Anda di halaman 1dari 32

Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

BAB 4

SPEKTROSKOPI
INFRAMERAH_______

Tujuan pembahasan:
Bab IV ini berisi kajian tentang dasar-dasar spektroskopi infrared (IR, infra
merah). Sajian kajian diawali dengan dasar-dasar instrumentasi spektrofotometer
dan diakhiri dengan pola umum absorpsi kromofor dan pengaruh pelarut pada
sifat absorpsi. Setelah mempelajari Bab IV ini Anda diharapkan mampu:

1. Mendeskripsikan secara ringkas tetapi jelas bagaimana dapat diperoleh


frekuensi vibrasi akibat radiasi IR suatu senyawa

2. Menjelaskan hubungan antara bilangan-gelombang vibrasi dengan gugus-


gugus fungsional senyawa organik

3. Memprediksi daerah spektrum IR dari suatu gugus fungsi.

4. Mengidentifikasi kereberadaan gugus fungsi(onal) dalam suatu molekul


organik melalui analisis spektrum IR nya.

5. Memahami hubungan antara frekuensi ulur, massa tereduksi, dan kekuatan


suatu ikatan

6. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan frekuensi vibrasi,


misalnya ikatan hidrogen dan konjugasi.

7. Merangkum beberapa aplikasi praktis spektroskopi IR

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 92


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

4.1 Instrumentasi Dasar

Instrumen dasar untuk spektroskopi IR pada dasarnya identik dengan


spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri IR terdiri suatu sumber energi, sel
cuplikan (sampel), pemegang cuplikan (sampel) dan detektor. Secara diagramatik
sederhana, komponen dasar instrumen spektrofotometer ini diikhtisarkan seperti
pada Gambar 2.1. Spektrometer yang terkini biasanya dilengkapi dengan
komputer sebagai pengendali sehingga pengguna dapat memanfaatkan secara
lebih fleksibel.

Sumber radiasi Cuplikan (sampel) Prisma Celah (Slit)

100
Detektor
%T

90
2 3 7 4 .3 7

1 0 3 1 .9 2
3 4 5 0 .6 5

2 5 9 2 .3 3
2 5 2 0 .9 6

1 3 7 9 .1 0

1 0 7 2 .4 2

80
3 0 6 1 .0 3
3 0 2 6 .3 1

1 4 9 2 .9 0

5 8 6 .3 6

4 8 0 .2 8
9 3 7 .4 0

8 6 9 .9 0

5 4 0 .0 7

70
1 5 7 9 .7 0

1 4 1 9 .6 1
2 8 5 2 .7 2

1 4 4 8 .5 4

60
9 7 9 .8 4

6 7 8 .9 4
7 0 5 .9 5
1 2 0 1 .6 5
2 9 2 2 .1 6

50
7 6 7 .6 7
1 2 8 2 .6 6
1 3 1 1 .5 9

1 1 7 2 .7 2

40
1 6 3 1 .7 8
1 7 0 1 .2 2

30

20
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
Sampel P. Sutrisno 1/cm

Spektrum IR

Gambar 4.1 Diagram skematik spektrofotometer IR (dan UV)

Terdapat dua tipe spektrofotometer infrared yang sering digunakan, yakni


instrumen atau spektrofotometer Dispersif (instrumen klasik atau konvensional)
dan spektrofotometer Transformasi Fourier yang bersifat terkomputerisasi.
Pada instrumen yang konvensional berkas cahaya IR yang berasal dari suatu
sumber (biasanya disebut glow-bar), difokuskan oleh suatu monokromator, dan
kemudian didispersikan ke dalam suatu spektrum kontinu. Pada dasarnya berkas

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 93


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

cahaya radiasi IR terpisah menjadi dua dua berkas cahaya dengan intensitas yang
sama, satu berkas dilewatkan melalui sampel, sedangkan berkas yang lain tidak
dilewatkan melalui sampel. Apabila sampel, atau udara, mengandung gugus
dengan frekuensi vibrasi sesuai dengan radiasi IR, maka akan menyerap energi
dan akan suatu pita absorpi. Berkas cahaya yang dilewatkan tidak melalui sampel
digunakan sabagai ―latar-belakang (background)‖ atau ―pembanding (reference)‖
(absorpsi uap air, karbondioksida, dsb. di atmosfer), dan sinyal terdeteksi untuk
berkas cahaya ini. Perbedaan intensitas berkas radiasi cahaya yang dilewatkan
melalui sampel dan yang melalui pembanding dinyatakan sebagai persen
transmitansi (%T), yakni

%T = persen transmitansi = (Is/Ir) X 100 (4.1)

di mana Is menyatakan intensitas berkas cahaya sampel, Ir menyatakan intensitas


berkas cahaya pembanding. Transmitansi cahaya yang melalui sampel dinyatakan
sebagai absorbansi. Absorbansi merupakan logaritma negatif dari perbandingan
intensitas, nilai 100%T ekivalen dengan absorbansi sama dengan nol. Apabila
radiasi atau suatu panjang-gelombang tertentu secara selektif diabsorbsi oleh
sampel, maka sampel tersebut dikatakan mempunyai puncak (peak) pada panjang-
gelombang tersebut.

Jenis lain dari spektrofotometer IR adalah spektrofotometer IR


transformasi Fourier (Fourier Transformation InfraRed, FTIR Spectro-
photometer). Pada spektrofotometer ini, lintasan optik dirancang untuk
menghasilkan suatu pola interferensi yang dikenal dengan interferogram.
Interferogram adalah suatu suatu bentuk-gelombang kompleks yang mengandung
informasi dari semua frekuensi di daerah spectra infrared. Suatu operasi
matematika, batasan transformasi Fourier digunakan untuk mendekonvulat
interfe-rogram dan menghasilkan suatu spektrum domain-frekuensi dan hal
identik dengan yang dihasilkan pada instrumen dispersif. Dengan moda yang
demikian, FT-IR menghasilkan tampilan spektrum yang jauh lebih teliti dan cara
kerja yang jauh lebih cepat bahkan hingga ribuan kali dibanding moda klasik.

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 94


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Spektrofotometer IR modern menggunakan berkas cahaya tunggal, dan


spektranya disimpan dalam bentuk digital (hal yang sama terjadi pada NMR, lihat
Bab selanjutnya). Pertama, spektrum latar-belakang dihasilkan dan selanjutnya
disimpan, kemudian spektrum sampel (ditambah latar-belakang) akan dihasilkan.
Software (perangkat lunak) instrumen selanjutnya mengurangi spektrum latar-
belakang untuk menghasilkan spektrum sampel. Instrumen spektrometer modern
tidak merekam melalui rentang frekuensi spektrum IR, namun spektrum diperoleh
dari iradiasi dengan suatu pulsa tunggal radiasi, dan semua frekuensi dieksitasi
secara serempak.

Bagaimana metode penanganan atau preparasi sampel? Metode yang


digunakan untuk menangani sampel bergantung pada sifat dan wujud sampel.
Untuk sampel cair, biasanya lebih mudah dipreparasi dalam bentuk film dimana
satu hingga dua tetes zat ini dioleskan atau diinjeksikan diantara dua plat natrium
klorida (NaCl), sehingga diperoleh lapisan transparan, dan selanjutnya diradiasi
dengan cahaya pada panjang-gelombang IR. Sampel padat dapat dipreparasi
dalam bentuk larutannya, pasta (mulls) dalam Nujol, atau dalam bentuk cakram
atau pellet kalium bromida. Apabila dalam wujud larutan, umumnya dengan
konsentrasi 5% larutan, dimasukkan dalam sel natrium klorida, identik dengan
dalam bentuk cair dengan ketebalan kurang lebih 1 mm. Pelarut yang digunakan
harus bersifat transparan terhadap IR, dan digunakan latar-belakang yang hanya
mengandung pelarut.

Pada dalam bentuk pasta Nujol, dipreparasi dalam bentuk butiran halus
dengan jumlah kurang lebih 1 mg sampel digerus dengan penggerus (mortar) dan
lumping (pestle) kemudian ditambahkan 1 tetes Nujol (suatu cairan hidrokarbon)
dan kemudian dicampurkan hingga homogen. Mulls (pasta) ini selanjutnya
ditempatkan diantara dua lempeng natrium klorida dalam bentuk film cair.
Dengan metode Nujol mull ini muncul permasalahan dalam rekaman
spektrumnya. Karena Nujol merupakan suatu cairan hidrokarbon akan muncul
pita yang khas, yakni pita absorpsi C–H dan hal ini akan memperumit pita
absorpsi sesungguhnya. Oleh karena itu, dicari alternatif lain, yakni sekitar 1 mg
sampel dicampurkan dengan 100 kali kalium bromida kering, kemudian ditekan

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 95


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

(dipress) dalam pompa vakum penekan hidrolik membentuk keping atau film
KBr. Digunakannya pompa vakum tekan ini agar diperoleh sampel yang bebas air.
Metode preparasi ini, lebih unggul dan praktis dibanding metode Nujol mull, dan
menghasilkan spektra IR tanpa pita tambahan, sebab seperti halnya pada NaCl,
KBr tidak mengabsorpsi radiasi IR.

4.2 Karakteristik Dasar dan Sifat Spektroskopi Inframerah

Spektroskopi inframerah (infrared, IR) pada dasarnya merujuk pada


transisi diantara tingkat-tingkat energi vibrasi dari suatu molekul, dan melibatkan
ulur atau tekuk ikatannya. Untuk suatu molekul organik, daerah spektrum yang
menarik untuk dapat digunakan dalam analisis dan interpretasi struktur dengan
spektroskopi IR terjadi di daerah spektrum elektromagnetik dengan panjang-
gelombang 2,5–15 m dan umumnya dinyatakan dengan rentang bilangan
gelombang 4000–600 cm-1. Di daerah ini mempunyai manfaat yang cukup
komprehensif untuk memahami vibrasi suatu molekul organik. Para kimiawan
organik biasanya memulai menganalisis spektrum IR dari pita (di dalam IR sering
digunakan istilah ―pita‖ untuk ―puncak‖) pada panjang-gelombang rendah
(bilangan gelombang tinggi), atau dari 4000 ke 600 cm-1.

Skema (a) Skema (b) Skema (c)

     
H−C≡C−H H−C≡C−H H−C≡C−H
    
H−C≡C−H H−C≡C−H H−C≡C−H
2180 cm-1 3475 cm-1 3420 cm-1
Tidak-aktif IR Tidak-aktif IR Aktif IR
Aktif Raman Aktif Raman Tidak-aktif Raman

Gambar 4.2 Diagram skematik vibrasi ulur pada asetilena

Absorpsi radiasi IR oleh suatu molekul membantu meningkatkan


amplitudo molekular spesifik dan hal ini sesuai dengan frekuensi radiasi yang
diabsorpsi. Misalnya, suatu ikatan karbon – hidrogen sp3 dengan frekuensi ulur

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 96


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

rerata pada 3032 cm-1 akan mengabsorpsi pada panjang gelombang radiasi
infrared dan akan memunculkan pita spektrum IR pada 3032 cm-1 (3,3 m).
Menurut Aturan Seleksi untuk transisi IR, apabila absorpsi IR maka terjadi suatu
keadaan-vibrasi di mana molekul tersebut akan mengalami perubahan momen
dipol (dipole moment) molekular selama vibrasi. Dalam hal ini momen dipol
secara nyata selama vibrasi. Misalnya, molekul asetilena (etuna), H−C≡C−H yang
bersifat sentrosimetrik. Asetilena tidak mempunyai momen dipol dan apabila
terjadi vibrasi C≡C (lihat skema a, pada Gambar 4.2) akan menghasilkan tidak
adanya perubahan dipol. Vibrasi yang demikian bersifat tidak-aktif IR (artinya,
tidak teramati dalam spektrum IR-nya). Ulur simetrik dari dua ikatan C−H
(skema b, Gambar 4.2) juga tidak menghasilkan perubahan momen dipol selama
vibrasi sehinga tidak-aktif IR. Namun demikian, untuk ulur asimetrik (skema c,
Gambar 2.2) menghasilkan perubahan momen dipol dan aktif IR (artinya, teramati
dalam spektrum IR-nya). Pada skema (c) untuk masing-masing moda vibrasi
menunjukkan dua keadaan yang ekstrem berbeda.

Sebagaimana telah dikenal, struktur molekul organik bersifat kompleks,


sehingga mempunyai sejumlah besar moda vibrasi. Secara umum, ikatan dengan
tipe X−X (simetri), seperti N2 bersifat tidak mengabsorpsi radiasi IR sehingga
tidak teramati pada spektrum IR-nya. Konsep simetri sebagai mana pada molekul
diatomik termasuk juga pada molekul-molekul yang mempunyai bidang simetri.
Dengan demikian, ikatan rangkap pada etena atau pada 2,3-dimetil-2-butena tidak
mengabsorpsi di daerah IR.

Bidang simetri

H H H 3C CH3
C C C C
H H H 3C CH3

Ulur simetrik ikatan rangkap C=C tidak aktif IR

Dalam prakteknya, molekul-molekul yang bersifat benar-benar simetri


atau pseudosimetri (mempunyai gugus-gugus yang mirip) pada umumnya
menunjukkan pita lemah dalam spektrum IR-nya. Namun sebaliknya, molekul-

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 97


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

molekul yang bersifat asimetri dengan momen dipol lokal yang besar memberikan
pita yang jelas dalam spektrum IR-nya.

H C C CH3 H 3C C C CH3 H 3C H 2C C C CH3

Substitusi asimetrik, Substitusi simetrik, Substitusi pseudosimetrik,


momen dipole besar momen dipole nol momen dipole kecil
aktif IR tak-aktif IR pita IR sangat lemah

Moda vibrasi yang berkaitan erat dengan spektrum IR adalah ulur


(stretching) dan tekuk (bending). Untuk molekul yang lebih kompleks juga
terdapat vibrasi goyang (rocking), imbas (wagging), dan gunting (scissoring),
tetapi pita absorbsi ini sering overlap dan tidak jelas untuk gugus fungsional yang
unik, sehingga jarang digunakan oleh para kimiawan organik.

Untuk gugus fungsional dengan dua atau lebih atom-atom identik


(misalnya –CH3, –CH2, –NO2, –NH2, dan anhidrida karboksilat) mempunyai dua
moda ulur yang berbeda, yakni simetri dan asimetri. Sebagai contoh gugus
metilena, ulur simetrik melibatkan secara simultan gerak dari dua atom hidrogen
dari (dan kemudian menuju) atom karbon pusat. Ulur CH simetrik pada gugus
metilena khas terjadi di daerah 2850 cm-1 an. Ulur asimetrik melibatkan kopling
tetapi gerak berlawanan pada atom hidrogen yang menuju dan meninggalkan atom
karbon terjadi di daerah 2925 cm-1 an.

H H

C C

H H

Ulur C–H simetrik, Ulur C–H asimetrik,


2850 cm-1-an 2925 cm-1-an

Pada ikatan asimetrik sederhana, frekuensi ulur bersifat paralel dengan


kekuatan ikatan. Vibrasi ulur ikatan ganda-tiga karbon-karbon (C≡C) terjadi di
sekitar 2150 cm-1, ikatan rangkap C═C di daerah 1650 cm-1 ikatan rangkap C—C
di daerah 1200 cm-1. Kondisi yang sama terjadi pada ikatan rangkap C═O terjadi
di daerah 1720 cm-1, sedang ikatan tunggal C—O 1200 cm-1. Prinsip dasar

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 98


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

hubungan antara energy ikatan untuk dua buah atom yang saling membentuk
ikatan dengan massa masing-masing adalah m1 dan m2 dengan tetapan gaya
ikatannya K dideskripsikan dengan berbasis dari Hukum Hook’s sebagaimana
tercantum pada Persamaan 4.1.

ϋ = 1/2 c√K/ (3.1)


di mana:
ϋ = frekuensi dalam cm-1
c = kecepatan cahaya, 3 x 1010 cm/detik
K = tetapan gaya (ikatan) dalam dyne/cm
= massa tereduksi = (m1 x m2) / (m1 + m2)

Apabila nilai tetapan gaya diketahui, metode ini dapat digunakan untuk
menduga frekuensi ulur dengan derajat keakuratan yang relative masih dapat
diterima. Sebaliknya, frekuensi ulur hasil pengamatan IR juga dapat digunakan
untuk menentukan tetapan gaya ikatan. Sebagai contoh, absorpsi vibrasi ulur O−H
dan N−H teramati di daerah 3600 – 3200 cm-1.

4.3 Interpretasi Spektra Infrared Senyawa Organik


Spektrum infrared suatu senyawa organik mengandung sejumlah besar
informasi untuk menentukan struktur molekul organik. Namun demikian, molekul
organik mempunyai berbagai ragam moda vibrasi, di mana masing-masing akan
memberikan pita absorpsi sepanjang molekul tersebut selama vibrasi menjalani
perubahan momen dipolnya. Jika tujuan dari diperolehnya spektrum infrared
untuk membantu mengelusidasi suatu struktur yang belum dikenal, proses
interpretasi dapat lebih difokuskan pada pita absorpsi yang berkaitan dengan
gugus fungsional tertentu.

Pada umumnya, spektrum yang memberikan makna absorpsi radiasi IR


bekerja di daerah 4000–1500 cm-1. Daerah kerja di bawah 1500 cm-1 (1500–600
cm-1) memberikan informasi pita ulur untuk ikatan tunggal karbon-karbon dengan
paduan berbagai moda vibrasi tekuk, goyang, imbas, dan sebagainya.

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 99


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Kompleksitas daerah ini membuat ketidakcepatan proses interpretasi, tetapi sangat


membantu memberikan informasi yang khas dalam penetapan struktur, dan
dikenal sebagai daerah sidik-jari (fingerprint region). Dalam menginterpretasi
spektrum IR, dapat dikelompokkan menjadi lima daerah utama, yakni:

(1) 4000–2300 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan tunggal dengan H, X–H (O−H,
N−H, C−H, dan S−H)
(2) 2300–1850 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan ganda-tiga dan ikatan
terakumulasi
(3) 1850–1500 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan rangkap dua (C=X)
(4) 1500–1000 cm-1 : Daerah sidik-jari
(5) 1000–666 cm-1 : Vibrasi tekuk tidak jenuh C−H

Daerah sidik-jarik pada spektrum IR sangat berperan dalam memantapkan


penetapan struktur terutama dibandingkan dengan standar yang ada (jika terdapat
senyawa standar). Diagram skematik dari setiap daerah pita absorpsi radiasi IR
dan hubungannya dengan vibrasi karakteristik jenis ikatan atau gugus fungsinya
dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

500
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000

O−H
3600 2500

C−H
3100 2700
N−H +N−H
3500 2250
3300
C≡C/C≡N
2260 2100
1500
C=O C-O
1850 1600 1300 1050
C=C
1650 1590

C=N
1690 1650
NO2
1570 1500
NO2
1370 1300

Gambar 4.3 Diagram skematik daerah vibrasi gugus khas molekul organik

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 100


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Ulur C≡C, C≡N:


lemah

Ulur O–H, O–N:


tajam Ulur C=C, C=O, C=N, N=O:
lemah sampai tajam

Ulur C–H: tajam Vibrasi kombinasi: kompleks, pasti


muncul = daerah sidik-jari

4000 3000 2000 1600 1200 800


Bilangan gelombang, (cm-1)

Beberapa batasan ketajaman atau intensitas absorpsi:


1. s (sharp; strong = tajam), tinggi = lebih dari 2/3
2. m (medium), tinggi = lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3
3. w (weak = lemah), tinggi kurang dari 2/3

Gambar 4.4 Diagram skematik intensitas pita absorpsi beberapa


gugus khas molekul organik

4.3.1 Daerah 4000–2300 cm-1: Vibrasi Ikatan Tunggal dengan H

Pita absorpsi di daerah ini bersesuaian dengan vibrasi ulur ikatan tunggal
terhadap hidrogen: C−H, O−H, N−H, dan S−H

Vibrasi C−H (3100–2700 cm-1)


Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.5 Spektrum infrared benzaldehida (diambil dari R.J. Anderson:


Organic Spectroscopic Analysis, tanpa ijin)

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 101


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Vibrasi C−H relatif jarang digunakan untuk mendiagnosis gugus fungsi


senyawa organik, karena hampir semua senyawa organik mengandung ikatan
C−H, dan perbedaan frekuensinya sangat kecil antara satu lingkungan dengan
lingkungan lainnya. Namun demikian, ulur C−H yang lemah memberikan
gambaran kecilnya momen dipol untuk ikatan ini. Perbedaan frekuensi ulur C−H
dalam suatu gugus tidak jenuh, sp2 dan sp (3100–3000 cm-1), dan C−H dalam
suatu gugus jenuh, sp3 (sekitar 2900 cm-1), tetapi sangat bermanfaat dalam
membedakan ulur C–H untuk suatu gugus aldehida dan alkuna. Frekuensi ulur C–
H pada aldehida 2900–2700 cm-1 (seringkali dua buah pita), sedangkan frekuensi
C–H pada alkuna di sekitar 3300 cm-1. Ulur C–H alkuna ujung umumnya tajam,
lebih kuat dan lebih tinggi daripada C–H alkuna. Untuk dapat lebih memahami
konsep ini dapat dilihat spektrum infrared pada Gambar 4.5. Pada umumnya,
absorpsi kuat di atas 3100 cm-1 menunjukkan vibrasi O–H atau N–H.

Ulur C–H sp2 aril terjadi di daerah ini juga. Pita C–H untuk gugus metil
dan metilena menunjukkan ulur simetrik dan asimetrik di daerah 3000 cm-1. Pita
ulur C–H biasanya muncul secara khas dari medium-ke-kuat dengan intensitas
yang dapat memberikan makna secara signifikan sebagai pita infrared. Bagaimana
perbedaan frekuensi ulur C–H sp dan sp2 dapat diperhatikan dengan seksama
skema di bawah ini.

H H
Cl H

H
-1
Ulur C – H (cm ): 3300 3100 3050

Bagaimana dengan ulur C–H aldehida? Ulur C–H aldehida sering dapat
memberikan perbedaan yang cukup bermakna antara aldehida dengan keton. Pada
umumnya, aldehida menghasilkan dua pita di daerah ini dengan pita satu lebih
rendah dari yang lainnya, dan hal ini sangat penting untuk membedakannya
dengan pita ulur C–H alkana.

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 102


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Vibrasi O−H (3600–2500 cm-1)

Vibrasi O−H pada umumnya kuat dan sangat bermanfaat dalam


mengidentifikasi gugus fungsional yang mengandung gugus hidroksil, tetapi kita
akan selalu berpikir bahwa keberadaan air dalam suatu cuplikan juga memberikan
suatu pita absorpsi O−H yang kuat. Gugus fungsional ini akan muncul pada fenol
(ArOH), alkohol (ROH) dan asam karboksilat (RCOOH). Terdapat keterbatasan,
bilangan-gelombang absorpsi tidak selalu mengindikasikan keberadaan gugus
fungsional, karena posisi absorpsi O–H sangat sensitif terhadap ikatan hidrogen.
Pada umumnya, suatu larutan yang agak pekat, kecenderungan terjadinya ikatan
hidrogen lebih besar dan ikatan hidrogen memperlemah ikatan O−H, akibatnya
memperkecil nilai K (tetapan gaya) dan memperkecil frekuensi (bilangan-
gelombang) vibrasi.
Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.6 Spektrum infrared 4’-hidroksiasetofenon (diambil dari R.J.


Anderson: Organic Spectroscopic Analysis, tanpa ijin)

Sebagai contoh pengaruh keberadaan ikatan hidrogen terhadap pola pita


absorpsi dapat dicermati spektrum IR 4’-hidroksiasetofenon (Gambar 4.6), di
mana pita O−H melebar terpusat pada 3304 cm-1 (tidak ada ikatan hidrogen) dan
3158 cm-1 (ada ikatan hidrogen), dan parasetamol (Gambar 4.7), di mana
absorpsi O−H pada 3161 cm-1.

Asam karboksilat, RCOOH seringkali membentuk dimer (lihat skema) dan


cenderung mempunyai ikatan hidrogen lebih besar, dan biasanya senyawa
golongan ini mengabsorpsi ke daerah ini yang lebih rendah. Karena ikatan
hidrogen ini, asam-asam karboksilat cenderung memberikan absorpsi lemah

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 103


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

dengan rentang pita frekuensi yang lebar menghasilkan pita melebar (broad
absorption) antara 3200 – 2500 cm-1.

O H O

R R

O H O

Skema pembentukan dimer asam karboksilat


Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.7 Spektrum infrared parasetamol (diambil dari R.J.


Anderson: Organic Spectroscopic Analysis, tanpa ijin)

Sebagai contoh, puncak absorpsi O–H melebar dapat dilihat pada spektra
IR asam benzoate (Gambar 4.8) yang muncul puncak ganda diantara 3010 dan
2560 cm-1 dan aspirin (Gambar 4.9) dengan puncak ganda pada 3005–2550 cm-1.
Transmitansi (%)

Bilangan gelombang (cm-1)

Gambar 4.8 Spektrum IR asam benzoat

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 104


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Transmitansi (%)

Bilangan gelombang (cm-1)

Gambar 4.9 Spektrum IR aspirin

Vibrasi N−H (3500–3300 cm-1)

Absorpsi N–H mempunyai daerah yang relatif sama dengan O–H, tetapi
biasanya ulur N–H dibedakan dari ulur O–H berdasarkan ketajaman pita yang
muncul yang disebabkan oleh melemahnya ikatan hidrogen. Pita absorpsi ini
cukup tajam dan ketajamannya ini sangat membantu untuk membedakan amina
primer (RNH2) dan amida primer (RCONH2) dengan amina sekunder (R2NH) dan
amida sekunder (RCONRH). Amina primer dan amida sekunder biasanya
mempunyai dua buah pita (bahkan seringkali muncul tiga pita) ulur dan hal ini
sesuai dengan ulur simetrik dan asimetrik dari dua buah N–H, sedangkan pada
amina sekunder dan amida sekunder hanya mempunyai satu buah pita ulur vibrasi
N–H (lihat Gambar 4.10).
Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.10 Spektrum IR anilin (cairan tipis, plat NaCl)

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 105


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Untuk membedakan vibrasi ulur N–H dengan O–H biasanya dibantu


berdasarkan munculnya vibrasi tekuk pada 1650 – 1550 cm-1 (dan umumnya
lemah). Vibrasi ulur N–H dengan O–H merupakan pita-pita ―pemberi
kepercayaan tinggi‖ dalam spektrum IR dan memberi petunjuk keberadaan-nya.
Untuk senyawa-senyawa yang mengandung oksigen, tidak munculnya pita ulur
O–H yang kuat memberikan petunjuk bahwa senyawa tersebut bukan suatu
alkohol.
Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.11 Spektrum IR benzokain (pelet KBr)

Untuk garam-garam amina, biasanya diperoleh pita kuat untuk dua buah
jenis vibrasi, yakni vibrasi ulur dan corak vibrasi tekuk. Pada garam amonium
RNH3+ vibrasi ulur N–H terjadi di daerah ~ 3000 dan vibrasi tekuk pada 1600–
1500 cm-1; pada garam amonium R2NH2+ berturut-turut terjadi di daerah 2700–
2250 dan 1600–1550 cm-1; dan pada garam amonium R3NH+ vibrasi terjadi di
daerah 2700–2250 cm-1 dan vibrasi tekuknya sering kali tidak muncul. Pada
spektrum IR asam amino L-tirosin dalam bentuk zwiter-ionik menunjukkan
pengaruh protonasi gugus amino, dengan vibrasi ulur H–N+ terjadi lebih melebar
pada 3100–3600 cm-1 dan gugus karboksilatnya diperlemah hingga di daerah
sekitar 1589 cm-1.

Absorpsi S–H memberikan cirri lemah dan terjadi pada frekuensi yang
lebih rendah daripada vibrasi O–H yang sesuai, karena masa atom belerang yang
lebih tinggi dibanding oksigen (SH meningkatkan massa tereduksi). Perbedaan

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 106


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

massa tereduksi ini menyebabkan vibrasi ulur S–H berada pada daerah 2700–2400
cm-1.

4.3.2 Daerah 2300–1850 cm-1: Vibrasi Ikatan Rangkap Tiga dan Akumulasi

Sebagaimana telah dideskripsikan di bagian pendahuluan, bahwa suatu


ikatan atau gugus akan mengabsorpsi radiasi infrared apabila akibat radiasi
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan momen dipol. Pada ikatan rangkap

tiga, baik pada ikatan C N maupun C C akan memberikan perubahan momen

dipol akibat radiasi infrared, dan menghasilkan pita absorpsi khas di daerah 2300–
1850 cm-1. Namun demikian, ikatan rangkap terakumulasi juga muncul di daerah
ini dalam spektrum infrarednya. Daerah vibrasi ulur untuk ikatan rangkap tiga
karbon-karbon dan ikatan rangkap karbon-karbon terakumulasi tercantum pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Vibrasi ulur ikatan rangkap tiga dan ikatan rangkap terakumulasi

Gugus fungsional Vibrasi ulur (cm-1)


Alkuna ujung, RC CH 2140 – 2100

Alkuna internal, C C 2260 – 2190

Nitril, RC N 2260 – 2100

Garam diazonium, RN(+) N 2280 – 2240

Azida, R N N(+) N(-) 2160 – 2100

Senyawa diazo, R C N(+) N(-) 2050 – 2000

Karbodiimida, R N C N 2150 – 2110

Alena, R CR’ C CR” ~ 1950

Ketena, R CR’ C O ~ 2150

CO2 2350

Pita absorpsi IR dengan daerah spektrumnya 2300–1850 cm-1 merupakan


daerah yang karakteristik dan relatif sangat terbatas hanya untuk vibrasi ulur

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 107


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

ikatan rangkap tiga, sehingga sangat membantu mengidentifikasi keberadaan nitril


atau alkuna. Pita absorpsi nitril lebih tajam daripada alkuna.

Pita absorpsi yang umum terjadi adalah moderat sampai lemah; pita alkuna
menjadi berkurang intensitasnya dengan meningkatnya karakter simetri. Sebagai
contoh dapat dicermati pita absorpsi nitril pada spektrum IR benzonitril (Gambar
4.12) yang muncul di 2228 cm-1.
Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.12 Spektrum IR benzonitril (film cairan, plat NaCl)

4.3.3 Daerah 1850–1500 cm-1: Vibrasi C=X

Daerah ini merupakan daerah yang khas untuk mendiagnosis vibrasi ulur
untuk senyawa dengan gugus fungsi mengandung ikatan rangkap terhadap karbon
(C C, C N, dan C O). Absorpsi untuk gugus karbonil (C=O) sangat khas, yakni
tajam, kuat, dan posisinya sangat sensitif terhadap keberadaan system lain
terhadap gugus ini, seperti ikatan hidrogen, konjugasi, dan sebagainya. Tabel 4.2
memberikan ilustrasi bagaimana posisi pita absorpsi vibrasi ulur C=O untuk
berbagagai golongan senyawa.

Karakter vibrasi ulur C=O dipengaruhi oleh atom atau gugus (X) yang
terikat pada C karbonil tersebut. Secara umum, semakin elektronegatif gugus X
dalam RCOX maka kekuatan ikatan C=O makin besar dan menyebabkan
frekuensi vibrasi ulur makin besar. Akibat dari gugus X yang elektronegatif, maka
seolah-olah terjadi pemutusan ikatan C–X dan menghasilkan atom C-karbonil

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 108


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

menjadi bermuatan positif, dan selanjutnya terjadi resonansi C=O. Hal ini
menunjukkan bahwa ikatan C=O tidak hanya berkarater ikatan rangkap dua tetapi
juga berkarakter ikatan rangkap tiga, atau orde ikatan C=O adalah satu setengah,
dan memperkuat karakter ikatan rangkap karbonil tersebut. Perhatikan skema
berikut ini.

O O O+

R X + X- R X-
R

Tabel 4.2 Vibrasi ulur gugus karbonil dalam berbagai gugus fungsional

Gugus fungsional Vibrasi ulur (cm-1)

Anhidrida asam, (RCO)2O 1840 – 1740

Aldehida, RCHO 1740 – 1680

Klorida asam, RCOCl 1815 – 1750

Keton, RCOR 1725 – 1665

Ester, RCOOR 1750 – 1710

Amida, RCONHR/R2 1700 – 1630

Imida, (RCO)2NR 1770 – 1700

Karbamat, RNHCOOR 1750 – 1690

Asam karboksilat, RCOOH 1720 – 1680

Jelaslah bahwa, bagaimana pengaruh keelektronegatifan gugus X yang


menyebabkan meningkatnya tetapan gaya ikatan (k) karena melalui resonansi
gugus C=O C O sehingga memperbesar frekuensi ulurnya. Sebagai contoh,
dua buah absorpsi karbonil pada anhidrida asetat (di mana gugus X yang sangat
elektronegatif adalah CH3COO-) terlihat pada 1822 dan 1762 cm-1 (lihat Gambar
3.13). Pemisahan sebesar 60 cm-1 sangat umum untuk pita ini, karena ulur gugus
C=O simetrik dan asimetrik.

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 109


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.13 Spektrum IR anhidrida asetat (cairan film, plat NaCl)

O O- O-

+
NR2 NR2 NR2
+

Skema bentuk-bentuk resonansi amida. Ikatan C=O berkarakter ikatan


tunggal, orde ikatannya 1,5 memperkecil harga K

Pada sisi lain, gugus pemberi electron (electron donating groups) mampu
melakukan stabilisasi resonansi akan menurunkan kekuatan ikatan C=O dan
menyebabkan berkurangnya frekuensi ulur (perhatikan skema berikut ini).
Apabila dicermati kembali spektrum IR parasetamol (lihat kembali Gambar 4.7)
dapat diidentifikasi kekhasan absorpsi C=O untuk gugus amida sekunder. Salah
satu hal yang menarik adalah spektra amida primer dan sekunder yang
menunjukkan adanya dua buah pita absorpsi di daerah ini. Pita absorpsi IR gugus
C=O amida primer biasanya lebih rendah sekitar 80 cm-1 daripada amida
sekunder.

Konjugasi dan ikatan hidrogen juga membantu memperlemah ikatan C=O,


yang menyebabkan penurunan orde ikatan sehingga menurunkan frekuensi ulur.
Sebagaimana terlihat pada skema bentuk-bentuk resonansi gugus karbonil
terkonjugasi, tampak bahwa ikatan C=O juga berkarakter ikatan tunggal C-O

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 110


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

sehingga orde ikatannya menjadi satu setengah. Secara keseluruhan, gugus


karbonil terkonjugasi mempunyai orde ikatan lebih rendah daripada gugus
karbonil terisolasi, sehingga mempunyai nilai tetapan gaya ikatan K lebih kecil
dan menurunkan frekuensi ulurnya.
Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang, (cm-1)

Gambar 4.14 Spektrum IR etil asetat

Namun demikian, konjugasi menyebabkan peningkatan sifat dipolar


ikatan, dan hal ini biasanya menyebabkan peningkatan intensitas absorpsi
karbonil. Pengaruh konjugasi pada absorpsi karbonil dapat dilihat pada spektra IR
etil asetat (Gambar 4.14) dan etil benzoat (Gambar 4.15). Selanjutnya untuk
membedakan bagaimana karakter gugus C=O terkonjugasi dapat dilihat kembali
spektra IR benzaldehida (lihat kembali Gambar 4.5) dan 2-metil-propanal
(Gambar 4.16).
Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang, (cm-1)

Gambar 4.15 Spektrum IR etil benzoat

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 111


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

_ _
:O: :O: :O:

X X + X

+
Skema bentuk resonansi C=O terkonjugasi. Ikatan C=O berkarakter
ikatan tunggal, orde ikatannya 1,5 memperkecil harga K
Transmitansi (%)

Bilanga gelombang (cm-1)

Gambar 4.16 Spektrum IR 2-metil-propanal

Ikatan hidrogen juga menyebabkan penurunan frekuensi ulur C=O, dan


untuk penjelasan yang demikian dapat dipikirkan kembali bagaimana ikatan
hidrogen ini memanfaatkan kerapatan elektron ikatan karbonil. Hasilnya,
menurunkan orde ikatan C=O dan tentunya menurunkan frekuensi ulurnya. Salah
satu aspek yang menarik dari pengaruh ikatan hidrogen adalah pada spektrum IR
senyawa dengan gugus karbonil adalah pengaruh ikatan hidrogen intra- dan
antarmolekular. Ikatan hidrogen intramolekular (dalam satu molekul) tidak
bergantung pada konsentrasi sampel dan juga posisi pita absorpsi karbonil.
Sedangkan ikatan hidrogen antarmolekular, sangta bergantung pada
konsentrasi, di mana makin besar konsentrasi makin memperbesar karakter ikatan
hidrogen dan juga posisi pita karbonil. Semakin besar konsentrasi sampel, makin
memperlemah frekuensi ulurnya.

Pengaruh peningkatan konsentrasi (dan juga meningkatnya potensi ikatan


hidrogen) untuk sampel berwujud larutan dapat dicermati pada spektrum IR 4’-
hidroksiasetofenon (lihat Gambar 4.17 dan skema terjadinya ikatan hidrogen
intra- dan antarmolekular). Dalam hal ini, absorpsi gugus C=O bergeser menuju

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 112


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

frekuensi (bilangan-gelombang) lebih rendah sebagai akibat meningkatnya


konsentrasi larutan. Pita absorpsi C=O dalam 4’-hidroksiasetofenon pada awalnya
terjadi pada 1672 cm-1, tetapi bergeser ke 1665 cm-1 akibat meningkatnya
konsentrasi larutannya. Bagaimana dengan pita absorpsi O H?. Dari spektra IR
4’-hidroksiasetofenon, tampak terjadi pergeseran pita melebar dari absorpsi O H
ke bilangan-gelombang lebih rendah (dari 3330 ke 3320 cm-1), tetapi absorpsi
sesuai dengan tetap mempertahankan pita frekuensi O H tidak membentuk
ikatan hidrogen, yakni pada 3584 cm-1.

Me
Me Me
O
O O H
O
H
O HO
(a) (b)

Skema ikatan hidrogen untuk intra- dan antarmolekular: (a) 2’hidroksiasetofenon (ikatan
hidrogen intramolekula, tak bergantung konsentrasi), (b) 4’hidroksiasetofenon (ikatan
hidrogen antarmolekular, bergantung konsentrasi)
Transmitansi (%)

Bilangan-gelombang (cm-1)

Gambar 4.17 Spektra IR 4’-hidroksiasetofenon dalam kloroform


pada konsentrasi berbeda (a) dalam 7 mg per cm-3,
(b) dalam 14 mg per cm-3

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 113


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Pengaruh ketegangan cincin terhadap frekuensi ulur vibrasi gugus karbonil


dapat dicermati pada frekuensi ulur lakton (ester siklik) dan laktam (amida siklik)
sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.3. Sebagaimana terlihat pada tabel
tersebut, makin kecil ukuran cincin maka semakin besar tegangan cincin (sudut
ikatan menjadi lebih besar dari sudut ikatan ideal untuk hibridisasi atom karbon
sp2, yakni 120o dan interaksi dengan gugus tetangga meningkat), dan frekuensi
ulurnya menjadi lebih tinggi baik pada lakton maupun laktam. Untuk cincin
anggota-6 atau yang lebih besar umumnya menyerupai sistem asiklik dan
mempunyai tegangan cincin yang lebih kecil.

Tabel 4.3 Pengaruh ketegangan cincin terhadap frekuensi ulur C=O


pada lakton dan laktam

Lakton Laktam (larutan encernya)


O O

O (CH2)n HN (CH2)n

n = 2, 1840 cm-1 n = 2, 1750 cm-1


n = 3, 1770 cm-1 n = 3, 1700 cm-1
n = 4, 1740 cm-1 n = 4, 1660 cm-1
Ester asiklik jenuh, ~1740 cm-1 Amida asiklik jenuh, ~1660 cm-1

Bagaimana dengan frekuensi vibrasi ulur C=C dan C=N? Vibrasi ulur
kedua gugus fungsi ini umumnya lebih lemah daripada absorpsi karbonil.
Perhatikan kembali spektrum IR parasetamol, aspirin, dan benzokain! Vibrasi ulur
C=C dalam cincin aromatik dalam parasetamol (Gambar 4.7) pada 1611 cm-1,
aspirin (Gambar 4.9) 1605 cm-1, dan benzokain (Gambar 4.11 pada 1605 cm-1.
Gugus C=N oksim (C=NOH) mengabsorpsi antara 1680 dan 1650 cm-1, dan untuk
gugus O–H terjadi pada 3600–3570 cm-1 (masing-masing lebih rendah karena
adanya ikatan hidrogen).

4.3.4 Daerah 1500–1000 cm-1: Daerah Sidikjari (Fingerprint Region)

Absorpsi di daerah ini relatif luas yang memberikan kekhasan kerangka


molecular, setiap molekul apapun pasti memberikan pita absorpsi, dan dikenal

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 114


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

dengan ―Daerah SIDIKJARI‖. Karena semua senyawa organik mempunyai


absorpsi di daerah ini, seringkali menjadi sukar untuk menginterpretasikan vibrasi
berbagai gugus fungsional yang terjadi. Akan tetapi karena kekarakteristikan dari
pola pita vibrasi di daerah ini bagi suatu molekul organik, sangat membantu dalam
menentukan keputusan menginterpretasi struktur secara lebih sempurna. Berikut
ini dipaparkan beberapa kekhasan pita absorpsi dari beberapa golongan senyawa
organik yang sangat membantu dalam interpretasi struktur dengan spektrum IR.

Senyawa nitro biasanya mempunyai dua buah absorpsi kuat (pada 1570–
1500 cm-1 dan 1370–1300 cm-1), sedang untuk senyawa nitroso (N=O) hanya
mempunyai sebuah pita absorpsi (1600–1450 cm-1). Sebagai contoh, vibrasi ulur
asimterik dan simetrik gugus nitro dalam nitrobenzene terjadi pada 1525 dan 1348
cm-1. Pita absorpsi lainnya adalah absorpsi C O eter (termasuk di sini adalah
epoksida), alkohol, ester, dan asam karboksilat (1300–1050 cm-1),
sebagaimana tampak pada 1281 cm-1 untuk benzokain dan 1131 cm-1 untuk
anihidrida asetat. Untuk alasan yang sama ikatan S H mengabsorpsi pada
frekuensi yang lebih rendah daripada ikatan O H, tioketon (S=O) mempunyai
ulur yang bervariasi, sesuai dengan kelompok senyawanya, yakni sulfoksida,
sulfon, dan asam sulfonat yang terjadi pada 1350–1010 cm-1. Misalnya,
dimetilsulfoksida frekuensi ulur S=O dekat pada 1057 cm-1, dan ulur P=O pada
fosfat pada 1300–1250 cm-1.

4.3.5 Daerah 1000–666 cm-1: Tekuk tidak-jenuh C–H

Semua vibrasi di daerah ini merupakan sumbangan dari vibrasi tekuk-


keluar-bidang ikatan C–H gugus-gugus tidak jenuh, termasuk cincin aromatik
(lihat Tabel 4.4).c Berdasarkan pengalaman para kimiawan organik dapat
menggunakan vibrasi ini untuk membedakan antara pola substitusi pada cincin
benzene, apakah di- atau trisubstitusi, tetapi hal ini tidak/belum direkomendasikan
bagi kimiawan pemula.

Cincin aromatik monosubstitusi paling mudah dibedakan, dan hal ini


biasanya mempunyai dua buah absorpsi di daerah ini (khas di 740 dan 690 cm-1),

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 115


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

sedang untuk cincin dengan 1, 2-disubstitusi hanya mempunyai satu pita absorpsi.
Frekuensi tekuk ke luar-bidang C–H untuk beberapa senyawa yang telah di bahas
di bagian depan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.4 Vibrasi tekuk ke luar-bidang ikatan C–H tidak-jenuh


Gugus tidak-jenuh Vibrasi tekuk (cm-1)
Alkena 995–710
cis-Alkena 710–670
trans-Alkena 970–960
Aromatik 900–690

Tabel 4.5 Vibrasi tekuk ke luar-bidang ikatan C–H beberapa senyawa


Senyawa Vibrasi tekuk (cm-1)
Benzena monosubstituen
Benzonitril 759 dan 688
Anilin 754 dan 692
Etil benzoat 712
Asam benzoat 707
Benzena 1,4-disubstitusi
4’-Hidroksiasetofenon 836
Benzena 1,3-disubstitusi
3’-Hidroksiasetofenon 795 dan 683
Benzena 1,2-disubstitusi
2’-Hidroksiasetofenon 755

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 116


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

RANGKUMAN
4.1 Spektroskopi IR melibatkan studi transisi antara tingkat energi
vibrasi pada suatu molekul dan interaksi vektor osilasi elektrik
cahaya IR dengan osilasi momen dipol molekul.

4.2 Frekuensi vibrasi dideskripsikan dengan Hukum Hook’s, yang


mendeskipsikan hubungan antara bilangan-gelombang ( ), panjang
ikatan (= tetapan gaya ikatan, K) dan massa tereduksi,

f = 1/2 K/ atau = 1/2 c K/

4.3 Absorpsi IR disumbangkan oleh vibrasi ikatan individual, dan hal


yang demikian dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus
funsional yang terdapat dalam suatu molekul. Karakteristik atau
kekhasan vibrasi gugus-gugus ini dapat dikelompokkan menjadi
lima daerah utama spektrum IR, yakni:

4000–2300 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan tunggal dengan H, X–H


(O−H, N−H, C−H, dan S−H)
2300–1850 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan ganda-tiga dan ikatan
terakumulasi
1850–1500 cm-1 : Vibrasi ulur ikatan rangkap dua (C=X)
1500–1000 cm-1 : Daerah sidik-jari
1000–666 cm-1 : Vibrasi tekuk tidak jenuh C−H

4.4 Posisi pita IR dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni ikatan


hidrogen dan konjugasi, dimana kedua hal ini menyebabkan
penurunan frekuensi ulur (bilangan-gelombang) vibrasi, dan
ketegangan atau ketegaran cincin yang menyebabkan peningkatan
frekuensi ulur vibrasi. Ikatan hidrogen intramolekular tidak
bergantung pada konsentrasi, sedang ikatan hidrogen tergantung
pada konsentrasi.

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 117


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

4.5 Daerah 1600–1000 cm-1 dikenal sebagai ―DAERAH SIDIKJARI‖,


vibrasi yang terjadi di daerah ini biasanya melibatkan kerangka
utama molekul organik. Daerah sidikjari merupakan daerah unik
dan sangat membantu dalam penyempurnaan interpretasi spektrum
IR suatu senyawa organik.

4.6 Daerah 1000–666 cm-1 sesuai vibrasi tekuk ikatan C–H sistem
tidak-jenuh, dan sering berguna untuk menentukan pola substitusi
cincin aromatik.

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 118


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

Daftar Pustaka

Anderson, R. J., D. J. Bendell, P. W. Groundwater. (2004). Organic Spectroscopic


Analysis. Cambridge: The Royal Society of Chemistry.
Field, L.D., S. Sternhell, J. R. Kalman. (2003). Organic Structure from Spectra.
Chichester: John Wiley & Sons, LTD.
Sutrisno. (2001). Penentuan Struktur Senyawa Organik. Malang: Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang.
Williams, D., I. Fleming. (1995). Spectroscopic Methods in Organic Chemistry 5th
edition. New York: McGraw Hill.
Silverstein, R. M., G. C. Bassler, T. C. Morril. (1991). Spectrometric
Identification of Organic Chemistry 5th Edition. Singapore: John
Wiley & Sons Inc.
Silverstein, R. M., F. X Webster, D. J. Kiemle. (2005). Spectrometric
Identification of Organic Chemistry 7th Edition. New York: John
Wiley & Sons Inc.

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 119


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

LATIHAN: PERTANYAAN DAN SOAL

4.1 Berikan suatu uraian secara sistematik dan kronologik, mengapa radiasi
cahaya IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional
senyawa organik.

4.2 Perhatikan reaksi organik berikut:

CHO CH2OH
reduksi

(1) (2)

a) Apa nama (IUPAC dan/atau trivial) dari senyawa (1) dan (2) tersebut?
b) Jika dianalisis secara spektrometri IR, pita-pita khas manakah yang
memberikan informasi terhadap masing-masing senyawa tersebut?

4.3 Perhatikan lagi senyawa (1) pada masalah no. 3.2! Apabila senyawa ini
direaksikan dengan kalium permanganat dalam suasana asam menghasilkan
dua senyawa (A) dan (B) yang khas. Analisis secara spektroskopi IR
berdasarkan spektrumnya teridentifikasi sebagai berikut:
a) Senyawa (A) mempunyai pita ulur khas pada 3590 cm-1 (tajam, tidak
melebar), 3180 cm-1 (tajam, melebar), dan 1710 cm-1 (tajam).
b) Senyawa (B) mempunyai pita ulur khas pada 3190 cm-1 (tajam,
melebar), 2200 cm-1 (lemah), dan 1715 cm-1 (tajam).

4.4 Berikan suatu uraian singkat tetapi jelas pola atau perbandingan (lebih besar
atau lebi kecil, dsb) pita atau frekuensi vibrasi ulur C=O untuk tiga senyawa
di bawah ini, jika bila gelombang untuk vibrasi ulur C=O senyawa (1)
adalah 1710 cm-1?
O
O
O
O O O
O
(1) (2) (3)

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 120


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

4.5 Perhatikan dengan cermat pita frekuensi vibrasi tekuk ke luar-bidang pada
berbagai benzena dan turunannya sebagaimana tercantum dalam tabel di
bawah, kemudian berikan penjelasan mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pola substitusi Senyawa Vibrasi tekuk (cm-1)
Monosubstitusi Toluena 729 dan 695
Orto disubstitusi 1,2-Dimetilbenzena 740
Meta disubstitusi 1,3-Dimetilbenzena 872 (lemah), 766, dan 691
Para disubstitusi 1,4-Dimetilbenzena 793

4.6 Perhatikan dengan cermat spektra IR di bawah ini, selanjutnya


interpretasikan masing-masing spektrum IR tersebut.

a) Senyawa A

Cairan, film

b) Senyawa B

Cairan, film

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 121


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

c) Senyawa C

Cairan, film

d) Senyawa D

Cairan, film

e) Senyawa E

Cairan, film

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 122


Spektroskopi Molekul Organik Bab 4

f) Senyawa F

Cairan, film

g) Senyawa G

Cairan, film

________________________________Bab IV: Spektroskopi Infrared 123

Anda mungkin juga menyukai