Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan

peran serta masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan, peningkatkan

dan mempertahankan kesehatan. Salah satu sasaran Praktek Keperawatan

Komunitas adalah keluarga sehingga dikenal dengan sebutan asuhan

Keperawatan Kesehatan Keluarga. Hal ini karena keluarga merupakan unit

terkecil dari masyarakat itu sendiri. Namun kenyataan menunjukkan bahwa

penerapan konsep asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga sampai dengan

saat ini belum dilaksanakan dengan baik oleh perawat Puskesmas.

Menurut Salvicion G. Bailon & Arracelis Maglaya, Perawat

Kesehatan Keluarga, 1978), selama ini perawat kesehatan diakui dan

dihormati sebagai anggota tim Kesehatan karena sifat-sifat pribadi dan

kemampuannya sebagai individu bukan karena kemampuan

profesionalitasnya sebagai perawat. Hal ini disebabkan karena kurang

pengetahuan atau ketidakmampuan perawat untuk menegaskan perannya,

tidak ada polahan yang sama dalam keperawatan dan tidak ada kesepakatan

perawat tentang peranan sebenarnya dari perawat. Tentu dalam hal ini

termasuk juga perawat kesehatan masyarakat dalam kondisi seperti ini,

praktek keperawatan kesehatan masyarakat seperti tidak nampak untuk

dinikmati oleh masyarakat dari perawat sebagai sebuah profesi, oleh karena

1
itu kehadiran perawat dalam tim kesehatan hanyalah sebagai pelengkap

belaka terutama sebagai pembantunya dokter.

Jenjang pendidikan keperawatan di Indonesia yang beraneka ragam

tanpa adanya batasan yang jelas akan peran dan fungsi masing-masing

semakin mempersulit praktek Keperawatan Komunitas. Belum adanya

standart praktek Keperawatan Komunitas yang diakui berdasarkan

kesepakatan masyarakat Keperawatan Indonesia mengakibatkan praktek

Keperawatan Komunitas menjadi kabur. Termasuk belum adanya jenjang

spesialisasi perawat Komunitas mengakibatkan persepsi konsep

Keperawatan Komunitas ditafsir secara sendiri-sendiri oleh perawat dan

tidak adanya figur narasumber yang bisa didengar dan dipanuti berdasarkan

tingkat kepahaman. Konsep Keperawatn Komunitas yang ada saat ini masih

merupakan adopsi dari konsep-konsep luar negeri yang belum tentu cocok

dengan karakteristik masyarakat Indonesia.

Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan di atas maka

tantangan perawat kesehatan masyarakat begitu berat untuk dipecahkan.

Namun Keperawatan Nasioanal Indonesia sebagai sebuah profesi yang

diakui berdasarkan hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1985

dituntut mampu memecahkan berbagai persoalan tersebut sebagai

konsekwensi profesi masyarakat Keperawatan yang tergabung dalam wadah

PPNI harus mampu merumuskan bersama akan peran, fungsi dan standart

praktek Keperawatan Komunitas. Perlu dirujuk kembali berdasarkan

ketentuan WHO (Salvicion G. Bailon & Arracelis Maglaya, 1978) dimana

untuk mencapai sasaran kesehatan masyarakat Perawat Kesehatan harus

2
mendapat tanggungjawab yang lebih luas dalam hal diagnostik dan

penggobatan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum :

Untuk menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada Tn ‘K” dengan

salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.

1.2.2 Tujuan Khusus :

a. Mampu menerapkan pengkajian keperawatan keluarga pada Tn

“K” dengan salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada Tn “K”

dengan salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.

c. Mampu membuat perencanaan keperawatan keluarga pada Tn “K”

dengan salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.

d. Mampu menginplementasikan keperawatan keluarga pada Tn “K”

dengan salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada Tn “K”

dengan salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga pada Tn

“K” dengan salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi

Keluarga adalah Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes.RI, 1988).

Keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan atau Adopsi. (Bailon & Maglaya, 1978).

Keluarga adalah Dua orang atau lebih yang dibentuk

berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada

tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota

keluarga dan masyarakat serta lingkugannya. (BKKBN,1999).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

suami istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau

ibu dan anaknya. (UU No. 10 tahun 1992)

2.1.2 Tipe Keluarga

Pembagian Tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan

dan orang yang mengelompokkan. Secara Tradisional keluarga

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluarga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya.

4
2. Keluarga Besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek-Nenek, paman- Bibi) Namun, dengan berkembangnya peran

Individu dan meningkatnya rasa Individualisme,

Pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang

menjadi:

1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru

yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan

pasangannya.

2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang

terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian

atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage

mother).

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone).

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the

nonmarital heterosexual cohabiting family)

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

(guy and lesbian family)

2.1.3 Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan

5
caplan, 1965 yang diadobsi oleh Friedmen mengatakan ada empat

elemen struktur keluarga, yaitu:

1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing

anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya

dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang

dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan

dengan kesehatan.

3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan

pola komunikasi ayah-ibu, orang tua dengan anak, anak dengan

anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan

keluarga inti.

4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu :

1. Keluarga Prasejahtera

Adalah Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan

dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan,

papan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi

salah satu atau lebih indicator keluarga sejahtera Tahap I.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar

secara minimal, Tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan

6
kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB,

Interaksi dalam keluarga, Interaksi dengan lingkungan tempat

tinggal dan Transportasi.

Indikator keluarga Tahap I

 Melakukan Ibadah menurut agama masing-masing yang dianut

 Makan dua kali sehari atau lebih

 Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan

 Lantai rumah bukan dari tanah

 Kesehatan (anak sakit atau PUS ingin ber-KB dibawa

kesarana/petugas kesehatan.

3. Keluarga Sejahtera tahap II (KS II)

Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar

secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial

psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh

Informasi

Indikator keluarga Tahap II

 Melakukan Ibadah menurut agama masing-masing yang dianut

 Makan dua kali sehari atau lebih

 Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan

 Lantai rumah bukan dari tanah

 Kesehatan (anak sakit atau PUS ingin ber-KB dibawa

kesarana/petugas kesehatan.

7
 Anggota keluarga melaksanakan Ibadah secara teratur menurut

agama masing-masing yang dianut.

 Makan Daging/telur/ikan sebagai lauk pauk paling kurang sekali

dalam seminggu.

 Memperoleh baju baru dalam satu tahun terakhir

 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m² perorang

 Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat

melaksanakan fungsi masing-masing

 Keluarga yang 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap

 Bisa baca, tulis latin bagi semua anggota keluarga dewasa yang

berumur 10 s/d 60 th

 Anak usia sekolah (7-15 th) bersekolah

 Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini

menggunakan kontrasepsi.

4. Keluarga Sejahtera tahap III (KS III)

Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan

pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan

(kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur

(dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk

sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan

menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial,

keaagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dsb.

8
Indikator keluarga Tahap III

 Melakukan Ibadah menurut agama masing-masing yang dianut

 Makan dua kali sehari atau lebih

 Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan

 Lantai rumah bukan dari tanah

 Kesehatan (anak sakit atau PUS ingin ber-KB dibawa

kesarana/petugas

 kesehatan.

 Anggota keluarga melaksanakan Ibadah secara teratur menurut

agama masing-masing yang dianut.

 Makan Daging/telur/ikan sebagai lauk pauk paling kurang sekali

dalam seminggu.

 Memperoleh baju baru dalam satu tahun terakhir

 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m² perorang

 Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat

melaksanakan fungsi masing-masing.

 Keluarga yang 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

 Bisa baca, tulis latin bagi semua anggota keluarga dewasa yang

berumur 10 s/d 60 th.

 Anak usia sekolah (7-15 th) bersekolah

 Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini

menggunakan kontrasepsi.

 Upaya keluarga untuk menambah/ meningkatkan pengetahuan

agama

9
 Keluarga mempunyai tabungan

 Makan bersama paling kurang sekali sehari

 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat

 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan

 Memperoleh berita dari surat kabar, Radio, televisi dan majalah

 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana Transportasi

5. Keluarga Sejahtera tahap III Plus (KS III plus)

Adalah keluarga yang telah dapat memnuhi seluruh

kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun

pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang

nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator keluarga Tahap III Plus

 Melakukan Ibadah menurut agama masing-masing yang dianut

 Makan dua kali sehari atau lebih

 Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan

 Lantai rumah bukan dari tanah

 Kesehatan (anak sakit atau PUS ingin ber-KB dibawa

kesarana/petugas kesehatan.

 Anggota keluarga melaksanakan Ibadah secara teratur menurut

agama masing-masing yang dianut.

 Makan Daging/telur/ikan sebagai lauk pauk paling kurang sekali

dalam seminggu.

 Memperoleh baju baru dalam satu tahun terakhir

10
 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m² perorang

 Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat

 Melaksanakan fungsi masing-masing

 Keluarga yang 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap

 Bisa baca, tulis latin bagi semua anggota keluarga dewasa yang

berumur 10 s/d 60 th

 Anak usia sekolah (7-15 th) bersekolah

 Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini

menggunakan kontrasepsi.

 Upaya keluarga untuk menambah/ meningkatkan pengetahuan

agama

 Keluarga mempunyai tabungan

 Makan bersama paling kurang sekali sehari

 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat

 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan

 Memperoleh berita dari surat kabar, Radio, televisi dan majalah

 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana Transportasi

 Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan

sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat

 Aktif sebagai pengurus yayasan/ panti

2.1.4 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman,1998) adalah sebagai

berikut :

11
1. Fungsi Afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga

yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and

social placement function) adalah fungsi pengembangan dan

tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lan di luar

rumah.

3. Fungsi reproduksi (The reproductive function) adalah fungsi

untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care

function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi

ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

2.1.5 Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan

12
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu difahami dan

dilakukan, meliputi:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dan karena kesehatanlah kadang kadang seluruh kekuatan sumber

daya dan dana keluarga habis.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui

oleh keluarga sendiri.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi

keluarga.

2.1.6 Keluarga Sebagai Sistem

13
Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan dari

beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung

satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan

yang telah di tetapkan. Keluarga sebagai sistem mempunyai

karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Keluarga sebagai sistem terbuka.

Suatu sistem yang mempunyai kesempatan dan mau menerima atau

memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

2. Keluarga sebagai sistem tertutup

Suatu sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau

menerima atau memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat)

sekitarnya.

2.1.7 Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan

Minichin (1974) Siklus perkembangan keluarga merupakan

komponen kunci dalam setiap kerangka kerja yang memandang

keluarga sebagai suatu system.

No Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (Utama)

1 Keluarga baru menikah 1. Membina hubungan intim yang memuaskan


2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
dan kelompok sosial.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2 Keluarga dengan anak baru 1. Mempersiapkan menjadi orang tua
lahir 2. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota
keluarga, Interaksi keluarga, hubungan seksual, dan
kegiatan
3. Mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangannya

3 Keluarga dengan anak Usia 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, missal


prasekolah kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
2. Membantu anak untuk bersosialisasi

14
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik
didalam atau diluar keluarga (keluarga lain dan
liingkungan sekitar)
5. Pembagian waktu untuk Individu, pasangan, dan
anak (biasanya anak mempunyai tingkat kerepotan
yang tinggi)
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
4 Keluarga dengan anak usia 1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
sekolah luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas
(yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat)
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk
biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
5 Keluarga dengan anak 1. Memberikan kebebasan yang seimbang dan
remaja bertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi
2. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak
dan orang tua, Hindarkan terjadinya perdebatan,
Kecurigaan, dan permusuhan.
4. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
6 Keluarga mulai melepas 1. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti
anak sebagai dewasa menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga
baru di masyarakat
4. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di
rumah
7 Keluarga Usia pertengahan 1. Mempertahankan kesehatan Individu dan pasangan
usia pertengahan
2. Mempertahankan hubungan yang serasi dan
memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
3. Meningkatkan keakraban pasangan
8 Keluarga Usia Tua 1. Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga
yang saling menyenangkan pasangannya
2. Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi:
kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan
penghasilan keluarga.
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat.

15
4. Melakukan life Review masa lalu.

2.2 Konsep Penyakit Epilepsi


2.2.1 Pengertian
Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan

listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat

menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena

sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan

fisik (Doenges, 2000).

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya

gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang

yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang

bersifat reversibel dengan berbagai etiolog.

Epilepsi grand mal merupakan istilah Perancis. Grand berarti

besar, mal, sakit. Pada epilepsi ini penderita nyeri kepala, mendadak

kehilangan kesadaran, terjatuh, kekurangan oksigen, kemudian kejang

tonik klonik kurang labih selama 60 detik, air liur keluar melalui

mulut, setelah sadar penderita mengeluh badan terasa pegal, relaksasi,

hipertensi, bingung, lupa, dan mampu tertidur 2 jam (Markam, 1998).

2.2.2 Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), etiologi dari epilepsi yaitu :
1. Idiopatik
2. Aquiret adalah kerusakan otak keracunan obat metabolik
3. Trauma kepala
4. Tumor otak
5. Stroke

16
6. Cerebral edema
7. Hipoksia
8. Keracunan
9. Gangguan metabolik
10.Infeksi
2.2.3 Patofisiologi/ Pathway

Skema Bab 2.2 Patofisiologi

Menurut para peneliti bahwa sebagian besar kejang epilepsi

berasal dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang

melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel

neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik

mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang fokal

(parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui

jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau

daerah yang lebih jauh adalah yang terdapar di bagian otak.

17
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat

mengakibatkan kejang epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan

listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang

otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan

muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak

mampu mengakibatkan kejang epilepsi. Sampai saat ini belum

terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel

neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan.

2.2.4 Tanda dan gejala


1. Kejang umum
Tonik gejala kontraksi otot, tungkai dan siku berlangsung

kurang lebih 20 detik, dengan ditandai leher dan punggung

melengkung, jeritan epilepsi selama kurang lebih 60 detik.


Klonik gejala spasmus fleksi berselang, relaksasi, hipertensi

berlangsung kurang lebih 40 detik, dengan ditandai midriasis,

takikardi, hiperhidrosis, hipersalivasi.


Pasca serangan gejala aktivitas otot terhenti ditandai dengan

penderita sadar kembali, nyeri otot dan sakit kepala, penderita

tertidur 1 sampai 2 jam.


2. Jenis parsial
a. Sederhana dengan tidak terdapat gangguan kesadaran
b. Complex dengan gangguan kesadaran.
2.2.5 Jenis Dan Klasifikasi
1. Grand mal (tonik klonik)
Ditandai dengan gangguan penglihatan dan pendengaran,

hilang kesadaran, tonus otot meningkat fleksi maupun ekstensi,

sentakan kejang klonik, lidah dapat tergigit, hipertensi, takikardi,

berkeringat, dilatasi pupil, dan hipersalivasi, kemudian setelah

18
serangan pasien dapat tertidur 1-2 jam, penderita lupa,

mengantuk,dan bingung.
2. Petit mal
Kehilangan kesadaran sesaat, penderita dapat melamun, apa yang

akan dikerjakan klien akan terhenti, penderita lemah namun tidak

sampai terjatuh.
3. Infatile spasme
Terjadi pada usia 3 bulan sampai 2 tahun, kejang fleksor pada

ekstermitas dan kepala, kejang terjadi hanya beberapa detik dan

berulang, sebagian besar penderita terjadi retardasi mental.


4. Focal
Terbagi atas tiga jenis :
1) Focal motor yaitu Lesi pada lobus frontal.
2) Focal sensorik yaitu lesi pada lobus parietal.
3) Focal psikomotor yaitu disfungsi lobus temporal.

2.2.6 Penatalaksanaan
Dibagi menjadi 2 pengobatan:
1. Pengobatan kausal
Penyebab perlu diselidki terlebih dahulu, apakah penderita

penyakit yang aktif misalnya tumor serebri, hematoma sub dural

kronik, bila benar perlu diobati terlebih dahulu penyebab kejang

tersebut.
2. Pengobatan rutin.
Penderita epilepsi diberikan obat anti konvulsif secara rutin,

biasanya pengobatan dilanjutkan sampai 3 tahun, kemudian obat

dikurangi secara bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6

bulan. Pada umumnya lama pengobatan berkisar antara 2 - 4 tahun

bebas serangan. Selama pengobatan harus di periksa gejala

intoksikasi dan pemeriksaan laboratrium secara berkala.


Obat yang diberikan untuk kesemua jenis kejang yaitu
1) Fenobarbital, dosis 3-8 mg / kg BB / Hari
2) Diazepam, dosis 0,2-0,5 mg / kg BB / Hari
3) Diamox (asetazolamid) , dosis 10-90 mg / kg BB / Hari

19
4) Dilantin (difenilhidantoin), dosis 5-10 mg / kg BB / Hari
5) Mysolin (primidion), dosis 12-25 mg / kg BB / Hari

Bila menderita spasme infatil diberikan obat yaitu

1) Prednison, dosis 2-3 mg / kg BB / Hari


2) Dexamethason, dosis 0,2-0,3 mg / kg BB / Hari
3) Adrenokotrikotropin, dosis 2-4 mg / kg BB / Hari
2.2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Seperti pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai

indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan

serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna,

kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein,

gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi


2. Pemeriksaan EEG

Pemeriksaan EEG sangat berguna untuk diagnosis epilepsi.

Ada kelainan berupa epilepsiform discharge atau (epileptiform

activity), misalnya spike sharp wave, spike and wave dan

sebagainya. Rekaman EEG dapat menentukan fokus serta jenis

epilepsi apakah fokal, multifokal, kortikal atau subkortikal dan

sebagainya. Harus dilakukan secara berkala (kira-kira 8-12 %

pasien epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal).

3. Pemeriksaan radiologis
1) Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak,

destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal, tanda

peninggian TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika dan

sebagainya.
2) Pneumoensefalografi dan ventrikulografi untuk melihat

gambaran ventrikel, sisterna, rongga sub arachnoid serta

gambaran otak.

20
3) Arteriografi untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali

pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma dan hematoma.


2.2.8 Komplikasi
Mengakibatkan kerusakan otak akibat hipoksia jaringan otak,

dan mengakibatkan retardasi mental, dapat timbul akibat kejang yang

berulang, dapat mengakibatkan timbulnya depresi dan cemas.


2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi
Sumber teoritis yang ada pada klien epilepsi, didapatkan pengkajian

berdasarkan dari sumber (Doenges, 2000).


2.3.1 Pengkajian
Data dasar adalah dasar untuk mengindividualisasikan rencana asuhan

keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu

asuhan perawat untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan

dengan masalah kesehatan tertentu dengan kata lain data pengkajian

harus relevan ( Potter, 2005 : 144 ).


Identitas atau biodata terdiri dari tinggi atau kesiapan psikis. Pendidikan

untuk mengetahui wawasan dan pengetahuan, agama untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, pekerjaan untuk

mengetahui status sosial ekonomi dan alamat untuk mengetahui

komunitasnya.

Riwayat keperawatan sekarang didapatkan dengan pengkajian dari

penyakit saat ini, riwayat kesehatan keluarga. Pada pengkajian riwayat

penyakit saat ini diperoleh dengan pengumpulan data yang penting dan

berkaitan tentang awitan gejala. Perawat menentukan kepan gejala

timbul, apakah gejala selalu timbul atau hilang dan timbul. Perawat

juga menanyakan tentang durasi gejala. Pada bagian tentang riwayat

penyakit sat ini perawat mencatatkan informasi spesifik seperti letak,

intentitas dan kualitas gejala. Riwayat kesehatan masa lalu diperoleh

21
dengan pengkajian tentang riwayat masa lalu sehingga memberikan

data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat mengkaji

apakah klien dirawat dirumah sakit atau pernah menjalani operasi juga

penting dalam merencanakan asuhan keperawatan adalah deskripsi

tentang alergi termasuk alergi terhadap makanan, obat-obatan atau

polutan. Juga terdapat pada format pengkajian. Perawat juga

mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup. Penggunaan

tembakau, alkohol, kafein, obat-obatan atau medikasi yang secara rutin

digunakan dapat membuat klien berisiko terhadap penyakit yang

menyerang napas, paru-paru, jantung, sistem saraf, atau berfikir dengan

membuat catatan tentang tipe kebiasaan juga frekuensi dan durasi

penggunaan akan memberikan data yang penting

Pengkajian pada riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data

tentanghubungan kekeluargaan langsung dan hubungan darah.

Sasarannya adalah untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap

penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk mengidentifikasi

area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat

keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi

dan fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan,

keperawatan ( Potter, 2005 : 158 ).


Pada pola pengkajian fungsional, penulis menggunakan pola pengkajian

menurut Virginia Handerson karena teory keperawatan tersebut

(Handerson, 1955) mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia.

Handerson (1964) mengidentifikasikan keperawatan sebagai membantu

individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang

22
memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana

individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan. Bila ia

memiliki kekuatan, kemampuan dan kebutuhan. Dalam hal ini

dilakukan agar dapat mengembalikan kembali kemandiriannya secepat

mungkin (Potter, 2005 : 159).


Pengkajian fisik pada kasus ini difokuskan pada sistem persyarafan dan

sistem neurologis bertanggung jawab terhadap banyak fungsi, termasuk

stimulus sensori, organisasi proses berfikir, kontrol bicara dan

penyimpanan memori. Kebutuhan dasar menurut Virgina Handerson

memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan

diantaranya :

1. Bernafas secara normal


Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah

membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta

menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat pembantu

klien agar dapat bernafas dengan kontrol dan kemampuan

mendemonstrasikan serta menjelaskan pengaruhnya kepada klien.

Perawat harus waspada terhadap tanda-tanda obstruksi jalan nafas

dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu.


2. Kebutuhan akan Nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan

berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan,

pemilihan dan penyediaan makanan, pendidikan, kesehatan akan

berhasil apabila diperhatikan latar belakang kultural dan sosial klien.

Untuk itu perawat harus mengerti kebiasaan, kepercayaan klien

tentang nutrisi disamping nutrisi dan tumbuh kembang


3. Kebutuhan Eliminasi

23
Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat

harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan

normalnya. Jarak waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluaran yang

meliputi keringat. Udara yang keluar saat bernafas, menstruasi,

muntah, buang air besar atau kecil.


4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan

tubuh miring dan besar artinya perawat harus bisa memberikan rasa

nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan terbaring terlalu

lama pada satu sisi. Perawat harus dapat melindungi pasiennya

selama sakit dengan berhati-hati saat memindahkan dan mengangkat.


5. Kebutuhan Istirahat Tidur
Istirahat dan tidur tergantung pada relaksasi otot, untuk itu perawat

harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik disamping itu

juga dipengaruhi oleh emosi (stress) dimana stress merupakan

keadaan dimana aktivitas dan kreatifitas dianggap patologis apabila

ketegangan dapat diatasi atau tak terkontrol dengan istirahat cukup.


6. Kebutuhan Berpakaian
Perawatan pada dasarnya meliputi membantu klien memilih pakaian

yang tersedia dan membantu urutan memakainya. Perawat tidak

boleh memaksakan pada klien pakaian yang tak sesuai dan disukai

klien hal tersebut dapat menghilangkan rasa kebebasan klien.


7. Mempertahankan Temperatur Tubuh atau Sirkulasi
Perawat harus mengetahui kebutuhan fisiologi pasien dan bisa

mendorong kearah tercapainya keadaaan normal maupun dengan

mengubah temperatur kelembapan, pergerakan udara atau dengan

menguatkan serta mengurangi aktivitasnya. Menu makanan dan

pakaian yang dikenakan mempengaruhi dalam hal ini.


8. Kebutuhan Akan Personal Higine

24
Klien harus menyediakan fasilitas dan bantuan peralatan sangat

dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut

dan giginya konsep – konsep mengeanai kebersihan berbeda tiap

klien tetapi tak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya

standart kerendah harus ditingkatkan perawat harus bisa menjaga

posisinya tetap bersih terlepas dari keadaan fisik jiwa yang kotor.
9. Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman
Dalam keadaan sehat setiap orang bebas mengontrol keadaan

sekelilingnya atau mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tak

cocok lagi jiwa sakit sikap tersebut tidak dapat dilakukan

ketidaktahuan dapat menimbulkan kekawatiran yang tak perlu baru

dalam keadaan sehat atau sakit. Seorang klien mungkin mempunyai

pantangan yang tak diketahui dan petugas kesehatan, kasta, adat

istiadat kepercayaan dari agama mempengaruhi peraturan dasarnya

meliputi melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul.


10. Berkomunikasi Dengan Orang Lain Dan Mengekspresikan Emosi,

Keinginan Rasa Takut Dan Pendapat.


Keinginan rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap bersikap

emosi tampan pada ekpresi fisik bertambah, cepatnya denyut jantun,

pernafasan atau muka yang mendadak merah dinterprestaikan

sebagai pernyataan jiwa atau emesi. Perawat mempunyai tugas yang

kompleks baik bersifat pribadi maupun yang mengarahkan

keseluruhan personalitas dalam memberi bantuan kepada klien.

Perawat harus menterjemahkan dalam hubungan klien dengan

temperatur dalam memasukan kesehatannya tugas terberat perawat

adalah membuat klien mengerti dirinya sendiri, mengerti perubahan

25
sikap yang memperburuk kesehatan dan menerima keadaan yang

tidak dapat diubah, menciptakan lingkunagan yang teraupetik sangat

membantu dalam hal ini.


11. Kebutuhan Spritual
Dalam memberiakn perawatan dalam situasi apapun kebutuhan

spritual klien harus dicermati dan perawatan harus membantu dalam

pemenuhan kebutuhan itu. Apabila sewaktu sehat melakukan ibadah

agama merupakan perintah yang penting bagi seseorang maka saat

sakit hal ini menjadi lebih penting perawat, petugas keshatan lain.
12. Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi

terhadap kebutuhanklien sangat penting rasa keberatan terhadap

therapy bedrest didasarkan pada meningkatnya perasaan tak berguna

karena tidak aktif.


13. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Seringkali keadaan sakit menyebabkan seorang kehilangan

kesepakatan meningkat variasi dan udara segar serta rekreasi, untuk

itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh

jenis kreatifitas, umur,kecerdasan dan pengalaman serta selera klien

kondisi dan keadaan penyakitnya.


14. Kebutuhan Belajar
Bimbingan latihan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan

dasar. Fungsi perawat adalah membantu klien belajar dalam

mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan serta

memperkuat dan mengikuti rencana therapy yang diberikan

pembimbing dapat dilakukan setiap resiko saat klien perawat

memberikan asuhan.
Pengkajian fungsi neurologis dapat menghabisakan banyak waktu.

Perawat yang efesiensi mengintegrasikan pemeriksaan neurologis

26
dengan bagian pemeriksaan fisik lainnya sebagai contoh fungsi saraf

cranial dapat diuji ketika survei kepala dan leher status emosi dan

mental diobservasi pada saat data riwayat keperawatan dikumpulkan.

Riwayat keperawatan untuk mengkaji sistem neurologis misalnya

dengan menentukan apakah klien mengkonsumsi analgesik, tarutama

apakah klien mempunyai riwayat kejang , skrining klien untuk

menentukan adanya sakit kepala terutama pusing didiskusikan

dengan anggota keluarga tentang adanya perubahan perilaku, kaji

klien untuk adanya riwayat perubahan pada sistem penginderaan

serta tinjau riwayat masa lalu untuk adanya cedera kepala ( Potter,

2005 ; 916 ).
Pengkajian fisik meliputi pemeriksan keadaan umum meliputi

memeriksa adanya keluhan pada kulit, bentuk tulang, kekenyataan

otot, mengukur tanda-tanda vital untuk tubuh juga inspeksi gerakan-

gerakan abnormal seperti fasikuli, mioclonic dll. Selanjutnya adalah

pengkajian tes fungsi cerebral yang meliputi : pemeriksaan keadaan,

omentasi baik tempat, waktu, daya ingat, bicara. Tes fungsi cerebral

yang meliputi pengakajian secara nervus 1-12 nervus selanjutnya tes

fungsi motorik dan fungsi cerebellum, tes fungsi sensori, tes fungsi

reflek yang meliputi reflek fisiologis, reflek abdominal dan reflek

dinal, reflek bulbocavernosa yang terakhir terangsang meningkat.

( Depkes, 1995 ; 16-27 ). Pada pengkajian fisik juga dapat ditemukan

data-data lain diantaranya :

1. Aktivitas atau istirahat

27
Gejala : keletihan, kelemahan, umur , keterbatasan dalam

beraktivitas, Tanda : perubahan tonus otot, kontraksi otot atau

sekelompok otot
2. Sirkulasi Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi,sianosis.
3. Integritas Ego
Gejala : Stresor eksternal atau internal yang berhubungan dengan

keadaan

Tanda : Pelebaran rentang respon emosional.


4. Eliminasi
Gejala : Inkontensia episodik Tanda : Peningkatan tekanan

kandung kemih, otot relaksasi yang mengakibatkan

interkontensia.
5. Makanan
Gejala : Sertifitas terhadap makanan,mual muntah. Tanda :

Kerusakan jaringan lunak atau gigi, hiperplasia.


6. Neorosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang yang berulang,

pingsan,pusing, riwayat trauma kepala. Tanda : Karakteristik

kejang :
a. Fase prodoumal : adanya perubahan pola pada rekreasi emosi

atau respon afectif yang tak menentu.


b. Keadaan umum : tonik klonik, kekakuan,penurunak kesadaran.
c.Kejang parsial : pasien tetap sadar dengan aksi mimpi,

melamun, jalan-jalan.
d. Status epiletilikus : aktivitas kejang yang terjadi terus menerus

dengan spontan gejala putus anti konvulsan tiba – tiba dan

fenomena metabolik lain.


7. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot,nyeri abnormal.

Tanda : Sikap dan tingkah laku perubahan tonus otot.


8. Pernafasan
Gejala : Gigi mengatup,siasonis pernapasan dan turun cepat,

peningkatan sekresi mukus.

28
9. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, fraktur

Tanda : Tauma pada jaringan lunak, penurunan kekuatan otot.


10. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah dalam hubungan inter personal dalam

keluarga dan lingkungan sosialnya. ( Doenges, 2000; 259 ).


2.3.2 Diagnosis keperawatan
Diagnosa yang didapat berdasarkan sumber dari (Doenges, 2000).
1. Resiko tinggi terhadap trauma dan henti nafas berhubungan

dengan perubahan kesadaran, kelemahan, kehilangan koordinasi

otot besar dan kecil.


2. Gangguan harga diri,identitas diri berhubungan dengan persepsi

tidak terkontrol, ditandai ketakutan, dan kurang kooperatif tindakan

medis.
3. Bersihan jalan nafas dan pola nafas tak efektif berhubungan dengan

kerusakan nuromuskuler obstruksi trakeobronkial


4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi dan

aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman, salah

interpretasi informasi, kurang mengingat.


2.3.3 Perencanaan keperawatan
Perencanaan yang didapatkan berdasarkan sumber dari (Doenges,

2000)
1. Resiko tinggi terhadap trauma dan henti nafas berhubungan

dengan perubahan kesadaran, kelemahan, kehilangan koordinasi

otot besar dan kecil.

Intervensi Rasional
Kaji pencetus munculnya kejang alkohol, berbagai obat, dan stimulasi
pada pasien lain (kurang tidur, lampu yang
terang, menonton televisi terlalu lama),
dapat meningkatkan aktivitas otak yang
selanjutnya meningkatkan resiko
terjadinya kejang.

Pertahankan bantalan lunak pada yaitu mengurangi trauma saat kejang.


penghalang tempat tidur yang

29
terpasang dengan posisi tempat
tidur rendah.

Jaga aktivitas klien setelah kejang meningkatkan keamanan pasien


terjadi

Catat tipe dari aktivitas kejang membantu untuk melokalisasi daerah


pasien seperti lokasi, durasi, otak yang terkena
motorik, penurunan kesadaran,
inkontinensia.

2. Bersihan jalan nafas dan pola nafas tak efektif berhubungan dengan

kerusakan nuromuskuler obstruksi trakeobronkial.

Intervensi Rasional
) Anjurkan klien melepas menurunkan resiko aspirasi atau
penggunaan benda-benda dari dalm masuknya benda asing ke faring
mulut, contoh gigi palu dan lainnya.

). Letakkan pasien dalam posisi meningkatkan aliran drainase secret,


miring, permukaan datar, miringkan mencegah lidah jatuh, dan menyumbat
kepala selama serangan kejang jalan nafas.
terjadi.

Masukkan spatel lidah kedalam untuk mencegah tergigitnya lidah dan


mulut klien membantu melakukan peghisapan
lender, dan membantu membuka jalan
nafas.

Lakukan suction sesuai indikasi menurunkan resiko aspirasi atau


asfiksia
Kolaborasi dalam pemberian dapat menurunkan hipoksia serebral,
tambahan oksigen akibat dari menurunnya oksigen
akibat spasme vaskuler selama kejang.

3. Gangguan harga diri,identitas diri berhubungan dengan persepsi

tidak terkontrol, ditandai ketakutan, dan kurang kooperatif tindakan

medis.

30
Intervensi Rasional
Kaji perasaan pasien mengenai reaksi yang ada diantara individu dan
diagnostik, persepsi diri terhadap pegetahuan merupaka awal dari
penanganan yang dilakukan terhadap penerimaan klien terhadap tindakan
pasien medis.

identifikasi dan antisipasi memberikan kesempatan untuk


kemungkinan reaksi orang lain pada berespon pada proses pemecahan
keadaan penyakitnya. masalah dan memberikan kontrol
terhadap situasi.
Kaji respon pasien terhadap memfokuskan pada aspek positif dapat
keberhasilan yang diperoleh, atau membantu untuk menghilangkan
yang akan dicapainya dari kekuatan perasaan dari kegagalan atau
yang dimilikinya. kesadaran terhadap diri sendiri dan
pasien menerima penanganan
terhadapnya.

diskusikan rujukan kepada kejang mempunyai pengaruh yang


psikoterapi dengan pasien atau orang besar pada harga diri seseorang dan
terdekat. pasien, orang terdekat, akibat mungkin
munculnya stigma dari masyarakat.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi dan

aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman, salah

interpretasi informasi, kurang mengingat.

Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan mengetahui sebatas kemampuan klien dalam
pasien terhadap jenis memahami jenis penyakitnya agar lebih
penyakitnya kooperatif akan pemahaman klien pentingnya
pencegahan,pengobatan dan sebagainya.

jelaskan kembali mengenai memberikan kesempatan untuk


patofisiologi atau prognosis mengklarifikasi kesalahan persepsi dan
penyakit, pengobatan, serta keadaan penyakit yang diderita
penenganan dalam jangka
waktu panjang sesuai
prosedur.

Tinjau kembali obat-obatan, menambah pemahaman klien terhadap


dosis, petunjuk, serta kondisi kesehatan yang diderita.
penghentian penggunaan obat-
obatan sesuai instruksi dokter
diskusikan manfaat dari
kesehatan umum yang baik,

31
seperti diet yang adekuat,
istirahat yang cukup, serta
latihan olah raga yang sedang
dan teratur, serta hindari
makanan adan minuman yang
mengandung zat yang
berbahaya.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn “K” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA
MENDERITA EPILEPSI

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas Umum Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga:

Nama : Tn “K” Pendidikan : SD


Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Satpam
: RT 01/ RW 06, Dusun Krajan
Agama : Islam Alamat Tengah Desa Wonorejo
Lawang.
Suku : Jawa Nomor Telpon :-

b. Komposisi Keluarga:
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan
1. Ny “S” P 55 Istri IRT SD
2. An “A” L 16 Cucu - SD

c. Genogram:

Usia 16 Tahun
Keterangan:

32
: Laki-laki Hidup : Klien

: Perempuan Hidup
d. Type Keluarga:

a) Jenis type keluarga: Nuclear Family

b) Masalah yang terjadi dg type tersebut: Terjadi perceraian dari

anak KK dan meninggalkan seorang cucu yang kini tinggal

bersama kakek dan neneknya.

e. Suku Bangsa:

a) Asal suku bangsa: Suku Jawa

b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan: KK mengatakan tidak

ada pantangan budaya yang berkenaan dengan masalah

kesehatan kecuali menghindari makanan yang dijelaskan oleh

Dokter/ petugas kesehatan.

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: KK

mengatakan selalu berdo’a untuk kesembuhan karna penyakit

adalah cobaan yang diberikan oleh Allah SWT yang pasti ada

obatnya.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:

a) Anggota keluarga yang mencari nafkah: KK saja.

b) Penghasilan: < Rp 500.000

c) Upaya lain: Berkebun.

d) Harta benda yang dimiliki: Sepeda motor, TV, Perabot RT.

e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: untuk makan, minum,

serta obat untuk cucunya yang menderitan epilepsy.

33
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga: keluarga mengatakan jarang

melakukan rekreasi.

3.1.2 Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak

tertua): keluarga dengan anak usia remaja.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan

kendalnya: yang belum terpenuhi adalah tahap keluarga dengan

Anak usia sekolah, kendalanya: Anak menderita epilepsi.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:

a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini: Anggota

keluarga menderita epilepsi.

b) Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengatakan

tidak ada penyakit keturunan.

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga.

Imunisasi
Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/ Masalah
No Nama Umur BB Yang telah
Kesehatan DPT/HB/ kesehatan
dilakukan
Campak
1 Tn “K” 60 68 Sehat Tidak Pernah Tidak Ada Tidak Ada
2 Ny “S” 55 46 Sehat Tidak Pernah Tidak Ada Tidak Ada
3 An “A” 16 45 Sakit Lengkap Epilepsi RSU/ RSJ

d. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan: Posyandu,

Praktik Bidan/ Perawat.

e. Riwayat Kesehatan saat ini: keluarga mengatakan An “A” sering

kejang-kejang.

f. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: keluarga mengatakan An

34
“A” menderita Epilepsi sejak usia 1,5 tahun.

3.1.3 Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

a) Luas rumah: 55 m²

b) Type rumah: Semi Permanen

c) Kepemilikan: milik sendiri

d) Jumlah dan ratio kamar/ ruangan: 6 buah

kamar, terdiri dari: 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang

keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.

e) Ventilasi/ jendela: Baik.

f) Pemanfaatan ruangan: Septic tank: ada,

letak: di pekarangan rumah.

g) Sumber air minum: PDAM

h) Kamar mandi/ WC: Ada

i) Sampah: dibuat lubang sekitar ± 40 m dari

rumah, limbah RT: mempunyai saluran yang terbuka.

j) Kebersihan lingkungan: cukup bersih.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

a) Kebiasaan: bersenda gurau bersama tetangga dan mengikuti

acara pengajian.

b) Aturan/kesepakatan: kumpul bersama pada saat acara pengajian

dan tahlilan.

35
c) Budaya: mengikuti budaya jawa.

c. Mobilitas Geografis Keluarga: berada di kaki gunung arjuna yang

jalannya menanjak dan agak jauh dari pusat kota sehingga

membutuhkan transportasi yaitu sepeda motor.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:

perkumpulan pengajian.

e. System Pendudukung Keluarga: yakin kepada tuhan YME dengan

menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

3.1.4 Struktur Keluarga

a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: menggunakan bahasa jawa yang

sopan.

b. Struktur Kekuatan Keluarga: yakin kepada tuhan YME dengan

rajin berdo’a semoga diberikan kekuatan dalam menjalani hidup.

c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)

d. Nilai dan Norma Keluarga: berpegang teguh pada nilai dan norma

ajaran agama Islam.

3.1.5 Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Tn “K” dan Ny “S” serta satu cucu yang sudah menginjak usia

remaja yaitu An “A”, mereka memandang dirinya masing-masing

layaknya manusia normal lainnya. Tn “K” mengatakan dirinya

semakin tua dan berpenghasilan kurang. Ny “W” mengatakan

keluarganya saling menghormati satu sama lain dan tetap

mempertahankan keharmonisan keluarga.

36
b. Fungsi sosialisasi

d) Kerukunan hidup dalam keluarga: Interaksi dan

hubungan dalam keluarga: baik.

e) Anggota keluarga yang dominan dalam

pengambilan keputusan: Tn “K” sebagai KK.

f) Kegiatan keluarga waktu senggang: diam dirumah,

berkebun.

g) Partisipasi dalam kegiatan sosial: kerja bakti

membersihkan lingkungan.

c. Fungsi perawatan kesehatan

a) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah

kesehatan keluarganya: Keluarga mengatakan belum mengerti

betul tentang penyakit yang diderita An “A”, dan juga belum

faham cara merawat yang baik dan benar.

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan

yang tepat: cukup baik dengan langsung membawa ke pelayanan

kesehatan terdekat yaitu PKM.

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:

masih belum mengerti dengan benar.

d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

sehat: baik

e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di

masyarakat: cukup baik.

d. Fungsi reproduksi

37
a) Perencanaan jumlah anak: tidak ada

b) Akseptor: tidak, sudah menopause.

c) Keterangan lain: taa.

e. Fungsi ekonomi

a) Upaya pemenuhan sandang pangan: terpenuhi

b) Pemanfaatan sumber di masyarakat: baik

3.1.6. Stres Dan Koping Keluarga

a. Stressor jangka pendek: stress jika timbulnya kejang pada An “A”

yang menderita epilepsi.

b. Stressor jangka panjang: apakah penyakit yang diderita An “A”

bisa sembuh atau tidak dan apakah sanggup untuk membiayai

pengobatannya.

c. Respon keluarga terhadap stressor: dihadapi dengan sikap lapang

dada.

d. Strategi koping: berdo’a kepada tuhan YME.

e. Strategi adaptasi disfungsional: selalu berkomunikasi dengan

keluarga tetangga toga/ toma serta petugas kesehatan.

3.1.7 Keadaan Gizi Keluarga

Pemenuhan Gizi: terpenuhi.

Upaya lain: taa

3.1.8 Pemeriksaan Fisik

a. Identitas

Nama : An “A”

38
Umur : 16 Tahun

L/P : Laki-laki

Pendidikan : SD

Pekerjaan : taa

b. Keluhan/ Riwayat Penyakit saat ini: keluarga mengatakan An “A”

sering kejang-kejang.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya: menderita epilepsy sejak usia 1,5

tahun

d. Tanda-tanda vital: TD: 110/70 mmHg, Nadi: 92 x/menit, Suhu: 37

C, RR: 18 x/menit.

e. System Cardio Vascular

Inspeksi : tidak tampak adanya kelainan

Palpasi : tidak teraba adanya kalainan

Perkusi : taa

Auskultasi : S1, S2 terdengar

f. System Respirasi

Inspeksi : tampak inspirasi dan ekspirasi normal.

Palpasi : tidak teraba adanya jejas.

Perkusi : tidak ada nyeri tekan.

Auskultasi : D/S : vesikuler. Tidak terdengar ronchi/ weazing.

g. System Gastrointestinal (GI Tract)

Inspeksi : tidak tampak adanya deformitas.

Palpasi : tidak teraba adanya jejas.

Perkusi : tidak ada nyeri tekan.

39
Auskultasi : BU (+) N.

h. System Persyarafan: Sering tremor.

i. System Muskuloskeletal:

Atas: 4/4, Bawah, 4/4.

j. System Genitalia: Jenis kelamin laki-laki dan tidak ada kelainan

system genitalia.

3.1.9 Harapan Keluarga

i. Terhadap masalah kesehatannya: semoga bisa sembuh, dan selalu

diberikan kesehatan dan panjang umur.

j. Terhadap petugas kesehatan yang ada: memberikan pelayanan yang

baik, jangan memandang pasien dari status social, dan ada

kunjungan rumah.

Wonorejo, 19 Februari 2014


Perawat

( Nurul Hadi, S. Kep )

40
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Analisa Data

NO Data Penyebab Masalah


1 DS: 1.Keluarga mengatakan Ketidak mampuan Pemeliharaan kesehatan
masih belum mampu keluarga mengenal tidak efektif
mengenal masalah kesehatan dan
karakteristik penyakit mengambil keputusan
epilepsi yang diderita
An ”A”.
2. Keluarga
mengatakan apabila
ada salah satu anggota
keluarga yang sakit
biasanya keluarga
berobat ke bidan desa
serta serta puskesmas
yang letaknya agak
jauh.
3.Keluarga mengatakan
An ”A” menderita
penyakit epilepsi
sejak usia 1,5 tahun.
4. Keluarga
mengatakan An ”A”
sering kejang
 DO: - K/U: Baik
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi: 92x/m
- Suhu: 37 C
- Pernafasan: 18 x/m
- Pendidikan keluarga
SD.
2 DS: 1. Keluarga mengatakan Ketidakmampuan Menejemen regimen
tidak mengerti cara keluarga merawat terapeutik tidak efektif
merawat An “A” anggota keluarga yang
kalau terjadi serangan sakit dan memodifikasi
tremor dibawa ke lingkungan.
bidan desa.
2. Saat ini keluarga
mengatakan suka
panik jika terjadi
tremor pada anak
 DO: - K/U: Baik

41
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi: 92x/m
- Suhu: 37 C
- Pernafasan: 18 x/m
- Pendidikan keluarga
SD.
- tampak An ”A” suka
senyum-senyum
sendiri.
3 DS: 1. Kelurga mengatakan Kurang informasi Kurang Pengetahuan
tidak mengerti dengan mengenai penyakit
penyakit epilepsy. epilepsi
DO: - K/U: baik
- Semua keluarga
pendidikan SD

3.2.2 Daftar Masalah


I. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b/d Ketidak mampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan.


II. Menejemen regimen terapeutik tidak efektif b/d Ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan memodifikasi

lingkungan.
III. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi.

SKORING PRIORITAS MASALAH

Diagnosa I

42
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada An ”A” keluarga Tn.”K” berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dan

mengambil keputusan..

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah (2/3) x 1 = Dapat dilihat dari serangan tremor
Skala : ancaman kesehatan 2/3 berulang.
2. Kemungkinan masalah Kemungkinan An ”A” dapat
dapat diubah mengetahui sejauh mana penyakit
Skala : sebagian (1/2) x 2 = epilepsi yang dideritanya dengan
1 segera memanfaatkan pelayanan
kesehatan puskesmas dan segera
memriksakan ke dokter.
3. Potensial masalah untuk Keadaan ekonomi keluarga kurang
dicegah memadai, sehingga keluarga cukup
(2/3) x 1 =
Skala : sebagian kesulitan membawa An. ”A” ke
2/3
puskesmas untuk pemeriksaan
lanjutan.
4. Menonjolnya masalah Keluarga merasa masalah tidak harus
Skala : ada masalah tapi (1/2) x 1 = segera ditangani mengingat kondisi
tidak perlu ditangani ½ An ”A” yang masih dalam keadaan
baik.
Total skor 2 5/6

Diagnosa II

Menejemen regimen terapeutik tidak efektif : penyakit epilepsi pada An ”A” keluarga

Tn. ”K” berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit dan memodifikasi lingkungan.

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah (2/3) x 1 = Dapat dilihat dari tremor berulang An
Skala : ancaman kesehatan 2/3 ”A”.
2. Kemungkinan masalah (1/2) x 2 = Kemungkinan keluarga mengatasi
dapat diubah 1 masalah jika rajin konsultasi ke
Skala : sebagian dokter.
3. Potensial masalah untuk (1/3) x 1 = Apabila keluarga mempunyai biaya,
dicegah 1/3 keluarga dapat mencegah
Skala : rendah kemungkinan masalah dapat terjadi.

43
4. Menonjolnya masalah Keluarga merasa masalah tidak harus
Skala : ada masalah tapi (1/2) x 1 = segera ditangani mengingat kondisi
tidak perlu ditangani ½ An ”A” yang masih dalam keadaan
baik.
Total skor 2 1/3

Diagnosa III

Kurang Pengetahuan b/d kurannya informasi.

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah (2/3) x 1 = Dapat dilihat dari tremor berulang An
Skala : ancaman kesehatan 2/3 ”A”.
2. Kemungkinan masalah (1/2) x 2 = Kemungkinan keluarga mengatasi
dapat diubah 1 masalah jika rajin konsultasi ke
Skala : sebagian dokter.
3. Potensial masalah untuk (1/3) x 1 = Apabila keluarga mempunyai biaya,
dicegah 1/3 keluarga dapat mencegah
Skala : rendah kemungkinan masalah dapat terjadi.
4. Menonjolnya masalah Keluarga merasa masalah tidak harus
Skala : ada masalah tapi (1/2) x 1 = segera ditangani mengingat kondisi
tidak perlu ditangani ½ An ”A” yang masih dalam keadaan
baik.
Total skor 2 1/3

44
3.3 Perencanaan Keperawatan

Hari / Diagnosa Tujuan


No Kriteria Standar Intervensi
tanggal Keperawatan Umum Khusus
1. Kamis, 20- Pemeliharaan Setelah Setelah Kognitif  Keluarga mampu 1. Diskusikan pengertian,
02-14 kesehatan tidak dilakukan dilakukan mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala
efektif pada An tindakan tindakan pengertian, penyebab, serta penanganan penyakit
”A” keluarga keperawatan keperawatan tanda dan gejala serta epilepsi untuk menyebutkan
Tn.”K” selama 3 x selama 2 x 30 penanganan penyakit kembali pengertian,
berhubungan pertemuan, menit, keluarga epilepsi. penyebab, tanda dan gejala
dengan pemeliharaan mampu serta pencegahan penyakit
ketidakmampuan kesehatan mengenal epilepsi.
keluarga dalam penyakit masalah 2. Anjurkan keluarga untuk
mengenal masalah Epilepsi pada kesehatan segera membawa klien ke
kesehatan dan keluarga Tn. keluarga puskesmas atau dokter.
mengambil ”K” efektif penyakit 1. Jelaskan pada keluarga
keputusan. epilepsi dan Afektif Keluarga mampu untuk pentingnya membawa klien
mengambil segera mengambil pada pusat yankes agar
keputusan. keputusan membawa penyakitnya tidak
klien ke pusat yankes bertambah parah.
(puskesmas).

2. Kamis, 20- Menejemen Setelah Setelah Kognitif  Keluarga mampu1. Diskusikan dengan keluarga
02-14 regimen terapeutikdilakukan dilakukan mengidentifikasi hal–hal tentang hal – hal yang
tidak efektif :tindakan tindakan yang dapat memicu memicu tremor.
penyakit epilepsikeperawatan keperawatan terjadinya pembesaran
pada An ”A”selama 3 xselama 2 x 30 pada kelenjar tiroid.
keluarga Tn. ”K”pertemuan, menit, keluargaAfektif  Keluarga mau 1. Jelaskan pada keluarga
berhubungan menejemen mampu bekerjasama dalam bahwa baik atau buruknya

45
dengan regimen merawat An merawat klien kondisi klien sangat
ketidakmampuan terapeutik ”A” yang dipengaruhi atas peran serta
keluarga merawatefektif padamenderita keluarga dalam merawat
anggota keluargakeluarga Tn.epilepsi serta klien
yang sakit dan”K” memodifikasi 2. Anjurkan kepada keluarga
memodifikasi lingkungan untuk menyediakan
lingkungan. makanan sehat sesuai diit.
1. Anjurkan kepada keluarga
psikomotor  Keluarga mau untuk rajin membersihkan
membersihkan rumahnya setiap hari dan
rumahnya setiap hari membuka jendela rumahnya
dan membuka jendela setiap pagi.
rumahnya setiap pagi. 2. Berikan penyuluhan tentang
 Keluarga mampu makanan sehat sesuai
melakukan perawatan dengan diit penyakit
dengan menyediakan epilepsi.
makanan sehat sesuai
diit
3 Kamis, 20- Kurang Setelah Setelah Kognitif  Keluarga mampu 1. Melakukan penyuluhan
02-14 pengetahuan b/ddilakukan dilakukan mengidentifikasi mengenai penyakit epilepsi
kurang informasi. tindakan tindakan pengertian, penyebab, pada keluarga Tn ”K”.
keperawatan keperawatan tanda dan gejala serta
selama 3 x selama 2 x 30 penanganan penyakit
pertemuan, menit, keluarga epilepsi.
keluarga mampu
mengerti mengenal
mengenai masalah
penyakit kesehatan
Epilepsi pada keluarga
keluarga Tn. penyakit
”K” . epilepsi dan

46
mengambil
keputusan.

47
3.4 PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Diagnosa Keperawatk Tgl dan Waktu Implementasi Evaluasi


Pemeliharaan kesehatan tidak Sabtu 22-02-14 1. Memberikan penyuluhan tentang 1. Keluarga masih belum mampu
efektif pada An ”A” keluarga 16.00 pengertian, penyebab, tanda dan mengidentifikasi pengertian,
Tn.”K” berhubungan dengan gejala serta penanganan penyakit penyebab, tanda dan gejala serta
ketidakmampuan keluarga epilepsi penanganan penyakit epilepsi.
dalam mengenal masalah terlihat dengan keluarga belum
kesehatan dan mengambil mampu menyebutkan kembali
keputusan. pengertian, penyebab, tanda dan
gejala serta penanganan penyakit
epilepsi.
2. Menganjurkan keluarga untuk rajin 2. Keluarga berjanji untuk rajin kontrol
kontorol ke RSU ke RSU.
3. Menjelaskan pada keluarga pentingnya 3. Keluarga mengerti dan berjanji rajin
membawa An “A” ke pusat yankes control.
agar penyakitnya tidak bertambah
parah.

Rabu 26-02-14 1. Melakukan Kontrol penyuluhan 1. Keluarga mampu menyebutkan


16.00 mengenai penyakit epilepsi. sebagian dari pengetahuan
mengenai penyakit epilepsi.
Rabu 5-03-14 1. Melakukan Kontrol penyuluhan 1. Keluarga sudah mampu
16.00 mengenai penyakit epilepsi. menyebutkan sebagian dari
pengetahuan mengenai penyakit
epilepsi.
Menejemen regimen terapeutik Sabtu 22-02-14 1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang 1. Keluarga mengatakan rajin
tidak efektif : penyakit epilepsi 16.00 hal- hal yang memicu tremor. memberikan obat yang dianjrkan
pada An ”A” keluarga Tn. ”K” dokter.
berhubungan dengan 2. Menjelaskan pada keluarga bahwa baik 2. Keluarga mengerti dan berjanji akan

48
ketidakmampuan keluarga atau buruknya kondisi An “A” sangat merawat An “A” dengan sebaik-
merawat anggota keluarga dipengaruhi atas peran serta keluarga baiknya.
yang sakit dan memodifikasi dalam merawat.
lingkungan. 3. Menganjurkan kepada keluarga untuk 3. Keluarga berjanji akan
rajin membersihkan rumahnya setiap melaksanakan anjuran perawat.
hari dan membuka jendela rumahnya
setiap pagi.

Rabu 26-02-14 1. Mendiskusikan dengan keluarga 1. Keluarga mengatakan rajin


16.00 tentang hal- hal yang memicu tremor. memberikan obat yang dianjrkan
2. Menjelaskan pada keluarga bahwa baik dokter.
atau buruknya kondisi An “A” sangat 2. Keluarga mengerti dan berjanji akan
dipengaruhi atas peran serta keluarga merawat An “A” dengan sebaik-
dalam merawat. baiknya.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk 3. Keluarga berjanji akan
rajin membersihkan rumahnya setiap melaksanakan anjuran perawat.
hari dan membuka jendela rumahnya
setiap pagi
1. Keluarga mengatakan rajin
Rabu 5-03-14 1. Mendiskusikan dengan keluarga memberikan obat yang dianjrkan
16.00 tentang hal- hal yang memicu tremor. dokter.
2. Menjelaskan pada keluarga bahwa baik 2. Keluarga mengerti dan berjanji akan
atau buruknya kondisi An “A” sangat merawat An “A” dengan sebaik-
dipengaruhi atas peran serta keluarga baiknya.
dalam merawat.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk 3. Keluarga berjanji akan
rajin membersihkan rumahnya setiap melaksanakan anjuran perawat.
hari dan membuka jendela rumahnya
setiap pagi
Kurang Pengetahun b/d kurang Sabtu 22-02-14 1. Memberikan penyuluhan mengenai 1. Keluarga mendapatkan informasi
informasi 16.00 penyakit epilepsi. mengenai penyakit epilepsi.

49
Rabu 26-02-14 2. Memberikan penyuluhan mengenai 2. Keluarga merasa senang.
16.00 penyakit epilepsy.

Rabu 5-03-14 3. Memberikan penyuluhan mengenai 3. Keluarga merasa diperhatikan


16.00 penyakit epilepsi

50
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Asuhan keperawatan pada Tn

”K” dengan salah satu keluarga menderita epilepsi adalah:


1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b/d Ketidak mampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan.


2. Menejemen regimen terapeutik tidak efektif b/d Ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit dan memodifikasi lingkungan.


3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi.

4.2 Saran

1. Keluarga rajin kontrol ke rumah sakit untuk mencegah kekambuhan gejala

yang muncul pada penderita epilepsi.

2. Keluarga sebaiknya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

3. Menjaga diet makanan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

51
Bailon G. Salvicion & Maglaya Arracelis. Perawatan Kesehatan Keluarga.
Copyriche 1978. UP Coleege of Nursing. Dillman. Quezon City. Philippines.
Jakarta. 1989.

Depkes RI. Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 1987.

Doenges, M.E. Moorhouse M.F., Geissler A.C., (2000) Rencana Asuhan


Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC.

Engram Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,


Jakarta, EGC.

________ Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Seri C. Jakarta. 1994.

Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan


Keperawatan Keluarga. Jakarta. 2000.

Hidayat. (2009). http://hidayat2.wordpress.com. diakses pada tanggal 17 juli 2010.

ikhsan, T (2009)http://pengobatanpenyakitepilepsi.blogspot.com diakses pada tanggal


17 juli 2010.

Ikhsan, T (2009). http://perawat-gaul.blogspot.comdiakses pada tanggal 17 juli 2010

Khaidir. (2009). http://khaidirmuhaj.blogspot.com di akses pada tanggal 17 juli


2010.
Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2000). Kapita Selekta
Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta:Media Aesculapius.

Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan.Prima medika.

Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC

Resa B. (2010). Epilepsi http://www.scribd.com diakses pada tanggal 17 juli 2010

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC

Tambayong jan dr. (2000). Patofifiologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta

52

Anda mungkin juga menyukai