BRONKODILATOR
KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
AGUS SUTRISNO
AMAT TAUFIK RIADI
APRILIA NARANDA
DEDI TURMUDZI
L. HANDIKA YUDA PRAWIRA
MARIYANI
MULIANAH
8. NUR ASRIATI
9. PAIZAH
10. SAEPUDIN
11. SAHWI
12. SURYANI
13. TIKA RABAWATI
14. ZAKIHIL ABDANI HILMAN
15.
16.
17.
24.
25.
26. Latar Belakang
27.
Udara memasuki paru-paru melalui saluran udara utama (bronchus) lalu masuk ke
saluran udara yang lebih kecil (bronchiolus), lalu ke alveoli. Kesulitan bernafas meliputi nafas
pendek, batuk dan wheezing, yang secara normal sebagai hasil penyempitan lumen bronchiolus
sehingga ruang untuk dilewati udara semakin sempit.
28.
adalah bronkodilator yang terbagi atas golongan beta 2 agonis, derivat xantine dan
antikolinergik. Derivatxantine merupakan bronkodilator yang paling sering digunakan,
sedangkan beta 2 agonis lebih sensitif pada anak-anak, disamping itu efek simpatomimetiknya
pada jantung lebih besar
29.
saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruksi. Penyakit dengan kelainan tersebut
antara lain asma bronkial, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), dan sindroma obstruksi pasca
TB (SOPT).Gangguan obstruksi yang terjadi menimbulkan dampak buruk pada penderita karena
menimbulkan gangguan oksigenasi dengan segala dampaknya
30.
Terdapat beberapa golongan bronkodilator dan cara pemberian yang berbeda. Pemilihan
bronkodilator yang tepat dan cara pemberian yang akurat perlu dilakukan agar diperoleh efek
pengobatan yang optimal dengan efek samping yang minimal
31.
32.
33.
34.
35. BAB II
36.
TINJAUAN PUSTAKA
37.
A. Definisi
38. Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi
saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruktif. Ada 3 golongan
bronkodilator utama yaitu golongan simpatomimetik, golongan antikolinergik dan
golongan xanthin. Ketiga golongan ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam
mengatasi obstruksi saluran nafas
39. Beberapa mekanisme yang diduga menyebabkan terjadinya bronkodilator adalah :
40.
-
sedangkan yang berukuran 20-40 dapat sampai di bronkus dan apabila lebih dari
60 maka hanya dapat sampai di trakea
B. Golongan obat bronkodilator
1. Agonis -adrenergik
2. Antikolinergik
3. Metilsantin
45.
1. AGONIS -ADRENERGIK
46.
saraf adrenergic, atau mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin (yang disebut juga
noradrenalin dan adrenalin). Golongan obat ini disebut juga obat simpatik atau simpatomimetik
yaitu zat zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan
simpaticus (SS) dan melepaskan noradrenalin (NA) di ujung ujung sarafnya.
47.
Epinefrin telah digunakan untuk pengobatan asma sejak awal abad ke-20, berefek
reseptor adrenergik. Telah digunakan sejak tahun 1940-an untuk pengobatan asma. Namun,
isoproterenol merupakan agonis nonselektif sehingga obat ini menstimulasi baik reseptor 1
maupun 2. Pada tahun 1960-an kemudian diperkenalkan agonis 2 yang seklektif seperti
albuterol atau salbutamol dan terbutalin.
a. Cara kerja agonis adrenergik
49.
50.
d. 1). TERBUTALINE
e.
f. Terbutalin Sulfat mengandung 98,0%-101,0% (C12H19 NO3)2H2SO4 , dihitung dari
zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk putih atau putih abu-abu.
a. Farmakodinamik
g.
Terbutaline
merangsang
reseptor
beta-adrenergic.
Tidak
seperti
isoproterenol, terbutalin lebih selektif untuk reseptor beta-2 dari beta-1 reseptor. Karena
paru-paru mengandung sejumlah besar beta-2 reseptor (terletak di otot polos
bronchiolar), terbutaline menyebabkan bronkodilatasi. Stimulasi reseptor beta-2
menyebabkan relaksasi otot polos bronkus , yang , pada gilirannya, meningkatkan aliran
udara bronkus. Terbutaline mungkin merangsang aktivasi enzim adenyl cyclase,
meningkatkan produksi adenosin monofosfat siklik . Peningkatan cAMP menghasilkan
vasodilatasi dan relaksasi otot pada otot pembuluh darah dan halus. Peningkatan cAMP
dapat menurunkan kalsium intraseluler dengan meningkatkan penghabisan kalsium dari
sel-sel otot polos pembuluh darah dan mencegah masuknya kalsium transmembran.
AMP siklik dapat menonaktifkan myosin kinase, mengurangi fosforilasi myosin ,
sehingga relaksasi otot polos. Obat-obat agonis 2-selektif merupakan simpatomimetik
yang paling banyak digunakan untuk pengobatan asma pada saat ini. Efektif per-inhalasi
atau per oral serta memiliki masa kerja yang panjang. Terbutalin inhaler dapat
menyebabkan bronkodilatasi maksimal tercapai dalam 30 menit dan bertahan selama 3-4
jam.
b. Farmakokinetik
h.
Konsentrasi kecil didistribusikan ke dalam ASI dan melewati plasenta, tetapi penelitian
tidak menunjukkan adanya efek teratogenik pada manusia. Terbutaline sistemik
mengalami metabolisme parsial dalam hati dan diekskresikan dalam urin, sekitar 60 %
sebagai obat tidak berubah dan sisanya sebagai metabolit, dengan sejumlah kecil
diekskresikan melalui empedu dalam tinja. Persentase ini berbeda bergantung pada jalur
pemberian obat Kemungkinan beberapa metabolisme GI ditunjukkan dengan persentase
yang lebih kecil obat diekskresikan tidak berubah setelah pemberian oral. Half -life obat
dilaporkan sekitar 3-4 jam.
i.
Oral : Setelah pemberian oral , sekitar 30-70 % diserap dari saluran
pencernaan . Makanan mengurangi bioavailabilitas dengan sekitar sepertiga .
Peningkatan fungsi paru terjadi pada 1-2 jam setelah pemberian oral . Bronkodilatasi
berlangsung 3-8 jam , tergantung pada rute pemberian. Kemungkinan beberapa
metabolisme GI atau pertama -pass ditunjukkan dengan persentase yang lebih kecil obat
diekskresikan tidak berubah setelah pemberian oral.
j.
Injeksi : Peningkatan fungsi paru terjadi pada 30-60 menit setelah injeksi
subkutan . Bronkodilatasi berlangsung 3- 8 jam , tergantung pada rute pemberian .
k.
Inhaler : Peningkatan fungsi paru terjadi dalam beberapa menit setelah
pemberian 5-30 aerosol. Bronkodilatasi berlangsung 3-8 jam , tergantung pada rute
pemberian . Dengan penggunaan sehari-hari terus menerus aerosol, ada pengurangan
durasi efektivitas.
c. Indikasi
l. Secara klinis, penggunaan utamanya adalah dalam pengobatan bronkospasme atau
asma. Selain itu digunakan sebagai pengobatan penyakit paru obstruktif kronik
( PPOK ) dan persalinan premature.
d. Kontraindikasi
-
jantung aritmia
Penyakit jantung
Penyakit arteri koroner
diabetes mellitus
geriatri
Hipertensi
e. Dosis
Oral
Terapi MAOI
kejang
takikardia
penyakit tiroid
torsade de pointes
Dewasa; awal 2,5 mg 3 kali sehari selama 1-2 minggu, kemudian jika perlu ditingkatkan
hari.
Subkutan, intramuskular, intravena : dewasa 250-500 mcg sampai 4 kali sehari. Anak 2-15
th : 10 mcg/kgBB sampai maksimum 300 mcg.
Infus intravena : larutan yang mengandung 3-5 mcg/mL, dengan laju 0.5-1 mL/menit (1.5-5
mcg/menit) selama 8-10 jam. Dosis anak dikurangi.
Inhaler : dewasa dan anak : 250-500 mcg (1-2 semprot) 3-4 kali sehari1, maksimum 8 kali
semprot sehari.
f. Efek samping
-
g. Nama Dagang
-
asthmaprotect,
ataline,
butylin,
dhatalin,
isoprenalin, merupakan amin simpatomimetik yang kerjanya paling kuat pada semua
reseptor , dan hampir tidak bekerja pada reseptor .
a. Farmakodinamika
-
Isoproterenol
tersedia
dalam
bentuk
campuran
resemik.
Infus
isoproterenol pada manusia menurunkan resistensi perifer, terutama pada otot rangka,
tetapi juga pada ginjal dan mesenterium, sehingga tekanan diastolic menurun. Curah
jantung meningkat karena efek inotropik dan kronotropik positif langsung dari obat. Pada
dosis isoproterenol yang biasa diberikan pada manusia, peningkatan curah jantung
umumnya cukup besar untuk mempertahankan atau meningkatkan tekanan sistolik, tetapi
tekanan rata rata menurun. Efek isoproterenol terhadap jantung menimbulkan palpitasi,
takikardia, sinus dan aritmia yang lebih serius.
Isoproterenol melalui aktivasi reseptor 2, menimbulkan relaksasi hampir
semua jenis otot polos. Efek ini jelas terlihat bila tonus otot tinggi, dan paling jelas pada
otot polos bronkus dan saluran cerna. Isoproterenol mencegah atau mengurangi
bronkokonstriksi. Pada asma, selain menimbulkan bronkodilatasi, isoprotorenol juga
menghambat penglepasan histamine dan mediator mediator inflamasi lainnya.akibat
reaksi antigen-antibodi, efek ini juga dimiliki oleh 2-agonis yang selektif. Efek
hiperglikemik isoproterenol lebih lemah dibandingkan dengan epinefrin, antara lain
karena obat ini menyebabkan sekresi insulin melalui aktivasi reseptor 2 pada sel sel
beta pancreas tanpa diimbangi dengan efek terhadap reseptor yang menghambat sekresi
insulin. Isoproterenol lebih kuat dari epinefrin dalam menimbulkan efek penglepasan
asam lemak bebas dan efek kalorigenik.
b. Farmakokinetik
-
sel mast.
Rute Eliminasi : Ekskresi setelah pemberian inhalasi
terutama ginjal dan metabolit utama adalah konjugat sulfat
dari isoproterenol
c. Indikasi
-
d. Kontraindikasi
-
e. Dosis
dosis
berikutnya
antara
0,1-1
mcg/kgBB/menit.
f. Efek samping
-
g. Nama dagang :
-
3). SALBUTAMOL
Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang
efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Salbutamol juga
merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika
obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran
pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exerciseinduced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum
sifat fisikokimia dari salbutamol adalah serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau
hampir putih. Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya.
Salbutamol termasuk dalam golongan Antiasma dan obat untuk penyakit paru obstruktif
kronik.
b. Farmakokinetik
-
Obat salbutamol diabsorpsi dari saluran pencernaan. Pemberian dosis biasa menghasilkan
konsentrasi puncak plasma 3-5 g/ml dalam 1-2 jam. Kemudian bedifusi segera ke dalam
seluruh cairan tubuh dan jaringan. Konsentrasi di susunan saraf pusat dan cairan
serebrospinal lebih kurang 1/5 dari kadar plasma. Kadar obat di intraseluler dan
ekstraseluler sama
c. Indikasi
Asma bronchial
Bronchitis cronis
Empisema
Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh.
d. Kontraindikasi
-
Injeksi
Dewasa : injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5
mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20
mcg/menit, atau lebih bila perlu.
Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).
Inhalasi
Dewasa : 100 - 200 mcg (1 - 2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan
Efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain:
mulut kering
nyeri dada
iritasi tenggorokan
mual
batuk
muntah
gatal
diare
tachicardia
anorexia
g. Nama Dagang
h. Saat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang,
antara lain:
Asmacare
Venesma ( Hexpharm)
Bronchosal
Buventol Easyhaler
Glisend (konimex)
Salbron ( Dankos)
Ventolin
Lasal ( Lapi )
Volmax
Librentin ( Westmont )
Fartolin ( Fahrenheit )
4). SALMETEROL
untuk pengobatan asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Ini tersedia sebagai inhaler
bubuk kering yang melepaskan bentuk bubuk obat.
pernafasan seperti batuk, mengi, sesak nafas dan sulit bernafas dengan meningkatkan aliran
udara melalui saluran tersebut. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter. Salmeterol tersedia
dalam bentuk powder, disk dan aerosol powder.
a. Farmakodinamik
Pasien COPD simtomatik tanpa batasan sampai 10% reversibilitas untuk short acting 2 -
agonist di terkontrol plasebo uji klinis > 6 bulan telah menunjukkan bahwa penggunaan rutin
kedua Seretide 50/250 dan 50/500 mcg cepat dan secara signifikan meningkatkan fungsi paruparu dan secara signifikan mengurangi sesak nafas dan penggunaan obat pereda. Ada juga
perbaikan yang signifikan dalam status kesehatan.
Pasien PPOK gejala yang menunjukkan < 10% reversibilitas untuk short acting 2 -
agonist dalam uji klinis terkontrol plasebo selama 6 dan 12 bulan, telah menunjukkan bahwa
penggunaan rutin Seretide meningkatkan fungsi paru-paru, sesak napas dan mengurangi
penggunaan obat pereda. Selama periode 12 bulan, risiko eksaserbasi COPD berkurang 1,420,99 per tahun dibandingkan dengan plasebo dan risiko eksaserbasi yang membutuhkan
kortikosteroid oral secara signifikan berkurang 0,81-0,47 per tahun dibandingkan dengan
plasebo. Ada juga perbaikan yang signifikan dalam status kesehatan.
b. Farmakokinetik
Distribusi : Sekitar 96% terikat pada protein plasma. (Protein mengikat adalah 96 % ;
bagian ksinafoat lebih besar dari 99 %)
Eliminasi : Dieliminasi dalam feses (60 %) dan urin (25 %) ; waktu paruhnya adalah 5,5
hari . Bagian ksinafoat paruhnya adalah 11 hari.
c. Indikasi
Obstruksi saluran nafas reversibel (termasuk asma noktural dan asma karena latihan fisik)
pada pasien yang memerlukan terapi bronkodilator jangka lama yang seharusnya juga
menjalani pengobatan antiinflamasi inhalasi (kortikosteroid) atau kortikosteroid oral
(catatan : salmeterol tidak bisa untuk mengatasi serangan akut dengan cepat, dan
pengobatan pengobatan kortikosteroid yang sedang berjalan tidak boleh dikurangi
dosisnya atau dihentikan)
d. Kontraindikasi
e. Dosis
Dewasa, remaja dan anak-anak usia 4 tahun ke atas: satu hirupan (50 microgram) dua kali
sehari (pagi dan malam). Tiap dosis harus dilakukan dengan jarak 12 jam.
Pengobatan COPD
Dewasa: satu hirupan (50 microgram) dua kali sehari (pagi dan malam). Tiap dosis harus
dilakukan dengan jarak 12 jam.
Dewasa, remaja dan anak-anak 4 tahun ke atas: satu hirupan (50 microgram) 30 menit
sebelum berolahraga
f. Efek Samping
Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtikaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuscular.
g. Nama dagang
5). FORMOTEROL
Formoterol adalah agonis beta-2 selektif yang bekerja jangka panjang, bila dihirup,
formoterol bekerja lokal pada paru sebagai bronkodilator.
a. Farmakodinamik
Pada studi in vitro, formoterol memiliki aktivitas agonis pada reseptor beta-2 200 kali
dibandingkan pada beta-1. Meskipun beta-2 dominan terdapatdi otot polos bronkial dan
beta-1 dominan di jantung, ternyata ada pula reseptor beta-2 yang terdapat di jantung,
berkisar 10-50% dari total reseptor adrenergik. Efek farmakologi dari formoterol
diperkirakan karena stimulasi pada adenyl siklase intrasel, suatu enzim yang
mengkatalisis konversi ATP menjadi cyclic AMP. Peningkatan siklik AMP menyebabkan
relaksasi otot polos bronkial dan mencegah pelepasan mediator pro inflamasi misalnya
histamin dan leukotrien. Formoterol dieksresi di ginjal berkisar 15-18% dari total
dosisnya sebagai formoterol yang tidak diubah maupun sebagai konjugat langsung
formoterol.
b. Farmakokinetik
Formoterol diabsorpsi secara cepat ke dalam plasma dengan rute oral inhalasi. Sebagian
besar formoterol yang di inhalasi tertelan dan diabsorpsi ke traktus digestif.
c. Indikasi
d. Kontra indikasi
Inhalasi Serbuk
Dewasa : > 18th 12 mcg 2 x sehari, dapat dinaikkan menjadi 24 mcg 2 x sehari pada
obstruksi jalan nfas yang lebih berat. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18th.
f. Efek samping
Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuskular, iritasi orofaring, iritasi konjungtiva atau udem
pelupuk mata, mual, insomnia, ruam kulit, dan gangguan pengecapan.
g. Nama dagang
2. ANTIKOLINERGIK
Pada binatang dan manusia normal sebagian kecil tonus bronkomotor pada saat
istirahat berhubungan dengan impuls tonus vagal yang melepaskan asetilkolin pada otot
polos saluran nafas. Bronkokonstriksi melalui mekanisme ini dapat diblok dengan obatobat antikolinergik. Tidak seperti agonis , antikolinergik sedikit mempunyai efek
terhadap sel mast.
Atropin, prototipe antikolinergik. Atropin diserap tubuh melewati mukosa. Namun obat
sintetiknya banyak dipakai pada pengobatan penderita penyakit paru obstruktif menahun
yaitu ipratropium bromida dengan nama dagang atroven dan robinul. Merupakan obat
yang mempunyai kemampuan bronkodilatasi dua kali lipatdengan waktu kerja yang jauh
lebih lama dibandingkan dengan atropin sendiri
pernapasan. Diantaranya ipatropine yang bersifat lambat diabsorbsi, tidak melewati sawar darah
otak dan memiliki sedikit efek samping
sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergic terhambat,
sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi. Antikolimengika memblok reseptor muskarin dari
saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivita ssaraf adrenergis menjadi dominan
dengan efek bronchodilatasi
b. Contoh Obat Golongan Antikolinergi adalah :
dapat menetap hingga 8 jam. Obat ini biasanya diberikan 4 kali sehari dengan MDI, atau
dapat juga secara intermiten untuk mengontrol gejala.
a. Jenis : Antagonis reseptor muskarinik.
b. Farmakodinamik
c. Farmakokinetik
Absorpsi : setelah oral inhalasi, hanya sedikit yang diabsorpsi dari permukaan paru atau
saluran cerna.
Distribusi : 0-9% terikat dengan albumin plasma dan a1-acidglycoprotein secara in vitro.
Metabolisme : sebagian dimetabolisme melalui hidrolisis ester
d. Indikasi
e. Kontraindikasi
f. Dosis
Inhaler
- Dewasa : 20 - 40 mcg, 3 - 4 kali sehari.
- Anak s/d 6 th : 20 mcg 3 kali sehari;
- 6 -12 th : 20 - 40 mcg 3 kalisehari
Inhalation solution:
- Dewasa : 250 - 500 mcg, 3 - 4 kali sehari.
- Anak s/d 6 th : 125-250 mcg, dapat diulang tiap 4 - 6 jam, dosismaksimum sehari 1 mg;
- 6 - 12 th : 250 mcg
g. Efek samping
h. Nama dagang
di mana obat ini terikat secara kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya
di reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di sentral maupun di saraf
tepi. Kerja obat ini berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata, maka
kerjanya bahkan sampai berhari-hari.
a. Farmakodinamik
Alkaloid
belladonna
mengurangi
sekret
hidung,
mulut,
faring
dan bronkus.
Pemakaiannya adalah pada medikasi preanastetik untuk mengurangi sekresi lender pada
jalan nafas. Sebagai bronkodilator, atropin tidak berguna dan jauh lebih lemah daripada
epinefrin atau aminofilin. Ipratropium bromida merupakan antimuskarinik yang
memperlihatkan bronkodilatasi berarti secara khusus.
b. Farmakokinetik
Alkaloid belladonna mudah diserap dari semua tempat, kecuali kulit. Pemberian atropin
sebagai obat tetes mata, terutama pada anak dapat menyebabkan absorbsi dalam jumlah
yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan
keracunan. Untuk mencegah hal ini perlu dilakukan penekanan kantus internus mata
setelah penetesan obat agar larutan atropin tidak masuk ke rongga hidung, terserap dan
menyebabkan efek sistemik. Dari sirkulasi darah, atropin cepat memasuki jaringan dan
kebanyakan mengalami hidrolisis enzimatik oleh hepar. Sebagian diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk asal.
Atropin mudah diserap, sebagian dimetabolisme di dalam hepar dan dibuang dari tubuh
terutama melalui air seni. Masa paruhnya sekitar 4 jam.
c. Indikasi
Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot
polos (antispasmodic)
Mydriasis dan cyclopedia pada mata
Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada
neuromuscular
Antidotum untuk keracunan organophosphor
Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).
d. Kontraindikasi
e. Dosis
Dosis atropin umumnya berkisar antara 1/4 - 1 mg. Untuk keracunan antikolinesterase
digunakan dosis 2 mg/kali. Dosis untuk mengatasi keracunan kolinergik pada anak adalah
0,04 mg/kgBB per kali.
f. Efek samping
g. Nama dagang
Chlorpromazine
hydrochloride,
cimetidine
hydrochloride,
dimenhydrinate,
mengobati asma sejak tahun 1930-an. Sejak saat itu teofilin digunakan secara luas untuk
pengobatan asma. Efek primer dari teofilin adalah relaksasi otot polos jalan nafas.
Teofilin juga menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan meningkatkan bersihan
mukosilier. Namun, karena agonis lebih efektif dan steroid inhalasi memiliki efek
antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan teofilin maka pemakaian teofilin menjadi
berkurang.
Struktur Kimia
Teofilin adalah suatu metilsantin yang memiliki struktur kimia mirip dengan santin
pada diet umum, kafein dan teobromin. Aminofilin adalah garam etilendiamin yang
disintesis untuk meningkatkan kelarutan santin pada pH netral.
Walaupun teofilin telah digunakan lebih dari 50 tahun namun cara kerjanya
sebagai bronkodilator belum dipahami dengan jelas. Ada beberapa teori yang
disampaikan antara lain:
a. Penghambatan Fosfodiesterase
fosfodiesterase, suatu enzim yang bekerja menginaktifkan cAMP. Akumulasi konsentrasi cAMP
intraseluler merupakan kunci utama bronkodilatasi.
d. Penghambatan Prostaglandin
Teofilin melawan efek prostaglandin pada otot polos vaskuler secara invitro,
tetapi belum ada bukti bahwa efek ini muncul pada konsentrasi terapeutik pada jalan
nafas.
e. Influks Kalsium
1). TEOFILIN
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit
paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif
kronik. Teofilin dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan
agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia.
Teofilin dimetabolisme oleh hati. Pada pasien perokok atau gangguan fungsi hati
dapat menyebabkan perubahan kadar teofilin dalam darah. Kadar teofilin dalam darah dapat
meningkat pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus dan pasien lanjut usia. Kadar teofilin dapat
menurun pada perokok, pengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan yang meningkatkan
metabolisme di hati.
Penggunaan teofilin haruslah berhati-hati karena batas keamanan dosis yang cukup
sempit. Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping juga
sudah muncul pada kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar diatas 20 mg/lt
a. Farmakodinamik
Efek farmakologi teofilin yang terpenting adalah :
perangsang SSP yang kuat, lebih kuat dari kafein;
merangsang pusat napas di medula oblongata;
memperkuat kontraktilitas diafragma;
mempunyai efek inotropik positif pada jantung;
merelaksasi kuat otot polos bronkus yang menyebabkan meningkatriya kapasitas vital;
dimanfaatkan sebagai bronkodilator pada asma bronkial;
meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan efek mirip diuretik tiazid.
b. Farmakokinetik
Absorpsi: teofilin diabsorpsi dengan cepat melalui oral, parenteral, dan rektal.
Distribusinya ke seluruh bagian tubuh. Ikatan dengan protein plasma sebanyak 50%.
Eliminasi: derivat xantin terutama dieliminasi melalui metabolisme dalam hati, sebagian
besar diekskresi bersama urine dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin. Waktu
paruhnya 8 jam. Kadar teofilin dalam darah harus dipantau karena dosis yang berlebihan
dapat menimbulkan kematian yang mendadak, dan dosis kecil tidak efektif. Efek yang
bermanfaat umumnya mulai dengan kadar 7-10 mcg/ml. Gejala toksisitasnya dapat
timbul pada kadar 20 mcg/ml atau lebih.
c. Indikasi
d. Kontraindikasi
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkus
lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui.
Menyusui : terdapat pada ASI, dapat muncul gejala iritabilitas pada bayi.
f. Sediaan :
Tablet/kapsul 125 mg, 130 mg, 150 mg, 250 mg, 300 mg
Syrup 130 mg/15 ml, 150 mg/15 ml
g. Efek Samping
h. Merk Dagang
-
Aminophyllinium
Bronsolvan
Kalbron
Asbron
Bufabron
Kontrasma
Asmadex
Bufakris
Mediasma
Asmavar
Euphyllin
Neo napacin
Bronchophylin
Grafasma
New ascaps
Brondilex
Ifasma
New cotab
Nitrasma
Prinasma
Omedrine
Samcolat
2). AMINOFILIN
Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substantial kimia
(etilendiamin) yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis
teofilin yang diberikan dalam bentuk injeksin namun sangat perih dan iritasi jika
diberikan melalui suntikan intramuskular.
a. Jenis
-
a. Farmakodinamik
-
Teofilin, Aminofilin, kafein dan teobromin memiliki efek farmakologi yang sama yaitu
dapat menyebabkan relaksasi otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang sistem
saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Pada dosis rendah dan sedang,
metilxantin dapat menyebabkan sedikit cortical arousal dengan peningkatan kewaspadaan
dan rasa lelah, sedangkan pada dosis tinggi dapat menyebabkan kegelisahan dan tremor
terutama pada penggunaan aminopilin pada penderita asma. Metilxantin juga dapat
memiliki efek kronotropik dan inotropik positif langsung pada jantung yang terjadikarena
peningkatan rilis katekolamin yang disebabkan oleh hambatan reseptor adenosine
prasinaps. Efek terapi dari metilxantin ini diduga tidak hanya terbatas pada jalan napas,
sebab mereka memperkuat kontraksi otot rangka terpisah pada penelitian in vitro, dan
mempunya efek kuat baik dalam memperbaiki kontraktilitas maupun dalam memperbaiki
kepenatandiafragma pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis.
a. Farmakokinetik
-
Metilxantin cepat diabsorbsi setelah pemberian secara oral, rectalatau parenteral. Sediaan
dalam bentuk cair atau tablet tidak bersalutakan diabsorbsi secara cepat dan lengkap.
Asorbsi juga berlangsung lengkap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat. Absorbsi
aminofilin dalam bentuk garam yang mudah larut, seperti teofilin Na gkisinatatau teofilin
kolin. Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin bentuk cair atau tablet tidak bersalut
dapat menghasilkan kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam. Pada umumnya adanya
makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbs teofilin tetapi tidak
mempengaruhi derajat besarnya absorbsi. Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh,
dapat melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volume distribusi nya antara 400 dan
600 ml/kg. eliminasi dari metilxantin terutama melalui metabolisme dalam hati. Sebagian
besar akan diekskresikan bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin.
a. Indikasi
-
a. Kontraindikasi
- Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine
a. Sediaan
-
Berbentuk kristal putih, pahit dan sedikit larut dalam air. Untuk penggunaan oral, tersedia
Kapsul 130 mg, Tablet 150 mg. Tablet salut selaput lepas lambat: 125 mg, 250 mg, 300
mg. Sirup 50 mg/5ml, 130 mg/15ml, 150mg/15 ml. Ampul 10ml, mengandung 24 mg
aminofilin setiap mili liternya.
a. Dosis
-
Kadar terapi aminofilin sedikitnya 5-8 g/ml, sedangkan efek toksik mulai terlihat pada
kadar 15 g/ml dan lebih sering pada dosis diatas 20 g/ml. Dosis aminofilin diberikan 6
mg/kgBB diberikan secara infuse selama 20-40 menit. Setelah itu untuk efek yang
optimal dipertahankan dengan pemberian infus 0,5 mg/kgBB/jam untuk dewasa normal
dan bukan perokok. Untuk anak-anak dan orang dewasa perokok memerlukan dosis 0,80,9 mg/kgBB/jam. Aminofilin oral bagi orang dewasa adalah 400 mg/hari.
a. Efek samping
-
a. Nama dagang
BAB III
PENUTUP
-
A. KESIMPULAN
-
eferen saraf fagus dan antagonis kolinergik ini secara efektif dapat memblokade peningkatan
sekresi mucus yang terjadi sebagai respon terhadap aktivitas fagus.
-
B. SARAN
-
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2011. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
Pramudianto, Arlina dan Evaria. 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PTBIP.
Jakarta.
Tjay, Tan Hoan, dan Rahardja, Kirana, 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
Dan
-