Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MODIFIKASI STRUKTUR DARI AMOXICILLIN

(N-3-CHLOROBENZOYLAMOXICILLIN) DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI


ANTIBAKTERI TERHADAP Pseudomonas aeruginosa

Kelompok 3

1. Rahma Anggita Putri / 1600023120 / VB


2. Danang Yudha Pamungkas / 1600023122 / VB
3. Candra Hibatul Wafi / 1600023123 / VB
4. Siti Athiyah Umaiyah / 1600023124 / VB
5. Arganeva Nur Afifah / 1600023125 / VB
6. Sekar Ayu Pratiwi / 1600023126 / VB
7. Mega Indah Sary / 1600023127 / VB
8. Astrimulyana Gailea / 1600023128 / VB
9. Vani Destiana Fatikasari / 1600023129 / VB
10. Kartini Ridwan / 1600023130 / VB
11. Nurul Lutviana / 1600023131 / VB
12. Eka Nelly Agustien / 1600023132 / VB
13. Astri Maulida / 1600023134 / VB
14. Rifdah Rizal / 1600023135 / VB
15. Suluh Wiji Murti Pambajeng / 1600023136 / VB

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang modifikasi struktur
amoxicillin yaitu N-3-Chlorobenzoylamoxicillin.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penyusun

Yogyakarta, 9 November 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Aktivitas Senyawa N-3-Klorobenzoilamoksisilin


2.2 Metode uji aktivitas bakteri dari senyawa N-3-Klorobenzoilamoksisilin
2.3 Perbedaan Aktivitas antara Amoksisilin dan N-3-Klorobenzoilamoksisilin

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi
suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya
diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan
pasien yang membutuhkan. Antibiotik didefinisikan sebagai suatu senyawa organik
hasilmetabolisme dari mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan dan bahkan mematikan mikroorganisme lain akibat aktivitas sejumlah kecil
senyawa antibiotik tersebut (Sarah, M. 2002).
Pada pemakaian antibiotika, agar tujuan terapi dpat tercapai dan tidak menimbulkan efek
samping yang toksik, antibiotika harus stabil dalam jangka waktu yang lama, sehingga tidak
akan terjadi penurunan aktivitas yang akan mempengaruhi efek farmakologisnya (Martin,
1993).Amoksisilin adalah turunan penisilinyang strukturnya mirip dengan ampisilin, dengan
perbedaan adanya gugus hidroksi pada posisi para cincin benzena (Siswandono dan Soekardjo,
1995). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, seperti kurang tepatnya indikasi penggunaan,
penggunaan bebas oleh masyarakat, serta dosis dan lama pemberian yang tidak tepat, akan
menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotik (Dzen et
al,2003; Nah et al, 2004).
Kejadian resistensi bakteri terus meningkat di berbagai belahan dunia. Namun peningkatan
itu diiringi oleh kecenderungan yang menurun daripengembangan antibiotik baru (Buntaran,
2007; Finch dan Hunter, 2006). Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya
pengembangan antibiotik baru (Spellberg et al, 2004; Yoneyama dan Katsumata, 2006). Dalam
pengembangan obat baru diperlukan alokasi biaya yang cukup besar. Adanya permasalahan
tersebut memberikan dorongan untuk memodifikasi obat Antibiotik yang lebih efektif dan
mengurangi efek resistensi antibiotic.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai baerikut :
1. Bagaimana mekanisme reaksi senyawa N-3-Klorobenzoilamoksisilin mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap Pseudonomonas aeruginosa ?
2. Metode apa yang digunakan untuk uji Aktivitas antibakteri senyawa N-3-
Klorobenzoilamoksisilin terhadap Pseudomonas Aeruginosa ?
3. Apakah ada perbedaan aktivitas yang bermakna antara amoksisilin dan N-3-
Klorobenzoilamoksisilin ?

1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mekanisme yang terjadi paada senyawa N-3-
Klorobenzoilamoksisilin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Pseudonomonas
aeruginosa
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk uji aktivitas bakteri dari senyawa N-
3-Klorobenzoilamoksisilin
3. Untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas antara amoksisilin dan N-3-
Klorobenzoilamoksisilin.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Aktivitas Senyawa N-3-Klorobenzoilamoksisilin

Pada umumnya, aktivitas senyawa hasil modifikasi yaitu senyawa N-3klorobenzoilamoksisilin


lebih besar dibanding senyawa amoksisilin. Terjadinya substitusi gugus benzoil pada gugus amina
primer rantai samping amoksisilin menyebabkan senyawa menjadi lebih asam dibanding
amoksisilin. Peningkatan keasaman ini menjadikan kemampuan ionisasi gugus NH2 semakin kecil
sehingga senyawa lebih stabil dalam bentuk molekul, sehingga absorbsi akan meningkat dan
masuknya senyawa ke dalam sel bakteri akan lebih baik.

2.2 Metode uji aktivitas bakteri dari senyawa N-3-Klorobenzoilamoksisilin

Kedua seyawa tersebut diuji aktivitas antibakterinya terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC
27853 dengan cara dilusi. Metode dilusi mempunyai reliabilitas yang baik untuk menentukan nilai
Kadar Hambat Minimal. Bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu bakteri Gram
negatif yang sulit dibasmi, yang sering dijumpai di lingkungan sekitar kita (Bhattacharjee et al,
2008).

Kerja obat b-laktam merupakan penghambat sintesis dinding sel bakteri, sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri (Brooks et al, 2004). Langkah pertama adalah pengikatan obat pada reseptor
sel (Penicillin-binding proteins, PBPs). Terdapat 3-6 PBP, beberapa diantaranya adalah enzim
transpeptidase. Setelah pelekatan obat b-laktam pada satu atau lebih reseptor, reaksi transpeptidase
dihambat dan sintesis peptidoglikan tertahan. Langkah berikutnya melibatkan pembuangan atau
penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel. Hal ini akan mengaktifkan
enzim lisis sehingga pertumbuhan bakteri terhambat (Brooks et al, 2004).

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah nutrient broth. Media ini merupakan media
pertumbuhan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Ke dalam media nutrient broth, dimasukkan
0,50 ml larutan senyawa yang sudah disiapkan, dan suspensi bakteri uji sebanyak 0,02 ml untuk
tiap tabung. Disiapkan 9 tabung, yaitu tabung 1 berisi senyawa uji + bakteri, sebagai kontrol untuk
mengetahui bahwa senyawa uji bisa menghambat pertumbuhan bakteri (ditandai dengan larutan
yang jernih). Tabung 2-7 berisi media nutrient broth + seri kadar senyawa uji + bakteri. Tabung 8
berisi media nutrient broth + senyawa uji, sebagai kontrol tidak ada pertumbuhan bakteri pada
tabung ini (warna jernih), yang berarti tidak terjadi kontaminasi pada saat penelitian. Sedangkan
tabung 9 berisi media nutrient broth + bakteri, sebagai kontrol untuk mengetahui bahwa bakteri
dapat tumbuh pada media nutrient broth (ditandai dengan warna keruh). Uji aktivitas antibakteri
terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 menunjukkan nilai KHM senyawa amoksisilin
adalah 600 mg/ml; sedangkan KHM senyawa N-3klorobenzoilamoksisilin adalah 300 mg/ml.

2.3 Perbedaan Aktivitas antara Amoksisilin dan N-3-Klorobenzoilamoksisilin.

Uji aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 menunjukkan nilai KHM
senyawa amoksisilin adalah 600 mg/ml; sedangkan KHM senyawa N-3 klorobenzoilamoksisilin
adalah 300 mg/ml. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara senyawa amoksisilin dengan senyawa N-3-
klorobenzoilamoksisilin. (Patrick, 2005).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mekanisme senyawa N-3-Klorobenzoilamoksisilin memiliki aktivitas antibakteri adalah


adanya substitusi karbonil pada gugus amina primer rantai samping amoksisilin yang menyebabkan
senyawa lebih asam. . Meningkatnya keasaman menjadikan senyawa lebih stabil dalam bentuk
molekul, hal ini akan meningkatkan absorbansi dan masuknya senyawa ke dalam sel bakteri akan
lebih baik

Metode yang dilakukan untuk uji aktivitas seyawa N-3-Klorobenzoilamoksisilin adalah metode
dilusi. Perbedaan aktivitas antara N-3-Klorobenzoilamoksisilin dengan amoksisilin adalah pada
KHM nya. Dimana KHM senyawa N-3klorobenzoilamoksisilin adalah 300 mg/ml. KHM
sedangkan senyawa amoksisilin adalah 600 mg/ml

3.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai modifikasi struktur Amoksisilin (N-3-
Chlorobenzoylamoxicillin) terhadap aktivitas bakteri Pseudomonas aeuroginosa dan bakteri-
bakteri lainnya. Sehingga (N-3-Chlorobenzoylamoxicillin) bisa digunakan sebagai alternatif
antibiotik yang aman dan memiliki aktivitas antibakteri yang maksimum.
DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharjee A, et. al., 2008, Prevalence of Inducible AmpC b-lactamaseProducing Pseudomonas


aeruginosa in a Tertiary Care Hospital in Northern India, Indian J. Med. Microbiol., Vol. 26, No.
1, p. 89-90.

Brooks GF, et. al., 2004, Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology, 23rd Ed

Buntaran L, 2007, Infeksi Nosokomial : Menggantung Harapan pada Antibiotik Anyar, The 8th
Jakarta Antimicrobial Update 2007 (JADE), Farmacia, Vol VI, No. 11, Juni 2007, p. 46-47.

Dzen SM, et. al., 2003, Bakteriologi Medik, Bayumedia Publishing, Malang.

Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy: Physical Chemical
Principles in the Pharmaceutical Sciences, Fourth Edition, Lea & Febiger, Philadelphia, 331-336,
463.

Patrick GL, 2005, An Introduction to Medicinal Chemistry, Third Ed, Oxford University Press,
New York, p. 271-285, 388-390, 401

Sarah, M. 2002. Parameter Metabolik Dalam Pembuatan Penisilin. Medan: USU digital library.
Hal 1-2.

Spellberg B, et. al., 2004, Trends in Antimicrobial Drug Development : Implications for The
Future, Clin. Infect. Dis., 38 (9).

Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 28-29, 157, Airlangga University Press,
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai