Anda di halaman 1dari 13

MUSYARAKAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Pada Mata Kuliah Sistem Operasional Bank Syariah

Dosen: Annikmah Farida, M.Sy

Di Susun Oleh :

1. Winda Dwi Astuti


2. Siti Nurhalifa

Program Studi: S.I Perbankan Syariah

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
1439 H/ 2018 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Sistem Operasional Bank Syariah.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
Makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada Dosen,
apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan
saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.

Metro, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

A. Pengertian Musyarakah .................................................................. 2

B. Dasar Hukum Musyarakah ............................................................. 3

C. Syarat Musyarakah ......................................................................... 4

D. Rukun Musyarakah ........................................................................ 5

E. Macam-Macam Musyarakah .......................................................... 5

F. Manfaat Musyarakah ...................................................................... 6

G. Mekanisme Pembiayaan Musyarakah dalam Perbankan Syari’ah 7

BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan


kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan
suatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan,
namun tidak ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen.
Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap
mempunyai resiko untuk gagal. Faktor ketidakpastian adalah faktor yang sudah
menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu
prinsip yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat
mendukung aspek keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam
perekonomian Islam. Penetapan suatu hasil usaha didepan dalam suatu kegiatan
usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat memberatkan salah satu pihak
yang berusaha, sehingga melanggar aspek keadilan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Musyarakah
Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-
ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau
perserikatan usaha.1
Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran
atau serikat. Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam bahasa
Inggris disebut partnership.2
Secara fiqih, dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam
Asy-Syaukani menulis sebagai berikut, “(Syirkah syar‟iyah) terwujud
(terealisasi) atas dasar sama-sama ridha di antara dua orang atau lebih, yang
masing-masing dari mereka mengeluarkan modal dalam ukuran yang tertentu.
Kemudian modal bersama itu dikelola untuk mendapatkan keuntungan,
dengan syarat masing-masing di antara mereka mendapat keuntungan sesuai
dengan besarnya saham yang diserahkan kepada syirkah tersebut. Namun
manakala mereka semua sepakat dan ridha, keuntungannya dibagi rata antara
mereka, meskipun besarnya modal tidak sama, maka hal itu boleh dan sah,
walaupun saham sebagian mereka lebih sedikit sedang yang lain lebih besar
jumlahnya. Dalam kacamata syariat, hal seperti ini tidak mengapa, karena
usaha bisnis itu yang terpenting didasarkan atas ridha sama ridha, toleransi
dan lapang dada.3
Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik
modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan
usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil

1
Ghufron A.Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
cet ke-1, 2002), h.191
2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), h. 142
3
Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, cet ke-1,
2014), h.96

2
sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal.4

B. Dasar Hukum Musyarakah


a. Dalil al-Qur’an tentang al-Musyarakah

Allah SWT berfirman sebagai berikut :


    
Artinya : “…maka mereka bersekutu dalam bagian yang sepertiga itu…”
(Qs. An-Nisaa’: 12) 5
b. Al-Hadist tentang al-musyarakah

Dan dalam sabda Rasulullah SAW juga dijelaskan tentang


musyarakah yaitu berbunyi :

‫للَاِ صلى هللا‬ َ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ رضي هللا عنه قَا َل‬ َ
‫ش ِري َكي ِْن َما لَ ْم يَ ُخ ْن أ َ َحدُ ُه َما‬ ُ ‫ أَنَا ثَا ِل‬:ُ‫للَا‬
َ ‫ث اَل‬ َ َ ‫عليه وسلم (قَا َل‬
,َ‫ فَإِذَا خَانَ خ ََر ْجتُ ِم ْن َب ْينِ ِه َما) َر َواهُ أَبُو دَا ُود‬,ُ‫اح َبه‬ ِ ‫ص‬َ
‫ص َح َحهُ ا َ ْل َحا ِك ُم‬َ ‫َو‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw:
"Allah Ta’ala telah berfirman: Aku yang menigai dua orang
yang bersekutu selama salah seorang dari mereka tidak
mengkhianati yang lainnya. Maka apabila ia berkhianat aku
keluar dari antara mereka." (Diriwayatkan-dia oleh Abu
Dawud dan shahkan-dia oleh Hakim).6

c. DSN-MUI tentang Musyarakah

Ketentuan hukum Dewan Syari’ah Nasional Nomor : 04/DSN-


MUI/IV/2000 bahwa :

1. Bahwa pembiayaan musyarakah musyarakah yang memiliki


keunggulan dalam kebersamaan dan keadilan, baik dalam berbagai
keuntungan maupun risiko kerugian, kini lebih dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
4
Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah., h. 95
5
Qs. An-Nisaa’: 12
6
A. Hasan, Terjemah Bulughul Maram, (Bandung : Diponegoro, 2006), h. 391

3
2. Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang
musyarakah untuk dijadikan pedoman oleh LKS”7
Berdasarkan landasan di atas bahwa Allah SWT akan menjaga
dan menolong dua orang yang bersekutu dan menurunkan berkah pada
pandangan mereka. Jika salah seorang yang bersekutu itu
mengkhianati temannya, Allah SWT akan menghilangkan pertolongan
dan keberkahan tersebut.

d. Ijma’

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al Mughni, telah berkata: “Kaum


muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi masyarakat secara global
walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya”.8

C. Syarat Musyarakah
Adapun yang menjadi syarat syirkah adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada bentuk khusus kontrak, berakad dianggap sah jika diucapkan
secara verbal/tertulis, kontrak dicatat dalam tulisan dan disaksikan.
b. Mitra harus kompeten dalam memberikan/diberikan kekuasaan perwalian.
c. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama, dapat terdiri dari
asset perdagangan, hak yang tidak terlihat (misalnya lisensi, hak paten dan
sebagainya).
d. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah sebuah hukum dasar dan
tidak diperbolehkan bagi salah satu dari mereka untuk mencantumkan
tidak ikut sertanya mitra lainnya. Namun porsi melaksanakan pekerjaan
tidak perlu harus sama, demikian pula dengan bagian keuntungan yang
diterima.9

7
Mardani, Hukum Bisnis Syariah., h. 227
8
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani, cet ke-1, 2010), h. 91
9
Abdul Ghafar Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (konsep, regulasi, dan
implementasi), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), h.119

4
D. Rukun Musyarakah
Musyarakah memiliki beberapa rukun, antara lain:
a. Ijab-qabul (sighat)
Adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
b. Dua pihak yang berakad (‘aqidani) dan memiliki kecakapan melakukan
pengelolaan harta.
c. Objek aqad (mahal), yang disebut juga ma’qud alaihi, yang mencakup
modal atau pekerjaan.
d. Nisbah bagi hasil.10

E. Macam-Macam Musyarakah
1. Syirkah al-milk
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan,wasiat atau kondisi
lainnyayang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atu lebih.
Dalam musyarakah ini,kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam
sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang di hasilkan aset
tersebut.
2. Syirkah Akad
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang
atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal
musyarakah, mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.
Musyarakah Akad terbagi menjadi Empat yaitu:
1. Syirkah al-‘Inan
Syirkah al-‘Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja.Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana
yang di sepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing
pihak baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil,tidak harus sama dan
identik sesuai dengan kesepakatan mereka.mayoritas Ulama
membolehkan jenis al-musyarakah ini.

10
Naf’an, Op.Cit, h. 98

5
2. Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau
lebih, setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasidalam kerja.setiap pihak membagi keuntungandan kerugian
secara sama. Dengan demikian,syarat utama dari jenis musyarakah ini
adalah kesamaan dana yang di berikan,kerja,tanggung jawab,dan beban
utang di bagi olehmasing-masing pihak.
3. Syirkah A’maal
Syirkah A’maal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu. Minsalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap
sebuah proyek, atau kerjasama dua orang penjahit untuk menerima order
pembuatan seragamsebuah kantor.
4. Syirkah Wujuh
Sirkah wujuh adalah kontrak antara dua orng ayu lebih yang memiliki
reputasi dan prestasi baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang
secara kreditdari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara
tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan
jaminan kepada penyuplai yang di sediakan oleh tiap mitra. Jenis
musyrakah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara
kreditberdasar pada jaminan tersebut,karena kontrak ini pun lazim di
sebut sebagai musyarakah piutang.

F. Manfaat Musyarakah
Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan musyarakah ini, di antaranya
sebagai berikut:
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan

6
a. pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami
negative spread.
b. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
c. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-
benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang
riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
d. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap di aman bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.11

G. Mekanisme Pembiayaan Musyarakah dalam Perbankan Syari’ah


Dari sekian banyak jenis musyarakah tersebut diatas hanya syirkah
‘inan yang paling tepat dan dapat diaplikasikan dalam perbankan syariah.
Dimana, bank dan nasabah keduanya memiliki modal. Modal bank dan modal
nasabah digunakan oleh pengelola sebagai modal untuk mengerjakan proyek.
Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari proyek dibagikan
berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama.
Adapun mekanismenya yaitu:
1. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan
bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu
kegiatan usaha tertentu.
2. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai mitra usaha
dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan
wewenang yang disepakati seperti melakukan review, meminta bukti-bukti
dari laporan hasil usaha yang dibuat oleh nasabah berdasarkan bukti
pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk
nisbah yang disepakati.

11
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group), h.103

7
4. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka
waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak.
5. Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang
dan/atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan.
6. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam
bentuk uang harus dinyatakan secara jelas jumlahnya.
7. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam
bentuk barang, maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga
pasar (net realizable value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.
8. Jangka waktu Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah, pengembalian
dana, dan pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara Bank dan nasabah.
9. Pengembalian Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah dilakukan dalam
dua cara, yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode
Pembiayaan, sesuai dengan jangka waktu Pembiayaan atas dasar
Akad Musyarakah.
10. Pembagian hasil usaha berdasarkan laporan hasil usaha nasabah
berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
11. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut
porsi modal masing-masing.12

Skema al-Musyarakah

Nasabah Parsial : Bank Syariah


12 Aset Value
Muhamad, Parsial
Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2015), h. 44-45 Pembiayaan

8
PROYEK USAHA
Bagi hasil kruntungan sesuai
Porsi kontribusi modal
KEUNTUNGAN
( nisbah )
BAB III

KESIMPULAN

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan di
tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Al-musyarakah ada dua jenis: Musyarakah pemilikan dan musyarakah
akad. Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan,wasiat atau kondisi
lainnyayang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atu lebih. Dalam
musyarakah ini,kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata
dan berbagi pula dari keuntungan yang di hasilkan aset tersebut.
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah,
mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi
menjadi empat yaitu:
a. Syirkah al-‘Inan
b. Syirkah Mufawadhah
c. Syirkah A’maal
d. Syirkah Wujuh

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghafar Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (konsep, regulasi,


dan implementasi), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press)

Ghufron A.Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, cet ke-1, 2002)

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group)

Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014)

Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2015)

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta:


Gema Insani, cet ke-1, 2010)

Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, cet


ke-1, 2014)

10

Anda mungkin juga menyukai