BAB 4
SPEKTROSKOPI
INFRAMERAH_______
Tujuan pembahasan:
Bab IV ini berisi kajian tentang dasar-dasar spektroskopi infrared (IR, infra
merah). Sajian kajian diawali dengan dasar-dasar instrumentasi spektrofotometer
dan diakhiri dengan pola umum absorpsi kromofor dan pengaruh pelarut pada
sifat absorpsi. Setelah mempelajari Bab IV ini Anda diharapkan mampu:
100
Detektor
%T
90
2 3 7 4 .3 7
1 0 3 1 .9 2
3 4 5 0 .6 5
2 5 9 2 .3 3
2 5 2 0 .9 6
1 3 7 9 .1 0
1 0 7 2 .4 2
80
3 0 6 1 .0 3
3 0 2 6 .3 1
1 4 9 2 .9 0
5 8 6 .3 6
4 8 0 .2 8
9 3 7 .4 0
8 6 9 .9 0
5 4 0 .0 7
70
1 5 7 9 .7 0
1 4 1 9 .6 1
2 8 5 2 .7 2
1 4 4 8 .5 4
60
9 7 9 .8 4
6 7 8 .9 4
7 0 5 .9 5
1 2 0 1 .6 5
2 9 2 2 .1 6
50
7 6 7 .6 7
1 2 8 2 .6 6
1 3 1 1 .5 9
1 1 7 2 .7 2
40
1 6 3 1 .7 8
1 7 0 1 .2 2
30
20
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
Sampel P. Sutrisno 1/cm
Spektrum IR
cahaya radiasi IR terpisah menjadi dua dua berkas cahaya dengan intensitas yang
sama, satu berkas dilewatkan melalui sampel, sedangkan berkas yang lain tidak
dilewatkan melalui sampel. Apabila sampel, atau udara, mengandung gugus
dengan frekuensi vibrasi sesuai dengan radiasi IR, maka akan menyerap energi
dan akan suatu pita absorpi. Berkas cahaya yang dilewatkan tidak melalui sampel
digunakan sabagai ―latar-belakang (background)‖ atau ―pembanding (reference)‖
(absorpsi uap air, karbondioksida, dsb. di atmosfer), dan sinyal terdeteksi untuk
berkas cahaya ini. Perbedaan intensitas berkas radiasi cahaya yang dilewatkan
melalui sampel dan yang melalui pembanding dinyatakan sebagai persen
transmitansi (%T), yakni
Pada dalam bentuk pasta Nujol, dipreparasi dalam bentuk butiran halus
dengan jumlah kurang lebih 1 mg sampel digerus dengan penggerus (mortar) dan
lumping (pestle) kemudian ditambahkan 1 tetes Nujol (suatu cairan hidrokarbon)
dan kemudian dicampurkan hingga homogen. Mulls (pasta) ini selanjutnya
ditempatkan diantara dua lempeng natrium klorida dalam bentuk film cair.
Dengan metode Nujol mull ini muncul permasalahan dalam rekaman
spektrumnya. Karena Nujol merupakan suatu cairan hidrokarbon akan muncul
pita yang khas, yakni pita absorpsi C–H dan hal ini akan memperumit pita
absorpsi sesungguhnya. Oleh karena itu, dicari alternatif lain, yakni sekitar 1 mg
sampel dicampurkan dengan 100 kali kalium bromida kering, kemudian ditekan
(dipress) dalam pompa vakum penekan hidrolik membentuk keping atau film
KBr. Digunakannya pompa vakum tekan ini agar diperoleh sampel yang bebas air.
Metode preparasi ini, lebih unggul dan praktis dibanding metode Nujol mull, dan
menghasilkan spektra IR tanpa pita tambahan, sebab seperti halnya pada NaCl,
KBr tidak mengabsorpsi radiasi IR.
H−C≡C−H H−C≡C−H H−C≡C−H
H−C≡C−H H−C≡C−H H−C≡C−H
2180 cm-1 3475 cm-1 3420 cm-1
Tidak-aktif IR Tidak-aktif IR Aktif IR
Aktif Raman Aktif Raman Tidak-aktif Raman
rerata pada 3032 cm-1 akan mengabsorpsi pada panjang gelombang radiasi
infrared dan akan memunculkan pita spektrum IR pada 3032 cm-1 (3,3 m).
Menurut Aturan Seleksi untuk transisi IR, apabila absorpsi IR maka terjadi suatu
keadaan-vibrasi di mana molekul tersebut akan mengalami perubahan momen
dipol (dipole moment) molekular selama vibrasi. Dalam hal ini momen dipol
secara nyata selama vibrasi. Misalnya, molekul asetilena (etuna), H−C≡C−H yang
bersifat sentrosimetrik. Asetilena tidak mempunyai momen dipol dan apabila
terjadi vibrasi C≡C (lihat skema a, pada Gambar 4.2) akan menghasilkan tidak
adanya perubahan dipol. Vibrasi yang demikian bersifat tidak-aktif IR (artinya,
tidak teramati dalam spektrum IR-nya). Ulur simetrik dari dua ikatan C−H
(skema b, Gambar 4.2) juga tidak menghasilkan perubahan momen dipol selama
vibrasi sehinga tidak-aktif IR. Namun demikian, untuk ulur asimetrik (skema c,
Gambar 2.2) menghasilkan perubahan momen dipol dan aktif IR (artinya, teramati
dalam spektrum IR-nya). Pada skema (c) untuk masing-masing moda vibrasi
menunjukkan dua keadaan yang ekstrem berbeda.
Bidang simetri
H H H 3C CH3
C C C C
H H H 3C CH3
molekul yang bersifat asimetri dengan momen dipol lokal yang besar memberikan
pita yang jelas dalam spektrum IR-nya.
H H
C C
H H
hubungan antara energy ikatan untuk dua buah atom yang saling membentuk
ikatan dengan massa masing-masing adalah m1 dan m2 dengan tetapan gaya
ikatannya K dideskripsikan dengan berbasis dari Hukum Hook’s sebagaimana
tercantum pada Persamaan 4.1.
Apabila nilai tetapan gaya diketahui, metode ini dapat digunakan untuk
menduga frekuensi ulur dengan derajat keakuratan yang relative masih dapat
diterima. Sebaliknya, frekuensi ulur hasil pengamatan IR juga dapat digunakan
untuk menentukan tetapan gaya ikatan. Sebagai contoh, absorpsi vibrasi ulur O−H
dan N−H teramati di daerah 3600 – 3200 cm-1.
(1) 4000–2300 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan tunggal dengan H, X–H (O−H,
N−H, C−H, dan S−H)
(2) 2300–1850 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan ganda-tiga dan ikatan
terakumulasi
(3) 1850–1500 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan rangkap dua (C=X)
(4) 1500–1000 cm-1 : Daerah sidik-jari
(5) 1000–666 cm-1 : Vibrasi tekuk tidak jenuh C−H
500
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000
O−H
3600 2500
C−H
3100 2700
N−H +N−H
3500 2250
3300
C≡C/C≡N
2260 2100
1500
C=O C-O
1850 1600 1300 1050
C=C
1650 1590
C=N
1690 1650
NO2
1570 1500
NO2
1370 1300
Gambar 4.3 Diagram skematik daerah vibrasi gugus khas molekul organik
Pita absorpsi di daerah ini bersesuaian dengan vibrasi ulur ikatan tunggal
terhadap hidrogen: C−H, O−H, N−H, dan S−H
Bilangan-gelombang (cm-1)
Ulur C–H sp2 aril terjadi di daerah ini juga. Pita C–H untuk gugus metil
dan metilena menunjukkan ulur simetrik dan asimetrik di daerah 3000 cm-1. Pita
ulur C–H biasanya muncul secara khas dari medium-ke-kuat dengan intensitas
yang dapat memberikan makna secara signifikan sebagai pita infrared. Bagaimana
perbedaan frekuensi ulur C–H sp dan sp2 dapat diperhatikan dengan seksama
skema di bawah ini.
H H
Cl H
H
-1
Ulur C – H (cm ): 3300 3100 3050
Bagaimana dengan ulur C–H aldehida? Ulur C–H aldehida sering dapat
memberikan perbedaan yang cukup bermakna antara aldehida dengan keton. Pada
umumnya, aldehida menghasilkan dua pita di daerah ini dengan pita satu lebih
rendah dari yang lainnya, dan hal ini sangat penting untuk membedakannya
dengan pita ulur C–H alkana.
Bilangan-gelombang (cm-1)
dengan rentang pita frekuensi yang lebar menghasilkan pita melebar (broad
absorption) antara 3200 – 2500 cm-1.
O H O
R R
O H O
Bilangan-gelombang (cm-1)
Sebagai contoh, puncak absorpsi O–H melebar dapat dilihat pada spektra
IR asam benzoate (Gambar 4.8) yang muncul puncak ganda diantara 3010 dan
2560 cm-1 dan aspirin (Gambar 4.9) dengan puncak ganda pada 3005–2550 cm-1.
Transmitansi (%)
Transmitansi (%)
Absorpsi N–H mempunyai daerah yang relatif sama dengan O–H, tetapi
biasanya ulur N–H dibedakan dari ulur O–H berdasarkan ketajaman pita yang
muncul yang disebabkan oleh melemahnya ikatan hidrogen. Pita absorpsi ini
cukup tajam dan ketajamannya ini sangat membantu untuk membedakan amina
primer (RNH2) dan amida primer (RCONH2) dengan amina sekunder (R2NH) dan
amida sekunder (RCONRH). Amina primer dan amida sekunder biasanya
mempunyai dua buah pita (bahkan seringkali muncul tiga pita) ulur dan hal ini
sesuai dengan ulur simetrik dan asimetrik dari dua buah N–H, sedangkan pada
amina sekunder dan amida sekunder hanya mempunyai satu buah pita ulur vibrasi
N–H (lihat Gambar 4.10).
Transmitansi (%)
Bilangan-gelombang (cm-1)
Bilangan-gelombang (cm-1)
Untuk garam-garam amina, biasanya diperoleh pita kuat untuk dua buah
jenis vibrasi, yakni vibrasi ulur dan corak vibrasi tekuk. Pada garam amonium
RNH3+ vibrasi ulur N–H terjadi di daerah ~ 3000 dan vibrasi tekuk pada 1600–
1500 cm-1; pada garam amonium R2NH2+ berturut-turut terjadi di daerah 2700–
2250 dan 1600–1550 cm-1; dan pada garam amonium R3NH+ vibrasi terjadi di
daerah 2700–2250 cm-1 dan vibrasi tekuknya sering kali tidak muncul. Pada
spektrum IR asam amino L-tirosin dalam bentuk zwiter-ionik menunjukkan
pengaruh protonasi gugus amino, dengan vibrasi ulur H–N+ terjadi lebih melebar
pada 3100–3600 cm-1 dan gugus karboksilatnya diperlemah hingga di daerah
sekitar 1589 cm-1.
Absorpsi S–H memberikan cirri lemah dan terjadi pada frekuensi yang
lebih rendah daripada vibrasi O–H yang sesuai, karena masa atom belerang yang
lebih tinggi dibanding oksigen (SH meningkatkan massa tereduksi). Perbedaan
massa tereduksi ini menyebabkan vibrasi ulur S–H berada pada daerah 2700–2400
cm-1.
4.3.2 Daerah 2300–1850 cm-1: Vibrasi Ikatan Rangkap Tiga dan Akumulasi
dipol akibat radiasi infrared, dan menghasilkan pita absorpsi khas di daerah 2300–
1850 cm-1. Namun demikian, ikatan rangkap terakumulasi juga muncul di daerah
ini dalam spektrum infrarednya. Daerah vibrasi ulur untuk ikatan rangkap tiga
karbon-karbon dan ikatan rangkap karbon-karbon terakumulasi tercantum pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Vibrasi ulur ikatan rangkap tiga dan ikatan rangkap terakumulasi
CO2 2350
Pita absorpsi yang umum terjadi adalah moderat sampai lemah; pita alkuna
menjadi berkurang intensitasnya dengan meningkatnya karakter simetri. Sebagai
contoh dapat dicermati pita absorpsi nitril pada spektrum IR benzonitril (Gambar
4.12) yang muncul di 2228 cm-1.
Transmitansi (%)
Bilangan-gelombang (cm-1)
Daerah ini merupakan daerah yang khas untuk mendiagnosis vibrasi ulur
untuk senyawa dengan gugus fungsi mengandung ikatan rangkap terhadap karbon
(C C, C N, dan C O). Absorpsi untuk gugus karbonil (C=O) sangat khas, yakni
tajam, kuat, dan posisinya sangat sensitif terhadap keberadaan system lain
terhadap gugus ini, seperti ikatan hidrogen, konjugasi, dan sebagainya. Tabel 4.2
memberikan ilustrasi bagaimana posisi pita absorpsi vibrasi ulur C=O untuk
berbagagai golongan senyawa.
Karakter vibrasi ulur C=O dipengaruhi oleh atom atau gugus (X) yang
terikat pada C karbonil tersebut. Secara umum, semakin elektronegatif gugus X
dalam RCOX maka kekuatan ikatan C=O makin besar dan menyebabkan
frekuensi vibrasi ulur makin besar. Akibat dari gugus X yang elektronegatif, maka
seolah-olah terjadi pemutusan ikatan C–X dan menghasilkan atom C-karbonil
menjadi bermuatan positif, dan selanjutnya terjadi resonansi C=O. Hal ini
menunjukkan bahwa ikatan C=O tidak hanya berkarater ikatan rangkap dua tetapi
juga berkarakter ikatan rangkap tiga, atau orde ikatan C=O adalah satu setengah,
dan memperkuat karakter ikatan rangkap karbonil tersebut. Perhatikan skema
berikut ini.
O O O+
R X + X- R X-
R
Tabel 4.2 Vibrasi ulur gugus karbonil dalam berbagai gugus fungsional
Transmitansi (%)
Bilangan-gelombang (cm-1)
O O- O-
+
NR2 NR2 NR2
+
Pada sisi lain, gugus pemberi electron (electron donating groups) mampu
melakukan stabilisasi resonansi akan menurunkan kekuatan ikatan C=O dan
menyebabkan berkurangnya frekuensi ulur (perhatikan skema berikut ini).
Apabila dicermati kembali spektrum IR parasetamol (lihat kembali Gambar 4.7)
dapat diidentifikasi kekhasan absorpsi C=O untuk gugus amida sekunder. Salah
satu hal yang menarik adalah spektra amida primer dan sekunder yang
menunjukkan adanya dua buah pita absorpsi di daerah ini. Pita absorpsi IR gugus
C=O amida primer biasanya lebih rendah sekitar 80 cm-1 daripada amida
sekunder.
Bilangan-gelombang, (cm-1)
Bilangan-gelombang, (cm-1)
_ _
:O: :O: :O:
X X + X
+
Skema bentuk resonansi C=O terkonjugasi. Ikatan C=O berkarakter
ikatan tunggal, orde ikatannya 1,5 memperkecil harga K
Transmitansi (%)
Me
Me Me
O
O O H
O
H
O HO
(a) (b)
Skema ikatan hidrogen untuk intra- dan antarmolekular: (a) 2’hidroksiasetofenon (ikatan
hidrogen intramolekula, tak bergantung konsentrasi), (b) 4’hidroksiasetofenon (ikatan
hidrogen antarmolekular, bergantung konsentrasi)
Transmitansi (%)
Bilangan-gelombang (cm-1)
O (CH2)n HN (CH2)n
Bagaimana dengan frekuensi vibrasi ulur C=C dan C=N? Vibrasi ulur
kedua gugus fungsi ini umumnya lebih lemah daripada absorpsi karbonil.
Perhatikan kembali spektrum IR parasetamol, aspirin, dan benzokain! Vibrasi ulur
C=C dalam cincin aromatik dalam parasetamol (Gambar 4.7) pada 1611 cm-1,
aspirin (Gambar 4.9) 1605 cm-1, dan benzokain (Gambar 4.11 pada 1605 cm-1.
Gugus C=N oksim (C=NOH) mengabsorpsi antara 1680 dan 1650 cm-1, dan untuk
gugus O–H terjadi pada 3600–3570 cm-1 (masing-masing lebih rendah karena
adanya ikatan hidrogen).
Senyawa nitro biasanya mempunyai dua buah absorpsi kuat (pada 1570–
1500 cm-1 dan 1370–1300 cm-1), sedang untuk senyawa nitroso (N=O) hanya
mempunyai sebuah pita absorpsi (1600–1450 cm-1). Sebagai contoh, vibrasi ulur
asimterik dan simetrik gugus nitro dalam nitrobenzene terjadi pada 1525 dan 1348
cm-1. Pita absorpsi lainnya adalah absorpsi C O eter (termasuk di sini adalah
epoksida), alkohol, ester, dan asam karboksilat (1300–1050 cm-1),
sebagaimana tampak pada 1281 cm-1 untuk benzokain dan 1131 cm-1 untuk
anihidrida asetat. Untuk alasan yang sama ikatan S H mengabsorpsi pada
frekuensi yang lebih rendah daripada ikatan O H, tioketon (S=O) mempunyai
ulur yang bervariasi, sesuai dengan kelompok senyawanya, yakni sulfoksida,
sulfon, dan asam sulfonat yang terjadi pada 1350–1010 cm-1. Misalnya,
dimetilsulfoksida frekuensi ulur S=O dekat pada 1057 cm-1, dan ulur P=O pada
fosfat pada 1300–1250 cm-1.
sedang untuk cincin dengan 1, 2-disubstitusi hanya mempunyai satu pita absorpsi.
Frekuensi tekuk ke luar-bidang C–H untuk beberapa senyawa yang telah di bahas
di bagian depan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
RANGKUMAN
4.1 Spektroskopi IR melibatkan studi transisi antara tingkat energi
vibrasi pada suatu molekul dan interaksi vektor osilasi elektrik
cahaya IR dengan osilasi momen dipol molekul.
4.6 Daerah 1000–666 cm-1 sesuai vibrasi tekuk ikatan C–H sistem
tidak-jenuh, dan sering berguna untuk menentukan pola substitusi
cincin aromatik.
Daftar Pustaka
4.1 Berikan suatu uraian secara sistematik dan kronologik, mengapa radiasi
cahaya IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional
senyawa organik.
CHO CH2OH
reduksi
(1) (2)
a) Apa nama (IUPAC dan/atau trivial) dari senyawa (1) dan (2) tersebut?
b) Jika dianalisis secara spektrometri IR, pita-pita khas manakah yang
memberikan informasi terhadap masing-masing senyawa tersebut?
4.3 Perhatikan lagi senyawa (1) pada masalah no. 3.2! Apabila senyawa ini
direaksikan dengan kalium permanganat dalam suasana asam menghasilkan
dua senyawa (A) dan (B) yang khas. Analisis secara spektroskopi IR
berdasarkan spektrumnya teridentifikasi sebagai berikut:
a) Senyawa (A) mempunyai pita ulur khas pada 3590 cm-1 (tajam, tidak
melebar), 3180 cm-1 (tajam, melebar), dan 1710 cm-1 (tajam).
b) Senyawa (B) mempunyai pita ulur khas pada 3190 cm-1 (tajam,
melebar), 2200 cm-1 (lemah), dan 1715 cm-1 (tajam).
4.4 Berikan suatu uraian singkat tetapi jelas pola atau perbandingan (lebih besar
atau lebi kecil, dsb) pita atau frekuensi vibrasi ulur C=O untuk tiga senyawa
di bawah ini, jika bila gelombang untuk vibrasi ulur C=O senyawa (1)
adalah 1710 cm-1?
O
O
O
O O O
O
(1) (2) (3)
4.5 Perhatikan dengan cermat pita frekuensi vibrasi tekuk ke luar-bidang pada
berbagai benzena dan turunannya sebagaimana tercantum dalam tabel di
bawah, kemudian berikan penjelasan mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pola substitusi Senyawa Vibrasi tekuk (cm-1)
Monosubstitusi Toluena 729 dan 695
Orto disubstitusi 1,2-Dimetilbenzena 740
Meta disubstitusi 1,3-Dimetilbenzena 872 (lemah), 766, dan 691
Para disubstitusi 1,4-Dimetilbenzena 793
a) Senyawa A
Cairan, film
b) Senyawa B
Cairan, film
c) Senyawa C
Cairan, film
d) Senyawa D
Cairan, film
e) Senyawa E
Cairan, film
f) Senyawa F
Cairan, film
g) Senyawa G
Cairan, film