Anda di halaman 1dari 50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa

4.1.1 Keadaan Geografis

Desa Puntik Luar adalah salah satu desa dari Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Desa Puntik Luar terbagi
menjadi 10 RT dan 3 RW. Desa Puntik Luar memiliki total luas wilayah 14
km2.

Tabel 4.1 Batas-batas Wilayah di Desa Puntik Luar

No Batas – Batas Desa / Kelurahan Kecamatan

Bangkit Baru & Puntik


1 Sebelah Utara Mandastana
Tengah

Sebelah Lokrawa, Sungai Ramania


2 Mandastana / Alalak
Selatan dan Kel. Handil Bakti

3 Sebelah Timur Tanipah & Sungai Ramania Mandastana

4 Sebelah Barat Balandean Alalak


4.1.2 Kependudukan

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Puntik Luar Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah
Penduduk
L P
80 85
69 72
37 40
87 90
32 33
60 63
64 66
170 185
90 98
10 12
699 744

Desa Puntik Luar memiliki jumlah penduduk sebanyak 1443 orang yang
terdiri dari 699 laki-laki dan 744 perempuan.
4.1.3 Jumlah Keluarga

Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga dan Kepadatan Penduduk

Jumlah
RT RW KK
1 55
2 41
3 1 20
4 54
5 23
6 41
7 2 40
8 97
9 50
10 3 7
Jumlah 428

Desa Puntik Luar terdiri dari 428 Kepala Keluarga yang tersebar di 10 RT
dan 3 RW.
4.1.4 Pekerjaan

Tabel 4.4 Pekerjaan Penduduk Desa Puntik Luar

Juml
Pekerjaan ah
Peta
RT/RW Nel T Lai
PN Bur ni/P PO Wiras
aya N n-
S uh eke LRI wasta
n I lain
bun
RT.
1 01 5 10 78 - - - 10 62 165
RT.
2 02 2 7 69 - - - 7 56 141
RT. RW.
3 03 01 - 6 37 - - - 8 26 77
RT.
4 04 5 10 86 - - - 9 67 177
RT.
5 05 - 5 36 - - - 4 20 65
RT.
6 06 - 10 65 - - - 10 38 123
RT. RW.
7 07 02 - 11 61 - - - 6 52 130
RT.
8 08 2 72 70 - - - 63 148 355
RT.
19 09 - 14 74 10 90 188
RT. RW.
10 10 03 - 3 11 - - - 2 6 22
Jumlah 14 148 587 - - - 129 565 1443

Sebagian besar pekerjaan penduduk di Desa Puntik Luar adalah


petani/pekebun yaitu sebanyak 587 orang. Buruh harian lepas sebanyak 148
orang, wiraswasta sebanyak 129 orang, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 14
orang, dan lain lain sebanyak 565 orang.

4.1.5 Lahan

Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Desa Puntik Luar

Penggunaan Lahan
Pe
Blu ma
Perum kar/ Hut Huta ka Lai
Pers Perk Juml
ahan Lah an n ma n-
RT/RW awah ebun ah
Pekara an Gal Lind n lai
an an
ngan Tid am ung Al n
ur ka
h
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
RT
1 .01 40 6 1,6 - - - - 1,5 49,1
RT
2 .02 R 45 9,5 1,2 - - - - 0,7 56,4
RT W.
3 .03 01 35 9,8 0,6 - - - - 0,8 46,2
RT R
4 .04 W. 45 12,2 1,6 - - - 0,5 0,9 60,2
RT 02 0,.
5 .05 40 1,3 0,7 - - - 03 0,9 62,93
RT
6 .06 70 10 1,2 4 2 - 0,6 1,5 69.3
RT
7 .07 45 14,5 1,2 7 3 - 0,7 0,5 71,9
RT 26, 606,6
8 .08 60 - 2,9 16 500 - 0,9 87 7
1 RT
9 .09 R 70 1,1 1,5 12 100 - - 1,9 186,5
1 RT W.
0 .10 03 60 - 0,2 30 100 - - 0,6 190,8
2,7 36,
Jumlah 510 64,4 12,7 69 705 - 3 17 1.4

Desa Puntik Luar memiliki wilayah yang sangat luas yang terdiri dari
Persawahan 510 Ha, Perkebunan 64,4 Ha, Perumahan Pekarangan 12,7 Ha,
Blukar Lahan Tidur 69 Ha, Hutan Galam 705 Ha, Pemakaman Alkah 2,73 Ha,
dan lain-lain 36,17 Ha.

4.1.6 Sarana/Prasarana dan Sosial Budaya

Desa Puntik Luara memiliki sarana dan prasarana yang terdiri dari 1
Kantor Camat, 1 Kantor Desa, 1 Rukan Polsek, 1 Kantor Resi Gudang, 3
Posyandu, 21 Puyandu, 1 Pustu, 1 Mesjid dan 4 Musholla.
4.2 Gambaran Umum Responden

4.2.1 Karakteristik Keluarga

4.2.1.1 Jenis Kelamin Anak Balita

Distribusi Jenis Kelamin Balita di Desa Puntik Luar Kecamatan


Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Table 4.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Anak Balita di
Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018

Total
Jenis kelamin
n %
Laki-laki 28 56
Perempuan 22 44
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki


anak balita dengan jenis kelamin laki-laki (56%) lebih banyak daripada
perempuan (44%).

4.2.1.2 Umur Anak Balita


Distribusi Umur Anak Balita di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Table 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anak Balita di Desa
Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala 2018
Umur balita Total
(bulan) n %
12-24 17 34
24-60 33 66
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden sebagian besar


memiliki anak balita yang berumur 24-60 bulan (66%).

4.2.1.3 Umur Responden


Distribusi Umur Responden di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala dapat dilihat pada table dibawah ini :
Table 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala 2018

Umur Responden Total


(Tahun) n %
<20 2 4
20 – 35 33 66
>35 15 30
Jumlah 50 100

Berdasarkan table 4.8 dapat diketahui bahwa umur responden sebagian


besar adalah 20 - 35 tahun (66%) dan sisanya berumur <20 tahun 2%.
Kehamilan di bawah usia 20 tahun merupakan kehamilan berisiko
tinggi. Angka kesakitan dan kematian ibu demikian pula bayi, 2-4 kali lebih
tinggi dibandingkan denga kehaian wanita yang telah cukup umur (Unicef,
2002). Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi dalam 3 epidimiologi
bahwa periode yaitu kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi
sehat (20-35 tahun), kurun reproduksi tua (36-19 tahun). Pembagian ini
dadasarkan atas data epidemiologi bahwa risiko kehamilan rendah pada krun
reproduksi sehat dan meningkat lagi secara tajam pada kuru reproduksi tua
(Depkes RI, 1995).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel responden yang
memiliki balita di desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala tidak berada dalam usia yang berisiko tinggi.

4.2.1.4 Tingkat Pendidikan Responden


Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala dapat dilihat dari table di bawah ini:
Table 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden di desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala 2018.

Tingkat Total
Pendidikan N %
SD/sederajat 22 44
SMP/sederajat 15 30
SMA/sederajat 13 26
PT 0 0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan


responden sebagian besar adalah SD/sederajat (22%).
4.2.1.5 Tingkat Pekerjaan Utama Kepala Keluarga
Distribusi Tingkat Pekerjaan Utama Kepala KeluargaRresponden di
Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala 2018.
Dapat dilihat dari table di bawah ini :

Table 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Kepala


Keluarga di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala 2018.

Total
Tingkat Pekerjaan
n %
Buruh 13 26
Petani 16 32
Swata/wirausaha 19 38
PNS 2 4
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa tingkat pekerjaan


kepala keluarga responden sebagian besar adalah swasta/wirausaha (19%)
kemudian diikut oleh petani,buruh dan hanya sebagian kecil PNS (4%).

Pekerjaan kepala keluarga mempengaruhi daya beli bahan makanan


keluarga. Bila pekerjaan kepala keluarga atau ayah baik, maka akan
mencukupi semua kebutuhan yang akan diperlukan untuk sandang dan pangan
(Saputri, dkk. 2016).
4.2.1.6 Tingkat Pekerjaan Utama Responden/Ibu
Distribusi Tingkat Pekerjaan Utama Responden di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala 2018 dapat dilihar dari table
dibawah ini :
Table 4.11 Distrbusi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Utama
Ibu di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala 2018.

Tingkat Pekerjaan Total


Utama/Ibu n %
IRT 49 86
Petani 3 6
Swasta/wirausaha 4 8
PNS 0 0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa tingkat pekerjaan utama


responden/ibu sebagian besar adalah ibu rumah tangga (86%) dan sebagian
kecil adalah swasta/wirausaha (4%) dan petani (3%).
Ibu yang bekerja akan mempengaruhi pendapatan keluarga yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan keluarga.
Banyanya responden yang menjadi ibu rumah tangga, maka dapat diketahui
bahwa rata-rata responden di desa Puntik Luar Kecamatan Mandastan
Kabupaten Barito Kuala 2018 tidak mempengaruhi pendapatan keluarga.
4.3 Status Gizi Anak Balita

Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/U di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U

Total
Status Gizi
N %
Buruk 0 0
Kurang 5 10
Baik 45 90
Lebih 0 0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui sebagian besar balita memiliki
status gizi baik yaitu sebanyak 45 orang (90%) dan status gizi kurang sebanyak 5
orang (10%) menurut ndeks BB/U.

Pada desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala


sebagian besar memiliki anak balita dengan status gizi baik, hal ini didukung
oleh ketersedian pangan/ketahanan pangan oleh sebagian besar penduduk sudah
baik dan ibu juga memiliki pengetahuan gizi yang baik.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soekirman (2000) yaitu ketersediaan pangan
merupakan salah satu factor atau penyebab tidak langsung yang berpengaruh
pada status gizi anak, Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang ia akan
semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi (Djaeni
2000 daam Sari, 2011).
Namun sebagian kecil masih banyak anak balita yang status gizinya kurang
yang disebabkan oleh beberapa factor seperti masih terdapat sebagian penduduk
yang berpendapatan rendah, ketersediaan pangan yang kurang serta pola asuh
dan pengetahuan ibu tentang gizi yang masih kurang.

BB/U dapat digunakan sebagai indicator status gizi kurang saat sekarang dan
sensitive terhadap perubahan kecil, dapat digunakan untuk memonitor
pertumbuhan dan pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure
karena infeksi atau KEP (Syukriawati, 2011).

4.4 Asupan Makan

4.4.1 Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita

Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita di Desa Puntik Luar


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Table 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi
Anak Balita di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala tahun 2018

Total
Asupan Energi
N %
Defisit 23 46
Kurang 11 22
Sedang 8 6
Baik 8 6
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi


energi anak balita responden sebagian besar adalah defisit (46%) dan sebagian
kecil sedang (6%) dan baik (6%).
Masih adanya tingkat konsumsi anak balita yang defisit disebabkan
karena kebiasaan makan balita yang dapat digambarkan dari pola asuh yang
masih rendah dan jajanan yang sering dibeli seperti snack/ciki sehingga
berdampak pada tidak tercukupi kebutuhan zat gizi bagi anak tersebut. Sesuai
dengan penelitian Maulana dkk (2014) bahwa konsumsi makanan yag tidak
bervariasi dan kebiasaan makanan ringan menyebabkan anak akan kehilangan
nafsu makan sehingga mengalami kekurangan gizi.

4.4.2 Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita


Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Table 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein
Anak Balita di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala tahun 2018

Total
Asupan protein
N %
Defisit 10 20
Kurang 3 6
Sedang 11 22
Baik 26 52
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi


protein anak balita responden sebagian besar adalah baik (52%) dan sebagian
kecil kurang (3%).
Tingginya tingkat konsumsi protein ini berkaitan dengan seringnya
mengkonsumsi protein hewani seperti telur dan ikan dan ditambah dengan
susu. Hal ini menyebabkan asupan protein tercukupi.

4.4.3 Tingkat Konsumsi Fe Anak Balita


Distribusi Tingkat Konsumsi Fe Anak Balita di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Table 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Fe Anak
Balita di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala tahun 2018

Total
Asupan Fe
N %
Defisit 7 14
Kurang 7 14
Sedang 2 4
Baik 34 68
Total 50 100

Berdasarkan table 4.15 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi Fe


anak balita responden sebagian besar adalah baik (68%) dan sebagian kecil
defisit (14%).
Tingginya tingkat konsumsi Fe yang baik ini berkaitan dengan dengan
seringnya mengkonsumsi protein hewani seperti telur dan ikan dan ditambah
dengan susu. Hal ini menyebabkan asupan Fe tercukupi.

4.4.4 Tingkat Konsumsi Vitamin A


Distribusi Tingkat Konsumsi Vitamin A Anak Balita di desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat
dilihat pada table dibawah ini :
Table 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi
Vitamin A Anak Balita di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018

Total
Vitamin A
N %
Defisit 1 2
Kurang 1 2
Sedang 0 0
Baik 48 96
Total 50 100

Berdasarkan table 4.16 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi


vitamin A anak balita responden sebagian besar adalah baik (96%) dan
sebagian kecil adalah defisit (1%).
Anak balita yang dengan tingkat konsumsi vitamin A buruk dapat
disebabkan oleh nafsu makan yang kurang saat makanan utama karena balita
lebih suka menghabiskan jajanan atau makanan ringan seperti kerupuk/ciki
yang memiliki kandungan zat gizi vitamin A yang tidak ada dan juga tidak
suka makan sayur serta buah yang mengandung vitamin A.
Defisiensi vitamin A juga menyebabkan kurangnya nafsu makan
sebagai akibat perubahan jonjot-jonjot rasa pada lidah sedangkan bahan
makanan yang banyak mengandung vitamin A terdapat pada sayuran
berwarna hijau tua serta sayur-sayuran dan buah-buahan yang berwarna
kuning-jingga seperti, singking, daun kacang, kangkung, bayam, kacang
buncis wortel dll.
4.5 Penyakit Infeksi
Distribusi anak balita yang mengalami penyakit infeksi di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Table 4.17 Distribusi Penyakit Infeksi di Desa Puntik Luar Kecamatan


Mandastana Kabutapen Barito Kuala tahun 2018

Total
Penyakit infeksi
n %
Menderita 31 62
Tidak Menderita 19 38
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa di Desa Puntik Luar anak
balita yang menderita penyakit infeksi selama 3 bulan terakhir sebanyak 31
orang dan yang tidak menderita penyakit infeksi selama 3 bulan terakhir 19
orang.

4.6 Ketersediaan Pangan Keluarga


4.6.1 Ketersedian Pangan Sumber Energi
Distribusi Ketersediaan Pangan Keluarga Sumber Energi di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Ketersediaan


Pangan Sumber Energi Keluarga di Desa Puntik Luar
Kecamatan MandastanaKabupaten Barito Kuala 2018
Total
Ketersediaan Energi
N %
Defisit 0 0
Kurang 1 2
Sedang 0 0
Baik 49 98
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa ketersediaan


pangan keluarga dilihat dari ketersediaan energi keluarga di Desa Puntik Luar,
yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 49 keluarga (98%) dan kurang
sebanyak 1 keluarga (2%).
Sebagian besar ketersediaan energi yaitu berada pada kategori baik.
Hal ini dikarenakan sebagian besar warga menjadi petani beras, sehingga
ketersediaan sumber pangan energi terutama beras sangat melimpah pada
sebagian besar keluarga di Desa Puntik Luar.
Tingkat Ketersediaan pangan energi keluarga yang kurang
dikarenakan pendapatan keluarga rendah sehingga daya beli rumah tangga
juga rendah dan berakibat kurangnya porsi yang dibelanjakan untuk pangan
terutama sumber karbohidrat.
Ketersediaan pangan keluarga memiliki keterkaitan dengan
pendapatan keluarga. Ketersediaan pangan keluarga hanya dapat terjadi jika
tersedia pangan yang cukup dan keluarga mampu membelinya. Daya beli ini
dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh. Jika pendapatan keluarga tinggi
maka kemampuan daya beli keluarga juga tinggi, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya (Barus,2014). Menurut Hukum Engel, pada saat
terjadinya peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan
pendapatannya untuk pangan dengan porsi yang semakin mengecil.
Sebaliknya bila pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan
makin meningkat (Soekiman,2000)
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah Food
Account. Food Account dilakukan dengan cara mencatat setiap hari semua
makanan yang dibeli, diterima dari orang lain, maupun yang diproduksi
sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam URT termasuk harga eceran. Namun,
cara ini tidak nenperhitungkan makanan cadangan yang ada dalam keluarga.
Pengambilan data tersebut juga hanya dilakukan selama 3 hari padahal
idealnya dilakukan selama 7 hari. Hal tersebut yang membuat metode dan
cara pengumpulan data ini kurang tepat untuk menggambarkan ketersediaan
pangan keluarga.

4.6.2 Ketersedian Pangan Sumber Protein

Distribusi Ketersediaan Pangan Keluarga Sumber Protein di Desa Puntik


Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Ketersediaan


Pangan Sumber Protein Keluarga di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala 2018

Ketersediaan Total
Protein N %
Defisit 1 2
Kurang 3 6
Sedang 3 6
Baik 43 86
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat diketahui bahwa tingkat


ketersediaan pangan protein keluarga di Desa Puntik Luar, sebagian besar
termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 43 keluarga (86 %). Hal ini
dikarenakan ekonomi yang cukup untuk membeli pangan sumber protein
hewani dan nabati sehingga tersedianya lauk pauk sumber protein untuk
keluarga. Sedangkan kategori defisit sebanyak 1 keluarga (2%), kategori
kurang dan sedang masing masing sebanyak 3 keluarga (6%). Hal ini
disebabkan ekonomi keluarga banyak yang memiliki penghasilan tergolong
rendah sampai sedang yang menyebabkan kurangnya suatu keluarga
menyediakan sumber makanan kaya akan protein sebab harga pangan sumber
protein hewani lebih mahal dan berakibat kurangnya porsi yang dibelanjakan
untuk pangan protein, misalnya daya beli ikan terbatas dan tidak beragam di
Desa Puntik Luar tersebut.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Khumaidi (1994), bahwa pada
umumnya masyarakat yang berpendapatan rendah hanya mampu membeli
bahan makanan yang harganya murah meskipun mutunya rendah, asalkan
banyak dan mengenyangkan. Bahkan mereka tidak dapat makan daging, telur,
ikan atau minum susu setiap hari namun hanya sesekali saja dalam sebulan
atau setahun.

4.7 Pola Asuh

Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh di Desa Puntik Luar


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Anak Balita di


Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala 2018

Pola Asuh Total


N %
Baik 37 74
Kurang 13 26
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.20 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pola asuh ibu
terhadap anak balitanya sebagian besar adalah baik yaitu 37 orang (74%). Hal ini
dikarenakan ibu selalu ada waktu atau selalu mendampingi ketika anak makan
karena sebagian besar ibu adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) dan sebagian besar
ibu mampu memberikan ASI eksklusif pada anak balita, mampu memberikan
makanan pendamping sesuai dengan umur anak balita dan mampu memberikan
makan anak secara teratur sesuai jadwal. Sedangkan kategori kurang sebanyak
13 orang (26 %). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pola asuh ibu kurang
juga masih ada dan nilainya cukup tinggi disebabkan karena masih ada sebagian
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anak balitanya, tidak mengetahui
dan tidak memberikan makanan pendamping sesuai dengan umur anak balita dan
tidak memberikan makanan anak secara teratur sesuai jadwal, oleh karena itulah
pola asuh ibu terhadap anaknya harus terus ditingkatkan. Ibu dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan pada saat anak makan. Bila anak tidak mau makan,
ibu dapat membujuk agar anak mau menghabiskan makanannya. Pengetahuan
ibu tentang kebersihan dalam menyiapkan makanan baik hal ini dapat dilihat dari
ibu yang selalu mencuci tangan sebelum mengolah atau memasak bahan
makanan dan selalu mencuci alat makan sebelum digunakan.

4.8 Kesehatan Lingkungan


Distribusi Tingkat Kesehatan Lingkungan Keluarga di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Table 4.21 Distribusi Tingkat Kesehatan Lingkungan di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018
Total
Kesehatan Lingkungan
N %
Baik 23 46
Kurang 27 54
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.21 diatas dapat diketahui bahwa kesehatan lingkungan


dengan kategori baik sebanyak 46% dan kurang sebanyak 27%. Hal ini
menunjukkan sebagian besar kesehatan lingkungan penduduk desa Puntik Luar
masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi karena sebagian besar penduduk belum
mempunyai sarana air bersih, jamban/kakus sehat, tempat sampah, pembuangan
air limbah di setiap rumah, ketidakmampuan dalam menyediakan sarana
kesehatan lingkungan seperti air bersih karena air ledeng dari PDAM belum
dapat mencapai seluruh wilayah desa. Terutama wilayah desa dibagian dalam
yang berdekatan dengan sungai, biasanya warga di wilayah ini membeli air
PDAM yang dibawa dengan jerigen untuk keperluan konsumsi. Air yang
terdapat di desa tersebut rasanya asam sehingga tidak layak dimanfaatkan untuk
dikonsumsi, serta mandi, cuci, kakus. Warga masih banyak melakukan kegiatan
mandi, cuci dan kakus di pinggiran sungai karena keterbatasan biaya untuk
membuat jamban sehat. Warga sebagian besar belum memiliki tempat sampah
yang baik, sebagian besar banyak menggunakan kantongan plastic untuk tempat
sampah lalu dibakar atau di buang ke sungai setelah kantongan plasticnya penuh.
Hal ini terjadi karena masih belum banyak terdapat TPS di desa tersebut
terutama di wilayah bagian dalam.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi keadaan


lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula (Noetoatmodjo, 2013). Sedangkan
kesehatan lingkungan menurut WHO adalah ilmu dan keterampilan yang
memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua factor yang ada pada
lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan/akan menimbulkan
hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya maupun
kelangsungan hidupnya (Adnani, 2001).

Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah


terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi
(Poedjiadi, 1994). Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air
bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan
makanan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-
hari, makin kecil risiko anak terinfeksi penyakit kurang gizi.

4.9 Pendapatan
Distribusi Pendapatan Keluarga di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada table 4.20
berikut ini :
Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Keluarga di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala 2018

Total
Pendapatan
N %
Rendah 31 62
Tinggi 19 38
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.22 diatas dapat diketahui bahwa pendapatan keluarga


di Desa Puntik Luar sebagian besar termasuk dalam kategori rendah yaitu
sebanyak 31 keluarga (62%) dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak
19 keluarga (38%).

4.10 Pengetahuan Ibu


Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabutapen Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Table 4.23 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastan Kabutapen Barito Kuala tahun 2018

Total
Pengetahuan Ibu
N %
Baik 28 56

Kurang 22 44

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan gizi dengan kategori baik yaitu sebanyak 28 orang (56%)
dan yang memilik pengetahuan gizi dengan kategori kurang sebanyak 22 orang
(44%).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan ibu masih
banyak yang kurang dikarenakan salah satu faktor yaitu dari tingkat pendidikan
ibu paling banyak lulusan SD (44%).
Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Budiman (2013) bahwa
pendidikan merupakan salah satu proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Banyak masalah gizi yang dipengaruhi oleh keterbatasan pengetahuan gizi.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun
menu dengan baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi
seseorang ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan untuk
dikonsumsi (Djaeni 2000 daam Sari, 2011).
Syarief dan Husaini (2000) dalam Resanti (2009) menambahkan
pendidikan ibu rumah tangga berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizi dan
kesehatan , perilaku memberi makan anak, sanitasi dan hygiene, serta dalam
mengelola sumber-sumber (potensi) keluarga.

4.11 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Distribusi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabutapen Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Table 4.24 Distribusi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastan Kabutapen Barito Kuala tahun
2018
Total
PHBS
n %
Baik 20 40
Kurang 30 60
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwadi Desa Puntik Luar


sebagian besar yang belum berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 30
keluarga (60%) dan yang sudah berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 20
keluarga (40%).

4.12 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita

4.12.1 Asupan Makan Anak Balita


4.12.1.1 Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita
Distribusi Hubungan Konsumsi Energi Anak Balita dengan Status Gizi
Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana,
Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.25 Distribusi Hubungan Konsumsi Energi Anak Balita dengan
Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun
2018

Status Gizi Anak Balita (BB/U)


Tingkat P
Gizi Gizi Gizi Total
Konsumsi
Buruk Kurang Gizi Baik Lebih
Energi
n % n % N % n % n %
Defisit 0 0 2 8,7 21 91,3 0 0 23 100
Kurang 0 0 2 18,2 9 81,8 0 0 11 100 0.813
Sedang 0 0 1 12,5 7 87,5 0 0 8 100
Baik 0 0 0 0 8 100 0 0 8 100

Dari hasil penelitian yang di lakukan terhadap 50 anak balita di desa


Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018
diketahui bahwa anak balita memiliki tingkat konsumsi energi defisit
dengan status gizi baik sebanyak 21 orang (42%) dan tingkat konsumsi
energi baik dengan status gizi baik sebanyak 8 orang (16%). Sebagian
besar terdapat lebih banyak tingkat konsumsi energi balita tergolong buruk
daripada yang baik, hal ini dapat disebabkan mungkin karena tingkat
pengetahuan, tingkat pendidikan.
Sebagian besar ibu yang memiliki anak balita di desa Puntik Luar
sering memberikan makanan ringan yang banyak dijual di warung-warung
dekat rumah mereka. Serta ibu balita sebagian besar hanya memberikan
makanan yang disukai anaknya saja tanpa memperhatikan gizi yang
terkandung pada makanan yang dikonsumsi oleh anaknya apakah sudah
terpenuhi atau sebaliknya, sehingga penyediaan makanan yang bergizi
kurang di perhatikan.

Hasil Uji Statistik dengan Uji Korelasi Spearman didapatkan hasil


bahwa nilai p = 0.813. Sehingga diketahui p > α ( 0.05), maka Ho
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
konsumsi energi dengan status gizi anak balita menurut BB/U di Desa
Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Energi sangat dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi yang
digunakan diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada didalam
bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan
makanan akan menentukan nilai energinya (Almatsier, 2004).
Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah
konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi
pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi
tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka
panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang
dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.

4.12.1.2 Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita


Distribusi Hubungan Konsumsi Protein Anak Balita dengan Status
Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana,
Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.26 Distribusi Hubungan Konsumsi Protein Anak Balita
dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala
tahun 2018.
Status Gizi Anak Balita (BB/U)
Tingkat P
Gizi Gizi Gizi Total
Konsumsi
Buruk Kurang Gizi Baik Lebih
Protein
n % N % N % N % N %
Defisit 0 0 0 0 10 100 0 0 10 100
Kurang 0 0 1 14,3 6 85,7 0 0 7 100 0.578
Sedang 0 0 1 9,1 10 90,9 0 0 11 100
Baik 0 0 3 11,5 23 88,5 0 0 26 100

Dari hasil penelitian yang di lakukan terhadap 50 balita di Desa


Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018
diketahui bahwa anak balita memiliki tingkat konsumsi protein defisit
dengan status gizi baik sebanyak 10 orang (20%) dan tingkat konsumsi
protein baik dengan status gizi baik sebanyak 23 orang (46%). Hal ini
dikarenakan penduduk desa seringnya mengonsumsi ikan dan telur.

Hasil Uji Statistik dengan uji Korelasi Spearman didapatkan hasil


bahwa nilai p = 0.578. Sehingga diketahui p > α ( 0.05), maka Ho
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
konsumsi Protein dengan status gizi anak balita menurut BB/U di Desa
Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat
kecukupan protein anak balita kategori baik. Hasil penelitian oleh Mariani
(2002) terdapat hubungan positif antara kecukupan konsumsi protein
dengan status gizi balita, begitu juga dengan penilitian Dewi (2012)
menemukan adanya hubungan antara tingkat kecukupan konsumsi protein
dengan status gizi balita. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan
adanya hubungan asupan protein status gizi balita, namun mengingat
banyak nya faktor yang mempengaruhi status gizi pada penelitian ini
tingkat asupan protein dinilai cukup baik dan tidak memiliki hubungan
bermakna status gizi balita, maka kejadian malnutrisi kemungkin
disebabkan faktor lain.
4.12.1.3 Tingkat Konsumsi Vitamin A Anak Balita
Distribusi Hubungan Konsumsi Vitamin A Anak Balita dengan Status
Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana,
Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.27 Distribusi Hubungan Konsumsi Vitamin A anak balita
dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito koala
tahun 2018.

Tingkat Status Gizi Anak Balita (BB/U)


P
Konsumsi Gizi Gizi Gizi Total
Vitamin Buruk Kurang Gizi Baik Lebih
A n % N % N % n % n %
Defisit 0 0 0 0 1 100 0 0 1 100
Kurang 0 0 0 0 1 100 0 0 1 100 0.639
Sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100
Baik 0 0 5 10,4 43 89,6 0 0 48 100

Dari hasil penelitian terhadap 50 anak balita di desa puntik luar


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui
bahwa anak balita memiliki tingkat konsumsi vitamin A defisit dengan
status gizi baik sebanyak 1 orang (2%) dan tingkat konsumsi protein baik
dengan status gizi baik sebanyak 43 orang (86%). Tingkat konsumsi
vitamin A yang baik dapat, dikarenakan sebagian besar ibu didesa tersebut
memberikan susu, sayuran dan buah – buahan untuk anaknya sehingga
kebutuhan vitamin A terpenuhi, selain itu pula penggunaan minyak kelapa
sawit juga salah satu penyumbang sumber Vitamin A. Selain itu juga masih
terdapat balita yang masih tingkat konsumsi vitamin A nya buruk, hal ini
dikarenakan para ibu tersebut masih kurang dalam memberikan susu,
sayuran dan buah – buahan untuk anaknya. Kebanyakan para ibu sering
memberikan makanan seperti snack, jajanan gorengan dan jarang sekali
para ibu memberikan makanan yang sehat untuk anaknya. Sehingga
didapatkan vitamin A pada anak balita tersebut masih buruk. Hal ini
dikarenakan para ibu belum memahami pentingnya vitamin A terutama
pada anak balita. Namun ada beberapa yang masih belum mendapatkan
vitamin A karena bayi baru lahir didesa puntik luar sehingga tidak ada
ditemukan tingkat konsumsi vitamin A.

Hasil Uji Statistik dengan uji Korelasi Spearman didapatkan hasil


bahwa nilai p = 0.639. Sehingga diketahui p > α ( 0.05), maka Ho diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi
vitamin A dengan status gizi anak balita menurut BB/U di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Untuk menanggulangi kekurangan vitamin A (KVA) di Indonesia,
khususnya pada anak balita (6 – 59 bulan). Departemen Kesehatan
Indonesia telah bekerja sama dengan Hellen Keller Indonesia (HKI)
dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu
nifas. Kapsul vitamin A ini diberikan secara gratis di posyandu dan
puskesmas seluruh Indonesia.

Ada dua pendekatan untuk memperbaiki status vitamin A bayi dan


balita, yaitu dengan memberikan vitamin A dosis tinggi pada wanita yang
sedang menyusui atau memberikan satu dari beberapa dosis pada bayi dan
balita. (IVACG, 2010).

4.12.1.4 Tingkat Konsumsi Fe Anak Balita


Distribusi Hubungan Konsumsi Fe Anak Balita dengan Status Gizi
Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana,
Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.28 Distribusi Hubungan Konsumsi Fe Anak Balita dengan
Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito koala tahun
2018.
Status Gizi Anak Balita (BB/U)
Tingkat P
Gizi Gizi Gizi Total
Konsumsi
Buruk Kurang Gizi Baik Lebih
Zat Besi
n % N % N % n % n %
Defisit 0 0 0 0 7 100 0 0 7 100
Kurang 0 0 0 0 7 100 0 0 7 100 0.118
Sedang 0 0 0 0 2 100 0 0 2 100
Baik 0 0 5 14,7 29 85,3 0 0 34 100

Dari hasil penelitian terhadap 50 anak balita di Desa Puntik Luar


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui
bahwa anak balita memiliki tingkat konsumsi Fe defisit dengan status gizi
baik sebanyak 7 orang (14%) dan tingkat konsumsi protein baik dengan
status gizi baik sebanyak 29 orang (58%).

Hasil Uji Statistik dengan uji Korelasi Spearman didapatkan hasil


bahwa nilai p = 0.118. Sehingga diketahui p > α ( 0.05), maka Ho
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
konsumsi Fe dengan status gizi anak balita menurut BB/U di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Konsumsi Fe perlu ditingkatkan pada masa balita, karena jika terus
menerus berlanjut akan berpengaruh terhadap status gizi dan kesehatan
balita. Bila terjadi kekurangan intake protein akan menyebabkan terjadinya
anemia gizi besi. Responden yang memiliki tingkat konsumsi Fe dengan
kategori baik sudah mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup Fe
seperti bayam, kacang hijau, daging sapi, ayam dan telur. Sedangkan
responden yang memiliki tingkat konsumsi Fe kurang disebabkan karena
asupan zat besi dalam bahan makanan rendah.

Pada anak yang menyusu ASI, kontribusi zat besi MPASI sebagian
besar berasal dari pangan nabati. Padahal, pangan hewani, terutama
daging, merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi yang berasal dari
sumber hewani (heme iron) memiliki tingkat penyerapan yang tinggi, yaitu
sekitar 15-40% (Hunt, 2003; Fairweather-tait, 1996). Sedangkan zat besi
yang berasal dari pangan nabati (non-heme iron) tingkat penyerapannya
lebih rendah, yaitu hanya 1-15% (Hunt, 2003).
Besi merupakan trace element vital yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk pembentukan hemoglobin, myoglobin dan berbagai enzim
(Almatsier, 2004). Bentuk besi didalam makanan berpengaruh terhadap
penyerapannya. Besi-hem merupakan bagian dari hemoglobin dan
myoglobin yang terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali
lipat daripada besi-nonhem (Almatsier, 2004).
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan
sel darah merah. Zat besi secara alami diperoleh dari makanan. Kekurangan
zat gizi besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat
menimbulkan penakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai
penakit kurang darah. (Depkes RI, 2005).

4.12.2 Penyakit Infeksi


Distribusi Hubungan Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Anak Balita
(BB/U) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Table 4.29 Distribusi Hubungan Penyakit Infeksi dengan Status Gizi
Anak Balita (BB/U)
Status Gizi Anak Balita (BB/U)
P
Penyakit Gizi Gizi Total
Infeksi Kurang Gizi Baik Lebih
n % n % N % N %
Ya 3 9,7 28 90,3 0 0 31 100
Tidak 2 10,5 17 89,5 0 0 19 100 0.925

Berdasarkan tabel 4.29 diatas dapat diketahui bahwa dari 50 anak


balita yang pernah terkena penyakit infeksi yaitu 31 balita (62%) dan 19
orang (38%) tidak mengalami penyakit infeksi. Anak balita yang pernah
terkena penyakit infeksi sebagian besar memiliki gizi baik yaitu 28 orang
(56%), dan 3 orang (6%) mengalami gizi kurang sedangkan gizi lebih tidak
ada. Dari 19 yang tidak pernah terkena penyakit infeksi sebagian besar
mengalami gizi baik yaitu 17 orang (34%) dan 2 balita (4%) mengalami gizi
kurang sedangkan gizi lebih tidak ada.

Lebih banyak anak balita terkena penyakit seperti demam, batuk, pilek
dan diare. Pada anak balita demam bisa disebabkan karena efek samping
imunisasi, adanya pertumbuhan gigi baru selanjutnya batuk dan pilek serta
diare pada anak balita disebabkan adanya penyakit infeksi diikuti reaksi
alergi pada cuaca yang berubah ubah, makanan yang kurang sehat,
kekebalan tubuh atau system imun anak yang tidak kuat dan keracunan
makanan yang disebabkan oleh racun bakteri yang terkandung dalam
makanan yang tercemar, diare akibat keracunan umumnya timbul cepat
setelah konsumsi makanan dan disertai muntah.

Anak balita lebih rentan menderita penyakit infeksi karena sudah


mulai bergerak aktif untuk bermain, sehingga sangat mudah terkontaminasi
oleh kotoran (Santoso dan Ranti, 1995). Anak usia 2-5 tahun sudah mulai
memiliki kebiasaan membeli jajanan yang belum tentu terjaga
kebersihannya, baik dalam pengolahan maupun penyajiannya, sehingga
sangat mudah terkontaminasi oleh kuman yang bisa menyebabkan diare.

Berdasarkan hasil Uji Statistik dengan Uji Korelasi Spearman


diperoleh nilai p = 0.925. Sehingga diketahui p > α (0.05) maka Ho
diterima, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit
infeksi dengan status gizi anak balita (BB/U).

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara


penyakit infeksi dengan status gizi balita (BB/U). Hal ini dapat dilihat dari
data penelitian yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada
kasus status gizi balita dimana anak balita yang pernah terkena penyakit
infeksi dan anak balita yang tidak pernah terkena penyakit infeksi sama-
sama memiliki status gizi yang baik. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Mustafa (2013) di wilayah kerja Puskesmas Tilote yakni
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan penyakit
infeksi.

4.12.3 Ketersediaan Pangan Keluarga

4.12.3.1 Ketersediaan Pangan Sumber Energi

Distribusi Hubungan Ketersediaan Pangan Sumber Energi dengan


Status Gizi Anak Balita (BB/U) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.30 Distribusi HubunganTingkat Ketersediaan Pangan Sumber
Energi dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa
Puntik Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018

Tingkat Status Gizi Anak Balita (BB/U)


S
Ketersediaan Gizi Total
Gizi Baik Gizi Lebih P
Pangan
e Kurang
(Energi) n % n % n % n %
s
Defisit 0 0 0 0 0 0 0 100
u
Kurang 0 0 1 100 0 0 1 100
a
Sedang 0 0 0 0 0 0 0 100 0.743
i
Baik 5 10,2 44 89,8 0 0 49 100

Berdasarkan tabel 4.30 diatas dapat diketahui bahwa keluarga yang


memiliki tingkat ketersediaan pangan sumber energi kurang dan baik
sebagian besar sama-sama memiliki status gizi baik. Hasil Uji Statistik
dengan Uji Korelasi Spearman didapat nilai p = 0,743. Sehingga diketahui p
> α (0,05), maka Ho diterima, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara ketersediaan pangan sumber energi dengan
status gizi anak balita berdasarkan indeks BB/U yang ada di Desa Puntik
Luar.

Tidak adanya hubungan antara ketersediaan pangan sumber energi


dengan status gizi anak balita di Desa Puntik Luar bisa terjadi karena warga
desa telah memiliki tingkat ketersediaan pangan sumber energi yang
sebagian besar telah mencukupi. Ketersediaan pangan keluarga belum tentu
mempengaruhi status gizi, hal ini karena masih banyak faktor-faktor lainnya
yang dapat mempengaruhi status gizi seperti infeksi penyakit, konsumsi
pangan, dan sebagainya. Bias bisa saja terjadi dalam pengumpulan data
yang dilakukan sehingga data yang didapatkan kurang valid. Selain itu
kesalahan data juga bisa terjadi pada saat menghitung tingkat konsumsi
pangan keluarga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan


oleh Hastuti (2013) yang juga menemukan bahwa tidak ada hubungan
asupan energi dengan status gizi P = (0,556) pada anak balita Kelurahan
Sangkrah dan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta yang
menggunakn indikator penelitian Berat Badan per Umur (BB/U).

Energi diartikan sebagai suatu kapasitas untuk melakukan suatu


pekerjaan jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia,
jenis kelamin, berat badan dan bentuk tubuh. Energi dalam tubuh manusia
timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat,protein,dan lemak.
Dengan demikia agar dapat tercukupi kebutuhan energi diperukan inake zat-
zat makananyang cukup pula kedalam tubuhnya (Almatsier,2009).

Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi


kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan
baik mutunya. Tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanyapangan
yang cukup yang dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh
bahan makanan yang diperlukan (Happer,1996). Daya beli keluarga
biasanya dipengaruhi oleh faktor harga dan pendapatan keluarga.

4.12.3.2 Ketersediaan Pangan Sumber Protein

Distribusi Hubungan Ketersediaan Pangan Sumber Protein dengan


Status Gizi Anak Balita (BB/U) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.31 Distribusi Hubungan Ketersediaan Pangan Sumber Protein
dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik
Luar Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala
Tahun 2018

Tingkat Status Gizi Anak Balita (BB/U) Total P


Ketersediaan
Pangan
(Protein)
Gizi
Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
S n % n % n % n %
Defisit
e 0 0 1 100 0 0 1 100
Kurang
s 0 0 3 100 0 0 3 100
Sedang 1 33,3 2 66,7 0 0 3 100 0.771
u
Baik 4 9,3 39 90,7 0 0 43 100
a
i

Berdasarkan dengan tabel 4.31 diatas dapat diketahui bahwa sebagian


besar keluarga yang memiliki tingkat ketersediaan pangan sumber protein
baik memiliki anak balita dengan status gizi kurang yaitu 4 orang dan
status gizi baik 39 orang. Sedangkan tingkat ketersediaan pangan
(protein) sedang memiliki anak balita dengan status gizi kurang yaitu 1
orang dan status gizi baik 2 orang. Tingkat ketersediaan pangan (protein)
dengan status gizi baik yaitu defisit 1 orang dan kurang 3 orang.

Hasil Uji Statistik dengan Uji Korelasi Spearman didapat nilai p =


0,771. Sehingga diketahui p > α (0,05) maka Ho diterima, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
ketersediaan pangan sumber protein dengan status gizi anak balita
berdasarkan indeks BB/U yang ada di Desa Puntik Luar.

Kondisi ini menunjukan bahwa didalam ketersediaan protein kurang


belum tentu semuanya memiliki status gizi kurang namun banyak juga
yang status gizi baik, begitu juga sebaliknya. Dalam keluarga yang
ketersediaan protein baik belum tentu status gizinya baik semuanya, ada
juga yang sebagian memiliki status gizi kurang. Hal ini dikarenakan
banyak faktor, yaitu pola asuh dari orang tua, pendidikan dan
pengetahuan orang tua, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan
pengeluaran kebutuhan rumah tangganya serta pemberian asupan
makanan yang bergizi bagi anak balita.
4.12.4 Pola Asuh

Distribusi Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Balita


(BB/U) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.32 Distribusi Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak
Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Status Gizi Anak Balita (BB/U)
Kategori Pola Gizi Total
P
Asuh Ibu Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
n % n % n % n %
KurangB 1 7,7 12 92,3 0 0 13 100
Baik 4 10,8 33 89,2 0 0 37 100 0.753
e

Berdasarkan tabel 4.32 diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan ibu


dengan pola asuh yang baik memiliki anak balita dengan status gizi baik
sebanyak 33 orang (66 %) dan dengan status gizi kurang sebanyak 4 orang (8
%), sedangkan ibu dengan pola asuh yang kurang memiliki anak balita
dengan status gizi kurang sebanyak 1 orang (2%) dan dengan status gizi baik
sebanyak 12 orang (24%)

. Hasil Uji Statistik dengan Uji Korelasi Spearman didapat nilai p =


0,753. Sehingga diketahui p > α (0,05), maka Ho diterima, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pola
asuh dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/U. Hal ini bisa jadi
dikarenakan meskipun pola asuh ibu baik, pada keluarga dengan pendapatan
yang rendah terdapat keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
sehingga pola asuh ibu tidak mempunyai hubungan dengan status gizi anak
balitanya. Dan juga kesalahan dalam pengukuran berat badan dan tinggi
badan (human error), saat penimbangan dapat mempengaruhi hasil
perhitungan status gizi. Oleh karena itu, didapatkan hasil yang menyatakan
tidak ada hubungan antara pola asuh dengan status gizi

Berbagai faktor yang mengakibatkan orang tua yang kurang


memperhatikan akan status gizi terhadap anak balita yaitu kurang informasi
yang didapat, tingkat pendidikan yang rendah , pekerjaan yang mayoritas ibu
rumah tangga, rendahnya pendapatan sehingga membuat orang tua tidak
terlalu perduli tentang pola asuh yang dibutuhkan saat masih anak balita. Dan
juga banyak orang tua yang menganggap bahwa anak yang jarang sakit
merupakan anak yang sehat dan baik (Taufiqurrahman,2013)

Berdasarkan yang dikemukakan Nadesul (1995) , anak masih


membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar
pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak
meliputi perhatian ketika anak makan dan sikap orang tua dalam memberi
makan.

Soenardi (2000) mengemukakan bahwa pada saat mempersiapkan


makanan, kebersihan makanan dan peralatan yang dipakai harus
mendapatkan perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah
tercemar dapat menyebabkan diare atau kecacingan pada anak.

Pola asuh anak balita baik dan kurang disebabkan oleh ibunya sendiri.
Yang menjadi perbedaan dari pola asuh responden adalah sebagian kecil ada
yang bekerja sehingga waktu dalam mengasuh anak balita kurang dan lebih
banyak waktu anak balita dihabiskan bersama neneknya.

Pola asuh anak merupakan praktek pengasihan yang diterapkan


kepada anak balita dan pemeliharaan kesehatan. Pada waktu anak belum
dapat dilepas sendiri maka segala kebutuhan anak tergantung kepada orang
tuanya. Tahun pertama kehidupan anak merupakan dasar untuk menentukan
kebiasaan ditahun berikutnnya termasuk kebiasaan makan (Latifah,2008).

4.12.5 Kesehatan Lingkungan

Distribusi Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan Status Gizi Anak


Balita (BB/U) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.33 Distribusi Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan Status


Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Status Gizi Balita (BB/U)
Kesehatan Total
Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih P
Lingkungan
n % N % n % N %
Kurang 2 7,4 25 92,6 0 0 27 100 0.518
Baik 3 13 20 87 0 0 23 100

Berdasarkan tabel 4.33 diatas dapat diketahui bahwa dari 50 responden


terdapat 27 responden yang kesehatan lingkungannya masih kurang dan 23
responden yang kesehatan lingkungannya sudah baik. Dari 27 responden
yang kesehatan lingkungannya kurang, 2 anak balita berstatus gizi kurang
dan 25 anak berstatus gizi baik menurut indeks BB/U. Dari 23 responden
yang kesehatan lingkungannya sudah baik, 3 anak balita berstatus gizi kurang
dan 20 anak berstatus gizi baik menurut indeks BB/U.

Hasil Uji Statistic dengan Uji Korelasi didapatkan hasil bahwa nilai p =
0,518. Sehingga diketahui p > α (0,05), maka Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan
dengan status gizi anak balita menurut (BB/U).

Sebagian besar keadaan kesehatan lingkungan di desa Puntik Luar


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala kurang namun status gizi
tergolong baik. Hal ini menunjukkan bahwa selain dipengaruhi oleh sanitasi
lingkungan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi
makanan yaitu makanan yang semibang yang mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh. Status gizi selain dipengaruhi oleh sanitasi
lingkungan, juga dipengaruhi oleh faktor konsumsi makakanan dan status
kesehatan (penyakit infeksi). Sanitasi lingkungan juga sangat terkait dengan
ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, jenis lantai rumah serta
kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko terkena penyakit kurang gizi.
Praktek kebersihan dan kesehatan lingkungan di desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala masih tergolong kurang karena terdapat
masih banyak warga yang belum memiliki jamban sendiri serta air bersih
hanya digunakan untuk konsumsi sedangkan untuk mandi, cuci kakus masih
menggunakan air sungai

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian terdahulu oleh Kusumo


(2004) menunjukkan tidak adanya hubungan antara kesehatan lingkungan
dengan status gizi. Hal ini dikarenakan dari factor lain yaitu pengetahuan
orang tua, social ekonomi dan sebagainya yang dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa masih banyak factor yang dapat mempengaruhi dalam terpenuhinya
status gizi anak.

Widaniggar (2003) mengatakan kondisi lingkungan anak harus


diperhatikan dengan benar agar tidak merusak kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan rumah dan lingkungan adalah bangunan
rumah, kebutuhan ruangan, sirkulasi udara, penerangan, air bersih,
pembuangan sampah, kamar mandi dan WC serta halaman rumah (Husin,
2008)

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau


kesehatan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula (Noetoatodjo, 2003). Berdasarkan hasi
uji yang telah dilakukan yaitu tidak ada hubungan antara kesehatan
lingkungan dengan status gizi balita menurut berat badan per umur (BB/U).
Hal ini karena dari data tersebut diketahui keluarga dengan tingkat kesehatan
lingkungan yang baik maupun kurang memiliki persentase balita dengan
status gizi baik yang lebih besar disbanding dengan balita dengan status gizi
kurang. Idealnya jika ada hubungan di antara keduanya seharusnya semakin
baik kesehatan lingkungan status gizinya semakin baik pul, sedangkan
semakin kurang kesehatan lingkungan maka semaki banyakk status gizi
kurang maupun buruknya (Noetoatmodjo, 2013)

Pada dasarnya kesehatan lingkungan dapat mempengaruhi status gizi


balita namun kesehatan lingkungan bukanlah satu-satunya yang dapat
mempengaruhi status gizi balita karena masih banyak factor-faktor yang
lainnya seperti penyakit infeksi dan konsumsi makanan (Lartiana, 2006).
Meskipun tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan denga status gizi
balita menurut berat badan per umur (BB/U) di desa Puntik Luar, kesehatan
lingkungan tetap harus diperhatikan karena lingkungan yang sehat akan
mencegah timbulnya penyakit (Lartiana, 2006).

4.12.6 Pendapatan

Distribusi Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)


dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.34 Distribusi Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi Anak


Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018

Status GiziAnak Balita (BB/U)


Gizi Gizi Total
Pendapatan Gizi Baik P
Kurang Lebih
N % n % n % N %
Rendah 2 6,4 29 93,6 0 0 31 100
0.295
Tinggi 3 15,8 16 84,2 0 0 19 100

Berdasarkan tabel 4.34 diatas dapat diketahui bahwa dari 50 responden


terdapat 31 responden mempunyai pendapatan rendah dan 19 responden
mempunyai dengan pendapatan tinggi. Dari 31 responden yang mempunyai
pendapatan rendah, 2 diantaranya mempunyai balita yang berstatus gizi
kurang dan 29 balita berstatus gizi normal. Dari 19 responden yang
mempunyai pendapatan tinggi, 3 diantaranya mempunyai balita yang
berstatus gizi kurang dan 16 balita berstatus gizi normal. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan dengan pendapatan yang
tinggi maka status gizi balitanya dalam kategori normal.

Hasil Uji Statistic dengan Uji Korelasi didapatkan hasil bahwa nilai p =
0,295. Sehingga diketahui p > α (0,05), maka Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status
gizi anak balita menurut (BB/U). Yang berarti bahwa semakin tinggi
pendapatan belum tentu diikuti kenaikan status gizi anak balita, sebaliknya
dengan pendapatan yang rendah pun belum tentu status gizi anak balita
kurang baik.

Ditolaknya hipotesis tersebut disebabkan banyak faktor. Salah satu


faktor yaitu terkait besar kecilnya pengetahuan keluarga untuk makan.
Totalitas pendapatan keluarga tidak semuanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan makan, sehingga secara langsung pendapatan tidak mempunyai
korelasi yang nyata dengan status gizi balita. Hal ini disebabkan tidak ada
kecenderungan bahwa responden yang mempunyai pendapatan tinggi
dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang tinggi pula, demikian
juga sebaliknya tidak ada kecenderungan bahwa dengan pendapatan yang
rendah alokasi untuk kebutuhan pangan yang rendah. Terbukti dari hasil uji
Korelasi Spearman dengan nilai p 0,295 > 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan yang nyata besar kecilnya pendapatan keluarga dengan
pengeluaran untuk makan dengan status gizi anak balita. Hal ini sejalan
dengan pendapatt Suhardjo dalam Handini (2013), rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan orang-orang tidak mampu membeli
pangan dalam jumlah yang diperlukan. Sebagian besar keluarga mempunyai
pendapatan cukup akan tetapi sebagian anaknya termasuk gizi buruk atau
gizi kurang. Penyebabnya yaitu cara mengatur belanja keluarga yang kurang
baik. Misalnya, untuk pangan disediakan anggaran belanja yang terlalu
sedikit, lebih banyak diperuntukan bagi pembelian barang-barang lain karena
pengaruh lingkungan dan kebiasaan.

4.12.7 Pengetahuan Ibu

Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita


(BB/U) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Table 4.35 Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi


Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018

Status Gizi Balita (BB/U)


Pengetahuan Gizi Total
P
Ibu Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
n % n % n % N %
Kurang 2 9,1 20 90,9 0 0 22 100
Baik 3 10,7 25 89,3 0 0 28 100 0.853

Berdasarkan tabel 4.35 di atas dapat diketahui bahwa dari 50


responden terdapat 22 responden yang pengetahuan gizinya masih kurang
dan 28 responden yang pengetahuan gizinya sudah baik. Dari 22 responden
yang pengetahuan gizinya kurang, 2 anak balita berstatus gizi kurang dan 20
anak berstatus gizi baik menurut indeks BB/U. Dari 28 responden yang
pengetahuan gizinya sudah baik, 3 anak balita berstatus gizi kurang dan 25
anak berstatus gizi baik menurut indeks BB/U.

Hasil Uji Statistik dengan Korelasi Spearman didapatkan hasil bahwa


p = 0,853. Sehingga diketahui p > α (0,05), maka Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi anak balita menurut BB/U.
Pengetahuan ibu di desa Puntik Luar tersebut lebih banyak yang baik
dibandingkan dengan yang kurang. Meskipun hamper sebagian besar
pendidikan terakhir ibu adalah SD tetapi ibu sudah mengetahu pedoman gizi
seimbang, karena pengetahuan ibu bias didapatkan dari berbagai media dan
sarana informasi sehingga menambah pengetahuan ibu.
Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita
(BB/U) mengidentifikasikan bahwa pengetahuan bukanlah factor utama atau
langsung yang mempengaruhi status gizi balita seperti infeksi dan konsumsi
pangan, selain pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan
lingkungan, dan konsumsi balita satu-kesatuan dalam menemukan status gizi
balita, sehingga tidak dapt dilihat hanya dengan satu factor saja. Adanya
faktor responden tidak berpikir panjang asal dalam menjawab saat
wawancara menyebabkan data yang diambil menimbulkan bias. Selain itu,
keterampilan ibu dalam mepersiapkan dan mengolah bahan pangan sebelum
disajikan kepada anggota keluarga juga mempengaruhi status gizi balita.
Hasil penelitian tersebut sejalan degna hasil penelitian yang dilakukan
oleh Winda Morani (2008) yaitu bahwa tidak ada hubunan antara pengetahuan
ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi balita menurut berat badan
per umur (BB/U).
Pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan merupakan
factor yang menentukan dalam penyediaan pangan dalam keluarga. Ibu-ibu
yang berpengetahuan dalam penyediaan pangan dalam keluarga. Ibu-ibu yang
berpengetahuan gizi baik akan mengupayakan kemampuan menerapkan
pengetahuannya di dalam pemilihan dan pengelolaan pangan, sehingga
konsumsi pangan yang mencukupu kebutuhan lebih terjamin (Khumaidi,
1989). Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang Ibu akan semakin
mengerti jenis danjumlah makanan untuk dikonsumsi balitanya sehingga
dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada balita.
Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan seorang ibu terutama tentang
esehatan gizi memang dapat berpengaruh terhadap status gizi balita namu
tingat pengetahuan bukan factor utam tetapi masih ada factor-faktor lain
seperti keterampilan ibu dalam mempersiapkan dan mengolah bahan pangan
sebelum disajikan kepada anggota keluarga (Sayogyo, 1994). Meskipun tidak
ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita menurut berat
badan per umur di Desa Puntik Luar, pengetahuan ibu tetap harus
ditingkatkan karena ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan lebih
mengetahui makanan dan minuman apa yang bak dikonsumsi oleh balitanya.

4.12.8 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Distribusi Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Status Gizi
Anak Balita (BB/U) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Table 4.36 Distribusi Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun
2018

Perilaku Status Gizi Balita (BB/U)


Hidup Gizi Total
Bersih Kurang Gizi Baik Gizi Lebih P
dan
n % n % n % N %
Sehat
Kurang 3 10 27 90 0 0 30 100 1
Baik 2 10 18 90 0 0 20 100

Berdasarkan tabel 4.36 diatas dapat diketahui bahwa hampir sebagian


besar responden memiliki sikap PHBS yang kurang yaitu sebanyak 30
keluarga (60%). Namun tak sedikit juga yang memiliki sikap PHBS baik yaitu
sebanyak 20 keluarga (40%). Sikap yang baik perlu dikembangkan karena
dapat berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat, yang apabila
diterapkan akan memberikan manfaat bagi keluarganya.
Berdasarkan hasil Uji Statistic dengan Uji Korelasi Spearman
diperoleh nilai p = 1. Sehingga diketahui p > α (0,05), hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara PHBS dengan status gizi anak balita
menurut (BB/U).
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
sikap PHBS dengan status gizi balita (BB/U), hal ini dapat dilihat dari data
penelitian yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada kasus
status gizi balita dimana anak balita yang keluarganya menerapkan sikap
PBHS dan anak balita yang keluarganya tidak menerapkan sikap PHBS sama-
sama memiliki status gizi yang baik.
Rata-rata perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Puntik Luar
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Koala masih kurang namun status
gizinya baik. Hal ini dikarenakan status gizi balita selain dipengaruhi oleh
perilaku hidup bersih juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti konsumsi
makanan.

Anda mungkin juga menyukai