. Peristiwa ini tidak sejalan dengan dasar
khilafah...
إن اهلل يأمر بالعدل واإلحسانayat ini merupakan satu dari dasar khilafahislam yang
berupa …
A. Dasar musyawarah
B. Dasar persatuan
C. Dasar persaudaraan
D. Dasar Ketuhanan
E. Dasar Keadilan
6. Orang yang menggantikan nabi dalam kedudukanya sebagai pemimpin Negara lazim
di sebut
A. Khulafaur rasyidin
B. Imam
C. Amir
D. Sultan
E. Khalifah
8. Khilafahdalam sejarah Islam yang di pilih oleh para pemimpin umat secara langsung
adalah …
A. Abu Bakar
B. Umar bin khatab
10. األبلاب وما يذكروا إال أولوmerupakan salah satu hak rakyat dalam pemerintahan
islam yang berupa ..
A. Hak jaminan hidup
B. Hak mendapatkan keamanan
C. Hak mendapat keadilan
D. Hak menentukan pendapat
E. Hak kebebasan beragama
- Isian:
1. Pengganti
2. Fardlu kifayah
3. Sumpah
4. Rusak
5. Hak dan kewajiban
6. Hak,kewajiban
7. 5 dasar khilafah
8. Baiat
9. Tempat musyawarah
10. Anggota majlis syuro
Rubrik Penilaian
Skor Penilaian untuk pilihan ganda 0.1x10=1
Skor penilaian secara singkat 0.1x10=1
Skor penilaian uraian 5 soal =2
No.
Rubrik penilaian Skor
Soal
a. Jika peserta didik dapat menjelaskan pengertian khilafah
dengan sempurna nilai 0.5.
1. 0,5
b. Jika peserta didik dapat menjelaskan pengertian khilafah
dengan sempurna nilai 0.3.
a. Jika peserta didik dapat menjelaskan 5dasar dengan benar
dan sempurna maka mendapatkan nilai sempurna yakni 0.5
b. Jika peserta didik dapat menjelaskan3dasar khilafah dengan
2 benar tetapi tidak sempurna maka mendapatkan nilai sempurna
0.5
yakni 0,3
c. Jika peserta didik dapat menjelaskan 2 dasar khilafah 0,2
1 1 2 3 4
2
j. Rubrik Penilaian:
1. Kedalaman materi presentasi:
a. Jikapesertadidikdapatmenjelaskandaridasar khilafahsesuai dengan tema yang
diterima yaitu: definisi, dan contoh praktik dalam kehidupan maka nilai siswa=
1,00,
b. Jikapesertadidikdapatmenjelaskandasar khilafah sesu a i dengan tema yang
diterima yaitu: definisi, dan contoh praktik dalam kehidupan tetapi tidak lengkap
maka nilainya 0,5
2. Ketepatan Jawaban:
a. Jikapesertadidikdapatmenjelaskandari4 soal atau lebih maka mendapat nilai 1.00
b. Jikapesertadidikdapatmenjelaskan 2 soal atau lebih maka mendapat nilai 0,5
3. Keberanian menyampaikan:
a. Jika peserta didik dapat menjelaskan dengan lantang dan jelas dari 4 soal atau
lebih maka mendapat nilai 1.00
b. Jikapesertadidikdapatmenjelaskan dengan lantang dan jelas 2 soal atau lebih
maka mendapat nilai 0,5
4. Kerja sama dalam kelompok
a. Jika siswa dalam kelompok dapat memimpin kerja sama kelompok dengan
Penilaian afektif
ASPEK YANG DINILAI
NO NAMA
1 2 3
1
Rubrik Penilaian:
1. Jikapesertadidiksangat aktif nilai A, cukup aktif nilai B kurang aktif C dan tidak
aktif nilai D.
2. Jikapesertadidiksangatmenghormati pendapat nilai A, cukup menghormati B,
kurang menghormati nilai C dan jika tidak menghormati sama sekali nilai D
3. Kecermatan dan ketelitian dalam mengungkapkan pendapat dan penulisan
maka nilai: A, jika cukup nilai B, kurang nilai C dan jika tidak cermat sama sekali
maka nilai D
Keterangan:
- Nilai 1/ BT:Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
Mengetahui,
.................20......
Guru Mata Pelajaran Fikih Orang Tua/Wali Siswa
............................................... ...........................................
• Setiap karya siswa sesuai Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didiksebagai bukti
pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-4.
Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan peserta didik, semakin tinggi skor yang
diberikan. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan
kekuatan tulisan yang dinilai.
H. Pengayaan
Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan yang telah
disiapkan oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan khilwfah. (Guru mencatat dan
memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan).
I. Remedial
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh guru
materi tentang “khilwfah”. Guru akan melakukan penilaian kembali dengan soal yang
sejenis. Remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang disesuaikan contoh:
pada saat jambelajar, apabil amasih ada waktu, atau di luar jam pelajaran (30 menit
setelah jam pelajaran selesai).
C. Indikator
1. Memiliki kesadaran bahwa jihad dalam Islam tidak hanya jihad identik dengan
perang
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan macam-macam jihad dengan benar
2. Melalui diskusi siswa dapat menjelaskan konsep jihad dalam Islam dengan benar
3. Setelah proses pembelajaran :
a. Siswa dapat menunjukkan contoh jihad yang sesuai dengan aturan Islam dan
konsep jihad kekinian dengan teliti
b. Siswa dapat menunjukkan contoh perlakuanIslam terhadap ahl al dzimmah
dengan benar
E. Materi Pembelajaran
1. Konsep jihad dalam Islam
Jihad berarti sebuah upaya sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seorang Muslim
dalam melawan kejahatan dan kebatilan, mulai dari yang terdapat dalam jiwa akibat
bisikan dan godaan setan, sampai pada upaya memberantas kejahatan dan kemunkaran
dalam masyarakat. Melihat persoalan ini maka jihad disimpulkan ada 3 hal yaitu:
a. Jihad melawan hawa nafsu dan melawan kejahatan dan kebatilan
Jihad melawan hawa nafsu dapat dilakukan dengan:
1) Mempelajari petunjuk-petunjuk agama yang dapat mengantarkan jiwa kepada
keberuntungan dan kebahagiaan
2) Mengamalkan apa yang ia telah ketahui
3) Mengajak orang lain untuk mengikuti petunjuk agama. Dengan berilmu, beramal
dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain seseorang dapat mencapai tingkatan
yang disebut denganrabbaniyy.
4) Bersabar dan menahan diri dari berbagai cobaan dalam menjalankan dakwah
b. Jihad melawan setan:
Jihad melawan setan, berupa upaya menolak segala bentuk keraguan yang menerpa
Tujuan Jihad
1. Mempertahankan hak-hak umat Islam dari perampasan pihak lain.
2. Memberantas segala macam fitnah
3. Memberantas kemusyrikan, demi meluruskan tauhid.
4. Melindungi manusia dari segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan.
F. Proses Pembelajaran
1. Persiapan
a. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
b. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya (siyasah
syar’iyyah) dan mengaitkan denga nmateri jihad dalam Islam
e. Media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di papan tulis,
kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat juga
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
f. U n t u k m e n g u a s a i k o m p e t e n s i i n i s a l a h s a t u a l t e r n a t i v e
modelpembelajaranyangcocokdi antaranya model directinstruction (model
pengajaran langsung) yang termasuk ke dalam rumpun model sistem perilaku
(the behavioral systems family of model). Direct instruction diartikan sebagai
instruksi langsung; dikenal juga dengan active learning atau whole-classteaching
mengacu ke pada gaya mengajar pendidik yang mengusung isi pelajaran kepada
peserta didik dengan mengajarkan memberikan koreksi, dan memberikan
penguatan secara langsung pula. Model ini dipadukan dengan model artikulasi
(membuat/mencari pasangan yang bertujuan untuk mengetahui daya serap
peserta didik).
Catatan:
PembelajaranFikihdapatdilaksanakan di luar kelas, antara lain mushalla,masjid,
laboratorium atau tempat lain yang memungkinkan yang ada di lingkungan
madrasah.
G. Penilaian
1. Memerangi orang kafir yang memusuhi agama dan umat Islam disebut….
A. Ijtihad
B. Jihad
C. I’tikaf
D. Ijma’
E. Mujtahid
2. Sikap toleransi mujtahid yang digariskan oleh Al Qur’an sangatlah jelas dan tegas,
yakni….
A. Mempertahankan aqidah Islamiyah yang lurus
B. Berjalan sesuai kehendak masing-masing
C. Mencampur adukkan ajaran agama
D. Saling menjaga dan mengerjakan
E. Mengarahkan kepada penganut berbagai agama
5. Menghadapi orang yang berbeda pendapat dalam keyakian, maka kita harus
memiliki sifat….
A. Tenggang rasa
B. Keteguhan aqidah
C. Hidup semena-mena
D. Pedoman hidup
E. Prinsip sendiri-sendiri
6. Toleransi antar umat beragama yang diajarkan dalam Islam dibatasi oleh….
A. Nilai-nilai luhur sosialisme
B. Kerjasama dalam urusan agama
C. Pengamalan sesuai ajaran agama masing-masing
D. Adanya penyatuan ajaran agama
E. Mendukung kelestarian agama lain
7. Berikut ini yang dimaksud orang kafir dalam surat Al-Kahf ayat 29 adalah….
A. Orang yang berbeda pendapat
B. Orang yang hati dan ucapannya berbeda
C. Orang yang memusuhi Islam
D. Orang yang menganiaya diri sendiri
E. Orang yang tidak percaya kepada kebenaran Islam
8. Dalam surat Al-Kahf ayat 29, Allah SWT menegaskan tentang hal-hal sebagai berikut,
kecuali….
A. Neraka adalah tempat yang paling buruk
10. Pemeluk agama lain yang menganggu keamanan dan ketentraman, bersifat dzalim, dan
yang kita diizinkan melawan adalah….
A. Golongan Ahl Zimmah
B. Golongan Musa’man
C. Golongan mu’ahada
D. Golongan Harbi
E. Golongan Kafir
- Isian :
1. kekuatan atau upaya jerih payah
2. upaya sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seorang Muslim dalam melawan
kejahatan dan kebatilan
3. Jihad melawan hawa nafsu
Jihad melawan setan
Jihad melawan orang-orang kafir dan orang munafik
4. Mempertahankan hak-hak umat Islam dari perampasan pihak lain.
5. Memberantas segala macam fitnah
Memberantas kemusyrikan, demi meluruskan tauhid.
Melindungi manusia dari segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan.
6. Islam,Baligh, Berakal sehat, Merdeka, Laki-laki, Sehat badannya, Tidak
mempunyai hutang, Mempunyai bekal (makanan) yang cukup, Mendapat
izin dari orang tua (bagi yang masih bujang)
7. Etika perang
8. )القوم اذا اسلموا اخرجوا دماءهم وامواهلم (رواه ابو داود
Warga negara daulah khilafah islamiyah yang tetap dalam keyakinannya dan
mereka mendapat jaminan Tuhan dalam hak dan hukum Negara.
9. Hak perlindungan.
Hak perlindungan nyawa dan badan
Hak perlindungan terhadap kehormatan
10. Kafir Harbi
Pedoman Penilaian
Pilihan Ganda : 0,1 x 10 soal = 1
Isian : 0,1 x 10 soal = 1
Uraian : 0,4 x 5 soal = 2 +
Total skor =4
No.
Soal Rubrik Penilaian Skor
5 a. Jika peserta didik dapat menjawab ayat secara lengkap nilai 0.25
b. Jika peserta didik dapat menjawab ayat tidak lengkap maka nilai 0,125 0.25
Tugas kliping:
Skor penilaian sebagai berikut.
a. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya tepat pada waktu yang
ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai 4.
b. Jikapesertadidikdapatmengumpulkantugasnyasetelahwaktuyangditentukan dan
perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai 3.
c. Jikapesertadidikdapatmengumpulkantugasnyasetelahwaktuyangditentukan dan
perilaku yang diamati serta alasannya sedikit ada kekurangan, nilai 2.
Aspek yang
Nama Ketuntasan TindakLanjut
No dinilai SkorMaks.
siswa
1 2 3 4 T BT R P
1
Tanggapan Penghargaan
1
2
3
Keterangan:
1. Nilai 1/ BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
2. Nilai 2/MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten).
3. Nilai 3/ MB:Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
4. Nilai 4/ MK: Mulai membudaya/ terbiasa (apabila peserta didik terus-menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
............................... ........................................
F. Tugas
(Kebijakan guru)
Catatan:
1. Gurudapatmengembangkansoalberikutrubrikdanpenskorannyasesuaidengan
kebutuhan peserta didik.
2. Guru diharapkan untuk memiliki catatan sikap atau nilai-nilai karakter yang
dimiliki peserta didik selama dalam proses pembelajaran. Catatan terkait
dengan sikap atau nilai-nilaikarakteryangdimilikibolehpesertadidikdapatdilaku
kandengantable berikut ini:
Aktifitas
Nama
No. peserta Kerja sama Keaktifan Partisipasi Inisiatif
didik
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
Rubrik penilaian:
1. Apabila peserta didik belum memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam
indikator.
2. Apabila sudah memperlihatkan perilaku tetapi belum konsisten yang dinyatakan
dalam indikator.
3. Apabilasudahmemperlihatkanperilakudansudahkosistenyangdinyatakandalam
indikator.
4. Apabila sudah memperlihatkan perilaku kebiasaan yang dinyatakan dalam
indikator.
I. Remedial
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh guru
materi tentang “Jihad dalam Islam”. Guru akan melakukan penilaian kembali (lihat poin
5) dengan soal yang sejenis. Remedial dilaksanakan pada waktudan hari tertentu yang
disesuaikan contoh: pada saat jam belajar, apabila masih ada waktu, atau di luar jam
pelajaran (30 menit setelah jam pelajaran selesai).
C. Indikator
1. Memiliki sikap patuh dalam menjalani perintah Allah melalui pelaksanaan shalat dll.
2. Memiliki sikap santun dalam berprilaku
3. Memiliki tanggungjawab dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan
4. Menjelaskan pengertain amr dan nahi
5. Menyebutkan kaidah amr
6. Menyebutkan kaidah nahi
7. Membedakan antara ‘amdan khas
8. Membedakan antara mujmal dan mubayyan
9. Membedakan antara mutlak dan muqayyad
10. Membedakan antara muradif dan mustarok
11. Membedakan antara mantuq dan mafhum
12. Menemukan ayat-ayat yang berkaitan dengan kaidah usuliyah
13. Menjelaskan kaidah yang disesuaikan dalam penerapan kehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui penggunaan kartu sederhana tentang kaidah ushuliyah peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian kaidah amar dan nahi dengan benar
2. Mencari contoh lafad kaidah amar dan nahi dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan
benar
3. Menjelaskan pengertian mujmal dan mubayyan dengan tepat
E. Materi Pembelajaran
Pengambilan hukum fiqih (istinbath hukm) dari al Qur’an dan hadits yang dilakukan
oleh ulama mujtahid berdasarkan atas 2 kaidah yaitu kaidah fiqhiyah dan ushuliyah.
Kaidah merupakan pedoman. Kaidah ushuliyah berarti kaidah atau aturan untuk
memahami dalil-dalil yang berkaitan dengan pengambilan hukum yang diperoleh
dengan mempelajari bahasa yang terkandung dalam dalil tersebut. Sedangkan kaidah
fiqhiyah merupakan pengambilan hukum yang dikaitkan dengan fakta atau substansinya.
Penggunaan suatu lafadh yang menjadi obyek dalam kajian kaidah usul fiqih banyak
macamnya, antara lain; perintah, larangan, khas,‘am, mujmal, mubayyan, murodif dan
mustarok dll. Semua itu dibutuhkan untuk memahami ketentuan suatu lafadh yang ada
dalam al-Qur’an sehingga dengan demikian dapat menentukan hukum fiqihnya. Karena
di dalam bahasa Arab penggunaan lafadh berimplikasi terhadap hukum. Dalam bab ini
akan dipelajari penggunaan lafadh, implikasi terhadap hukum dan aturan-aturnnya.
1. AL-AMRU (PERINTAH)
a. Pengertian Al-Amru
Menurut bahasa, al-Amru secara hakiki berarti suruhan perintah, yaitu lafadh
tertentu yang menunjukkan tuntutan melakukan pekerjaan. Secara majaz al-Amru
bermakan perbuatan. Seertiungkapan dalam firman Allah : “ musyawarahkanlah dalam
sesuatu yang akan diperbuat”.
Sedangkan menurut istilah adalah:
Yang lebih tinggi kedudukannya adalah Syaari’ (Allah atau Rasul-Nya) dan kedudukan
yang lebih rendah adalah mukallaf. Jadi amar adalah perintah Allah atau Rasulnya
kepada mukallaf untuk melakukan suatu pekerjaan. Jika tuntutan melakukan pekerjaan
itu datangnya dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi kedudukannya, maka
disebut do’a atau permohonan.
ْ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ٌ َّ ُ ْ ُ ْ ْ ُ َ ْ َ
Contoh :
َ ْ ُْ َ َ ْ ََْ َ ُ ْ َ
وف وينهون ع ِن المنك ِر
ِ ي ويأمرون بِالمعر ِ كم أمة يدعون إِل ال و ُلكن مِن
ْ
َ ُ ُ ُ ُ َ َ َ
ْ
حون ِ وأولئِك هم المفل
“Dan hendaklah diantara kamu yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.…” (QS. Ali Imron (3): 104)
َ َ َ َ َ َ َ َََ
َوجب، كتب ، فرض،أمر
ُ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
Contoh :
ْكم الصيام كماكتِب ع الِين مِن قبلِكم لعل ِ يا أيها الِين آمنواكتِب عليكم
َ ُ َ
ت َّتق ْون
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa, sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqara
(2): 183
c. Kaidah Amar
1) Shighat Amr menunjukkan hukum wajib
ْ ُ ُ ْ َْ ْ ُ ْ َ َ
ب
ِ األصل ِف األم ِر ل ِلوجو
“Pada asalnya Amar itu menunjukkan hukum wajib”
Di dalam ayat ini mengandung ancman bagi orang yanag menyalahi perintah
Allah swt. Maka melakukan perintah adalah wajib. Jika shighat amr ada qarinah, baik
qarinah muttashil ( menyatu) ataupun qarinah munfasil ( terpisah), atau adanya
dalil lain yang menunjukkan selain hukum wajib maka shighat amr tersebut harus
diarahkan kepada hukum tersebut yaitu hukum mubah atau sunnat.
Contoh ayat :
Lafadh “ Basyiru” adalah shigat amr. Akan tetapi maknanya dialihkan dari hukum
wajib kenjadi hukum mubah, karana dari awal surat dijelaskan hukum halal/ ibahah.
Contoh lain adalah ayat ;
Hukum menghadirkan saksi dalam jual beli adalah sunnat. Bukan diarahkan
hukum wajib, karena ada qarinah munfashilah berupa dalil / riwayat bahwa
Rasulullah saw pernah melakukan jual beli tanpa menghadirkan saksi. Sehingga
perintah ini bukan wajib tapi sekedar sunnah.
Jika belum ditemukan qarinah yang memalingkan dari hukum wajib, maka
كفا ىن نذاكم عن مجيع اخلطاب:: من شاء فليبخل ومن شاء فليجد
Artinya :”Barang siapa kikir,kikirlah, siapa mau bermurah hati, perbuatlah.
Pemberian tuhan mencukupi kebutuhan saya.” (Syair Bukhaturi kepada Raja)
ْ َّ
َك َرار َ َْ َ َْ ْ ُ ْ َ َ
األصل ِف األم ِر ال يقت ِض اتل
“Perintah itu pada asalnya tidak menuntut dilakukan berulang-ulang”
Maksudnya, pada dasarnya amr dalam kondisi muthlak (tidak ditentukan) tidak
menuntut dikerjakan berulang-ulang, tapi yang peting wujudnya pekerjaan sesuai
perintah.
Jika dalam shighot amr terdapat qoyyid (batasan) yang mengharuskan pengulangan,
seperti perintah yang digantungkan pada syarat atau sifat tertentu, maka pelaksanaan
perintah harus diulang sesuai terulang munculnya syarat atau sifat.
Contoh ayat :
ْ ُ َّ َّ َ ٗ ُ ُ ۡ ُ ُ
ِإَون كنتم جنبا فٱطهر ۚوا
Artinya : dan jika kamu junub Maka mandilah, ( QS. Al maidah : 6).
Jadi Amr (perintah) itu boleh ditangguhkan pelaksanaannya sampai akhir waktu
yang telah ditentukan. Karena yang dikehendaki dari perintah adalah wujudnya
pekerjaan yang diperintahkan.Misalnya :
4)
Amr dengan wasilah-wasilahnya
َ ْ َ ْ َّ ْْ َ
َ
ِاالم ُر بِالشئ أمر بِوسائِلِه
ٌ
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga perintah mengerjakan wasilahnya”.
َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ُْ َ ْ ُ َُْ ْ َ ََ
ْالمر ُ ْ ْ َ ُ َ
ُ ْ َ
ِ ا ِذا فعِل المأمور بِهِ ع وج ِههِ يرج المأمور عن عهدة ِ ا
“Apabila suatu perintah telah dikerjakan sesuai dengan ketentuannya,maka seseorang
telah terlepas dari tuntutan perintah itu”.
2. AL-NAHYU (LARANGAN)
a. Pengertian Al-Nahyu (Larangan),
Menurut bahasa An-Nahyu berarti larangan. Sedangkan menurut istilah ialah:
َ َ
َىل اْأل ْدىن ْ َّ ب
َِ ْ الت ِك ِم َن األ
َ عإ ُ ْ ا َ َّنل
ُ َ َطل: ه
Kedudukan yang lebih tinggi disini adalah Syaari’ (Allah atau Rasul Nya) dan
kedudukan yang lebih rendah adalah mukallaf.
Jadi nahi adalah larangan yang datang dari Allah atau Rasul Nya kepada mukallaf.
َ ْ ْ ُ ََْ ْ ُ َ َ َْ ْ ُ ُ َْ َ َ
وال تأكلـوا أمـوالكم بينكـم بِالا ِط ِل
“Dan jangan engkau memakan harta saudaramu dengan cara batil.” (QS Al Baqarah
(2) : 188)
ْ َ ْ َ َ
ْ ُ ِ ال ُت ْف
ىف األر ِض
ِ ســدوا و
“Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS Al-Baqarah (2) : 11)
ُ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َّ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ّ ُ
ْكم ح ِرمت عـليكم أمهتكم وبنا ت
“Diharamkan bagi kamu ibu-ibumu dan anak-anak perempuanmu.” (Qs An Nisa’ (4): 23)
َ ۡ ٓ َ َۡ ٰ َ َو َي ۡن
ه َع ِن ٱلف ۡحشاءِ َوٱل ُمنك ِر
Artinya: Dan dilarang dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS An Nahl:90 ).
c. Kaidah an-Nahyu
1) Nahi menunjukkan haram
Menurut jumhur ulama, berdasarkan kaidah ini, apabila tidak ada dalil yang
memalingkan nahi, maka tetaplah ia menunjukkan hukum haram.
Misalnya: Jangan shalat ketika mabuk, Jangan mendekati perbuatan zina.
َ ُ ُ َ َ ْ ُ َ ۡ َ ٰ َّ َ ٰ َ ٰ َ ُ ۡ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
يأيها ٱلِين ءامنوا ل تقربوا ٱلصلوة وأنتم سكرى حت تعلموا ما تقولون
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, “ (QS.
An Nisa’ (4): 43)
Larangan dalam hadits ini tidak menunjukkan haram, tetapi hanya makruh saja,
karena tempatnya kurang bersih dan dapat menyebabkan shalatnya kurang khusyu’
sebab terganggu oleh unta.
ٓ َ ۡ َ ۡ َ ْ ُ َ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
Misalnya :
ْ َُ َۡ ۡ ُ ۡ َُ ۡ ُ َ َُۡ َ
سلوا
ٔ سلوا عن أشياء إِن تبد لكم تسؤكم ِإَون ت ٔ يأيها ٱلِين ءامنوا ل ت
َ
ٌ ٱلل غ ُف
ٞ ِ ور َحل ُ َّ ك ۡم َع َفا
ُ َّ ٱلل َع ۡن َهاۗ َو ُ َ ۡ ُ ُ َ ۡ ُ ۡ ُ َّ َ ُ َ
َ َۡ
١٠١ يم حني ينل ٱلقرءان تبد ل ِ عن َها
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada
Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu
dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan
diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun” (QS. Al-Maidah : 101)
Larangan ini hanya merupakan pelajaran, agar jangan menanyakan sesuatu yang
akan memberatkan diri kita sendiri.
التطع امرى
“Tak usah engkau turuti perintah kami.”
ْ َ ْالشي
َّ َ ُ ْ َّ َ
ِ ض ّ ِده
ِ ِ ئ ام ٌر ب
ِ ن ع
ِ انله
“Larangan terhadap sesuatu berarti perintah akan kebalikannya”.
َ ُ ْ َ ّ ْلمنْ َ َ َ َ ُ ُّ َ ُ ْ َّ
ِ ه عنه ِف ع َِباد
ات ِ ُ ه يدل ع فسادِ ا انل
“Dalam beribadah, larangan menunjukkan rusaknya (batalnya) perkara yang
dilarang.”.
Larangan dalam ibadah ada yang berkaitan langsung dengan dzatnya ibadah/
Jika larangan itu ada di luar ibadah maka tidak menunjukkan batalnya ibadah.
Contoh, larangan melakukan shalat di tempat seseorang tanpa izin ( ghasab).
Sekalipun haram namun shalatnya tetap sah, karena penggunaan tempat yang di
ghasab adalah sesuatu di luar bagian ibadah shalat dan juga tidak selalu melekat
dalam shalat. Buktinya shalat bisa terjadi pada tempat yang bukan di ghasab.
Misalnya menjual anak hewan yang masih dalam kandungan ibunya, berarti
akad jual belinya tidak sah. Karena yang diperjualbelikan (mabi’) sebagai salah satu
rukun jual beli tidak jelas (gharar). Sedangkan gharar dilarang dalam jual beli.
Jika larangan berkaitan dengan sesuatu di luar, bukan bagian atau tidak selalu
melekat dalam jual beli maka larangan tersebut tidak menunjukkan batalnya aqad
jual beli. Contoh, larangan jual-beli ketika adzan jum’at adalah haram. Larangan ini
terkait dengan “ melakukan sesuatu yang mengakibatkan terlambat shalat jum’at”.
Larangan ini tidak selalu melekat pada jual-beli. Terlambat biasa disebabka selain
jual-beli. Maka hukum jual belinya tetap sah, sekalipun hukumnya berdosa karena
berpotensi terlambat shalat jum’at. Jual-belinya sah artinya si pembeli berhak
ٗۡرض َجِيعاَۡ ُ َ َ َ َّ ُ
ِ ه َو ٱلِي خل َق لكم َّما ِف ٱل
“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al
Baqarah (2) : 29)
ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َّ ُ َ ٰ َ ۡ َ َ ۡ ۡ ُ ُ ٰ َ ٰ َ ۡ َ
ۖي
ِ ي كمِلِ ضعن أولدهن حول ِ ۞وٱلول ِدت ير
“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al Baqarah (2) : 233)
Kata al-bai’ (jual beli) dan al-riba adalah kata benda yang di ma’rifatkan
dengan alif lam. Oleh karena itu, keduanya adalah lafadh ‘am yang mencakup
semua satuan-satuan yang dapat dimasukkan ke dalam cakupan maknanya.
d) Lafadh Asma’ al-Mawshul, Seperti ma, al-ladhi na, al-lazi dan sebagainya.
َ َۡ ۡ َ ََ ٗ َ ۡ ُ ُ َ ُ ُ ۡ َ َ َّ ً ۡ ُ ٰ َ ٰ َ َ ۡ َ ٰ َ ۡ َ َ ُ ُ ۡ َ َ َّ َّ
إِن ٱلِين يأكلون أمول ٱلتم ظلما إِنما يأكلون ِف بطون ِ ِهم ناراۖ وسيصلون
ٗ َِسع
١٠ ريا
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk
ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. An Nisa’ (4) : 10)
Lafadz al ba’I (jual beli) dan ar riba (riba) keduanya disebut lafadz ‘wm,
karena isim mufrad yang dita’rifkan dengan “al-jinsiyyah.”
Lafadz aulad adalah lafadz jama’ yang diidhafahkan dengan lafadz kum sehingga
menjadi ma’rifah . oleh karena itu lafadz tersebut dikatagorikan lafadz ‘wm.
i) Isim-isim syarat, seperti man (barang siapa), maa (apa saja), ayyumaa ( yang
mana saja).
Misalnya :
) ۲٤۵: من ذ اذلى يقرض اهلل قرضا حسنا فيضا عفه هل ( ابلقرة
“Siapakah yang mau member pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Allah akan melipatgandakan harta
kepadanya.”(QS.al-Baqarah : 245)
ُ َّ
َما م ِْن َع ٍم إِال وقد خ ّ ِص َص
“Setiap dalil yang ‘wm harus ditakhshish”.
Oleh karena itu, ketika lafadh ‘wm ditemukan, hendaklah berusaha dicarikan
pentakshisnya.
Berbeda dengan jumhur ulama’, Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa lafadh
‘wm itu qath’iy dalalahnya, selama tidak ada dalil lain yang mentakhshishnya atas
satuan-satuannya. Karena lafadh ‘wm itu dimaksudkan oleh bahasa untuk menunjuk
atas semua satuan yang ada di dalamnya, tanpa kecuali. Sebagai contoh, Ulama
Hanaifiyah mengharamkan memakan daging yang disembelih tanpa menyebut
basmalah, karena adanya firman Allah yang bersifat umum, yang berbunyi:
ُ ُ ُ ۡ َ َ ٓ َ َّ ُ ُ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ ُ َ َ
َ وه َّن أُ ُج
َّور ُهن
ۚ ول جناح عليكم أن تنكِحوهن إِذا ءاتيتم
“dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama
Allah ketika menyembelihnya.” (QS. Al An’am (6) : 121)
Ayat tersebut, menurut mereka, tidak dapat ditakhshish oleh hadis Nabi yang
berbunyi:
ِّ َ ُ َ ْ َ َّ َ ْ عََ َُْ َ ُ ْ ْ
)هلل سم أو لم يسم ( رواه أبو داود ا
ِ ِ م اس المس ِلم يذبح
“Orang Islam itu selalu menyembelih binatang atas nama Allah, baik ia benar-
benar menyebutnya atau tidak.” (H.R. Abu Daud)
Alasannya adalah bahwa ayat tersebut qath’iy, baik dari segi wurud (turun)
maupun dalalah-nya, sedangkan hadis Nabi itu hanya dzanniy wurudnya, sekaligus
dzanniy dalalahnya. Sedangkan dalil qath’i tidak bisa ditakhsish oleh dalail dzanniy.
Ulama Syafi’iyah membolehkan, alasannya bahwa ayat itu dapat ditakhshish
dengan hadis tersebut. Karena dalalah kedua dalil itu sama-sama dzanniy. Lafadh
‘wm pada ayat itu dzanniy dalalahnya, sedang hadis itu dzanniy pula wurudnya dari
Nabi Muhammad SAW.
(Lafadh ‘wm yang dikehendaki keumumannya), karena ada dalil atau indikasi
yang menunjukkan tertutupnya kemungkinan ada takhshish (pengkhususan).
Misalnya:
ٞ ّ ُ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ َ َّ َ َ ۡ ُ ُ َ ۡ َ َ َ ُ ۡ َّ َ َ َّ َۡ َ
ۡرض إِل ع ٱللِ رِزقها ويعلم مستقرها ومستودعها ۚ ك ِف ِ ۞و َما مِن دٓابَّةٖ ِف ٱلَ
٦ ني ُّ ٰك َِت
ٖ ِ ب مبٖ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz).(QS. Hud (11) :6).
َ َ َّ ُ َّ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ّ َُۡ َ ۡ َ َ َ َۡ َۡ َ َ َ
اب أن يتخلفوا عن رسو ِل ٱللِ ول ِ ما ك ْن َِله ِل ٱلم ِدينةِ ومن حولهم مِن ٱلعر
ۡ َّ َ ُ َ
ِ يَ ۡرغ ُبوا بِأنف
ِ س ِه ۡم عن نف
سهِۚۦ
“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang
berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan
tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri
Rasul. “ (QS. At Taubah: 120).
Yang dimaksud ayat tersebut bukan seluruh penduduk Madinah, tetapi hanya
orang-orang yang mampu.
ٌ ْ ُ ْ َ ـام
3) مصـوص
ٌ َع
(Lafadh ‘wm yang menerima pengkhususan), ialah lafadh ‘am yang tidak disertai
qarinah ia tidak mungkin dikhususkan dan tidak ada pula karinah yang meniadakan
tetapnya atau keumumannya. Tidak ada qarinah lafadh atau akal atau ‘urf yang
memastikannya umum atau khusus. Lafadh ‘wm seperti ini dzahirnya menunjukkan
umum sampai ada dalil pengkhususannya.
1. Khas
a.
Pengertian Khas
Khas ialah lafadh yang menunjukkan arti yang tertentu, khusus, tidak meliputi
arti umum, dengan kata lain, khas itu kebalikan dari ‘wm.
ْ ََ ُْْ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ َّ َ ُ
َ ع ل َِم ْع ًن
ِاإلن ِف َراد
ِ ع م
ٍ و ل ع م د
ٍ ح
ِ او هو اللفظ الموضو
Suatu lafadh yang diciptakan untuk satu arti yang sudah diketahui (ma’lum) atas
individu.
Kata tsalatsah (tiga) dalam ayat di atas adalah khas, yang tidak mungkin diartikan
kurang atau lebih dari makna yang dikehendaki oleh lafadh itu. Oleh karena itu
dalalah maknanya adalah qath’iy dan dalalah hukumnya pun qath’iy.
Akan tetapi, apabila ada qarinah, maka lafadh khas harus ditakwilkan kepada
maksud makna yang lain. Sebagai contoh hadis Nabi yang berbunyi:
َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ
ع ْن َسال ِ ِم ب ِن عب ِد اللِ عن أبِيهِ عن رسو ِل اللِ صل الل عليهِ وس َلم قال أقرأ ِن
َ ُ َ ْ
ُ َّ ُات َقبْ َل أ ْن َي َت َو َّفاه َ َ َّ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ ُ َ َ َ ً َ ٌ َ
الل ِ الل عليْهِ َو َسل َم ِف الصدق اللِ صل َ سال ِم كِتابا كتبه رسول
ًت َواح َدة ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ
َ ني شاةً شاةٌ إل عِش َ ُ َع َّز َو َج َّل فَ َو َج ْد
َ ت فِيهِ ف أ ْر َبع
ِ ين َومِائ ٍة فإِذا زاد ِ ِ ِ ِ
Salim pernah membacakan kepadaku sebuah kitab tentang sedekah yang ditulis oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum Allah Azza Wa Jalla mewafatkannya.
Lalu aku mendapatkan di dalamnya bahwa pada setiap empat puluh kambing hingga
seratus dua puluh ekor kambing, zakatnya adalah satu ekor kambing. (HR. Ibnu Majah).
Menurut jumhur ulama, arti kata empat puluh ekor kambing dan seekor
kambing, keduanya adalah lafadh khas. Karena kedua lafadh tersebut tidak mungkin
diartikan lebih atau kurang dari makna yang ditunjuk oleh lafadh itu sendiri. Dengan
demikian, dalalah lafadh tersebut adalah qath’iy. Tetapi menurut Ulama Hanafiyah,
dalam hadis tersebut terdapat qarinah yang mengalihkan kepada arti yang lain.
Yaitu bahwa fungsi zakat adalah untuk menolong fakir miskin. Pertolongan itu dapat
dilakukan bukan hanya dengan memberikan seekor kambing, tetapi juga dapat
dengan menyerahkan harga seekor kambing yang dizakatkan.
2. Masalah Takhsis
a. Pengertian takhsis
Takhshish menurut bahasa artinya menghususkan (yang umum). Menurut istilah
takhshish adalah membedakan sebagaiaan dari sekumpulan. Atau dengan kata lain,
membedakan hukum sebagian dari satuan-satuan yang dicakup oleh lafadh ‘am
b. Macam takhshish
1) Mentakhshish ayat Al Qur’an dengan ayat Al Qur’an
ُ ُ َ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ ُ َ َّ َ ُ ْ َ
س ِهن ثلثة قرو ٍء ِ والمطلقات يتبصن بِأنف
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru.” (QS. Al Baqarah (2) :228).
Ketentuan dalam ayat di atas berlaku umum, bagi mereka yang hamil atau
tidak. Tapi ketentuan itu dapat ditakhshish dengan QS. At-Thalaq(65) ayat 4
ُ ُّ َ َ َ ۡ َ
َّوهن َّ ُ ُ ُ ۡ َّ َ َّ ُ ٰ َ ۡ ُ ۡ ُ ُ ۡ َ َ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
ت ثم طلقتموهن مِن قب ِل أن تمس ِ يأيها ٱلِين ءامنوا إِذا نكحتم ٱلمؤمِن
ٗ َ ٗ َ َ َّ ُ ُ ّ َ َ َّ ُ ُ ّ َ َ َ َ ُّ َ ۡ َ َّ ۡ َّ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ
٤٩ سحوهن ساحا جِيل ِ فما لكم علي ِهن مِن عِدة ٖ تعتدونهاۖ فمتِعوهن و
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan
yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya
Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya.”
Dengan demikian keumuman bagi setiap wanita yang dicerai harus beriddah
tiga kali suci tidak berlaku bagi wanita yang sedang hamil dan yang dicerai
dalam keadaan belum pernah digauli.
Dalam ayat di atas tidak disebutkan batasan nilai barang yang dicuri.
Kemudian ayat di atas ditakhshish oleh sabda Nabi SAW:
َ ْ ْ ُ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ
رواه اجلماعة. ار
ٍ ال قطع ِف أقل ِمن رب ِع ِدين
“Tidak ada hukuman potong tangan di dalam pencurian yang nilai barang yang
dicurinya kurang dari seperempat dinar”. (H.R. Al-Jama’ah).
Dari ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa apabila nilai barang yang dicuri
kurang dari seperempat dinar, maka si pencuri tidak dijatuhi hukuman potong
tangan.
ُ ّ ٞ َ َ َ ٓ َ ۡ َ َ َ ٰ َ َ ۡ َ ٰٓ َ ۡ َّ ُ ُ
Maidah (5): 6,
َِنكم ّمِن ْ ُ ِإَون ُك
َّ َنت ۡم ُج ُن ٗبا ف
ٱط َّه ُر ۚوا ِإَون كنتم مرض أو ع سف ٍر أو جاء أحد م
ٗ َ ْ ُ َّ َ َ َ ٗ ٓ َ ْ ُ َ ۡ َ َ َ ٓ َ ّ ُ ُ ۡ َ ٰ َ ۡ َ ٓ َ ۡ
ٗيدا َط ّيبا
ِ ِتدوا ماء فتيمموا صع ِ ٱلغائ ِ ِط أو لمستم ٱلنِساء فلم
“dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih)”.
ُ ْ ُ ْ ُ َ َّ ْ َ َ َ
متفق عليه. ِفْما سقت السماء العش
“Pada tanaman yang disirami oleh air hujan, zakatnya sepersepuluh”. (Muttafaq
Alaihi).
Dari kedua hadis di atas jelaslah bahwa tidak semua tanaman wajib dizakati,
kecuali yang sudah mencapai lima watsaq.
َّ ۡ ٰ َ ْ ۡ َ ۡ َ َ ُ ُ ۡ ِ ۡ َ
َٱللِ َو َذ ُروا ْ ۡٱلَ ۡيع َ َّ َ ُ َ
ۚ ِلصل ٰوة ِ مِن يوم ٱلمعةِ فٱسعوا إِل ذِك ِر إِذا نودِي ل
“apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al Jumuah (62) : 9)
Ayat di atas menerangkan secara khusus, bahwa hukuman dera bagi pezina
budak perempuan adalah saparuh dari dera yang berlaku bagi orang merdeka
yang berzina. Kemudian hukuman dera bagi budak laki-laki di-qiyaskan dengan
hukuman bagi budak perempuan, yaitu lima puluh kali dera.
َّ َ َ ْ َ َ َ َ ً ْ َ َ َّ َ ُ ْ َ ُ َّ َ ِ َ ًّ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ َ ُّ َ ْ َ
اس ٍ عن أيوب عن َعِك ِرم ُة أن علِيا َ رض الل عنه حرق قوما فبلغ ابن عب
ُ ِّ َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َّ َّ ْ ُ ْ ِّ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ
علي ِه وسلم قال ل تعذبوا َّ الل ل فقال لو كنت أنا لم أحرقهم ِلن انل ِب ص
ُ ُاقتُل ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُّ َّ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ َ
وه الل َّ ولقتلتهم كما قال انل ِب صل الل َّ علي ِه وسلم من بدل ِدينه ف ِ اب ِ بِع
ذ
ُ ْ َ ُ ْ َ َّ
متفق عليه. َم ْن بَدل ِدينَه فاقتُل ْو ُه
Dari Ayyub dari Ikrimah bahwa ‘ali r.a membakar suatu kaum lalu berita itu
sampai kepada Ibnu Abbas maka dia berkata: "seandainya aku ada, tentu aku
tidak akan membakar mereka karena Nabi SAW telah bersabda: Janganlah kalian
Yang termasuk murakkab atau berupa susunan kalimat misalnya firman Allah
ٞشب َهٰت ٰ َ َ ُ ُ َ ُ َ ٰ َ ۡ ُّ ُ َّ ُ ٌ ٰ َ َ ۡ ُّ ٞ ٰ َ َ ُ ۡ َ ٰ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ َ ٓ َّ َ ُ
ۖ ِ ب وأخر ۡمت ِ عليك ٱلكِتب مِنه ءايت مكمت هن أم ۡٱلكِت ه َو ٱلِي أنزل
َ َ ٓ ٓ َ
ش َب َه م ِۡن ُه ٱبۡتِغا َء ٱلفِ ۡت َنةِ َوٱبۡتِغا َء تأوِيلِهِۖۦ َو َما
َ َ
َ ُ َّ َ ٞ ۡ َ ۡ
ٰ َ ون َما ت ُ ُ َ فَأ َّما َّٱل
ِين ِف قلوب ِ ِهم زيغ فيتبِع
َك ّم ِۡن عِن ِد َر ّب َناۗ َوما ّٞ ُ َّ َ َ َ ُ َُ ۡ ۡ َ ُ ٰ َّ َ ُ َّ َّ ٓ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ
ِ يلهۥ إِل َٱللۗ وٱلر ِسخون ِف ٱل ِعل ِم يقولون ءامنا بِهِۦ يعلم تأو
َۡ ۡ ْ ُ ْ ُ ٓ ِ َّ ُ َّ َّ َ
٧ب ِ ٰيذكر إِل أولوا ٱللب
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak
ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya
itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal.
Lafadh الراسخونtidak jelas apakah sebagai athaf ( sambungan kalimat) atau sebagai
ibtida’ ( permulaan kalimat). Mayoritas ulama mengarahkan sebagai ibtida’. Contoh lain
adalah kalimat : زيد طبيب ماهرartinya : ” Zaid adalah dokter yang pintar “, ataukah
“ Zaid adalah dokter dan orang yang pintar “. Kedua makna ini mungkin dan seimbang.
Lafadh ماهرbelum jelas apakah sebagi na’at ataukah khobar kedua dari Zaid. Menurut
pandangan ilmu nahwu kedua-duanya bisa terjadi dan sah.
b. Mubayyan
1) Pengertian Mubayyan
Mubayyan artinya yang ditampakkan dan yang dijelaskan. Secara istilah berarti
lafadh yang dapat dipahami maknanya berdasar asal mulanya atau setelah dijelaskan
oleh lainnya. Al Bayyan artinya ialah penjelasan. Jadi al Bayan ialah menjelaskan
lafadh atau susunan kalimat yang mujmal.
2) Klasifikasi Mubayyan
ٞل َو َ ُل ٓۥ أُ ۡخت
ٞ َ ك لَ ۡي َس َ ُلۥ َو َ َ َ ٌْ ُ ۡ َ َ َ ۡ
ٱلل ُيفتِيك ۡم ِف ٱلكلٰلةِۚ إ ِ ِن ٱمرؤا هل
ُ ۡ ُ َّ ُ َ َ ُ ۡ َ
ۡتفتونك ق ِل
ََ ََۡۡ ََ َ َ ٞ َ َ ُ َ ۡ َ َّ َّ َُٓ َ َُ َ َ ََ َ ُ ۡ َََ
ي فل ُه َما ِ فلها ن ِصف ما تركۚ وهو ي ِرثها إِن ل ٗم يكن لها ول ۚ فإِن كنتا ۡٱث ُنت
ُ ّ َذل َكر م ِۡث ُل َح ّظ ٱلنثَ َي ۡي يُب َّ َ ٗ ٓ َ َ َ ّ ٗ َ ۡ ْ ٓ ُ َ َ ٱثلُّلُ َثان م َِّما تَ َر
ي ِ ِ ۗ ِ ِ ِ ل ف ء ا ِس ن و ال ج ِ ر ة و خِ إ او ن ك ِإَون ۚ ك َ ۡ ُ ِ َ ُ َّ
ُ َ َ ّ ُ
ۡ ضل ۗوا وٱلل بكل ُ َّ َ ْ ُّ َ
١٧٦ ۢ ش ٍء علِيم ِ ِ ِ ٱلل لكم أن ت
“mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) Katakanlah: “Allah
memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia,
dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika
ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.
dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan,
maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat.
dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
3) Macam-macam Mubayyan
(1) Bayan Perkataan
Penjelasan dengan perkataan (bayan bil qaul), contohnya pada QS Al
Baqarah (2) : 196 :
ْ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ ۡ ُ ۡ َ َّ َ َ ۡ ُ ۡ َ َّ َ ۡ ْ ُّ َ َ
صتم فما ٱستيس مِن ٱلهد ِيۖ ول تلِقوا ِ وأت ِموا ٱلج وٱلعمرة ِلِۚ فإِن أح
ّ
القط, اهلر : kucing
b) Kaidah muradif
َ ْ َ َ َ ْ َ َ ُْ َ ُّ ُ َْ
ْ َ آلخر َيُ ْو ُز إ َذا ل َ ْم َي ُق ْم َعلَيْهِ َطال ٌِع
ٌّ ِ ش
ع ِ ِ ي مكن ا ِ ك مِن المرادِف
ٍ إِيقاع
“Mendudukkan masing-masing dua muradif pada tempat yang sama itu
diperbolehkan jika tidak ditetapkan oleh syara’.”
b. Musytarak
1) Pengertian Musytarak
Musytarak ialah satu lafadh yang menunjukkan dua makna atau lebih. Maksudnya
satu lafadh mengandung maknanya yang banyak atau berbeda-beda.
Adapun definisi yang diketengahkan oleh para ulama’ ushul adalah antara lain:
َْ َْ َ َّ َ َ ً َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ُّ َّ ُ َ ُ ْ َّ
ي أو أكث داللة ع السواءِ عِند أه ِل ِ ي متلِف ِ حد ادلال ع معني ِ اللفظ الوا
َ ُّ َ ْ
ِت ِلك اللغة
“Satu lafadh (kata) yang menunjukkan lebih dari satu makna yang berbeda,
dengan penunjukan yang sama menurut orang ahli dalam bahasa tersebut ”
Kata musytarak tidak dapat diartikan dengan semua makna yang terkandung
dalam kata tersebut secara bersamaan, akan tetapi harus diartikan dengan arti
salah satunya. Seperti kata قرء yang dalam pemakaian bahasa arab dapat berarti
masa suci dan bisa pula masa haidh, lafadh عني bisa berarti mata, sumber mata air,
dzat, harga, orang yang memata-matai dan emas, kata يد musytarak antara tangan
kanan dan kiri, kekuasaan kata سنة dapat berarti tahun untuk hijriyah, syamsiyah,
bisa pula tahun masehi.
2) Kaidah Musytarak
َ َ ُ ا ِْست ِ ْع َم ُال
َ َ الم ْش
تكِ ِف َم ْع َنييْهِ ا ْو َم َعانيِهِ يُ ْو ُز
“Penggunaan musytarak menurut makna yang dikehendaki ataupun untuk
Jadi, menetapkan salah satu makna dari suatu lafadh musytarak tidak dibatasi.
Beberapa makna musytarak tersebut boleh dipergunakan. Contohnya, kata “sujud”.
Kata ini bisa berarti meletakkan kepala di tanah dan bisa pula berarti inqiyad
(kepatuhan). Lihat misalnya, QS Al Hajj (22) : 26,
Jumhur Ulama’ termasuk Imam Syafi’i, Qodi Abu Bakar dan Al Juba’i berpendapat
bahwa pemakaian lafadh musytarak untuk dua atau beberapa makna hukumnya
boleh, dengan alasan Firman Allah SWT., QS Al Hajj (22) : 18
ٌْ َ
bagi manusia yang berakal sujud berarti meletakkan dahi di atas bumi. Apabila arti
sujud ini hanya tunduk maka Allah SWT tidak mengakhiri firman-Nya dengan كثِي
اسِ َ م َِن انل. Oleh karenaّ itu, imam َ ْ Syafi’i mengartikan kata “mulamasah” dalam
َ ُ ُ ْ َ
firman Allah SWT: او لمستم النِساءdengan arti menyentuh dengan tangan dan
menyentuh dengan bersetubuh secara bersama-sama. Maka seorang suami yang
menyentuh istrinya batal wudlunya. Demikian juga jika bersetubuh, maka batal pula
wudlunya.
ُ ُ َ َ َ َ َّ ُ َ َ ْ َّ َ َ َ ُ َ َّ َ ُ ْ َ
س ِهن ثلثة قرو ٍء ِ والمطلقات يتبصن بِأنف
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.
Lafadh quru’ dalam pemakaian bahasa arab bisa berarti masa suci dan bisa
pula berarti masa haidh. Oleh karena itu, seorang mujtahid harus mengerahkan
segala kemampuannya untuk mengetahui makna yang dimaksudkan
oleh syari’ dalam ayat tersebut.
Para ulama’ berbeda pendapat dalam mengartikan lafadh quru’tersebut
diatas. Sebagian ulama’ yaitu Imam Syafi’i mengartikannya dengan masa
suci. Alasan beliau antara lain adalah karena adanya indikasi
tanda muannats pada ‘adad (kata bilangan : tsalatsah) yang menurut kaidah
bahasa ma’dudnya harus mudzakkar,
arab yaitulafadh al-thuhr (suci).
Sedangkan Imam Abu Hanifah mengartikannya dengan masa haidh. Dalam
ُ ّ َ َ ْ َ َ ُّ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ ّ َّ َ َ َ ُّ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َّ
يا أيها الِين آمنوا صلوا عليهِ وسل ِموا ۚ ب
ِ ِ إ ِ َن الل وملئِكته يصلون ع انل
ً ِ ت ْسل
يما
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.”
Lafadh “budak” di atas tanpa dibatasi, meliputi segala jenis budak, baik yang mukmin
maupun kafir.
b. Muqayyad
Muqayyad adalah lafazh yang menunjukkan suatu hakikat dengan suatu pembatas
(qayid). Contohnya dalam QS. An Nisa’ (4): 92 :
ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ ٗ ٓ َ َّ ُ َ ۡ َ َ ُ ۡ ّ َ ُ ۡ َ َّ ۡ ُ ٰ َ ۡ َ ٓ ُ َّ ُ ُ
ي
ِ يۚ فإِن كن ن ِساء فوق ٱثنت ِ َ وصيكم ٱلل ِف أول ِدكمۖ ل ِذلك ِر مِثل ح ِظ ٱلنثي ِ ُي
ُّ حد ّم ِۡن ُه َما ُّ ََۡ َ ُ ۡ ّ َََ ٗ َ َ ۡ َ َ َ فَلَ ُه َّن ثُلُ َثا َما تَ َر
ٱلس ُد ُس ٰ
ٖ ِ ِ
َ
و ِك ل ِ ه ي و ب ل
ِ و ف
ۚ ِص ٱنل اهل ف ةد ح
ِ ٰ و ت ن ك ِإَون ۖ ك
َ َ َ ُ ُ ُّ ّ ُ َ ُ َ َ َ ٓ ُ َ َ َ ٞ َ َ ُ َّ ُ َ ۡ َّ َ ٞ َ َ ُ َ َ َ َ َ
ث فإِن كن ۚ م َِّما ت َرك إِن كن لۥ ول ۚ فإِن لم يكن لۥ ول وورِثهۥ أبواه ف ِل ِمهِ ٱثلل
“(Pembagian harta pusaka) tersebut sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat dan sesudah
dibayar hutangnya.” Wasiat yang dimaksud dalam ayat diatas bersifat muthlaq, tidak
dibatasi jumlahnya, minimal-maksimalnya, kemudian wasiat tersebut diberi batasan
oleh nash hadis yang menegaskan bahwa, “Tidak ada wasiat lebih dari sepertiga harta
pusaka.” Oleh sebab itu maka wasiat dalam ayat diatas menjadi tidak muthlaq lagi dan
pasti diartikan dengan “wasiat yang kurang dari batas sepertiga dari harta pusaka.”
2) Sebab dan hukumya sama, maka pengetian lafazh muthlaq dibawa ke kepada makna
muqayyad. Contohnya pada QS. Al Maidah (5): 3,
ۡ ُ ۡ َ َ ُ َّ َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ ّ ُ
ير
ِ ِزن
ِ ح ِرمت عليكم ٱلميتة وٱدلم ولم ٱل
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah dan daging babi.”
Lafazh “darah” pada ayat diatas adalah muthlaq tanpa ada batasan.
Pada QS. Al An’am (6) : 145,
ٗون َم ۡي َت ًة أَ ۡو َدما
َ ُ َ َ ٓ َّ ٓ ُ ُ َ ۡ َ َ ٰ َ َ ً َّ َ ُ َّ َ َ ُ ٓ َ
وح إِل مرما ع طاع ِٖم يطعمهۥ إِل أن يك ِ جد ِف ما أُ َ ٓ َّ ُ
َ َ ِ قل ل أ
١٤٥ ير زنخِ َل
م ۡ وحا أ ۡو ً َّم ۡس ُف
ٖ ِ
“Katakanlah, ‘Tidaklah aku peroleh dalam apa apa yang diwahyukan kepadaku
(tentang) suatu (makanan) yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir atau daging babi.”
3) Sebab dan hukum salah satu atau keduanya berbeda, maka lafadh yang mutlaq tetap
diartikan sesuai dengan ke mutlaqannya.
Contoh
Dilalah Makna rajih/unggul Makna marjuh
Lafadh
Jenis tertentu dari
Lughowiyah األسد binatang buas Laki-laki pemberani
Jadi lafadh األسدdengan makan “ jenis tertentu dari binatang buas” disebut dhahir,
karena makna yang diunggulkan.
Misalnya sabda Nabi, SAW.,
Maka sesungguhnya yang Dzahir dari yang dimaksud dengan wudhu adalah
membasuh anggota badan yang empat dengan sifat yang syar’i bukan wudhu yang
berarti membersihkan diri.
2) Pembagian Manthuq
a) Nash
Nash ialah lafadh yang bentuknya sendiri telah jelas maknanya.
Contohnya pada QS. Al Baqarah (2) : 196,
ٞ َ َ ٞ َ َ َ َ ۡ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ ّ َۡ َّ َ َ َ َ ُ َ َ ۡ َ ۡ َّ َ َ
ۗ يد ف ِصيام ثلٰثةِ أيا ٖم ِف ٱل ِج وسبع ٍة إِذا رجعتمۗ ت ِلك عشة كمِلة
ِ فمن لم
“Maka (wajib) berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila
kamu telah pulang kembali, itulah sepuluh (hari) yang sempurna.”
b) Dzahir
Dzahir ialah lafadh yang maknanya segera dipahami ketika diucapkan tetapi
c) Muawwal
Mu’awwal adalah lafazh yang diartikan dengan makna marjuh karena ada
sesuatu dalil yang menghalangi dimaksudkannya makna yang lebih rajih. Mu’awwal
berbeda dengan zahir; zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab tidak ada
dalil yang memalingkannya kepada yang marjuh, sedangkan mu’awwal diartikan
dengan makna marjuh karena ada dalil yang memalingkannya dari makna rajih.
Akan tetapi masing-masing kedua makna ini ditunjukkan oleh lafazh menurut bunyi
ucapan yang tersurat.
ُ ُ ٰ َ َّ ُ ۡ ُ ۡ َ َ ۡ َ ّ ُ
ۡكم ح ِرمت عليكم أمهت
“ diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu”
Ayat ini memerlukan adanya adanya kata-kata yang tidak disebutkan, yaitu
kata “menikahi”, sehingga maknanya yang tepat adalah “diharamkan atas kamu
(menikahi) ibu-ibumu.”
e) Dalalah Isyaroh
Dalalah Isyarah adalah kebenaran petunjuk lafadh kepada makna yang tepat
berdasarkan isyarat lafadh. Contohnya pada QS Al Baqarah (2): 187,
Ayat ini menunjukkan sahnya puasa bagi orang-orang yang di waktu pagi hari
masih dalam keadaan junub, sebab ayat ini membolehkan bercampur sampai
dengan terbit fajar sehingga tidak ada kesempatan untuk mandi. Keadaan demikian
memaksa kita, pagi dalam keadaan junub.
b. Mafhum
1) Pengertian Mafhum
Mafhum adalah makna yang ditunjukkan oleh lafazdh tidak berdasarkan pada
bunyi ucapan yang tersurat, melainkan berdasarkan pada pemahaman yang tersirat.
2) Pembagian Mafhum
a) Mafhum muwafaqah (perbandingan sepadan) yaitu makna yang hukumnya
sepadan dengan manthuq
Ayat ini melarang memakan harta anak yatim maka dengan pemahaman
perbandingan sepadan (mafhum muwafaqah), perbuatan lain seperti :
membakar, menyia-nyiakan, merusak, menterlantarkan harta anak yatim
juga diharamkan.
b) Mafhum mukhalafah (perbandingan terbalik) yaitu makna yang hukumnya
kebalikan dari manthuq
Dengan pemahaman terbalik bila mantan istri sudah ditalak tiga kali
kemudian menikah lagi dengan lelaki lain dan kemudian bercerai maka
menjadi halal dinikahi lagi.
(6) Mafhum hasr (pembatas, hanya)
Mafhum hasr (pembatasan).Misalnya pada QS Al Fatihah 5:
ُ اك ن َ ۡس َتع
٥ ني َ َّاك َن ۡع ُب ُد ِإَوي
َ َّإي
ِ ِ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan … “
F. Proses Pembelajaran
a. Persiapan
1) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya (tentang
jihad)
5) Menjelaskan secara umum materi kaidah ushuliyah yang akan dipelajari hari ini
6) Menyiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di papan
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1) Guru bersama siswa mengawali materi dengan membaca ayat-ayat yang ada
dalam tadabbur dan memberikan penjelasan materi yang akan dipelajari secara
umum.
2) Siswa mengamati gambar dan memberi tanggapan tentang contoh kaidah
ushuliyah
3) Guru membentuk kelompok, dengan meminta siswa berhitung 1 sampai 7.
Masing-masing berkumpul/membentuk kelompok dengan nomer yang sama.
4) Guru memberi judul materi yang ada dalam kaidah ushuliyah, masing-masing
kelompok diberi topik yang berbeda (contoh: topik amar dan nahi).
5) Guru meminta tiap kelompok siswa untuk membagi diri sebagai moderator,
penyaji materi, dan penjawab materi ketika presentasi.
6) Guru meminta peserta didik mengamati/mencari tahu materi fikih tentang
kaidah ushuliyah
7) Peserta didik membaca kaidah ushuliyah dari berbagai sumber belajar.
8) Siswa saling tukar informasi dan berdiskusi tentang tema yang didapat
dalam kelompoknya.
9) Guru menanya kepada siswa apakah ada kesulitan untuk mendiskusikan tema
yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan Pembelajaran ke 5:
1) Siswa duduk melingkar sesuai dengan kelompoknya
2) Siswa saling Tanya jawab memakai kartu ushuliyah sampai menguasai satu tema
3) Setelah memahami satu tema maka antar kelompok saling menukar tema begitu
seterusnya sampai memahami seluruh tema
4) Guru mendampingi belajar kelompok tersebut dan ikut memecahkan
permasalahan yang dihadapi siswa.
Kegiatan pembelajaran ke 6:
1) Guru member pertanyaan sesuai dengan kartu dengan secara acak
Kegiatan akhir:
1) Guru melakukan penilaian dengan meminta peserta didik untuk mengerjakan
soal yang sudah ada dalam buku ajar siswa.
2) Guru bersama siswa melakukan refleksi tentang hal-hal yang telah dipelajari,dan
bisa difokus dalam satu tema atau beberapa tema dari kaidah ushuliyah tentang
hal telah dipahami dan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar rajin belajar dan memberikan
penjelasan bahwa selesai satu KD akan dilaksanakan ulangan harian.
4) Guru memberi tugas terstruktur.
G. Penilaian
Contoh soal yang bisa dibuat oleh guru untuk siswa:
Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang pada
huruf A, B, C, D, atau E.
1. Amr yang terdapat pada firman Allah ta’ala,” ” فأتوا بسورة من مثلهmenunjukkan
arti…
A. Ibahah
B. Ikram
C. Tahdid
D. Ta’jiz
E. Irsyad
2. Menurut pendapat mayoritas ulama, amr yang tidak disertai dengan qarinah (indikasi)
yang dapat memalingkan makna aslinya ke makna yang lain menunjukkan arti…
A. Sunnah
B. Mubah
C. Mustahab
D. Wajib
E. Jawaban A dan C benar
4. األصل يف األمر ال يقتيض الفور. Maksud dari qaidah ushuliyyah ini adalah…
A. Perintah mutlak yang tidak disertai dengan qarinah (indikasi) menunjukkan
bolehnya sesuatu yang diperintahkan untuk dikerjakan
B. Prosedur perintah senantiasa datang dari yang lebih tinggi kepada yang lebih
rendah
C. Hukum asal perintah adalah wajib
D. Perintah mutlak harus dilaksanakan sesegera mungkin
E. Perintah yang tidak disertai dengan qarinah (indikasi), tidak mengharuskan
pelaksanaan ma’mur bih (satu hal yang diperintahkan) secepat mungkin
5. Perintah terhadap sesuatu merupakan larangan tentang satu hal yang menjadi
lawannya. Qaidah ushuliyah yang merangkum makna pernyataan di atas adalah…
ّ
A. األمر باليشء نيه عما سواه
B. األمر باليشء ال يقتيض اتلكرار
ّ
C. األمر باليشء هين عن ضده
D. األمر باليشء نيه بوسائله
E. األمر باليشء أمر بوسائله
6. Nahi (larangan) yang terdapat pada firman Allah,” ال تسئلوا عن أشياء إن تبد لكم
”تسؤكم, menunjukkan arti…
A. Ta’dzim
B. Tahrim
C. Irsyad
D. Karahah
E. Tahdid
8. Lafadh ‘am adalah lafadh yang mengandung pengertian umum tanpa batas, yang
seluruh anggota lafadh tersebut tercakup di dalamnya dengan sekali sebut. Kalimat
“dengan sekali sebut” pada definisi lafadh ‘am di atas, untuk membedakan lafadh
tersebut dengan lafadh…
A. Muqayyad
B. Musytarak
C. Mujmal
D. Mutlaq
E. Khos
10. Kategori mukhassis yang tidak bisa berdiri sendiri, dan maknanya senantiasa terkait
dengan lafadh sebelumnya disebut…
A. Al-mukhassis al-mufarraq
B. Al-mukhassis al-muttasil
C. Al-mukhasissis al-mubayyan
D. Al-mukhassis al-munfasil
E. Al-mukhassis al-muqayyid
3.
5. Pengertian Mubayyan
Mubayyan artinya yang dinampakkan dan yang dijelaskan, secara istilah berarti
1. Pedoman penilaian:
a. skor penilaian
Skor penilaian pilihan ganda : 1 soal:0,1x10= 1,00
Skor penilaian jawaban singkat : 1 soal= 0, 1x10=1,00
Skor penilaian jawaban uraian : 1-5 skornya 2,00
Jika seluruhnya dijumlah maka total skor : 4, 00
b. Rubrik penilaian
Rubrik Penilaian soal uraian:
No.
Rubrik penilaian Skor
Soal
a. Jika peserta didik dapat menuliskan ayat Al-Qur’an dengan
benar dan sempurna maka mendapatkan nilai sempurna yakni 0.5
b. Jika peserta didik dapat menuliskan ayat Al-Qur’an dengan
1 benar tetapi tidak sempurna maka mendapatkan nilai sempurna 0.5
yakni 0.3
c. Jika peserta didik dapat menuliskan ayat al-Qur’an tidak
lengkap hanya 2 kalimah skor 0,2.
Penilaian afektif
a. Rubrik Penilaian:
1. Jika peserta didik sangat aktif nilai A, cukup aktif nilai B kurang aktif C dan
tidak aktif nilai D.
Setelah mengikuti pelajaran ini, guru melakukan penilain terhadap siswa sesuai dengan
karakter yang dirumuskan oleh guru dan sesuai dengan materi yang disampaikan:
1. Sikap santun dalam memberi tanggapan nilai 1 2 3 4
2. Tanggung jawab diberi tugas nilai 1 2 3 4
Keterangan:
- Nilai 1/ BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
- Nilai 2/ MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi
belum konsisten).
- Nilai 3/ MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
- Nilai 4/ MK : Mulai membudaya/terbiasa (apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
1. Ikhlaskanlah perasaan hati kalian untuk sejenak berdoa dengan rileks sebelum
mengerjakan soal.
2. Perhatikan dan ikuti petunjuk pengisian data pada lembar jawaban komputer
yang disediakan.
3. Periksa dan bacalah setiap soal secara teliti sebelum anda menjawab.
4. Jumlah soal sebanyak 50 butir, dimana pada setiap butirnya terdiri dari 5
(lima) pilihan jawaban, pilihlah satu yang terbaik.
A. tauhid
B. persamaan derajat
C. persatuan islamiyah
D. musyawarah
E. keadilan dan kesejahteraan
3. Si fulan sebagai ketua kelas. Banyak siswa yang mengidolakan dia, terutama dalam
melaksanakan program-program dan perumusan agenda kegiatan keseharian
8. Para alim ulama dan cendekiawan yang terpilih merupakan pengertian dari....
A. Ahlul halli wal aqdi
B. Majlis syuro
C. Khalifah
D. Khilafah
E. Khulafak
11. Mencurahkan segenap upaya dan kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu
yang berhubungan dengan kesulitan dan penderitaan merupakan pengertian dari....
A. ijtihad
B. mujtahid
C. jadda
D. jizyah
E. jihad
12. Seorang pelajar akan berangkat ke madrasah kemudian dikelilingi oleh banyak
pemuda dan para pemuda itu mendekatinya sambil menawarkan minuman keras
dan mengatakan buat apa kemadrasah? Lebih baik sama kita duduk-duduk.
Kemudian tanpa dijawab sepatah katapun oleh pelajar itu dia berjalan dan terus
berjalan dengan niat yang mantap untuk kemadrasah. Contoh tersebut merupakan
contoh pelaksanaan jihad....
A. Jihad melawan setan
B. Jihad melawan hawa nafsu
C. Jihad melawan orang kafir
D. Jihad melawan non Islam
E. Jihad melawan murtad
13. Seorang fulan yang miskin hidupnya sangat menderita. Dia mempunyai 3 orang anak.
Satu persatu anaknya meninggal dunia. Walau banyak orang yang membujuknya
untuk keluar dari agama islam dan berbagai godaan dalam batinnya dia tetap
15. Umat Islam minoritas sedang dikepung oleh musuh non Islam. Maka hukum jihad
bagi umat Islam adalah....
A. Haram
B. Sunnah
C. Mubah
D. Makruh
E. Wajib
16. Warga negara daulah khilafah Islamiyah yang tetap dalam keyakinan mereka.
Merupakan pengertian dari....
A. Ahlul halli wal aqdi
B. khalifah
C. Majlis syuro
D. Khilafah
E. Khulafak
19. Dibawah ini merupakan perlakuan hukum Islam terhadap ahlul dzimah yaitu….
1. Tidak ditarik jizyah
2. diperangi
3. boleh dinikahi
4. tidak memaksa
Jawaban yang benar adalah....
A. 1 dan 2
B. 3 dan 4
C. 1 dan 3
D. 2 dan 4
E. 1dan 2
ُ َ ُ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ ْ َ ّ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ ْ ْ ُّ َ َ
ْكم وأتِموا الج والعمرة ِل ف ِإن أح ِصتم فما استيس ِمن الهد ِي وال ت ِلقوا رؤوس.
A. Khas
B. Amm
ّ َ ۡ َ ُ َ ۡ َّ ُ ُ َّ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ ْ ٰ َ ّ َ ُ ُ ۡ َ َ َّ
س ٰ
ۚ ِ ٓ ٱلربوا ۡل يقومون إِل ْكما َ يق َّوم ٱلِي ۡ يتخبطه ٱلشيط ْن مِن ٱلم ِ ْ ون ٱلِين ي َأكل
َ ُ َّ ٱلر َب ٰۗوا َوأ َحل
ّ ٱلل ٱلَ ۡي َع َو َح َّر َم ُ ۡ َّ ُ
ّ َذٰل َِك بأ َّن ُه ۡم قال ٓوا إن َما ٱلَ ۡي ُع مِثل
َ
ٱلر َب ٰۚوا ف َم َن َجا َءهُۥ
ُِ َ َِ ِ ِ
َ َ َ َ َ َ َ َ ٞ
ُحٰب َ ك أ ۡصَ ٰٓ ْ َ َ ۡ َ َ َّ ٓ ُ ُ
ِ ه فلهۥ ما سلف وأمرهۥ إِل ٱللِۖ ومن عد فأولئ
ۡ َ َ َ ُ ٰ َم ۡوع َِظة مِن ربِهِۦ فٱنت
َ ّ َّ ّ
َ ُ ٰ َ َ ۡ ُ َّ
٢٧٥ لون ِ ٱنلارِۖ هم فِيها خ
Ayat yang bergaris bawah tersebut merupakan contoh lafadh…
A. Khas
B. Amm
C. Mutlak
D. Muqayyad
E. Mantuq
31. Makna lahir yang tersurat yang tidak mengandung kemungkinan pengertian ke
makna yang lain merupakan pemngertian dari....
َ ۡ َ َ َ ُّ ُ َّ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ َ ُ َّ َ َ
يض ٗة فَن ِ ۡص ُف َما فَ َر ۡض ُتمۡ َ َّ ۡ ُ ُ ُ
وه َّ
ر ف ن ه ل م تض ر ف د قو ن وهس م ت نأ ل ب ق ِن م ن ِإَون َ طلقتم
ُ ۡ َ ُ ّ َ َ َ َ ۡ ُ ٓ ْ ِ َ ۡ َ ُ َّ ۡ َ ٰ َ َ َ َ ُ ْ َ
ْ َّ ِ
َ
َ
َّ ٓ َ ۡ ُ َ ۡ َ ۡ ُ
ى ول تنسوا ۚ و ق ِلت ل ب رق أ او فع ت ن أو ح
ۚ ِ ِك ٱنل ة دق ع ِۦ ه د
ِ ي ِ ب ِي ٱل او ف إِل أن يعفون أو يع
ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ ُ ۡ َّ َّ َ َ َ ۡ َ َ
ون بَ ِص ٌ ُ
ري ٢٣٧ ٱلفضل بينك ۚم إِن ٱلل بِما تعمل
Ayat diatas yang bergaris bawah menunjukkan contoh lafadh….
A. Mujmal
B. Mubayyan
C. ‘am
D. Khas
E. Mutlaq
35. lafal yang menunjukkan suatu hakikat tanpa suatu pembatas merupakan pengertian
dari....
A. Mujmal
B. Mubayyan
C. ‘am
D. Khas
E. Mutlaq
ُ ََ ُ ْ َّ ّ َ
36. االسد,الليث dan املؤدب, املعلم, املدرس,االستاذ
Lafadh di atas merupakan contoh….
A. Mujmal
B. Mubayyan
C. ‘am
D. Khas
E. Murodif
37. Pada suatu ketika Rasulullah sedang melaksanakan shalat menghadap ke Baitul
Maqdis, tiba- tiba datang perintah Allah untuk memalingkan wajahnya kearah
masjidil haram, seperti dalam nash berikut ini:
ْ الم َ َ ْ َ ّ َ َ ً ْ َ َ َ َ َ َّ ِ َّ
َ ك َش ْط َر ُ إس َت
ْ ا
احل َر ِام
َ ج ِد
ِ س قبله ِف الصالة ِستة عش شهرا فو ِل وجه
Perilaku Rasulullah tersebut merupakan contoh….
A. Mujmal
B. Mubayyan
C. nasakh
ون َم ۡي َت ًة أَ ۡو َدماٗ
َ ۡ َ ُ ُ ٓ َّ ٓ َ َ ُ َ َ ٰ َ ٓ ُ َ َ َّ ُ َ َّ ً َ َ
وح إِل مرما ع طاع ِٖم يطعمهۥ إِل أن يك جد ِف ما أ ُِ ُ َّ ٓ َ
َ َ قل ل أ ِ
ير زن خ
ِ لَ
م وحا أ ۡو ۡ َّم ۡس ُف ً
ٖ ِ
42.
ُ ََُْ ََ ْ ّ ُ َْ َ ًَ َُ ُْ ْ َ َ َ َُ َْ
ٰوه َّن َح َّت ول تقرب ۖ يض ِ ح َ َ َ
ِ تلوا الن ِساء ِف الم ِ قل هو أذى َ فاع ۖ يض ِ ح َ
ِ وَيسألونك ع ِن الم
ْ ُّ الل ُي ُ ْ
ُ ْ َ ْ َّ ُ ُ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ
ينَ ب ال ُم َت َط ّهر َ اتل َّواب
ُّ ني َو ُيح
ِ َّ ِب َ َّ إ َّن ۚ الل
ُ َّ ث أ َم َرك ُم فإِذا تطهرن فأتوهن مِن حي ۖ يطهرن
ِ ِ ِ ِ
Lafad yang bergaris di atas merupakan contoh dari….
A. Mutlak
B. Muqayyad
C. Mustarok
D. Murodif
E. Mafhum
44. Lafal yang menunjukkan suatu hakikat dengan suatu pembatas merupakan
pengertian dari....
A. Mutlak
B. Muqayyad
C. Mustarok
D. Murodif
E. Mafhum
46. Apa-apa yang menunjukkan atas makna yang jelas dengan lafalnya sendiri
merupaklan pengertian dari....
A. Takwil
B. Mantuq
C. Muqayyad
D. Mafhum
E. Dhahir
47. Dalam satu firman Allah disebutkan bahwa jika seseorang meninggalkan harta yang
banyak harus berwasiat kepada ibu bapak dan kerabatnya. Nash tersebut dinasakh
dengan ucapan nabi yaitu ketahuilah bahwa tidak ada wasiat untuk ahli waris.
Proses nasakh tersebut disebut …
A. Alqur’an menasakh alqur’an.
B. Alqur’an menasakh hadis.
C. Hadis menasakh hadis.
D. Hadis menasakh Alqur’an.
E. Ijma’ menasakh hadis
48. Mengganti hukum-hukum yang telah ada dengan hukum baru yang datang setelah
itu merupakan pengertian nasakh yang dikemukakan oleh....
A. Abu Hasyim
B. Abu Sufyan
C. Ilmu Ushul Fikih
D. Ilmu Fikih
E. Imam Ghozali
........................................... ............................................
• Setiap karya siswa sesuai Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-4.
Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan peserta didik, semakin tinggi skor yang
diberikan. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan
kekuatan tulisan yang dinilai.
H. Pengayaan
Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan yang telah
disiapkan oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan kaidah ushul fikih. (Guru mencatat
dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan).
I. Remedial
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh guru materi
tentang “Kaidah ushul Fikih”. Guru akan melakukan penilaian kembali dengan soal yang
sejenis. Remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang disesuaikan contoh:
pada saat jam belajar, apabila masih ada waktu, atau di luar jam pelajaran (30 menit
setelah jam pelajaran selesai).
Catatan:
Peserta didik yang belum bisa membuat contoh masing-masing kaidah ushul
fikih maka diberikan bimbingan khusus.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui strategi mencari pasangan:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan ketentuan nasikh mansukh
2. Siswa dapat menganalisis pengettian dan ketentuan taarudh al adillah
3. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan ketentuan tarjih
4. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan ketentuan ijtihad
5. Siswa dapat Menunjukan contoh proses nasikh mansukh
6. Siswa dapat Menunjukan contoh taarudh dalam sumber hukum
E. Materi Pembelajaran
1. Ijtihad
Menurut bahasa, ijtihad (Arab ; )اجتهادberarti kemampuan, potensi, dan kapasitas.
Dalam Lisan Al ’Arab disebutkan, bahwa al-juhd berarti kemampuan, potensi dan
kapasitas, juga dapat berarti mencurahkan segala kemampuan atau menanggung beban.
Dengan demikian, Ijtihad dapat diartikan sebagai ”mengeluarkan segala kemampuan
dalam menggapai sesuatu.” atau “Pengerahan segala kemampuan untuk menentukan
sesuatu yang zhoni dari hukum-hukum syara’.”
Tidak semua dalil nash daari al Qur’an atau hadits beersifat qoth’i yang jelas dan
kongkrit. Ada juga yang belum jelas dan masih samar. Maka agar bisa dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari memerlukan ijtihad. Ijtihad adalah mencurahkan segala
kemampuan untuk mengeluarkan hukum dari dalil nash. Proses ijtihad jika dilakukan
oleh orang yang ahli jika benar mendapatkan dua fahala dan jika salah mendapatkan
satu pahala.
2. Metode Ijtihad
a. Ijma’
Ijma’ menurut bahasa arab berarti kesepakatan atau sependapat dengan suatu
hal, menurut istilah ijma’ adalah kesepakatan mujtahid tentang hukum syara’
dari suatu peristiwa setelah Rosul wafat.
b. Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan , membandingkan atau mengukur
c. Istihsan
Istihsan menurut bahasa berarti menganggap baik atau mencari yang baik,
menurut istilah istihsan adalah meninggalkan hukum yang telah ditetapkan
pada suatu peristiwa atau kejadian yang ditetapkan berdasarkan dalil syara’
menuju hukum lain dari peristiwa itu juga.
d. Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah adalah suatu kemaslahatan dimana syari tidak mensyariatkan
sutau hukum ntuk merealisir kemaslahatan itu dan tidak ada dalil yang
menunjukkan atas pengakuanya atau pembatalanya.
e. ‘Urf
Menurut bahasa adalah kebiasaan sedangkan menurut istilah sesuatu yang telah
dikenal orang banyak dan menjadi tradisi mereka dan tentunya tradisi di sini
adalah kebiasaan yang tidak dilarang.
f. Istishab
Menurut bahasa adalah pengakuan adanya perhubungan. secara istilah adalah
menetapkan hukum terhadap sesuatu berdasar keadaan sebelumnya sehingga
ada dalil yang menyebutkan atas perubahan keadaan tersebut.
4. Tarjih
Salah satu kemempuan mujtahid dalam berijtihatd adalah mentarjih dalail. Tarjih
menurut bahasa berarti membuat sesuatu cenderung atau mengalahkan. Dalam
pengertian istilah ada beberapa pendapat diantaranya :Menurut ulama ushul fiqih Tarjih
adalah memunculkan adanya tambahan bobot pada salah satu dari dua dalil yang sama
(sederajat) dengan tambahan yang tidak berdiri sendiri.Tarjih adalah upaya mencari
keunggulan salah satu dari dua dalil yang sama atas yang lain, dimana dua dalil yang
bertentangan yang akan di-tarjih salah satunya itu bisa sama-sama qath’i, atau sama-
sama zhanni. Tarjih adalah memilih salah satu dari dua dalil untuk dijadikan dasar
pelaksanaan suatu ibadah.
Salah satu hal yang harus diketahi mujtahid adalah mengetahui ayat nasih dan
mansukh. Nasakh menurut istilah usul fiqih adalah ; khithab yang menunjukkan
F. Proses Pembelajaran
a. Persiapan
1) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya (tentang
kaidah ushuliyah) dan menjelaskan materi ijtihad yang akan dipelajari hari ini
5) Media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di papan tulis, kertas
karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat juga menggunakan
multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
6) Untuk menguasai kompetensi ini salah satu model pembelajaran yang cocok di
antaranya model direct instruction (model pengajaran langsung) yang termasuk ke
dalam rumpun model sistem perilaku (the behavioral systems family of model). Direct
instruction diartikan sebagai instruksi langsung; dikenal juga dengan active learning
atau whole-class teaching mengacu kepada gaya mengajar pendidik yang mengusung
isi pelajaran kepada peserta didik dengan mengajarkan memberikan koreksi, dan
memberikan penguatan secara langsung pula. Model ini dipadukan dengan model
artikulasi (membuat/mencari pasangan yang bertujuan untuk mengetahui daya
serap peserta didik).
Catatan:
Pembelajaran Fikih dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas,
antara lain mushalla, masjid, laboratorium atau tempat lain yang memungkinkan
yang ada di lingkungan madrasah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
- Pertemuan ke-1
1. Guru meminta peserta didik untuk mencermati Qs.An-Nisa’ ayat 58-63 di
- Pertemuan ke-2
1) Guru menanyakan materi yang telah dibahas pada pertemuan
sebelumnya
2) Guru meminta siswa untuk membaca ulang materi tentang ijtihad dalam Islam.
3) Setelah 15 menit guru memberikan kuis kepada siswa
4) Siswa yang menjawab dengan tepat maka diberi reward minimal tepuk tangan
5) Bagi siswa yang tidak bisa menjawab maka diberikan pendalaman dengan
tutor sebaya
6) Guru mendampingi sambil memberi penekanan materi
7) Pada kegiatan “Mencari pasangan”, guru:
a. Guru menilai kecepatan mencari pasangan
b. Mengisi kolom penilaian dengan skor yang telah ditetapkan
c. Mengisi kolom sikap siswa saat pembelajaran
G. Penilaian
Contoh soal yang bisa dibuat oleh guru untuk siswa:
1. Suatu pesoalan yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka
dibolehkan melakukan ...
A. Qiyas
B. Ijtihad
C. Mashab
D. Kompilasi
E. Istimbat
6. Apabila seseorang mengetahui hasil ijtihad yang terbaru, amak di harus ...
A. Meneliti hasil ijtihad tersebut
B. Tetap mngamalkan hasil ijtihad yang lama
C. Menyesuaikan dengan ijtihad yng bru
D. Berusaha melakukan koreksi
E. Menolak hasil ijtihad tersebut
8. Mengikuti hasil yang baru bagi orang yang mengetahuinya adalah ...
A. Sunnah
B. Wajib
C. Mubah
9. Seseorang yang berijtihad secara sempurna dan ia melakukan ijtihad dalam berbagai
hukum syara’ tanpa terikat kepada suatu madzhab apapun adalah termasuk
pengertian ...
A. Mujtahid mutlak
B. Mujtahid filmazhab
C. Mujtahid murajjih
D. Mujtahid mutasib
E. Mujtahid fil hokum
10. Mengeluarkan semua kekuatan (tenaga, pikiran dan biaya) untuk menetapkan
hukum Islam dengan semaksimal mungkin adalah penegrtian ...
A. Tarjih
B. Tarfiq
C. Ittiba’
D. Qiyas
E. Ijtihad
11. Di antara syarat-syarat mujtahid adalah sebagai berikut ini selain dari ...
A. Mengetahui nasikh dan mansukh
B. Mengetahui ijma’
C. Mengetahui hukum-hukum Islam
D. Paham berbahasa Arab
E. Hafal Al-Qur’an
12. Imam madzhab fikih yakni Imam syafi’I, Maliki, Hambali, Hanafi termasuk dalam
tingkatan….
A. Muntasib
B. fil madhab
C. murojih
D. mutlak
E. Tarjih
14. Imam mujtahid yang mengikuti apa adanya dari imam baik dalam asal maupun
furu’iyahnya disebut….
A. Muntasib
B. fil madhab
C. murojih
D. Mutlak
E. Tarjih
2. Caranya:
a. Al Jam’u wa Al Taufiq yaitu pengumpulan dalil-dalil yang bertentangan
kemudian mengompromikannya
b. Tarjih adalah menguatkan salah satu dari dua dalil yang zhanni untuk
dapat diamalkan. Dua dalil yang bertentangan dan akan ditarjih salah
satunya itu adalah sama-sama qath’i atau dzhanni.
c. Nasakh Membatalkan suatu hukum dengan dalil yang akan datang
kemudian yang dibatalkan disebut mansukh, sedang yang membatalkan
disebut nasikh. Baik menurut akal maupun riwayat, nasakh dapat terja-
di. Pendapat ini sudah disepakati ulama ushul kecuali nasakh terhadap
nash-nash (ayat) Qur’an.
d. Tasaqut Al Dalilain Tasaqut Al Dalilain yaitu menggugurkan kedua dalil
yang bertentangan tersebut, dalam arti ia merujuk dalil yang tingkatannya
No.
Soal Rubrik penilaian Skor
Rubrik Penilaian:
a. Kedalaman materi presentasi:
1) Jika peserta didik dapat menjelaskan dari 2 aspek yaitu: definisi, dan contoh
lafadznya maka nilai siswa= 1,00,
2) Jika peserta didik dapat menjelaskan salah satu dari definisi atau contoh
maka nilainya 0, 5
- Penilaian afektif
ASPEK YANG DINILAI
NO NAMA
1 2 3
- Rubrik Penilaian:
1) Jika peserta didik sangat aktifnilai A, cukup aktif nilai B kurang aktif C dan tidak
aktif nilai D.
2) Jika peserta didik sangat menghormati pendapat nilai A, cukup menghormati B,
kurang menghormati nilai C dan jika tidak menghormati sama sekali nilai D
3) Kecermatan dan ketelitian dalam mengungkapkan pendapat dan penulisan
Keterangan:
- Nilai 1/BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
- Nilai 2/MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi
belum konsisten).
- Nilai 3/MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
- Nilai 4/MK: Mulai membudaya/terbiasa (apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Mengetahui, . ................., .................20......
Guru Mata Pelajaran Fikih Orang Tua/Wali Siswa
........................................ ........................................
• Setiap karya siswa sesuai Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-4.
Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan peserta didik, semakin tinggi skor
H. Pengayaan
Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan yang telah
disiapkan oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan ijtihad. (Guru mencatat dan
memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan).
I. Remedial
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh guru materi
tentang “ijtihad”. Guru akan melakukan penilaian kembali dengan soal yang sejenis.
Remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang disesuaikan contoh: pada saat
jam belajar, apabila masih ada waktu, atau di luar jam pelajaran (30 menit setelah jam
pelajaran selesai).
Catatan:
Peserta didik yang belum bisa membuat contoh masing-masing kaidah ushul
fikih maka diberikan bimbingan khusus.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui learning starts with a question siswa dapat:
1) Menceritakan sejarah madzhab secara singkat
2) Menjelaskan pengertian madzhab dengan jelas
3) Menjelaskan 4 madzhab yakni imam Hambali, Maliki, syafi’I dan Hanafi dengan teliti
4) Menjelaskan masing-masing karakteristik dari 4 madzhab
5) Melalui bermain tongkat siswa dapat menunjukkan contoh perbedaan madzhab
6) Setelah pembelajaran siswa dapat menjelaskan manfaat mempelajari madzhab
7) Siswa dapat Memahmai pengertian ittiba’ dan hukumnya
8) Siswa dapat membedakan antara taklid dan ittiba
9) Siswa dapat menjelaskan pengertian talfik
10) Siswa dapat Menujujakan contoh talfik
11) Siswa dapat Menunjukan contoh ittiba’ dan taklid
E. Materi Pembelajaran
1. Madzhab
Menurut Bahasa “madzhab” berasal dari shighah mashdar mimy (kata dasar) dan isim
makan (kata yang menunjukkan tempat) yang diambil dari fi’il madhi “dzahaba” yang
5. Madzhab Zaidiyah
Madzhab ini dikaitkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin (w. 122 H./740 M.),
seorang mufasir, muhaddits, dan faqih di zaman-nya. Ia banyak menyusun buku
dalam berbagai bidang ilmu. Dalam bidang fiqih ia menyusun kitab al-Majmu’ yang
menjadi rujukan utama fiqih Zaidiyah. Namun ada diantara ulama fiqih yang
menyatakan bahwa buku tersebut bukan tulisan langsung dari Imam Zaid. Namun
Muhammad Yusuf Musa (ahli fiqih Mesir) menyatakan bahwa pemyataan tersebut
tidak didukung oleh alasan yang kuat. Menurutnya, Imam Zaid di zamannya dikenal
sebagai seorang faqih yang hidup sezaman dengan Imam Abu Hanifah, sehingga
tidak mengherankan apabila Imam Zaid menulis sebuah kitab fiqih. Kitabal-
Majmu’ ini kemudian disyarah oleh Syarifuddin al-Husein bin Haimi al-Yamani as-
San’ani (w.1221 H.) dengan judul ar-Raud an-Nadir Syarh Majmu, al-Fiqih al-Kabir.
6. Madzhab Ja’fari.
Madzhab Ja’fari: Ja’far assidqi adalah Ja’far bin MuhamadAl- baqir bin Ali
zaenalAbidin bin Husein bin Abi Thalib suami Fatimah Az-zahra’binti Rasulullah
SAW. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H (699 M)Ibunya bernama ummu Farwah
binti al-Qasim bin Muhamad bin Abu BakarAssidiq.pada beliaulah perpaduan antara
keturunan rasulullah dan Abu bakar Assidiq. Beliau berguru kepada ayahnya al baqir.
Ja’far adalah ulama besar yang menguasai ilmu filsafat, tasawuf, fiqih, kimia dan
ilmu kedokteran. Beliau adalah imam yang ke-6 dari 12 madzhab syiah Imamiyah.
Pada masa Ja’far assidiq tidak ada perselisihan maupun perbedaan pendapat. Baru
pada masa setelah beliau wafat terjadi perbedaan pendapat.
Ahli sunnah berpendapat bahwa Ja’far adalah seorang mujtahid dalam ilmu fikih
yang mencapai ilmu Ladunni.Kata imam Abu Hanifahsaya tidak dapati rang yang
lebih faqih dari Ja’far bin Muhamad”. Abu Zuhrah berkata: Ja’far dalam mengeluarkan
hokum memadukan antara al-qur’an dan sunnah. Salah satu murid beliau adalah
Jabir bin Hayyan yang merupakan ahli kimia dan kedokteran Islam.
8. Madzhab Zhahiri
Madzhab az-Zhahiri merupakan salah satu dari ulama fikih yang pernah ada dan
muncul pertama kali di Spanyol dan Afrika Utara. Selain nama Az-Zhahiri, madzhab
ini juga dikenal dengan nama madzhab al-Daudi. Para pengikut madzhab ini disebut
Ahl az-Zhahir atau az-Zahiriyah (penganut ajaran lahiriah). Pemikiran-pemikiran
fikih mazhab ini sampai sekarang masih dapat ditemukan, bahkan sering dijadikan
bahan perbandingan ketika melakukan pembahasan disekitar masalah-masalah
fikih di zaman kontemporer ini. madzhab az-Zhahiri berkembang sejak abad ketiga
sampai abad kedelapan
Mazhab az-Zhahiri dibangun oleh seorang fakih besar yang bernama Daud bin
Khalaf al-Isfahani yang memiliki nama julukan Abu Sulaiman (Daud az-Zhahiri)
Daud az-Zhahiri sebagai pengikut madzhab as-Syafi’i, dengan tekun mendalami
fikih dan ushul fikih (sitem ijtihad) Imam as-Syafi’i dan murid-muridnya. Dari
penelitian yang mendalam nampak bagi Daud az-Zhahiri bahwa dalam berijtihad
Imam al-Syafi’i dan murid-muridnya ternyata menggunakan nalar (rasio).
Penggunaaan nalar secara intensif dan efektif oleh Imam as-Syafi’i dan pengikutnya
terlihat jelas ketika mereka menggunakan qias sebagai pendekatan dalam berijtihad.
Oleh karena itu, Imam Daud az-Zhahiri menilai bahwa madzhab as-Syafi’i dengan
pendekatan qias dan madzhab Hanafi dengan pendekatan istikhsan sesungguhnya
relative sama dengan penggunaan akal atau nalar ketika berusaha menggali dan
menetapkan hukum Islam.
Disamping itu, mulai abad kedua H. bermunculan berbagai aliran dalam rangka
memahami sumber hukum Islam. Aliran muktazilah yang lebih menonjol dalam
bidang teologi terkenal dengan pemikiran tentang kemampuan akal aliran batiniah.
Satu sekte dalam mazhab Syiah , terkenal sebagai kelompok yang menakwilkan ayat
Artinya: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengerti”.
ulama’ sependapat bahwa ayat tersebut merupakan perintah kepada orang yang
tidak mengerti hukum dan dalil-dalilnya agar mengikuti orang lain yang mengetahui.
Dan umumnya ulama’ Ushul fiqh menjadikan ayat ini sebagai pegangan utama dalam
mengambil kesimpulan bahwa bagi orang awam hendaknya bertaklid (bermadzhab)
kepada orang alim yang sudah mampu mencapai tingkatan mujtahid.
b. Ijma’ ulama’ yang menyepakati bahwa kebanyakan shahabat Nabi adalah penganut
petunjuk yang diberikan oleh sahabat lain yang lebih pandai. Sebab tingkat
keilmuan mereka berbeda, dan tidak semua mereka ahli berfatwa. Yang ahli hukum
diantara mereka sangat terbatas, jika dibandingkan dengan besarnya jumlah orang
awam. Karena itu telah terjadi taqlid atau ittiba’ diantara para sahabat nabi, para
tabiin dan seterusnya. Kenyataan semacam itu terus berlangsung, bahkan sampai
zaman sekarang. Fatwa para Mujtahid dalam memberikan pegangan hukum dapat
disamakan dengan dalail syari’ sebagai pegangan bagi ulama’ mujtahidin.
c. Dalil aqli sebagaimana yang dikemukakan oleh syeh Abdullah Darraz, bahwa bagi
orang yang tidak mempunyai kemampuan ijtihad apabila menghadapi masalah
far’iyah, maka ada dua kemungkinan yang akan dilakukan. Mungkin dia tidak
melakukan apa-apa, karena ia belum mengerti hukumnya atau dia melakukan
sesuatu dengan mencari dalil tentang masalah tersebut. Usaha mencari dalil sendiri
Menurut Imam al-Ghozali Taqlid ialah menerima perkataan tidak dengan alasan.
Jadi menerima pendapat orang lain tanpa mengetahui dasar pengambilannya
dinamakan taqlid. Sedangkan orang yang menerima pendapat dinamakan muqallid.
Menurut para ulama hukum bertaqlid bagi orang yang mampu berijtihad sendiri
hukumya haram. Inilah yang dimaksudkan dengan ungkapan Imam Ibnu Hazm yang
menyatakan bahwa bertaqlid hukumnya haram. Sedangkan bagi selain mujtahid
baik orang awam maupun orang yang sudah alim tapi belum memenihi syarat ijtihad
maka hukumnya wajib. Dalam hal ini orang alim dan orang awam sama-sama wajib
bertaqlid.
Dalam hal ini Dr. Said Romadlon mengutip pendapat Imam Ibnul Qayyim yang
disetujui oleh beberapa para ulama sebagai berikut: “Bahwa telah lengakapnya
Ittiba’ kepada ulama dengan mengerti alasan dan dalilnya yang jelas termasuk
perbuatan yang utama. Karena seseorang yang berittiba’ berarti ia menjalankan
sesuatu dengan pengertian, berpedoman kepada sunnah Nabi. Kalau seseorang
tidak sampai kepada taraf ijtihad, hendaknya berusaha sampai kepada taraf ittiba’
tidak sekedar taqlid . Dengan ittiiba’ kita dapat beramal dengan pengertian dan
kesadaran yang benar.
Seandainya ada yang berwudlu tanpa niat (mengikuti madzhab Hanafi), dan
hanya mengusap sehelai rambutnya (mengikuti madzhab Syafi’i), maka melakukan
wudlu secara demikian itu disebut Talfiq, yaitu memilih-milih hukum dari berbagai
madzhab untuk satu unit perbuatan tetapi unit perbuatan itu tidak dibenarkan oleh
suatu madzhab-pun.
Dalam contoh kasus tersebut Madzhab Syafi’I tidak membenarkannya karena
tidak adanya niat, madzhab Hanafi tidak membenarkannya karena kepala diusap
kurang dari seperempatnya, begitu pula madzhab Maliki dan Hanbali, tidak
membenarkannya karena tidak ada niat dan kepala tidak diusap seluruhnya.
Ulama ushul dan ulama fiqih berbeda pendapat tentang boleh dan tidaknya
seseorang berpindah dari satu madzhab ke madzhab lain. Dalam masalah ini, mereka
terbagi menjadi tiga kelompok:
Kelompok Pertama: Berpendirian bahwa manakala seseorang telah memilih
suatu madzhab, ia harus berpegang kepada madzhab yang telah dipilihnya, ia
tidak dibenarkan pindah, secara keseluruan atau sebagian (talfiq) ke madzhab
yang lain. Begitu pula dengan seorang mujtahid, yaitu manakal ia sudah memilih
salah satu dalil, ia harus berpegang pada dalil tersebut. Sebab dalil yang dipilihnya,
adalah dalil yang dipandangnya kuat, dan dalil-dalil yang tidak dipilihnya adalah
lemah, sehinggan secara rasional hal itu mengharuskan ia mengamalkan dalil yang
dipandangnya kuat. Kelompok ini dipelopori oleh Imam Qaffal. Demikian juga bila
seorang muqallid (orang yang taklid) telah memilih salah satu madzhab, berarti ia
F. Proses Pembelajaran
1. Persiapan
1) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
Catatan:
Pembelajaran Fikih dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas,
antara lain mushalla, masjid, laboratorium atau tempat lain yang memungkinkan
yang ada di lingkungan madrasah.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1) Guru meminta peserta didik mengkaji tadabbur materi madzhab Qs. Al-Maidah
ayat 46-47
2) Peserta didik mengemukakan hasil kajian QS. Al Maidah ayat 46-47
3) Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukaan
peserta didik tentang hasil kajiannya QS. Al Maidah ayat 46-47.
4) Guru meminta kembali peserta didik untuk mengamati gambar yang ada yang
ada di sub bab “Mengamati”.
5) Peserta didik mengemukakan isi gambar.
6) Guru memberikan penjelasan tambahan kembali dan penguatan yang dikemukaan
peserta didik tentang isi gambar tersebut.
Langkah-langkah:
1) Guru bersama siswa mengawali materi dengan membaca ayat-ayat yang ada
dalam tadabbur dan memberikan penjelasan materi yang akan dipelajari secara
umum.
2) Guru membagi bacaan siswa tentang tokoh madzhab kemudian bagikan kepada
peserta didik (siswa membaca teks/ buku)
3) Peserta didik untuk mempelajari bacaan sendirian atau dengan teman
4) Peserta didik untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami.
Anjurkan mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu
memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain,
kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang
telah diberi tanda.
5) Didalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta didik untuk menuliskan
pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.
6) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta didik.
7) Guru memberikan penjelasan tentang penerapan madzhab yang ada di Indonesia
G. Penilaian
Contoh soal yang bisa dibuat oleh guru untuk siswa:
9. Batalnya wudhu apabila terjadi persentuhan antara laki-laki dan perempuan adalah
mazhab….
A. Imam Hanafi
B. Imam Maliki
C. Imam Hambali
D. Imam Syafi’i
E. Imam Ja’far
10. Ketika tidak ada saksi dalam pernikahan, maka pernikahan itu dianggap sah adalah
pendapat….
A. Imam Hanafi
B. Imam Maliki
C. Imam Hambali
D. Imam Syafi’i
E. Imam Ja’far
1. Pedoman penilaian
Skor penilaian pilihan ganda:1 soal:0,1x10= 1,00
Skor penilaian jawaban singkat: 1 soal= 0,1x10=1,00
Skor penilaian jawaban uraian : 1 soal=0,4x5=2.00
Jika seluruhnya dijumlah maka total skor:4,00
No.
Rubrik penilaian
Soal Skor
a. Jika peserta didik dapat menjawab definisi secara bahasa dan
istilah dengan benar dan sempurna maka mendapatkan nilai
sempurna yakni 0.5
b. Jika peserta didik dapat menjawab definisi secara bahasa dan 0.5
1 istilah tidak sempurna tetapi tidak sempurna maka mendapatkan
nilai sempurna yakni 0.3
c. Jika peserta didik dapat menjawab definisi secara bahasa atau
istilahnya saja tidak lengkap maka skor 0,2.
Rubrik Penilaian:
a. Ketepatan menjawab:
1) Jika peserta didik dapat menjawab dengan tepat dan tidak terbata-bata
maka nilainya= 2, 00
2) Jika peserta didik dapat menjawab pertanyaan tetapi dengan terbata-bata
nilainya 1.00
3) Jika peserta didik dapat menjawab kurang sempurna maka nilainya 0, 5
b. Kecepatan Jawaban:
1) Jika peserta didik dapat menjawab dengan waktu 1 menit maka mendapat
nilai 1.00
2) Jika peserta didik dapat menjawab 2 menit maka mendapat nilai 0,5
c. Ketertiban menerima giliran:
1) Jika peserta didik menerima giliran dengan tenang-tenangdan tidak terburu-
Penilaian afektif
ASPEK YANG DINILAI
NO NAMA
1 2 3
1
2
3
Rubrik Penilaian:
1) Jika peserta didik sangat percaya diri nilai A, cukup percaya diri nilai B kurang
percaya diri C dan tidak percaya diri nilai D.
2) Jika peserta didik sangat menghargai pendapat nilai A, cukup menghargai B,
kurang menghargai nilai C dan jika tidak menghargai sama sekali nilai D
3) Kesabaran dalam menunggu giliran maka nilai A, jika cukup nilai B, kurang nilai
C dan jika tidak sabar sama sekali maka nilai D
Keterangan:
1. Nilai 1/ BT :Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
2. Nilai 2/MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
PETUNJUK UMUM
1. Ikhlaskanlah perasaan hati kalian untuk sejenak berdoa dengan rileks sebelum
mengerjakan soal.
2. Perhatikan dan ikuti petunjuk pengisian data pada lembar jawaban komputer
yang disediakan.
3. Periksa dan bacalah setiap soal secara teliti sebelum anda menjawab.
4. Jumlah soal sebanyak 50 butir, dimana pada setiap butirnya terdiri dari 5 (lima)
pilihan jawaban, pilihlah satu yang terbaik.
2. Dalam arti bahasa, kata khalifah berasal dari kata khalafa yang mempunyai arti
sebagai berikut, kecuali……..
a. pemimpin
b. pemelihara
c. pengamat
d. pengganti
e. imamah
3. Berikut yang bukan menjadi syarat bagi seorang anggota majlis syura adalah……
a. memiliki ilmu pengetahuan yang luas sesuai dengan bidangnya serta bertaqwa
kepada Allah
b. memiliki harta kekayaan untuk modal perjuangan dalam pembelaan rakyat
c. memiliki kepribadian yang jujur, adil dan penuh tanggung jawab
4. Berikut ini yang menunjukkan aturan masa jabatan sese-orang yang telah ditetapkan
sebagai khalifah adalah…….
a. khalifah diangkat tanpa ada batas waktunya
b. batas waktunya selama sepuluh tahun
c. batas waktunya selama dua puluh tahun
d. selama tidak melanggar syari’ah, seseorang bisa terus menjadi khalifah dan
diberhentikan ketika melanggarnya
e. selama tidak melakukan salah satu dari jenis dosa-dosa besar, seseorang bisa
terus menjadi khalifah dan bisa diwariskan kepada keturunannya
َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ َْ ُ ْ ُ ُْ َ
5. وأمرهم شورى بينهم و ِمما رزقناهم ين ِفقون
Kalau potongan ayat di atas ditarik pada konteks kekha-lifahan dalam Islam, maka
berikut ini yang tepat adalah ….
a. khalifah dipilih berdasarkan musyawarah
b. setiap calon khalifah diperlakukan sama
c. keadialan dan kesejahteraan bagi seluruh umat menjadi tujuan utama
dibentuknya kekhalifahan
d. Tuhan-lah yang memegang kedaulatan tertinggi dalam kekhilafahan
e. prinsip kekhilafahan adalah persatuan dan kesatuan
7. Berikut ini yang tertolak menjadi saksi dalam aturan Islam adalah…..
a. orang yang sudah tua
b. orang tua terhadap anaknya
c. orang lain yang tidak ada hubungan nasab dengan terdakwa
8. Dalam sejarah awal kekhilafahan Islam, Abu Bakar banyak memerangi orang-orang
yang melakukan bughat. Berikut ini yang menjadi hikmah diperanginya bughat
adalah:
a. terhindarnya umat dari kemusyrikan
b. terbalaskannya dendam umat Islam atas perlakuan kaum musyrikin
c. mendidik mereka agar menaati pemerintahan yang syah
d. terbebaskannya umat dari kesewenang-wenangan orang Yahudi
e. terhindarnya umat keadaan yang memecah belah meraka
9. Dalam ayat 4 surat al-Nur disebutkan hukuman bagi pelaku qadzaf adalah 80 kali
dera. Maka pemahamannya adalah tidak boleh atau lebih atau kurang dari jumlah
tersebut. Pemahaman seperti ini berarti menggunakan…..
a. mafhum al-shifat
b. mafhum al-mukhalafah
c. mafhum al-’adad
d. manthuq
e. manthuq nash
10. Berikut yang bukan kriteria tentang hakim dalam peradilan Islam adalah:
a. sehat jasmani dan rohani
b. menguasai metode ijtihad
c. islam, baligh dan berakal
d. mampu berlaku adil
e. memiliki keterikatan pada salah satu Imam mazhab
11. Fungsi peradilan agama terdapat pada pernyataan di bawah ini, kecuali:
a. menyelesaikan pernikahan beda agama
b. menetapkan putusan perceraian
c. menyelesaikan perselisihan hadhanah
d. menentukan besar kecilnya mahar dalam pernikahan
e. menyelesaikan persengketaan suami dan istri
13. Dalam Islam kesaksian orang buta bisa diterima dalam hal-hal berikut, kecuali……
a. wakaf
b. nasab
c. nikah
d. zina
e. jual beli
14. Jika kita terapkan kaidah “al-ashlu fil amri lil wujub” pada Surat Ali Imran ayat 104
berikut, maka diperoleh hukum sebagai berikut:
َ ُۡ َ َ ۡ َََۡ ُ ۡ َ ۡ َ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ ٞ َّ ُ ۡ ُ ّ ُ َ ۡ َ
ۚوف وينهون ع ِن ٱلمنك ِر
ِ ي ويأمرون بِٱلمعر ِ ِنكم أمة يدعون إِل ٱل و ُلكن م
ۡ
َ ُ ۡ ُ ُ ُ َ ٰٓ َ ْ َ
١٠٤ حون ِ وأولئِك هم ٱلمفل
a. melakukan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar adalah kewajiban karena salah
satu bentuk amar adalah fi’il mudhari’ yang didahului lam amar
b. melakukan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar hanya menunjukkan irsyad
bukan kewajiban karena ushlub pada ayat tersebut tidak termasuk amar
c. dakwah amar ma’ruf nahi mungkar hukumnya sunnah, tidak sampai derajat
wajib karena perintahnya tidak menggunakan fi’il amar
d. dakwah amar ma’ruf nahi mungkar hukumnya mubah, tidak sampai menjadi
sunnah, apalagi wajib, karena perintahnya tidak menggunakan fi’il amar
e. dakwah amar ma’ruf nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah, tidak sampai
menjadi fardhu ‘ain, karena perintahnya dibatasi oleh kata minkum pad objek
pelaku yg dikenai kewajiban
16. Dalam sebuah ayat disebutkan bahwa haram hukumnya memakan bangkai.
Namun, pada Hadis disebut bangkai ikan dan belalang halal untuk dimakan. Hal ini
menunjukkan fungsi Hadis terhadap al-Qur’an, yakni…..
a. muakkid
b. bayan tafshil
c. bayan takhshishul ‘am
d. bayan taqyidul muthlaq
e. taqrir
17. Ketika kaidah ushuliyah al-amru ba’dan nahyi yufidul ibahah diterapkan pada ayat
beritkut (khususnya yang bergaris bawah), maka pemahamannya yang tepat adalah:
19. Salah satu kaidah muthlaq muqayyad adalah: jika hukum beda dan persoalan sama,
mutlak ikut muqayyad. Apabila kaidah tersebut diterapkan pada ayat yang bergaris
bawah, maka pendapat Imam Syafi’i adalah……
َ َ ۡ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ُ ُ ْ ُ ۡ َ ٰ َ َّ َ ۡ ُ ۡ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
... سلوا وجوهكم وأي ِديكم إِل ٱلمراف ِِق ِ يأيها ٱلِين ءامنوا إِذا قمتم إِل ٱلصلوة ِ فٱغ ٰٓ
ُ َ ُ ْ ُ َ ۡ َ ٗ ّ َ ٗ َ ْ ُ َّ َ َ َ
٦... ُۚحوا ب ِ ُو ُجوهِك ۡم َوأيۡ ِديكم ّم ِۡنه فتيمموا ص ِعيدا طيِبا فٱمس
a. menyapu tangan pada wudhu sampai ke siku, sama dengan menyapu tangan
pada tayamum, karena ada hadis yang menjadi qarinahnya
b. menyapu tangan pada wudhu sampai ke siku, sama dengan mengusap tangan
pada tayamum, karena ada Hadis yang menjadi qarinahnya
c. menyapu tangan pada wudhu sampai ke siku, sama dengan menyapu tangan
pada tayamum
d. menyapu tangan pada wudhu sampai ke siku, sedangkan mengusap tangan pada
tayamum sampai ke pergelangan tangan
e. menyapu tangan pada wudhu sampai ke siku, sedangkan menyapu tangan pada
tayamum sampai ke pergelangan tangan
20. Pernyataan yang mengharamkan pemukulan orang tua oleh anak dengan
mendasarkan pada larangan untuk mengatahan “uff” pada kedua orang tua
sebagaimana QS. Al-Isra’: 23 di bawah ini bisa dimasukkan sebagai:
ٓ َ ُ ُ َ َ َ َ ۡ َ َ َّ َ ُ ۡ َ َّ ً ٰ َ ۡ ۡ َ َ ۡ َ ُ َّ ٓ َّ ْ ٓ ُ ُ ۡ َ َّ َ َ ُّ َ ٰ َ َ َ
َ۞وقض ربك أل تعبدوا ُإِل إِياه وبِٱلو ٰ ِلي ِن إِحسنا ۚ إِما يبلغن عِندك ٱلكِب أحدهما
ٗ َ ٗ ۡ َ َ ُ َّ ُ َ َ ُ ۡ َ ۡ َ َ َ ّ ٓ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ ُ َ ۡ
٢٣ أو ِكهما فل تقل لهما أ ٖف ول تنهرهما وقل لهما قول ك ِريما
a. qiyas syibhi
b. qiyas aulawi
c. qiyas bayan
d. qiyas adna
e. qiyas musawi
22. Berikut ini yang merupakan fungsi dari majlis syura adalah:
a. Menjadi oposisi pemerintah
b. mewakili rakyat dalam bermusyawarah dengan pemerintah
c. lembaga elit negara yang absolut
d. menerbitkan peraturan pemerintah
e. mengadili kepala negara saat melakukan korupsi
23. Sementara itu salah satu kewajiban majlis syura sebagai lembaga tertinggi negara
adalah:
a. menjalankan roda pemerintahan agar sesuai dengan hukum Allah SWT
b. mengajukan terpidana ke mahkamah negara
c. menentukan hukum wadh’i
d. memilih pemimpin agama untuk setiap wilayah
e. membuat UU bersama khalifah demi melaksanakan hukum Allah SWT
24. Dalam kondisi musuh sudah memasuki wilayah negeri muslim, maka hukum perang
dalam kondisi yang demikian itu adalah:
a. sunnah muakkadah
b. sunnah ghairu muakkadah
c. fardhu ’ain
d. fardhu kifayah
e. wajib
25. Tindakan yang tidak sesuai dengan etika perang dalam Islam berikut adalah:
a. menawan musuh yang kalah
b. membunuh musuh yang bersenjata
c. memenjarakan musuh yang ditawan
26. Yang menunjukkan pengertian Ahlu dzimmah dan konsekuensi hukumnya menurut
syari’at Islam adalah:
a. orang kafir yang hidup damai di negeri Islam dan mau membayar jizyah sehingga
ia harus keluar dari negeri Islam untuk bebas beribadah menurut agamanya
b. orang kafir yang hidupnya pura-pura damai dengan kaum muslim di negeri Islam
dan mau membayar jizyah sehingga halal darah dan hartanya (wajib diperangi)
c. orang kafir yang hidup damai di negeri Islam dan mau membayar jizyah sehingga
terjaga harta dan darahnya serta bebas beribadah menurut agamanya
d. orang kafir yang tadinya hidup damai di negeri Islam dan mau membayar jizyah,
tapi kemudian berkhianat sehingga halal harta dan darahnya (wajib dibunuh)
e. orang kafir memusuhi umat Islam atas nama agama sehingga harus diperangi
(halal darah dan hartanya)
27. Jika kita gunakan kaidah nahi di bawah ini pada ayat 13 surat Luqman berikut, maka
akan diperoleh kesimpulan:
28. Lafaz amar yang ada pada QS. Fushilat ayat 40 berikut menunjukkan makna:
َ ُ َ ۡ َ َ ُ َّ ۡ ُ ۡ َ ْ ُ َ ۡ
ٌ ون بَ ِص
٤٠ ري ٱعملوا ما ِشئتم إِنهۥ بِما تعمل
a. kewajiban
b. pembolehan
c. penghinaan
29. Sedangkan lafaz nahi yang ada pada QS. Al-Hijr ayat 88 berikut adalah contoh nahi
yang bersifat:
ٓ َ ۡ َّ َ َ ٰ َ َ ۡ َ ۡ َ َّ َّ ُ َ َ
٨٨ ... ل تمدن عينيك إِل ما متعنا بِهِۦ
a. irsyad
b. ta’yisy
c. do’a
d. tahqir
e. tahdid
30. Alasan yang paling tepat dimasukkannya kata bergaris bawah pada QS. al-Baqarah
ْ ٰ َ ّ َ َّ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ َّ َّ َ َ َ
275 sebagai lafaz ’amm adalah:
31. Yang menjadi sebab kata al-shalat dalam potongan ayat berikut dikategorikan
sebagai lafal musytarak adalah:
33. Kata yang bergaris bawah pada QS. al-Takwir berikut dapat dikatakan sebagai lafadh
musytarak, dikarenakan....
َ َّ
)17 :َوالْ ِل إِذا َع ْس َع ْس (اتلكوير
a. memiliki makna yang pasti dan jelas, yakni datang
b. memiliki dua makna, yakni datang dan pergi
c. memiliki makna yang lebih dari dua, yakni muncul dan tenggelam
d. memiliki makna yang bersifat global atau tidak terperinci
e. memiliki makna yang belum jelas, yakni datang dan pergi
34.
َ ُْ َََ ُْ ْ ََ ً َ َ ً ُْ َََ ْ َ َ
)69 :ومن قتل مؤ ِمنا خطأ فتح ِرير رقب ٍِة مؤ ِمن ٍة (النساء
ْ ََْ َََ ُْ ْ ََ
َّ أن َّيتَ َم
)3 :اسا (املجادلة فتح ِرير رقب ٍة قبل
Jika kaidah muthlaq muqayyad “hukumnya sama, tetapi sebab yang digunakan untuk
menetapkan hukum beda, maka mutlak ikut muqayyad” diterapkan pada kedua ayat
di atas, maka pemahamannya adalah:
a. pembunuh tersalah dan pelaku zhihar kafaratnya sama-sama memerdekakan
budak
b. pembunuh tersalah dan pelaku zhihar kafaratnya sama-sama memerdekakan
budak perempuan
c. pembunuh tersalah dan pelaku zhihar kafaratnya sama-sama memerdekakan
budak perempuan, bisa yang mukminah ataupun yang bukan mukminah
d. pembunuh tersalah dan pelaku zhihar kafaratnya sama-sama memerdekakan
budak, bisa laki atau perempuan
e. pembunuh tersalah dan pelaku zhihar kafaratnya sama-sama memerdekakan
budak perempuan mukminah
36. Ulama yang menggunakan hukum muradhif dalam membaca takbiratul ihram,
sehingga bisa diganti dengan Allahu a‘dzam adalah……
a. tidak seoran ulama pun
b. Imam Malik
c. Imam Hanbali
d. Imam Hanafi
e. Imam Syafi’i
38. Keterkaitan antarkalimat dalam Hadis berikut (yang bergaris bawah dengan yang
tidak bergaris bawah), jika kita lihat dari perspektif nasikh mansukh adalah:
) أال فزوروها فإنها تذكركم اآلخرة (رواه أبو داود،كنت نهيتكم عن زيارة القبور
a. banyaknya Hadis yang saling bertentangan, di mana ziarah kubur pada mulanya
dilarang kemudian diperbolehkan
b. adanya inkonsistensi dalam Hadis, di mana ziarah kubur pada mulanya dilarang
kemudian diwajibkan (setiap kalimat perintah menunjukkan wajib)
c. semula hukum ziarah kubur adalah haram (pada kalimat yang tidak bergaris
bawah), kemudian datang dalil syara’ memerintahkannya (yang berfungsi
menghapus hukum lama) pada kalimat yang bergaris bawah.
d. semula hukum ziarah kubur adalah diperintahkan (pada kalimat yang tidak
bergaris bawah), kemudian datang dalil syara’ mengharamkannya (yang
39. Jumhur ulama berpendapat bahwa di dalam al-Qur’an terdapat nasakh, seperti yang
diisyaratkan pada ayat berikut:
ٓ َ ۡ َۡ ٓ َّۡ َۡ َۡ َ ُ َۡ َ
ۗ ي مِنها أو مِثلِها ب
ِ ت
ِ أ ن ا ه س
ِ ن ن و أ ة
ٍ اي َ نس ۡخ م ِۡن
ء َ َ۞ما ن
َ
ٖ
Sementara itu yang menolak adanya nasakh, berpendapat:
a. kata ayat lebih tepat diartikan dengan syari’at, sehingga yang dihapus Allah
adalah syari’at para nabi sebelum Rasulullah saw., bukan ayat al-Qur’an
b. kata ayat lebih tepat diartikan dengan syari’at, sehingga untuk kesempurnaannya
Allah melakukan revisi dengan menggantikan sebagiannya dengan ayat-ayat
yang lebih baik dari yang dihilangkan
c. kata ayat lebih tepat diartikan dengan tanda, sehingga yang dihapus Allah adalah
tanda yang menjadi mukjizat para nabi sebelum Rasulullah saw.
d. kata ayat lebih tepat diartikan dengan tanda adannya Allah, sehingga agar manusia
bisa menerimanya Allah menggantikannya sesuai dengan perkembangan penge-
tahuan manusia
e. Al-Qur’an adalah kitab sempurna, adalah tidak mungkin Allah tidak tahu bahwa
ayat yang diturunkannya kurang tepat dan perlu diganti dengan yang lebih baru.
40. Berikut ini yang menjadi penyebab timbulnya madzhab-madzhab fikih adalah:
a. meningkatnya nalar kaum muslimin dalam memahami al-Qur’an
b. terbukanya pintu ijtihad bagi setiap mujtahid
c. melemahknya kemampuan berijtihad di kalangan umat Islam
d. terjadinya peperangan antar suku setelah Rasulullah saw wafat
e. dibukukannya hadis-hadis Rasulullah saw
42. Qashrul ’am dengan kalam mutsaqil muttasil pada potongan surat al-Baqarah ayat
185 di bawah ini pemahamannya yang benar adalah:
43. Salah satu contoh takhsishul ’amm terdapat pada surat al-Maidah ayat 38 hadis Nabi
berikut:
َ ُ َ ۡ َ ْ ُ َ ۡ َ ُ َ َّ َ ُ َّ َ
٣٨ وٱلسارِق وٱلسارِقة فٱقطع ٓوا أي ِديهما
44. Berbeda dengan kebanyakan ulama ushul, ulama Hanafiyah menyatakan bahwa
dalatul ’amm tidak bisa ditakhshish oleh dalil dhanni. Atas dasar ini, maka kedua dalil
di bawah ini jika mengikuti pemahaman ulama Hanafiyah kesimpulan hukumnya
adalah:
ََ ُ َ ُ َ َّ ْ ُ ُ َ َ َ
ۡ َّ ٱلل
)121 : (األنعام١٢١ ِعه ِ ول تأۡكوا ِمما لمۡ يذۡك ِر ٱسۡم
َّ سم أو لم
)يسم (رواه أبو داود َّ املسلم يذبح ىلع اسم اهلل
46. Abu Hanifah terkenal sangat selektif dalam menerima hadis. Misalnya, ia menolak
hadis Abu Hurairah yang mengharuskan untuk membasuh bejana sebanyak tujuh
kali apabila dijilat anjing. Berikut ini yang merupakan alasan penolakan sekaligus
menjadi syarat diterimanya hadis ahad sebagai hujjah adalah:
a. hadis tersebut diriwatkan hanya oleh Abu Hurairah
b. hadis tersebut diriwatkan hanya oleh Abu Hurairah dan dua orang sahabat
yang lain
c. Abu Hurairah tidak mempraktekkannya, dan hanya membasuhnya sebanyak
tiga kali
d. Abu Hurairah adalah salah satu sahabat yang tercatat paling banyak meriwayatkan
hadis Nabi
e. Abu Hurairah termasuh orang yang tidak dhabit, baik shadran maupun kitaban
47. Berikut yang menunjukkan hasil tarjih dari kedua Hadis berikut adalah:
م تزوج ميمونة بنت احلارث وهو حمرم. إنه ص:عن ابن عباس
تزوجها وهو حالل.م. إنه ص:عن أيب رافع
a. Hadis riwayat Abu Rafi’ yang menyatakan, Rasulullah saw. menikahi Maimudah
setelah tahalul, bukan dalam kondisi ihram, lebih kuat karena ketika itu Abu
Rafi’ bersama beliau, sedang Ibn Abbas tidak.
b. Hadis riwayat Ibn Abbas yang menyatakan, Rasulullah saw. menikahi Maimudah
48. Berbeda dengan Lebaran Haji sebelumnya, kali ini Ali yang baru duduk di kelas XI
sebuah madrasah aliyah mencoba menyikapi fatwa perbedaan dua hari raya di tanah
air. Sebelum memutuskan untuk ikut lebaran yang mana, ia memcoba membaca
argumentasi masing-masing, baik dari sisi dalil agama maupun dari sisi sain. Dari
sisi dalil, ia temukan Hadis Nabi yang mengatakan al-Hajj ‘Arafah. Se-mentara itu
dari sisi perkembangan sain, ia menemukan banyak kemudahan untuk menentukan
tanggal, bahkan waktu-waktu shalat pada setiap tempat. Ia juga menyempatkan
untuk mencari tahu, kapan pelaksanaan wukuf di Arafah. Setelah melakukan telaah
sederhana, ia putuskan untuk mengikuti hari raya yang dilaksanakan tepat setelah
peristiwa wukuf, berbeda dengan gurunyayang melakukan shalat ied selang sehari
setelah peristiwa wukuf di Arafah.
Disebut apakah tindakan Ali tersebut dalam ushul fiqih dan bagaimana hukumnya?
a. ittiba’ dan hukumnya adalah sunnah
b. mukharrij dan hukumnya haram
c. su’ul adab dan hukumnya haram
d. tarjih dan hukumnya adalah sunnah
e. talfik yang tidak diperbolehkan karena merusak silatur-rahmi (hubungan baik)
antara guru dan murid
49. Alasan yang paling tepat diperbolehkannya jama’ah haji asal Indonesia (yang
mayoritas mermazhab Syafi’i) melakukan talfik dengan beralih ke cara berwudhu
Abu Hanifah ketika di Mekkah dan bisa digolongkan pada talfik yang diperbolehkan
oleh jumhur ulama adalah:
50. Al-Amidi dalam kaitannya dengan muqallid pernah mengatakan sebagai berikut di
bawah ini, yang maknanya adalah: