OLEH :
NIM : 170101046
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................................2
2.2 Indikasi.................................................................................................................................................3
2.3 Farmakodinamik..................................................................................................................................3
2.4 Farmakokinetik....................................................................................................................................3
2.6 Dosis.....................................................................................................................................................4
2.8 Kontraindikasi......................................................................................................................................5
2.9 Toksisitas..............................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................8
BAB 1
PENDAHULUAN
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran napas.
Batuk juga membantu melindungi paru dari aspirasi yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna atau
saluran napas bagian atas. Saluran napas yang dimaksud dimulai dari tenggorokan, trakea, bronkus,
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit yang menyerang saluran
pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan batuk sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi,
inflamasi, bahkan keganasan (Kumar, Cotran, & Robin, 2007). Gejala batuk ini merupakan salah satu
keluhan yang sangat sering membuat pasien datang ke praktik dokter (Haque & Chung, 2005)
Obat batuk terdapat banyak jenisnya, yaitu antitusif sebagai obat yang menekan reflex
batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan mukolitik untuk
mengencerkan dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita batuk yang tidak berdahak, sedangkan
ekspektoran dan mukolitik akan diberikan kepada penderita batuk yang berdahak.
Ambroxol adalah salah satu dari obat-obatan mukolitik yang sering digunakan untuk
mengencerkan sekret saluran napas dengan cara menurunkan viskositas mukopolisakarida. Selain
khasiatnya yang bersifat mukolitik di saluran pernapasan, ambroxol sedang diteliti tentang kemungkinan
produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernapasan (Gunawan, Setiabudy, & Nafrialdi,
2008).
BAB 2
PEMBAHASAN
Ambroxol adalah derivat dari benzylamide dan merupakan metabolit dari bromhexine. Dia berbeda
dari bromhexine karena tidak mempunyai gugus metal dan adanya gugus hidroksil
pada posisi para-trans dari cincin sikloheksil. Zat aktif ambroxol bertindak langsung sebagai
bronko-sekretolitik atau agen mukolitik dengan ekspektoran yang kuat. Oleh karena itu ambroxol dikenal
Nama Lain : Hustless, ambroxol lozenge, ambroxol hcl, altretamine, mucoangin, mucolear
Sifat Fisikokimia : Berbentuk serbuk kristal yang berwarna putih atau kekuningan, dan tidak mudah larut
di air, dapat larut di methanol, tidak dapat larut di methylene chloride. Berat Molekul
Ambroxol umumnya digunakan sebagai pengobatan infeksi saluran pernapasan akut atau kronis
bronkitis asmatikus, bronkiektasis, dan asma bronkial. Selanjutnya, ambroxol telah digunakan untuk
proteinosis alveolar dan komplikasi paru pasca operasi major. Baru-baru ini, sebuah bentuk topikal dari
ambroxol (ambroxol lozenges) telah disetujui untuk pengobatan sakit tenggorokan dan faringitis akut
Mekanisme kerja obat ambroxol adalah dengan menstimulasi sel serous dari tonsil pada mukous
membran saluran bronchus, sehingga meningkatkan sekresi mukous didalamnya dan merubah kekentalan
komponen serous dan mukous dari sputum menjadi lebih encer dengan menurunkan viskositasnya. Hal ini
menginduksi aktivasi sistem surfaktan dengan bertindak langsung pada pneumocyte tipe II dari alveolus
dan sel clara di bagian saluran udara kecil serta menstimulasi motilitas siliari. Dari hasil aksi tersebut
meningkatkan aliran mukous dan transport oleh mucous siliari clearance. Peningkatan sekresi cairan dan
mukous siliari clearance inilah yang menyebabkan pengeluaran dahak dan memudahkannya keluar
bersamaan batuk. Efek ini telah dibuktikan dalam kultur sel dan in vivo pada berbagai spesies.
Berdasarkan penelitian secara in vitro dan in vivo, efek farmakologi dari ambroxol yang lainnya adalah
pengurangan sitokin proinflamasi, kemotaksis, dan peroksidasi lipid jaringan, serta efek anestesi lokal.
Absorpsi :Diabsorpsi dengan baik dan cepat setelah pemberian oral (70-80%). Puncak
http://olainfarm.lv/wp-content/uploads/2013/02/AMBROKSOL_Summary-of- Product-
Characteristics.pdf
Poornima, N. B., Anup, K. R., Ramya, B. R., Ambujakshi, B. R., Subhasish, M., & Haque, R. (2013).
Ramana, G., Kartik, R. D., & Sravanthi, O. (2012). Design and Evaluation of Natural Gum Based Oral
Stetinova, V., Herout, V., & Kvetina, J. (2004). In vitro and in vivo antioxidant activity of
ambroxol. springer , 152-158.