Anda di halaman 1dari 11

Perencanaan Pembelajaran Berbasis ....

(Akmala Fauziyah) 1

PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI ORIENTASI


HIGH ORDER THINKING SKILLS PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK
BANGUNAN SMKN DI DIY DAN JATENG

THE PLANNING OF COMPETENCY BASED TRAINING ORIENTED HIGH ORDER THINKING


SKILLS ON THE TECHNICAL EXPERTISE BUILDING OF STATE VOCATIONAL HIGH
SCHOOL YOGYAKARTA AND CENTRAL JAVA

Oleh: Akmala Fauziyah


Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: akmalafaw@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini mempunyai lima tujuan, yaitu untuk mengetahui: 1) pemahaman guru terhadap
filosofi dan pinsip-prinsip PBK; 2) pemahaman guru terhadap karakteristik pembelajaran orientasi HOTS;
3) kemampuan guru merencanakan PBK; 4) kemampuan guru merencanakan pembelajaran berorientasi
HOTS; dan 5) kemampuan guru merencanakan PBKoHOTS. Penelitian ini adalah penelitian survei.
Subyek penelitian adalah 30 orang guru Program Keahlian Teknik Bangunan SMKN di DIY dan Jawa
Tengah. Data diambil dengan metode kuisioner, wawancara dan dokumentasi RPP. Teknik analisis data
yang digunakan meliputi statistik deskriptif, deskriptif kuantitatif, dan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) pemahaman guru terhadap filosofi dan prinsip-prinsip PBK adalah “kurang
paham” (33,33%); 2) pemahaman guru terhadap karakteristik pembelajaran orientasi HOTS adalah “tidak
paham sama sekali” (0,97%); 3) kemampuan guru dalam merencanakan PBK adalah “kurang mampu”
(33,33%); 4) kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran orientasi HOTS adalah “tidak mampu
sama sekali” (0,97%); dan 5) kemampuan guru dalam merencanakan PBK orientasi HOTS adalah “tidak
mampu sama sekali” (6,06%).

Kata kunci: pemahaman, perencanaan, PBK orientasi HOTS

ABSTRACT
This study has five objectives, namely to determine: 1) teachers’ understanding on the philosophy and
principles of CBT; 2) teachers’ understanding of the characteristics of HOTS; 3) the ability of teachers in planning
the CBT; 4) the ability of teachers in planning the HOTS; and 5) the ability of teachers in planning the
CBToHOTS. This study is conducted as a survey reaserach type. The research subjects were 30 teachers from
technical expertise building state vocational high school in Yogyakarta and Central Java. Data was taken using
survey method, interviews and documentation of lesson plans. Data analysis techniques that ware used include
descriptive statistics, descriptive quantitative, and qualitative. This research has shown five results. They are: 1)
the teachers’ understanding on the philosophy and principles of CBT is “less comprehend”(33,33%); 2) teachers’
understanding of the characteristics of HOTS is “do not comprehend at all” (0,97%); 3) the ability of teachers in
planning the CBT is “less competent” (33,33%); 4) the ability of teachers in planning the HOTS is “incompetent at
all” (0,97%); and 5) the ability of teachers in planning the CBToHOTS is “incompetent at all” (6,06%).

Keywords: understanding, planning, CBT oriented HOTS


2 Jurnal Pendidikan Teknik Kejuruan Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
PENDAHULUAN dari lulusan SMK disebabkan oleh
Dewasa ini pendidikan merupakan kunci ketidakselarasan kebutuhan antara kebutuhan
untuk meningkatkan kemampuan bangsa agar dengan bidang keahlian yang tersedia, jumlah
dapat bersaing dalam negeri maupun lulusan, dan kualitas atau kompetensi para lulusan
internasional serta merupakan suatu investasi SMK dengan DU/DI. Ketidakselarasan ini yang
dalam pembangunan sumber daya manusia yang menyebabkan banyaknya lulusan SMK tidak
sangat diperlukan dalam pembangunan sosial dan terserap di dunia kerja. Selain itu, menurut
ekonomi. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun Husnul dalam Fiztriyani (2017) masalah
2003 “Pendidikan merupakan usaha sadar pengangguran pada SMK dapat muncul karena
manusia agar dapat mengembangkan potensi masih banyak SMK yang belum menerapkan
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual konsep belajar abad 21, yaitu 4C atau
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, pembelajaran yang communication, colaborative,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan critical thinking dan creativity. Kompetensi yang
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan dibutuhkan pekerja sekarang tidak semata-mata
negara”. Dari data survei yang dilakukan oleh hanya keterampilan teknis, tetapi juga
Political and Economic Risk Consultant (PERC), keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada NCTM (1989) lima keterampilan berpikir tingkat
urutan ke 12 dari 12 negara di Asia yang di tinggi yang harus dipunyai pekerja adalah (1)
survei. Hasil tersebut menempatkan pendidikan di problem solving skills; (2) inquiring skills; (3)
Indonesia masih dibawah dari negara tetangga reasoning skills; (4) communicating skills; dan
seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, (5) conceptualizing skills.
dan Thailand (Kadir:2012). Hal ini menunjukkan Laporan Internasional dari GIZ Germany
kondisi pendidikan di Indonesia sangat (2016) menekankan perlunya menyambungkan
memprihatinkan, tingkat pendidikan yang masih pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
rendah akan berdampak bagi pertumbuhan yang terkait dengan pekerjaan di lapangan
ekonomi suatu negara. Oleh karena itu sehingga lulusan memenuhi kebutuhan dunia
pemerintah wajib ikut serta dalam usaha dan industri untuk memiliki sejumlah
menyelenggarakan, mengawasi, dan menjamin keterampilan yang diperlukan untuk kerja
proses pendidikan dengan sebaik-baiknya. Begitu (employability skills). Robinson (2000)
pula dalam mengatasi masalah kurangnya tenaga menjelaskan keterampilan untuk kerja mencakup
kerja yang berkompeten di dalam persaingan tiga aspek: karakter/atribut personal, keterampilan
pasar bebas MEA, perlu kebijakan yang tepat dan dasar akademik, dan ketrampilan berfikir tingkat
mendesak dari pemerintah yaitu dengan tinggi (high order thinking skills-HOTS). Aspek
meningkatkan mutu tenaga kerja. pertama dan kedua sudah banyak mendapat
Menurut Badan Pusat Statistik pada perhatian di SMK, namun untuk aspek yang
Februari 2017 penggangguran yang berasal dari ketiga belum banyak menjadi kepedulian dan
jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) aspek ini justru menjadi kunci kemajuan dan
menduduki peringkat teratas dibandingkan keberhasilan teknologi dan ekonomi dari banyak
lulusan SMA. Secara lengkap data pengangguran negara. Hal ini sejalan dengan Mulyasa (2015:10-
tersebut: SMP 5,36%, SMA 7,03%, SMK 9,27%, 11) bahwa telah terjadi penyempitan makna
Dipoma III (D3) 6,35%, dan universitas 4,98% terhadap pendidikan sehingga pendidikan tidak
(Chandra, 2017). Tentu hal ini semakin akan menghasilkan pribadi yang utuh (kaffah),
menyulitkan kaum muda lulusan SMK untuk karena yang dikembangkan hanya aspek
memasuki pasar bebas MEA yang sudah mulai intelektualitas sebagai salah satu aspek kecil dari
diberlakukan. Dirjen Dikdasmen Hamid kepribadian peserta didik sehingga eloknya
Muhammad dalam Primasiwi (2017) pembelajaran itu lebih difokuskan pada
mengungkapkan tingginya angka pengangguran pengembangan kreativitas peserta didik, sehingga
Perencanaan Pembelajaran Berbasis .... (Akmala Fauziyah) 3
dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
(High Order Thinking Skills/HOTS). dengan tidak membuat persiapan mengajar,
Permendikbud No 22 Tahun 2016 khususnya persiapan tertulis (RPP) ketika akan
mengamanatkan prinsip-prinsip pembelajaran melaksanakan pembelajaran, hal ini
HOTS, guru hendaknya melaksanakan mengakibatkan guru mengajar tanpa persiapan.
pembelajaran yang berorientasi keterampilan Hal ini dapat merugikan guru sebagai tenaga
berfikir tingkat tinggi (high order thinking skills- profesional dan akan sangat mengganggu
HOTS) yang tertuang dalam prinsip pembelajaran perkembangan peserta didik. Dampak lebih lanjut
yaitu dari pembelajaran yang menekankan adalah rendahnya tingkat penguasaan ketrampilan
jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan kerja (employability skills) dan ketrampilan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi dan berfikir tingkat tinggi (HOTS) lulusan SMK.
pembelajaran yang mengembangkan kreativitas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
peserta didik dalam proses pembelajaran. Pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan kejuruan di Indonesia menjelaskan bahwa SMK merupakan pendidikan
memasuki babak baru. Instruksi Presiden Nomor menengah yang mempersiapkan peserta didiknya
9 Tahun 2016 dengan tujuan merevitalisasi SMK untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pemerintah,
dalam rangka meningkatan kualitas dan daya melalui Direktorat Pembinaan SMK telah
saing SDM Indonesia menjadi pendorong menciptakan slogan “SMK bisa!”. Upaya
kemajuan pendidikan kejuruan. Implikasi dari pemerintah ini perlu dibarengi dengan program
laporan internasional dan instruksi presiden peningkatkan kemampuan guru dalam membekali
tersebut menuntut perlunya pelaksanaan siswanya untuk menguasai ragam standar
Pembelajaran Berbasis Kompetensi (PBK) yang kompetensi yang sesuai kebutuhan pasar baik
efektif dan berorientasi keterampilan berfikir tingkat lokal dan nasional, regional ASEAN,
tingkat tinggi (HOTS). Upaya penerapan PBK maupun internasional. Salah satu yang urgen
sudah dirintis mulai dikembangkannya adalah kemampuan guru untuk dapat secara
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di tahun efektif dan efisien merencanakan PBK orientasi
2004 dan disempurnakan menjadi KTSP dan HOTS atau PBKoHOTS.
terakhir kini dalam Kurikulum 2013. Dalam pengamatan yang dilakukan selama
Ruh utama dari ketiga kurikulum di atas masa PLT bulan September-November 2017 di
adalah PBK, namun berbagai penelitian, terakhir SMKN 1 Magelang pembelajaran yang dilakukan
Ristiana (2016) menunjukan bahwa guru belum belum sepenuhnya berbasis kompetensi, guru
sepenuhnya mampu menerapkan PBK secara belum mampu memfasilitasi pembelajaran
efektif. Pembelajaran masih bersifat teoritik dan individual siswa untuk mencapai tujuan
tidak didukung kegiatan praktik atau demonstrasi pembelajaran. Siswa terbiasa dengan
dan tentunya belum berorientasi HOTS. Padahal pembelajaran yang pasif atau teacher centered
tugas pokok dan fungsi guru yang paling utama learning. Senada dengan hal ini, rekan-rekan
berkaitan dengan pembelajaran adalah mahasiswa selama melaksanakan PLT di SMKN
merencanakan pembelajaran, melaksanakan 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Klaten juga
pembelajaran, serta mengevaluasi hasil merasakan permasalahan yang sama dengan
pembelajaran. Ketiga tugas pokok dan fungsi penulis. Masalah-masalah ini berkaitan langsung
guru tersebut menyangkut tiga fungsi menejerial, dengan pemahaman guru terhadap PBKoHOTS
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evalusi. dan perencanaan pembelajaran PBKoHOTS.
Menurut Mulyasa (2006:20-22) berbagai kasus Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
menunjukkan bahwa beberapa guru merasa kepada guru di SMKN 1 Magelang bahwa guru
dirinya sudah dapat mengajar dengan baik. belum mampu membuat RPP PBKoHOTS karena
Asumsi tersebut seringkali menurunkan mereka belum sepenuhnya memahami tentang
kreatifitas, sehingga banyak guru yang karakteristik pembelajaran orientasi HOTS dan
4 Jurnal Pendidikan Teknik Kejuruan Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
tidak adanya sosialisasi atau seminar tentang kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran orientasi HOTS serta tidak adanya PBKoHOTS.
pelatihan tentang PBKoHOTS.
Sejauh ini belum ada penelitian yang Waktu dan Tempat Penelitian
meneliti secara spesifik pembelajaran berbasis Penelitian ini dilakukan pada bulan
kompetensi yang berorientasi kemampuan September-November 2017 di tiga SMKN
berfikir tingkat tinggi. Maka untuk merespon Program Keahlian Teknik Bangunan di DIY dan
tantangan global dan nasional perlu dilakukan Jawa Tengah, yang terdiri dari SMKN 2
penelitian lanjutan yang lebih fokus dan rinci Yogyakarta, SMKN 2 Klaten dan SMKN 1
tentang pemahaman dan perencanaan Magelang.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi orientasi
High Order Thinking Skills (PBKoHOTS). Populasi Penelitian
Indikator dari perencanaan PBK dalam Populasi dalam penelitian ini adalah guru
penelitian ini adalah: 1) tujuan pembelajaran Program Keahlian Teknik Bangunan SMKN di
dirumuskan dalam RPP secara jelas dan terukur; DIY dan Jateng.
2) pembelajaran menggunakan sistem belajar
dengan modul; 3) pembelajaran berorientasikan Sampel Penelitian
pada pembelajaran berpusat pada siswa; 4) Sampel penelitian ini berjumlah 30 guru,
pembelajaran berorientasikan pada penguasaan sampel ditentukan berdasarkan quota sampling
kompetensi siswa; dan 5) pembelajaran yang dengan pertimbangan purposive.
dilakukan bersifat individual dan personal.
Selanjutnya indikator dari perencanaan Teknik Pengumpulan Data
pembelajaran orientasi HOTS adalah: 1) Teknik pengumpulan data yang digunakan
berorientasi pada hasil belajar yang dinamis dan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
kompleks; 2) berorientasi memperoleh lebih dari (angket), wawancara dan dokumentasi.
satu jawaban benar; 3) berorientasi pada
pencapaian kompetensi yang bersifat terbuka, dan Instrumen Penelitian
tidak hanya terhadap pencapaian tujuan Instrumen penelitian berupa angket
pembelajaran yang telah dirumuskan (involves tertutup & angket terbuka, wawancara dan
uncertainty); 4) berorientasi pada proses dokumen RPP.
pencarian makna (process of making meaning); 5)
berorientasi mampu mensintesis masalah; 6) Teknik Analisis Data
berorientasi mampu mengevaluasi kasus di Teknik analisis data yang digunakan
tempat kerja; 7) berorientasi kreatif; 8) adalah analisis deskriptif kuantitatif untuk data
berorientasi mampu memecahkan masalah yang bersifat kuantitatif, dan analisis deskriptif
(problem solving); 9) berorientasi mampu kualitatif untuk data yang bersifat kualitatif.
menemukan masalah (inquiry skills); 10)
berorientasi mampu merasionalkan masalah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(reasoning skills); 11) berorientasi mampu Penelitian ini merujuk pada lima tujuan
berkomunikasi secara baik (communicating penelitian, yaitu mengetahui: 1) pemahaman guru
skills); dan 12) berorientasi mampu merumuskan terhadap filosofi dan prinsip-prinsip PBK; 2)
konsep (conceptualizing skills). pemahaman guru terhadap karakteristik
pembelajaran orientasi HOTS; 3) kemampuan
METODE PENELITIAN guru dalam merencanakan PBK; 4) kemampuan
Jenis Penelitian guru dalam merencanakan pembelajaran orientasi
Penelitian ini adalah jenis penelitian HOTS; dan 5) kemampuan guru dalam
survei, yang difokuskan untuk mengetahui merencanakan PBKoHOTS.
Perencanaan Pembelajaran Berbasis .... (Akmala Fauziyah) 5
Pemahaman Guru terhadap Filosofi dan keseluruhan pemahaman guru terhadap filosofi
Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis dan prinsip PBK didukung dengan guru telah
Kompetensi (PBK) memahami PBK dengan merumuskan tujuan
Analisis dari angket tertutup menunjukkan (kompetensi yang akan dicapai siswa) dalam
rentang nilai terendah 3,00 sampai pada pembelajaran secara operasional dan terukur
nilai tertinggi 3,50 dengan nilai rerata dalam RPP. Kompetensi yang harus dicapai siswa
sebesar 3,26 atau tingkat pencapaian sebesar dalam pembelajaran adalah ketika siswa mampu
81,5% dengan simpangan baku (SD) sebesar mencapai nilai KKM. Namun demikian, dari
0,18. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman analisis dokumen RPP menunjukkan pemahaman
guru terhadap filosofi dan prinsip-prinsip PBK guru berada pada kategori “kurang paham”. Fakta
ada dalam kategori “sangat paham” (81,5%). dari dokumen RPP menunjukkan guru sudah
Secara detail keseluruhan analisis data disajikan mampu merencanakan PBK namun hanya pada
dalam Tabel 1. aspek tujuan pembelajaran dirumuskan secara
operasional dan terukur (33,33%). Sedangkan
Tabel 1. Angket Tertutup tentang Pemahaman Guru aspek rancangan penangan terhadap siswa yang
terhadap Filosofi dan Prinsip PBK
Re- belum mencapai KKM dan rancangan
Pernyataan %
rata penanganan terhadap siswa yang telah mencapai
Sebagian besar siswa dapat menguasai
1 kompetensi bila diberikan pembelajaran 3,50 87,50 KKM sama sekali belum terpenuhi (0%).
dengan waktu yang cukup Dari semua hasil analisis data yang telah
Kompetensi siswa sebaiknya dinilai
berdasarkan jumlah waktu yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
2 3,20 80,00
dibutuhkan untuk menguasai secara keseluruhan pemahaman guru Program
kompetensi
Yang diperlukan siswa dalam Keahlian Teknik Bangunan SMKN di DIY dan
menguasai kompetensi adalah kualitas
3
pembelajaran guru dan kesempatan
3,33 83,33 Jawa Tengah terhadap filosofi dan prinsip-prinsip
(waktu yang tersedia) bagi siswa PBK ada dalam kategori “kurang paham”
Tujuan dalam pembelajaran harus
4
dirumuskan secara jelas dan terukur
3,47 86,67 (33,33%). Namun, hasil penelitian ini tidak
Materi pembelajaran telah disusun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
5 dalam bentuk paket/ modul yang jelas 3,50 87,50
dan terukur Hartoyo (2015) yang menyimpulkan melalui
Pembelajaran diorientasikan pada angket dan lembar penilaian bahwa tingkat
6 bagaimana siswa belajar (berpusat pada 3,17 79,17
siswa) pemahaman guru-guru Program Keahlian Teknik
Siswa tidak dibolehkan melanjutkan ke Bangunan SMKN Kota Yogyakarta terhadap
7 pembelajaran berikutnya, sebelum 3,17 79,17
menguasai kompetensi sebelumnya Kurikulum 2013 adalah baik, yaitu sebesar
Pembelajaran seharusnya bersifat 73,96%. Ketidak sesuaian hasil penelitian di atas,
8 individual dan personal, karena cara 3,23 80,83
belajar setiap siswa berbeda dapat disebabkan karena penelitian yang
Pembelajaran seharusnya disesuaikan
9 dengan kecepatan atau langgam belajar 3,03 75,83
dilakukan oleh Hartoyo (2015) tidak dilakukan
siswa telaah dokumen atau telaah RPP sehingga
Hasil belajar siswa disesuaikan dengan
10 kinerjanya, dan tidak dibandingkan dg 3,00 75,00
kesimpulan penelitian hanya berdasarkan angket
capaian siswa lain dan lembar penilaian. Perbedaan kesimpulan
Nilai rerata pemahaman guru terhadap
filosofi dan prinsip PBK
3,26 81,50 kedua penelitian ini layak diduga bahwa melalui
Terendah 3,00 75,00 angket tertutup guru telah memahami filosofi dan
Tertinggi 3,50 87,50 prinsip PBK, namun guru belum menuangkan hal
Modus 3,50 87,50 itu dalam RPP.
Median 3,22 80,42
Standar Deviasi 0,18 4,59 Pemahaman Guru terhadap Karakteristik
Selanjutnya berdasarkan angket terbuka, Pembelajaran Orientasi High Order Thinking
pemahaman guru mengenai PBK adalah “paham” Skills (HOTS)
dengan persentase sebesar 88,89%. Hal ini Analisis data dari angket tertutup
sejalan dengan hasil wawancara secara menunjukkan rentang nilai terendah 2,60
6 Jurnal Pendidikan Teknik Kejuruan Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
sampai pada nilai tertinggi 3,43 dengan aspek pembelajaran yang berorientasikan siswa
nilai rerata sebesar 3,17 atau tingkat mampu menemukan masalah. Sedangkan untuk
pencapaian sebesar 79,23% dengan simpangan RPP lainnya samasekali belum merencanakan
baku (SD) sebesar 0,22. Hal ini menunjukkan pembelajaran orientasi HOTS (0%).
bahwa pemahaman guru terhadap karakteristik Dari semua hasil analisis data yang telah
pembelajaran orientasi HOTS ada dalam kategori dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
“sangat paham” (79,23%). Secara detail pemahaman guru Program Keahlian Teknik
keseluruhan analisis data disajikan dalam Tabel 2. Bangunan SMKN di DIY dan Jawa Tengah
terhadap karakterisk pembelajaran orientasi
Tabel 2. Angket Tertutup tentang Pemahaman Guru HOTS ada dalam kategori “tidak paham sama
terhadap Karakteristik Pembelajaran HOTS
Re- sekali”. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan
Pernyataan %
rata dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutarto
Berorientasi pada hasil belajar yang
1 3,03 75,83 Hadiprayitno (2016) bahwasanya tanggapan
dinamis dan kompleks.
Berorientasi memperoleh lebih dari satu guru-guru Program Keahlian Teknik Bangunan
2 3,10 77,50
jawaban benar.
Berorientasi pada pencapaian kompetensi SMKN di Yogyakarta terhadap prinsip-prinsip
yang bersifat terbuka, dan tidak hanya pembelajaran Kurikulum 2013 berada pada
3 3,07 76,67
terhadap pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan (involves uncertainty). tingkatan “setuju/memadai” dengan tingkat
Berorientasi pada proses pencarian
4
makna (process of making meaning).
3,13 78,33 persetujuan sebesar 79,25 %. Pada penelitian
5
Berorientasi ke usaha (efforts) daripada
2,60 65,00
yang dilakukan oleh Sutarto (2016) terdapat
proses atau hasil (outcome).
Berorientasi mampu mensintesis
empat prinsip pembelajaran yang masih mendapat
6 3,23 80,83
masalah. tanggapan di bawah nilai rerata, yaitu 1) Guru
Berorientasi mampu mengevaluasi kasus
7
di tempat kerja.
3,30 82,50 sebagai satu-satunya sumber menjadi aneka
8 Berorientasi kreatif. 3,40 85,00 sumber belajar; 2) pendekatan tekstual menuju
Berorientasi mampu memecahkan
9 3,43 85,83 pendekatan ilmiah (5M); 3) pembelajaran fokus
masalah (problem solving).
Berorientasi mampu menemukan kebenaran tunggal ke multi dimensi kebenaran; 4)
10 3,30 82,50
masalah (inquiry skills).
Berorientasi mampu merasionalkan siapa saja adalah guru, siswa, dan di mana saja
11 3,30 82,50
masalah (reasoning skills). kelas. Keempat prinsip yang mendapat tanggapan
Berorientasi mampu berkomunikasi
12 3,30 82,50 di bawah nilai rerata tersebut merupakan
secara baik (communicating skills).
Berorientasi mampu merumuskan konsep
13
(conceptualizing skills).
3,00 75,00 karakteristik dari pembelajaran orientasi HOTS.
Nilai rerata pemahaman guru terhadap
3,17 79,23
Perbedaan kesimpulan kedua penelitian ini
karakteristik pembelajaran orientasi HOTS
Terendah 2,60 65,00
layak diduga bahwa guru memahami prinsip-
Tertinggi 3,43 85,83 prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 akan tetapi
Modus 3,30 82,50
Median 3,23 80,83 kurang memahami terhadap karakteristik
Standar Deviasi 0,22 5,51 pembelajaran orientasi HOTS, guru belum
Selanjutnya berdasarkan angket terbuka, menuangkan karakteristik tersebut dalam RPP.
pemahaman guru mengenai pembelajaran Pembelajaran orientasi HOTS merupakan amanat
orientasi HOTS adalah “kurang paham” dari Kurikulum 2013, sesuai SKL dan Standar Isi
(44,44%). Hasil wawancara menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang digunakan harus
guru mempersilakan siswa untuk mencari sumber memuat prinsip-prinsip dari pembelajaran yang
yang lain sehingga siswa mempunyai kreativitas menekankan jawaban tunggul menuju
dan mampu mengembangkan aspirasi. Dari pembelajaran dengan jawaban yang
analisis dokumen RPP menunjukkan pemahaman kebenarannya multi dimensi.
guru berada pada kategori “tidak paham sama
sekali” (0,97%). Namun, ada 2 RPP (7,14%) yang Kemampuan Guru dalam Merencanakan
menunjukkan pembelajaran HOTS yaitu dengan Pembelajaran Berbasis Kompetensi (PBK)
cara guru menyuruh siswanya agar berpikir Analisis data dari angket tertutup
kreatif dan ada 1 RPP (3,57%) yang memuat menunjukkan rentang nilai terendah 2,50
Perencanaan Pembelajaran Berbasis .... (Akmala Fauziyah) 7
sampai pada nilai tertinggi 3,53 dengan yang telah mencapai KKM sama sekali belum
nilai rerata sebesar 2,98 atau tingkat terpenuhi (0%).
pencapaian sebesar 74,44% dengan simpangan Dari semua hasil analisis data yang telah
baku (SD) sebesar 0,39. Hal ini menunjukkan dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
bahwa kemampuan guru dalam merencanakan secara keseluruhan kemampuan guru Program
PBK ada dalam kategori “mampu” dengan Keahlian Teknik Bangunan SMKN di DIY dan
penjelasan rencana pembelajaran sebagian besar Jawa Tengah dalam merencanakan PBK ada
telah terwujud sesuai prinsip-prinsip PBK dalam kategori “kurang mampu” dengan
(74,44%). Secara detail keseluruhan analisis data penjelasan rencana pembelajaran sebagian kecil
disajikan dalam Tabel 3. telah terwujud sesuai pinsip-prinsip PBK
(33,33%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Tabel 3. Angket Tertutup tentang Kemampuan Guru dilakukan oleh Amat Jaedun dkk (2014) bahwa
dalam Merencanakan PBK
Re- kesiapan Guru SMK Program Keahlian Teknik
Pernyataan %
rata Bangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam
1 3,53 88,33 merencanakan pembelajaran dalam
RPP secara jelas dan terukur.
Pembelajaran menggunakan sistem mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam
2 3,27 81,67
belajar dengan modul.
Pembelajaran berorientasikan pada kategori yang kurang siap. Hal ini dapat diukur
3 3,10 77,50
pembelajaran berpusat pada siswa. berdasarkan ketersediaan perangkat pembelajaran
Pembelajaran berorientasikan pada
4 2,80 70,00
penguasaan kompetensi siswa. yang belum tersedia, dan substansi isi serta
Pembelajaran yang dilakukan bersifat
5
individual dan personal
2,67 66,67 komponen RPP yang menggambarkan bahwa
6
Pembelajaran telah dirancang sesuai
2,50 62,50
kemampuan guru dalam menyusun RPP secara
langgam belajar masing-masing siswa
Nilai rerata kemampuan guru dalam
lengkap dan benar masih perlu ditingkatkan.
2,98 74,44
merencanakan PBK
Terendah 2,50 62,50
Tertinggi 3,53 88,33 Kemampuan Guru dalam Merencanakan
Modus - - Pembelajaran Orientasi High Order Thinking
Median 2,50 62,50
Standar Deviasi 0,39 9,77 Skills (HOTS)
Berdasarkan hasil wawancara kemampuan Analisis data dari angket tertutup
guru dalam merencanakan PBK adalah tujuan menunjukkan rentang nilai terendah 2,77
pembelajaran tertuang pada RPP, dan untuk siswa sampai pada nilai tertinggi 3,17 dengan
yang belum mencapai KKM guru akan nilai rerata 2,99 atau tingkat pencapaian
memberikan remedial/tugas mandiri terstruktur sebesar 74,72% dengan simpangan baku (SD)
ataupun tidak terstruktur dan bagi siswa yang sebesar 0,13. Hal ini menunjukkan bahwa
sudah mencapai KKM diberikan pengayaan kemampuan guru dalam merencanakan
berupa tambahan tugas atau materi baru. pembelajaran orientasi HOTS ada dalam kategori
Namun demikian, dari analisis dokumen “mampu” dengan penjelasan rencana
RPP menunjukkan kemampuan guru dalam pembelajaran sebagian besar telah terwujud
merencanakan PBK ada dalam kategori “kurang sesuai karakteristik pembelajaran orientasi HOTS
mampu” dengan penjelasan rencana pembelajaran (74,72%). Secara detail keseluruhan analisis data
sebagian kecil telah terwujud sesuai pinsip- disajikan dalam Tabel 4.
prinsip PBK (33,33%). Fakta dari dokumen RPP
menunjukkan guru sudah mampu merencanakan Tabel 4. Angket Tertutup tentang Kemampuan Guru dalam
PBK namun hanya pada aspek tujuan Merencanakan Pembelaran orientasi HOTS
Re-
pembelajaran dirumuskan secara operasional dan Pernyataan %
rata
terukur (33,33%). Sedangkan aspek rancangan Berorientasi pada hasil belajar yang
1 3,03 75,83
dinamis dan kompleks.
penangan terhadap siswa yang belum mencapai Berorientasi memperoleh lebih dari
2 3,03 75,83
KKM dan rancangan penanganan terhadap siswa satu jawaban benar.
Berorientasi pada pencapaian
3 2,93 73,33
kompetensi yang bersifat terbuka.
8 Jurnal Pendidikan Teknik Kejuruan Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Re-
Pernyataan
rata
% secara umum kemampuan guru Program Keahlian
4
Berorientasi pada proses pencarian
3,03 75,83
Teknik Bangunan SMKN di DIY dan Jawa
makna (process of making meaning).
Berorientasi mampu mensintesis
Tengah dalam merencanakan pembelajaran
5 3,07 76,67
masalah. orientasi HOTS ada dalam kategori “tidak
Berorientasi mampu mengevaluasi
6
kasus di tempat kerja.
2,77 69,17 mampu sama sekali” dengan penjelasan rencana
7 Berorientasi kreatif. 3,17 79,17 pembelajaran tidak terwujud sama sekali sesuai
Berorientasi mampu memecahkan
8
masalah (problem solving).
3,10 77,50 karakteristik pembelajaran orientasi HOTS
Berorientasi mampu menemukan (0,97%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
9 2,80 70,00
masalah (inquiry skills).
Berorientasi mampu merasionalkan dilakukan oleh Amat Jaedun dkk (2014) bahwa
10 2,87 71,67
masalah (reasoning skills). kesiapan Guru SMK Program Keahlian Teknik
Berorientasi mampu berkomunikasi
11 3,17 79,17 Bangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
secara baik (communicating skills).
Berorientasi mampu merumuskan merencanakan pembelajaran dalam
12 2,90 72,50
konsep (conceptualizing skills).
Nilai rerata kemampuan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam
merencanakan pembelajaran orientasi 2,99 74,72
HOTS
kategori yang kurang siap. Berdasarkan
Terendah 2,77 69,17 komponen RPP, hanya 5% guru yang melakukan
Tertinggi 3,17 79,17 penilaian aspek pengetahuan yang menuntut
Modus 3,03 75,83 kemampuan pada level kognitif yang tinggi (High
Median 3,03 75,83 Order Thinking Skill atau HOTS), sedangkan
Standar Deviasi 0,13 3,36 95% lainnya menilai aspek pengetahuan hanya
Berdasarkan hasil wawancara secara pada tingkat pengetahuan (knowledge) dan
keseluruhan kemampuan guru dalam pemahaman saja. Selanjutnya dalam penelitian
merencanakan pembelajaran orientasi HOTS Sutarto Hadiprayitno (2016) sebanyak 67% guru
adalah guru membuat RPP yang memuat kegiatan belum mencantumkan penilaian keterampilan
berkelompok atau berdiskusi yang berorientasi berfikir tingkat tinggi (high order thinking skills).
hasil belajar dinamis-kompleks, kreatif, Menurut Mulyasa (2015: 10-11) bahwa
memecahkan masalah, menemukan masalah, telah terjadi penyempitan makna terhadap
mensintesis masalah, mengevaluasi kasus pendidikan sehingga pendidikan tidak akan
ditempat kerja, dan berkomunikasi dengan baik; menghasilkan pribadi yang utuh (kaffah), karena
di mana orientasi pembelajaran tersebut adalah yang dikembangkan hanya aspek intelektualitas
indikator dari pembelajaran HOTS. sebagai salah satu aspek kecil dari kepribadian
Namun demikian, dari analisis dokumen peserta didik sehingga eloknya pembelajaran itu
RPP menunjukkan kemampuan guru dalam lebih difokuskan pada pengembangan kreativitas
merencanakan pembelajaran orientasi HOTS ada peserta didik, sehingga dapat melatih kemampuan
dalam kategori “tidak mampu sama sekali” berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking
dengan penjelasan rencana pembelajaran tidak Skills/HOTS).
terwujud sama sekali sesuai karakteristik
pembelajaran orientasi HOTS (0,97%). Fakta dari Kemampuan Guru dalam Merencanakan
dokumen RPP menunjukkan hanya 2 RPP Pembelajaran Berbasis Kompetensi orientasi
(7,14%) yang memuat aspek pembelajaran yang High Order Thinking Skills (PBKoHOTS)
berorientasikan siswa menjadi kreatif dan hanya 1 Kemampuan guru dalam merencanakan
RPP (3,57%) yang memuat aspek pembelajaran PBKoHOTS berdasarkan matrik hasil analisis
yang berorientasikan siswa mampu menemukan data angket tertutup perencanaan PBK orientasi
masalah. Sedangkan untuk RPP lainnya sama HOTS ada dalam kategori “sangat mampu” yaitu
sekali belum merencanakan pembelajaran pembelajaran sepenuhnya telah terwujud sesuai
orientasi HOTS (0%). aspek PBK orientasi HOTS (100%). Namun
Dari semua hasil analisis data yang telah demikian, dari matrik hasil analisis data telaah
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa RPP perencanaan PBK orientasi HOTS
Perencanaan Pembelajaran Berbasis .... (Akmala Fauziyah) 9
menunjukkan kemampuan guru dalam disimpulkan lima hal berikut. Pertama,
merencanakan PBKoHOTS ada dalam kategori pemahaman guru terhadap filosofi dan prinsip-
“tidak mampu sama sekali” dengan penjelasan prinsip PBK ada dalam kategori “kurang paham”
rencana pembelajaran tidak terwujud sama sekali (33,33%).
sesuai aspek PBK orientasi HOTS (6,06%). Fakta Kedua, pemahaman guru terhadap
dari dokumen RPP menunjukkan seluruh RPP (28 karakterisk pembelajaran orientasi HOTS ada
RPP) atau 100% memuat aspek PBK hanya pada dalam kategori “tidak paham sama sekali”
tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, (0,97%).
sedangkan untuk aspek lainnya tidak. Pada aspek Ketiga, secara keseluruhan kemampuan
pembelajaran orientasi HOTS, hanya 2 RPP guru dalam merencanakan PBK ada dalam
(7,14%) yang memuat aspek pembelajaran yang kategori “kurang mampu” dengan penjelasan
berorientasikan siswa menjadi kreatif dan hanya 1 rencana pembelajaran sebagian kecil telah
RPP (3,57%) yang memuat aspek pembelajaran terwujud sesuai pinsip-prinsip PBK (33,33%),
yang berorientasikan siswa mampu menemukan walaupun seluruh guru (100%) sudah menuliskan
masalah, sedangkan RPP lainnya tidak memuat aspek tujuan pembelajaran dirumuskan secara
seluruh aspek pembelajaran orientasi HOTS. operasional dan terukur dalam RPP.
Dari semua hasil analisis data yang telah Keempat, secara keseluruhan kemampuan
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dalam merencanakan pembelajaran orientasi
secara keseluruhan kemampuan guru Program HOTS ada dalam kategori “tidak mampu sama
Keahlian Teknik Bangunan SMKN di DIY dan sekali”. Rencana pembelajaran tidak terwujud
Jawa Tengah dalam merencanakan PBK orientasi sama sekali sesuai karakteristik pembelajaran
HOTS ada dalam kategori “tidak mampu sama orientasi HOTS (0,97%).
sekali” dengan penjelasan rencana pembelajaran Kelima, secara keseluruhan kemampuan
tidak terwujud sama sekali sesuai aspek PBK guru dalam merencanakan PBK orientasi HOTS
orientasi HOTS (6,06%). ada dalam kategori “tidak mampu sama sekali”.
Menurut Sutarto (2016) perlu adanya Hal ini ditunjukkan bahwa hanya 6,06% RPP
penguatan kapasitas bagi guru dalam bentuk yang menggambarkan pembelajaran PBK
pelatihan, workshop, IHT, melengkapi buku orientasi HOTS.
pegangan guru dan teks bagi siswa dan sejenisnya
untuk meningkatkan kemampuan yang diperlukan Saran
guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Berdasarkan pada hasil penelitian dan
2013. Semakin tinggi kemampuan guru semakin pembahasan, berikut saran yang perlu
positip tanggapan guru terhadap Kurikulum 2013. disampaikan kepada pihak terkait. Pertama, bagi
Semakin intens pemerintah memfasilitasi guru Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, perlu
semakin singkat masa perpindahan dari turbulensi mengadakan sosialisasi, pelatihan dan workshop
atau strorming ke accommodating, norming, dan mengenai pembelajaran PBK terutama pada
performing. Materi penguatan bagi guru aspek rancangan penanganan terhadap siswa yang
utamanya fokus kemampuan yang masih rendah, belum mencapai KKM dan rancangan
yaitu model pembelajaran saintifik, penilaian penanganan terhadap siswa yang telah mencapai
keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS), dan KKM. Tema lainnya yaitu mengenai
contoh berbagai jenis penilaian otentik. pembelajaran orientasi HOTS secara utuh dan
keseluruhan baik itu dari segi pengetahuan
(secara teori) maupun prakteknya (contoh:
SIMPULAN DAN SARAN
pembuatan RPP yang sesuai dan mengacu pada
Simpulan pembelajaran HOTS terutama pada aspek
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian perencanaan pembelajaran yang disusun
dan merujuk pada tujuan penelitian, maka dapat diorientasikan untuk membekali siswa
10 Jurnal Pendidikan Teknik Kejuruan Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
kemampuan mengevaluasi kasus di tempat kerja). Hartoyo. (2015). Kesiapan Guru SMK di Kota
Juga perlu mengadakan sosialisasi, pelatihan dan Yogyakarta dalam Mengimplementasikan
Kurikulum 2013. Proseding Seminar
workshop mengenai pembelajaran PBK
Ikatan Alumni (IKA) Universitas Negeri
beorientasi HOTS sebagai wujud amanat Yogyakarta “Guru Dalam Dinamika
kurikulum 2013 terutama pada aspek Implementasi Kurikulum”, Yogyakarta, 1,
pembelajaran bersifat individual dan personal 82-93
yang berorientasi pada proses pencarian makna.
Kedua, bagi Dinas Pendidikan, perlunya Istiyono, E., Mardapi, D. & Suparno. (2014).
Pengembangan Tes Kemampuan Berpikir
mengadakan sosialisasi, diklat, workshop,
Tingkat Tinggi Fisika (PysTHOTS)
pelatihan dan lain sebagainya mengenai Peserta Didik SMA. Jurnal Penelitian dan
pembelajaran PBK dan pembelajaran HOTS Evaluasi Pendidikan, 1, 1-12.
sebagai upaya peningkatan pemahaman guru
dalam merencanakan pembelajaran PBK orientasi Jaedun, A., Hariyanto, V. L., & Eko, N. R. (2014)
HOTS. Serta perlunya memonitoring dan evaluasi Kesiapan Guru SMK Program Keahlian
terhadap perkembangan guru-guru dalam Teknik Bangunan di Daerah Istimewa
Yogyakarta Dalam Mengimplementasikan
perencanaan pembelajaran PBK orientasi HOTS. Kurikulum 2013. Ringkasan Hasil
Ketiga, bagi Perguruan Tinggi, perlunya Penelitian Unggulan UNY Tahun
melakukan pengabdian masyarakat tentang Anggaran 2014.
perencanaan PBK dengan memfokuskan pada
pembelajaran sesuai dengan langgam belajar Kadir, Abdul., Fauzi, Ahmad., Yulianto, Endri.,
masing-masing siswa dan perencanaan HOTS et al. (2012). Dasar-dasar Pendidikan.
Jakarta: Prenadamedia Group. Diakses
secara utuh dan keseluruhan.
pada tangga 4 Januari 2018 dari
Keempat, bagi P4TK (Pusat Pelatihan dan http://books.google.com
Pengembangan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan), perlunya mengadakan pelatihan Mendikbud. (2016). Instruksi Presiden Nomor 9,
dan workshop pada beberapa sekolah terpilih Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
(sebagai sekolah piloting) mengenai perencanaan Menengah Kejuruan.
PBK, HOTS dan PBK orientasi HOTS.
. (2016). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
22, Tahun 2016 tetang Standar Proses
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Dasar dan Menengah
Chandra, A.A. (22 Mei 2017). Banyak Lulusan
SMK Jadi Pengangguran Ini Penyebabnya. Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Profesional
detikfinance. Diakses pada tanggal 28 Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Desember 2017 dari http://www.detik.com Menyenangkan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Depdikbud. (2003). Undang-Undang RI Nomor
20, Tahun 2003, tentang Sistem . (2015). Guru dalam Implementasi
Pendidikan Nasional. Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fiztriyani, Wilda. (8 November 2017). Lulusan
SMK Pengangguran, Ini Alasannya. NCTM (1989). Curriculum and Evaluation
republika. Diakses pada tanggal 27 Standards for School Mathematics.
Februari 2018 dari Reston, Va.: National Council of Teachers
http://nasional.republika.co.id of Mathematics.

GIZ (2016). The German Federal Ministry for Primasiwi, Andika. (14 November 2017).
Economic Cooperation. Ketidakselarasan Kebutuhan Jadi
Penyebab Tingginya Pengangguran
Lulusan SMK. suaramerdeka. Diakses
Perencanaan Pembelajaran Berbasis .... (Akmala Fauziyah) 11
pada tanggal 27 Februari 2018 dari
http://www.suaramerdeka.com

Robinson (2000). What are Employability Skills?


The Workplace, Alabama Coorporate
Extension asystem. A Facet Sheet, Sept.
15, 2000, Vol. 1, Issue 3.

Sutarto. (2016). Kemampuan Guru SMKN


Program Keahlian Teknik Bangunan
dalam Mengimplementasikan Kurikulum
2013. Jurnal Pendidikan Vokasi, 6, 305-
317.

Anda mungkin juga menyukai