Anda di halaman 1dari 8

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Kultur UrineUntuk menyingkirkan infeksi


IVUUntuk menilai saluran bagian atas dan obstruksi atau fistula

Sistoskopi jika dicurigai terdapat batu atau neoplasma kandung kemih


Pemeriksan speculum vagina ±sistogram jika dicurigai terdapat fistulavesilovagina.


(Piere A. Grace & Neil R. Borley. 2007)

Uji uro dinamikKegagalan dalam menentukan etiologi dan diagnose inkontinensia


urinterjadi pada 50% kasus yang mendasarkan pada anamnesa dan
pemeriksaanfisik saja sehingga perlu dilakukan pemeriksaan urodinamik sebagai
ujitambahan Urodinamik didefinisikan sebaga suatu pengujian faktor normal
danabnormal padaproses pengisian, transport dan pengosongan urin pada
kandungkemih dan uretra dengan menggunakan metode tertentu.
Pemeriksaanurodinamik,meliputi:
o

Uroflowmetri (mengukur kecepatan aliran)


o

Sistometri (menggambarkan kontraktur detrusor)


o

Sistometri video (menunjukkan kebocoran urin saat mengedan saatpasien dengan


inkontinensia stress
Flowmetri tekanan uretra (mengukur tekanan uretra dan kandung kemihsaat istirahat
dan selama berkemih Jika penyebab inkontinensia urinpasien tetap tidak dapat
ditentukan, evaluasi urodinamik merupakanlangkah selanjutnya yang harus
dipertimbangkan). Uji uro dinamikbermanfaat pada kondisi :

Diagnosis yang belum pasti sehingga akan dapat mempengaruhiterapi,


Terapi empiris tidak berhasil mengatasi keadaan dan akan dicobapendekatan terapi
lain.

Obstruksi yang dapat dikoreksi (diduga terjadi pada pasien denganoverflow


incontinence)

Pada pasien yang berusia lebih dari 70-75 tahun, ujiurodinamik inimungkin
diperlukan untuk menegakkan diagnosis sebelum dilakukanterapi invasif.(Vitriana.
2002)

Q-tip testTes ini dilakukan dengan menginsersikan sebuah cotton swab (Q-tip) yang
sterilkedalam uretra wanita lalu kekandung kemih. Secara perlahan tarik
kembalihingga leher dari Q-tip berada di leherkandungkemih. Pasien lalu dimintaunt
uk melakukan Valsavamanuver atau mengkontraksikan otot
abdominalnya.Perubahansudut Q-tip diukur dan dipergunakan sebagai ukuran
laksitidasarpanggul. Bila sudut yang terjadi lebih dari 35 derajat dengan
melakukanhal tersebut maka hal tersebut mengindikasikan adanya hipermobilitas
uretra(tipe II stress incontinence). Akan tetapi karena laksiti mempunyai nilai
yangkecil dalam menentukan penyebab inkontinensia, maka kegunaan tes ini
untukdiagnostic menjadi sangat terbatas. (Vitriana. 2002)

Marshall test (Marshall -Bonney test)Jika pemeriksa mendeteksi keluarnya urin


bersamaan dengan adanya kontraksiotot abdomen, maka uji ini
dapat dilakukan untuk mengetahui apakahkebocoran dapat dicegah dengan cara
menstabilisasi dasar kandung kemihsehingga mencegah herniasime lalu diafragma
urogenital atau tidak.
Dilakukandengan meletakkan dua jari (jari ke dua dan ketiga) di fornices lateral vagi
na(leher kandung kemih) dan meminta pasien untuk batuk. Kandung kemih saat

10
itu haruslah penuh. Dua jari pada leher kandung kemih itu bertindak
sebagaipenyokong uretra proksimal selama Valsavamanuver.Diagnosa
hipermobilitas uretra dapat ditegakkan jika tidak terjadikebocoran, akan tetapi nilai
diagnose ini menjadi terbatas karena pada usia
stenosisvaginal merupakan hal yang umum terjadi dan false positive dapat timbul bil
akurang tepat meletakkan jari saat pemeriksaan. Bila pemeriksa meletakkan
jarinyakurang lateral maka bukannya menstabilisasi outlet kandung kemih akan teta
pimenutup outlet sehingga akan mencegah kebocoran. Karena sifatnya yang
tidakspesifik ataun sensitive itulah maka tes ini menjadi jarang dipergunakan dan
bukanmerupakan standar pemeriksaan (Vitriana. 2002).

Pad
testMerupakan penilaian semi objektif untuk mengetahui apakah cairan yangkeluar
adalah urin, seberapa banyak keluarnya urin dan dapat digunakan untukmemantau
keberhasilan terapi inkontinensia. Bermanfaat sebagai tambahanamnesa pasien dan
pemeriksaan fisik. Intravesical methylene blue, oralPyridium, or Urised dapat
dipergunakan sebagai zat pewarna. Jika pembalutmengalami perubahan warna
maka cairan yang keluar adalah urin. Pad test inidapat dilakukan selama 1 jam atau
24 jam. Pad kemudian ditimbang (1g=1ml)untukmenilaiberapabanyakurin
yang keluar. (Vitriana. 2002)

Standing pelvic
examinationPemeriksaan ini dilakukan jika pemeriksaan pelvis gagal untukmenampa
kkan keluarnya urinataujikadidugaterdapatprolaps organ.Jikatampakprolaps pelvis,
dorong organ yang prolapskeatasdenganpessaryataugauze kemudianulangi cough
stress test dalamposisiberdiri. (Vitriana. 2002)2.7

PENATALAKSANAAN MEDIS
a.

Penatalaksanaan menurut Grace. A Pierce, 2006 (Ilmu Bedah. Edisi 3.


Jakarta :Erlangga)

Inkontinensia urgensi

Terapi medikamentosa
Modifikasi asupan cairan, hindari kafein, obati setiap penyebab (infeksi,tumor, batu),
latihan berkemih, antikolinergik/relaksan otot polos(oksibutin, tolterdin).

Terapi pembedahanSistoskopi (cystoscopy) adalah prosedur pemeriksaan dengan


sebuahtabung fleksibel berlensa yang dimasukkan melalui uretra ke dalamkandung
kemih dan kemudian untuk mempelajari kelainan dalam kandungkemih dan saluran
kemih bawah. Alatnya disebut sistoskop.

Inkontinensia Stres

Terapi medikamentosaLatihan otot



otot dasar panggul, estrogen untuk vaginitis atrofik

Terapi PembedahanUretropeksi retroubik atau endoskopik, perbaikan vagina, sfinger


buatan.

Inkontinensia overflow

Jika terdapat obstruksiObati penyebab obstruksi, misalnya TURP.


Jika tidak terdapat obstruksiDrainase jangka pendek dengan kateter untuk


memungkinkan otot detrusorpulih dari peregangan berlebihan, kemudian
penggunaan stimulan ototdetrusor jangka pendek (bethanekol ; distigmin). Jika
semuanya gagal,katerisasi interminten yang dilakukan sendiri (inkontensia
overflowneurogenik).
b.

Penatalaksanaan INKONTINENSIA
Pada umumnya terapi inkontinensia urine adalah dengan cara operasi. Akantetapi
pada kasus ringan ataupun sedang, bisa dicoba dengan terapi konservatif.Latihan
otot dasar panggul adalah terapi non operatif yang paling populer, selainitu juga
dipakai obat-obatan, stimulasi dan pemakaian alat mekanis.

Latiha Otot Dasar Piggul Pelvi Floor Exerises


Kontinensia dipengaruhi oleh aktifitas otot lurik urethra dan dasarpelvis. Fisioterapi
meningkatkan efektifitas otot ini. Otot dasar panggul
membantu penutupan urethra pada keadaan yang membutuhkan ketahananurethra
misalnya pada waktu batuk. Juga dapat mengangkat sambunganurethrovesikal
kedalam daerah yang ditransmisi tekanan abdomen danberkontraksi secara reflek
dengan peningkatan tekanan intraabdominal,perubahan posisi dan pengisian
kandug kemih.Pada inkompeten sfingter uretra, terdapat hilangnya transmisi
tekananabdominal pada uretra proksimal. Fisio terapi membantu meningkatkantonus
dan kekuatan otot lurik uretra dan periuretra.Pada kandung kemih neurogrik, latihan
kandung kemi
h ladder
training) telah menunjukan hasil yang efektif.11 Latihan kandung kemihadalah upaya
melatih kandung kemih dengan cara konservatif, sehinggasecara fungsional
kandung kemih tersebut kembali normal dari keadaannyayang abnormal. Langkah-
langkah LKK(Latihan kandung kecing) :

Tentukan tipe kandung kemih neurogenik


Tiap waktu miksi dimulai dengan stimulasi :


o

Tipe UMN : Menepuk paha dalam, menarik rambut daerahpubis,masukkan jari pada
rektum.
o

Tipe LMN : Metode Crade atau manuver valsava.


Obat-obatan

Alfa Adrenergik AgonisOtot leher vesika dan uretha proksimal megandung alfa
adrenoseptoryang menghasilkan kontraksi otot polos dan peningkatan
tekananpenutupan urethra obat aktif agonis alfa-reseptor bisa menghasilkan
tipestmulasi ini dengan efek samping relatif ringan.

EfedrinEfek langsung merangsang alfa sebaik beta-adrenoseptor dan
jugamelepaskan noradrenalin dari saraf terminal obat ini juga dilaporkanefektif pada
inkotinensia stres.Efek samping menigkatkan tekanan darah,kecemasan dan
insomnia oleh karena stimulasi SSP

PhenylpropanololaminePPA (Phenylpropanololamine) efek stimulasi perifer


sebanding denganefedrin, akan tetapi dengan efek CNS yang terkecil. PPA adalah
komponenutama obat influensa dalam kombinasi dengan antihistamin dan
anthikholinergik. Dosis 50 mg dua kali sehari. Efek samping minimal.Didapatkan 59
% penderita inkontinensia stres mengalami perbaikan.

EstrogenPenggunaannya masih kontroversi. Beberapa penelitian menunjukkanefek


meningkatkan transmisi tekanan intra abdominal pada uretra denganestrogen dosis
tinggi oral dan intravaginal. Estrogen biasanya diberikansetelah tindakan bedah
pada inkontinensia dengan tujuan untukmemperbaiki vaskularisasi dan
penyembuhan jaringan urogential,walaupun belum ada data yang akurat.

Stimulasi ElektrikMetode ini paling sedikit diterima dalam terapi walaupun sudah
rutindigunakan selama 2 dekade. Prinsip stimulasi elektrik adalah
menghasilkankontraksi otot lurik uretra dan parauretra dengan memakai
implant/non-implant (anal atau vaginal) elektrode untuk meningkatkan tekanan
uretra.Aplikasi stimulasi dengan kekuatan rendah selama beberapa jam per
hariselama beberapa bulan. Terdapat 64 % perbaikan penderita dengan caraimplant,
tapi metode ini tidak populer karena sering terjadi efek mekanis danmorbiditas
karena infeksi. Sedang stimulasi non-implant terdiri darigenerator mini yang
digerakkan dengan baterai dan dapat dibawa dalampakaian penderita dan
dihubungkan dengan elektrode anal/vaginal. Bentukelektrode vaginal : ring, Hodge
pessary, silindris.

Alat Mekais Mehaial Devies

Tampon(Tampon dapat membantu pada inkontinensia stres terutama bilakebocoran


hanya terjadi intermitten misal pada waktu latihan.Penggunaan terus menerus dapat
menyebabkan vagina kering atau luka).

Edward Spring(Dipasang intravagina. Terdapat 70 % perbaikan pada penderita


dginkontinensia stres dengan pengobatan 5 bulan. Kerugian terjadi ulserasivagina).

Boass Devie
(Terbuat dari bahan lateks yang dapat ditiup. Bila ditiup dapatmengangkat
sambungan urethrovesikal dan urethra proksimal).
14
c.

Penanganan Operatif
Penatalaksanaan stres inkontinensia urine secara operatif dapatdilakukan dengan
beberapa cara meliputi :

Kolporafi anterior

Uretropeksi retropubik

Prosedur jarum

Prosedur sling pu

Periuretral bulking agent


Tension vaginal tape (TVT)

Tindakan operatif sangat membutuhkan informed consent yang cermatdan baik pada
penderita dan keluarganya karena angka kegagalan maupunrekurensi tindakan ini
tetap ada.

2.8

KOMPLIKASI

Ruam kulit atau iritasiDiantara komplikasi yang paling jelas dan manifestasi kita
menemukan masalahdengan kulit, karena mereka yang menderita masalah ini
terkait kandung kemih,memiliki kemungkinan mengembangkan luka, ruam atau
semacam infeksi kulit,karena fakta bahwa kulit mereka overexposed cairan dan
dengan demikianselalu basah. Ruam kulit atau iritasi terjadi karena kulit yang terus-
menerusberhubungan dengan urin akan iritasi, sakit dan dapat memecah.

Infeksi saluran kemihInkontinensia meningkatkan risiko infeksi saluran kemih


berulang.

ProlapseProlaps merupakan komplikasi dari inkontinensia urin yang dapat terjadi
padawanita. Hal ini terjadi ketika bagian dari vagina, kandung kemih, dan
dalambeberapa kasus uretra, drop-down ke pintu masuk vagina. Lemahnya otot
dasarpanggul sering menyebabkan masalah. Prolaps biasanya perlu diperbaiki
denganmenggunakan operasi.

Perubahan dalam kegiatan sehari-hariInkontinensia dapat membuat pasien tidak


dapat berpartisipasi dalam aktivitasnormal. Pasien dapat berhenti berolahraga,
berhenti menghadiri pertemuansocial. Salah satu jenis tersebut adalah inkontinensia
stres. Hal ini terjadi ketika

15
otot-otot dasar panggul mengalami kelemahan dari beberapa macam, dan tidaklagi
mampu menjaga uretra tertutup. Karena itu, membuat gerakan tiba-tibaseperti batuk
atau tertawa dapat menyebabkan kebocoran urin. Penyebabmelemahnya otot dasar
panggul bisa berbeda dan disebabkan oleh berbagaifaktor, misalnya untuk
kehamilan dan persalinan (strain dan otot terlalu melar),menopause (kurangnya
estrogen melemahkan otot), penghapusan rahim (yangkadang-kadang dapat
merusak otot), usia, obesitas.

Perubahan dalam kehidupan pribadi pasien.Inkontinensia dapat memiliki dampak


pada kehidupan pribadi pasien. Keluargapasien mungkin tidak memahami perilaku
pasien. Pasien dapat menghindarikeintiman seksual karena malu yang disebabkan
oleh kebocoran urin. Ini
tidak jarang mengalami kecemasan dan depresi bersama dengan inkontinensia(May
o,2012)

Komplikasi terapi bedah inkontinensia stres terutama terdiri dari pembentukansisa


urine segera dalam fase pascabedah.Biasanya masalah ini bersifat sementara dan
dapat diatasi dengan kateterisasiintermiten, dengan karakter yang ditinggalkan atau
lebih baik dengan drainasekandung kemih suprapubik. Hal ini memungkinkan
pencarian pembentukan sisaurine tanpa kateterisasi. Komplikasi lain biasanya
berasal dari indikasi yangsalah. Perforasi kandung kemih dengan kebocoran urine,
infeksi saluran kemihyang berkepanjangan dan osteitis pubis pada operasi
Marshall-Marchetti-Krantz
merupakan komplikasi yang jarang terjadi.(Andrianto,1991)2.9

Anda mungkin juga menyukai