Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KRITIS

BRONKODILATOR

KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

AGUS SUTRISNO
AMAT TAUFIK RIADI
APRILIA NARANDA
DEDI TURMUDZI
L. HANDIKA YUDA PRAWIRA
MARIYANI
MULIANAH

8. NUR ASRIATI
9. PAIZAH
10. SAEPUDIN
11. SAHWI
12. SURYANI
13. TIKA RABAWATI
14. ZAKIHIL ABDANI HILMAN
15.
16.
17.

18. PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


19. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
20. LOMBOK TIMUR NTB
21. TAHUN 2015
22. BAB I
23. PENDAHULUAN

24.
25.
26. Latar Belakang
27.

Udara memasuki paru-paru melalui saluran udara utama (bronchus) lalu masuk ke

saluran udara yang lebih kecil (bronchiolus), lalu ke alveoli. Kesulitan bernafas meliputi nafas
pendek, batuk dan wheezing, yang secara normal sebagai hasil penyempitan lumen bronchiolus
sehingga ruang untuk dilewati udara semakin sempit.
28.

Penggunaan obat-obatan pada penyakit paru (medikamentous) yang terpenting

adalah bronkodilator yang terbagi atas golongan beta 2 agonis, derivat xantine dan
antikolinergik. Derivatxantine merupakan bronkodilator yang paling sering digunakan,
sedangkan beta 2 agonis lebih sensitif pada anak-anak, disamping itu efek simpatomimetiknya
pada jantung lebih besar
29.

Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi

saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruksi. Penyakit dengan kelainan tersebut
antara lain asma bronkial, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), dan sindroma obstruksi pasca
TB (SOPT).Gangguan obstruksi yang terjadi menimbulkan dampak buruk pada penderita karena
menimbulkan gangguan oksigenasi dengan segala dampaknya
30.

Pemberian bronkodilator yang bertujuan mengatasi obstruksi saluran nafas.

Terdapat beberapa golongan bronkodilator dan cara pemberian yang berbeda. Pemilihan
bronkodilator yang tepat dan cara pemberian yang akurat perlu dilakukan agar diperoleh efek
pengobatan yang optimal dengan efek samping yang minimal
31.
32.
33.
34.
35. BAB II
36.

TINJAUAN PUSTAKA

37.
A. Definisi
38. Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi
saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruktif. Ada 3 golongan
bronkodilator utama yaitu golongan simpatomimetik, golongan antikolinergik dan
golongan xanthin. Ketiga golongan ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam
mengatasi obstruksi saluran nafas
39. Beberapa mekanisme yang diduga menyebabkan terjadinya bronkodilator adalah :
40.
-

Blokade reseptor adenosin


Rangsangan pelepasan katekolamin endogen
Meningkatkan jumlah dan efektivitas sel T supresor
Meningkatkan ambilan kalsium kedalam sel otot polos dan penghambatan pelepasan
mediator dan sel mast.
41. Pemberian bronkodilator secara inhalasi sangat dianjurkan oleh karena cara ini
memberikan berbagai keuntungan yaitu :

Obat bekerja langsung pada saluran nafas


Onset kerja yang cepat
Dosis obat yang kecil
Efek samping yang minimal karena kadar obat dalam darah rendah
Membantu mobilisasi lendir
42.
43. Ada berbagai cara pemberian obat inhalasi yaitu dengan inhalasi dosis terukur.
Alat bantu yang digunakan berupa : spacer, nebuhaler, turbuhaler, dischaler, rothaler
dan nebulizer. Hal yang perlu diperhatikan adalah cara yang tepat dan benar sehingga
obat dapat mencapai saluran nafas dengan dosis yang cukup
44. Yang dimaksud dengan terapi aerosol adalah suatu terapi yang bertujuan
untuk merangsang bronkus dengan butir-butir air yang disemprotkan pada saluran
pernafasan.Besarnya partikel dari butir-butir ini menentukan lokasi dari butir-butir
cairan ini disaluran pernafasan. Partikel yang berukuran 1,2 dapat sampai ke alveoli,

sedangkan yang berukuran 20-40 dapat sampai di bronkus dan apabila lebih dari
60 maka hanya dapat sampai di trakea
B. Golongan obat bronkodilator
1. Agonis -adrenergik
2. Antikolinergik
3. Metilsantin
45.
1. AGONIS -ADRENERGIK
46.

Dikatakan obat adrenergic karena efek yang ditimbulkannya mirip perangsangan

saraf adrenergic, atau mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin (yang disebut juga
noradrenalin dan adrenalin). Golongan obat ini disebut juga obat simpatik atau simpatomimetik
yaitu zat zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan
simpaticus (SS) dan melepaskan noradrenalin (NA) di ujung ujung sarafnya.
47.

Epinefrin telah digunakan untuk pengobatan asma sejak awal abad ke-20, berefek

mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Epinefrin menstimulasi baik reseptor maupun


adrenergik. Efek bronkodilatornya dimediasi oleh reseptor .
48.

Isoproterenol merupakan agonis yang kuat dan kurang berpengaruh terhadap

reseptor adrenergik. Telah digunakan sejak tahun 1940-an untuk pengobatan asma. Namun,
isoproterenol merupakan agonis nonselektif sehingga obat ini menstimulasi baik reseptor 1
maupun 2. Pada tahun 1960-an kemudian diperkenalkan agonis 2 yang seklektif seperti
albuterol atau salbutamol dan terbutalin.
a. Cara kerja agonis adrenergik
49.

Agonis adrenergik menyebabkan bronkodilatasi melalui stimulasi langsung


obat terhadap reseptor adrenergik pada otot polos jalan nafas yang menyebabkan
relaksasi otot polos jalan nafas. Reseptor adrenergik pada jalan nafas terdapat mulai
trakea hingga bronkioli terminalis.

50.

Agonis adrenergik mempunyai beberapa efek. Selain mengurangi resistensi


jalan nafas, agonis adrenergik mempunyai efek kuat untuk mencegah pelepasan
mediator dari sejumlah sel termasuk sel mast paru manusia secara invitro dan invivo.
Dengan mekanisme berbeda, agonis -adrenergik dapat mengurangi leakage
mikrovaskuler yang mendasari terjadinya edema mukosa jalan nafas. Selain itu
agonis adrenergik juga meningkatkan sekresi mukus kelenjar submukosa dan
transportasi ion melalui epitel saluran nafas.

b. Contoh obat agonis adrenergik yang digunakan di klinik antara lain :


c.

d. 1). TERBUTALINE
e.
f. Terbutalin Sulfat mengandung 98,0%-101,0% (C12H19 NO3)2H2SO4 , dihitung dari
zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk putih atau putih abu-abu.
a. Farmakodinamik
g.

Terbutaline

merangsang

reseptor

beta-adrenergic.

Tidak

seperti

isoproterenol, terbutalin lebih selektif untuk reseptor beta-2 dari beta-1 reseptor. Karena
paru-paru mengandung sejumlah besar beta-2 reseptor (terletak di otot polos
bronchiolar), terbutaline menyebabkan bronkodilatasi. Stimulasi reseptor beta-2
menyebabkan relaksasi otot polos bronkus , yang , pada gilirannya, meningkatkan aliran
udara bronkus. Terbutaline mungkin merangsang aktivasi enzim adenyl cyclase,
meningkatkan produksi adenosin monofosfat siklik . Peningkatan cAMP menghasilkan
vasodilatasi dan relaksasi otot pada otot pembuluh darah dan halus. Peningkatan cAMP
dapat menurunkan kalsium intraseluler dengan meningkatkan penghabisan kalsium dari
sel-sel otot polos pembuluh darah dan mencegah masuknya kalsium transmembran.
AMP siklik dapat menonaktifkan myosin kinase, mengurangi fosforilasi myosin ,
sehingga relaksasi otot polos. Obat-obat agonis 2-selektif merupakan simpatomimetik
yang paling banyak digunakan untuk pengobatan asma pada saat ini. Efektif per-inhalasi
atau per oral serta memiliki masa kerja yang panjang. Terbutalin inhaler dapat
menyebabkan bronkodilatasi maksimal tercapai dalam 30 menit dan bertahan selama 3-4
jam.
b. Farmakokinetik

h.

Terbutaline dapat diberikan secara oral, parenteral, atau melalui inhalasi.

Konsentrasi kecil didistribusikan ke dalam ASI dan melewati plasenta, tetapi penelitian
tidak menunjukkan adanya efek teratogenik pada manusia. Terbutaline sistemik
mengalami metabolisme parsial dalam hati dan diekskresikan dalam urin, sekitar 60 %
sebagai obat tidak berubah dan sisanya sebagai metabolit, dengan sejumlah kecil
diekskresikan melalui empedu dalam tinja. Persentase ini berbeda bergantung pada jalur
pemberian obat Kemungkinan beberapa metabolisme GI ditunjukkan dengan persentase
yang lebih kecil obat diekskresikan tidak berubah setelah pemberian oral. Half -life obat
dilaporkan sekitar 3-4 jam.
i.
Oral : Setelah pemberian oral , sekitar 30-70 % diserap dari saluran
pencernaan . Makanan mengurangi bioavailabilitas dengan sekitar sepertiga .
Peningkatan fungsi paru terjadi pada 1-2 jam setelah pemberian oral . Bronkodilatasi
berlangsung 3-8 jam , tergantung pada rute pemberian. Kemungkinan beberapa
metabolisme GI atau pertama -pass ditunjukkan dengan persentase yang lebih kecil obat
diekskresikan tidak berubah setelah pemberian oral.
j.
Injeksi : Peningkatan fungsi paru terjadi pada 30-60 menit setelah injeksi
subkutan . Bronkodilatasi berlangsung 3- 8 jam , tergantung pada rute pemberian .
k.
Inhaler : Peningkatan fungsi paru terjadi dalam beberapa menit setelah
pemberian 5-30 aerosol. Bronkodilatasi berlangsung 3-8 jam , tergantung pada rute
pemberian . Dengan penggunaan sehari-hari terus menerus aerosol, ada pengurangan
durasi efektivitas.
c. Indikasi
l. Secara klinis, penggunaan utamanya adalah dalam pengobatan bronkospasme atau
asma. Selain itu digunakan sebagai pengobatan penyakit paru obstruktif kronik
( PPOK ) dan persalinan premature.
d. Kontraindikasi
-

jantung aritmia
Penyakit jantung
Penyakit arteri koroner
diabetes mellitus
geriatri
Hipertensi

e. Dosis
Oral

Terapi MAOI
kejang
takikardia
penyakit tiroid
torsade de pointes

Dewasa; awal 2,5 mg 3 kali sehari selama 1-2 minggu, kemudian jika perlu ditingkatkan

sampai maksimum 5 mg 3 kali sehari.


Anak : 75 mcg/kg 3 kali sehari; 7-15 th : 2,5 mg 2-3 kali sehari, maksimum 7,5 mg per

hari.
Subkutan, intramuskular, intravena : dewasa 250-500 mcg sampai 4 kali sehari. Anak 2-15
th : 10 mcg/kgBB sampai maksimum 300 mcg.
Infus intravena : larutan yang mengandung 3-5 mcg/mL, dengan laju 0.5-1 mL/menit (1.5-5
mcg/menit) selama 8-10 jam. Dosis anak dikurangi.
Inhaler : dewasa dan anak : 250-500 mcg (1-2 semprot) 3-4 kali sehari1, maksimum 8 kali
semprot sehari.
f. Efek samping
-

Efek samping dari terbutalin yang diberikan secara oral


atau subkutan adalah peningkatan laju jantung, perubahan
tekanan darah, gugup, tremor, palpitasi. Sakit kepala,
nausea, mual, kram otot juga telah dilaporkan. Semua
reaksi ini hanya bersifat sementara dan tidak memerlukan
pengobatan.

g. Nama Dagang
-

Brycanil, bricalin, brethine, brethaire, aerodul, arubendol,


asmaline,

asthmaprotect,

ataline,

butylin,

dhatalin,

tedipulmo, tolbin, vacanyl, bricasma, lasmalin, nairet,

neosma, pulmobron, relivan, sedakter, tismalin, yarisma.


- 2). ISOPROTERENOL
Obat ini juga dikenal sebagai isopropilnorepinefrin, isopropilarterenol dan

isoprenalin, merupakan amin simpatomimetik yang kerjanya paling kuat pada semua
reseptor , dan hampir tidak bekerja pada reseptor .
a. Farmakodinamika
-

Isoproterenol

tersedia

dalam

bentuk

campuran

resemik.

Infus

isoproterenol pada manusia menurunkan resistensi perifer, terutama pada otot rangka,
tetapi juga pada ginjal dan mesenterium, sehingga tekanan diastolic menurun. Curah
jantung meningkat karena efek inotropik dan kronotropik positif langsung dari obat. Pada
dosis isoproterenol yang biasa diberikan pada manusia, peningkatan curah jantung
umumnya cukup besar untuk mempertahankan atau meningkatkan tekanan sistolik, tetapi

tekanan rata rata menurun. Efek isoproterenol terhadap jantung menimbulkan palpitasi,
takikardia, sinus dan aritmia yang lebih serius.
Isoproterenol melalui aktivasi reseptor 2, menimbulkan relaksasi hampir
semua jenis otot polos. Efek ini jelas terlihat bila tonus otot tinggi, dan paling jelas pada
otot polos bronkus dan saluran cerna. Isoproterenol mencegah atau mengurangi
bronkokonstriksi. Pada asma, selain menimbulkan bronkodilatasi, isoprotorenol juga
menghambat penglepasan histamine dan mediator mediator inflamasi lainnya.akibat
reaksi antigen-antibodi, efek ini juga dimiliki oleh 2-agonis yang selektif. Efek
hiperglikemik isoproterenol lebih lemah dibandingkan dengan epinefrin, antara lain
karena obat ini menyebabkan sekresi insulin melalui aktivasi reseptor 2 pada sel sel
beta pancreas tanpa diimbangi dengan efek terhadap reseptor yang menghambat sekresi
insulin. Isoproterenol lebih kuat dari epinefrin dalam menimbulkan efek penglepasan
asam lemak bebas dan efek kalorigenik.
b. Farmakokinetik
-

Efek farmakologis isoproterenol setidaknya sebagian


disebabkan oleh stimulasi melalui reseptor beta-adrenergik
intraseluler adenilat adenyl, enzim yang mengkatalisis
konversi adenosin trifosfat (ATP) ke siklik AMP.
Peningkatan kadar AMP siklik berhubungan dengan
relaksasi otot polos bronkus dan penghambatan pelepasan
mediator hipersensitivitas langsung dari sel, terutama dari

sel mast.
Rute Eliminasi : Ekskresi setelah pemberian inhalasi
terutama ginjal dan metabolit utama adalah konjugat sulfat
dari isoproterenol

c. Indikasi
-

Digunakan pada kejang bronchi ( asma ) dan sebagai


stimulant sirkulasi darah.

d. Kontraindikasi
-

Pasien dengan penyakit arteri koroner menyebabkan


aritmia dan serangan angina.

e. Dosis

Bentuk sediaan : Isuprel inj 0,2 mg/ml (1 ml)


Dosis awal untuk dewasa 0,02-0,06 mg, dosis berikutnya
0,01-0,2 mg. Untuk IV infus kecepatan pemberian awal 5
mcg/menit, dosis berikutnya sesuai respon pasien dan

monitoring EKG biasanya antara 2-20 mcg/ menit.


Pemberian IV infus untuk anak: kecepatan awal 0,1
mcg/kgBB/menit,

dosis

berikutnya

antara

0,1-1

mcg/kgBB/menit.
f. Efek samping
-

Efek samping yang umum berupa palpitasi, takikardi, nyeri


kepala dan muka merah. Kadang kadang terjadi aritmia
dan serangan angina, terutama pada pasien dengan penyakit
arteri koroner. Inhalasi isoproterenol dosis berlebih dapat
menimbulkan aritmia ventrikel yang fatal.

g. Nama dagang :
-

Aerolone, Aleudrin, Asiprenol, Asmalar, Assiprenol, Bellasthman, Bronkephrine, isuprel.

3). SALBUTAMOL

Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang
efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Salbutamol juga
merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika
obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran
pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exerciseinduced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum
sifat fisikokimia dari salbutamol adalah serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau
hampir putih. Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya.
Salbutamol termasuk dalam golongan Antiasma dan obat untuk penyakit paru obstruktif
kronik.

Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan aktivasi


dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya
energi menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses

dalam sel. Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan


dengan asma
a. Farmakodinamika
-

Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic


agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta2-adrenergic yang
terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses
perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic adenosine monophosphate
(cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada
relaksasi otot polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi
hipersensitivitas dari mast cells

b. Farmakokinetik
-

Obat salbutamol diabsorpsi dari saluran pencernaan. Pemberian dosis biasa menghasilkan
konsentrasi puncak plasma 3-5 g/ml dalam 1-2 jam. Kemudian bedifusi segera ke dalam
seluruh cairan tubuh dan jaringan. Konsentrasi di susunan saraf pusat dan cairan
serebrospinal lebih kurang 1/5 dari kadar plasma. Kadar obat di intraseluler dan
ekstraseluler sama

c. Indikasi

Asma bronchial
Bronchitis cronis
Empisema
Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh.

d. Kontraindikasi
-

Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap perpanjangan


interval QT, hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan melalui inhalasi
karena pemberian melalui pembuluh darah dapat mempengaruhi miometrium dan dapat
mengakibatkan gangguan jantung), menyusui; diabetes mellitus, terutama pemberian
melalui pembuluh darah (pantau kadar gula darah, dilaporkan ketoasidosis) .Untuk asma
jika dosis tinggi diperlukan selama kehamilan maka sebaiknya diberikan dengan inhalasi

kaerna pemberian intravena dapat mempengaruhi miometrium. Mungkin muncul di ASI;


pabrik menyarankan untuk dihindari kecuali manfaat jauh lebih besar dari risiko- jumlah
dari obat yang diinhalasi pada ASI mungkin terlalu kecil untuk membahayakan.
e. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol
Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :
Dewasa : dosis 4 mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal
2 mg) 3 - 4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal (tetapi jarang

memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik).


Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kgBB 4 kali sehari (unlicensed);
-

2 - 6 tahun 1 - 2 mg, 3 - 4 kali sehari;


6 - 12 tahun 2 mg, 3 - 4 kali sehari.

Injeksi
Dewasa : injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5
mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20
mcg/menit, atau lebih bila perlu.
Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).
Inhalasi
Dewasa : 100 - 200 mcg (1 - 2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan

sampai 4 kali sehari.


Anak-anak : 100 mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot) bila

perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari.


f. Efek Samping
-

Efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain:

gangguan sistem saraf

mulut kering

nyeri dada

iritasi tenggorokan

mual

batuk

muntah

gatal

diare

tachicardia

anorexia

ruam pada kulit.

g. Nama Dagang
h. Saat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang,
antara lain:

Asmacare

Venesma ( Hexpharm)

Bronchosal

Respolin ( Darya varia)

Buventol Easyhaler

Salvasma ( First Medipharma)

Glisend (konimex)

Salbron ( Dankos)

Ventolin

Lasal ( Lapi )

Volmax

Librentin ( Westmont )

Suprasma (Dexa Medica)

Grafalin ( Graha Farma)

Ventide ( Glaxo Welcome)

Fartolin ( Fahrenheit )

Ventab (Ikapharmindo Putramas k)

4). SALMETEROL

Salmeterol adalah long-acting beta2-adrenergik agonis reseptor obat yang diresepkan

untuk pengobatan asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Ini tersedia sebagai inhaler
bubuk kering yang melepaskan bentuk bubuk obat.

Salmeterol termasuk obat bronkodilator. Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan

pernafasan seperti batuk, mengi, sesak nafas dan sulit bernafas dengan meningkatkan aliran
udara melalui saluran tersebut. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter. Salmeterol tersedia
dalam bentuk powder, disk dan aerosol powder.

a. Farmakodinamik

Pasien COPD simtomatik tanpa batasan sampai 10% reversibilitas untuk short acting 2 -

agonist di terkontrol plasebo uji klinis > 6 bulan telah menunjukkan bahwa penggunaan rutin
kedua Seretide 50/250 dan 50/500 mcg cepat dan secara signifikan meningkatkan fungsi paruparu dan secara signifikan mengurangi sesak nafas dan penggunaan obat pereda. Ada juga
perbaikan yang signifikan dalam status kesehatan.

Pasien PPOK gejala yang menunjukkan < 10% reversibilitas untuk short acting 2 -

agonist dalam uji klinis terkontrol plasebo selama 6 dan 12 bulan, telah menunjukkan bahwa
penggunaan rutin Seretide meningkatkan fungsi paru-paru, sesak napas dan mengurangi
penggunaan obat pereda. Selama periode 12 bulan, risiko eksaserbasi COPD berkurang 1,420,99 per tahun dibandingkan dengan plasebo dan risiko eksaserbasi yang membutuhkan
kortikosteroid oral secara signifikan berkurang 0,81-0,47 per tahun dibandingkan dengan
plasebo. Ada juga perbaikan yang signifikan dalam status kesehatan.
b. Farmakokinetik

Absorbsi : Salmeterol adalah simpatomimetik langsung bertindak yang merenggangkan


otot polos bronkus dengan aksi selektif pada reseptor 2 dengan sedikit efek pada denyut
jantung. Durasi salmeterol adalah 12 jam, dengan Onset inhalasi Oral antara 10-20 min.
Salmeterol bertindak secara lokal di paru-paru. Kadar plasma tidak memprediksi efek
terapeutik. Konsentrasi plasma dapat diabaikan setelah terhirup. Tergantung pada dosis, T
max adalah 20 menit dan rata-rata C max adalah 167 pg/mL .

Distribusi : Sekitar 96% terikat pada protein plasma. (Protein mengikat adalah 96 % ;
bagian ksinafoat lebih besar dari 99 %)

Metabolisme : Hepatically dihidroksilasi. (Ekstensif dimetabolisme oleh hidroksilasi)

Eliminasi : Dieliminasi dalam feses (60 %) dan urin (25 %) ; waktu paruhnya adalah 5,5
hari . Bagian ksinafoat paruhnya adalah 11 hari.

c. Indikasi

Obstruksi saluran nafas reversibel (termasuk asma noktural dan asma karena latihan fisik)
pada pasien yang memerlukan terapi bronkodilator jangka lama yang seharusnya juga
menjalani pengobatan antiinflamasi inhalasi (kortikosteroid) atau kortikosteroid oral
(catatan : salmeterol tidak bisa untuk mengatasi serangan akut dengan cepat, dan
pengobatan pengobatan kortikosteroid yang sedang berjalan tidak boleh dikurangi
dosisnya atau dihentikan)

d. Kontraindikasi

Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi.

e. Dosis

Mencegah serangan asma

Dewasa, remaja dan anak-anak usia 4 tahun ke atas: satu hirupan (50 microgram) dua kali
sehari (pagi dan malam). Tiap dosis harus dilakukan dengan jarak 12 jam.

Pengobatan COPD

Dewasa: satu hirupan (50 microgram) dua kali sehari (pagi dan malam). Tiap dosis harus
dilakukan dengan jarak 12 jam.

Mencegah mengi akibat olahraga (EIB)

Dewasa, remaja dan anak-anak 4 tahun ke atas: satu hirupan (50 microgram) 30 menit
sebelum berolahraga

f. Efek Samping

Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtikaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuscular.

g. Nama dagang

Serevent Inhaler dan Serevent Rotadisk

5). FORMOTEROL

Formoterol adalah agonis beta-2 selektif yang bekerja jangka panjang, bila dihirup,
formoterol bekerja lokal pada paru sebagai bronkodilator.

a. Farmakodinamik

Pada studi in vitro, formoterol memiliki aktivitas agonis pada reseptor beta-2 200 kali
dibandingkan pada beta-1. Meskipun beta-2 dominan terdapatdi otot polos bronkial dan
beta-1 dominan di jantung, ternyata ada pula reseptor beta-2 yang terdapat di jantung,
berkisar 10-50% dari total reseptor adrenergik. Efek farmakologi dari formoterol
diperkirakan karena stimulasi pada adenyl siklase intrasel, suatu enzim yang
mengkatalisis konversi ATP menjadi cyclic AMP. Peningkatan siklik AMP menyebabkan
relaksasi otot polos bronkial dan mencegah pelepasan mediator pro inflamasi misalnya
histamin dan leukotrien. Formoterol dieksresi di ginjal berkisar 15-18% dari total
dosisnya sebagai formoterol yang tidak diubah maupun sebagai konjugat langsung
formoterol.

b. Farmakokinetik

Formoterol diabsorpsi secara cepat ke dalam plasma dengan rute oral inhalasi. Sebagian
besar formoterol yang di inhalasi tertelan dan diabsorpsi ke traktus digestif.

c. Indikasi

Sama seperti salmeterol

d. Kontra indikasi

Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi


e. Dosis

Inhalasi Serbuk

Dewasa : > 18th 12 mcg 2 x sehari, dapat dinaikkan menjadi 24 mcg 2 x sehari pada
obstruksi jalan nfas yang lebih berat. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18th.
f. Efek samping

Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuskular, iritasi orofaring, iritasi konjungtiva atau udem
pelupuk mata, mual, insomnia, ruam kulit, dan gangguan pengecapan.

g. Nama dagang

Foradil, oxis, symbicort.

2. ANTIKOLINERGIK

Pada binatang dan manusia normal sebagian kecil tonus bronkomotor pada saat
istirahat berhubungan dengan impuls tonus vagal yang melepaskan asetilkolin pada otot
polos saluran nafas. Bronkokonstriksi melalui mekanisme ini dapat diblok dengan obatobat antikolinergik. Tidak seperti agonis , antikolinergik sedikit mempunyai efek
terhadap sel mast.

a. Cara kerja Antikolinergi

Atropin, prototipe antikolinergik. Atropin diserap tubuh melewati mukosa. Namun obat
sintetiknya banyak dipakai pada pengobatan penderita penyakit paru obstruktif menahun
yaitu ipratropium bromida dengan nama dagang atroven dan robinul. Merupakan obat
yang mempunyai kemampuan bronkodilatasi dua kali lipatdengan waktu kerja yang jauh
lebih lama dibandingkan dengan atropin sendiri

Antikolinergik alkaloid sudah digunakan sebagai terapi pada penyakit saluran

pernapasan. Diantaranya ipatropine yang bersifat lambat diabsorbsi, tidak melewati sawar darah
otak dan memiliki sedikit efek samping

Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergisdan

sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergic terhambat,
sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi. Antikolimengika memblok reseptor muskarin dari
saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivita ssaraf adrenergis menjadi dominan
dengan efek bronchodilatasi
b. Contoh Obat Golongan Antikolinergi adalah :

1). Ipratropium bromidea .

Ipratroprium bromide merupakan antikolinergik yang paling luas digunakan. Diberikan


secara inhaler baik dengan metered-dose-inhaler (MDI) maupun nebulizer. Onset
bronkodilatasinya relatif lambat, biasanya 30-60 menit setelah inhalasi, tetapi efikasinya

dapat menetap hingga 8 jam. Obat ini biasanya diberikan 4 kali sehari dengan MDI, atau
dapat juga secara intermiten untuk mengontrol gejala.
a. Jenis : Antagonis reseptor muskarinik.
b. Farmakodinamik

Ipratropium bromida adalah antagonis kolinergik asetilkolin padareseptor kolinergik,


yang memblok asetilkolin.

c. Farmakokinetik

Absorpsi : setelah oral inhalasi, hanya sedikit yang diabsorpsi dari permukaan paru atau
saluran cerna.

Distribusi : 0-9% terikat dengan albumin plasma dan a1-acidglycoprotein secara in vitro.
Metabolisme : sebagian dimetabolisme melalui hidrolisis ester

Ekskresi : feses, ginjal 3.7-5.6% dalam bentuk tidak berubah

d. Indikasi

Terapi simptomatik bronkospasme yang reversibel, berhubungan dengan obstruksi kronis


saluran nafas.

e. Kontraindikasi

Hipersensitifitas terhadap obat ini

f. Dosis
Inhaler
- Dewasa : 20 - 40 mcg, 3 - 4 kali sehari.
- Anak s/d 6 th : 20 mcg 3 kali sehari;
- 6 -12 th : 20 - 40 mcg 3 kalisehari
Inhalation solution:
- Dewasa : 250 - 500 mcg, 3 - 4 kali sehari.
- Anak s/d 6 th : 125-250 mcg, dapat diulang tiap 4 - 6 jam, dosismaksimum sehari 1 mg;
- 6 - 12 th : 250 mcg
g. Efek samping

Mulut kering, mual, konstipasi, sakit kepala, takikardi, fibrilasi atrial.

h. Nama dagang

Atrovent, Combivent (kombinasi dengan albuterol).

2). SULPAS ATROPIN

Atropin alkaloid belladonna, memiliki afinitas kuat terhadap reseptor muskarinik,

di mana obat ini terikat secara kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya
di reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di sentral maupun di saraf
tepi. Kerja obat ini berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata, maka
kerjanya bahkan sampai berhari-hari.

a. Farmakodinamik

Alkaloid

belladonna

mengurangi

sekret

hidung,

mulut,

faring

dan bronkus.

Pemakaiannya adalah pada medikasi preanastetik untuk mengurangi sekresi lender pada
jalan nafas. Sebagai bronkodilator, atropin tidak berguna dan jauh lebih lemah daripada
epinefrin atau aminofilin. Ipratropium bromida merupakan antimuskarinik yang
memperlihatkan bronkodilatasi berarti secara khusus.
b. Farmakokinetik

Alkaloid belladonna mudah diserap dari semua tempat, kecuali kulit. Pemberian atropin
sebagai obat tetes mata, terutama pada anak dapat menyebabkan absorbsi dalam jumlah
yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan
keracunan. Untuk mencegah hal ini perlu dilakukan penekanan kantus internus mata
setelah penetesan obat agar larutan atropin tidak masuk ke rongga hidung, terserap dan
menyebabkan efek sistemik. Dari sirkulasi darah, atropin cepat memasuki jaringan dan
kebanyakan mengalami hidrolisis enzimatik oleh hepar. Sebagian diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk asal.

Atropin mudah diserap, sebagian dimetabolisme di dalam hepar dan dibuang dari tubuh
terutama melalui air seni. Masa paruhnya sekitar 4 jam.

c. Indikasi
Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot

polos (antispasmodic)
Mydriasis dan cyclopedia pada mata

Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada

intubasi dan anestesia inhalasi


Mengembalikan bradikardi yang berlebihan
Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising

neuromuscular
Antidotum untuk keracunan organophosphor
Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).

d. Kontraindikasi

Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit),


myasthenia gravis (tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik
dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat.

e. Dosis

Dosis atropin umumnya berkisar antara 1/4 - 1 mg. Untuk keracunan antikolinesterase
digunakan dosis 2 mg/kali. Dosis untuk mengatasi keracunan kolinergik pada anak adalah
0,04 mg/kgBB per kali.

f. Efek samping

Efek samping antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia


(diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin,
dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia, mulut kering, kulit kering dan
kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia
lanjut) , mual, muntah dan pusing

g. Nama dagang

Chlorpromazine

hydrochloride,

cimetidine

hydrochloride,

dimenhydrinate,

diphenhydramine hydrochloride, droperidol, morphine supfate,


3. METILSANTIN

Latar Belakang dan Farmakologi


Efek bronkodilator dari strong coffee pada mulanya digambarkan oleh Hyde
Salter. Metilsantin (teofilin) berhubungan dengan kafein dan telah digunakan untuk

mengobati asma sejak tahun 1930-an. Sejak saat itu teofilin digunakan secara luas untuk
pengobatan asma. Efek primer dari teofilin adalah relaksasi otot polos jalan nafas.
Teofilin juga menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan meningkatkan bersihan
mukosilier. Namun, karena agonis lebih efektif dan steroid inhalasi memiliki efek
antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan teofilin maka pemakaian teofilin menjadi
berkurang.

Struktur Kimia

Teofilin adalah suatu metilsantin yang memiliki struktur kimia mirip dengan santin
pada diet umum, kafein dan teobromin. Aminofilin adalah garam etilendiamin yang
disintesis untuk meningkatkan kelarutan santin pada pH netral.

Cara Kerja Metilsantin

Walaupun teofilin telah digunakan lebih dari 50 tahun namun cara kerjanya
sebagai bronkodilator belum dipahami dengan jelas. Ada beberapa teori yang
disampaikan antara lain:

a. Penghambatan Fosfodiesterase

Efek bronkodilatasi dari teofilin adalah dengan cara menghambat enzim

fosfodiesterase, suatu enzim yang bekerja menginaktifkan cAMP. Akumulasi konsentrasi cAMP
intraseluler merupakan kunci utama bronkodilatasi.

b. Antagonis Reseptor Adenosin

Pada konsentrasi terapeutik, teofilin merupakan penghambat yang poten terhadap


adenosin. Hambatan ini memberikan efek bronkodilatasi. Dapat didemonstrasikan bahwa
bronkokonstriksi yang diinduksi oleh adenosin dapat dicegah dengan pemberian teofilin.

c. Pelepasan Katekolamin Endogen

Teofilin meningkatkan sekresi epinefrin dari medula adrenal. Peningkatan


konsentrasi epinefrin di dalam darah menimbulkan efek bronkodilatasi.

d. Penghambatan Prostaglandin

Teofilin melawan efek prostaglandin pada otot polos vaskuler secara invitro,
tetapi belum ada bukti bahwa efek ini muncul pada konsentrasi terapeutik pada jalan
nafas.

e. Influks Kalsium

Teofilin mempengaruhi mobilisasi kalsium pada otot polos jalan nafas.

1). TEOFILIN

Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit

paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif
kronik. Teofilin dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan
agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia.

Teofilin dimetabolisme oleh hati. Pada pasien perokok atau gangguan fungsi hati

dapat menyebabkan perubahan kadar teofilin dalam darah. Kadar teofilin dalam darah dapat
meningkat pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus dan pasien lanjut usia. Kadar teofilin dapat
menurun pada perokok, pengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan yang meningkatkan
metabolisme di hati.

Penggunaan teofilin haruslah berhati-hati karena batas keamanan dosis yang cukup
sempit. Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping juga
sudah muncul pada kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar diatas 20 mg/lt

a. Farmakodinamik
Efek farmakologi teofilin yang terpenting adalah :
perangsang SSP yang kuat, lebih kuat dari kafein;
merangsang pusat napas di medula oblongata;
memperkuat kontraktilitas diafragma;
mempunyai efek inotropik positif pada jantung;
merelaksasi kuat otot polos bronkus yang menyebabkan meningkatriya kapasitas vital;
dimanfaatkan sebagai bronkodilator pada asma bronkial;
meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan efek mirip diuretik tiazid.
b. Farmakokinetik
Absorpsi: teofilin diabsorpsi dengan cepat melalui oral, parenteral, dan rektal.

Distribusinya ke seluruh bagian tubuh. Ikatan dengan protein plasma sebanyak 50%.
Eliminasi: derivat xantin terutama dieliminasi melalui metabolisme dalam hati, sebagian
besar diekskresi bersama urine dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin. Waktu
paruhnya 8 jam. Kadar teofilin dalam darah harus dipantau karena dosis yang berlebihan
dapat menimbulkan kematian yang mendadak, dan dosis kecil tidak efektif. Efek yang

bermanfaat umumnya mulai dengan kadar 7-10 mcg/ml. Gejala toksisitasnya dapat
timbul pada kadar 20 mcg/ml atau lebih.
c. Indikasi

Obstruksi saluran nafas yang reversibel, serangan asma berat.

d. Kontraindikasi

Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkus
lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui.

Kehamilan : pada trimester ketiga berisiko bayi tidak bernafas.

Menyusui : terdapat pada ASI, dapat muncul gejala iritabilitas pada bayi.

e. Dosis (Dosis tergantung juga dari tiap merk teofilin)


Secara umum dosis dewasa 200 - 400 mg tiap 12 jam.
Anak 6-12 tahun : 125 - 200 mg tiap 12 jam
Anak 2-12 tahun : 9 mg/kgBB setiap 12 jam (maksimal 200 mg)

f. Sediaan :
Tablet/kapsul 125 mg, 130 mg, 150 mg, 250 mg, 300 mg
Syrup 130 mg/15 ml, 150 mg/15 ml
g. Efek Samping

Denyut jantung meningkat, berdebar-debar, mual-muntah, gangguan saluran cerna


lainnya, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan irama jantung, kejang.

h. Merk Dagang
-

Aminophyllinium

Bronsolvan

Kalbron

Asbron

Bufabron

Kontrasma

Asmadex

Bufakris

Mediasma

Asmavar

Euphyllin

Neo napacin

Bronchophylin

Grafasma

New ascaps

Brondilex

Ifasma

New cotab

Nitrasma

Prinasma

Omedrine

Samcolat

2). AMINOFILIN

Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substantial kimia
(etilendiamin) yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis
teofilin yang diberikan dalam bentuk injeksin namun sangat perih dan iritasi jika
diberikan melalui suntikan intramuskular.

a. Jenis
-

Golongan bronkodilator yang merupakan derivat dari metilxantin.

a. Farmakodinamik
-

Teofilin, Aminofilin, kafein dan teobromin memiliki efek farmakologi yang sama yaitu
dapat menyebabkan relaksasi otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang sistem
saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Pada dosis rendah dan sedang,
metilxantin dapat menyebabkan sedikit cortical arousal dengan peningkatan kewaspadaan
dan rasa lelah, sedangkan pada dosis tinggi dapat menyebabkan kegelisahan dan tremor
terutama pada penggunaan aminopilin pada penderita asma. Metilxantin juga dapat
memiliki efek kronotropik dan inotropik positif langsung pada jantung yang terjadikarena
peningkatan rilis katekolamin yang disebabkan oleh hambatan reseptor adenosine
prasinaps. Efek terapi dari metilxantin ini diduga tidak hanya terbatas pada jalan napas,
sebab mereka memperkuat kontraksi otot rangka terpisah pada penelitian in vitro, dan
mempunya efek kuat baik dalam memperbaiki kontraktilitas maupun dalam memperbaiki
kepenatandiafragma pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis.

a. Farmakokinetik
-

Metilxantin cepat diabsorbsi setelah pemberian secara oral, rectalatau parenteral. Sediaan
dalam bentuk cair atau tablet tidak bersalutakan diabsorbsi secara cepat dan lengkap.
Asorbsi juga berlangsung lengkap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat. Absorbsi
aminofilin dalam bentuk garam yang mudah larut, seperti teofilin Na gkisinatatau teofilin
kolin. Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin bentuk cair atau tablet tidak bersalut
dapat menghasilkan kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam. Pada umumnya adanya
makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbs teofilin tetapi tidak
mempengaruhi derajat besarnya absorbsi. Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh,
dapat melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volume distribusi nya antara 400 dan

600 ml/kg. eliminasi dari metilxantin terutama melalui metabolisme dalam hati. Sebagian
besar akan diekskresikan bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin.
a. Indikasi
-

Digunakan pada penyakit asma bronchial, PPOK (Penyakit ParuObstruktif Kronik),


apnea pada bayi prematur

a. Kontraindikasi
- Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine
a. Sediaan
-

Berbentuk kristal putih, pahit dan sedikit larut dalam air. Untuk penggunaan oral, tersedia
Kapsul 130 mg, Tablet 150 mg. Tablet salut selaput lepas lambat: 125 mg, 250 mg, 300
mg. Sirup 50 mg/5ml, 130 mg/15ml, 150mg/15 ml. Ampul 10ml, mengandung 24 mg
aminofilin setiap mili liternya.

a. Dosis
-

Kadar terapi aminofilin sedikitnya 5-8 g/ml, sedangkan efek toksik mulai terlihat pada
kadar 15 g/ml dan lebih sering pada dosis diatas 20 g/ml. Dosis aminofilin diberikan 6
mg/kgBB diberikan secara infuse selama 20-40 menit. Setelah itu untuk efek yang
optimal dipertahankan dengan pemberian infus 0,5 mg/kgBB/jam untuk dewasa normal
dan bukan perokok. Untuk anak-anak dan orang dewasa perokok memerlukan dosis 0,80,9 mg/kgBB/jam. Aminofilin oral bagi orang dewasa adalah 400 mg/hari.

a. Efek samping
-

Gugup, ansietas, sakit kepala, insomnia, kejangtakikardia, palpitasi, aritmia, angina


pectoris, mual, muntah, anoreksia, kram.

a. Nama dagang

- Amicain, Aminophyllinum, Phyllocontin


-

BAB III
PENUTUP
-

A. KESIMPULAN
-

Berdasarkan pejelasan yang telah diuraikan didepan mengenai bronkodilator,maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa:


1. Obat - obat Bronkodilator merupakan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kesulitan
bernafas yang disebabkan oleh asma, bronchitis, bronchiolitis, pneumonia dan emfisema.
Ada tiga jenis obat bronkodilator, yaiu simpatomimetika (2 agonist), metilxantin, dan
antikolinergik.
2. Mekanisme kerja obat simpatomimetika adalah melalui stimulus reseptor 2 pada bronkus
menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Metilxantin dapat menghambat family enzim
fosfodiesterase sedangkan Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada reseptor-reseptor
muskarinik secara kompetitif dalam saluran nafas asetilkolin dibebaskan dari ujung-ujung

eferen saraf fagus dan antagonis kolinergik ini secara efektif dapat memblokade peningkatan
sekresi mucus yang terjadi sebagai respon terhadap aktivitas fagus.
-

B. SARAN
-

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :

1. Sebelum obat diberikan


a. Kondisi pasien secara umum (muntah, sukar menelan, tidak dapat minum obat tertentu,
dll). Juga harus diperhatikan faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual, atau
motorik pada pasien yang berpengaruh saat minum obat.
b. Prinsip lima benar.
- Benar pasien
- Benar obat
- Benar dosis
- Benar cara atau rute pemberian obat
- Benar waktu
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien sebelum memberikan obat.
2. Selama obat diberikan
a. Pantau dan awasi pemberian obat, yakinkan bahwa obat sudah diminum oleh pasien.
b. Pada pemberian obat selain oral, dimana harus perawat sendiri yang melakukan, obat
tersebut sesui dengan prosedur pemberian.
3. Setelah obat diberikan
a. Awasi reaksi pasien setelah diberikan obat.
b. Kontrak waktu untuk pemberian obat selanjutnya.
c. Dokumentasi obat yang diberikan.
-

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2011. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.

Ganiswarna SG, Setiabudi. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Bagian Farmakologi


Fakultas
-

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 57-76

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC. Jakarta.

Pramudianto, Arlina dan Evaria. 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PTBIP.
Jakarta.

Tjay, Tan Hoan, dan Rahardja, Kirana, 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
Dan
-

Efek-Efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan I. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai