Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR RADIUS ULNA

DI RUANG B. 20 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG


PROVINSI JAWA TIMUR

DI SUSUN OLEH :
MOCHAMMAD AKHIYANTO RISMAWAN
NIM. 16143149011030

DEPARTEMEN BEDAH
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2016
A. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat
disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010).
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong,
2010).

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
 Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang).
 Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
 Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
 Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
 Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
 Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.
 Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
 Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, yaitu:
- Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
- Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
- Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
- Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman sindroma
kompartement.
 Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka
dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
 Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
 Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
 Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
 Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.
 Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang..
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
 Tidak adanya dislokasi.
 Adanya dislokasi
o At axim : membentuk sudut.
o At lotus : fragmen tulang berjauhan.
o At longitudinal : berjauhan memanjang.
o At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Tulang terbagi menjadi tiga bagian antara lain : 1/3 proksimal, 1/3 medial, dan 1/3 distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
1. ANATOMI FISIOLOGI TULANG LENGAN

Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang tangan
(Sloane 2012). Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit, yang digerakan oleh kerja otot-otot
yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium dan elemen-
elemen lain, untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu. (Watson, 2012).
1. Tulang - tulang lengan bawah

Gambar 1
Tulang Humerus

Gambar 2
Adalah ulna sisi medialTulang Radius-Ulna
dan tulang radius disisi lateral (sisi ibu jari) yang di
hubungkan dengan suatu jaringan ikat fleksibel, membrane interoseus.
a. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang terletak
sebelah medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah ke siku
mempunyai taju yang disebut prosesus olekrani, gunanya ialah tempat
melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok kebelakang. Terdapat
dua ekstremitas.
Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris, persendian
dengan trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan yang disebut
olekranon.Pada tepi distal dari insisura semilunaris ulna terdapat prosesus
koroideus ulna, bagian distal terdapat tuberositas ulna tempat melekatnya M.
brakialis, bagian lateral terdapat insisura radialis ulna yang berhubungan dengan
karpi ulnaris.
Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai prosessus
stiloideus ulnae.Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya tendo M. ekstensor
karpi ulnaris yaitu sulkus M. ekstensor karpi ulnaris.
b. Radius
Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan ibu
jari. Di bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya berbentuk bundar
yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup.Terdapat dua
ujung (ekstremitas).
Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang
terletak melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan
humeri.Sirkumferensia artikularis yang merupakan lingkaran yang menjadi tepi
kapitulum radii dipisahkan dengan insisura radialis ulna.Kapitulum radii
dipisahkan oleh kolumna radii dari korpus radii, bagian medial kolumna radii
terdapat tuberositas radii tempat melekatnya M. biseps brakhii.Korpus radii
berbentuk prisma mempunyai tiga permukaan (fasies).
Ekstremitas distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada bagian
dorsalis, terdapat alur (sulkus) M. ekstensor karpi radialis.Di sebelah lateral sulkus
M. ekstensor kommunis dan diatara kedua sulkus ini terdapat sulkus M. ekstensor
polisis longus.Sebelah lateralis ekstremitas lateralis radii terdapat tonjolan yang
disebut prosesus stiloideus radii, bagian medial ditemukan insisura ulnaris radii
untuk persendian dengan kapitulum.

A. Definisi Fraktur Radius Dan Fraktur Ulna

Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2010).
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa
biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai
dislokasi fragmen tulang (Manjoer 2010).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa ( Sjamsuhidajat& Dee Jong,
2011).
Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3
distal.Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau
tanpa dislokasi sendi.Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak-anak (Muttaqin,
2008).
Fraktur os radius dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian
tungkai depan. Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi
karena trauma terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut (Alex, 2011).
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan
posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di
mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk (Busiasmita,
Heryati & Attamimi,2012).
Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu
otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan pronasi-
supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.

B. Etiologi

Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, penganiayaan;
terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak
meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang,
osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau
penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh
fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan otot
meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan aktifitas
melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang
peningkatan tekanan (Corwin, 2009).
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke
tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah
mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat demikian itu, terjadilah trauma
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Setelah fraktur
terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak.Kemudian timbul pendarahan pada sekitar patahan dan
dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk hematoma pada rongga
medulla tulang, edema, dan nekrokrik sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian
distal tubuh (Suratun, 2012).
Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2012) adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat
yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya.
Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur
mungkin tidak ada.
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya
: benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi
fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.
c. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur
juga disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena
tarikan spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak
mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya.
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan
tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis.

C. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur antebrachii :

1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna

Gambar 5
Fraktur Radius-
Ulna

2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna

Gambar 6
fraktur Ulna

3. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi
sendi
Radioulna proksimal.
Gambar 7
Fraktur Montega

4. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius

Gambar 8
Fraktur Rius

5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal

D. Patofisiologi Fraktur Radius Ulna

Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalam keadaan
outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi (pemutaran
lengan bawah kea rah dalam) dengan tangan dalam keadaan outstretched.
Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi
pada anak-anak usia 10 tahun (5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya dapat
mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila
kedua tulang patah.Adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan
pada beberapa bagian.Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum
kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak
ini sampai padpat terjadia pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih
besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang
mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan
persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf
ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Medianus. Jika kerusakan terjadi
pada otot sbb:
1. M. Pronator Teres : mengakibatkan ketidakmampuanpronasi lengan bawah.
2. M. fleksus kapi radialis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan abduksi
pergelangan tangan.
3. M. Palmaris longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi pergelangan tangan.
4. M. fleksor digitorum superfisialis: mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dua falang
proksimal dan pergelangan tangan.
5. M. fleksor polisis longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi semua sendi
jempol.
6. M. pronator kuadratus : mengakibatkan ketidakmampuan pronator lengan bawah.
7. M. abductor polisisi brevis: mengakibatkan ketidakmampuan abduksi jempol.
8. M. oponens polisis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal
jempol.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Ulnaris. Jika kerusakan
terjadi pada otot
1. M.Fleksor karpi ulnaris: mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan adfuksi
pergelangan tangan.
2. M. abductor polisis : mengakibatkan ketidakmampuan adduksi jempol.
3. M. abductor digiti minimi : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal
jempol.
4. M.oponenes digiti minimi: mengakibatkan ketidakmampuan oposisi terhadap
kelingking.

E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2010):
A. Nyeri hebat di tempat fraktur
Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul
karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.
B. Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
C. Pembengkakan dan Perubahan Warna
Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang
yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi
yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator.
D. Hilangnya fungsi radius-ulna
E. Deformitas
F. Krepitasi
Pada anamnesis selalu ditemukannya deformitas pada daerah sekitar radius- ulna
pada tangan klien(helmi,2013).
a. Look: pada fase awal trauma, klien akan meringis kesakitan. Terlihat adanya
deformitas pada lengan bawah klien. Apabila didapatkan nyeri dan deformitas pada
lengan bawah maka perlu dikaji adanya perubahan nadi, perfusi yang tidak baik(akral
dingin pada lesi), dan CRT >3 detik dimana hal ini merupakan tanda-tanda peringatan
tentang terjadinya kompartemen sindrom. Sering didapatkan kasus fraktur radius-ulna
dengan komplikasi lebih lanjut.
b. Feel: adanya keluhan nyeri misal skala 6, nyeri tekan dan krepitasi, sensasi masih
terasa di area distal.
c.Move:gerak fleksi ekstensi elbow terbatas, pronasi supinasi terbatas .

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk
mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan tulang, maka
digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa superposisi.
Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan penunjang. Pada
pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang humerus pada foto
polos.
Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu:
1. Anatomi
2. Articular
3. Alignment
4. Angulation
5. Apeks
6. Apposition
Selain foto polos x-ray ada kemungkinan perlu teknik kusus seperti Computed
tomografi-scanning (CT-scan) : menggambarkan potongan secara transfersal dari tulang
dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
Hasil X-Ray Fraktur Antebranchii

Hasil CT-scan Radius Ulnaris


2. Pemeriksaan laboraturium
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena menunjukan bahwa
kegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
c. Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5) aspartate
amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tualang.
3. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitifitas yang mungkin
mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
b. Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
diatas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan terjadinya infeksi.
c. Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau sobel karena
trauma yang berlebihan.
d. Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada tulang.
e. MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh fraktur,
termasuk jaringan lunak, dan tulang.

G. Penatalaksanaan

Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur
radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga
umumnya membutuhkan terapi operatif.Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi
ekstra artikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulnadapat diatasi secara
efektif dengan primary care provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-
anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya
dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak
normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.
Gambar 10
Proses
Penyembuhan
Fraktur

Penatalaksanaan
Keperawatan
1. Mitra : Membangun hubungan dengan klien, serupa dengan teman.memenuhi
kebutuhan klien untuk memperoleh informasi tentang kondisi, pembedahan, dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat berbagi rasa takut dan
memberi kepercayaan pada perawat
2. Pembimbing : Perawat berperan sebagai instruktur selama fase awal remobilisasi dan
rehabilitasi klien
3. Peningkat rasa nyaman dengan cara pemeliharaan asupan cairan dan diet yang sesuai,
pemeliharaan standar hygiene personal dan berpakaian.
4. Manajer Resiko : perawat mencegah terjadinya komplikasi tersering pada fraktur
radius ulna yaitu emboli lemak ataupun sindrom kompartemen
5. Teknisi : Perawat melakukan strategi yang digunakan untuk menstabilkan fraktur
radius ulna yang meliputi pemasangan dan asuhan gips dan alat bantu, pemasangan
dan penatalaksanaan traksi.
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak,
kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah
radang) dan hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya
pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur.Pada ujung
tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari garis patahan
yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.
2. Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah
proliferasi sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur.Hematoma
terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan
aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis
dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Prosesdari
periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu dalam
satu proses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar daritulang
tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini
mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkinbanyak
sekali, walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam penyembuhan
tulang.Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik
akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan
matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida,yang segera
bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature atau young
callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada akhir stadium terdapat dua
macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut external
callus.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh
aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan
pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan
sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary
callus.Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang
radioopaque.Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur
lebih mudah lebih cepat.Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi
dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang
yang normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang
banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan
kembali dari medula tulang.Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang
terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun
didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti
stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali
dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan
aslinya.
Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction osteogenesis atau Callotaxis
adalah suatu istilah yang sama dalam program pemanjangan tulang. Ilizarov
dikembangkan pertama kali oleh seorang dari Siberia Rusia yang bernama Gabriel
Abramovich Ilizarov. Ilizarov adalah suatu alat eksternal fiksasi yang berfungsi
untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang dan untuk membantu dalam
proses pemanjangan tulang.

Gambar 11
Callotaxis

Indikasi pemasangan Ilizarov :


1. Menyamakan panjang lengan atau tungkai yang tidak sama.
2. Menyamakan dan menumbuhkan daerah tulang yang hilang akibat patah
tulang terbuka yang hilang.
3. Membuang tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang
yang sehat.
4. Menambah tinggi badan.
Kontra indikasi pemasangan Ilizarov :
1. Open fraktur dengan soft tissue yang perlu penanganan lanjut yang lebih
baik bila dipasang single planar fiksator.
2. Fraktur intra artikuler yang perlu ORIF.
3. Simple fraktur (bisa dengan pemasangan plate and screw nail wire).

H. Komplikasi

Komplikasi fraktur radius ulna diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat cedera),
awal (dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa minggu atau bulan).
1. Komplikasi Cepat Fraktur Radius Ulna, meliputi:

a) Perdarahan, kehilangan darah dari tulang yang mengalami fraktur, termasuk


juga kehilangan darah dari kerusakan pada jaringan sekitar tulang yang
mengalami fraktur.
b) Kerusakan arteri saraf brachialis yang terletak di dekat radius ulna

2. Komplikasi Awal Radius Ulna, meliputi:

a) Emboli lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami fraktur radius
ulna

b) Masalah imobilisasi lokal (misalnya ulkus dekubitus, trombosis vena profunda,


infeksi dada).

c) Sindrom kompartemen.

3. Komplikasi Lambat, meliputi:

a) Deformitas.

b) Osteoarthritis sekunder (sendi).

c) Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi terutama setela fraktur pada
tulang seperti radius ulna Terjadi akibat gangguan suplai darah ke tulang
tersebut setelah fraktur (Brooker, 2011).

I. PROGNOSIS

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi
pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan
tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut
dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu
penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung
pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4
minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia (> 8 minggu).

2. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
 Pre Operasi
a.Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
- Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
- Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit di sekitar luka,
edema.
c. Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kesemutan, baal
- Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas
- Tidak kuat menahan beban berat
- Keterbatasan mobilisasi
- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury, lambatnya kapiler
refill tim
e. Pola tidur dan istirahat
- Tidak bisa tidur karena kesakitan
- Sering terbangun karena kesakitan
f. Pola persepsi kognitif
- Nyeri pada daerah fraktur
- Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur
- Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelumnya
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Merasa tidak ditolong
- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya
 Post Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah
b. Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
c. Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
- Keterbatasan beraktivitas
- Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot
- Baal atau kesemutan
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
- Perdarahan, perubahan warna
e. Pola tidur dan istirahat
- Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi
- Sering terbangun karena kesakitan
f. Pola persepsi kognitif
- Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri
- Nyeri pada luka operasi
- Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf
- Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Rasa khawatir akan dirinya Karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelumnya
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Merasa tidak tertolong
- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti

2) Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
a.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
b. Cemas berhubungan dengan proses operasi
 Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan post pembedahan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post pembedahan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.
3) Rencana Keperawatan
 Pre Operasi
No Dignosa NOC NIC

1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan  Kaji nyeri klien (P,Q,R,S,T)
agen cidera keperawatan selama 3 x 24 jam,  Ajarkan tehnik
fisik diharapkan nyeri pasien dapat nonfarmakologi /tehnik
berkurang dengan kriteria hasil : relaksasi (tarik nafas dalam)

Skala nyeri berkurang menjadi 4  Kolaborasi dengan dokter


pemberian analgetik
Klien mampu mengontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
dengan tehnik nonfarmakologi
TTV dalam batas normal

2 Cemas Setelah dilakukan tindakan  Kaji faktor penyebab kecemasan


berhubungan keperawatan selama 1 x 30 pasien.
dengan menit, diharapkan cemas pasien  Berikan dukungan kepada
kurangnya dapat teratasi dengan kriteria pasien.
informasi hasil :  Jelaskan prosedur operasi
(prosedur
Kontak mata baik  Observasi reaksi nonverbal
operasi)
Pasien terlihat tenang pasien.
 Temani pasien dan dengarkan
Pasien tidak gelisah
keluhan pasien
TD normal
 Tunjukkan sikap empati kepada
Pasien dapat mengungkapkan
pasien
keluhannya

 Post Operasi
No Dignosa NOC NIC

1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan  Kaji nyeri klien (P,Q,R,S,T)
post keperawatan selama 3 x 24 jam,  Tingkatkan istirahat Kaji lokasi
pembedahan diharapkan nyeri pasien dapat dan intensitas nyeri.
berkurang dengan kriteria hasil :  Pertahankan imobilisasi bagian
 Intensitas nyeri 0-2.
yang sakit.
 Ekspresi wajah rileks.
 Tinggikan ekstremitas yang
fraktur.
 Anjurkan teknik relaksasi nafas
dalam.
 Kolaborasi dalam memberikan
terapi analgetik.
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan  Kaji kulit pada luka terbuka,
integritas kulit keperawatan selama 3 x 24 jam, benda asing, kemerahan,
berhubungan di harapkan penyembuhan luka perdarahan, perubahan warna,
dengan trauma sesuai waktu/penyembuhan lesi kelabu, memutih.
post terjadi.  Observasi tanda-tanda vital.
pembedahan  Masase kulit dan penonjolan
tulang. Pertahankan tempat
tidur kering dan bebas kerutan.
 Letakkan bantalan pelindung di
bawah kaki dan di atas
tonjolan tulang.
 Ubah posisi tidur secara periodik
tiap 2 jam.
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan  Observasi TTV terutama suhu
infeksi keperawatan selama 3 x 24 jam,  Jaga daerah luka tetap bersih dan
berhubungan diharapkan nyeri pasien dapat kering.
dengan luka berkurang dengan kriteria hasil :  Tutup daerah yang luka dengan
operasi. Tidak ada tanda-tanda infeksi
kasa steril/balutan bersih.
ditandai dengan:
 Rawat luka dengan teknik
- Suhu normal 36 - 37oC
- Tidak ada kemerahan, tidak aseptik.
ada edema, luka bersih.  Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian antibiotik.
PATHWAY FRAKTUR
DAFTAR PUSTAKA
Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcomes.2004

Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.

Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.


Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculopius
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition and
Classification 2011-2012. NANDA International. Philadelphia.

Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.

Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi Fakultas Kedokteran


Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo

Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai