Anda di halaman 1dari 8

ANALISA TRANSFER MASSA DISERTAI REAKSI KIMIA PADA

ABSORPSI CO2 DENGAN LARUTAN POTASIUM KARBONAT


DALAM PACKED COLUMN
Ali Altway, Kusnaryo, Radya Purna Wijaya
Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri ITS
Email: alimohad@chem-eng.its.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari proses perpindahan massa pada absorpsi CO2 dalam
packed column untuk reaksi reversible pada kondisi non isothermal. Penelitian dilaksanakan secara
eksperimen dan simulasi. Penelitian secara eksperimen dilaksanakan untuk validasi hasil simulasi. Bahan
yang digunakan adalah campuran CO2 dan udara serta larutan potasium karbonat. Larutan potasium
karbonat dialirkan kedalam packed column dari atas dan dikontakkan secara berlawanan arah dengan
aliran campuran CO2-udara dari bawah. Cairan keluar kolom dianalisa dengan titrasi. Sedangkan
percobaan simulasi dilaksanakan dengan mengembangkan model neraca massa dan energy mikroskopik
pada kolom. Solusi model ini memerlukan informasi mengenai laja transfer massa antar fasa gas-liquid
yang dalam hal ini menggunakan model film. Data kelarutan CO2, data perpindahan massa, data kinetika
dan kesetimbangan reaksi yang diperlukan pada penelitian ini diperoleh dari literatur (Danckwertz, 1970;
Kohl and Riesenfeld,1985; Perry and Chilton, 1973;Treyball, 1981).
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh laju alir absorben dan konsentrasi K2CO3 dalam larutan absorben
masuk terhadap persen penyisihan gas CO2. Deviasi antara hasil prediksi simulasi dan data percobaan
pada penelitian ini dibawah 10% untuk laju alir absorben dari 3 sampai dengan 5 liter/menit dan untuk
laju alir 5 sampai dengan 7 liter menit deviasi nya antara 10-30%.

Kata kunci: perpindahan massa, absorpsi, non-isotermal, packed column

Abstract

The aim of this research is to study mass transfer in CO2 absorptions a packed column for non
isothermal reversible reactions. The study was developed experimental and simulation co2 with air and
potassium carbonate solution is the matter used in this research.
The arrangement counter current packed column to which a CO2 – air mixture flow is feed from the bottom
and potassium carbon from the top of column.
The work of simulation developed with microscopic mass and energy balance in column.
The effect of flow absorbent and K2CO3 concentration is study do to percent CO2 removal. The results is;
in range flow 3-5 l/mm have 10 % diviasi and range flow : 5-7 l/mnt was have deviasi in range 10-30 %

Key words :mass transfer, absorption, non-isothermal, packed column

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 119


Pendahuluan mengimplementasikan teori absorpsi disertai
Fenomena absorpsi gas disertai reaksi reaksi kimia dalam kondisi non-isotermal ini
nimia seringkali dijumpai didalam industri. untuk memprediksi kinerja packed column untuk
Dalam hal ini statu gas diserap oleh absorben operasi ini. Tujuan penelitian ini untuk
dengan mana gas yang terlarut bereaksi. Tujuan mempelajari secara teoritis kinerja packed
dari penerapan fenomena ini di industri adalah column untuk absorpsi gas CO2 kedalam larutan
untuk menghilangkan suatu componen dari K2CO3 dengan memperhitungkan efek panas
campuran gas atau untuk menghasilkan suatu reaksi dan panas pelarutan.
produk reaksi. Desulfurisasi gas menggunakan
proses Koppers, absorpsi CO2 didalam larutan Dasar Teori
potasium karbonat panas adalah beberapa contoh Absorpsi adalah proses perpindahan
dari proses ini. Improvisasi dan efisiensi proses massa`dari fasa gas ke fasa cair dimana gas
absorpsi selalu diminati untuk diteliti. Proses ini tersebut dapat larut dalam fasa cair nya. Absorpsi
secara umum dipelajari dalam media air atau akan terjadi jika campuran gas dikontakkan
larutan alkali atau larutan buffer dengan liquid yang kemudian satu atau lebih
karbonat/bikarbonat (Sanyal dkk, 1988; Linek komponen gas akan diserap oleh liquid. Selain
and Vaclav,1990; Xu dkk,1992;Xu dkk,1993) absorpsi secara fisik, absorpsi disertai reaksi
Salah satu aplikasi dalam industri telah banyak dikembangkan. Keuntungan
Petrokimia adalah penyerapan CO2 atau absorpsi dengan reaksi adalah meningkatkan laju
menghilangkan CO2 dari raw synthesis gas transfer massanya yang dinyatakan dengan faktor
sebagai hasil reaksi dengan larutan benfield. Gas peningkatan (enhancement factor). Salah satu
CO2 yang terkandung dalam raw synthesis gas contoh absorpsi disertai kimia yang diapilkasikan
adalah racun terhadap katalis untuk sintesa didalam industri adalah absorpsi CO2 kedalam
ammonia, oleh sebab itu sebelum raw synthesis larutan potassium karbonat dengan reaksi
gas dialirkan ke unit sintesa ammonia, CO2 harus stoichiometri sebagai berikut,
dipisahkan. CO2 (g) ⇔CO2 (aq) (1)
Sebagian besar penelitian-penelitian CO2 (aq) + K2CO3 (aq) + H2O(l ) ⇔2 KHCO3 (aq)
terdahulu tentang absorpsi gas disertai reaksi Reaksi yang menentukan kecepatan reaksi
kimia berdasarkan pada asumsi kondisi isotermal adalah:
(Astarita, 1963; Huang and Kuo,
1965;Danckwertz, 1970; Glasscock and CO 2 ( aq ) + OH − ⇔ HCO 3− (2)
Rochell,1993; Altway dkk, 1995; Altway dan Didalam larutan juga terjadi reaksi-reaksi
Yuyun, 1999; Huang dan Kuo, 1965; Savitri dkk, kesetimbangan berikut,
2001 ) walaupun pada kondisi sebenarnya reaksi CO2 + H 2 O ⇔ H + + HCO3− (3)
gas-liquid yang penting dalam industri disertai
− + =
dengan efek panas yang besar. Efek panas ini HCO 3 ⇔ H + CO 3 (4)
disebabkan oleh panas reaksi dan panas Konstanta kesetimbangan untuk reaksi (3) dan
pelarutan dan menimbulkan kenaikan suhu yang (4) pada suhu 200C berturut-turut adalah K1=4.16
berdampak pada dua hal yang berlawanan. x 10-7 gion/liter dan K2=4.2 x 10-11 g ion/liter.
Kenaikan suhu akan menaikkan kecepatan reaksi Konsentrasi ion OH- didalam larutan dapat
dan diffusi namun menurunkan kelarutan gas diperoleh sebagai berikut,
dalam liquid. Secara keseluruhan, kenaikan suhu
akan menyebabkan kenaikan atau penurunan laju K W [CO3= ]

[OH ] = (5)
absorpsi tergantung pada besar relatif dari K 2 [ HCO3− ]
pengaruh kenaikan suhu terhadap konstanta
kecepatan reaksi, diffusivitas dan kelarutan gas Dimana K W adalah konstanta air yang nilainya
dalam liquid dimana faktor faktor tersebut pada suhu 200C adalah 0.68 x 10-14 (g ion/liter)2.
tercakup dalam enhancement factor pada kondisi Reaksi yang menentukan kecepatan reaksi adalah
non-isotermal. Beberapa penelitian telah reaksi yang ditunjukkan pada persamaan (2) dan
dilakukan untuk menentukan enhancement factor dapat dibuktikan bahwa konstanta
untuk absorpsi disertai reaksi irreversible dan kesetimbangan untuk reaksi ini adalah
reversible dalam kondisi non-isotermal (Al- K = K 1 / K W . Sehingga laju reaksi netto untuk
Ubaidi dkk, 1990, Vas Bhat, 1997;
Bhattacharyya dkk,1997; Effendi dan Ikhlas, reaksi ini ditunjukkan berikut ini,
2000;Yunita dkk, 2008). Walaupun demikian 
[ ]
r = k OH [CO2 ] OH − − W
[
K HCO3−  ] (6)

belum banyak penelitian yang  K1 

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 120


Dari persamaan (5) dan (6) diperoleh, Metode
Penelitian dilakukan secara simulasi dan
r=
k OH K W 
[ ] [ −
]

[CO2 ] CO3= − K 2 HCO3  (7) eksperimen. Penelitian eksperimen dilakukan
− 
[
K 2 HCO3 ] K1 
untuk validasi hasil prediksi simulasi. Penelitian
eksperimen dilakukan dengan sistim peralatan
yang ditunjukkan pada Gambar-1. Kolom yang
Laju absorpsi gas disertai reaksi kimia digunakan adalah berdiameter 10 cm, dan diisi
pada umumnya diperoleh dengan packing Raschig ring 1cm setinggi 1.75 m.
memperhitungkan pengaruh reaksi menggunakan Campuran CO2 dan udara dialirkan dari bawah
faktor peningkatan E , yaitu, dan dikontakkan dengan aliran larutan 1.5 M
R = E k L (C Ai − C Ab ) (8) K2CO3 yang mengalir dari atas. Terjadi
penyerapan CO2 disertai reaksi didalam larutan.
dimana C Ai adalah konsentrasi gas dalam fasa Cairan keluar dianalisa untuk menentukan kadar
liquid pada interface yang dianggap terjadi K2CO3 sisa dan KHCO3 dengan cara titrasi.
kesetimbangan gas-liquid. C Ai diestimasi Aliran gas masuk terdiri dari CO2 dengan laju 10
dengan menggunakan hukum Henry yang liter/menit, dan udara dengan laju 42 liter/menit.
dimodifikasi akibat adanya ion-ion elektrolit Laju alir larutan K2CO3 divariasi 3, 4, 5, 6, dan 7
liter/menit.
dalam larutan (Danckwertz, 1970). Sedang k L
adalah koefisien transfer massa sisi liquid.
Estimasi harga E didasarkan pada asumsi
model perpindahan massa antarfasa untuk
absorpsi gas kedalam liquida bergolak yang V-4
pada dasarnya meliputi penyelesaian persamaan
diffusi yang berlaku. Untuk kondisi isotermal
pengembangan model untuk estimasi harga E
telah banyak diuraikan di literatur (Danckwertz,
1970; Astarita,G.,1967; Brian dkk,1961, Hikita
dan Asai, 1964 ). Pengembangan model V-2 V-1 F
matematik untuk estimasi harga E dalam
kondisi non-isotermal baru dilakukan orang pada
sekitar tahun 1990. Dalam hal ini persamaan
yang berlaku adalah persamaan diffusi dan
P T-3
persamaan energy pada lapisan batas pada fasa T-1
liquid disekitar interface. Bila tahanan sisi gas T-4
tidak signifikan, maka tekanan parsial gas A
Gambar-1, Skema peralatan percobaan
pada interface PAi sama dengan tekanan parsial
gas A didalam badan gas PA , namun bila Untuk penelitian simulasi dikembangkan
tahanan sisi gas tak dapat diabaikan, maka model absorpsi CO2 kedalam larutan K2CO3
didalam packed column. Model ini terdiri dari
PAi diperoleh dari PA dari persamaan berikut, dua bagian yaitu neraca mikroskopik dalam
R a = k G a (PA − PAi ) (9) packed column dan model perpindahan massa
antar massa untuk prediksi laju absorpsi. Model
Terdapat banyak tipe peralatan untuk kinetika reaksi yang digunakan adalah
absorpsi gas disertai reaksi kimia. Untuk proses ditunjukkan pada persamaan (7) dimana
yang dikendalikan oleh pepindahan massa (regim parameter-parameternya diperoleh dari
reaksi cepat), tipe peralatan yang cocok adalah Danckwertz (1970).
packed column. Pemodelan absorpsi disertai Model neraca mikroskopik dalam packed
reaksi kimia didalam packed column pada column meliputi neraca massa komponen A
kondisi non-isotermal dapat dikembangkan (CO2) , B (K2CO3), dan P (KHCO3) sistim liquid,
dengan membuat neraca bahan komponen A dan neraca massa kompoen A sistim gas, serta neraca
B dalam fasa liquid, neraca bahan komponen A energi sistim gas dan liquid masing-masig pada
dalam fasa gas, serta neraca energi untuk fasa elemen kolom setebal dz.
gas dan liquid pada elemen kolom setebal dz.

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 121


 E non * NTG * R * slope( j )( x A * − x Ab )  (1990) namun dimodifikasi untuk reaksi
dx Ab   (10)
=  x Pb   reversible. Pada pendekatan ini pengaruh suhu
dξ −
 L ε *ψ * NTG * R * ( He / P ) x x − 
K   terhadap koefisien diffusi dan kelarutan
Ab Bb
 
mengikuti hubungan yang serupa dengan
dx Bb   x  (11) persamaan Arhenius.
=  − ε L *ψ * NTG * R * (He / P ) x Ab x Bb − Pb  
dξ   K 
ε DA
 θ 
ε DA 
 θ 
dθ dA ε DA 1+θ  d 2 A εR 
 θ 
  P  (20)
dxPb   x  e  1+θ 
+e − Me  1+θ 1  AB −  =0
= ε L *ψ * NTG* R * (He/ P) xAbxBb − Pb  (12) (1 + θ )2 dX dX dX 2  KCAib 
dξ   K   θ   θ   θ  (21)
ε DB ε DB  
 1+θ  dθ dB εDB 1+θ  d 2 B εR    P 
e +e − MSR e  1+θ 1  AB− =0
dy Ab

= γ * NTG * (H e / Pt ) y Ab − y *A (13) ( ) (1+θ )2
ε DP ε DB 
 θ 

 1+θ 
dX dX
 θ 
dX 2

dθ dP ε DB 1+θ  d 2 P εR 

 θ 
 
KCAib 

P  (22)
e +e + 2MSRTRe  1+θ 1 AB−  =0
(1+θ )2 dX dX dX 2  KCAib 
dTL   x 
= −Rσ L * (TG − TL ) +ψ * NTG * (H e / Pt ) * ω *  x Ab x Bb − Pb  
dξ   K 
 θ 
(14) d 2θ εR   P 
2
+ β R Me  1+θ   AB −  = 0 (23)
dTG dX  KC Aib 
= σ G (TG − TL ) (15)
dξ Kondisi batas untuk sistim persamaan-
Dimana, persamaan ini dinyatakan sebagai berikut,
Pada x = 0 (bidang batas antara film gas dengan
h av λ
σG = (16) fim liquid)
(G / S )C PG  θ   θ 
z CAi CAib εS 1+θ  εS 1+θ 
ξ= ; dz = λdξ (17) CA = CAi, A = = e =e
CAib CAib
λ
dB dP
ha λ G k C2
σ L = v ; R = ;ψ = 2 ; NTG =
k x av λ
;ϖ =
∆H R = 0, =0
G CPL L k x av (G / S )(He/ Pt ) CPL dx dx
karena B dan P tidak volatile
 θ 
(18) ε DA  
 1+θ  dA dθ
βSe =
Sistim persamaan differensial (10) sampai dx dx
dengan (15) diselesaiakn secara numerik Pada x = 1 (bidang batas antara film liquid
menggunakan metoda Runge Kutta order empat dengan badan liquid)
untuk mendapatkan profil konsentrasi A,B, dan P
dalam fasa liquid, profil mole fraksi A dalam C Pb
A = Ae , B = 1, P=
fasa gas, serta profil suhu gas dan liquid didalan C Bb
kolom. Dari hasil prediksi ini maka persen θ = 0 ( dengan anggapan δH = δM)
recovery CO2 diperoleh dari persamaan (19),
y Ain − y Aout Sistim persamaan diatas diselesaikan secara
% Re c = x 100% (19) numerik menggunakan metoda kolokasi
y Ain ortogonal untuk memperoleh profil konsentrasi
Laju absorpsi atau faktor enhancement A,B, dan P dan juga`profil suhu didalam
E non yang terdapat pada persamaan diatas film.Selanjutnya E non diperoleh dari persamaan
diprediksi dengan mengembangkan model (24)
perpindahan massa antar fasa yang dalam hal ini  θ 
ε DA   dC A
digunakan model film dengan asumsi tebal film  1+θ 
D Ai e
perpindahan massa sama dengan tebal film E non = dx (24)
perpindahan panas (δH = δM). Dalam hal ini k L C Aib
persamaan yang berlaku adalah persamaan
Untuk penelitian simulasi, konsentrasi
diffusi non-isotermal untuk komponen A, B, dan
larutan K2CO3 divariasi 1 M dan 1.5 M, laju alir
P dan juga persamaan energi pada film stagnan
larutan K2CO3 divariasi 3, 4, 5, 6 dan 7
disekitar interface dan ditunjukkan pada
liter/menit, sedang campuran gas masuk kolom
persamaan (20) sampai dengan (23) mengikuti
terdiri dari CO2 dengan laju 10 liter/menit dan
pendekatan yang dilakukan oleh Al-Ubaidi dkk
udara dengan laju 42 liter/menit.

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 122


0.12200
Hasil dan Pembahasan
Hasil prediksi simulasi dari penelitian ini 0.12000
Laju K2CO3 3 L/mnt
ditunjukkan pada Gambar-2 sampai dengan 0.11800

Fr a k s i XB b
Laju K2CO3 4 L/mnt
Gambar-4 yang berturut-turut memperlihatkan 0.11600 Laju K2CO3 5 L/mnt
profil mole fraksi CO2 dalam fasa gas, serta Laju K2CO3 6 L/mnt
0.11400
profil mole fraksi K2CO3 dan KHCO3 dalam fasa Laju K2CO3 7 L/mnt
cair. Gambar gambar ini menunjukkan bahwa 0.11200
menaikkan laju alir aborben dari 3 sampai 7 0.11000
liter/menit masik meningkatkan kinerja kolom 0 0.5 1
untuk menyerap gas CO2. Hasil prediksi Z
simulasi juga dinyatakan sebagai pengaruh laju
alir larutan K2CO3 dan konsentrasi K2CO3 Gambar-3, Profil mole fraksi K2CO3 dalam fasa
terhadap persen recovery CO2 yang ditunjukkan cair pada packed column
pada Gambar-5 dan Gambar-6. Pada Gambar-5,
parameter R menyatakan rasio molar laju alir gas
terhadap laju alir liquid. Nilai R yang lebih kecil
menunjukkan laju alir absorben yang lebih besar.
Terlihat bahwa, menaikkan laju alir absorben 0.02500

sebesar dua kalinya dapat menaikkan % recovery 0.02000


Laju K2CO3 3 L/mnt
CO2 sebesar sekitar 35% nya. Menaikkan laju

Fra k s i XPB
0.01500 Laju K2CO3 4 L/mnt
alir absorben dapat menaikkan koefisien transfer
Laju K2CO3 5 L/mnt
massa sisi liquid atau menurunkan tahanan 0.01000 Laju K2CO3 6 L/mnt
transfer massa sisi liquid akibat kenaikan Laju K2CO3 7 L/mnt
0.00500
turbulensi aliran liquid. Menaikkan laju alir
absorben juga akan menurunkan konsentrasi CO2 0.00000
dalam badan liquid dan akibatnya akan 0 0.5 1
memperbesar driving force untuk transfer massa. Z
Kedua dampak ini akan memperbesar laju
transfer massa atau laju absorpsi gas CO2
kedalam liquid. Gambar-4, Profil mole fraksi KHCO3 dalam fasa
cair pada packed column
0.18500
0.18000
0.17500 Laju K2CO3 3 L/mnt
F r a k s i YA b

Laju K2CO3 4 L/mnt 22


0.17000
Laju K2CO3 5 L/mnt
0.16500
Laju K2CO3 6 L/mnt 20
0.16000 Laju K2CO3 7 L/mnt
% reco very

0.15500 18
R= 0.1
0.15000 R=0.2
16
0 0.5 1
Z 14

Gambar-2, Profil mole fraksi CO2 dalam fasa gas 12


pada packed column 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05

XBbin

Gambar-5, Pengaruh XBin dan R terhadap %


recovery

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 123


dalam simulasi ini belum diperhitungkan
perubahan pola alir cairan didalam kolom
16 dengan perubahan laju alir absorben.
14 Hasil prediksi simulasi ini juga disajikan
12 sebagai distribusi suhu cairan didalam kolom
yang ditunjukkan pada Gambar-7. Gambar ini
% R eco very

10
menunjukkan bahwa suhu cairan didalam kolom
8
K2CO3 1 M hampir seragam. Hal ini disebabkan karena efek
6 panas yang diakibatkan oleh panas reaksi dan
K2CO3 1.5 M
4 panas pelarutan sangat kecil sehingga tak
Eks K2CO3 1.5 M
2 menyebankan kenaikan suhu cairan yang berarti.
0
0 2 4 6 8 Kesimpulan dan saran
Laju K2CO3 L/mnt
Penelitian ini telah memprediksi secara
teoritis kinerja packed column untuk absorpsi
Gambar-6, Perbandingan hasil prediksi simulasi gas CO2 kedalam larutan K2CO3 dalam packed
dan data eksperimen column dengan memperhitungkan efek panas.
Dipelajari pengaruh laju alir absorben dan
konsentrasi K2CO3 terhadap persen penyisihan
300.06000 CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menaikkan laju alir absorben dari 3 sampai
T e m p e r a tu r L iq u id (T L )

300.05000
300.04000 Laju K2CO3 3 L/mnt dengan 7 liter menit masih bisa memperbesar
Laju K2CO3 4 L/mnt persen penyisihan CO2. Demikian pula
300.03000
Laju K2CO3 5 L/mnt menaikkan kadar K2CO3 dalam absorben masuk
300.02000
Laju K2CO3 6 L/mnt dari 1 sampai dengan 1.5 M masih efektif dalam
300.01000
Laju K2CO3 7 L/mnt menaikkan persen penyisihan CO2. Dari profil
300.00000 suhu yang diprediksi pada penelitian ini
299.99000 menunjukkan bahwa efek panas tidak terlalu
0 0.5 1 berpengaruh terhadap hasil simulasi. Hasil
Z prediksi simulasi pada penelitian ini bila
dibandingkan dengan data eksperimen
Gambar-7 Profil suhu liquid didalam kolom menunjukkan penyimpangan dibawah 10%
untuk laju absorben dari 1 sampai dengan 5
Hasil prediksi simulasi pada penelitian ini liter/menit dan penyimpangan nya sebesar 10-
dibandingkan dengan data eksperimen yang 30% untuk laju absorben antara 5 sampai dengan
ditunjukkan pada Gambar-6. Terlihat bahwa 7 liter/menit.
hasil prediksi cukup dekat dengan data Walaupun penelitian ini menyimpulkan
eksperimen untuk laju alir absorben yang kecil. bahwa pengaruh panas tak terlalu penting,
Namun untuk laju alir absorben yang makin namun efek panas tetap perlu diperhitungkan
besar, deviasi antara hasil prediksi simulasi dan untuk pengembangan simulasi proses absorpsi
data eksperimen makin besar. Data eksperimen gas CO2 kedalam larutan K2CO3 pada packed
menunjukkan bahwa menaikkan laju alir column didalam industri, karena kondisi suhu
absorben dari 3 sampai 6 liter/menit akan masuk gas dan liquid didalam industri tidak sama
menyababkan persen recovery CO2 yang makin dan diatas suhu kamar demikian pula kondisi
besar namun kenaikan laju alir lebih dari 6 liter tekanan operasi adalah sekitar 30 bar. Penelitian
menit tak menyebabkan kenaikan persen ini perlu dilanjutkan untuk mengembangkan
recovery CO2 yang berarti. Tak demikian halnya model simulasi kolom absorpsi komersial.
dengan hasil prediksi simulasi, kenaikan laju alir Ucapan Terima Kasih
absorben dari 3 sampai dengan 7 liter/menit Penulis ingin mengucapkan terima kasih
menyebabkan kenaikan persen recovery CO2 pada Eko Cahyo K dan Abdullah Saad B.S atas
yang cukup berarti. Deviasi antara hasil prediksi kontribusinya dalam pelaksanaan studi
dan data eksperimen lebih kecil dari 10% untuk eksperimental penelitian, demikian pula pada
laju alir absorben dibawah 5 liter/menit, sedang jurusan teknik kimia ITS yang memberikan
untuk laju alir absorben antara 5 sampai dengan fasilitas yang diperlukan.
7 liter/menit deviasi nya antara 10-30%. Salah
satu penyebab deviasi ini disebabkan karena

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 124


Daftar Notasi Daftar Pustaka
av Luas permukaan interface per satuan volume cm2/cm3
A Konsentrasi A tak berdimensi pada film, -
Al-Ubaidi, B.S, M.S.Salim, and
B A=CA/CAib -
BM Konsentrasi B tak berdimensi pada film, B=CB/CBb gram/gmol A.A.Shaikh,”Non Isothermal Gas
Berat molekul Absorpsion Accompanied by a
C Konsentrasi larutan mol/cm3 Second Order Irreversible Reaction”,
CAi Konsentrasi spesies A diinterface pada temperatur mol/cm3
AIChE J., 36, 141-146, 1990
b bulk
CBb Konsentrasi spesies B di badan liquid mol/cm3 Altway,A.,”Pengaruh Volatilitas Reaktan
CPb Konsentrasi spesies P di badan liquid mol/cm3 Terlarut Terhadap Harga Faktor
CPG Kapasitas panas fase gas cal/mol C Peningkatan Absorpsi Disertai Reaksi
CPL Kapasitas panas fase liquid cal/mol C
Kimia Irreversible Umum”, IPTEK,
DA Koefisien difusivitas spesies A cm2/s
DB Koefisien difusivitas spesies B cm2/s Vol.6,No. 2, 130-137,1995
DP Koefisien difusivitas spesies P cm2/s Altway,A.,Yuyun,L.W. “Simulation of Carbon
E Faktor Enhancement - Dioxide Absorption into
Enon Faktor Enhancement non isothermal -
Diethanolamine Solution in Packed
G Laju Molar gas mol/s
Gm Laju Molar gas per satuan luas mol/cm2.s Column Using Combination of
h Koefisien transfer panas cal/cm2.K.s Orthogonal Collocation and Finite
He Konstanta Henry atm Difference Method”, Proceeding ITB,
K Konstanta Kesetimbangan -
Vol.31, No.2, 1999
k2 Konstanta reaksi orde 2 cm3/mol.s
kG Koefisien perpindahan massa fase gas gmol/cm2atm.s Altway, A., Suwarno, N., Andhini, P. dan Astuti,
kL Koefisien perpindahan massa fase liquida cm/s Y.,”Penyelesaian Numerik Model
kx Koefisien perpindahan massa fase liquida mol/cm2.fraksimol.s Penetrasi untuk Absorpsi Gas disertai
ky Koefisien perpindahan massa fase gas mol/cm2.fraksimol.s
Reaksi Kimia Irreversible Umum”,
L Laju molar fase liquid mol/s
LR Didefinisikan LR = CBb/CAib - IPTEK, Vol.6,No.2, 1995
M Bilangan Hatta - Astarita,G.,”Absorption of Carbon Dioxide into
N Jumlah titik kolokasi - Alkaline Solutions in Packed
NT Number Transfer Unit -
Tower”,I&EC
G Konsentrasi P tak berdimensi pada film, P=CP/CBb -
P Tekanan atm Fundamentals,Vol.2,No.4,1963
Pt Laju Abosrbsi mol/cm3.s Astarita,G.,”Mass Transfer with Chemical
Ra Laju reaksi komponen gmol/cm3.s Reaction”,Elsevier Publishing

R
r Perbandingan laju molar gas terhadap laju molar
liquid
-
Company, Amsterdam,1967
Bhattacharya,A, R.V. Gholap and R.V.
S Luas Permukaan kolom cm2 Chaudari,”Gas Absorption with
SR Didefinisikan SR=DB CBb / (DA CAib) -
Tb
Exothermic Bimolecular (1,1 Order)
Temperatur bulk K
TL Reacton”,AIChE J., 33, 1507-1513,
Temperatur liquid K
TG Temperatur gas K 1997
TR Didefinisikan TR = DP/DA - Brian, P.L.T., J.F. Hurley and
xAb Fraksi mol spesies A di badan liquid -
xBb
E.H.Hasseltine,”Penetration Theory
Fraksi mol spesies B di badan liquid -
xPb for Gas Absorption Accompanied by
Fraksi mol spesies P di badan liquid -
Z Jarak aksial cm a Second Order Chemical Reaction”,
AIChE J, vol.7,226, 1961
Danckwertz, “Gas Liquid Reaction”. McGraw
βR Bentuk tak berdemensi dari panas reaksi - Hill Book Company, 1970
βs Bentuk tak berdemensi dari panas pelarutan -
Effendi,M dan M.Ikhlas,”Simulasi Absorpsi Gas
δM,δH Ketebalan film untuk perpindahan massa dan panas cm
Disertai Reaksi Kimia Irreversible
Bentuk tak berdimensi dari energi aktivasi untuk - Order Dua Pada Kondisi
εD
difusi NonIsothermal”, Skripsi,
εR Bentuk tak berdimensi dari energi aktivasi untuk - Laboratorium Perpindahan Panas
reaksi fase liquid dan Massa, Jurusan Teknik Kimia,
φL FTI, ITS, 2001
Hold up liquid cm3/cm3 Glasscock,D.A. and G.T.Rochelle,”Approximate
λ
Tinggi kolom cm
ξ Simulation of CO2 and H2S
Bentuk tak berdimensi dari jarak -
θ Absorption into Aqueous
Bentuk tak berdimensi dari Temperatur, θ = (T-Tb)/Tb -
ψ Bilangan tak berdimensi, k2C/kx.av - Alkalinolamine “, AIChE
Journal,Vol.39,No.8,1993

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 125


Hikita, H. and S.Asai,” Gas Absorption with NonIsotermal”, Seminar Nasional
(m,n)-th Order Irreversible Chemical Rekayasa Kimia dan Proses,2001
Reaction”, Int. Chem. Eng., 4, 332, Treybal. R.E., “Mass Transfer Operation”.
1964 McGraw Hill Book Company, 1981.
Huang, C.J dan Kuo, C.H. “Mathematical Vas Bhat,R.D., W.P. van Swaaij, N.E. Benes,
Models for Mass Transfer J.A.M.Kuipers and G.F.
Accompanied Reversible Chemical Versteeg,”Non-isothermal gas
Reaction. AIChE Journal.Vol 11. 901- Absorption with reversible chemical
910,1965 reaction”, Chemical Engineering
Kohl, A.L. and F.C. Riesenfeld,”Gas Science, Vol.52, 4079-4094, 1997
Purification”, Gulf Publishing Xu, G.W., Cheng-Fang Zhang, Shu-Jun Qin,
Company, Houston, Texas, 1985 and Yi-Wei Wang,” Kinetics Study
Linek and Vaclav,”Verification of The Design on Absorption of Carbon Dioxide into
Methods for Industrial Carbon Solution of Activated
Dioxide-Triethanolamine Methyldiethanolamine’,
Absorbers:Laboratory Differential Ind.Eng.Chem. ,Vol 31,921-927,
Simulation and Computational 1992.
Methods”,Ind.Eng.Res.,Vol.29,No.9, Xu,S.,Yi-Wei Wang,F.D.Otto and
1990 A.E.Mather,”Kinetics of The
Perry, R.H, and C.H.Chilton,”Chemical Reaction of Carbon Dioxide With
Engineers’ Handbook”, 5th ed., Aqueous 2-Piperidineethanol
McGraw-Hill, 1973 Solutions”,AIChI
Sanyal,D.,N.Vasishtha, and Journal,Vol.39,No.10,1993
D.N.Saraf,”Modeling of Carbon Yunita D. Indrasari, Koatlely A. Serpara, Ali
Dioxide Absorber Using Hot Altway, Susianto,” Simulasi
Carbonate Enhancement Factor untuk Absorpsi
Process”,Ind.Eng.Chem.Res.,Vol.27, Gas disertai Reaksi Kimia Reversible
No.11,1988 Order Dua Kondisi Non-Isothermal
Savitri, Y.,E. Sepfitri, dan Ali Altway,”Simulasi dengan Model Difusifitas
Absorpsi Gas Disertai Reaksi Kimia Eddy”,Seminar Nasional
Irreversible Order Dua pada Packed “Kejuangan” UPN Yogyakarta, 2008
Column dalam Kondisi

Jurnal Teknik Kimia Vol.2,No.2 April 2008 126

Anda mungkin juga menyukai