Disusun oleh :
Mukarramah
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.2 Indikasi........................................................................................................................2
2.3 Farmakodinamik..........................................................................................................2
2.4 Farmakokinetik............................................................................................................2
2.6 Dosis............................................................................................................................2
2.8 Kontraindikasi.............................................................................................................2
2.9 Toksisitas.....................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................2
BAB 1
PENDAHULUAN
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari
saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru dari aspirasi yaitu masuknya benda
asing dari saluran cerna atau saluran napas bagian atas. Saluran napas yang dimaksud dimulai
dari tenggorokan, trakea, bronkus, bronkioli sampai ke jaringan paru [ CITATION Guy08 \l
1033 ]. Batuk sendiri bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari
penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan batuk sangat
banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi, bahkan keganasan [ CITATION Kum07 \l 1033
]. Gejala batuk ini merupakan salah satu keluhan yang sangat sering membuat pasien datang
Obat batuk terdapat banyak jenisnya, yaitu antitusif sebagai obat yang menekan reflex
batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan
mukolitik untuk mengencerkan dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita batuk yang
tidak berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik akan diberikan kepada penderita batuk
yang berdahak.
Ambroxol adalah salah satu dari obat-obatan mukolitik yang sering digunakan untuk
Selain khasiatnya yang bersifat mukolitik di saluran pernapasan, ambroxol sedang diteliti
produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernapasan [ CITATION Gun08 \l
1033 ].
BAB 2
PEMBAHASAN
bromhexine. Dia berbeda dari bromhexine karena tidak mempunyai gugus metal dan adanya
gugus hidroksil pada posisi para-trans dari cincin sikloheksil. Zat aktif ambroxol bertindak
langsung sebagai bronko-sekretolitik atau agen mukolitik dengan ekspektoran yang kuat.
mucolear
Sifat Fisikokimia : Berbentuk serbuk kristal yang berwarna putih atau kekuningan, dan
tidak mudah larut di air, dapat larut di methanol, tidak dapat larut di
atau kronis yang berhubungan dengan peningkatan produksi lendir, seperti bronkitis kronis,
bronkopulmonalis, proteinosis alveolar dan komplikasi paru pasca operasi major. Baru-baru
ini, sebuah bentuk topikal dari ambroxol (ambroxol lozenges) telah disetujui untuk
pengobatan sakit tenggorokan dan faringitis akut terkait dengan infeksi orofaringeal.
Mekanisme kerja obat ambroxol adalah dengan menstimulasi sel serous dari tonsil
didalamnya dan merubah kekentalan komponen serous dan mukous dari sputum menjadi
lebih encer dengan menurunkan viskositasnya. Hal ini menginduksi aktivasi sistem surfaktan
dengan bertindak langsung pada pneumocyte tipe II dari alveolus dan sel clara di bagian
saluran udara kecil serta menstimulasi motilitas siliari. Dari hasil aksi tersebut meningkatkan
aliran mukous dan transport oleh mucous siliari clearance. Peningkatan sekresi cairan dan
mukous siliari clearance inilah yang menyebabkan pengeluaran dahak dan memudahkannya
keluar bersamaan batuk. Efek ini telah dibuktikan dalam kultur sel dan in vivo pada berbagai
spesies.
Berdasarkan penelitian secara in vitro dan in vivo, efek farmakologi dari ambroxol
yang lainnya adalah netralisasi oksidatif dan nitrosative stress, penekanan replikasi virus
Distribusi :Dalam dosis terapi, sekitar 90% dari ambroxol yang berikatan dengan protein
plasma di dalam darah. Distribusi setelah per oral, IM dan IV dari darah ke
3 jam.
Metabolisme :Sekitar 30% setelah pemberian oral dieliminasi melalui first pass effect.
sisanya (sekitar 10% dari dosis) dimetabolisme menjadi metabolit kecil yakni
asam dibromanthranilik.
Anak umur 2-5 tahun : 3x sehari (setiap 8 jam) (setara dengan 22.5 mg ambroxol HCl
per hari).
Anak umur 6-12 tahun : 2-3x sehari (setiap 12 atau 8 jam) (setara dengan 30-45 mg
Dewasa maupun anak >12 tahun : 3x sehari selama 2-3 hari, kemudian 2x sehari.
et al., 2006)
Dosis sedian tablet / cairan untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun :
Dewasa: 30-120 mg/hari dibagi dalam tiga dosis. . Efek teraupetik dapat ditingkatkan
dengan pemberian dosis 60 mg 2 kali sehari. Regimen 60 mg 2 kali sehari juga sangat
cocok untuk terapi gangguan saluran pernapasan akut dan terapi inisial untuk kondisi
kronis yang lebih dari 14 hari. Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari,
Dosis tersebut atas dosis untuk terapi inisial, bisa dikurangi setengahnya setelah 14
hari.Pada indikasi gangguan saluran pernapasan akut, terapi bisa dikaji ulang jika
pemberian pengobatan
secara serentak dengan agen atitusif, misalnya kodein harus dihindari, karena mereka dapat
Tidak boleh diberikan kepada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap ambroxol
berulang, genotoxicity dan potensi karsinogenik tidak menunjukkan resiko tertentu bagi
manusia.
Hidroklorida Ambroxol memiliki indeks rendah untuk toksisitas akut . Dalam studi
(anjing , 52 minggu) tidak ada organ sasaran toksikologi terdeteksi. Empat minggu penelitian
dan pada anjing (45 , 90 dan 120 mg / kg / hari (infus 3 jam / hari)) tidak menunjukkan
toksisitas yang parah pada lokal dan sistemik termasuk histopatologi . Semua efek samping
adalah reversibel.
Hidroklorida Ambroxol bukanlah embriotoksik atau teratogenik ketika diuji pada dosis oral
hingga 3000 mg / kg / hari pada tikus dan sampai 200 mg / kg / hari pada kelinci. Kesuburan
tikus jantan dan betina tidak terpengaruh sampai 500 mg / kg / hari. Pada 500 mg / kg / hari ,
Toksisitas Teratogenik
Ambroxol HCl dapat melintasi sawar plasenta. Penelitian pada hewan tidak
menunjukkan efek berbahaya langsung ataupun tidak langsung berkaitan dengan kehamilan,
Berdasarkan pengalaman klinis secara luas, ambroxol HCl yang diberikan setelah minggu ke-
28 kehamilan telah menunjukkan bahwa tidak ada bukti efek berbahaya pada janin. Meskipun
Ambroxol HCl juga dapat dieksresikan melalui ASI. Walaupun efek yang kurang baik
yang tidak diharapkan belum terbuktikan, obat ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada ibu
menyusui.
Toksisitas Mutagenik
Studi Genotoksisitas dalam tabung (Ames dan uji penyimpangan kromosom) dan in
vivo (tes mikronukleus tikus) tidak ditemukan adanya potensi mutagenik hidroklorida
carcinogenicity pada mencit (50 , 200 dan 800 mg / kg / hari) dan tikus (65 , 250 dan 1000
mg / kg / hari) ketika diobati dengan campuran makanan untuk 105 dan 116 minggu, masing-
masing
Adverse Reaction
nekrolisis epidermal.
Tidak diketahui Reaksi anafilaktik termasuk
syok anafilaktik,
hipersensifitas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Beeh, K. M., Beier, J., Esperester, A., & Paul, L. D. (2008). ANTIINFLAMMATORY
1365.
Gunawan, S. G., Setiabudy, R., & Nafrialdi. (2008). Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Haque, R. A., & Chung, K. F. (2005). Cough: Meeting The Needs of A Growing Field.
Cough Journal .
Hesham, F. E., Muhammed, I. E., Sunia, M. E., & Muna, A. E. (2006). Evaluation of the
Irish Medicines Board. (2013, May 27). Summary of Products Characteristics. Retrieved
http://www.imb.ie/images/uploaded/swedocuments/LicenseSPC_PA0749-158-
001_27052013142611.pdf
Kimbria, G. (2009). Stability study of ambroxol hydrochlorid sustained release pellets coated
Kumar, V., Cotran, R. S., & Robin, S. L. (2007). Buku ajar patologi. Jakarta: Rhineka Cipta.
MIMS. (2011). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Komputer.
Olainfarm. (2011, Juny 13). Olainfarm. Retrieved Oktober 9, 2013, from Olainfarm:
http://olainfarm.lv/wp-content/uploads/2013/02/AMBROKSOL_Summary-of-
Product-Characteristics.pdf
Poornima, N. B., Anup, K. R., Ramya, B. R., Ambujakshi, B. R., Subhasish, M., & Haque, R.
Ramana, G., Kartik, R. D., & Sravanthi, O. (2012). Design and Evaluation of Natural Gum
Stetinova, V., Herout, V., & Kvetina, J. (2004). In vitro and in vivo antioxidant activity of