Anda di halaman 1dari 34

MODUL 6 KB 1

DAR 2/Profesional/184/021/2018

PENDALAMAN MATERI FISIKA

MODUL 6 KB 1 : Teori Relativitas Khusus

Penulis : Rohandi, Ph.D.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

2018
-
DAFTAR ISI

A. Pendahuluan ………………………………..………………………… 1
B. Capaian pembelajaran …....………………………………………… 1
C. Petunjuk penggunaan ………….............................................……… 1
D. Materi Pembelajaran ……………………………..………………… 2
Transformasi Koordinat Galileo …………...……...…………… 2
Eksperimen Michelson Morley ………………………………… 10
Postulat Einstein …...…...…..………………………………….. 12
Transformasi Lorentz …………………………………………... 18
Momentum dan energi relativistic ……………………………... 24

- iv -
- v-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

A. PENDAHULUAN

Modul ini merupakan modul yang termasuk pada bagian Fisika Modern.
Pembahasan pada materi ini ditujukan agar mahasiswa menguasai konsep fisika
modern secara mendalam. Isi modul meliputi transformasi koordinat Galileo,
postulat Einstein, transformasi Lorentz, kontraksi panjang, dilatasi waktu, massa,
momentum dan energi relativistik. Materi pembelajaran disajikan dalam uraian
dan disertai dengan pemaparan dalam video. Pada bagian akhir diberikan test
untuk mengetahui tingkat pemahaman.

Bahan dalam modul ini akan digunakan pada modul yang lain yaitu konsep
dan fenomena kuantum khususnya pada pembahasan efek Compton, modul teori
atom dan modul fisika inti.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN

menguasai konsep- konsep teoretis fisika modern (kuantum) secara mendalam


Sub capaian pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan:
1. memahami postulat Einstein tentang relativitas dengan benar
2. memahami transformasi Lorentz dengan benar
3. memahami kontraksi panjang, dilatasi waktu dengan benar
4. memahami massa, momentum dan energi relativistik dengan benar

C. PETUNJUK PENGGUNAAN

1. Materi teori relativitas khusus ini meliputi transformasi Galileo, Postulat


Einstein, Transformasi Lorentz; massa, momentum dan energi relativistik
2. Untuk dapat memahami materi pada setiap topik, anda perlu
- mempelajari bahan yang disediakan dalam “buku ajar” yang berupa
uraian materi dan contoh soal
- mendalami materi dalam video yang disediakan
3. Anda dapat lebih mendalami dan memperkaya materi dari sumber pustaka
/ acuan yang digunakan

- 1-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

4. Untuk mengetahui tingkat pemahaman, anda perlu mengerjakan tes


formatif di bagian akhir modul ini terlebih dahulu. Selanjutnya cek hasil
pengerjaan
5. Selain itu anda juga perlu mengerjakan tes sumatif bersama 3 materi lain
yang disediakan di bagian akhir modul 24.

D. MATERI PEMBELAJARAN

Teori relativitas khusus


Pada materi ajar sebelumnya, kita sudah membahas tentang gerak.
Contoh-contoh yang kita hadapi adalah kejadian pada hidup harian seperti gerak
benda, mobil, perahu, pesawat dan semacamnya. Mobil bergerak dengan kelajuan
sekitar 100 km/jam atau 27,8 m/s, sedang kelajuan pesawat terbang adalah 1000
km/jam atau 277,8 m/s. Selain itu pada materi optika, kita sudah mengetahui
bahwa cahaya bergerak dengan sangat cepat dengan kelajuan di ruang hampa
sebesar 3 x 108 m/s. Kelajuan benda pada hidup harian jauh lebih rendah
dibanding dengan kelajuan cahaya di ruang hampa. Bagaimana besaran dan
hukum fisika pada wilayah kecepatan tinggi? Mungkin kita juga memandang
bahwa persamaan yang sudah kita pelajari di mekanika dapat langsung
diterapkan bila benda bergerak dengan kecepatan tinggi. Benarkah demikian?
Pada materi ini kita akan mempelajari gejala yang terkait dengan benda yang
bergerak dengan kecepatan tinggi.

1. Transformasi Galileo

Bila kita membicarakan gerak, kita perlu mengetahui terlebih dahulu


acuan tempat kita mulai mengukur perpindahan. Ingat kembali pada pembahasan
hukum Newton tentang gerak. Pada pembahasan tersebut kita menggunakan
kerangka acuan yang inertial, yaitu kerangka acuan yang diam atau bergerak
dengan kecepatan tetap. Kerangka acuan semacam ini kita sebut kerangka acuan
inersial karena pada kerangka ini benda yang tidak diberi gaya akan bergerak
lurus dengan kecepatan tetap, seperti yang dinyatakan dalam hukum Newton I.

- 2-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Hal ini bisa diperluas, kerangka acuan lain yang bergerak dengan kecepatan
konstan terhadap kerangka acuan yang inersial juga akan menjadi kerangka acuan
yang inersial. Hukum-hukum fisika yang mempunyai bentuk persamaan yang
sama untuk semua pengamat yang berbeda gerakan dan berbeda tempat disebut
kovarian.

Kita akan melihat persamaan untuk suatu kejadian atau peristiwa dilihat di
kerangka acuan yang berbeda. Coba perhatikan kerangka acuan pada gambar 1.1.
Kerangka acuan pertama S adalah kerangka acuan yang diam. Sedang kerangka
acuan kedua (S’) adalah kerangka acuan yang bergerak ke arah sumbu x positip
dengan kecepatan tetap v. Pada saat awal yaitu t=t’=0, kedua kerangka acuan
berimpit.

Misalkan suatu kejadian sebuah letusan terjadi di titik P. Peristiwa tersebut


menurut pengamat di kerangka acuan S terjadi di tempat dan waktu tertentu atau
koordinat ruang dan waktu (x, y, z, t). Sedang menurut pengamat di S’, kejadian
yang sama mempunyai koordinat ruang waktu (x’, y’, z’, t’). Adakah hubungan
antara kedua koordinat tersebut? Hubungan antara masing-masing koordinat
disebut sebagai transformasi koordinat Galileo.

y y’ P
vt x’

x O’ x’
S’
O
S
z z’

Gambar 1.1. Sebuah letusan terjadi di titik P, dipandang dari kerangka acuan
S yang diam dan kerangka acuan S’ yang bergerak dengan kecepatan v terhadap S.

- 3-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Perhatikan kembali gambar 1.1 di atas. Ketika terjadi letusan pada saat t,
kerangka acuan S’ sudah berpindah sejauh v t. Pada arah mendatar, menurut
pengamat di S, titik P berjarak x dari pusat koordinat O, sedang menurut
pengamat di S’, berjarak x’ dari pusat koordinat O’. Sedang pada arah vertikal
titik P berjarak y (menurut pengamat di S) dan y’ (menurut pengamat di S’).
Demikian pula untuk posisi ke arah sumbu z, menurut pengamat di S dan S’
adalah z dan z’ . Karena itu dan dari gambar kita dapat memperoleh hubungan
sebagai berikut:

𝑥′ = 𝑥 − 𝑣 𝑡 (1.1a)

𝑦′ = 𝑦 (1.1b)

𝑧′ = 𝑧 (1.1c)

𝑡′ = 𝑡 (1.1d)

Persamaan di atas disebut sebagai transformasi koordinat Galileo.

Dari persamaan (1.1) di atas kita juga dapat memperoleh sebaliknya

𝑥 = 𝑥′ + 𝑣 𝑡 (1.2a)

𝑦 = 𝑦′ (1.2b)

𝑧 = 𝑧′ (1.2c)

𝑡 = 𝑡′ (1.2d)

Contoh soal 1:

Sebuah batang dengan panjang l diam secara horisontal. Pada kerangka


acuan S ujung batang berada di x1= A dan x2= A+l. Berapakah panjang
batang tersebut menurut orang yang berada di kerangka acuan S’ yang
bergerak dengan kecepatan v ke arah sumbu x positip?

- 4-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Jawab:

Dengan menggunakan transformasi Galileo, kita dapat mengetahui posisi


kedua ujung batang menurut pengamat di S’ sebagai berikut

𝑥1′ = 𝑥1 − 𝑣 𝑡 = 𝐴 − 𝑣 𝑡

𝑥2′ = 𝑥2 − 𝑣 𝑡 = 𝐴 + 𝑙 − 𝑣 𝑡

Dari dua persamaan di atas panjang batang di kerangka acuan S’ adalah

𝑙 ′ = 𝑥2′ − 𝑥1′

𝑙 ′ = 𝐴 + 𝑙 − 𝑣 𝑡 − (𝐴 − 𝑣 𝑡)

𝑙′ = 𝐴 + 𝑙 − 𝑣 𝑡 − 𝐴 + 𝑣 𝑡

𝑙′ = 𝑙

Jadi panjang batang menurut pengamat di kerangka acuan S’ yang


bergerak dengan kecepatan v ke arah sumbu x positip juga sebesar l.

Contoh soal 2:

Sebuah benda bergerak secara horisontal ke arah sumbu x positip.


Menurut pengamat di kerangka acuan S yang diam kecepatan benda
tersebut adalah vx. Berapakah kecepatan benda tersebut menurut orang
yang berada di kerangka acuan S’ yang bergerak dengan kecepatan v ke
arah sumbu x positip?

Jawab:

Menurut pengamat di S benda tersebut berpindah sejauh dx selama dt dan


kecepatan benda tersebut mengikuti persamaan sebagai berikut

- 5-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

𝑑𝑥
𝑣𝑥 = 𝑑𝑡

Sedang menurut pengamat di S’ benda tersebut berpindah sejauh dx’


selama dt’ dengan kecepatan

𝑑𝑥′
𝑣𝑥′ =
𝑑𝑡′

Sesuai dengan transformasi Galileo,

perpindahan atau perubahan posisi di kerangka acuan S’ mengikuti

𝑑𝑥 ′ = 𝑑𝑥 − 𝑣 𝑑𝑡

dan selang waktunya

dt’ = dt,

Sehingga kita akan dapatkan kecepatan benda menurut pengamat di S’


adalah

𝑑𝑥 − 𝑣 𝑑𝑡
𝑣𝑥′ =
𝑑𝑡

atau

𝑣𝑥′ = 𝑣𝑥 − 𝑣

Persamaan terakhir di atas menunjukkan transformasi Galileo untuk


kecepatan. Secara lengkap transformasi kecepatan tersebut ditunjukkan dalam
persamaan berikut

𝑣𝑥′ = 𝑣𝑥 − 𝑣 (1.3a)

𝑣𝑦′ = 𝑣𝑦 (1.3b)

𝑣𝑧′ = 𝑣𝑧 (1.3c)

- 6-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Dan sebaliknya kita dapatkan

𝑣𝑥 = 𝑣𝑥′ + 𝑣 (1.4a)

𝑣𝑦 = 𝑣𝑦′ (1.4b)

𝑣𝑧 = 𝑣𝑦′ (1.4c)

Perhatikan baik-baik persamaan (1.3) dan (1.4) berlaku untuk kerangka acuan S’
yang bergerak ke arah sumbu x positip. Bila arah geraknya terbalik, ke arah
sumbu x negatip maka tanda plus dan minusnya harus juga dibalik.

Contoh soal 3:

Diketahui jalan raya yang sejajar dengan rel kereta api pada arah utara-
selatan. Mobil Agung bergerak ke utara dengan laju 120 km/jam terhadap
jalan, sedang motor Budi menuju ke selatan dengan laju 60 km/jam.
Candra naik kereta api juga bergerak ke utara dengan kelajuan
100km/jam terhadap stasiun. Tentukan

a. kecepatan Agung menurut Chandra

b. kecepatan Budi menurut Chandra

c. kecepatan Chandra menurut Agung

Jawab:

Pandang arah utara sebagai arah x positip dan arah selatan sebagai x
negatip.

- 7-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

a. Menurut pengamat di kerangka yang diam di bumi kecepatan Agung


adalah

vx = 120 km/jam

Chandra berada di kerangka yang bergerak dengan kecepatan


v=100km/jam terhadap kerangka di bumi. Jadi sesuai transformasi
Galileo, kecepatan Budi menurut Chandra menjadi

𝑣𝑥′ = 𝑣𝑥 − 𝑣 = 120𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 − 100𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 = 20𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚

Terhadap Chandra, Agung bergerak dengan keepatan 20 km/jam ke


arah utara

b. Menurut pengamat di kerangka yang diam di bumi kecepatan Budi


adalah

vx = - 60 km/jam

Chandra berada di kerangka yang bergerak dengan kecepatan


v=100km/jam terhadap kerangka di bumi. Jadi sesuai transformasi
Galileo, kecepatan Budi menurut Chandra menjadi

𝑣𝑥′ = 𝑣𝑥 − 𝑣 = −60𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 − 100𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 = −180𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚

Terhadap Chandra, Budi bergerak dengan keepatan 180 km/jam ke


arah selatan

c. Menurut pengamat di kerangka yang diam di bumi kecepatan


Chandra adalah

vx = 100 km/jam

Agung berada di kerangka yang bergerak dengan kecepatan


v=120km/jam terhadap kerangka di bumi. Jadi sesuai transformasi
Galileo, kecepatan Chandra menurut Agung menjadi

𝑣𝑥′ = 𝑣𝑥 − 𝑣 = 100𝑘/𝑗𝑎𝑚 − 120𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 = − 20𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚

- 8-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Terhadap Agung, Chandra bergerak dengan keepatan 20 km/jam ke


arah selatan

Contoh soal 4:

Turunkan transformasi percepatan benda menurut orang yang berada di


kerangka acuan S’ yang bergerak dengan kecepatan v ke arah sumbu x
positip!

Jawab:

Menurut pengamat di S benda tersebut mengalami percepatan sebesar

𝑑𝑣𝑥
𝑎𝑥 = 𝑑𝑡

Sedang menurut pengamat di S’ percepatan benda adalah

𝑑𝑣𝑥′
𝑎𝑥′ =
𝑑𝑡′

dengan

𝑣𝑥′ = 𝑣𝑥 − 𝑣 dan dt’= dt

kita akan mendapatkan

𝑑(𝑣𝑥 − 𝑣) 𝑑𝑣𝑥
𝑎𝑥′ = =
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑎𝑥′ = 𝑎𝑥

Persamaan di atas merupakan transformasi Galileo untuk percepatan.

Dari pembahasan dan contoh di atas kita ketahui bahwa pada transformasi Galileo
untuk panjang, selang waktu dan percepatan dihasilkan nilai yang sama, tetap atau
disebut invarian.

- 9-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

2. Eksperimen Michelson-Morley

Seperti dicontohkan di depan pada transformasi koordinat Galileo, kita


dapat mengetahui kecepatan benda menurut pengamat yang diam maupun yang
bergerak. Dari contoh perhitungan tampak bahwa nilai kecepatan benda
tergantung pada kerangka acuan pengamat. Terkait dengan hal ini, bagaimana
kalau kita terapkan transformasi koordinat Galileo pada kecepatan cahaya? Pada
abad ke sembilan belas cahaya yang dikenal sebagai gelombang elektromagnetik
juga dianggap sama dengan gelombang lain dalam hal perambatannya yaitu
memerlukan medium. Apa medium untuk perambatan cahaya? Waktu itu
diperkenalkan ether sebagai mediumnya. Dengan demikian selanjutnya kecepatan
cahaya dihitung terhadap ether.

Selama ini kita menghitung kecepatan cahaya terhadap pengamat yang diam
di bumi. Bagaimana dengan ether? Bumi bergerak mengelilingi matahari dengan
kecepatan 30 km/s. Bagi orang yang diam di bumi, berarti ether bergerak dengan
kecepatan 30 km/s pula dengan arah kebalikan arah gerak bumi mengelilingi
matahari. Cahaya ke arah utara akan tegak lurus terhadap kecepatan ether, sedang
yang ke timur searah. Karena itu sesuai transformasi Galileo, kecepatan cahaya di
bumi dapat berbeda tergantung pada arahnya. Benarkah demikian? Bagaimana
hal ini bisa ditunjukkan dengan eksperimen?

Michelson dan Morley melakukan pengukuran dengan menggunakan


interferometer Michelson seperti pada gambar 2.1. Susunan ini terdiri dari sumber
cahaya S, sebuah pemecah berkas (BS: beam spliter), dua cermin (C1 dan C2) dan
“layar” pengamatan hasil interferensi. Berkas cahaya dari sumber akan dipecah
menjadi dua berkas oleh beam spliter. Sebagian berkas akan dipantulkan ke arah
cermin 1 dan sebagian akan diteruskan ke cermin 2. Oleh kedua cermin berkas
cahaya akan dipantulkan kembali menuju BS. Oleh BS berkas dari C1 akan
diteruskan ke layar sedang berkas dari C2 akan dipantulkan ke layar. Sehingga
akan terdapat dua berkas yang berinterferensi di “layar”. ( Catatan: dalam

- 10 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

gambar terlihat dua berkas terpisah, ini dibuat agar terlihat jelas. Dalam praktek
kedua berkas menyatu, tidak terpisah)

C1

S
BS
C2

pengama
t

Gambar 2.1. Interferometer Michelson

Lintasan kedua berkas sama panjang karena jarak cermin C1 ke BS sama


dengan jarak cermin C2 ke BS. Hasil interferensi kedua berkas cahaya akan
tergantung pada waktu tempuhnya. Untuk panjang lintasan yang sama, waktu
tempuhnya akan sama bila kecepatan pada kedua lintasan tersebut juga sama. Dan
sebaliknya waktu tempuhnya akan berbeda bila kecepatan cahaya pada kedua
lintasan juga berbeda.

Kedua lintasan cahaya pada interferometer Michelson saling tegak lurus.


Bila salah satu lintasan dibuat sama dengan arah gerak ether, lintasan yang lain
akan tegak lurus gerak ether. Karena itu dengan mengacu pada transformasi
Galileo, kecepatan cahaya pada kedua lintasan di interferometer Michelson akan
berbeda. Pada satu kedudukan interferometer, pola interferensinya sudah tertentu.
Sebagai akibatnya bila interferometer diubah posisinya, hasil pola interferensinya
juga akan berubah / bergeser.

- 11 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Michelson dan Morley telah mengubah arah interferometernya pada


berbagai posisi. Namun apa hasilnya? Mereka tidak mendeteksi adanya
perubahan pola interferensi. Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa tidak ada
ether, yang berarti juga kecepatan cahaya bernilai konstan.

3. Postulat Einstein

Kita sudah mempelajarai transformasi Galileo tentang kecepatan. Hasil


eksperrimen Michelson dan Morley menunjukkan bahwa ternyata kecepatan
cahaya tetap. Bagaimana hal ini diterangkan. Penjelasan tentang hasil eksperimen
Michelson dan Morley diberikan oleh Lorentz. Nanti kita akan membahasnya.
Kita juga dapat mulai dengan teori relativitas khusus Einstein terlebih dahulu.

Pada tahun 1905 Einstein menyatakan postulat relativitas khusus yaitu

- Semua hukum fisika mempunyai bentuk yang sama pada semua


kerangka acuan yang inersial
- Kecepatan cahaya di ruang hampa bernilai tetap sebesar 3 x 108 m/s,
tidak tergantung pada kecepatan pengamat maupun sumbernya.

Apa konsekuensi dari postulat ini? Pandang sebuah kejadian yaitu seseorang
berada di dalam kereta, seperti pada gambar 3.1. Kereta bergerak dengan
kecepatan v, searah sumbu x positip. Kereta ini juga dijadikan kerangka acuan S’.
Di dalam kereta juga terdapat jam untuk mengukur selang waktu.

d
d
S’

t’=0 t’

Gambar 3.1. Lintasan cahaya pada arah vertikal di dalam kereta yang bergerak,
menurut orang yang berada di dalam kereta ( S’ ).

- 12 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Pada saat t’ = 0, orang menyalakan sinar dari lantai kereta ke arah cermin di
bagian atas. Selanjutnya orang tersebut akan mendeteksi pantulan cahaya di lantai,
setelah selang waktu . Jika tinggi kereta adalah d, menurut orang di dalam
kereta berarti cahaya telah menempuih lintasan sejauh 2 d selama selang waktu
. Dengan kecepatan cahaya sebesar c, kita mendapatkan persamaan

2𝑑
𝑇0 = (3.1)
𝑐

Bagaimana menurut orang yang berada di luar kereta? Akan tetapi menurut
orang yang diam di bumi pada kerangka acuan S, lintasan cahayanya akan terlihat
seperti gambar 3.2.

l l
d

x=0 v  /2 v

S
Gambar 3.2. Lintasan cahaya di dalam kereta yang bergerak, menurut pengamat
yang ada di bumi ( S ).

Pada saat awal penyalaan sinar, kereta masih berada di posisi x=0. Pantulan
cahaya terdeteksi setelah selang waktu . Pada saat ini kereta telah bergerak
sejauh v 

2𝑙
𝑇= (3.2)
𝑐

dari gambar 3.2. kita mendapatkan

𝑣𝑇 2
𝑙2 = 𝑑2 + ( ) (3.3)
2

- 13 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Dengan memasukkan persamaan (3.1) dan (3.2) ke dalam persamaan (3.3) kita
akan mendapatkan persamaan

𝑐 2 𝑐 2 𝑣 2
(2 𝑇) = (2 𝑇0 ) + (2 𝑇) (3.4)

atau

𝑇0
𝑇= (3.5)
√1− 𝑣 2 ⁄𝑐 2

Nilai kelajuan v jauh lebih kecil dari kelajuan cahaya c, karena itu penyebut
dalam persamaan (3.5) bernilai kurang dari 1. Dengan demikian persamaan (3.5)
menunjukkan bahwa selang waktu yang teramati oleh pengamat yang bergerak
terhadap benda ( T ) lebih lama dibandingkan dengan yang teramati oleh
pengamat yang diam / berada di tempat kejadian (). Kejadian ini disebut
dilatasi waktu. Selang waktu menurut pengamat yang berada di tempat kejadian
di sebut waktu wajar (proper time).

Untuk lebih memahami gejala ini, silahkan anda lihat pada video tentang
penjelasan Time Dilation ini. Jalankan video 1.1 dengan mengklik ikon di bawah.

Video 1.1. Time Dilation

Peristiwa di depan untuk cahaya yang diarahkan vertikal ke atas. Bagaimana


kalau cahayanya diarahkan horizontal seperti pada gambar 3.3.

- 14 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

L0
t’=0

S’ t’

L0

Gambar 3.3. Lintasan cahaya pada arah 15horisontal di dalam kereta yang
bergerak, menurut orang yang berada di dalam kereta ( S’ ).

Dari gambar 3.3, selang waktu dari saat penyalaan sampai kembali ke detektor
adalah . Selama selang waktu tersebut cahaya telah menempuh jarak sejauh 2L0,
sehingga berlaku hubungan

2𝐿0
𝑇𝑜 = (3.6)
𝑐

Sedang menurut pengamat yang ada di bumi (kerangka acuan S), kejadian
tersebut dapat diurutkan seperti pada gambar 3.4. sebagai berikut

t=0

t1

t

Gambar 3.4. Urutan kejadian pada cahaya yang merambat ke arah horisontal di
dalam kereta yang bergerak, menurut orang yang berada di bumi ( S ).

- 15 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Pada saat t=0, nyala mulai di ujung kereta sebelah kiri. Cahaya mencapai
cermin di ujung kanan kereta setelah selang waktu t1. Pada keadaan ini cahaya
telah menempuh jarak L+ v t1, sehingga berlaku hubungan

𝐿+𝑣 ∆𝑡1
∆𝑡1 = (3.7)
𝑐

atau

𝐿
∆𝑡1 = (3.8)
𝑐−𝑣

Selanjutnya cahaya akan dipantulkan balik, dan mencapai detektor di ujung kiri
pada saat t=t. Detektor ini berada pada jarak v t, dihitung dari awal gerak.
Selama selang waktu antara (t - t1 ) cahaya telah menempuh jarak (L+ v t1 - v
t ) yang memenuhi persamaan

𝐿+𝑣 ∆𝑡1 −𝑣 ∆𝑡
∆𝑡 − ∆𝑡1 = (3.9)
𝑐

atau

𝐿
∆𝑡 − ∆𝑡1 = (3.10)
𝑐+𝑣

Dengan memasukkan persamaan (3.8) ke dalam persamaan (3.10) kita akan


mendapatkan persamaan

𝐿 𝐿 2𝐿𝑐
∆𝑡 = + = (3.11)
𝑐+𝑣 𝑐− 𝑣 𝑐 2 −𝑣 2

Dengan memberikan nilai t pada persamaan (3.5) kita dapatkan persamaan

- 16 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

2𝐿𝑐 𝑇𝑜
= (3.12)
𝑐 2 −𝑣 2 √1− 𝑣 2 ⁄𝑐 2

Dengan menggunakan nilai  pada persamaan (3.6), persamaan (3.12) akan


menjadi

2𝐿𝑐 2 𝐿0
= (3.12)
𝑐 2 −𝑣 2 𝑐 √1− 𝑣 2 ⁄𝑐 2

atau

2𝐿𝑐 2 𝐿0
= (3.13)
𝑐 2 −𝑣 2 √𝑐 2 − 𝑣 2

Dan akhirnya kita dapatkan

𝑣2
𝐿 = 𝐿0 √1 − (3.14)
𝑐2

Sesuai dengan persamaan (3.14) panjang kereta terlihat lebih pendek menurut
orang yang bergerak terhadap kereta itu. Hal ini disebut ada kontraksi panjang.

Penjelasan gejala ini juga dapat dilihat pada video Length Contraction di
bawah ini. Marilah kita mulai dengan melihat video1.2. Jalankan video 1.2
dengan mengklik ikon di bawah.

Video 1.2. Length Contraction

- 17 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

4. Transformasi Lorentz

Dari pembahasan di depan kita ketahui bahwa transformasi Galileo tidak


sesuai untuk menjelaskan hasil eksperimen Michelson Morley. Untuk itu
diperlukan transformasi lain. Kita akan membahas transformasi Lorentz yang
sesuai dengan postulat Einstein. Pandang kerangka acuan S yang diam dan
kerangka acuan S’ yang bergerak dengan kelajuan v terhadap S ke arah sumbu x
positip, seperti pada gambar 4.1.

y y’
P

v
S S’

O O’ x x’
z z’

Gambar 4.1. Kerangka acuan yang diam S dan kerangka acuan yang bergerak
dengan kecepatan v ke arah sumbu x positip.

Pada saat awal, yaitu t=t’=0, kedua kerangka acuan berimpit atau x=x’=0.
Transformasi koordinat menurut Lorentz mengikuti:

𝑥−𝑣 𝑡
𝑥′ = (4.1a)
√1− (𝑣/𝑐)2

𝑦′ = 𝑦 (4.1b)

𝑧′ = 𝑧 (4.1c)

𝑡− (𝑣/𝑐 2 ) 𝑥
𝑡′ = (4.1d)
√1− (𝑣/𝑐)2

dengan

- 18 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

1
𝛾= (4.2)
√1− (𝑣/𝑐)2

persamaan (4.1) dapat dituliskan menjadi

𝑥 ′ = 𝛾 (𝑥 − 𝑣 𝑡) (4.3a)

𝑦′ = 𝑦 (4.3b)

𝑧′ = 𝑧 (4.3c)

𝑣
𝑡 ′ = 𝛾 (𝑡 − 𝑥) (4.3d)
𝑐2

Karena nilai kelajuan v lebih kecil dari c maka

𝛾≥1 (4.4)

Persamaan (4.3) akan menjadi sama dengan persamaan (1.1) kalau kelajuan
kerangka acuan v bernilai kecil, sehingga nilai v/c mendekati nol dan 1. Untuk
nilai kelajuan yang besar, persamaan (4.1) menunjukkan bahwa posisi dan waktu
tidak lagi absolut. Dari persamaan (4.3d) kita dapat ketahui bahwa koordinat
waktu di S’ berbeda dari di S. Waktu tergantung pada posisi dan kecepatan
pengamat.

Contoh soal 5: Sebuah roket bergerak dengan kelajuan 0,6 c diukur di kerangka
acuan S yang diam di bumi. Pada saat t=0 ketika roket berada 100 ly
(light year: tahun cahaya) dari bumi, terjadi dua peristiwa yaitu bom
meletus di bumi dan bom kedua meletus di roket. Tentukan koordinat
posisi dan waktunya, menurut pengamat di roket dengan menggunakan
transformasi Galileo dan transformasi Lorentz. Satu tahun cahaya adalah
jarak yang ditempuh cahaya selama 1 tahun.

- 19 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Jawab: a. Transformasi Galileo

Kejadian Kerangka acuan S Kerangka acuan S’


Bom meledak di bumi x1 = 0 𝑥1′ = 0
t1 = 0 𝑡1′ = 0
Bom meledak di roket x2 = 100 ly 𝑥2′ = 100 𝑙𝑦
t2 = 0 𝑡2′ = 0

b. Transformasi Lorentz

Kelajuan kerangka acuan sebesar 0,6 c akan memberikan nilai

√1 − (𝑣/𝑐)2 = √1 − (0,6)2 = 0,8

𝑣
𝑡2 − ( 2 ) 𝑥2
dan 𝑡2′ = 𝑐
√1− (𝑣/𝑐)2

0,6𝑐
0−( 2 )100 𝑙𝑦
𝑡2′ = 𝑐
0,8

𝑡2′ = −75 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Kejadian Kerangka acuan S Kerangka acuan S


Bom meledak di x1 = 0 𝑥1′ = 0
bumi t1 = 0 𝑡1′ = 0
Bom meledak di x2 = 100 ly 𝑥2′ = 125 𝑙𝑦
roket t2 = 0 𝑡2′ = −75 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Bagaimana dengan transformasi kelajuannya? Pertama kita menurunkan


besaran pada persamaan (4.1) yang menghasilkan persamaan

𝑑𝑥 ′ = 𝛾 (𝑑𝑥 − 𝑣 𝑑𝑡)

𝑑𝑦 ′ = 𝑑𝑦

- 20 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

𝑑𝑧 ′ = 𝑑𝑧

𝑣
𝑑𝑡 ′ = 𝛾 (𝑑𝑡 − (𝑐 2 ) 𝑑𝑥) ( 4.4)

Selanjutnya komponen kecepatan ke arah masing-masing sumbu, kita dapatkan


sebagai berikut. Untuk ke arah sumbu x

𝑑𝑥 ′ 𝑑𝑥−𝑣 𝑑𝑡
𝑣𝑥′ = = (4.5)
𝑑𝑡 ′ 𝑑𝑡− (𝑣/𝑐 2 ) 𝑑𝑥

Bila pembilang dan penyebut persamaan (4.5) kita bagi dengan dt, akan
dihasilkan persamaan

𝑣𝑥 −𝑣
𝑣𝑥′ = (4.6)
1− (𝑣/𝑐 2 ) 𝑣𝑥

Dengan cara yang sama untuk komponen ke arah y dan z, kita dapatakan

̇
𝑣𝑦 √1− (𝑣/𝑐)2
𝑣𝑦′ = (4.7)
1− (𝑣/𝑐 2 ) 𝑣𝑥

̇
𝑣𝑧 √1− (𝑣/𝑐)2
𝑣𝑧′ = (4.8)
1− (𝑣/𝑐 2 ) 𝑣𝑥

Contoh soal 6: Tunjukkan bahwa kecepatan cahaya bernilai tetap, tidak


tergantung pada kecepatan pengamat.

Jawab: Misal cahaya merambat ka arah sumbu x

Pada kerangka acuan S berlaku :

𝑣𝑥 = 𝑐

Pada kerangka acuan S’ berlaku :

- 21 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

𝑣𝑥 − 𝑣 𝑐−𝑣 𝑐−𝑣
𝑣𝑥′ = 2
= 2
=
1 − (𝑣/𝑐 ) 𝑣𝑥 1 − (𝑣/𝑐 ) 𝑐 1 − (𝑣/𝑐)

𝑐−𝑣
𝑣𝑥′ = ×𝑐 =𝑐
𝑐−𝑣

Kontraksi panjang

Persamaan (4.1) menunjukkan transformasi koordinat ruang dan waktu. Apa


yang terjadi bila kita terapkan pada pengukuran panjang. Misalnya satu batang
tongkat panjangnya L0 berada di kerangka S’ yang bergerak dengan kelajuan v
searah sumbu x, Batang ini terletak sejajar sumbu x’, ujung batang berada di
posisi 𝑥𝐴′ dan 𝑥𝐵′ .

Menurut pengamat yang berada di kerangka acuan S yang diam, koordinat


(ruang, waktu) kedua ujung batang yang diukur pada saat yang sama to adalah (xA
, to) dan (xB, to). Panjang batang menurut pengamat di S sebesar L. Sesuai
persamaan (4.1) dan (4.2) transformasi koordinatnya mengikuti

𝑥𝐴′ = 𝛾 (𝑥𝐴 − 𝑣 𝑡𝑜 ) (4.9)

𝑥𝐵′ = 𝛾 (𝑥𝐵 − 𝑣 𝑡0 ) (4.10)

Kita dapat menghitung panjang batang dari selisih kedua persamaan di atas yaitu

𝑥𝐵′ − 𝑥𝐴′ = 𝛾 (𝑥𝐵 − 𝑥𝐴 )

atau

𝐿0 = 𝛾 𝐿 (4.11)

𝐿0
𝐿= (4.12)
𝛾

- 22 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Oleh pengamat yang bersama batang, panjang batang teramati sebagai L0. Oleh
pengamat yang bergerak terhadap batang, batang tersebut akan terlihat sebagai L
yang lebih pendek. Kejadian ini yang disebut kontraksi panjang.

Dilatasi waktu

Penggunaan persamaan (4.2) pada pengukuran selang waktu. Misal ada dua
kejadian di tempat yang sama yaitu di x=x0, terjadi pada saat t=t0 dan t=t1. Kedua
peristiwa tersebut terjadi di kerangka acuan S yang diam dengan selang waktu
wajar (proper time) mengikuti

𝑇0 = 𝑡1 − 𝑡0 (4.14)

Menurut pengamat yang berada di kerangka acuan S’ yang bergerak terhadap S


dengan kelajuan v searah sumbu x, waktu kejadiannya

𝑣
𝑡0′ = 𝛾 (𝑡0 − (𝑐 2 ) 𝑥0 ) (4.15)

𝑣
𝑡1′ = 𝛾 (𝑡1 − ( 2 ) 𝑥0 ) (4.16)
𝑐

Selang waktu menurut pengamat di S’ adalah

𝑇 = 𝑡1′ − 𝑡0′ (4.17)

didapat dari selisih persamaan (4.15) dan (4.16) di atas yaitu

𝑡1′ − 𝑡0′ = 𝛾 (𝑡1 − 𝑡0 ) (4.18)

Atau dengan persamaan (4.14) persamaan (4.18) akan menjadi

𝑇 = 𝛾 𝑇0 (4.19)

Selang waktu antara dua peristiwa akan teramati lebih lama oleh pengamat yang
bergerak.

- 23 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Contoh soal 7

Muon adalah partikel tidak stabil dengan life time  = 2,2 x 10-6 s
bergerak dengan kelajuan 0,9 c. Hitunglah jarak yang ditempuh muon
tersebut sebelum meluruh, secara langsung dan memperhatikan adanya
dilatasi waktu!

Jawab

a. jarak yang ditempuh muon adalah

x = v 

 x = 0,9 x 3 x 108 m/s x 2,2 x 10-6 s = 594 m

b. selama bergerak, muon mengalami dilatasi waktu

2,2 𝑥 10−6 𝑠
𝜏′ = 𝛾 τ = = 5,047 × 10−6 𝑠
√1− 0,92

dan jarak yang ditempuh muon menjadi

x = v ’

 x = 0,9 x 3 x 108 m/s x 5,047 x 10-6 s = 1363 m

5. Momentum dan energi relativistik

Pada pembahasan mekanika, besaran seperti selang waktu, kecepatan kita


gunakan tanpa memperhatikan kerangka acuan pengamatnya. Tetapi pada bagian
relativitas kita justru memperhitungkan kelajuan kerangka acuan. Karena itu
seperti halnya posisi, waktu, kecepatan, besaran lainnya seperti momentum,
tenaga kinetik juga perlu dikaitkan dengan kelajuan pengamat.

Misal pada kerangka yang diam S, sebuah benda bermassa m0 bergerak


̅. Dengan mengacu pada pembahasan pada bab sebelumnya
dengan kecepatan 𝒗
nilai momentum benda tersebut menurut pengamat di kerangka acuan S’ yang
bergerak dengan kelajuan v adalah

- 24 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

𝑝̅ = 𝛾 m0 𝑣̅ (5.1)

dengan

1
𝛾=
√1 − (𝑣/𝑐)2

Persamaan (5.1) menyatakan nilai momentum secara relativistik. Bila nilai m0


disebut massa diam benda, selanjutnya  m0 dinamakan massa relativistik.

Untuk kecepatan. 𝒗 yang kecil, nilai mendekati 1 (satu) sehingga persamaan


(5,1) akan menjadi

𝑝̅ = 𝑚0 𝑣̅ (5.2)

Persamaan (5.2) ini menunjukkan momentum pada mekanika non relativistik


yang sudah kita kenal sebelumnya.

Untuk mendapatkan gaya yang bekerja kita dapat menurunkan persamaan (5.1)
terhadap waktu seperti pada persamaan (5.3)

𝑑𝑝̅ 𝑑
𝐹̅ = = (𝛾 m0 𝑣̅ ) (5.3)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝐹̅ 𝑑𝑣̅ 𝑑𝛾
=𝛾 + 𝑣̅ (5.4)
𝑚0 𝑑𝑡 𝑑𝑡

Pada kecepatan rendah nilai mendekati 1, sehingga persamaan (5.4) dapat


dituliskan menjadi

𝐹̅ 𝑑𝑣̅
= = 𝑎̅ (5.5)
𝑚0 𝑑𝑡

- 25 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Contoh soal 8

Elektron dengan massa diam m0 = 9,1 x 10-31 kg bergerak dengan


kelajuan 0,9c. Bila kelajuan elektron tersebut berubah menjadi 0,95 c,
hitunglah perubahan massanya!

Jawab
Massa elektron dengan kelajuan 0,9 c adalah
𝑚0
𝑚1 = 𝛾 m0 = = 2,29 m0
√1− 0,92

Massa elektron dengan kelajuan 0,95 c adalah


𝑚0
 𝑚2 = 𝛾 m0 = = 3,20 m0
√1− 0,952

Perubahan massa elektron sebesar


∆𝑚 = 𝑚2 − 𝑚1 = (3,20 − 2,29)m0 = 0,91 𝑚0
∆𝑚 = 0,91 𝑚0 = 0,91 × 9,1 × 10−31 𝑘𝑔 = 8,29 × 10−31 𝑘𝑔

Contoh soal 9
Sebuah proton bergerak dengan kecepatan 0,4 c searah sumbu x+.
Proton tersebut bertumbukan dengan sebuah elektron yang bergerak ke
arah sumbu x-. Bila akibat tumbukan tersebut keduanya menjadi diam,
hitunglah kecepatan elektron! Massa proton = 1836 massa elektron
Jawab Tumbukan tersebut menyebabkan proton dan elektron diam, hal ini
berarti bahwa momentum keduanya sama besar.

a. Secara klasik kita dapat menggunakan hukum kekekalan momentum

𝑚𝑝 𝑣𝑝 = 𝑚𝑒 𝑣𝑒

1836 𝑚𝑒 × 0,4 𝑐 = 𝑚𝑒 𝑣𝑒

𝑣𝑒 = 734,4 𝑐

- 26 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Kecepatan elektron ini luar biasa besar, jauh lebih besar dari
kecepatan cahaya c. Hal ini tidak sesuai, karena melampaui
kecepatan tertinggi sebesar c.

b. Secara relativistik

𝑚𝑝 𝑣𝑝 𝑚𝑒 𝑣𝑒
=
√1− (𝑣𝑝 /𝑐)
2 √1− (𝑣𝑒 /𝑐)2

1836× 𝑚𝑒 ×0,4 𝑐 𝑚𝑒 𝑣𝑒
=
√1− (0,4 𝑐/𝑐)2 √1− (𝑣𝑒 /𝑐)2

𝑣𝑒
801,3 𝑐 =
√1− (𝑣𝑒 /𝑐)2

𝑣𝑒 = 0,999999 … . 𝑐

Kecepatan elektron ini mendekati kcepatan cahaya c.

Selain mempunyai momentum benda yang bergerak dengan kecepatn v, juga


mempunyai tenaga kinetik secara relaitivistik sebesar

𝐸𝑘 = (𝛾 − 1) m0 𝑐 2 (5.6)

atau

𝛾2
𝐸𝑘 = (𝛾+1) m0 𝑣 2 (5.7)

Coba kita perhatikan persamaan (5.6). Pada persamaan ini ruas kiri adalah
besaran tenaga. Karena  di ruas kanan adalah bilangan, maka yang menunjukkan
besaran tenaga adalah m0 c2. Jadi dapat dikatakan untuk benda bermassa diam m0
memilki tenaga diam sebesar

𝐸0 = m0 𝑐 2 (5.8)

- 27 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Hubungan ini kita kenal sebagai kesetaraan massa dengan tenaga.

Persamaan (5,7) menyatakan nilai tenaga kinetik dari benda bermassa diam
m0 yang bergerak dengan kecepatan v. Apakah persamaan ini sesuai dengan nilai
tenaga kinetik yang sudah kita kenal dalam mekanika? Untuk kecepatan rendah
berarti nilai  mendekati 1 (satu), sehingga persamaan (5.7) dapat dituliskan
menjadi

𝛾2 1
lim 𝐸𝑘 = lim (𝛾+1) m0 𝑣 2 = m0 𝑣 2
𝑣/𝑐→0 𝛾→1 2

Sebaliknya bila kecepatan benda sangat besar mendekati kecepatan cahaya maka
akan diperoleh tenaga kinetiknya sebesar

lim 𝐸𝑘 = lim (𝛾 − 1) m0 𝑐 2 = 𝛾 m0 𝑐 2
𝑣/𝑐→1 𝛾→∞

Untuk mengetahui kaitan bagian-bagian tenaga di atas kita dapat


memasukkan persamaan (5.8) ke dalam persamaan (5.6) yang menghasilkan

𝐸𝑘 = (𝛾 − 1) m0 𝑐 2 = 𝛾 m0 𝑐 2 − 𝐸0

atau

𝐸0 + 𝐸𝑘 = 𝛾 m0 𝑐 2 = 𝑚 𝑐 2 (5.9)

Ruas kiri persaman (5.9) merupakan jumlah dari tenaga diam yang menyatu
dengan benda dan tenaga geraknya. Karena itu kita dapat menyebutnya sebagai
tenaga total E. Dari persamaan-persamaan di atas tenaga total dapat dirumuskan
sebagai

𝐸 = 𝐸0 + 𝐸𝑘 = 𝛾 m0 𝑐 2 = 𝛾 𝐸0 = 𝑚 𝑐 2 (5.10)

Di bagian depan kita juga sudah mendapatkan momentum relativistik


mengikuti persamaan (5.1).

𝑝̅ = 𝛾 m0 𝑣̅

- 28 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 21: Teori Relativitas Khusus

Bila pesamaan ini kita kwadratkan dan dikalikan dengan c2, kita akan
mendapatkan persamaan

𝑣 2
𝑝2 𝑐 2 = 𝛾 2 𝑚02 𝑣 2 𝑐 2 = 𝛾 2 (𝑚0 𝑐 2 )2 (𝑐 ) (5.11)

Dengan menggunakan nilai gamma dalam persamaan (4.1), persamaan (5.11)


menjadi

1
𝑝2 𝑐 2 = 𝛾 2 (𝑚0 𝑐 2 )2 (1 − ) (5.12)
𝛾2

Atau

𝑝2 𝑐 2 = 𝐸 2 − 𝐸02 (5.13)

𝐸 2 = 𝐸02 + 𝑝2 𝑐 2 (5.14)

Persamaan (5.14) menyatakan hubungan antara tenaga total dengan tenaga diam
dan momentum secara relativistik.

- 29 -

Anda mungkin juga menyukai