Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tentang Manusia


Manusia adalah makhluk Tuhan yang multidimensi dan kompleks. Manusia
merupakan satu bagian dari alam semesta yang bersama-sama dengan makhluk hidup
lainnya mengisi kehidupan di alam semesta ini. Dibandingkan dengan bintang, manusia
memiliki fungsi tubuh dan biologis yang tidak berbeda. Namun dalam hal lainnya manusia
tidak dapat disamakan dengan binatang, terutama dengan kelebihan yang dimilikinya,
yakni akal yang tidak dimiliki oleh binatang.
Para ahli ilmu pengetahuan memiliki pendapat yang berbeda mengenai manusia.
Hal ini disebabkan karena adanya kekuatan dan peran multidimensional yang diperankan
oleh manusia.1 Misalnya Demokritos yang hidup sekitar tahun 460-360 S.M. di Abdera,
sebuah kota di pantai Trasia bagian Balkan. Ia berpendapat manusia adalah, salah satu
jenis hewan, namun yang membedakan manusia dengan hewan adalah “berfikir”.
Demikian juga Aristoteles yang lahir di Stageira yakni di semenanjung Kalkidike di Trasia
(Balkan) pada tahun 384 S.M. meninggal Kalkis pada tahun 322 S.M. Ia terkenal sebagai
“Bapak Logika”. Pandangan Aristoteles tentang manusia, ia mengatakan manusia adalah
“thinking animal‟ atau “hewan yang berfikir”.2
Para ahli juga memberikan sebutan yang berbeda-beda untuk manusia. Ada yang
menyebut manusia sebagai homo sapiens (binatang yang berpikir), homo volens (binatang
yang berkeinginan), homo mechanicus (binatang yang mekanis), and homo ludens
3
(binatang yang bermain). Hal ini mengakibatkan banyak orang terutama dari kalangan
Islam tidak sependapat dengan ide tersebut. Dalam Islam hewan dan manusia adalah dua
makhluk yang sangat berbeda. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sempurna
dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan, seperti potensi akal dan
potensi agama. Jadi jelas bagaimanapun keadaannya, manusia tidak pernah sama dengan
hewan.
Munir Mursyi seorang ahli pendidikan Mesir mengatakan bahwa pendapat tentang
manusia sebagai animal rationale atau al-Insan Hayawan al-Natiq bersumber dari filsafat
1
Marzuki, Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta:
Ombak, 2012), hlm. 12.
2
Eka Kurniawati dan Nurhasanah Bakhtiar, “Manusia Menurut Konsep Al-Qur`an dan Sains”,
Journal of Natural Science and Integration. Vol. 1 No. 1, 2018, 80.
3
Ibid, Marzuki, Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pendidikan Agama Islam…, hlm. 12

3
Yunani dan bukan dari ajaran Islam. Terkait dengan hal ini adalah gagalnya teori evolusi
Charles Darwin. Ternyata Darwin tak pernah bisa menjelaskan dan membuktikan mata
rantai yang dikatakannya terputus (the missing link) dalam proses transformasi primata
menjadi manusia. Jadi pada hakikatnya manusia tidak pernah berasal dari hewan
4
manapun, tetapi makhluk sempurna ciptaan Allah dengan berbagai potensinya.
Sebagaimana firman Allah swt.
   
  
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”(QS, At-Tin (95) : 4)
Dalam Al-Qur’an, terdapat tiga terminologi yang menunjukkan tentang manusia,
yaitu a) al-insan, al-ins, unas, al-nas, anasiy dan insiy; b) al-basyar; dan c) bani adam
“anak adam” dan dzurriyat adam“keturunan adam”. Meskipun demikian, menurut Nawawi
untuk memahami secara mendasar tentang penyebutan manusia pada umumnya ada tiga
kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau
ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau dzurriyat adam.
Masing-masing dari ketiga termionologi tersebut secara khusus memiliki penekanan
pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari uraian berikut :
a. Kata Insan berasal dari kata uns, dinyatakan dalam Al-Quran sebanyak 73 kali dan
tersebar dalam 43 surat. Penggunaan kata insan dalam Al-Qur’an untuk
menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi
kedua aspek tersebut dengan berbagai potensi yang dimilikinya, mengantarkan
manusia sebagai makhluk Allah yang unik dan istimewa dan sebagai makhluk yang
dinamis sehingga mampu menyandang predikat sebagai khalifah Allah di muka
bumi.5 Disamping itu, manusia juga dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai
makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lain.6
Diantara ayat Al-Quran yang menyebut manusia dengan kata insan adalah QS. Al-
‘Alaq (96) ayat 2 dan 5:

4
Siti Khasinah, “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat”, Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA. Vol. 13 No. 2, 2013, 297-298.
5
Tarmizi, Bimbingan Konseling Islam (Medan: Perdana Publishing, 2018), hlm. 116-117.
6

4
...    
    
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah... Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”

b. Penamaan manusia dengan kata al-basyar dinyatakan dalam Al-Quran sebanyak 36


kali dan tersebar dalam 26 surat.7 Kata basyar secara etimologis berarti ‘sesuatu
yang tampak baik dan indah’, ‘bergembira’, ‘menggembirakan’, ‘menguliti atau
mengupas (buah)’, atau ‘memperhatikan’ dan ‘mengurus sesuatu’. Kata ini dalam
Al-Qur’an digunakan dalam makna khusus untuk menggambarkan sosok tubuh
lahiriah manusia. Kata basyar juga selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis
manusia, seperti asal usulnnya manusia (QS. Al-Mu’minun [23]: 12-14), manusia
makan dan minum (QS. Al-Furqan [25]: 20), dan seterusnya. Diantara ayat Al-
Qur’an yang menyebut manusia basyar adalah QS. Al-Kahfi ayat 110 :
   
   
    
   
   
  
 
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya".

c. Kata banu atau bani adam atau dzurriyatu adam maksudnya adalah anak cucu atau
keturunan Adam. Kedua istilah itu digunakan untuk menyebut manusia karena
dikaitkan dengan kata Adam, yakni sebagai manusia yang diciptakan Allah dan
mendapatkan penghormatan dari makhluk lainnya selain iblis. Secara umum kedua

7
Ibid, Tarmizi, Bimbingan Konseling Islam…., hlm. 116

5
istilah ini menunjukkan arti keturunan yang berasal dari Nabi Adam. Jika kata
dzurriyah dalam Al-Qur’an disandingkan dengan kata adam maka yang dimaksud
adalah keturunan adam yang menggambarkan asal dan sifat-sifat bawaan yang
dibawa sejak lahir. Sifat bawaan yang dimaksud adalah berupaya berkembang,
bersosialisasi dan berbudaya.8 Kata bani Adam disebutkan dalam Al-Quran
sebanyak 7 kali, salah satunya adalah dalam surat Al-A’raf ayat 31 yang berbunyi
     
   
     
 
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”

Sedangkan dzurriyatu Adam hanya disebut sekali, yakni dalam surat Maryam (19)
ayat 58 yang berbunyi :9
  
  
  
......  
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, Yaitu Para
Nabi dari keturunan Adam”
Dengan demikian, makna manusia dalam Al-Quran dengan istilah al-basyar, insan,
dan bani adam atau dzurriyah adam mencerminkan karakteristik dan kesempurnaan
penciptaan manusia, bukan saja sebagai makhluk religius, makhluk sosial, makhluk
bermoral serta makhluk kultural yang kesemuanya mencerminkan kelebihan dan
keistimewaan manusia daripada makhluk lainnya.

8
Ibid, Tarmizi, Bimbingan Konseling Islam…., hlm. 118
9
Ibid, Marzuki, Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pendidikan Agama Islam…, hlm. 15-16

Anda mungkin juga menyukai