FAKULTAS TEKNIK
PS S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
PROPOSAL
TUGAS SKRIPSI
Nama :Agustiawan
NIM :1109055020
Peminatan :Mine HSE
Judul Tugas Skripsi :Analisis Pengaruh Grade Jalan Terhadap Konsumsi
Bahan Bakar HD 465 dan HD 785 di PT.X
Pembimbing 1 : Dr. Ir. Harjuni Hasan, M.Si.
Pembimbing 2 : Tommy Trides, S.T., M.T.
Dilaksanakan : Semester Ganjil 2015/2016
1. Judul Penelitian
Analisis Pengaruh Grade Jalan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar HD465 dan
HD785 di PT.X
Pada kegiatan penambangan khususnya pada tambang terbuka truk biasa nya
merupakan alat angkut utama, selain karena sifat truk yang fleksibel, truk juga
dinilai memiliki produktivitas yang cukup tinggi. Dalam penggunaan nya truk
membutuhkan berbagai kebutuhan operasional, salah satunya ialah kebutuhan
akan bahan bakar minyak. Seperti yang diketahui bahwa rata – rata penyebab
besarnya ongkos pada kegiatan penambangan ialah kegiatan produksi terutama
pada konsumsi bahan bakar alat. Menurut W. Hustrulid et al. (2006) ongkos pada
kegiatan hauling dapat mencapai 50 persen dari total ongkos operasi pada
kegiatan penambangan, sehingga apabila konsumsi fuel dapat diminimalisir, maka
ongkos operasiona pun akan berkurang.
1
Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar minyak pada truk salah
satunya ialah kemiringan jalan. Selain berpengaruh terhadap waktu tempuh dan
kecepatan truk, grade jalan juga mempengaruhi power atau tenaga pada truk.
Dengan adanya kemiringan atau grade jalan ini dapat menyebabkan truk
mengeluarkan tenaga lebih dari sebelumnya dikarenakan adanya tahanan
kemiringan yang harus diatasi. Pada kenyataan nya kemiringan atau grade jalan
tidak dapat dipisahkan pada kegiatan penambangan, selain disebabkan elevasi
jalan tambag yang pada umumnya dibuat mengikuti kontur topografi, bentuk pit
yang mengarah ke elavasi lebih rendah juga membuat jalan pada kegiatan
penambangan haru dibuat miring.
Menurut Helbert L. Nichols dan David A. Day (2005) grade jalan yang tinggi
akan meningkatkan penggunaan bahan bakar, penggunaan ban dan ongkos
pemeliharaan alat.
Perlu diketahui bahwa penggunaan mesin pada truk sistem penggerak lain
biasanya juga akan menjadi berlebih apabila grade lebih dari 6%. Adanya grade
jalan yang menurun (grade yang menguntungkan) akan sangat membantu sekitar
2%, akan tetapi apabila grade terlalu curam justru dapat menyebabkan
berkurangnya produksi sama seperti grade jalan yang terlalu tinggi. Kecepatan
pada grade jalan menurun juga harus dibatasi dengan alasan safety atau
keamanan, apabila truk tersebut tanpa muatan. Dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa semakin tinggi grade jalan berbanding lurus dengan
meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (solar) pada truk, sehingga perlu
dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut.
3. Perumusan Masalah
2
konsumsi bahan bakar minyak (solar) pada unit dump truck HD465 dan HD785 di
PT.X
4. Tujuan Penelitian
5. Batasan Masalah
3
6. Pengaruh pergantian gigi diabaikan karena secara umum alat bekerja dengan
transmisi otomatis yang mengatur posisi gigi menjadi optimal berdasarkan
pada kecepatan truk.
7. Tahanan gulir dianggap sama pada setiap lokasi kerja karena struktur jalan
yang relatif sama dan perawatan yang dilakukan secara rutin.
8. Konsumsi bahan bakar untuk pemakaian air conditioner (AC), radio, dan
aksesoris lainnya dianggap kecil sehingga dapat diabaikan.
9. Konsumsi bahan bakar alat pada saat diam tetapi mesin tetap hidup (idle)
dianggap lebih kecil daripada saat alat bekerja atau bergerak.
6. Dasar Teori
Pemilihan suatu alat bukan didasarkan atas besarnya produksi atau kapasitas alat
tersebut saja. Tetapi didasarkan ongkos termurah untuk tiap cuyd atau ton. Dalam
dunia pertambangan ongkos untuk bahan bakar biasanya merupakan ongkos yang
paling besar dikeluarkan untuk biaya operasional alat, karena alat – alat mekanis
cenderung memiliki konsumsi bahan bakar yang besar apalagi jika alat tersebut
terdapat dalam jumlah yang cukup banyak seperti truk.
Salah satu faktor yang penting bagi pengguna mesin adalah konsumsi bahan
bakar. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Faktor – faktor
yang mempengaruhi laju konsumsi bahan bakar ini secara garis besar dibagi
dalam empat kelompok yaitu kendaraan, lingkungan, pengemudi, dan kondisi lalu
lintas. Variabel utama dalam lalau lintas meliputi kecepatan, jumlah berhenti, dan
percepatan. Tingkat agresifitas pengemudi terlihat dari tingkat kecepatan dan
percepatan yang akan mempengaruhi laju konsumsi bahan bakar. Faktor – faktor
yang berhubungan dengan lingkungan pengendaraan yang dapat mempengaruhi
konsumsi bahan bakar adalah kemiringan kondisi permukaan jalan (kekasaran,
basah, kering). Karakteristik kendaraan yang mempengaruhi pemakaian bahan
4
bakar meliputi massa total kendaraan, ukuran mesin, jenis mesin (misal bensin,
diesel, listrik, hibrid), jenis transmisi, jenis dan ukuran ban, tekanan ban,
kelurusan roda, kondisi sistem rem dan pembakaran, temperatur mesin,
viskositasoli, spesifikasi bahan bakar, bentuk kendaraan dan tingkat penggunaan
peralatan tambahan seperti pengkondisian udara dan wiper. Sebagai contoh dapat
dilihat pada gambar 2.1 bagaimana konsumsi bahan bakar dapat dipengaruhi oleh
perubahan rasio gear (axle ratio), engin displacement dan berat kendaraan.
Pada gambar 2.1 dapat dilihat seberapa besar pengaruh perubahan pada spesifikasi
kendaraan terhadap konsumsi bahan bakarnya. Untuk perubahan ratio gear
kendaraan (axle ratio) yang lebih besar dari 20% akan mempengaruhi konsumsi
bahan bakar kendaraan yang sebelum nya dapat menempuh jarak 10,2 km untuk 1
liter bensin/solar, menjadi hanya dapat menempuh 8,9 km untuk 1 liter
bensin/solar, sehingga konsumsi bahan bakarnya naik sebesar 13%. Sedangkan
untuk rasio gear kendaraan yang lebih kecil dari 20% akan mengurangi bahan
bakar sebesar 11%. Lalu untuk kenaikan berat kendaraan sebesar 20% akan
5
menambah konsumsi bahan bakar sebesar 4%. Kemudian untuk penggunaan
kendaraan dengan engine displacement yang lebih besar 10% akan menambah
konsumsi bahan bakar sebesar 6%. Selain penjelsan diatas dibawah ini akan
dijelaskan lebih detail mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi konsumsi
bahan bakar, berikut faktor – faktor yang mempengaruhi beserta penjelasannya.
6.1.1 Waktu Tempuh
Waktu tempuh merupakan durasi waktu yang dibutuhkan suatu kendaraan untuk
melewati jalur jalan tertentu dimana besar kecilnya nilai waktu tempuh ini
bergantung pada kecepatan dan panjang jalur jalan. Waktu tempuh dapat pula
disebut waktu angkut atau hauling time. Waktu angkut ini bergantung pada jarak
angkut, kondisi jalan, tenaga alat dan lain – lain (Ahmad Kholil, 2012, h.8). Perlu
diketahui bahwa waktu tempuh berbeda dengan waktu daur, waktu daur atau cycle
time ialah siklus dari operasi unit yang dibagi menjadi beberapa bagian atau sub
operasi dalam satu siklus seperti load, haul, dump, return dimana didalamnya
terdapat jumlah durasi – durasi waktu untuk menjadi satu siklus disebut cycle time
(Howard L. Hartman 1992, h.763).
6.1.2 Kecepatan
6
Kecepatan merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu jarak
tertentu, dinyatakan dalam jarak persatuan waktu. Dalam dunia pertambangan,
besar kecil nya nilai kecepatan berpengaruh terhadap durasi waktu tempuh dari
suatu alat angkut dalam hala ini dunpt truck. Secara teori semakin rendah
kecepatan suatu alat angkut maka akan semakin besar pula waktu tempuh nya dan
begitu juga sebaliknya. Sehingga semakin lama durasi waktu tempuh dari suatu
alat angkut tentu akan menyebabkan semakin besar juga konsumsi bahan bakar
minyaknya. Namun kecepatan yang terlalu tinggi juga menyebabkan putaran
mesin menjadi lebih cepat sehingga dapat menyebabkan peningkatan dalam
konsumsi bahan bakar. Jadi dapat dikatakan bahwa kecepatan berpegaruh
terhadap konsumsi bahan bakar minyak. Kecepatan yang terlalu tinggi atau
terlalau rendah juga dapat menyebabkan meningkatnya konsumsi bahan bakar
seperti tersaji pada gambar 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2 Hubungan kecepatan rata – rata dengan konsumsi bahan bakar
(Hawort, N. and Symmons,M., 2001)
Hubungan kecepatan rata – rata dengan konsumsi bahan bakar diatas merupakan
hasil penelitian di Universitas Monash Canberra pada tahun 2001. Dari gambar
diatas dapat disimpulkan bahwa konsumsi bahan bakar terendah atau paling
7
minimum terdapat pada titik optimum tertentu, yaitu kecepatan 60 km/jam.
Artinya, pemakaian bahan bakar bertambah ketika laju kendaraan meningkat
diatas 60 km/jam dam konsumsi bahan bakar menjadi lebih besar apabila laju
kendaraan dibawah 60 km/jam. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan dan
konsumsi bahan bakar memiliki hubungan pada titik tertentu agar pemakaian
bahan bakar dapat optimal. Secara umum kecepatan suatu alat angkut dapat
diketahui dengan persamaan, yaitu :
v = s/t ..................................................................................................................
(2.1)
dengan : v = kecepatan (m/s)
s = jarak (m)
t = waktu tempuh (s)
Waktu tempuh sebuah truk pada kondisi bermuatan dan kondisi tanpa muatan
tentu akan berbeda, truk tanpa muatan memiliki kecepatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan truk yang bermuatan. Adanya muatan pada truk dapat
menyebabkan berkurangnya kecepatan maksimum yang dapat dicapai oleh sebuah
truk dan juga lebih membebani kinerja mesin dikarenakan mesin butuh tenaga
lebih untuk dapat mengangkut beban. Beban yang dapat diangkut oleh sebuah truk
dapat berbeda – beda sesuai dengan kapasitas truk, spesifikasi truk dan jenis
materialnya.
Berat dari material dapat dikatan sebagai densitas material atau bobot isi material.
Bobot isi material sendiri merupakan berat per unit volume dari suatu material
yang dapat dinyatakan dalam ton/m3, kg/lt3, gr/cm3 dan lain sebagainya. Perlu
diketahui bahwa berat material ini akan berdampak pada :
- Kecepatan kendaraan dengan horsepower mesin yang dimilikinya.
- Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan
dan tahanan gulir dari jalur yang dilaluinya.
8
- Membatasi volume material yang dapat diangkut.
- Berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar kendaraan.
Pengaruh dari berat material terhadap konsumsi bahan bakar untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.1 dimanapenambahan berat kendaraan sebesar 20%
berdampak pada berkurangnya jarak tempuh suatu kendaraan yang pada awalnya
mampu menempuh jarak 10,2 km/liter hanya menjadi 9,8 km/liter saja. Hal ini
dibenarkan oleh Herbert L. Nichols (2005), bahwa pengurangan beban pada
muatan akan menghasilkan penggunaan bahan bakar yang jauh lebih hemat,
bekerja pada kegiatan penggalian atau pengangkutan yang sulit misalkan bekerja
pada permukaan jalan yang lembek, ataua penggunaan alat mekanis pada
kecepatan yang tinggi biasanya akan mengkonsumsi bahan bakar yang jauh lebih
banyak dibandingkan dengan bekerja pada kondisi jalan normal.
Rimpull merupakan gaya tarik maksimum yang dapat disediakan oleh mesin atau
besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat kepada
permukaan roda penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan (Howard
L. Hartman 1992, h.769). Rimpul ini suatu istilah yang hanya diterapkan pada alat
- alat mekanis yang beroda dan ban (rubber tired equipment). Besar kecilnya
rimpull bergantung pada kecepatan atau gear yang dipakai rimpull biasanya
dinyatakan dalam lb dan dapat diketahui dengan persamaan 2.2 berikut ini.
hp x 375 x Efisiensi mesin
RP ¿
Kecepatan (mph)
.............................................................................. (2.2)
9
Perlu diingat bahwa istilah rimpull hanya dipakai untuk kendaraan – kendaraan
yang beroda karet. Sedangkan untuk yang memakai roda rantai / crawler, maka
istilah yang dipakai adalah draw bar pull (DBP). Akan tetapi tractor crawler
memiliki tahanan gulir dan tahanan kemiringan yang harus diatasi, disamping
harus mengatasi tahanan gulir dan tahanan kemiringan alat yang ditariknya (Yanto
Indonesianto 2011, h.IV-1).
Selain dengan menggunakan persamaan 2.2 diatas, kebutuhan rimpull suatu alat
mekanis dapat ditentukan dengan menggunakan grafik unjuk kerja yang terdapat
pada handbook atau brosur dari alat mekanis yang digunakan. Namun sebelum
menggunakan grafik unjuk kerja ini nilai dari tahanan gulir (grade resistance) dan
tahanan gulir (rolling resistance) serta berat muatan terlebih dahulu harus
diketahui, hal ini dikarenakan kebutuhan rimpull suatu alat mekanis dapat berbeda
– beda sampai dengan muatan, tahanan gulir dan tahanan kemiringan yang ada.
Sebagai contoh berikut disajikan pada gambar 2.3 grafik unjuk kerja untuk dump
truck CAT 773D.
1
0
Seperti yang dijelaskan diatas, grafik ini digunakan apabila parameter – parameter
lain telah diketahui nilainya, yakni muatan, total resistance (grade & rolling
resistance) sebelum dapat ditentukan besarnya nilai rimpull yang dibutuhkan dan
estimasi nilai kecepatan truk tersebut.
Grade adalah tanjakan yang dilalui oleh alat angkut dalam hal ini dump truck,
dimana kelandaian atau kecuramannya sangat mempengaruhi kecepatan, waktu
tempuh dan putaran mesin suatu dump truck. Adanya kemiringan jalan (grade)
menimbulkan tahanan kemiringan (grade resistance) yang harus diatasi oleh
mesin dari dump truck. Kemiringan atau grade jalan merupakan salah satu faktor
penting dalam kegiatan penambangan. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan
berhubungan langsung dengan kemampuan alat amgkut (dump truck), baik dari
pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut
biasanya dinyatakan dalam persen (1%). Dalam pengertiannya, kemiringan 1%
berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter atau 1ft untuk setiap jarak mendatar
sebesar 100 meter atau 100 ft (Yanto Indonesianto 2011, h.II-4).
Sedangkan grade resistance ialah tahanan yang timbul dan harus diatasioleh gaya
mesin, sehubungan dengan kendaraan bergerak naik (uphill). Dan kemiringan
tanjakan di istilahkan dengan grade, jika kendaraan bergerak menaiki tanjakan
maka diperlukan tambahan tenaga untuk mengatasi grade resistance. Besarnya
grade resistance ini adalah 20 lbs/ton/%, artinya setiap persen tanjakan diperlukan
rimpull sebesar 20 lbs untuk melawan kemiringan dan tiap ton berat kendaraan.
Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan ini harus dijumlahkan
secara aljabar dengan rimpull untuk mengatasi tahanan gulir (Yanto Indonesianto
1
1
2011, h.IV-11). Untuk lebih jelasnya ilustrasi mengenai pengaruh grade jalan
terhadap truck dapat dilihat pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Gaya – gaya yang bekerja pada truk (Ahmad Kholil, 2012)
Rolling resistance ialah banyaknya rimpull yang dibutuhkan untuk mengatasi efek
hambatan antara ban dan permukaan tanah. Rolling resistance termasuk gaya
penahan disebabkan adanya penetrasi dari ban yang tertahan dan masuk ke dalam
tanah, hal ini bisa disebabkan oleh adanya komponen mekanis atau muatan
kendaraan sehingga menyebabkan berkurangnya tekanan angin pada ban (Howard
L. Hartman 1992, h.769)
Besarnya tahanan ini juga tergantung pada permukaan tanah tempat bekerja
alat/kendaraan (keras, licin, lembek, dll). Secara umum faktor – faktor yang dapat
menyebabkan rolling resistance dibagi menjadi tiga faktor, yakni :
a. Internal friction, merupakan friction yang terjadi karena putaran – putaran
mulai dari engine flywheel sampai ke velg roda. Jadi pada intinya hal ini
disebabkan oleh komponen mekanis (mechanical component).
b. The flexing, merupakan tahanan gelinding yang terjadi pada roda ban
dikarenakan kenylempetan pada ban. Besarnya tire flexing (kenylempetan)
1
2
tergantung pada, tire inflation, tekanan udara ban dan keadaan permukaan
jalan lintasannya.
c. Tire penetration, adalah ban pada permukaan jalan lintas, dan ini bisa
menambah besar angka rolling resistance. Setiap amblas 1 inchi
diperkirakan akan memperbesar rolling resistance sebesar 30 lbs/ton.
Kurangnya tekanan ban dapat diatasi dengan cara memelihara permukaan
jalan lintas yang terbuat dari tanah (Yanto Indonesianto 2011, h.IV-6).
Gambar 2.5 Rolling resistance yang disebabkan oleh internal friction, tire
flexing, tire penetration (Howart L. Hartman, 1992)
Rolling resistance yang harus diperhitungkan hanyalah untuk alat berat (alat – alat
mekanis) yang beroda ban. Tetapi untuk alat – alat berat dengan roda rantai (track
type vehicles) untuk keperluan praktis tidak diperhitungkan adanya nilai rolling
resistance (meskipun sebetulnya ada, yaitu rolling resistance dikarenakan internal
friction). Dasar pemikiran ini disebabkan track type vehicles rodanya berjalan
pada steel roadway yaitu pada track-nya sendiri. Dengan anggapan permukaan
jalan dari besi dimana keadaannya selalu keras dan licin maka tidak pernah terjadi
tire flexing maupun tire penetration. Oleh karena itulah pada track type vehicles
tidak terjadi rolling resistance yang harus diatasi oleh drawbar pull / rimpull
(Yanto Indonesianto 2001, h.IV-7). Nilai rolling resistance dapat berbeda – beda
tergantung dari permukaan jalan yang ada, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.1 dibawah ini.
1
3
Tabel 2.1 Tahanan gelinding dari beberapa jenis jalan
No Jenis Permukaan Jalan RR
Jalan terawat dengan baik, permukaan rata dan mulus, tidak
1 terlalu basah dan berdebu, tidak tenggelam menahan berat 2%
kendaraan.
Kondisi jalan sama dengan nomor 1, tetapi permukaannya agak
2 3.5%
tenggelam jika menahan berat kendaraan.
Kurang terawat, dasar jalan tidak padat dan tidak stabil, bekas
3 8%
roda mudah terbentuk di jalan.
4 Jalan berpasir atau berkerikil. 10%
Sama sekali tidak terawat, lembek, berlumpur, bekas roda sangat
5 15%-20%
mudah terbentuk.
Sumber : Ahmad Kholil, 2012
Power atau tenaga ialah banyaknya usaha yang harus dilakukan per satuan waktu
(Hindren A. Saber 2013 h.2). Sedangkan usaha adalah gaya yang diperlukan untuk
memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat yang lain dimana gaya ini
dapat berupa dorongan (push), tarikan (pull) atau mengangkat (lift) (Yanto
Indonesianto, 2001). Power atau tenaga dapat dinyatakan dalam kilowatt (kW),
kCall, horsepower (hp), dan satuan tenaga lainnya. Pada alat – alat mekanis
seperti truk, excavator, bulldozer, dan alat – alat mekanis lainnya satuan tenaga
yang lebih sering digunakan ialah horsepower atau tenaga kuda. Horsepower
ialah tenaga yang setara dengan 33.000 lb.ft/menit. Istilah horsepower sendiri
terdapat beberapa macam tergantung maksud dan tujuannya, yakni :
- Brake horsepower adalah horsepower mesin yang dihitung dari torsi,
sehingga disebut engine HP.
1
4
- Net horsepower adalah brake horsepower yang telah dikurangi daya
tambahan akibat adanya aksesoris pada alat.
- Flywheel horsepower adalah horsepower pada mesin dengan atau tanpa
adanya aksesoris atau horsepower yang dihitung pada roda gandeng mesin.
- Drawbar horsepower adalah horsepower pada mesin yang dikurangi dengan
adanya kehilangan – kehilangan pada power train (Herbert L. Nichols JR.
2005, h.12-111).
Nilai horsepower yang digunakan meisn dapat berbeda – beda tergantung kondisi
medan kerja dari alat mekanis yang digunakan. Sebagai contoh sebuah truk yang
melintasi grade jalan 8% dengan truk yang melintasi grade jalan 1% tentu akan
memiliki nilai horsepower yang berbeda, namun nilai horsepower maksimum
yang disediakan mesin tetaplah sama. Untuk menghitung nilai horsepower atau
tenaga pada mesin karena adanya kondisi medan yang berbeda – beda terutama
grade jalan, dapat digunakan persamaan 2.3.
GMW x TR x v
HP ¿
2 73.75
...............................................................................................(2.3)
1
5
kecepatan operasi yang aman pada kegiatan dilapangan (Catterpillar Performance
Handbook edition 42 2012, h.9-19).
1
6
dari spesifikasi alat yang digunakan. Perlu diketahui bahwa nilai engine
displacement pada mesin berpengaruh pada konsumsi bahan bakar minyak seperti
tersaji pada gambar 2.1.
Selain itu pada persamaan 2.4 diatas menyebutkan mengenai engine friction (k)
atau nilai dari gesekan mesin. Engine friction ialah gaya penggerak antara
komponen mekanis yang di tandai dengan adanya fluida yang mengalir melewati
mesin dan menyebabkan adanya gesekan secara relatif untuk menghasilkan
tenaga. Perlu diketahui bahwa sekian persen dari tenaga yang dihasilkan didalam
silinder mesin biasanya akan hilang akibat faktor gesekan mesin. Penggunaan
aksesoris tambahan pada mesin biasanya juga akan mengurangi output tenaga
yang dapat dihasilkan dari engkol mesin dan hal ini sering di klasifikasikan
sebagai salah satu penyebab adanya tenaga yang hilang akibat faktor gesekan
mesin (Willard W. Pulkrabek, h.349).
Nilai gesekan mesin dapat berbeda – beda tergantung dari mesin yang dipakai.
Mesin yang mengkonsumsi gasoline atau bensin memiliki nilai gesekan yang
berbeda dengan mesin yang mengkonsumsi solar atau mesin diesel. Alat – alat
mekanis dalam industri pertambangan umumnya menggunakan mesin yang
mengkonsumsi solar atau mesin diesel, sehingga untuk menentukkan nilai engine
friction (k) dapat digunakan tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Nilai efisiensi & gesekan mesin pada mesin diesel (non-road
vehicles)
k
Engine l/n
Standard
Displacemen k (bar) l/n Standard R2 n
Error
t (liters) Error
(bar)
0.2 8.7 0.9 2.43 0.1 0.93 0.421
0.92 5.2 0.4 2.37 0.09 0.83 0.406
2.2 3.4 0.2 2.46 0.05 0.95 0.444
3.9 2.5 0.2 2.25 0.04 0.99 0.462
3.9 3.1 0.5 2.16 0.09 0.95 0.451
4 3.3 0.3 2.22 0.04 0.99 0.413
1
7
6 2.3 1.0 2.42 0.1 0.92 0.392
7.4 2.0 0.4 2.55 0.05 0.98 0.446
7.6 3.6 0.3 2.24 0.05 0.99 0.424
8.3 2.4 0.5 2.36 0.06 0.98 0.437
8.8 2.4 0.6 2.29 0.05 0.98 0.430
10 2.3 0.2 2.33 0.02 0.99 0.410
10.1 3.1 0.3 2.44 0.04 0.99 0.458
10.2 2.2 0.4 2.18 0.03 0.998 0.419
10.5 2.5 0.5 2.39 0.06 0.98 0.461
12.7 1.8 0.2 2.17 0.02 0.99 0.441
34.5 2.3 0.2 2.27 0.03 0.99 0.412
Sumber : R.A. Giannelli et al., 2005
Pada tabel 2.2 selain terdapat nilai engine friction (k), juga terdapat nilai efisiensi
roda penggerak atau (n). yang dimaksud dengan efisiensi roda penggerak
(efisiensi dari mesin yang digunakan oleh truk) ialah durasi waktu yang tersedia
untuk proses pembakaran pada sebuah siklus mesin. Pada siklus ini tidak semua
molekul bahan bakar dapat menemukan molekul oksigen untuk dapat bereaksi
sehingga memperlambat proses pembakaran, namun hal ini juga dapat disebabkan
karena adanya suhu mesin yang tidak sesuai dengan syarat terjadinya reaksi
pembakaran. Dan akibatnya, sebagian kecil dari molekul bahan bakar yang tidak
bereaksi dikeluarkan begitu saja (Willard W. Pulkrabek, h.59).
Banyak mesin yang dioperasikan tidak dengan efisiensi terbaiknya, air cleaner
yang kotor, pemakaian secara sembarangan, kesalahan dalam pengaturan mesin,
kebocoran kompressi, valves atau ring yang patah dan penggunaan aksesoris
secara berlebihan yang terlalu membebani kinerja mesin merupakan sebagai
contoh penyebab menurunnya nilai efisiensi dari suatu mesin (roda penggerak)
(Herbert L. Nichols, JR,2005 h.12.109). Nilai efisiensi roda penggerak (n) dan
nilai engine friction (k) ditentukan berdasarkan nilai dari engine displacement (Vd)
berdasarkan tabel 2.2.
Pada persamaan 2.4 disebutkan mengenai nilai LHV (low heating value), LHV
merupakan nilai kalori bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari
pengembunan uap air. Pada proses pembakaran dalam ruang bakar mesin akan
1
8
menghasilkan gas panas, dimana gas panas ini apabila jumlahnya berlebihan akan
dibuang keluar dari silinder mesin. Nilai panas yang dihasilkan dari proses
pembakaran bahan bakar dikenal dengan heating value. Nilai heating value
terdapat dua macam, yakni high heating value (HHV) dan low heating value
(LHV). High heating value (HHV) apabila fase hasil pembakarannya berupa uap
air. Nilai LHV & HHV merupakan notasi teoritis dimana besaran nilainya pada
umumnya ditentukan berdasarkan perhitungan pada suhu standar (25oC) hal ini
dikarenakan suhu pembakaran pada silinder mesin selalu berbeda. Menurut R.A
Giannelli et al. (2005) untuk mesin diesel yang mengkonsumsi solar nlai LHV
dapat diestimasikan sebesar 43.000 kJ/kg.
7. Metodologi Penelitian
1. Studi literatur
Studi ini dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang ada, termasuk juga
kajian yang telah dilakukan sebelumnya. Disamping itu juga dilakukan studi
terhadap literatur-literatur yang terkait yang mendukung penelitian ini.
2. Pengamatan lapangan
3. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah seluruh data yang dibutuhkan terkumpul.
Pengolahan data dilakukan.
4. Analisis data
1
9
Analisis data dengan grafik pengaruh grade jalan terhadap konsumsi bahan
bakar minyak (solar). Grafik ini akan dibagi menjadi tiga macam, yakni :
- Pengaruh grade jalan menanjak terhadap konsumsi bahan bakar minyak
(solar) dump truck pada kondisi bermuatan.
- Pengaruh grade jalan menanjak terhadap konsumsi bahan bakar minyak
(solar) dump truck pada kondisi tanpa muatan.
Grafik ini bertujuan untuk mendapatkan nilai regresi yang akan digunakan
untuk mengetahui seberapa besar kenaikan konsumsi bahan bakar minyak
(solar) dump truck pada tiap grade jalannya. Selain itu grafik ini juga
bertujuan untuk mendapatkan nilai rekomendasi grade jalan maksimum
untuk menghemat konsumsi bahan bakar minyak (solar)
5. Kesimpulan
Analisis Pengaruh Grade Jalan Terhadap
Kesimpulan diperoleh setelah perhitungan dan analisis data telah selesai
Konsumsi Solar pada Unit HD465 dan HD785
dilakukan dimana kesimpulan berupa ringkasan serta saran – saran
Kemampuan Operator
Kondisi Jalan
Output Transmisi Unit
Rolling Resistance
Kecepatan Unit
Grade Resistance
Waktu Tempuh Unit
Output Unit
Perhitungan
Konsumsi
Solar
Kesimpulan
2
0
Gambar 7.1 Diagram Alir Penelitian
8. Relevansi
9. Jadwal Kegiatan
2
1
Studi Literatur & Observasi
Lapangan
di lapangan
Pengumpulan Data
disesuaikan
Pengolahan data & Simulasi
dengan
Pengamatan Proses
tempat
Penelitian
Analisis Data penelitian
2
2
Pertambangan ITB, 1983.
Wood, Osbourne, Forde, Soil Parameter for Estimating Rolling Resistance of
Earth Moving Plant on Compacted Silty, Cohessive Soil, Journal of Terra
Mechanics vol 32 no.1, Elsefier Science Ltd, ISTVS, Gritain, 1995.
Agustiawan
1109055020
2
3