Anda di halaman 1dari 89

Lampiran 1

Analisis Lemak
Metode Hidrolisis (Weizbull)
A. Acuan: SNI 01-2891-1992

B. Prinsip
Ekstraksi lemak dengan pelarut non polar setelah contoh dihidrolisis dalam suasana
asam untuk membebaskan lemak yang terikat.

C. Bahan
a) Larutan asam klorida, HCl 25% ;
b) Kertas lakmus ;
c) N-heksana atau pelarut lemak lainnya

D. Alat
a) Kertas saring ;
b) Kertas saring pembungkus (thiemble) ;
c) Labu lemak ;
d) Soxhlet ;
e) Neraca analitik.

E. Prosedur
a) Timbang dengan seksama 1 – 2 gram cuplikan kedalam gelas piala
b) Ditambahkan dengan 30 mL HCl 25% dan 20 mL air serta beberapa butir batu
didih.
c) Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit
d) Saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas sehingga tidak bereaksi
dengan asam lagi.
e) Keringkan kertas saring berikut isinya pada suhu 100 °C – 105 °C
f) Masukkan kedalam kertas pembungkus (paper thimble) dan ekstrak dengan
heksana atau pelarut lemak lainnya 2 jam – 3 jam pada suhu ±80 °C;
g) Sulingkan larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan ekstrak
lemak pada suhu 100 °C – 105 °C
h) Dinginkan dan timbang
i) Ulangi proses pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap.

F. Jenis Sampel: Selai kacang dan es puter

G. Data Hasil Pengamatan

Massa Massa Massa setelah Kadar lemak


Sampel
sampel (g) kosong (g) pemanasan (g) (%)
H. A 2,8382 106,8204 108,3849 55,12
B 2,7393 103,6140 105,1277 55,26
C 2,4755 106,7549 106,9770 8,97
D 2,3726 128,6846 128,8420 6,63
Analisa Perhitungan
Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus :
masa setelah pemanasan−masa kosong
kadar lemak ( % )= x 100 %
masa sampel

Sampel A
108,3849−106,8204
kadar lemak ( % )= x 100 %
2,8382
kadar lemak ( % )=55,12 %

Sampel B
105,1277−103,6140
kadar lemak ( % )= x 100 %
2,7393
kadar lemak ( % )=55,26 %

Sampel C
106,9770−106,7549
kadar lemak ( % )= x 100 %
2,4755
kadar lemak ( % )=8,97 %

Sampel D
128,8420−128,6846
kadar lemak ( % )= x 100 %
2,3726
kadar lemak ( % )=6,63 %
I. Pembahasan
Selain melakukan pengujian produk sesuai dengan syarat baku mutu SNI,
Baristand Industri Surabaya juga menerima pengujian produk bagi konsumen tanpa
membandingkan dengan syarat mutu SNI, seperti pada uji lemak ini. Konsumen
hanya ingin mengetahui berapakah kadar lemak dalam contoh tersebut. Setelah
dilakukan pengujian, ditemukan kadar lemak pada contoh selai kacang sebesar
55,12 % dan 55,26 %. Sedangkan untuk contoh es puter, memiliki kadar lemak
sebesar 8,97 % dan 6,63 %.
Lampiran 2
Analisis Bagian Tak Larut
A. Acuan : SNI 3556:2010

B. Prinsip
Bagian yang tak larut dalam air dihitung berdasarkan bobot bahan yang tersisa
pada kertas saring setelah dipanaskan pada suhu (105 ± 2) °C

C. Bahan
a) Aquades
b) AgNO3 (untuk uji sisa klor)

D. Alat
a) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1°C;
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg;
c) Desikator yang berisikan desikan;
d) Gelas piala;
e) Gelas ukur;
f) Cawan petri; dan
g) Kertas saring bebas abu, Whatman 40

E. Prosedur
a) Timbang 2g sampel (W0), masukkan ke dalam gelas piala 400 mL;
b) Tambahkan 200 mL air panas, aduk hingga larut sempurna dan dinginkan;
c) Keringkan kertas saring berikut cawan petri dalam oven pada suhu (105 ± 2) °C
selama 2 jam dinginkan dan timbang (W2);
d) Saring larutan garam yang telah dingin dan bilas kertas saring dengan air panas
hingga larutan berwarna bening (bebas klor); dan
e) Keringkan kertas saring berikut cawan petri dalam oven pada suhu (105 ± 2) °C
selama 2 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang hingga bobot tetap (W1).

F. Jenis Sampel : Garam konsumsi


G. Hasil Pengamatan
Massa awal Massa akhir
Sampel W0
krus+kertas saring krus+kertas saring
A 2,0014 34,7643 34,7521
B 2,0036 36,4327 36,4342

H. Analisa Perhitungan
Bagian tak larut dapat dihitung dengan rumus :

( Massa akhir krus+kertas saring)−(Massa awal krus+ kertas saring)


Bagian yang tak larut dalam air ( % )= x1
Massa sampel

Sampel A
34,7643−34,7521
Bagian yang tak larut dalam air ( % )= x 100 %
2,0014
Bagian yang tak larut dalam air ( % )=0,60 %

Sampel B
36,4342−36,4327
Bagian yang tak larut dalam air ( % )= x 100 %
2,0036
Bagian yang tak larut dalam air ( % )=0,07 %

I. Pembahasan
Sesuai dengan syarat mutu pada SNI 3556:2010, bagian yang tak terlarut
dalam air dari suatu garam konsumsi beryodium adalah maksimal 0,5%. Sampel A
memiliki kadar bagian yang tak larut sebesar 0,60%. Hal ini menunjukkan bahwa
sampel A memiliki hasil diatas syarat mutu SNI, sehingga perlu dilakukan perbaikan
kualitas dan dapat sesuai dengan syarat mutu yang telah ditentukan. Sedangkan untuk
sampel B memiliki kadar bagian yang tak terlarut sebesar 0,07% yang masih dapat
diterima sesuai dengan syarat mutu yang berlaku.
Lampiran 3
Analisis Serat Kasar
A. Acuan: SNI 01-2891-1992

B. Prinsip
Ekstraksi sampel dengan asam dan basa untuk memisahkan serat kasar dari
bahan lain

C. Bahan
a) Asam sulfat, H2SO4 1,25%
b) Natrium hidroksida, NaOH 3,25%
c) N-heksana
d) Kertas saring Whatman 54, 541 atau 41

D. Alat
a) Neraca analitik
b) Pendingin
c) Corong Buchner
d) Pompa vakum

E. Prosedur
a) Timbang seksama 2-4 g cuplikan. Bebaskan lemaknya dengan cara ekstraksi
soxlet atau dengan cara mengaduk tuangkan contoh dalam pelarut organik
sebanyak 3 kali. Keringkan sampel dan masukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL;
b) Tambahkan 50 mL larutan H2SO4 1,25%, kemudian didihkan selama 30 menit
dengan menggunakan tegak;
c) Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan didihkan lagi selama 30 menit;
d) Dalam keadaan panas, saring dengan corong buchner yang berisi kertas saring tak
berabu Whatman 54, 41 atau 541 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya
e) Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dengan H 2SO4 1,25%
panas, air panas dan n-heksana
f) Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan ke dalam krus yang telah diketahui
bobotnya, keringkan pada suhu 105 °C, dinginkan dan timbang sampai bobot
konstan.
g) Bila ternyata kadar serat kasar lebih besar dari 1% abukan kertas saring beserta
isinya, timbang sampai botol tetap.

F. Jenis Sampel : Es puter dan cookies anti diabet

G. Hasil Pengamatan
Berat kertas Berat kertas saring Berat
Sampel Berat sampel
saring setalah dioven endapan
89 1,0260 0,5471 0,6040 0,0569

59 1,0199 0,5660 0,5808 0,0148

H. Analisa Data
Persen serat kasar dapat dihitung dengan cara :
massa endapan
Serat kasar ( % )= X 100 %
massa sampel

Sampel 89
0,0569
Serat kasar ( % )= X 100 %
1,0260
Serat kasar ( % )=5,55 %

Sampel 59
0,0148
Serat kasar ( % )= X 100 %
1,0199
Serat kasar ( % )=1,45 %

I. Pembahasan
Menurut SNI 01-2891-1992 tentang syarat mutu makanan menyatakan bahwa
kadar serat kasar adalah maksimal 0,5%. Hasil pengamatan menunjukkan kadar serat
kasar dari contoh 89 dan contoh 59 adalah lebih dari 0,5%. Dengan demikian kadar
serat kasar contoh tersebut belum memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI).
Lampiran 4
Analisis Kadar Air Garam Konsumsi
A. Acuan: SNI 3556:2010

B. Prinsip
Kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam
suhu (105±2) °C

C. Bahan
a) Sampel garam konsumsi beryodium

D. Alat
a) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C;
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg;
c) Desikator yang berisi desikan; dan
d) Botol timbang.

E. Prosedur
a) Panaskan botol timbang beserta tutupnya dalam oven pada suhu (105 ± 2) °C
selama lebih kurang 1 jam dan dinginkan dalam desikator selama 20 menit sampai
dengan 30 menit , kemudian timbang dengan neraca analitik (W0);
b) Masukkan 5 g sampel ke dalam botol timbang, tutup dan timbang (W1);
c) Panaskan botol timbang yang berisi sampel tersebut dalam keadaan terbuka
dengan meletakkan tutup botol timbang di samping botol di dalam oven pada suhu
(105 ± 2) °C selama 3 jam;
d) Tutup botol timbang ketika masih di dalam oven, pindahkan segera ke dalam
desikator dan dinginkan selama 20 sampai dengan 30 menit kemudian timbang;
e) Lakukan pemanasan kembali selama 1 jam dan ulangi kembali perubahan berat
antara pemanasan selama 1 jam mempunyai interval ≤ 2 mg (W2);
f) Lakukan pekerjaan triplo; dan
g) Hitung kadar air dalam sampel.

F. Jenis Sampel : Garam konsumsi beryodium


G. Hasil Pengamatan

Sampel W0 W1 W2 W3
A 35,5054 40,5241 40,5141 40,5152
B 28,5179 33,5372 33,5280 33,5281
C 26,0899 31,1024 31,0938 31,0940

H. Analisa Data
Kadar air dapat dihitung dengan rumus :
W 1 −W 2
Kadar air= x 100 %
W 1−W 0
Keterangan :
W0 = Massa botol timbang dan tutupnya (g)
W1 = Massa botol timbang, tutup dan sampel sebelum dikeringkan (g)
W2 = Massa botol timbang, tutup dan sampel setelah dikeringkan (g)

Sampel A
40,5241−40,5141
Kadar air= x 100 %
40,5241−35,5054
Kadar air=0,20 %

Sampel B
33,5372−33,5280
Kadar air= x 100 %
33,5372−28,5179
Kadar air=0,18 %

Sampel C
31,1024−31,0938
Kadar air= x 100 %
31,1024−26,0899
Kadar air=0,17 %
I. Pembahasan
Menurut SNI 3556:2010 syarat mutu garam konsumsi beryodium memiliki
kadar air maksimal 7%. Hasil pengamatan menujukkan bahwa dari ketiga sampel,
memiliki kadar air kurang dari 7% sehingga masih dapat diterima hasilnya sesuai
SNI.
Lampiran 5
Analisis pH
A. Acuan: SNI 01-3554-2006

B. Prinsip
Metode pengukuran pH secara elektrometri berdasarkan pengukuran aktivitas
ion hidrogen dengan menggunakan metode pengukuran secara potensiometri dengan
elektrode gelas hidrogen sebagai standar primer dan elektrode kalomel atom perak
klorida sebagai pembanding.

C. Bahan
a) Larutan standar pH;
 Larutan buffer pH 4
 Larutan buffer pH 7
 Larutan buffer pH 9

D. Alat
a) pH meter;
b) elektrode gelas;
c) elektrode pembanding;
d) pengaduk magnetik;
e) gelas kimia 250 ml.

E. Prosedur
a) Kalibrasikan alat dengan larutan buffer setiap kali akan melakukan pengukuran;
b) Pengukuran contoh: celupkan elektroda yang telah dibersihkan dengan air suling
ke dalam contoh yang akan diukur pH-nya. Catat dan baca nilai pH.

F. Jenis Sampel : Air minum dalam kemasan (AMDK)


G. Hasil Pengamatan
Catatan analisa pH AMDK
No Pembacaan
Jenis Contoh
Analisa Simplo Duplo Rata-rata
96 Mineral 7,64 7,64 7,64
97 Mineral 7,54 7,56 7,55
98 Mineral 7,64 7,64 7,64
99 Mineral 7,11 7,10 7,11
01 Mineral 7,44 7,44 7,44
02 Mineral 7,08 7,06 7,07
25 Demineral 6,71 6,70 6,71
26 Demineral 6,17 6,15 6,16
27 Demineral 5,90 5,98 5,99

Kalibrasi pH meter
Pembacaan
Suhu Buffer pH
pH mV
4 4,00 120,8
20°C 7 7,00 -60,1
10 10,01 -211

H. Analisis Data
(mV pH 7−mV pH 4 )
Slope=
( pembacaan. pH pH 7− pembacaan . pH pH 4 )
(−60,1−120,8)
Slope=
(7,00−4,00)
( mV pH 7−m V pH 4 )
Slope=
( pembacaan . pH pH 7− pembacaan. pH pH 4 )
Slope=−60,3

Syarat Keberterimaan nilai slope mV : -58(±3)

Sumber : Instruction manual pH/Ion 510 Fisher Science Education

I. Pembahasan
Berdasarkan SNI 01-3553-2006 tentang persyaratan mutu air minum dalam
kemasan, pH dari air mineral adalah 6,0 - 8,5 sedangkan untuk air demineral adalah
5,0 - 7,5. Hasil pembacaan menunjukkan untuk semua sampel yang berupa air mineral
masih masuk ke dalam rentang syarat mutu sekitar 7,0 – 7,6. Untuk sampel air
demineral memiliki hasil pembacaan sekitar 5,9 -6,7 yang masih masuk ke dalam
rentang syarat mutu air minum dalam kemasan untuk air demineral.
Lampiran 6
Analisis Zat yang Terlarut (TDS)
A. Acuan : SNI 01-3554-2006

B. Prinsip
Sampel yang sudah diaduk sempurna, diuapkan, ditimbang dan dikeringkan sampai
bobot tetap dalam oven pada suhu 103°C - 105°C. Penambahan bobot pada pinggan
menunjukkan jumlah zat yang terlarut.

C. Bahan
a) Air minum dalam kemasan

D. Alat
a) Pinggan penguap dengan kapasitas 100 ml yang terbuat dari porselin;
b) Penangas air, terkalibrasi;
c) Desikator yang berisi silika gel, terkalibrasi;
d) Oven, terkalibrasi;
e) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg terkalibrasi;
f) Pengaduk magnetik, terkalibrasi;
g) Pipet 50 ml terkalibrasi.

E. Prosedur
a) Panaskan pinggan penguap pada suhu 103°C - 105°C selama 1 jam pada oven,
dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang sampai bobot tetap;
b) Pipet sebanyak 50 ml sampel yang telah diaduk dan disaring dengan kertas saring
berpori 0,45 µm, pindahkan ke dalam pinggan yang telah ditimbang terlebih
dahulu dan uapkan sampai kering di atas penangas atau di dalam oven pengering.
Bila menggunakan oven pengering turunkan suhu 2°C di bawah titik didih untuk
menghindari pemercikan;
c) Masukkan sampel yang telah dikeringkan ke dalam oven pada suhu 103°C -
105°C selama 1 jam, dinginkan pinggan dalam desikator dan selanjutnya
ditimbang. Ulangi pengerjaan tersebut sampai diperoleh bobot tetap atau
perubahan berat tidak lebih dari 4% berat sebelumnya atau 0,5 mg . Pengerjaan
duplo tidak lebih dari 5%.
F. Jenis Sampel : Air minum dalam kemasan (AMDK)

G. Hasil Pengamatan
Volume sampel = 50 ml
Sampe Berat awal Berat akhir Berat akhir - berat awal Rata-rata endapan
l (mg) (mg) (mg) (mg)
01 40468,8 40470,8 2
2,75
  49025,8 49029,3 3,5
02 44866,1 44871 4,9
5,95
  54604,5 54611,5 7
03 46695,4 46700,5 5,1
4,05
  52564,7 52567,7 3
04 53698,7 53711 12,3
9,75
  52455,5 52462,7 7,2
05 66641,3 66652,3 11
9,35
  39280,8 39288,5 7,7

H. Analisa Data
Zat terlarut dapat dihitung dengan rumus :
( A−B ) x 1000
Zat terlarut mg/ L=
V
Keterangan :
A = Berat sisa kering + pinggan (mg);
B = Berat pinggan kosong (mg);
V = Volume sampel (ml).

Sampel 01
2,75 x 1000
Zat terlarut mg/ L=
50
Zat terlarut mg/ L=55

Sampel 02
5,95 x 1000
Zat terlarut mg/ L=
V
Zat terlarut mg/ L=119
Sampel 03
4,05 x 1000
Zat terlarut mg/ L=
V
Zat terlarut mg/ L=¿ 81¿

Sampel 04
9,75 x 1000
Zat terlarut mg/ L=
V
Zat terlarut mg/ L=¿195 ¿

Sampel 05
9,35 x 1000
Zat terlarut mg/ L=
V
Zat terlarut mg/ L=187

I. Pembahasan
Syarat mutu zat terlarut air minum dalam kemasan sesuai dengan SNI 01-
3553-2006 adalah maksimal 500 mg/L untuk air mineral dan maksimal 10 mg/L
untuk air demineral. Berdasarkan hasil pembacaan semua sampel yang merupakan air
mineral masih dapat diterima dalam rentang syarat mutu zatyang terlarut pada air
minum dalam kemasan.
Lampiran 7
Analisis Kadar NaCl
A. Acuan: SNI 01-3556-2000

B. Prinsip
Mereaksikan seluruh ion Cl yang terdapat dalam sampel dengan ion Ag+ dari
larutan AgNO3 dengan indikator Kalium Kromat (K2CrO4), kemudian kadar NaCl
dihitung dari jumlah Cl.

C. Bahan
a) Larutan perak nitrat AgNO3 0,1 N
b) Indikator kalium kromat K2CrO4 5%
c) Sampel garam
d) Aquades

D. Alat
a) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg;
b) Buret, terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mL ;
c) Erlenmeyer 300 mL;
d) Gelas piala.

E. Prosedur
a) Timbang contoh uji ± 0.1 g, tambahkan air suling 100 mL, kemudian aduk hingga
homogen;
b) Tambahkan 3-5 tetes larutan K2CrO4;dan
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai terbentuk warna merah bata

F. Jenis Sampel : garam konsumsi beryodium


G. Hasil Pengamatan
Normalitas AgNO3 = 0,1092 N
Sampel Massa sampel (g) Massa sampel (mg) Volume AgNO3 (ml)
A 0,1053 105,3 16,3
B 0,107 107 16
C 0,1057 105,7 14,8
D 0,109 109 15,1

H. Analisa Data
Kadar NaCl dapat dihitung dengan rumus :
V x N x 58,5
Kadar NaCl= x 100 %
W

Keterangan :
V = Volume AgNO3 yang diperlukan pada penitaran (ml);
N = Normalitas AgNO3
W = Bobot cuplikan (mg)

Sampel A
16,3 x 0,1092 x 58,5
Kadar NaCl= x 100 %
105,3
Kadar NaCl=98,89 %

Sampel B
16,0 x 0,1092 x 58,5
Kadar NaCl= x 100 %
107,0
Kadar NaCl=95,52 %

Sampel C
14,8 x 0,1092 x 58,5
Kadar NaCl= x 100 %
105,7
Kadar NaCl=89,45 %
Sampel D
15,1 x 0,1092 x 58,5
Kadar NaCl= x 100 %
109
Kadar NaCl=88,50 %

I. Pembahasan
Syarat mutu kadar NaCl (Natrium klorida) dihitung dari jumlah klorida (Cl -)
untuk garam konsumsi beryodium menurut SNI 01-3556-2000 adalah minimal 94,7%
atas dasar bahan kering. Berdasarkan hasil perhitungan hanya sampel A dan B yang
memenuhi syarat mutu kadar NaCl sesuai SNI yaitu sebesar 98,89% dan 95,52%.
Sedangkan untuk sampel C dan D belum memenuhi syarat mutu, sehingga perlu
dilakukan evaluasi dalam pembuatannya.
Lampiran 8
Analisis Kadar Abu
A. Acuan : SNI 01-2891-1992

B. Prinsip
Pada proses pengabuan zat-zat organik diuraikan menjadi air dan CO 2, tetapi bahan
anorganik tidak.

C. Bahan
a) Sampel Stik kimpul

D. Alat
a) Cawan porselen atau platina
b) Tanur listrik
c) Neraca analitik

E. Prosedur
a) Timbang dengan seksama 2-3 g contoh ke dalam sebuah cawan porselen (atau
platina) yang telah diketahui bobotnya, untuk contoh cairan uapkan di atas
penangas air sampai kering.
b) Arangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu
maksimum 550°C sampai pengabuan sempurna (sekali-kali pintu tanur dibuka
sedikit, agar oksigen bisa masuk).
c) Dinginkan dalam eksikator, lalu timbang sampai bobot tetap.

F. Jenis Sampel : Stik kimpul


G. Hasil Pengamatan
Massa krus kosong Massa sampel+krus
Sampel Massa sampel (g)
(g) setelah diabukan (g)
A 3,0715 31,3360 31,3696
B 3,0127 34,2630 34,2973

H. Analisa Data
Kadar abu dapat dihitung dengan rumus :
W 1−W 2
Kadar abu= x 100 %
W
Keterangan :
W = Bobot contoh sebelum diabukan (gram)
W1 = Bobot contoh + cawan setelah diabukan (gram)
W2 = Bobot cawan kosong (gram)

Sampel A
31,3696−31,3360
Kadar abu= x 100 %
3,0715
Kadar abu=1,09 %

Sampel B
34,2973−34,2630
Kadar abu= x 100 %
3,0127
Kadar abu=1,14 %

I. Pembahasan
Sesuai SNI 01-2891-1992 syarat mutu kadar abu makanan adalah maksimal
sebesar 1,5%. Pada sampel A dan B kadar abu yang diperoleh sebesar 1,09% dan
1,14% yang mana masih masuk ke dalam rentang syarat mutu kadar abu makanan
sesuai dengan SNI.
Lampiran 9
Analisis Gula Sakarosa
Metode Luff Schoorl
A. Acuan : SNI 01-2892-1992

B. Prinsip
Sakarosa dihidrolisis menjadi gula pereduksi. Jumlah gula pereduksi
ditentukan dengan cara seperti pada penetapan kadar gula pereduksi. Hasil kali faktor
kimia dengan selisih kadar gula sesudah dan sebelum inversi menunjukkan kadar
sakarosa.

C. Bahan
a) HCl 25%
b) NaOH 50%
c) H2SO4 25%
d) KI 20%
e) Na2S2O3 0,1N
f) Larutan Luff
g) Indikator amilum
h) Indikator pp
i) Aquades

D. Alat
a) Neraca analitik
b) Labu ukur 100 ml dan 250 ml
c) Labu Erlenmeyer 300 ml
d) Buret 50 ml
e) Gelas piala 100 ml
f) Batu didih
g) Stopwatch
h) Pipet ukur 1 ml
i) Pipet volume 10 ml dan 50 ml
j) Pemanas listrik (hot plate)
k) Kertas saring Whatmann No.1
l) Penangas air
E. Prosedur
a) Timbang 2 gram sampel dalam beaker glass 100 ml, larutkan dengan aquades dan
aduk. Pindahkan ke labu ukur 250 ml. Tambahkan aquades sampai tanda tera.
b) Saring menggunakan kertas saring biasa.
c) Dari hasil saringan gula pereduksi/sebelum inversi tadi pipet 50 ml, masukkan ke
dalam labu ukur 100 ml.
d) Tambahkan 25 ml HCl 25%, pasang termometer dan lakukan hidrolisis di atas
penangas air. Apabila suhu mencapai 68-70°C suhu dipertahankan 10 menit tepat.
e) Angkat dan bilas termometer dengan air lalu dinginkan.
f) Tambahkan NaOH 40-50% sampai pH 7-8 (warna merah jambu) dengan indikator
fenolftalin. Tepatkan sampai tanda tera dengan air suling, kocok 12 kali.
g) Pipet 10 ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml.
h) Tambahkan 15 ml air suling dan 25 ml larutan Luff (dengan pipet) serta beberapa
butir batu didih.
i) Hubungankan dengan pendingin tegak dan panaskan di atas penangas listrik.
Usahakan dalam waktu 3 menit sudah harus mulai mendidih. Panaskan terus
sampai 10 menit (pakai stopwatch). Angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi
es (jangan digoyang).
j) Setelah dingin, tambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 ml H 2SO4 25% (hati-hati
terbentuk gas CO2)
k) Titar dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N (V1 ml) dengan larutan amilum 0,5%
sebagai indikator.
l) Lakukan juga penetapan blanko dengan 25 ml larutan Luff. Kerjakan seperti di
atas (V2 ml).

F. Jenis Sampel : Kecap

G. Hasil Pengamatan
Sampel Massa sampel (g) V Na2S2O3 (ml)
Blanko - 25,2
A 2,1013 15,0
B 2,1375 15,7
H. Analisa Data
Persen gula sakarosa dapat dihitung dengan rumus :
Nstandard
x=( Vblanko−Vsampel ) x
Nteori
y=mg glukosa pada tabel Luff +[selisih mgtabel Luff x ( x – mg sampel ) ]
y x fp
% gula sesudah inversi= x 100 %
W
% gula total ( sakarosa )=0,95 x % gula sesudah inversi

Keterangan :
V = Volume Na2S2O3 (ml)
N = N Na2S2O3 (N)
Fp = faktor pengenceran
W = bobot sampel (g)

Sampel A
0,101 N
x=( 25,2 ml−15,0 ml ) x =10,302
0,1 N

y=25,0+ ( 2,6 x 0,302 )=25,7852

25,7825 x 50
% gula sesudahinversi= x 100 %
2101,3
% gula sesudah inversi=61,36 %

% gula total ( sakarosa )=0,95 x 61,36 %


% gula total ( sakarosa )=58,29 %

Sampel B
0,101 N
x=( 25,2 ml−15,7 ml ) x =9,595
0,1 N

y=22,4+ ( 2,6 x 0,595 )=23,947


23,947 x 50
% gula sesudahinversi= x 100 %
2137,5
% gula sesudahinversi=56,02 %

% gula total ( sakarosa )=0,95 x 56,02 %


% gula total ( sakarosa )=53,22 %
I. Pembahasan
Berdasarkan SNI 01-3543-1999 tentang persyaratan mutu kecap kedelai, total
gula (dihitung sebagai sakarosa) adalah minimal 40% untuk kecap manis. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa sampel A dan B memenuhi syarat mutu kecap
kedelai sesuai SNI karena memiliki kadar gula total lebih dari 40% yaitu 58,29% dan
53,22%.
Lampiran 10
Analisis C-Organik
A. Acuan : SNI 19-7030-2004

B. Prinsip
Sampah organik domestik merupakan sampah yang berasal dari aktivitas pemukiman
antara lain sisa makanan, daun, buah-buahan dan sisa sayuran.

C. Bahan
a) Asam kromat 10 N
b) Asam Sulfat (H2SO4) 96% teknis/p.a
c) Aquadest
d) Asam orthophospat
e) Indikator feroin
f) Larutan FeSO4 0,2 N
g) Larutan standar K2Cr2O7

D. Alat
a) Neraca analitik
b) Labu ukur 100 ml
c) Pipet ukur 5 ml
d) Gelas ukur 100 ml
e) Pipet volume 10 ml
f) Erlenmeyer 100 ml
g) Buret
h) Statif dan klem

E. Prosedur
a) Timbang 0,1 g contoh halus, masukkan dalam labu ukur 100 ml
b) Tambahkan dengan tepat 2 ml asam kromat CrO 3 10 N dan 4 ml asam sulfat
(teknis/p.a) kocok dan biarkan dingin
c) Tambahkan aquadest ± 25 ml, kocok dan biarkan dingin
d) Impitkan hingga tanda batas dan kocok hingga homogen. Biarkan mengendap
selama 2 jam.
e) Pipet 10 ml larutan contoh jernih (endapan jangan terambil), masukkan ke dalam
erlenmeyer 100 ml
f) Tambahkan 1 ml asam orthophospat dan 4 tetes indikator feroin
g) Titrasi menggunakan larutan FeSO4 0,2 N hingga timbul warna merah bata. Catat
volume titrasi contoh (V contoh)
h) Lakukan pengerjaan blanko (V blanko)

F. Jenis Sampel : Pupuk kompos sapi

G. Hasil Pengamatan

Sampel Massa sampel Volume FeSO4


Blanko - 11,15 ml
28 0,1023 gram 8,9 ml
29 0,1013 gram 7,7 ml

H. Analisa Data
Persen C organik dapat dihitung dengan rumus :
( Vblanko−Vcontoh ) x N FeS O 4 x 3,596
C−organik ( % )=
Massa sampel ( gram )

Sampel 28
( 11,15−8,9 ) x 0,20055 x 3,596
C−organik ( % )=
0,1023
C−organik ( % )=15,86 %

Sampel 29

( 11,15−7,7 ) x 0,20055 x 3,596


C−organik ( % )=
0,1013

C−organik ( % )=24,56 %
I. Pembahasan
Sesuai SNI 02-4958-2006 syarat mutu kadar C organik dalam pupuk adalah
minimal sebesar 4,5%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel 28 dan 29
memenuhi syarat mutu pupuk karena sesuai dengan SNI yang berlaku dengan kadar C
organik lebih dari 4,5% yaitu 15,86% dan 24,56%.
Lampiran 11
Uji Angka Lempeng Total Pada Makanan
A. Acuan : SNI 3554:2015

B. Prinsip
Menginokulasi contoh atau hasil pengenceran contoh dengan volume terukur
pada cawan petri dan mencampurkan dengan media tertentu. Menginkubasi satu set
cawan pada suhu 36°C ± 2°C selama 44 jam ± 4 jam, dan set lainnya pada 22°C ±
2°C selama 68 jam ± 4 jam.
Menghitung jumlah koloni per mililiter (mL) contoh dari jumlah koloni yang
terbentuk pada media.

C. Bahan
a) Yeast Extract Agar (YEA)
b) Peptone Water

D. Alat
a) Cawan petri Ø 90-100 mm
b) Alat untuk sterilisasi dengan uap air (autoklaf)
c) Inkubator yang dapat mempertahankan suhu 36°C ± 2°C
d) Inkubator yang dapat mempertahankan suhu 22°C ± 2°C

E. Jenis Sampel : Air Minum Dalam Kemasan

F. Prosedur Kerja
1. ALT 36°C
a) Dipipet 1 mL sampel menggunakan mikropipet
b) Diencerkan dalam media PW dari 10-1 hingga pengenceran 10-3 atau sesuai dengan
yang diperlukan
c) Dipipet masing-masing 1 mL dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri
d) Dituangkan 15-20 mL media YEA ke dalam setiap cawan petri
e) Diinkubasi semua cawan petri dalam inkubator suhu 36°C ± 2°C selama 44 jam ±
4 jam
f) Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan setelah 44 jam ± 4 jam
2. ALT 22°C
a) Dipipet 1 mL sampel menggunakan mikropipet
b) Diencerkan dalam media PW dari 10-1 hingga pengenceran 10-3 atau sesuai dengan
yang diperlukan
c) Dipipet masing-masing 1 mL dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri
d) Dituangkan 15-20 mL media YEA ke dalam setiap cawan petri
e) Diinkubasi semua cawan petri dalam inkubator suhu 22°C ± 2°C selama 68 jam ±
4 jam.
f) Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan setelah 68 jam ± 4 jam.

G. Hasil Pengamatan
1. ALT 36°C

Jumlah koloni
Uraian Media Suhu Waktu
Simplo Duplo
0
1 ml pengenceran 10 Yeast Agar (44 ± 4) jam 0 1
(36 ± 2)°C
1 ml pengenceran 101 Yeast Agar (36 ± 2)°C (44 ± 4) jam 1 1
2
1 ml pengenceran 10 Yeast Agar (36 ± 2)°C (44 ± 4) jam 1 1
3
1 ml pengenceran 10 Yeast Agar (36 ± 2)°C (44 ± 4) jam 1 1
Kontrol Yeast Agar (36 ± 2)°C (44 ± 4) jam 0 -

2. ALT 22°C
Jumlah koloni
Uraian Media Suhu Waktu
Simplo Duplo
-0
1 ml pengenceran 10 Yeast Agar (68 ± 4) jam 0 0
(22 ± 2)°C
1 ml pengenceran 10-1 Yeast Agar (22 ± 2)°C (68 ± 4) jam 3 2
-2
1 ml pengenceran 10 Yeast Agar (22 ± 2)°C (68 ± 4) jam 0 1
-3
1 ml pengenceran 10 Yeast Agar (22 ± 2)°C (68 ± 4) jam 0 0
Kontrol Yeast Agar (22 ± 2)°C (68 ± 4) jam 0 -

H. Analisis Data
Koloni dari masing-masing pengenceran dapat dihitung dengan cara :
ƩC
ALT =
[ ( 1 x n 1 )+ ( 0,1 x n 2 ) x d ]

Keterangan :
C adalah jumlah koloni dari tiap tiap petri
n1 adalah jumlah petri dari pengenceran pertama yang dihitung
n2 adalah jumlah petri dari pengenceran kedua
d adalah pengenceran pertama yang dihitung

ALT 36°C
1+1
ALT = 0
[ ( 1 x 2 )+ ( 0,1 x 2 ) x 10 ]
ALT =0,91=1 koloni per gram

ALT 22°C
3+2+1
ALT = −1
[ ( 1 x 2 )+ ( 0,1 x 2 ) x 10 ]
ALT =2,97=3 koloni per gram

I. Pembahasan
Berdasarkan SNI 01-3553-2006 tentang persyaratan mutu air minum dalam
kemasan, angka lempeng total dari air mineral dan air demineral adalah maksimal 1,0
x 10-5 koloni per gram. Hasil pembacaan menunjukkan untuk semua sampel yang
berupa air mineral masih masuk ke dalam rentang syarat mutu yaitu 1 koloni per gram
dan 3 koloni per gram.
Lampiran 12
Uji Salmonella Pada Makanan Minuman
A. Acuan: SNI 2973:2011

B. Prinsip
Contoh yang diuji ditumbuhkan terlebih dahulu pada media pengkayaan dan
kemudian ditumbuhkan pada media selektif. Selanjutnya contoh dideteksi dengan
menumbuhkannya pada media agar selektif. Koloni-koloni yang diduga Salmonella
sp. pada media selektif kemudian diisolasi dan dilanjutkan dengan konfirmasi melalui
uji biokimia dan uji serologi untuk meyakinkan ada atau tidaknya bakteri Salmonella
sp.

C. Peralatan
a) Inkubator terkalibrasi (35±2) °C
b) Otoklaf terkalibrasi
c) Bent glass atau batang penyebar plastik steril
d) Cawan petri steril, 15 x 100 mm, kaca atau plastik
e) Pipet steril, 1 mL dengan ketelitian o,o1 mL; dan pipet steril 10 dan 5 mL
terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mL
f) Jarum ose (diameter ± 3 mm), nichrome, platinum-iridium chromel wire atau
plastik steril
g) Tabung reaksi atau tabung kultur steril, 10 x 150 mm dan 20 x 150 mm
h) Rak tabung reaksi atau rak tabung kultur
i) Erlenmeyer 100 ml

D. Perbenihan dan pereaksi


a) Hektoen enteric agar (HEA)
b) TBG broth
c) Buffered Pepton Water

E. Jenis Sampel : Garam Konsumsi Beryodium

F. Prosedur Kerja
1. Homogenisasi contoh dan pra-pengkayaan
a) Ditimbang 5,5 gr sampel dalam erlenmeyer 100 mL
b) Ditambahkan 50 ml BPW kemudian dihomogenkan
c) Diinkubasi sampel dalam inkubator terkalibrasi (35±2) °C selama 18±2 jam

2. Pengkayaan (enrichment)
a) Dipipet 1 mL hasil pra-pengkayaan ke dalam erlenmeyer 100 mL
b) Ditambahkan 10 mL media TBG broth
c) Diinkubasi sampel dalam inkubator terkalibrasi (35±2) °C selama 24±2 jam

3. Penanaman pada pembenihan pilihan/selektif


a) Kocok contoh yang telah diinkubasi dan dengan menggunakan jarum ose,
goreskan sepanjang 3 mm biakan pengkayaan TBG broth ke dalam cawan
petri yang berisi media HEA
b) Diinkubasi sampel dalam inkubator terkalibrasi (35±2) °C selama 24±2 jam
c) Diamati kemungkinan adanya koloni Salmonella sp.

G. Hasil Pengamatan

H. Pembahasan
Berdasarkan SNI 2973:2011 tentang persyaratan mutu biskuit, kandungan
salmonella sp. pada biskuit haruslah negatif/25g . Hasil pembacaan menunjukkan
untuk semua sampel negatif terhadap salmonella sp. sesuai dengan syarat mutu yang
dituliskan dalam SNI.
Lampiran 13
Uji Angka Kapang/Khamir Pada Makanan dan Minuman
A. Acuan: SNI 3751:2009

B. Prinsip
Pertumbuhan kapang dalam media yang sesuai, setelah diinkubasi pada suhu
(25±1) °C selama 5 hari.

C. Peralatan
a) Cawan petri (100 x 15 mm)
b) Pipet ukur 1 mL dan 10 mL
c) Penangas air (45±1) °C
d) Lemari pengeraman 25°C atau suhu kamar
e) Alat penghitung koloni

D. Perbenihan dan pengencer


a) Peptone dilution fluid atau pepton water
b) PDA (Potato Dextrose Agar) atau pembenihan yang lainnya

E. Cara Kerja
a) Timbang 5,5 g contoh, masukkan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi 50 mL
larutan pengencer PW hingga diperoleh pengenceran 1:10. Kocok campuran
beberapa kali hingga homogen. Pengenceran dilakukan sampai tingkat
pengenceran tertentu sesuai kepentingan.
b) Pipet 1 mL dari masing-masing pengenceran 101 – 103 ke dalam cawan petri steril
secara duplo. Tuangkan PDA yang telah dicairkan atau perbenihan lainnya (suhu
45±1)°C sebanyak 15 mL sampai dengan 20 mL ke dalam cawan petri dan
goyangkan cawan petri sedemikian rupa sehingga campuran tersebar merata.
c) Setelah pembenihan membeku, inkubasi pada suhu (25±1)°C selama 5 hari (tanpa
dibalik)
d) Hitung koloni kapang (dapat dilakukan mulai hari ke tiga sampai ke lima)
e) Laporkan atau catat hasil sebagai jumlah kapang per g contoh.
F. Jenis Sampel : Teh daun kelor
G. Hasil Pengamatan

H. Analisis Data
Hitung semua koloni dalam cawan petri dengan mengunakan alat penghitung
koloni. Hitung rata-rata jumlah koloni dan kalikan dengan faktor pengenceran.
Nyatakan hasilnya sebagai jumlah kapang per g.

Keterangan :
1) Koloni kapang biasanya buram dan berbulu
2) Koloni khamir berwarna putih dan licin (berbau asam)
3) Tegaskan koloni dengan pemeriksaan di bawah mikroskop sehingga yakin koloni
terseut adalah kapang

Jumlah koloni
Pengenceran
Simplo Duplo
10-1 5 16
10-2 4 3
10-3 1 1
5+16+ 4+ 3+1+1
KK = −1
[ ( 1 x 2 ) + ( 0,1 x 2 ) x 10 ]
KK =1,48 x 101 kapang per gram

I. Pembahasan
Berdasarkan SNI 3751:2009 tentang persyaratan mutu tepung terigu sebagai bahan
makanan, kandungan kapang pada tepung terigu maksimal 1x104 koloni per gram .
Hasil pembacaan menunjukkan untuk sampel tersebut memenuhi syarat mutu yang
dituliskan dalam SNI karena mengandung kurang dari 1x104 koloni per gram kapang.
Lampiran 14
Uji Clostridium perferingens
A. Acuan: SNI 01-2897-1992

B. Prinsip
Pertumbuhan clostridium perferingens yang dapat mereduksi sulfit pada media
selektif yang dicirikan oleh terbentuknya koloni berwarna hitam dan yang dilanjutkan
dengan uji penegasan.

C. Peralatan
a) Cawan petri (15 x 100 mm)
b) Tabung kimia
c) Anaerobic jar (sungkup anaerob)
d) Inkubator (lemari pengeram) 36±1 °C
e) Penangas air 45±1 °C
f) Alat hitung koloni

D. Perbenihan dan pereaksi


a) Peptone water
b) Sulphite Polymyxin Sulphadiazin Agar (SPS Agar)

E. Cara Kerja
a) Timbang 5,5 g contoh, masukkan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi 50 mL
larutan pengencer PW hingga diperoleh pengenceran 1:10. Kocok campuran
beberapa kali hingga homogen. Pengenceran dilakukan sampai tingkat
pengenceran tertentu sesuai kepentingan.
b) Pipet 1,0 mL dari setiap pengenceran contoh tersebut pada cawan petri secara
duplo
c) Tuangkan sebanyak 15-20 mL SPS Agar yang telah dicairkan
d) Campurkan perbenihan dan contoh hingga serba sama dan biarkan hingga
membeku
e) Masukkan cawan-cawan petri dengan posisi terbalik dalam anaerobic jar suasana
anaerob.
f) Inkubasikan anaerobic jar pada 36±1 °C selama 24 jam
g) Pilih cawan petri yang mengandung 25-250 koloni yang berwarna hitam dan
hitung jumlah koloni clostridia per gram contoh.
F. Jenis Sampel : Air minum dalam kemasan

G. Hasil Pengamatan

H. Pembahasan
Berdasarkan SNI 7388:2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam
pangan, kandungan clostridium perferingens pada minuman haruslah negatif/100 ml .
Hasil pembacaan menunjukkan untuk semua sampel negatif terhadap clostridium
perferingens sesuai dengan syarat mutu yang dituliskan dalam SNI.
Lampiran 15
Uji Bagian yang Tidak Larut dalam Air
A. Acuan: SNI 3556:2010

B. Prinsip
Bagian yang tak larut dalam air dihitung berdasarkan bobot bahan yang tersisa
pada kertas saring setelah dipanaskan pada suhu (105±2°C).

C. Peralatan
a) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1°C;
b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg;
c) Desikator yang berisikan desikan;
d) Gelas piala;
e) Gelas ukur;
f) Cawan petri; dan
g) Kertas saring bebas abu, Whattman 40.

D. Cara kerja
a) Timbang 2 g contoh (W0), masukkan ke dalam gelas piala 400 mL;
b) Tambahkan 200 mL air panas, aduk hingga larut sempurna dan dinginkan;
c) Keringkan kertas saring berikut cawan petri dalam oven pada suhu (105±2°C)
selama 2 jam dinginkan dan timbang (W2);
d) Saring larutan garam yang telah dingin dan bilas kertas saring dengan air panas
hingga larutan berwarna bening (bebas klor); dan
e) Keringkan kertas saribg berikut cawan petri dalam oven pada suhu (105±2°C)
selama 2 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang hingga bobot tetap (W1)

E. Jenis sampel: Garam Konsumsi


F. Data Pengamatan
Kode Sampel W1 (gram) W2 (gram) W0 (gram)
A 33,2925 33,2844 2,0510
B 32,7081 32,7060 2,0320
C.1 43,5908 43,5877 2,0329
C.2 43,1282 43,1246 2,0351

G. Analisa Perhitungan
W 1−W 2
x 100 %
W0
Keterangan:
W0 adalah berat sampel, (gr)
W1 adalah berat cawan petri + kertas saring + bagian yang larut dalam air (gr)
W0 adalah berat cawan petri kosong + kertas saring (gr)

1. Sampel A
Bagian yang tak larut air
W 1−W 2
¿ x 100 %
W0
33,2925 gr−33,2844 gr
¿ x 100 %
2,0510 gr
¿ 0,395 %

2. Sampel B
Bagian yang tak larut air
W 1−W 2
¿ x 100 %
W0
32,7081 gr−32,7060 gr
¿ x 100 %
2,0320 gr
¿ 0,103 %

3. Sampel C.1
Bagian yang tak larut air
W 1−W 2
¿ x 100 %
W0
43,5908 gr −43,5877 gr
¿ x 100 %
2,0329 gr
¿ 0,153 %

4. Sampel C.2
Bagian yang tak larut air
W 1−W 2
¿ x 100 %
W0
43,1282 gr −43,1246 gr
¿ x 100 %
2,0351 gr
¿ 0,176 %

Interpretasi
Berdasarkan hasil analisa akurasi pada analisa sampel garam konsumsi dapat disimpulkan
bahwa bagian yang tak larut dalam air kurang dari 5% maka analisa memenuhi standar
SNI 3556:2010.
Lampiran 16
Uji P2O5
A. Acuan: SNI 2803:2010

B. Prinsip
Kadar P2O5 dibentukkan secara kolometri, ortofosfat yang terlarut direaksikan
dengan ammonium molibvanadat membentuk senyawa kompleks molibvanadat asam
fosfat yang berwarna kuning.

C. Pereaksi
a) Pereaksi molibvanadat
Larutkan 40 g ammonium molibdat tetrahidrat, (NH 4)Mo7O24.24 H2O dalam 400
mL air suling panas, kemudian dinginkan. Larutkan 2 gr ammonium dalam 250
mL air suling panas, dinginkan lalu tambahkan 450 mL HClO4 70%. Tambahkan
larutkan ammonium molibdat sedikit ke dalam larutan ammonium metavanadat
sambil diaduk dan encerkan hingga 2L dengan air suling.
b) Larutan standar fosfat
Keringkan KH2PO4 murni (52,15% P2O5) selama 2 jam pada 105°C. Siapkam
larutan yang mengandung 0,4-1,0mg P2O5/mL dengan interval 0,1 mg dengan
casa menimbang 0,0767; 0,0959; 0,1151; 0,1342; 0,1534; 00,1726 dan 0,1918 g
KH2PO4 dan encerkan masing-masing hingga 100 mL dengan air suling. Siapkan
larutan yang baru yang mengandung 0,4 dan 0,7 mg P2O5/mL setiap minggu.
c) HNO3 p.a;

D. Peralatan
a) Neraca analitis
b) Pengering listrik
c) Lumpang porselin penghalus contoh
d) Labu ukur 100 mL, 500 mL, 2 L.
e) Corong 7 cm
f) Kertas saring whatman 41
g) Erlenmeyer 500 mL
h) Pipet volumetrik 5 mL, 10 mL, 15 mL dan 50 mL
i) Pipet ukur 5 mL
j) Gelas piala
k) Spektrofotometer

E. Persiapan larutan contoh


a) Timbang dengan teliti 1 gr contoh yang halus, masukkan ke dalam gelas piala 250
mL;
b) Tambahkan dengan 20-30 mL HNO3 p.a;
c) Dididhkan perlahan-lahan selama 30-45 menit untuk mengoksidasi bahan yang
mudah teroksidasi, dinginkan;
d) Tambahkan 50 mL air suling dan didihkan beberapa menit,dinginkan
e) Pindahkan dalam labu ukur 500 mL dan tepatkan dengan air suling sampai tanda
tera dan homogenkan;
f) Disaring dengan kertas saring Whattman no.41
g) Tampung ke dalam erlenmeyer

F. Prosedur
a) Pipet 5 mL larutan contoh dan masingmasing larutan standar fosfat ke dalam
labu ukur 100 mL
b) Tambahkan 45 mL air suling, diamkakan selama 5 menit
c) Tambahkan 20 mL pereaksi molibvanadat dan encerkan dengan air suling hingga
tanda tera dan kocok
d) Biarkan pengembangan warna selama 10 menit
e) Lakukan pengerjaan larutan blanko
f) Optimasi spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm
g) Baca absorbansi larutan contoh dan standar pada spektrofotometer
h) Buat kurva standar
i) Hitung kadar P2O5 dalam contoh

G. Jenis sampel : Pupuk NPK Padat


H. Analisis Perhitungan
Pengukuran deret standart P2O5
Konsentrasi Absorbansi
0,50 0,2002
1,00 0,3929
1,50 0,5885
2,00 0,7837
4,00 1,5422
5,00 1,9253
6,00 2,3037

Dari pengukuran deret standart diperoleh kurva

Kurva Kalibrasi P2O5


2.5
f(x) = 0.38 x + 0.01
2 R² = 1

1.5
Absorbansi

Absorbansi
1 Linear (Absorbansi)

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi

Dari kurva diperoleh persamaan


y=0,3816 x +0,01389
Persamaan diatas digunakan untuk menghitung konsentrasi P2O5 yang
dilambangkan dengan x .
y=0,3816 x +0,01389
[ y−0,01389 ]
x=
0,3816
[ y −0,01389 ]
sehinggaC atau x=
0,3816

I. Data Pengamatan
Data absorbansi sampel menggunakan spektrofotometer
Sampel Absorbansi Konsentrasi
A 0,2860 0,7119
B 0,3228 0,8084
C 0,3025 0,7553
D.1 0,6678 1,7110
D.2 0,6723 1,7228
Standar 0,7759 1,9940
Spike (Std + C) 1,0719 2,7685

CXP
P2O5 (%) = W
x 100 %

Keterangan
C = konsentrasi P2O5 dari pembacaan spektrofotometer
P = faktor pengenceran
W = berat sampel (mg)

Nilai P2O5%
1. Sampel A 2. Sampel B
CXP CXP
P2O5% = x 100 % P2O5% = x 100 %
W W
0,7119 X 4 0,8084 X 4
= x 100 % = x 100 %
1017,5 1085,1
= 0,28 % = 0,29 %
3. Sampel C 4. Sampel D.1
CXP CXP
P2O5% = x 100 % P2O5% = x 100 %
W W
0,7553 X 20 1,7110 X 20
= x 100 % = x 100 %
1055,1 1085,1
= 3,15 %
= 1,43 %

5. Sampel D.2
CXP
P2O5% = x 100 %
W
1,7228 X 20
= x 100 %
1073
= 3,21 %

Pengendalian Mutu
( hasil terbesar−hasil terkecil)
a. RPD %= x 100 %
rata−rata
(3,21−3,15)
RPD %= x 100 %
3,18
RPD %=1,88 % .
syarat % RPD untuk uji P2O5 adalah 0-10%

C spike−C sampel
b. R Spike % = x 100 %
C standar P2 O 5
2,7685−0,7553
R Spike % = x 100 %
2
R Spike %=100,66 % .
syarat % R Spike untuk uji P2O5 adalah 85% ≤ R Spike ≤ 115%

Interpretasi
o Berdasarkan SNI 2803:2010 %RPD pada uji P2O5 maksimal sebesar 10% maka, dapat
disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan sangat presisi.
o Berdasarkan SNI 2803:2010 %RSpike pada uji P2O5 maksimal sebesar 85%
≤ R Spike ≤ 115% maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan
cukup akurasi.
Lampiran 17

Uji Protein dan Nitrogen


A. Acuan: SNI-0-2981-1992

B. Prinsip
Senyawa nitrogen diubah menjadi ammonium sulfat oleh H2SO4 pekat. Ammonium
sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Ammonia yang dibebaskan diikat
dengan asam borat dan kemudian dengan larutan baku asam.

C. Bahan
a) Campuran selen
Campuran 2,5 g serbuk SeO2, 100 g K2SO4. Dan 20 g CuSO4 . 5 H2O
b) Indicator campuran
Siapkan larutan bromocresol green 0,1% dan larutan merah metil 0,1% dalam
alcohol 95% secara terpisah. Campur 10 mL bromocresol green dengan 2 mL
erah metil.
c) Larutan asam borat H3BO3 2%
Larutkan 10 g H3BO3 dalam 500 mL air suling. Setelah dingin pindahkan
kedalamm botol berutup gelas. Campur 500 mL asam borat dengan 5 mL
indicator.
d) Larutan asam klorida, HCl 0,01 N
e) Larutan natrium hidroksida, NaOH 30%
Larutkan 150 g natrium hidroksida kedalam 350 mL air, simpan dalam botol
bertutup karet.

D. Alat
a) Labu kjeldhal 100 mL
b) Alat penyulingan dan kelengkapannya
c) Pemanas listrik/pembakar
d) Neraca analitk

E. Prosedur
a) Timbang seksama 0,51 g cuplikan, masukkan kedalam labu kjeldahl 100 mL.
b) Tambahkan 2 g campura selen dan 25 ml H2SO4 pekat.
c) Panaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan latutan
menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam)
d) Biarkan dingin kemudian encerkan dan masukkan kedalam labu ukur 100 mL,
tepatkan sampai tanda garis
e) Pipet 5 mL larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 mL
NaOH 30% dan beberapa tetes indicator PP
f) Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10 mL
larutan asam borat 25% yang telah dicampur indicator.
g) Bilasi ujung pendingin dengan air suling
h) Titar dengan larutan HCl 0,01 N
i) Kerjakan penetapan blanko

F. Jenis sampel : Susu Bubuk

G. Data Pengamatan
Sampel Massa Sampel Volume HCl 0,01N
Blanko - 0,42 mL
A.1 0,5061 gr 4,78 mL
A.2 0,5073 gr 4,82 mL

( V 1−V 2 ) × N ×0,014 × f . k × fp
Kadar Protein =
W
Keterangan
V 1 = volume HCl 0,01 N pada sampel hasil titrasi
V 2 = volume HCl 0,01 N pada blanko hasil titrasi
N = Normalitas HCl 0,01 N
f.k = faktor konversi untuk protein pada susu secara umum 6,25
f.p = faktor pengenceran

Kadar Protein
Sampel A.1
( 4,78−0,42 ) × 0,01095× 0,014 × 6,25× 20
Kadar Protein = x 100%
0,5061
Kadar Protein = 16,508 %
Sampel A.2
( 4,82−0,42 ) × 0,01095× 0,014 ×6,25 ×20
Kadar Protein = x 100%
0,5073
Kadar Protein = 16,620 %

Jika dilihat dari standard menggunakan CV < CVH


Rumus :

 CV = |S−D
S+ D |
x 100 √ 2

 CVH = 2(1−( 0,5 log ( C ) ))

1. CV = |16,620−16,508
16,620+16,508 |
x 100 √ 2 = 0,4781

2. CVH = 2(1−( 0,5log ( 0,33128 ))) = 2,36182

o Berdasarkan hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa analisa sampel A memenuhi
CV < CVH sesuai dengan SNI-0-2981-1992.
o Berdasarkan peraturan BPOM nomor 21 tahun 2016 tentang kategori pangan, kadar
protein susu bubuk tidak kurang dari 32%. Sehingga, dapat disimpulkan sampel yang
diuji masih belum memenuhi standar kadar protein yang ditetapkan BPOM.
Lampiran 18

Analisis COD
A. Acuan: SNI 6898.2 : 2009

B. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam air
dan air limbah dengan reduksi Cr2O72- dengan refluks tertutup secara spektrofotometri.
Pada kisaran nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L (konsentrasi tinggi)
pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 600 nm dan nilai COD lebih kecil
atau sama dengan 90 mg/L (konsentrasi rendah) pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang 420 nm.

C. Prinsip
Senyawa organik dalam sampel dioksidasi oleh Cr 2O72- dalam refluks tertutup
menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen
oksigen (mg O2/L) dan diukur secara spektrofotometri. Cr2O72- kuat mengabsorpsi
pada panjang gelombang 420 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 600 nm.

D. Bahan
a) Air bebas mineral;
b) Digestion solution(larutan A)pada kisaran konsentrasi tinggi.
Tambahkan 10,216 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 1050C selama 2
jam ke dalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g
HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
c) Digestion solution (larutan A)pada kisaran konsentrasi rendah.
Tambahkan 1,022 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 1050C selama 2
jam kedalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g
HgSO4. Larutkan, dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
d) Larutan pereaksi asam sulfat (larutan B)
Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 mL H2SO4 pekat.
Aduk hingga larut (gunakan magnetic stirer untuk mempercepat proses pelarutan)
e) Asam sulfamat (NH2SO3H).
Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk
setiap mg NO2-N dalam sampel.
f) Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK, KHP)
Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 1100C.
Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1000 mL.
Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4 0C ± 20C
dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada pertumbuhan mikroba.
Sebaiknya larutan ini dipersiapkan setiap 1 minggu.

E. Alat
a) spektrofotometer beserta kuvetnya;
b) Digesstion vessel / test tube;
c) Pemanas (COD reactor)
d) Pipet volume 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0 mL; dan 25 mL;
e) Pipet ukur 5 mL atau 10 mL
f) Labu ukur 50 mL; 100 mL; 250 mL; dan 1000 mL;
g) Gelas piala;
h) Neraca analitik dan timbangan kasar;
i) Magnetic stirer;
j) Oven

F. Persiapan Pengujian
F.1 Pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
H2SO4 pekat sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam pendingin
pada temperatur 4°C ± 2°C dengan waktu simpan maksimum yang
direkomendasikan 7 hari.
F.2 Pembuatan deret larutan kerja amonia
Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 blanko dan minimal
3 kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang
pengukuran.
G. Langkah Uji
G.1 Proses digesstion
1. Pipet sebanyak 1,5 mL digesstion solution (larutan A) sesuai dengan
kisaran konsentrasi pada digestion vessel/test tube.
2. Kemudian ditambahkan 3,5 mL larutan pereaksi asam sulfat (Larutan B)
3. Kemudian pipet sebanyak 2,5 mL sampel atau larutan kerja dan
masukkan ke dalam digestion vessel/test tube yang telah berisi digesstion
solution dan pereaksi asam sulfat. Lakukan kontrol blanko dengan
menggunakan air bebas mineral organik.
4. Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen.
5. Letakkan tabung pada pemanas (COD reactor) yang telah dipanaskan
pada suhu 150°C, lakukan refluks selama 2 jam.

G.2 Pembuatan kurva kalibrasi


a) hidupkan alat dan optimalkan alat uji spektrofotometer sesuai petunjuk
penggunaan alat untuk pengujian COD. Atur panjang gelombang 420 nm untuk
pembacaan kisaran konsentrasi rendah dan 600 nm untuk pembacaan kisaran
konsentrasi tinggi.
b) ukur serapan masing-masing larutan kerja pada panjang gelombang yang sesuai
dan catat hasil pembacaan serapannya.
c) buat kurva kalibrasi dari data pembacaan masing-masing larutan kerja dan
tentukan koefisien regresi (r) dan persamaan garis lurusnya.
d) jika koefisien korelasi regreasi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi
langkah pada butir G.2.a sampai dengan c hingga diperoleh nilai koefisien r
≥0,995.

H. Jenis Sampel: Air Limbah Industri


I. Data Hasil Pengamatan
• Metode Rendah
Rumus menghitung COD dengan metode rendah
konsentr
Absorba
No asi
nsi
(mg/L)
1 0 0.0000
2 10 -0,0410
3 20 -0,0680
4 30 -0,0940
5 40 -0,1210
6 50 -0,1410
7 60 -0,1610
8 70 -0,1920
9 90 -0,2310

Absorbansi
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
f(x) = − 0 x − 0.01
R² = 0.99
-0.05

Absorbansi
-0.1 Linear (Absorbansi)

-0.15

-0.2

-0.25

dari pengukuran deret standart diperoleh persamaan sebagai berikut :


y=−0,0025 x −0,0136
Sehingga
[ y+ 0,0136 ]
x=
−0,0025

Keterangan x = konsentrasi
y = absorbansi
Data Hasil Pengamatan COD Metode Rendah
No.sampel Absorbansi
Blanko 0,001
Std -0,1683
F -0,1286
G.1 -0,0846
G.2 -0,0846
H -0,0440
I -0,1065
J -0,0565

Nilai COD (mg/L)


Blanko Sampel G.2
[ y+ 0,0136 ] [ y+ 0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
[ 0,001+ 0,0136 ] [ −0,0846+0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
x=−5,84 mg/L x=28,4 mg /L

Standart Sampel H
[ y+ 0,0136 ] [ y+ 0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
[ −0,1683+0,0136 ] [ −0,0440+0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
x=61,88 mg/ L x=12,16 mg/ L

Sampel F Sampel I
[ y+ 0,0136 ] [ y+ 0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
[ −0,1286+0,0136 ] [ −0,1065+0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
x=46 mg/L x=37,16 mg/ L

Sampel G.1 Sampel J


[ y+ 0,0136 ] [ y+ 0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
[ −0,0846+0,0136 ] [ −0,0565+0,0136 ]
x= x=
−0,0025 −0,0025
x=28,4 mg/L x=17,16 mg/ L

Pengendalian Mutu
( hasil terbesar−hasil terkecil)
a. RPD %= x 100 %
rata−rata
(28,4−28,4 )
RPD %= x 100 %
28,4
RPD %=0 % .
syarat % RPD untuk uji COD adalah 0-10%

A
b. R % = x 100 %
B
30
R%= x 100 %
61,88
R %=48,5 % .
syarat % R untuk uji COD adalah 85% ≤ R Spike ≤ 115%

Interpretasi
o Berdasarkan SNI 6898.2 : 2009 %RPD pada uji COD metode rendah maksimal
sebesar 10% maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan sangat
presisi.
o Berdasarkan SNI 6898.2 : 2009 %R pada uji COD metode rendah maksimal sebesar
85% ≤ R Spike ≤ 115% maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji COD
metode rendah yang dilakukan tidak akurasi.
o Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia No 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk uji COD adalah 100 mg/L. Sehingga, sampel
yang diuji masih belum melewati ambang batas yang ditetapkan pemerintah.
Lampiran 19
Analisis Krom Heksavalen (Cr6+) secara Spektrofotometri
A. Acuan: SNI 6989.71.2009

B. Prinsip
Ion krom heksavalen bereaksi dengan difenilkarbazida dalam asam membentuk
senyawa kompleks berwarna merah-ungu yang menyerap cahaya tampak pada
panjang gelombang 540 nm. Serapannya yang diukur pada panjang gelombang
tersebut sebanding dengan kadar ion krom heksavalen.

C. Peralatan
a) Spektrofotometer sinar tampak;
b) pH meter;
c) labu ukur tertutup asah atau teflon 100,0 mL;
d) gelas piala 100 mL dan 250 mL;
e) gelas ukur 100 mL;
f) pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0 mL; 20,0 mL; dan 50,0 mL;
g) pipet ukur 10,0 mL;
h) botol gelas 200 mL;
i) seperangkat alat vakum;
j) saringan membran dengan ukuran pori 0,45 mikrometer;
k) timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 gram;
l) labu semprot;
m) desikator; dan
n) oven.

D. Bahan
a) Air bebas mineral;
b) Serbuk kalium dikromat (K2CrO7);
c) Asam sulfat (H2SO4) 0,2 N;
Larutkan 2,8 mL H2SO4 pekat p.a (36 N) ke dalam 500 mL air bebas mineral
dalam gelas piala.
d) Asam orto fosfat (H3PO4) pekat p.a;
e) Larutan difenilkarbazida (C13H14N4O, CAS No.140-22-7).
Larutkan 250 mg difenilkarbazida (1,5-difenilkarbazida) kedalama 50 mL aseton.
Simpan dalam botol gelas ember.

E. Prosedur Kerja
a) Pipet sejumlah volume (V) contoh uji dan masukkan kedalam gelas piala 100mL
b) tambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 , atur hingga pH 2,0 dengan penambahan
asam sulfat 0,2N;
c) pindahkan larutan contoh uji kedalam labu ukur 100,0 mL, tepatkan hingga tanda
tera dengan air bebas mineral; kemudian tambahkan 2,0 mL larutan
difenilkarbazida, kocok dan diamkan 5 hingga 10 menit;
d) ukur serapannya pada panjang gelombang 540 nm;
e) catat hasil pengukuran.

F. Jenis Sampel: air limbah industri

G. Data Pengamatan
Data absorbansi menggunakan spektrofotometer
No sampel Absorbansi
Blanko 0,001
Larutan Standar 0,015
Outlet 1 0,004
Outlet 2 0,004
Outlet sp 0,036

H. Analisis Perhitungan :
Pengukuran deret standart Cr6+
Konsentrasi Absorbansi
0,0017 0,002
0,0017 0,002
0,0017 0,001
0,0037 0,003
0,0037 0,004
0,0037 0,005
0,0033 0,003
0,0033 0,004
0,0033 0,005
0,0043 0,004
0,0043 0,005
0,0043 0,004
0,0100 0,010
0,0100 0,009
0,0100 0,009
0,0402 0,039
0,0402 0,042
0,0402 0,041
0,0804 0,084
0,0804 0,086
0,0804 0,086
0,1004 0,107
0,1004 0,107
0,1004 0,109
0,1506 0,162
0,1506 0,162
0,1506 0,161
0,2009 0,213
0,2009 0,212
0,2009 0,212
0,3013 0,316
0,3013 0,316
0,3013 0,316
0,4017 0,422
0,4017 0,421
0,4017 0,423
0,5022 0,523
0,5022 0,525
0,5022 0,523

Dari pengukuran deret standar Cr6+ diperoleh kurva sebagai berikut:


absorbansi
0.6

0.5 f(x) = 1.05 x + 0


R² = 1
0.4 absorbansi
Linear (absorbansi)
0.3

0.2

0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

Dari kurva diperoleh persamaan


y=1,049 x +0,00034
Persamaan diatas digunakan untuk menghitung kadar Cr6+ yang dilambangkan
dengan x .
y=1,049 x +0,00034
[ y−0,00034 ]
x=
1,049
sehingga
[ y −0,00034 ]
C atau x=
1,049

kadar Cr 6+¿(mg / L)=C x Fp ¿


Keterangan
x= konsentrasi
y= absorbansi
fp= faktor pengenceran
Kadar Cr6+
1. Blanko
Kadar Cr 6+ ¿=C x Fp ¿
[ y −0,00034 ]
¿ x2
1,049
[ 0,001−0,00034 ]
¿ x2
1,049
¿ 0,0012 mg/ L
2. Larutan Standar
Kadar Cr6+¿ C x Fp
[ y −0,00034 ]
¿ x2
1,049
[ 0,015−0,00034 ]
¿ x2
1,049
¿ 0,0279 mg/ L

3. Outlet 1
Kadar Cr6+¿ C x Fp
[ y −0,00034 ]
¿ x2
1,049
[ 0,004−0,00034 ]
¿ x2
1,049
¿ 0,0069 mg/ L

4. Outlet 2
Kadar Cr6+¿ C x Fp
[ y −0,00034 ]
¿ x2
1,049
[ 0,004−0,00034 ]
¿ x2
1,049
¿ 0,0069 mg/ L

5. Outlet sp
Kadar Cr6+¿ C x Fp
[ y −0,00034 ]
¿ x2
1,049
[ 0,036−0,00034 ]
¿ x2
1,049
¿ 0,0679 mg/ L

( hasil terbesar−hasil terkecil)


RPD %= x 100 %
rata−rata
(0,0069−0,0069)
¿ x 100 %
0,0069
= 0%.

Kesimpulan
Rpd = 0 %
Rpd < 10 % (data valid)

Interpretasi
o Berdasarkan SNI 6989.71.2009 %RPD pada uji Cr6+ maksimal sebesar 10% maka,
dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan sangat presisi.
o Berdasarkan peraturan menteri lingkungan hidup nomor 5 tahun 2014 tentang baku
mutu air limbah batas kadar Cr6+ yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/L untuk air
golongan I dan 0,5 mg/L untuk air golongan II. Sehingga, sampel yang diuji kadar
Cr6+ masih belum melewati ambang batas yang ditetapkan pemerintah.
Lampiran 20
Analisis Kadar Surfaktan Anionik dengan Spektrofotometer Secara Metilen Blue
A. Acuan: SNI 06-6989.51.2005

B. Prinsip
Surfaktan anionik bereaksi dengan metilen biru membentuk pasangan ion berwrna
biru yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna bitu yang terbentuk diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur
setara dengan kadar surfaktan anionik.

C. Peralatan
a) Spektrofotometer;
b) Timbangan analitik;
c) Corong pemisah 250 mL (dianjurkan dengan cerat dan tutup terbuat dari teflon)
d) Labu ukur 100 mL; 500 mL dan 1000 mL;
e) Gelas piala 200 mL
f) Pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; dan 5,0 mL; dan
g) Pipet ukur 5 mL dan 10 mL.

D. Bahan
a) Serbuk alkil sulfonat linier (LAS) atau natrium laurit sulfat (C12H25OSO3Na);
b) Larutan indikator fenolftalein 0,5%;
Larutkan 0,5 gram fenolftalin dengan 50 mL alkohol 95% didalam gelas piala
250 mL. Tambahkan 50 mL air suling dan beberapa tetes larutan NaOH 0,02 N
sampai warna merah muda.
c) Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N;
Larutkan 4,0 gram NaOH dengan 50 mL air suling didalam labu ukur 100 mL.
Tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan.
d) Larutan asam sulfat ( H2SO4) 1N;
Ambil 2,8 mL H2SO4 pekat, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 mL
yang berisi 50 mL air suling. Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera dan
dihomogenkan.
e) Larutan asam sulfat H2SO4 6N;
Ambil 20 mL H2SO4 pekat, kemudian masukkan kedalam gelas piala 200 mL
yang berisi 120 mL air suling dan dihomogenkan.
f) Larutan metilen biru
Larutkan 100 mg biru metilen dengan 100 mL air suling dan dihomogenkan.
Ambil 30 mL larutan tersebut dan dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL,
tambahkan 500 mL air suling, 41 mL H2SO4 6 N dan 50 gram natrium fosfat
monohidrat (NaH2PO4.H2O), kocok hingga larut sempurna kemudian tambahkan
air suling hingga tanda tera dan dihomogenkan.
g) Larutan klororform (CH3Cl)
h) Larutan pencuci;
Ambil 41 mL H2SO4 6N dan masukkan kedalam labu ukur 1000 mL yang berisi
500 mL air suling. Tambahkan 50 gram natrium dihidrogen fosfat monohidrat
monohidrat (NaH2PO4.H2O), kocok hingga larut sempurna kemudian tambahkan
air suling hingga tanda tera dan dihomogenkan.
i) Hidrogen peroksida (H2O2) 30%;
j) Isopropil alkohol (i-C3H7OH);
k) Serabut kaca (glass wool).

E. Prosedur Kerja
a) Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian
kadar surfaktan anionik;
b) Ambil masing-masing 100 mL larutan blanko dan larutan kerja dengan kadar
surfaktan anionik 0,4 mg/L; 0,8 mg/L; 1,2 mg/L dan 2,0 mg/L kemudian masing-
masing masukkan kedalam corong pemisah 250 mL
c) Tambahkan masing-masing larutan biru metilen sebanyak 25 mL.
d) Tambahkan masing-masing 10 mL kloroform, dikocok kuat-kuat selama 30 detik
sekali-kali buka tutup corong untuk mengeluarkan gas;
e) Biarkan hingga terjadi pemisahan fasa, goyangkan corong pemisah perlahan-
lahan, jika terbentuk emulsi tambahkan sedikit isopropil alkohol sampai
emulsinya hilang;
f) Pisahkan lapisan bawah (fasa kloroform) dan tampung dalam corong pemisah
yang lain;
g) Ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah 4
sampai 6 sebanyak dua kali dan satukan semua fasa kloroform;
h) Tambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam fasa kloroform gabungan dan kocok
kuat-kuat selama 30 detik;
i) Biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan perlahan-lahan;
j) Keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool dan ditampung kedalam
labu ukur pada langkah 10;
k) Tambahkan 10 mL kloroform kedalam fasa air hasil perkerjaan pada langkah i;
kocok kuat-kuat selama 30 detik;
l) Biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan perlahan-lahan;
m) keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung kedalam
labu ukur pada langkah j);
n) ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah 10
sampai 13 dan satukan semua fasa kloroform dalam labu ukur pada langkah j;
o) cuci glass wool dengan kloroform sebanyak 10 mL dan gabungkan dengan fasa
kloroform dalam labu ukur pada langkah 10;
p) tepatkan isi labu pada langkah 10 hingga tanda tera dengan kloroform;
q) ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm dan catat
serapannya.

F. Jenis Sampel: air limbah laundry

G. Data Pengamatan
Data absorbansi menggunakan spektrofotometer
No sampel Absorbansi
Blanko 0,001
A.1 0,020
A.2 0,020
B 0,054
C 0,070
H. Analisis Perhitungan
Pengukuran deret standart surfaktan anionik
Konsentrasi Absorbansi
0,000 0,0000
0,084 0,0285
0,144 0,0550
0,300 0,1010
0,600 0,1875
0,900 0,2645
1,200 0,3545
1,440 0,4375

Dari pengukuran deret standart diperoleh kurva

Absorbansi
0.5000
0.4500
0.4000 f(x) = 0.3 x + 0.01
0.3500 R² = 1
Absorbansi
0.3000
Linear (Absorbansi)
0.2500
0.2000
0.1500
0.1000
0.0500
0.0000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000

Dari kurva diperoleh persamaan


y=0,295 x +0,006
Persamaan diatas digunakan untuk menghitung konsentrasi kadar surfaktan
anionik yang dilambangkan dengan x .
y=0,295 x +0,006
[ y−0,006 ]
x=
0,295
[ y −0,006 ]
sehinggaC atau x=
0,295
kadar surfaktan anionik (mg/ L)=C x Fp
Keterangan
x= konsentrasi
y= absorbansi
fp= faktor pengenceran

Nilai Kadar Surfaktan Anionik (mg/L)


1. Blanko
[ y−0,006 ]
x=
0,295
[ 0,001−0,006 ]
x=
0,295
x=−0,0169 mg/ L

2. Sampel A.1
[ y−0,006 ]
x=
0,295
[ 0,020−0,006 ]
x=
0,295
x=0,0475 mg/ L

3. Sampel A.2
[ y−0,006 ]
x=
0,295
[ 0,020−0,006 ]
x=
0,295
x=0,0475 mg / L

4. Sampel B
[ y−0,006 ]
x=
0,295
[ 0,054−0,006 ]
x=
0,295
x=0,1627 mg/ L

5. Sampel C
[ y−0,006 ]
x=
0,295
[ 0,070−0,006 ]
x=
0,295
x=0,2169 mg/ L

( hasil terbesar−hasil terkecil)


RPD %= x 100 %
rata−rata
(0,047−0,047)
¿ x 100 %
0,047
= 0,0%.

Kesimpulan
%RPD = 0,0%
%RPD < 10% (data valid)

Interpretasi
o Berdasarkan SNI 06-6989.51.2005 %RPD pada uji kadar surfaktan anionik maksimal
sebesar 10% maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan sangat
presisi.
o Berdasarkan peraturan gubernur No. 52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
Industri Deterjen batas kadar surfaktan anionik yang diperbolehkan adalah 3 mg/L.
Sehingga, dapat disimpulkan sampel yang diuji masih belum melewati ambang batas
yang ditetapkan pemerintah.
Lampiran 21
Analisis Nitrit (NO2-N) secara Spektrofotometri
A. Acuan: SNI 06-6989.9-2004

B. Prinsip
Nitrit dalam suasana asam pada pH 2 – 2.5 akan bereaksi dengan sulfanilamid (SA)
dan N-(1-naphthyl)ethylenediamine dihidrochloride (NED dihydrochloride)
membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan. Warna yang terbentuk
diukur absorbansinya secara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum
543 nm.

C. Bahan
h) Air suling bebas nitrit
i) Glass wool
j) Kertas saring bebas nitrit berukuran pori 0.45 μm
k) Larutan sulfanilamid
l) Larutan NED dihidroklorida
m) Larutan natrium oksalat 0.05 N
n) Larutan FAS 0.05 N
o) Larutan induk nitrit 250 mg/L
p) Larutan KMnO4 0.05 N

D. Peralatan
f) Spektrofotometer
g) Neraca analitik
h) Pipet volume 1 mL; 2 mL; 5 mL; 10 mL; dan 50 mL
i) Pipet ukur 5 mL
j) Labu ukur 50 mL; 250 mL; 500 mL; dan 1000 mL
k) Gelas piala 200 mL dan 400 mL
l) Erlenmeyer 250 mL

E. Prosedur
1. Pembuatan kurva kalibrasi
a) Optimalkan spektrofotometer sesuai dengan pengoperasian alat
b) Ke dalam masing-masing 50 mL larutan kerja ditambahkan 1 mL larutan SA,
kocok dan biarkan 2 menit
c) Tambahkan 1 mL larutan NED dihidroklorida, kocok dan biarkan selama 10
menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi
d) Ukur serapan masing-masing larutan baku dan catat
e) Buat kurva kalibrasi

2. Pengujian sampel
a. Pipet 50 mL contoh uji, masukkan ke dalam gelas piala 200 mL
b. Tambahkan 1 mL larutan SA, kocok dan biarkan selama 2 menit
c. Tambahkan 1 mL NED dihidroklorida, kocok dan biarkan selama 10 menit,
kemudian segera lakukan pengukuran
d. Baca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm

F. Jenis sampel: Air Limbah Industri

G. Data Pengamatan
Data dan kurva larutan standar:
C NO2-N Absorbansi
X Y
0 0
0,015 0,061
0,03 0,123
0,046 0,178
0,061 0,24
0,076 0,287
0,091 0,339
0,122 0,453
Kurva Kalibrasi NO2 - N
0.5
0.45
f(x) = 3.68 x + 0.01
0.4 R² = 1
0.35
0.3
Absorbansi

Absorbansi Y
0.25 Absorbansi Y
0.2 Linear (Absorbansi Y)
0.15
0.1
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Konsentrasi

Data absorbansi sampel:

Kode Sampel Absorbansi


Blanko 0
A 0,010
B 0,002
C.1 0,082
C.2 0,083
Verifikasi 0,124
Spike 0,203

H. Analisa Perhitungan
Dari pengukuran deret standar, diperoleh persamaan kurva:
y = 3,6829x + 0,0071
y = absorbansi
x = konsentrasi

Konsentrasi Standar NO2


M 1 x V 1=M 2 x V 2
mg
10 x 0,5 mL=M 2 x 25 mL
L
M 2=0,2 mg/ L
Konsentrasi Standar NO2-N
Mr N
¿ X C std NO2
Mr NO 2
14
¿ X 0,2mg /L
46
¿ 0,06087 mg/ L

1. Sampel Blanko
Kadar Nitrit=C x Fp
[ y −0,0071 ]
¿ x2
3,6829
[ 0−0,0071 ]
¿ x2
3,6829
¿−0,0038 mg/ L

2. Sampel A
Kadar Nitrit=C x Fp
[ y −0,0071 ]
¿ x2
3,6829
[ 0,010−0,0071 ]
¿ x2
3,6829
¿ 0,00157 mg/ L
3. Sampel B
Kadar Nitrit=C x Fp
[ y −0,0071 ]
¿ x2
3,6829
[ 0,002−0,0071 ]
¿ x2
3,6829
¿ 0,00276 mg/ L
4. Sampel C.1
Kadar Nitrit=C x Fp
[ y −0,0071 ]
¿ x2
3,6829
[ 0,082−0,0071 ]
¿ x2
3,6829
¿ 0,0406 mg/ L
5. Sampel C.2
Kadar Nitrit=C x Fp
[ y −0,0071 ]
¿ x2
3,6829
[ 0,083−0,0071 ]
¿ x2
3,6829
¿ 0,0412 mg/ L
6. Spike
Kadar Nitrit=C x Fp
[ y −0,0071 ]
¿ x2
3,6829
[ 0,203−0,0071 ]
¿ x2
3,6829
¿ 0,1063 mg/ L
7. Verifikasi
Kadar Nitrit=C x Fp
[ y −0,0071 ]
¿ x2
3,6829
[ 0,124−0,0071 ]
¿ x2
3,6829
¿ 0,0634 mg/ L

Pengendalian Mutu
( hasil terbesar−hasil terkecil)
a. RPD %= x 100 %
rata−rata
( 0,0412−0,0406)
RPD %= x 100 %
0,0409
RPD %=1,46 % .
syarat % RPD untuk uji Nitrit (NO2-N) adalah 0-10%

C spike−C sampel 5972


b. R Spike % = x 100 %
C standar NO 2−N
0,1063−0,0409
R Spike % = x 100 %
0,0687
R Spike %=107 % .
syarat % R Spike untuk uji Nitrit (NO2-N) adalah 85% ≤ R Spike ≤ 115%
C verifikasi−C standar NO 2−N
c. R Verifikasi % = x 100 %
Rata−rata
0,0634−0,06087
R Verifikasi % = x 100 %
0,062135
R Verifikasi %=4,07 % .

Interpretasi
o Berdasarkan SNI 06-6989.9-2004 %RPD pada uji kadar nitrit maksimal sebesar 10%
maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan sangat presisi.
o Berdasarkan SNI 06-6989.9-2004 %RSpike pada uji kadar nitrit maksimal sebesar
85% ≤ R Spike ≤ 115% maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang
dilakukan cukup akurasi.
o Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Nitrit
0,06 mg/L. Sehingga, sampel yang diuji masih belum melewati ambang batas yang
ditetapkan pemerintah.
Lampiran 22
Analisis Sulfat (SO4) secara Turbidimetri
A. Acuan: SNI 06-6989.20-2004

B. Ruang lingkup
Metode ini digunakan untuk penentuan sulfat, SO2−¿
4
¿
dalam air dan air limbah secara
turbidimetri pada kisaran 1 mg/L sampai dengan 40 mg/L pada panjang gelombang 420
nm.

C. Prinsip
Ion sulfat bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam akan membentuk suspense
barium sulfat dengan membentuk kristal barium sulfat yang sama besarnya diukur dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
Reaksi: SO42-+ BaCl2 →BaSO4 + 2Cl-

D. Bahan
a) air suling bebas sulfat;
b) kertas saring bebas sulfat;
c) Barium klorida, BaCl2.2H2O;
d) Natrium sulfat anhidrat, Na2SO4;
e) larutan buffer A :
larutkan 30 g magnesium klorida heksahidrat, MgCl2.6H2O, 5 g natrium asetat
trihidrat,CH3COONa.3H2O, 1 g kalium nitrat, KNO3 dan 20 mL asam asetat,
CH3COOH (99%) dalam 500 mL air suling bebas sulfat dan tepatkan sampai 1000
mL;
f) larutan buffer B :
larutan buffer b (diperlukan bila konsentrasi sulfat, SO2−¿
4
¿
kurang dari 10 mg/L);
larutkan 30 g magnesium klorida heksahidrat, MgCl2.6H2O, 5 g natrium asetat
trihidrat,CH3COONa.3H2O, 1 g kalium nitrat, KNO3, 0,111 g natrium sulfat,
Na2SO4 dan 20 mL asam asetat, CH3COOH (99%) dalam 500 mL air suling bebas
sulfat dan tepatkan sampai 1000 mL.
E. Peralatan
a) spektrofotometer yang dapat digunakan pada panjang gelombang 420 nm;
b) labu ukur 50 mL, 200 mL dan 1000 mL;
c) pipet ukur 5 mL, 10 mL, 20 mL, 25 mL dan 50 mL;
d) erlenmeyer 100 mL dan 250 mL;
e) oven;
f) desikator; dan
g) timbangan analitik.

F. Persiapan dan pengawetan contoh uji


a) Saring contoh uji dengan kertas saring bebas sulfat.
b) Apabila tidak dapat segera dianalisa maka contoh uji disimpan pada suhu 4°C dengan
waktu simpan tidak lebih 28 hari.

G. Persiapan pengujian
G.1 Pembuatan larutan induk sulfat, 100 mg/L
a) Keringkan serbuk Na2SO4 anhidrat dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam
b) Timbang 1,479 g Na2SO4 anhidrat dan larutkan dengan air suling bebas sulfat dalam
labu ukur 1L.
c) Tepatkan sampai tanda tera dan kocok sampai homogen.

G.2 Pembuatan larutan kerja sulfat,


a) Pipet 0 mL; 10 mL; 20 mL dan 30 mL larutan baku sulfat 100 mg/L, masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL.
b) Tambahkan air suling bebas sulfat sampai tanda tera sehingg diperoleh konsentrasi
sulfat: 0,0 mg/L; 10,0 mg/L; 20,0 mg/L dan 30,0 mg/L.

G.3 Pembuatan kurva kalibrasi


a) Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk alat untuk pengujian kadar sulfat.
b) Pindahkan masing-masing 50 mL larutan kerja sulfat ke dalam erlenmeyer 250 mL.
c) Tambahkan 20 mL larutan buffer dan homogenkan dengan cara di aduk menggunakan
pengaduk magnet pada kecepatan tetap selama (60 + 2) detik, sambil di aduk
tambahkan 0,2 g sampai dengan 0,3 g barium klorida, BaCl2.
d) Lakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm
setelah (5 + 0,5) menit penambahan barium klorida.
e) Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.

H. Prosedur
a) Gunakan 100,0 mL contoh uji, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
b) Lakukan analisis pada langkah 3.5.3 butir b) sampai dengan d).
c) Lakukan analisis duplo / triplo.
d) Buat spike matrix dengan cara sebagai berikut:
 ambil 50 mL contoh uji, di tambah 20 mL larutan baku sulfat 1,0 mg/mL dan
encerkan dengan air suling hingga volumenya 100,0 mL, masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL;
 lakukan langkah 3.6 a) sampai dengan 3.6 b).

I. Jenis sampel: Air Limbah Industri

J. Data Pengamatan
Data dan kurva larutan standar:
C SO2 Absorbansi
X Y
0,008 0,029
0,016 0,037
0,04 0,061
0,08 0,101
0,12 0,141
0,16 0,181
0,2 0,221
0,24 0,261
Kurva Kalibrasi SO2
0.3

0.25 f(x) = x + 0.02


R² = 1
0.2
Absorbansi

Absorbansi Y
0.15
Linear (Absorbansi Y)
0.1

0.05

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Konsentrasi

Data absorbansi sampel:

Kode Sampel Absorbansi


Blanko 0
A.1 0,044
B.2 0,046
Verifikasi 0,101
Spike 0,137

Analisa Perhitungan
Dari pengukuran deret standar, diperoleh persamaan kurva:
y = 0,008x + 0,021
y = absorbansi
x = konsentrasi

 Sampel Blanko
1 = 0,008x + 0,021
x = -0,002 mg/L

 Sampel A.1
0,044 = 0,008x + 0,021
x = 2,875 mg/L
 Sampel A.2
0,046 = 0,008x + 0,021
x = 3,125 mg/L

 Verifikasi
0,101 = 0,008x + 0,021
x = 10 mg/L

 Spike
0,137 = 0,008x + 0,021
x = 14,5 mg/L

Pengendalian Mutu
( hasil terbesar−hasil terkecil)
 RPD %= x 100 %
rata−rata
(3,125−2,875)
RPD %= x 100 %
3
RPD %=8,33 % .
syarat % RPD untuk uji Sulfat adalah 0-10%
C spike−C sampel 5972
 R Spike % = x 100 %
C standar NO 2−N
14,5−3
R Spike % = x 100 %
10
R Spike %=115 % .
syarat % R Spike untuk uji sulfat adalah 85% ≤ R Spike ≤ 115%

Interpretasi
o Berdasarkan SNI 06-6989.20-2004 %RPD pada uji kadar sulfat maksimal sebesar
10% maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan cukup presisi.
o Berdasarkan SNI 06-6989.20-2004 %RSpike pada uji kadar sulfat maksimal sebesar
85% ≤ R Spike ≤ 115% maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang
dilakukan cukup akurasi.
o Berdasarkan peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air batas kadar sulfat yang diperbolehkan adalah
400 mg/L. Sehingga, sampel yang diuji kadar sulfat masih belum melewati ambang
batas yang ditetapkan pemerintah.
Lampiran 23
Analisis Uji Karbon Organik Total (TOC)
A. Acuan: SNI 06-6989.28-2005

B. Prinsip
Contoh uji yang telah homogen, diaspirasikan ke dalam tabung pembakaran yang
dibungkus dengan katalis oksidatif dan dipanaskan pada suhu 680°C. Air akan
menguap dan bahan organik teroksidasi menjadi CO 2 dan H2O. CO2 yang dihasilkan
dialirkan bersama gas pembawa dan ukur respon dtektor dengan Nondispersive
Infrared Analyzer (NDIR). Dari hasil pengukuran, di dapat nilai karbon total dan
karbon anorganik secara terpisah, sedangkan nilai TOC didapat dari selisihnya.

C. Bahan
q) Air suling bebas karbon
r) Kalium hidrogen ftalat (C8H5KO4)
s) Natrium karbonat (Na2CO3)
t) Natrium hidrogen karbonat (NaHCO3)
u) Gas oksigen murni bebas CO2 yang mengandung hidrokarbon sebaga metan lebih
kecil dari 1 mg/L

D. Peralatan
m) TOC analyzer
n) Neraca analitik
o) Penyaring dengan ukuran pori 0,45 μm
p) Labu ukur 50 mL; 250 mL; 500 mL; dan 1000 mL
q) Pipet volumetrik 50 mL; 25 mL; dan 50 mL
r) Labu semprot
s) Desikator
t) oven

E. Prosedur
1. Pembuatan kurva kalibrasi
f) Optimalkan alat TOC analyzer sesuai petunjuk penggunaan alat
g) Ukur respon detektor masing-masing larutan kerja
h) Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi
i) Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan

2. Pengujian sampel
j) Masukkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL
k) Bila contoh uji diawetkan, lakukan purging dengan mengalirkan gas oksigen
murni ke dalam contoh uji
Catatan : Purging dilakukan hingga nilai IC lebih kecil atau sama dengan nilai TC
minimal selama 5 menit (purging dilakukan untuk memghilangkan CO2 terlarut)

3. Pembuatan larutan induk karbon total (TC) 1000 mg/L


Timbang teliti 2,1254 gr kalium hidrogen ftalat (C8H5KO4) yang telah dipanaskan
pada suhu 110°C kurang lebih 1 jam, angkat dan dinginkan di desikator. Larutkan
dengan air suling bebas karbon dalam labu ukur 1000 mL lalu tepatkan sampai
tanda tera dan dihomogenkan.
Catatan : Awetkan dengan menambahkan 1 mL H2SO4 atau H3PO4 sampai pH
lebih kecil dari 2 dan simpan suhu 4°C

4. Pembuatan larutan baku karbon total (TC) 100 mg/L


Pipet 10 mL larutan induk karbon total (TC) 1000 mg/L ke dalam labu ukur 100
mL, encerkan dengan air suling bebas karbon hingga tanda tera dan
dihomogenkan.

5. Pembuatan larutan kerja karbon total (TC)


a) Pipet 0 mL; 10 mL; 25 mL; dan 50 mL larutan baku karbon total (TC) 100
mg/L, edan masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL
b) Encerkan dengan air suling bebas karbon lalu tepatkan sampai tanda tera
kemudian dihomogenkan sehingga larutan ini mempunyai konentrasi 0 mg/L;
20 mg/L; 50 mg/L; dan 100 mg/L karbon total
6. Pembuatan larutan induk karbon anorganik (IC) 1000 mg/L
a) Timbang 3,497 g NaHCO3 yang telah disimpan dengan desikator selama 18
jam
b) Timbang 4,4122 g Na2CO3 yang telah diapanaskan pada suhu 120°C, kurang
lebih 1 jam, dinginkan
c) Larutkan keduanya dengan air suling bebas karbon, pindahkan ke dalam labu
ukur 1000 mL. Tepatkan hingga tanda tera.

7. Larutkan baku anorganik (IC) 100 mg/L


Pipet 10 mL larutan induk karbon anorganik (IC) 1000 mg/L ke dalam labu ukur
100 mL encerkan dengan air suling bebas karbon hingga tanda tera.

8. Pembuatan larutan kerja karbon anorganik (IC)


a) Pipet 0 mL; 10 mL; 25 mL; dan 50 mL larutan baku anorganik (IC) 100 mg/L
dan masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL
b) Encerkan dengan air suling bebas karbon lalu tepatkan sampai tanda tera
kemudian dihomogenkan, sehingga larutan ini mempunyai konsentrasi 0 mg/L;
20 mg/L; 50 mg/L dan 100 mg/L karbon anorganik.

F. Jenis sampel: Air Limbah Industri

G. Perhitungan
Konsentrasi karbon organik total (TOC) mg/L
TOC = (TC – IC) x fp

Dengan pengertian:
TOC adalah karbon organik total dalam contoh uji (mg/L);
TC adalah total karbon hasil pengukuran (mg/L)
IC adalah karbon anorganik hasil pengukuran (mg/L)
Fp adalah faktor pengenceran

H. Hasil analisis
Kode Sampel TC IC TOC
A.1 76,31 mg/L 68,46 mg/L 7,842 mg/L
A.2 75.91 mg/L 68,83 mg/L 7,087 mg/L
B 84,41 mg/L 67,79 mg/L 16,62 mg/L
C 29,07 mg/L 17,85 mg/L 11,23 mg/L

Pengendalian Mutu
( hasil terbesar−hasil terkecil)
d. RPD %= x 100 %
rata−rata
(7,842−7,087)
RPD %= x 100 %
7,4645
RPD %=10 % .
syarat % RPD untuk uji karbon total (TOC) adalah 0-10%

Interpretasi
Berdasarkan SNI 06-6989.28-2005 %RPD pada karbon total maksimal sebesar 10% maka,
dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan cukup presisi. Dalam hal ini, RPD
merupakan tolak ukur tingkat presisi hasil pengulangan uji. Semakin kecil nilai RPD, maka
semakin presisi hasil pengulangan uji.
Lampiran 24
Analisis Uji Raksa (Hg) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) -uap dingin atau
Mercury Analyzer.
A. Acuan: SNI 6989.78:2011

B. Prinsip
Ion Hg2+ akan direduksi oleh Sn2+ menjadi Hg. Selanjutnya atom tersebut akan
dianalisis kuantitatif secara spektrofotometri serapan atom-uap atau Mercury analyzer
pada panjang gelombang 253,7 nm.

C. Peralatan
a) Spektrofotometer serapan atom (SSA)-uap dingin atau mercury analyzer;
b) Gelas piala 100 mL; 250 mL; dan 1000 mL;
c) Pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0 mL; 25,0 mL; 50,0 mL; dan
100,0 mL;
d) Labu ukur 50,0 mL; dan 100,0 mL;
e) Erlenmeyer 250 mL;
f) Corong gelas;
g) Kaca arloji;
h) Penangas air;
i) Seperangkat alat saring vakum;
j) saringan membran dengan ukuran pori 0,45 mikrometer;
k) labu semprot

D. Pereaksi
a) Air bebas mineral;
b) Asam nitrat (HNO3) p.a;
c) Larutan induk logam raksa (Hg) 1000 mg/L;
Timbang 0,1354 gram HgCl2 larutkan dalam 75 mL air bebas mineral dan 1 mL
HNO3 pekat. impitkan hingga 100 mL dengan air bebas mineral (1 mL = 1 mg
Hg).
Catatan larutan induk raksa (Hg) ini dapat menggunakan larutan siap pakai.
d) Larutan baku logam raksa (Hg) 100 mg/L;
Pipet 10 mL larutan induk Hg 1000 mg/L, encerkan dengan air bebas mineral
hingga 100 mL dalam labu ukur (1 mL = 100 mikrogram Hg).
e) Larutan pengencer HNO3 0,05 M;
Larutkan 1,5 mL HNO3 pekat kedalam 1000 mL air bebas mineral dalam gelas
piala.
f) Larutan pencuci HNO3 5% (v/v);
Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat kedalam 800 mL air bebas mineral dalam
gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 mL dan
homogenkan.
g) Gas argon HP;
h) Larutan kalium permanganat (KMnO4);
i) Larutan kalium persulfat;
Larutkan 50 gram K2S2O8 (kalium persulfat kedalam 1 mL air bebas mineral.
j) Larutan hidroksilamin sulfat-natrium klorida;
Larutkan 120 gram NaCl dan 120 gram hidroksilamin sulfat [(NH 2OH)2H2SO4]
kedalam 1 L air bebas mineral.
Catatan hidroksilamin sulfat [(NH2OH)2H2SO4] dapat diganti dengan 100 gram
hidroksilamin hidroklorida [NH2OH.HCl].
k) Larutan timah (II) klorida (SnCl2);
Larutkan 10 gram SnCl2 dalam air yang sudah ditambah 20 mL HCl pekat
kemudian tambahkan air bebas mineral sampai volume 100 mL.
l) Asam sulfat (H2SO4 p.a;
m) Asam klorida pekat (HCl); dan
n) Bahan penyerap uap air, misalnya silika gel.

E. Prosedur Kerja
1.a Preparasi larutan kerja raksa dan pengukuran kurva kalibrasi
a) Masukkan 100 mL larutan blanko dan 3 larutan standart kerja kedalam masing-
masing erlenmeyer 250 mL.
b) Tambahkan 5 mL H2SO4 pekat dan 2,5 mL HNO3 pekat kepada masing-masing
erlenmeyer;
c) Tambahkan 15 mL larutan KMnO4 dan tunggu sampai 15 menit (bila warna ungu
hilang tambahkan lagi KmnO4 samapi warna ungu tidak hilang;
d) Tambahkan 8 mL K2S2O8 dan panaskan selama 2 jam pada suhu 95℃;
e) Dinginkan samapi suhu kamar;
f) Tambahkan secukupnya larutan hidroksilamin-NaCl untuk mereduksi kelebihan
KMnO4;
g) Tambahkan 5 mL SnCl2 dan segera ukur serapannya menggunakan
spektrofotometer serapan atom uap dingin atau mercury analyzer yang sudah
dioptimasikan sesuai petunjuk alat;
Catatan penambahan SnCl2 akan menghasilkan atom Hg0 yang mudah menguap
sehingga harus segera ditutup.
h) Buat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan garis lurusnya
i) Jika linieritas kurva (r) lebih kecil dari 0,995 periksa kondisi alat dan ulangi
langkah a)-h). Hingga didapat nilai r lebih besar atau sama dengan 0,995.

1.b Pengukuran contoh uji


Uji kadar raksa (Hg) dengan tahapan sebagai berikut:
a) Masukkan 100 mL contoh uji atau contoh uji yang sudah diencerkan dan
beradadalam rentang pengukuran ke dalam erlenmeyer 250 mL;
b) Lakukan langkah 1.a b) sampai g).

F. Jenis sampel: air limbah industri

G. Data pengamatan:
Data absorbansi menggunakan MVU (mercury Vapor Unit)
No. Sampel Absorbansi
Blanko 0,0459
A 0,0167
B 0,0211
C 0,0082
D.1 0,0167
D.2 0,0122
E 0,0181
H. Analisis perhitungan :
Pengukuran deret standart Hg
Konsentrasi Absorbansi
0 0,0007
0,0030 0,0567
0,0103 0,1440
0,0147 0,1968
-0,0005 0,0146

Dari pengukuran deret standart Hg diperoleh kurva sebagai berikut:

Kurva Kalibrasi Hg
0.25

0.2

0.15
Absorbansi

Absorbansi
0.1 f(x) = 0.02 x + 0.02 Linear (Absorbansi)
R² = 0.15
0.05

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi

Rumus menghitung kadar Hg


Dari pengukuran deret standar didapatkan persamaan kurva:
y = 12,591x + 0,0133
R2 = 0.9913
Persamaan diatas digunakan untuk menghitung konsentrasi kadar Hg yang
dilambangkan dengan x.
y = 12,591x + 0,0133
[ y−0,0133 ]
x=
12,591
[ y −0,0133 ]
sehinggaC atau x=
12,591
kadar Hg( μg/ L)=C x Fp
Keterangan y = absorbansi
x = konsentrasi

nilai kadar Hg
1. Blanko [ 0,0459−0,0133 ]
= x1
= C x Fp 12,591

[ y −0,0133 ] = 0,0026 μg/ L


= x1
12,591 2. Sampel A
= C x Fp
[ y −0,0133 ] 7. Sampel E
= x1
12,591 = C x Fp
[ 0,0167−0,0133 ] [ y −0,0133 ]
= x1 = x1
12,591 12,591
= 0,00027 μg/ L [ 0,0181−0,0133 ]
= x1
3. Sampel B 12,591
= C x Fp = 0,00038 μg/ L
[ y −0,0133 ]
= x1
12,591
[ 0,0211−0,0133 ]
= x1
12,591
= 0,00061 μg / L
4. Sampel C
= C x Fp
[ y −0,0133 ]
= x1
12,591
[ 0,0082−0,0133 ]
= x1
12,591
= −0,0004 μg /L
5. Sampel D.1
= C x Fp
[ y −0,0133 ]
= x1
12,591
[ 0,0167−0,0133 ]
= x1
12,591
= 0,00027 μg/ L

6. Sampel D.2
= C x Fp
[ y −0,0133 ]
= x1
12,591
[ 0,0122−0,0133 ]
= x1
12,591
= −0,00008 μg/ L
Pengendalian Mutu
( hasil terbesar−hasil terkecil)
RPD %= x 100 %
rata−rata
( 0,00027−(−0,00008))
RPD %= x 100 %
0,000095
RPD %=36 % .
syarat % RPD untuk uji Sulfat adalah 0-10%

Interpretasi
o Berdasarkan SNI 6989.78:2011 %RPD pada uji kadar Hg maksimal sebesar 10%
maka, dapat disimpulkan bahwa pengulangan uji yang dilakukan tidak presisi.
o Berdasarkan peraturan menteri lingkungan hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah Industri batas kadar Hg yang diperbolehkan adalah 0,002 mg/L
untuk golongan I dan 0,005 mg/L untuk golongan II. Sehingga, sampel yang diuji
kadar Hg masih belum melewati ambang batas yang ditetapkan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai