Anda di halaman 1dari 24

1.

Definisi Pemesaran Marketing

Menurut Kotler dan Amstrong pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di
mana pribadi atau organisasi memperoleh yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi
yang mencakup proses perencanaan, harga, promosi, dan distribusi terhadap suatu ide,
barang atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan.

2. Definisi Hubungan Masyarakat (Public Relations)

Menurut Kotler dan Keller Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif
dengan pelanggan, pemasok dan penyalur. Melainkan juga harus berhubungan dengan
sejumlah besar masyarakat yang berkepentingan. Masyarakat (public) adalah setiap
kelompok yang memiliki kepentingan dalam atau pengaruh terhadap kemampuan suatu
perusahaan mencapai tujuannya saat ini atau pada masa mendatang. Hubungan masyarakat
(public relations) meliputi berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau
melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya.

Menurut Chris Fill Public Relations adalah kegiatan manajemen yang berusaha
membentuk sikap dan pendapat yang dipegang oleh pemangku kepentingan organisasi.
Melalui interaksi dan dialog dengan para pemangku kepentingan ini, sebuah organisasi
berusaha untuk menyesuaikan posisi dan / atau strateginya sendiri. Oleh karena itu, ada
upaya untuk mengidentifikasi, dan menyesuaikan kebijakan organisasi dengan
kepentingan pemangku kepentingannya. Untuk melakukan ini, ia merumuskan dan
melaksanakan program aksi untuk mengembangkan niat baik dan pengertian bersama.
Strategi komunikasi profil memanfaatkan hubungan masyarakat secara substansial ketika
mengembangkan pemahaman tentang niat mereka dan siapa mereka.

Menurut Oliver Public Relations adalah manajemen reputasi organisasi. Public Relations
mengidentifikasi persepsi yang dipegang oleh organisasi dan memberi informasi mengenai
kinerja organisasi kepada semua audiens yang relevan. Public relations menyangkut
pengembangan reputasi yang pantas untuk sebuah organisasi, yang didasarkan pada kinerja.
Reputasi ini tidak harus baik, tetapi hanya yang pantas diperoleh organisasi ini.
Public Relations dapat menjadi efektif menopang fungsi marketing, jika terlebih dahulu
diperjelas dalam perencanaan marketing. Perencanaan harus matang dalam menentukan
sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan penerapan strategi dan taktik promosi untuk
penjualan suatu produk. Karena itu, hubungan antara humas dan pemasaran harus sangat
kuat. Sedangkan menurut Anggoro , Humas dan kaitannya dengan pemasaran sangat
penting untuk membangun brand awareness (kesadaran produk), dan future market, serta
mendidik konsumen dan masyarakat mengenai manfaat produk atau jasa yang ditawarkan.

3. Marketing public relations (MPR)

Telah diidentifikasi sebelumnya bahwa ada bukti meningkatnya penggunaan MPR. Ada
banyak alasan untuk pertumbuhan ini, tetapi beberapa yang lebih penting yang dikutip oleh
organisasi adalah meningkatnya biaya media, fragmentasi pemirsa, perubahan sikap
konsumen dan meningkatnya kebutuhan pendidikan (Kitchen, 1993). Dengan
menggunakan hubungan masyarakat untuk mendukung upaya pemasaran dengan cara
langsung, organisasi mengakui bahwa dukungan pihak ketiga yang disediakan oleh MPR
memberikan tingkat kredibilitas dan efektivitas biaya yang tinggi, yang elemen-elemen
lain dari bauran promosi gagal untuk menyediakan.
Seperti Kitchen benar berpendapat, MPR tidak bisa ada di ruang hampa; itu harus
diintegrasikan dengan unsur-unsur lain dari campuran dan memberikan komplementaritas.
Ini adalah penggunaan MPR sebagai bentuk dukungan produk dan sebagai bagian dari
bauran komunikasi terencana yang menjadikan ini sebagai sumber arahan berkualitas
tinggi. Namun, mengevaluasi kontribusi MPR bermasalah.
Beberapa praktisi percaya bahwa ini dapat diatasi dengan mengkode siaran pers sebagai
kampanye, dan dengan penggunaan perangkat lunak tertentu, prospek dapat dilacak dan
dihitung biayanya. Dengan perangkat lunak yang tepat, biaya siaran pers yang sebenarnya
dapat dimasukkan dan jumlah prospek yang kembali dapat diukur terhadap penjualan pada
basis data.
Perangkat lunak ini tidak hanya dapat memperkirakan penjualan tetapi juga menghitung
jumlah prospek yang diperlukan untuk membuat kuota. Rumus yang digunakan adalah
berdasarkan aturan bahwa 45 persen dari lead berubah menjadi penjualan untuk seseorang
di pasar dalam tahun ini. Tingkat konversi organisasi sendiri dapat digunakan untuk
menyesuaikan 45 persen dan kualitas proses konversi prospeknya juga dapat dimasukkan.
Salah satu manfaat dari pendekatan ini adalah bahwa hasil kuantitatif memberikan ukuran
efektivitas, tetapi belum tentu efektivitas kampanye MPR.
Pengukuran kesadaran, preferensi, pemahaman, dan niat sebelum dan sesudah uji coba
adalah ukuran yang lebih baik dari kualitas dan dampak yang mungkin dimiliki oleh
kampanye MPR pada khalayak target. Mengukur rasio konversi mengarah ke penjualan
bukan satu-satunya ukuran, karena gagal untuk mengisolasi kekuatan lain yang berdampak
pada kinerja pasar.
MPR di pasar bisnis-ke-bisnis secara langsung ditargetkan pada anggota jaringan kinerja.
Tujuannya banyak dan termasuk membangun kesadaran, mengurangi biaya, memenuhi
kebutuhan pendidikan dan meningkatkan citra melalui peningkatan kredibilitas.
Kebutuhan utama, bagaimanapun, adalah untuk meningkatkan hubungan antara anggota
jaringan dan memberi mereka alasan untuk melanjutkan transaksi dengan organisasi fokus.
Alasannya mirip dengan yang ada dalam formula penjualan / pembelian pribadi (Bab 22),
yaitu untuk mengasosiasikan kecukupan produk ketika masalah yang sesuai muncul dan
untuk menciptakan perasaan yang menyenangkan ketika nama produk atau organisasi
disebutkan dalam konteks yang sama. MPR dalam situasi ini digunakan sebagai alat
kompetitif untuk mempertahankan posisi yang telah ditetapkan. Pengukuran efektivitas
MPR, oleh karena itu, harus dilakukan dengan mengevaluasi tingkat di mana anggota
mendukung, seperti, mendukung atau lebih memilih organisasi dan produk yang
ditawarkannya. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan studi pelacakan yang memetakan
sikap dan pendapat, melawan mana waktu kampanye dan kegiatan MPR dapat dilacak dan
dievaluasi.
3. Penerapan Public Relations ke MPR

Idealnya bahwa antara PR dan marketing itu secara struktural sama-sama memiliki
department (divisi) sendiri-sendiri. Tetapi secara fungsional kedua departemen bersatu
untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut meskipun antara public Relations dan
marketing secara filosofis berbeda. Public Relations bertujuan untuk membangun citra
(kepada target publik) sedangkan marketing bertujuan menjual produk (product selling)
kepada target market. Perpaduan antara dua elemen penting organisasi ini melahirkan
konsep “Marketing Public Relations” (MPR).

4. Fungsi Public Relation


Dalam konsepnya fungsi Public Relation Officer ketika menjalankan tugasnya dan
oprasionalnya baik sebagai komunikator dan mediator, maupun organisator, menurut prof.
drs. Onong uchajana effendy, M.A. dalam bukunya hubungan suatu komunikologis adalah
sebagai berikut:
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi antara public internal dan eksternal.
3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi
kepada publicnya dan menyalurkan opini public kepada organisasi.
4. Melayani public dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.
5. Oprasionalisasi dan organisasi public relation adalah bagaimana membina
hubungan harmonis antara organisasi dengan publicnya, untuk mencegah
terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi
maupun pihak publiknya. (Onong uchajana effendi, M.A,1984:45)

Menurut Rusady Ruslan 2005 : 10 dalam bukunya kiat dan strategi kampanye
Public Relation, menarik suatu kesimpulan bahwa fungsi utama Public Realation
adalah:
1. Sebagai komunikator atau penghubung antara perusahaan yang diwakilinya
dengan public.
2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan
saling menguntungkan dangan publiknya.
3. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi
manajememen perusahaan.
4. Membentuk korporote image, artinya peranan Public Relation berupaya
menciptakan citra bagi perusahaanya.

5. Tujuan Marketing Public Relations


Penggunaan Marketing Public Relations dilakukan ketika:
1. Memposisikan perusahaan sebagai leader dan ahli di bidangnya (advertorial),
2. Membangun kepercayaan konsumen,
3. Introduksi produk baru,
4. Menghidupkan kembali dan repositioning produk yang sudah mentas,
5. Mengkomunikasikan benefit baru dari produk lama,
6. Mempromosikan penggunaan baru bagi produk lama,
7. Melibatkan orang dengan produk,
8. Membangun interest atas kategori produk,
9. Membuka pasar baru,
10. Mencapai pasar sekunder,
11. Memperkuat pasar lemah,
12. Mendorong pencapaian iklan,
13. Counteract atas penolakan konsumen terhadap iklan,
14. Menembus kesemrawutan banyaknya iklan,
15. Menjadikan iklan sebagai berita,
16. Menguatkan iklan dengan pesan yang lebih meyakinkan.
5. Peran Marketing Public Relations
Menurut Kotler dan Keller Marketing Public Relations (MPR) dapat membangun
kesadaran dengan menempatkan berita di media untuk menarik perhatian orang pada suatu
produk, jasa, orang, organisasi atau gagasan. Marketing Public Relations dapat
membangun kredibilitas dengan menyampaikan pesan dalam konteks editorial. Marketing
Public Relations dapat membantu untuk meningkatkan antusiasme tenaga penjualan dan
penyalur dengan cerita-cerita mengenai produk baru sebelum diluncurkan. Marketing
Public Relations dapat menurunkan biaya promosi karena Marketing Public Relations
menghabiskan biaya yang lebih rendah daripada surat langsung dan iklan media.
Menurut Kotler dan Keller, Marketing Public Relations jauh melampaui hanya sekedar
pemberitaan sederhana dan memegang peran penting dalam tugas-tugas berikut :

 Membantu peluncuran produk-produk baru


 Membantu memposisikan kembali produk yang sudah matang
 Membangun minat terhadap kategori produk
 Mempengaruhi kelompok sasaran tertentu
 Membela produk yang telah menghadapi masalah publik
 Membangun citra perusahaan dengan cara mencerminkan produk-produknya

6. Bentuk-Bentuk MPR
Tujuh cara yang penting untuk menjadi tolak ukur dalam kegiatan Marketing Public
Relations menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (Kotler and Keller, 2006 :p.553)
 Publications (Publikasi)
Perusahaan mempercayakan perluasan produk berdasarkan dari publikasi materi
untuk mempengaruhi dan menarik pembeli yang dituju. Yang termasuk di
dalamnya membuat laporan tahunan, brosur, artikel, koran perusahaan, majalah dan
materi audiovisual.
 Identity Media
Perusahaan perlu membuat identitas yang bisa dikenal oleh masayarakat dengan
mudah. Misalnya: logo perusahaan, alat-alat tulis, brosur, tanda, formulir
perusahaan, kartu nama, bangunan, seragam dan peraturan pakaian.
 Events
Perusahaan bisa menarik perhatian mengenai produk baru ataupun kegiatan
perusahaan dengan cara mengadakan acara khusus seperti wawancara, seminar,
pameran, kompetisi, kontes dan ulang tahun dari barang itu supaya dapat
menjangkau masyarakat luas.
 News (Berita)
Salah satu dari tugas utamanya Public Relations adalah untuk membuat ataupun
menemukan acara yang sesuai dengan perusahaan, produknya, orang-orangnya
atau pegawainya, dan membuat media tertarik untuk memuat berita press release
dan hadir dalam press conference (konferensi pers).
 Speeches (Pidato)
Semakin tinggi kebutuhan perusahaan untuk dapat menjawab setiap keperluan
masyarakat dengan menjawab pertanyaan dari media atau memberikan pengarahan
di asosiasi penjualan dan di meeting yang bertujuan untuk membicarakan soal
penjualan dapat membangun citra perusahaan.
 Public-Service Activities (Berperan serta dalam aktivitas sosial)
Perusahaan bisa membangun image yang positif dengan cara menyumbang uang
atau waktu dalam hal-hal yang positif.
 Sponsorship (pensponsoran)
Perusahaan bisa memasarkan barang mereka dengan mensponsori acara olah raga
atau acara kebudayaan yang bermanfaat bagi kelangsungan perusahaannya.

7. Faktor Penyebab dibutuhkannya Strategi Marketing Public Relation


Ada beberapa factor penyebab dibutuhkannya taktik dan setrategi Marketing Public
Relation dalam tatanan baru organisasi atau perusahaan, khususnya dalam era globalisasi
seperti skarang ini.
Kotler menyebutkan diantara factor tersebut adalah sebagai berikut. (Kotler 1993:155)
a. Meningkatnya biaya produksi periklanan yang tidak seimbang dengan hasil
keuntungan yang diperoleh dan keterbatasan tempat.
b. Persaingan yang ketata dalam promosi dan publikasi, baik melalui media
elektronok dan media cetak dan sebagainya.
c. Selera konsumen yang cepat mengalami perubahan dalam waktu relative pendek,
karena banyaknya pilihan atau subtitusi atas produk yang ditawarkan dipasaran.
d. Makin menurunnya prihatin atau minat konsumen terhadap tayangan iklan yang
kini cenderung berlebihan dan membosankan perhatian konsumennya.
Jadi peran Marketing Public Relation dalam mancapai tujuan utama organisasi atau
perusahaan
dalam berkompetisi, secara garis besarnya sebagai berikut: (Kotler 1993 : 268)

 Menumbuh kembangkan kesadaran konsumennya terhadap produk yang telah diluncurkan.


 Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat atas produk
yang ditawarkan atau digunakan.
 Mendorong antusiasme terhadap suatu artikel sponsor tentang kegunaan atau menfaat suatu
produk.
 Menekan biaya promosi iklan komersial, baik dimedia elektronik maupun media cetak dan
sebagainya demi tercapainya efisiensi biaya.
 Komitmen untuk meningkatkan pelayanan pada konsumen, termasuk biaya mengatasi
keluhan – keluhan dan lain sebagainya demi kepuasan pihak pelanggan.
 Membantu mengkampanyekan produk – produk baru dan sekaligus merencanakan
peubahan posisi produk yang lama.
 Mengkomunikasikan terus – menerus melalui media Public Relation tentang aktivitas dan
program kerja yang berkaitan dengan kepedulian social dan kepentingan hidup, agar
tercapai publikasi yang positif dimata masyarakat atau public.
 membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang dan jasa, baik segi
kualitas maupun kuantitas pelayanan yang diberikan kepada konsumenya.
 Merupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negative yang mungkin akan
muncul dimasa mendatang. (Rosady Ruslan 2006:254)
Jadi menurut Kotler pada saat ini program Marketing Public Relation mendifinisikan
segmen pasar dan secara strategis merancanakan penguasaan pasar. (Kotler 1993 :263)
Dalam menghadapi era globalisasi yang kompetitif atau persaingan yang kian menajam
dalam dunia bisnis, maka target atau sasaran Marketing Public Relation harus lebih
diarahkan kepada kepentingan konsumen.
8. Kerja Sama Public Relation dan Marketing
Kaitan antara keduanya diungkapakan oleh Philip Kotler dan William Mindak dalam
artikel yang berjudul, “Marketing and Public Relation” yang dimuat di journal of
marketing pada tahun 1978. Mereka membuat pernyataan sebagai berikut, “were does
Marketing end and Public Relation begin, and where does Public Relation end and
marketing begin?”
Lima model yang menghubungkan Public Relation dengan Marketing, menurut Philip
Kothler dan William Mindak, sebagai berikut:
1. Terpisah tetapi fungsinya sama
Model ini mendekati model tradisional dalam pemasaran dan Public Relation, dimana
masing – mesing berdiri pada sudut yang berdiri karna ilmunya berbeda. Marketing
bergerak pada sector pelayanan dan kepuasan konsumen untuk memperoleh laba.
Pubic Relation dibutuhkan karena bergerak dalam sector citra sehingga mayarakat
mempunyai kesan yang baik terhadap perusahaan dan perusahaan memperoleh laba.
Meskipun berbeda Public Relation mempunyai fungsi yang sama.
2. Sama fungsinya tetapi tumpang tindih
Pandangan ini berdasarkan pengamatan bahwa keduanya sama pentingnya dan terpisah,
tetapi mempunya obyektif yang tumpang tindih. Bidang yang paling sering tumpang
tindih adalah peluncuran produk yang melibatkan publisitas pers. Perusahaan dapat
menentukan, apakah tugas ini dibeban kan pada bagian marketing atau pada bagian
Public Relation.
3. Marketing Sebagai Fungsi Yang Lebih Dominan.
Pandangan ini berdasarkan pikiran bahawa Cooperate Public Relation merupakan
bagian Cooperate Marketing.
4. Public Relation Sebagai Fungsi Yang Dominan.
Pandangan ini adalah sebaliknya dari pandangan di atas, yakni percaya bahwa Public
Relation yang harus mengendalikan Marketing. Masadepan perusahaan tergantung
pada bagaimana pandangan masyarakat terhadap perusahaan, atau bagaimana
perusahaan dipandang oleh masyarakat, termasuk oleh kelompok – kelompok seperti
lembaga keuangan, pemegang saham, pemasok, penyalur, pemerintah, karyawan dan
konsumen. Tugas perusahaan adalah membangun kepercayaan dan kepuasan
kelompok public tersebut sebesar – besarnya. Kepuasan konsumen adalah salah – salah
tugas Public Relation disebut pemasaran atau marketing. Kepuasan konsumen harus
diimbangi dengan kepuasan kelompok konsumen lainnya.
5. Marketing dan Public Relation Mempunyai Fungsi yang Sama.
Pandangan ini berdasarkan pemikiran kedua bidang ini telah memasuki area yang
berbeda. Kedua pembicara tentang pasar dan lingkungan pemasaran (public).
Keduanya mengenal istilah segmentasi pasar, perilaku konsumen, persepsi, sikap, dan
citra.

9. Characteristics of public relations (Karakteristik hubungan masyarakat)


Hubungan masyarakat harus, karena itu, menjadi kegiatan yang direncanakan, yang
mencakup berbagai macam peristiwa. Namun, ada sejumlah karakteristik yang
membedakan alat khusus ini dari yang lain dalam bauran komunikasi pemasaran.
Penggunaan hubungan masyarakat tidak memerlukan pembelian airtime atau ruang di
media kendaraan, seperti televisi atau majalah. Keputusan tentang apakah pesan hubungan
masyarakat organisasi dikirimkan atau tidak ada pada mereka yang ditugasi menggelola
sumber daya media, bukan sponsor pesan. Pesan-pesan yang dipilih dianggap sebagai
endosemen atau pandangan pihak lain selain manajemen. Hasilnya adalah bahwa pesan-
pesan ini biasanya membawa kredibilitas yang lebih besar daripada pesan yang dikirimkan
melalui media berbayar, seperti iklan.
Tingkat kepercayaan dan keyakinan yang dihasilkan oleh public relations menjadikan alat
ini dari orang lain dalam bauran komunikasi pemasaran sebagai sarana penting untuk
mengurangi risiko yang dirasakan pembeli. Namun, jika kemungkinan besar akan tinggi,
jumlah kontrol yang dapat dibawa oleh manajemen ke transmisi pesan PR sangat rendah.
Misalnya, siaran pers mungkin telah disiapkan dengan hati-hati di rumah, tetapi segera
setelah diteruskan ke editor majalah atau surat kabar, kemungkinan opini sebelumnya,
semua kendali hilang. Rilis dapat dihancurkan (sangat mungkin), dicetak karena berdiri
(sangat tidak mungkin) atau diubah agar sesuai dengan ruang yang tersedia di media
kendaraan (hampir pasti, jika diputuskan untuk menggunakan materi). Ini berarti bahwa
perubahan apa pun tidak akan disetujui oleh manajemen, sehingga konteks dan gaya pesan
asli dapat hilang atau rusak.
Biaya yang terkait dengan hubungan masyarakat juga menjadikan ini alat yang penting
dalam bauran komunikasi pemasaran. Biaya absolut minimal, kecuali untuk organisasi-
organisasi yang mempertahankan agen, tetapi bahkan kemudian biaya mereka rendah
dibandingkan dengan iklan.
Biaya relatif (biaya yang terkait dengan pencapaian setiap anggota audiens target) juga
sangat rendah. Biaya utama yang terkait dengan hubungan masyarakat adalah waktu dan
biaya peluang yang terkait dengan persiapan siaran pers dan literatur terkait. Jika jenis
kegiatan ini diatur dengan benar, banyak organisasi kecil dapat mengembangkan dan
membentuk visibilitas mereka jauh lebih efektif dan dengan cara yang relatif murah.
Karakteristik lebih lanjut dari alat ini adalah alat ini dapat digunakan untuk menjangkau
audiens tertentu dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh media berbayar. Dengan
meningkatnya fragmentasi media dan segmentasi yang lebih halus (kustomisasi) pasar,
penggunaan hubungan masyarakat merupakan cara yang efektif dari segi biaya untuk
menjangkau pasar dan khalayak tersebut.
Teknologi baru telah memainkan peran kunci dalam pengembangan dan praktik hubungan
masyarakat. Gregory (2004) mengacu pada Internet dan komunikasi elektronik
'transformasi hubungan masyarakat'. Berkenaan dengan penggunaan Internet oleh praktisi
PR, ia mengidentifikasi dua sekolah utama. Salah satunya mengacu pada mereka yang
menggunakan Internet sebagai perpanjangan untuk bentuk komunikasi tradisional atau pra-
Internet. Yang kedua melihat peluang melalui Internet untuk mengembangkan komunikasi
dua arah yang disempurnakan. Ada sedikit keraguan bahwa teknologi baru telah membantu
manajemen komunikasi dalam hal meningkatkan transparansi, kecepatan dan jangkauan
pesan hubungan masyarakat, sementara pada saat yang sama memungkinkan komunikasi
interaktif antara organisasi dan khalayaknya yang spesifik.
Ciri-ciri utama public relations adalah bahwa ia mewakili cara yang sangat efektif untuk
membawa pesan dengan tingkat kredibilitas yang tinggi. Namun, tingkat kontrol yang
mampu diberikan manajemen atas transmisi pesan dapat dibatasi.

10. Teknik-Teknik Marketing Public Relation


Pendekatan baru untuk MPR yang meliputi strategi pemasaran tradisional dan dimensi
megamarketing, yang membutuhkan komunikasi dengan pihak-pihak yang bukan
merupakan bagian dari rantai pemasaran tradisional.

 Push (Mendorong)
Pertama dua dimensi dari pendekatan ini adalah 'push' dan 'pull' strategi. Kotler
mengatakan :
Strategi 'push' menggunakan kekuatan dan perdagangan penjualan promosi untuk
mendorong produk melalui saluran atau media (channel). Produser agresif
mempromosikan produk wholesalers; grosir secara agresif mempromosikan produk
pengecer, dan pengecer secara agresif mempromosikan produk untuk konsumen.
 Pull (Menarik)
Strategi 'pull' menghabiskan banyak uang pada promosi iklan dan konsumen untuk
membangun permintaan konsumen. Apakah strategi yang efektif, konsumen akan
meminta mereka pengecer produk, pengecer akan meminta mereka grosir produk,
dan grosir akan meminta para produsen produk.
Sebagian besar anggaran MPR biasanya dialokasikan untuk 'pull' strategi program,
yaitu orang-orang secara langsung ditujukan untuk pengguna akhir, tapi 'push' dan
'pull' strategi dapat dilakukan secara bersamaan. Misalnya, program-program 'pull'
dirancang agar dapat mencapai konsumen melalui media massa dan/atau khusus,
media tur, acara sponsor, penonton khusus program, dan sejenisnya. Pada saat yang
sama, MPR program diarahkan untuk organisasi penjualan dan perdagangan
mungkin dilaksanakan untuk membantu 'push' produk melalui saluran.
Hasil atau guna dari “pull” dapat secara efektif untuk memotivasi tenaga penjualan.
Sebagai contoh, sangat efektif televisi nasional menyiarkan berita fitur tentang
produk dapat ditampilkan pada pertemuan penjualan nasional, atau wawancara TV
lokal dapat disajikan pada pertemuan penjualan regional. Dengan semakin penting
regional pemasaran, sangat penting untuk menunjukkan kepada penjual bagaimana
strategi MPR membantu mereka di wilayah mereka.

Alat-alat atau cara yang digunakan oleh MPR dalam “push”:

 Pameran dagang, termasuk publikasi khusus dan mensponsori pertemuan, sarapan atau
resepsi di mana produk baru diperkenalkan untuk perdagangan
 Perdagangan dalam surat kabar spotlighting produk baru dan dukungan promosi
 Publisitas dengan mencetak kembali atau cetak sebanyak-banyaknya digunakan oleh
penjual pada penjualan panggilan atau secara langsung dikirimkan kepada pembeli
(teorinya adalah bahwa jika media menganggap ini sebuah berita, maka konsumen juga
akan menganggap hal yang sama)
 Publikasi perdagangan artikel ditujukan pada manajer marchandise dan pembeli meliputi
produk item berita, cerita tentang iklan dan promosi program dukungan, termasuk MPR.

Dua dari keberhasilan pemasaran besar Amerika dipercepat melalui penggunaan dari 'push' MPR
teknik. Alvin Golin, Ketua Golin/Harris sudah lama menjadi PR yang memberikan nasihat untuk
McDonald's corporation, ingat, 'pekerjaan kami pertama untuk McDonald's tidak menjual
hamburger, tetapi untuk menjual waralaba'. Publisitas digunakan untuk menarik perhatian
McDonald's sebagai kesempatan yang menarik bagi investor yang ingin menjalankan bisnis
mereka sendiri. Sara Lee, bercerita dalam Wall Street Journal, 'Sara Lee Builds Baking Bonanza
on Heaping Slices of Quality,' dibawa langsung permintaan perusahaan kue dari supermarket
seluruh negeri dan menyebabkan Nasional distribusi.

 Pass: The Third Dimension

Selain 'push' dan 'pull' strategi, dimensi ketiga ialah 'pass' strategi, diperlukan di
lingkungan pemasaran yang semakin kompleks ini. Itu disebabkan oleh faktor-faktor yang
Kotler jelaskan di Megamarketing, terutama kebutuhan untuk memasuki pasar diblokir
atau dilindungi oleh pihak-pihak lain selain pengguna. Pihak-pihak ini mencakup para
pembuat kebijakan pemerintah, legislator, regulator, partai politik, aktivis, dan kelompok-
kelompok kepentingan publik yang mewakili agenda pernah berkembang, penyebab,
kepentingan dan keprihatinan.
Media berlaku sebagai gatekeeper, menentukan berita apa yang akan atau tidak masuk,
bagian ini (media) bertindak sebagai gatekeeper kepada pasar. Pemasar harus membuat
cara mereka sendiri untuk melewati mereka atau diterima oleh pasar, untuk memasuki
pasar tertentu dan untuk mengatasi atau menetralisir oposisi, Kotler mengemukakan bahwa
pemasaran eksekutif tidak siap dengan pelatihan atau pengalaman.

Aturan Public Relations adalah untuk merancang strategi dan melakukan program yang
memungkinkan pemasar untuk 'mendorong' gatekeeper dan memasuki pasar. Antara CPR dan
MPR harus mengikuti aturan yang disebut “pass” rencana strategi. Saat pelanggan membuat
keputusan untuk membeli, mereka sesungguhnya mencoba memutuskan untuk membeli dua hal :
produk dan perusahaan. Kepercayaan konsumen diperoleh dengan menyediakan produk-produk
berkualitas pada nilai yang baik. Juga dari mensponsori kegiatan dan menunjukkan penghargaan
dari perusahaan dalam bentuk perlindungan konsumen.

PenggunaanPush-Pull-Pass
“Push”, “pull”, “pass” strategi: Saat ini dalam membuat rencana pemasaran, pemasar harus
mempertimbangkan semua tiga tersebut diatas. “Pass” strategi melibatkan kebijakan perusahaan
yang terutama fungsi CPR, sementara kepercayaan terhadap merek ikatan program, bersama
dengan “pull” dan “push” strategi pemasaran, merupakan tanggung jawab MPR, seperti dalam
tabel.

Strategi Target PR Type Tools


Push Kekuatan penjualan penyalur atau MPR Memperlihatkan atau pameran
pedagang perdagangan
Distributor Cetakan Ulang
Pedagang kecil atau eceran Publikasi
Pull Konsumen, pemakai terakhir MPR Media Events
Media Tour
Penempatan berita
Penempatan Produk
Teleconference
Pameran
Demonstrasi
Menggunakan sample
Surat Kabar
PSA
Publikasi
Pass Gatekeepers CPR Menilai atau memperhatikan isu-
Publik yang tertarik isu
Pemerintah Memberikan nasihat komunikasi
Komunitas pemimpin dan yang
berpengaruh lainnya

Konsumen sebagai publik Charity dengan maksud menjaga


MPR hubungan pertalian
Menjadi sponsor event nasional
Menjadi sponsor event local

11. Hubungan Public Relation dengan Marketing


Public Relation memang memiliki keterkaitan dengan marketing. Karena marketing
merupakan bagian dari PR. Pertam saya akan mendefinisikan apa itu Public Relatin (PR).
Pengertian Public Relation adalah fungsi manajemen dalam sebuah perusahaan atau
organisasi yang menekankan dalam suatu hubungan baik secara internal (antar anggota
dalam perusahaan atau organisasi) maupun eksternal (dengan pihak luar perusahaan atau
organisasi, misalnya masyarakat). Tujuan keberadaan PR dalam sebuah perusahaan adalah
saling menciptakan saling pengertian dan tujuan bersama antara perusahaan dan public
(masyarakat) guna nama baik suatu perusahaan atau organisasi di mata masyarakat.
Biasanya posisi PR dipegang oleh seorang Public Relation Manager yang bertugas
merencanakan dan mengembangkan komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, baik
masyarakat maupun dengan pihak media. Seorang PR Manager juga bertanggung jawab
tehadap kelancaran komunikasi dengan berbagai pihak tersebut guna mempertahankan
citra baik suatu perusahaan atau organisasi.
Kegiatan PR pada hakekatnya adalah kegiatan komunikasi. Tetapi berbeda dengan jenis
komunikasi lainnya, kegiatan komunikasi dalam PR mempunyai ciri-ciri tertentu,
disebabkan karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga di mana PR berada dan
berlangsung, sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama public yang menjadi sasaran,
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi dan sebagainya yang bersifat khas. Ciri hakiki
dari komunikasi dalam PR adalah komunikasi yang bersifat timbal balik (two-way traffic).
Komunikasi yang bersifat timbal balik ini sangat penting dan mutlak harus ada dalam
kegiatan Humas, dan terciptanya feedback merupakan prinsip pokok dalam PR.
Setelah mendefinisikan PR, lantas apa pula yang dimaksud dengan Pemasaran dan apa
yang membedakan antara PR dengan Pemasaran. Marketing (Pemasaran) merupakan salah
satu fungsi bisnis yang mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan yang belum
terpenuhi, menetukan pasar sasaran promosi produk yang paling baik untuk dilayani, serta
menentukan produk atau jasa serta program-program yang sesuai guna melayani pasar.
Secara sederhana, Pemasaran adalah suatu proses sosial dan sistem pengaturan di mana
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang menguntungkan satu sama lain.
Tujuan dari sebuah pemasaran adalah untuk mengenal dan memahami pelanggan
sedemikian rupa (apa yang diinginkan konsumen dan bagaimana cara pemenuhan
kebutuhan tersebut) serta mempengaruhi masyarakat sehingga produk atau jasa yang
diproduksi sebuah perusahaan dapat terjual dan menguntungkan pihak perusahaan juga
masyarakat.
Dalam sebuah perusahaan PR berfungsi membangun persepsi atau anggapan dari
masyarakat. Masyarakat akan membeli suatu produk jika produk itu dihasilkan oleh sebuah
perusahaan yang memiliki citra baik dan sudah dipercaya sejak lama oleh masyarakat.
Inilah yang menjadi tugas PR dalam membentuk opini publik guna pencitraan yang baik
oleh perusahaan sehingga menimbulkan minat dan kepercayaan dari masyarakat. Untuk
pencitraan ini PR akan melakukan sebuah proses marketing. Dalam perspektif ini, PR
menjalankan fungsi publikasi, membantu dan memperluas cakupan konsumen yang telah
direncanakan sesuai dengan anggaran yang dikeluarkan. Strategi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan iklan dan berbagai teknik komunikasi marketing lainnya, semuanya
itu masuk ke dalam satu bingkai pemasaran.

12. Studi Kasus PT Kereta Api Indonesia


 Kasus
Sebagaimana yang diberitakan oleh media massa, hingga saat ini masih sering terjadi
kecelakaan di perlintasan kereta api, antara pemakai jalan raya dengan kereta api.
 Penyelesaian Kasus
Berdasarkan permasalahan diatas, Praktisi PR atau Kepala Humas PT.KAI sangat berperan
penting dalam menjaga dan mempertahankan pengertian timbal balik yang dapat membangun citra
baik PT.KAI agar senantiasa dipercaya sebagai salah satu perusahaan di bidang jasa transportasi
darat yang terpercaya dan bisa diandalkan oleh masyarakat.
Kecelakaan yang sering terjadi diperlintasan kereta api antara pemakai jalan raya dengan
kereta api sedikit banyak pasti akan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu kelangsungan
kegiatan PT.KAI, baik secara intern dan ekstern perusahaan.
Berikut adalah masalah-masalah yang memiliki peluang besar akan timbul, yaitu:

1. Munculnya berita kurang baik dan menyudutkan PT.KAI yang diberitakan di media massa.
2. Munculnya opini negatif masyarakat sehingga citra PT. KAI dianggap kurang baik.
3. Munculnya pihak-pihak yang saling menyalahkan akibat kecelakaan KA dengan pengguna
jalan raya baik dari pihak PT. KAI dengan masyarakat ataupun dari sesama civitas PT.KAI.
4. Hilangnya kepercayaan antara sesama civitas PT.KAI sehingga keadaan dalam perusahaan
tidak harmonis.
5. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap PT.KAI sehingga perusahaan dapat merugi
karena pendapatannya menurun.

Masalah-masalah diatas muncul karena beberapa sebab, berikut adalah penyebab terjadinya
masalah yang berpeluang besar akan timbul ketika terjadi kecelakaan kereta api dengan pengguna
jalan raya, yaitu:
1. Tidak ada komunikasi yang baik antara pihak praktisi PR atau Kepala humas PT.KAI
dengan masyarakat yang menggunakan jalan raya akibat kecelakaan di perlintasan kereta
api, sehingga menimbulkan rumor atau berita yang kurang baik di media massa yang dapat
menurunkan bahkan menghancurkan citra perusahaan.
2. Perusahaan tidak mengasuransikan aset tetap terhadap resiko kecelakaan, kebakaran, dan
jenis kerugian lainnya, kendala teknis berupa gangguan komunikasi dan sistem
persinyalan, kurangnya pengendalian perawatan dan keselamatan kereta api. Sehingga,
akan timbul salah menyalahkan antara pihak-pihak yang terlibat dan hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap PT.KAI ataupun sesama civitas PT.KAI yang
menimbulkan ketidakharmonisan dalam perusahaan dan juga perusahaan dengan
publiknya.
3. Minimnya budaya toleransi keselamatan sesama pengguna jalan dan minimnya solialisasi
tentang rambu-rambu di area perlintasan kereta api.

Oleh sebab itu praktisi PR atau Kepala humas PT.KAI perlu melakukan beberapa tindakan
dibawah ini agar masalah-masalah seperti yang disebutkan diatas bisa teratasi dengan baik. Berikut
pengembangan penjabaran berdasarkan teori Cutlip & Center (dalam Ruslan, 2014:148): proses
perencanaan program kerja melalui “proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang
menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja public relations (PR) atau kehumasan,
yaitu:
1. Penelitian dan mendengarkan (research-listening) - fact finding
Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data sebelum melakukan tindakan.
Dalam tahap ini, Praktisi PR perlu menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap
lingkungan seperti opini masyarakat terhadap kecelakaan yang terjadi antara pengguna jalan raya
dengan kereta api, sikap pihak PT.KAI dan masyarakat menanggapi kecelakaan tersebut, dan
reaksi dari intern juga ekstern perusahaan mengenai kecelakaan tersebut.

Praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan serta perlu melibatkan diri
dalam penelitian atau penemuan fakta. Segala keterangan harus diperoleh secara lengkap dan
dalam tahap pendefinisian, Praktisi PR harus mengolah data faktual yang telah ada, mengadakan
perbandingan, melakukan pertimbangan, serta menghasilkan penilaian agar dapat diperoleh
kesimpulan dan ketelitian dari data faktual yang telah diperoleh. Disamping itu dalam proses PR,
pengumpulan data harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan
penyusunan data yang mengarah pada kemudahan dalam pemecahan masalah pada waktunya.
Tahap pencarian data dapat dilakukan dengan cara: survey, polling, wawancara, focus group
discussion (FGD), wawancara mendalam, dan walking around research, yakni jalan-jalan atau
turun ke lokasi permasalahan untuk memahami permasalahan secara langsung dalam rangka
melihat masalah dalam konteksnya.
Setelah data-data yang sudah terbukti keakuratannya tentang opini, sikap, dan reaksi mereka
yang berkepentingan dengan aksi kebijakan-kebijakan suatu organisasi sudah terkumpul dan
tersusun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah menentukan dan memahami data tersebut
agar dapat menentukan keputusan selanjutnya. Perlu diingat bahwa tahapan fact finding ini sangat
penting bagi seorang praktisi PR, karena data yang diperoleh harus benar-benar sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya terjadi (akurat). Apabila dalam tahapan fact finding seorang praktisi PR
salah mengumpulkan data maka tindakan selanjutnya sudah dapat dipastikan salah semuanya
sehingga harus memulai tahapan fact finding dari awal untuk bisa menentukan tindakan
selanjutnya yang tepat agar tujuan perusahaan tercapai. Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus
tau dan paham betul apa yang menjadi permasalahan dalam perusahaannya (what’s Our Problem?)
sehingga dapat dengan tepat menentukan tindakan selanjutnya.

2. Perencanaan dan mengambil keputusan (planning-decision)


Perencanaan adalah berdasarkan fakta membuat strategi perencanaan dan pengambilan
keputusan untuk membuat program kerja tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi
berbagai masalah yang terjadi dan disesuaikan dengan kepentingan publik serta berdasarkan pada
rumusan masalah. Perencanaan ini juga harus mencakup unsur 5W+1H, yaitu:
Who : Siapa yang melakukan perencanaan ini?
What : Apa perencanaan program kerja yang akan dilaksanakan?
Why : Mengapa perencanaan program kerja itu dilakukan?
When : Kapan perencanaan program-program kerja dilaksanakan?
Where : Dimana perencanaan lokasi pengerjaan program kerjanya?
How : Bagaimana perencanaan proses pengerjaannya dan bagaimana resikonya?
Dalam tahap ini, Praktisi PR sudah memegang hasil data yang akurat dari tahapan sebelumya
yaitu fact finding. Dengan data-data yang telah dimiliki tersebut maka disini Praktisi PR akan
mengasah kemampuannya dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan memunculkan ide-ide
yang cemerlang guna mencapai tujuan perusahaan. Selanjutnya berdasarkan pada rumusan
masalah yang telah disusun, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk
membuat program kerja dengan mengacu pada kebijakan perusahaan dan disesuaikan dengan
kepentingan publik.
Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan strategi perencanaan Praktisi PR sebagai
berikut:

1. Menentukan misi PT.KAI termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai
maksud pendirian, filosofi, dan sasaran.
2. Mengembangkan profil PT.KAI yang mencerminkan kondisi internal perusahaan dan
kemampuan yang dimilikinya.

3. Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif
maupun secara umum.

4. Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).

5. Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi
tuntutan misi perusahaan.

6. Pemilihan strategi atas tujuan jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan tersebut.

7. Mengembangkan tujuan tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan tujuan
jangka panjang dan garis besar strategi.

8. Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada
anggaran (budget) dan memadukan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur,
teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
9. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek
sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan
keputusan di masa depan.

Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus secara matang merencakan dan menentukan program
kerja yang akan digunakan dalam membangun citra baik PT.KAI (What can we do?) sehingga
dapat dengan tepat melanjutkan ke tahapan selanjutnya.

3. Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (communicating-action)


Mengkomunikasikan dan pelaksanaan adalah pelaksanaan program kerja yang disusun dengan
baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data yang dimiliki sehingga
mampu mempengaruhi sikap publik yang mendorong untuk mendukung pelaksanaan program
tersebut. Dalam tahapan ini, Praktisi PR bertugas untuk mengomunikasikan dan melaksanakan
program kerja yang sudah disusun secara matang pada tahap planning-decision. Komunikasi yang
dilakukan merupakan penyampaian informasi secara aktif kepada publik (internal/eksternal)
mengenai apa yang telah disusun dan diprogramkan dengan menggunakan berbagai bentuk, jenis,
serta teknik komunikasi agar dapat mencapai efek yang diharapkan.
Dalam hal mengkomunikasikan dan pelaksanaan ini, seorang Praktisi PR perlu melakukan
pendekatan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Berikut adalah beberapa jenis pendekatan
yang dapat dilakukan oleh seorang Praktisi PR PT. KAI, yaitu:
1. Pendekatan Operasional
Melalui pendekatan kemasyarakatan dengan mekanisme sosial cultural dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat. Artinya pihak Praktisi PR PT.KAI mutlak bersikap atau berkemampuan
untuk mendengar, dan bukan sekedar mendengar mengenai aspirasi yang ada di dalam masyarakat,
baik etika, moral maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang menjadi acuan dalam strategi
operasional kehumasan. Misalnya Praktisi PR PT.KAI turun langsung mendengar dan menerima
saran dan masukan baik dari publiknya dan mempertimbangkan untuk jika memungkinkan akan
direalisasikan.
2. Pendekatan persuasif dan edukatif
Fungsi Praktisi PR adalah menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari organisasi kepada pihak publiknya, baik bersifat mendidik, dan memberikan
penerangan maupun dengan melakukan pendekatan persuasif agar tercipta saling pengertian,
menghargai, pemahaman, toleransi dsb. Misalnya seperti Praktisi PR PT. KAI mengadakan
sosialisasi rutin tentang pengenalan rambu-rambu lalu lintas di area perlintasan kereta api kepada
orang-orang awam.
3. Pendekatan tangung jawab sosial humas
Menumbuhkan sikap bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan memperoleh
keuntungan sepihak dari publik tetapi memperoleh keuntungan bersama yang terampil dalam
memadukan keuntungan dengan motivasi tanggung jawab sosialnya. Misalnya Praktisi PR
PT.KAI mengadakan jumpa pers atau kegiatan serupa agar publiknya tau bahwa tujuan yang akan
dicapai untuk kepentingan bersama dan tidak ada yang dirugikan.
4. Pendekatan kerjasama
Praktisi PR membina hubungan yang harmonis antara organisasi dan berbagai kalangan baik
internal maupun eksternal hal ini diperoleh dari hubungan kerjasama dengan perubahan sikap yang
positif bagi kedua belah pihak maka terciptanya kerjasama yang optimal. Misalnya Praktisi PR
PT.KAI mengadakan adanya perekrutan warga sekitar untuk bergabung dengan PT.KAI dengan
begitu akan timbul kerjasama yang baik antara PT.KAI dengan publiknya.
5. Pendekatan koordinatif dan integratif
Untuk memperluas peranan humas atau PR dimasyarakat, maka fungsi humas dalam arti sempit
mewakili lembaga atau institusinya, tetapi peranan lebih luas berpartisipasi dalam menunjang
program pembangunan nasional, dan mewujudkan ketahan nasioanl dibidang politik, ekonomi,
sosial budaya dan hamkamnas. Misalnya jika Praktisi PR PT.KAI berhasil menjalankan tugasnya
dengan optimal sehingga citra perusahaan meningkat dan menyebabkan penghasilan yang
meningkat pula dan dapat meningkatkan program pembangunan nasional.

Perlu diketahui bahwa seorang Praktisi PR harus paham tentang langkah-langkah pokok
dari berbagai aspek pendekatan dalam strategi komunikasi Praktisi PR, yaitu:
1. To inform, yaitu menginformasikan secara jelas tentang kecelakaan yang terjadi di perlintasan
kereta api.
2. To explain, yaitu menerangkan apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana kronologi
yang sebenarnya terjadi dalam kecelakaan di perlintasan kereta api antara pengguna jalan raya
dengan kereta api.
3. To suggest, yaitu menyarankan agar pihak intern dan ekstern yang yang terlibat ataupun
sebagai pemangat kasus ini untuk saling mengerti dan memandang suatu kasus ini secara
subjektif bukan objektif berdasarkan fakta yang ada.
4. To persuade, yaitu membujuk publiknya agar mendengarkan dan mendukung program kerja
yang akan dilaksanakan oleh Praktisi PR PT.KAI.
5. To invite, yaitu mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendiskusikan kasus ini
dan menyelesaikan masalah dengan tepat sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
6. To convince, yaitu meyakinkan semua pihak yang berkepentingan dalam kasus kecelakaan
kereta api ini dengan ditunjang oleh bukti-bukti yang akurat juga sosialisasi yang rutin tentang
pemberian wawasan rambu-rambu lalu lintas di area perlintasan kereta api.
Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus tau tujuan dari pelaksanakan program kerjanya dan
alasan kuat yang mendasari pelaksanaan program kerjanya tersebut (What we did and why?),
sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak
yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya terhadap PT.KAI.

4. Mengevaluasi (evaluating)
Mengevaluasi adalah mengadakan evaluasi atau penelitian tentang suatu kegiatan, apakah
tujuan sudah tercapai atau belum dengan melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan
program dari perencanaan, pelaksanaan, pengkomunikasian, sampai keberhasilan/kegagalan yang
terjadi pada program kerja, dan menerima umpan balik untuk dievaluasi dan mengadakan
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dimana tujuan utamanya adalah mengukur efektivitas
proses secara keseluruhan. Pada tahap ini, Praktisi PR harus cermat, teliti, dan hati-hati terkait
dengan akurasi data yang telah ada. Kemudian setelah selesai satu permasalahan, tidak menutup
kemungkinan untuk mendapatkan masalah yang baru lagi. Oleh karena itu tahap evaluasi ini juga
merupakan dasar atau acuan perencanaan di masa mendatang.
Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus tau apakah tujuan sudah tercapai atau belum (How
did we do?) sehingga mampu dijadikan acuan untuk perencanaan selanjutnya oleh PT.KAI.
DAFTAR PUSTAKA

Philip Kotler, Kevin Lane Keller-Marketing Management, 14th Edition-Prentice Hall (2012)
Chris Fill-Marketing Communications_ Interactivity, Communities and Content, 5th Edition-
Prentice Hall (2010)

https://www.academia.edu/9417636/Marketing_Public_Relations

https://dinarjamaudin07.wordpress.com/2013/12/01/marketing-public-relations/

Anda mungkin juga menyukai