Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JOURNAL

REVIEW
MK. EVALUASI
PROSES DAN HASIL
BELAJAR FISIKA

ASESMEN AUTENTIK DAN ALTERNATIF

NAMA MAHASISWA : IFFAH KHAIRIYAH ISMAYANTI


NIM : 4172121023
DOSEN PENGAMPU : Dr. MARIATI P. SIMANJUNTAK, S.Pd., M.Si.
MATA KULIAH : EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR
FISIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas “CRITICAL
JOURNAL REVIEW”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya
yaitu matakuliah “EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA”. Saya
sangat berharap makalah critical journal review ini dapat berguna bagi saya dan orang lain.
Semoga critical journal review sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang
membacanya. Saya menyadari bahwa makalah critical journal review ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dari penulisan
pada makalah ini.
Sekiranya makalah yang saya susun dapat berguna bagi saya sendiri maupun bagi
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Medan, 30 Maret 2019

IFFAH KHAIRIYAH I.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................... 1
1.3 Identitas Jurnal .................................................................... 1
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL
2.1 Ringkasan Jurnal Pertama ..................................................... 3
2.2 Ringkasan Jurnal Kedua ........................................................ 8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan Jurnal.................................................................... 14
3.2 Kelemahan Jurnal .................................................................. 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................... 16
4.2 Rekomendasi ......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif guna mengetahui kinerja dari
siswa, atau kita sering mengartikannya dengan sederhana yaitu penilaian. Penilaian atau
asesmen merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, sebagai salah satu upaya
meningkatkan kualitas pendidikan.
Penilaian (asesmen, pengukuran, dan evaluasi) merupakan bagian penting dari
proses pembelajaran, karena itu hendaknya dilakukan oleh guru agar guru dapat
memperoleh informasi proses kemajuan belajar siswa dan informasi keefektifan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Penilaian pembelajaran seharusnya dilakukan
secara komprehensif, mencakup semua ranah baik pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), maupun sikap (attitude). Penilaian juga seharusnya menekankan pada proses dan
hasil pembelajaran. Namun, guru yang hanya mengutamakan penilaian hasil tidak akan
mendapatkan informasi yang akurat tentang siswa yang benar-benar memahami materi dan
siswa yang kurang memahami.
Dalam hal ini, penulis membandingkan 2 buah jurnal mengenai asesmen autentik
dan alternatif. Hal ini dilakukan penulis selain sebagai salah satu syarat dalam memenuhi
tugas matakuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika juga sebagai salah satu cara
untuk mengembangkan kreatifitas penulis dalam hal membandingkan jurnal dan
memahami permasalahan mengenai asesmen autentik dan alternatif yang digunakan pada
proses pembelajatan di Indonesia

1.2 Tujuan Penulisan


1. Memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian tugas pokok Mata Kuliah Evaluasi
Proses dan Hasil Belajar Fisika
2. Membantu pembaca dalam mengetahui keunggulan dan kelemahan dari 2 jurnal

1.3 Identitas Jurnal


Jurnal Utama

1
Judul Judul : Pentingnya Asesmen Autentik dan Alternatif dalam
Pembelajaran Biologi
Jurnal : Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist”
Volume dan Hal. : Vol. 01, No. 2, Hal. 169-177
Penulis : I Wayan Karmana
Tahun : 2013
ISSN : 2338-5006

Jurnal Pembanding
Judul : Penilaian Autentik dan Relevansinya dengan Kualitas Hasil
Pembelajaran (Persepsi Dosen dan Mahasiswa IKIP PGRI
Bojonegoro)
Jurnal : Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial
Volume dan Hal. : Vol. 27, No. 1, Hal. 92-103
Penulis : Siti Ermawati dan Taufiq Hidayat
Tahun : 2017
ISSN : 1412-3835

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Ringkasan Jurnal Utama


Ada tiga istilah penting yang sangat terkait dengan aspek penilaian yang selama ini
sering tercampur aduk dan kurang dipahami betul perbedaannya. Istilah yang dimaksud
adalah pengukuran, asesmen, dan evaluasi.
Menurut Hart, asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta
didik, berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat lakukan,
sedangkan evaluasi didefinisikan sebagai proses penafsiran (interpretasi) serta pembuatan
keputusan berkenaan dengan informasi asesmen tersebut. Sementara itu pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik
dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu
atau pengukuran terkait erat dengan proses pencarian (penentuan) nilai kuantitatif. Hasil
pengukuran merupakan suatu bilangan atau skor. Dengan demikian, hasil pengukuran
merupakan suatu informasi atau data yang bersifat kuantitatif.
Asesmen pada pola tradisional di mana pembelajaran masih berorientasi teacher
centered lebih banyak bertumpu pada penggunaan satu macam alat atau instrumen yaitu
paper and pencil test yang cenderung hanya mengukur kemampuan aspek kognitif saja.
Asesmen seperti ini sering dikenal dengan istilah asesmen tradisional. Berbeda dengan
pola asesmen dewasa ini di mana pembelajaran lebih berorientasi kepada student centered,
maka asesmen yang dikembangkan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik dan
tidak hanya bentuk tes, tetapi juga bentuk unjuk kerja (performance) yang pada dasarnya
bersifat menyeluruh (holistik), kinerja, dan autentik. Pola asesmen seperti ini dikenal
dengan asesmen autentik dan asesmen alternatif.

1. Asesmen Efektif.
Asesmen yang mampu mengungkap ketiga aspek tujuan pembelajaran (afektif,
kognitif, dan psikomotorik) yaitu asesmen autentik dan asesmen alternatif.
Suatu asesmen dikatakan autentik bilamana asesmen itu melibatkan peserta didik
pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Grant menyatakan asesmen
dikatakan autentik jika asesmen itu memeriksa/menguji secara langsung perbuatan atau
prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak. Bentuk penerapan

3
asesmen autentik secara umum yaitu: portofolio, perbuatan atau kinerja (performance),
proyek, dan respon tertulis secara luas. Sementara itu prinsip-prinsip dan ciri-ciri asesmen
autentik menurut Nurhadi, dkk adalah:
 mengukur semua aspek pembelajaran meliputi proses, kinerja dan produk;
 dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran;
 menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber;
 tes hanya salah satu alat pengumpul data;
 tugas yang diberikan harus mencerminkan kehidupan siswa yang nyata; dan
 penilaian menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan kuantitas.
Asesmen alternatif adalah asesmen yang lain dari yang lazimnya. Bentuk-
bentuknya antara lain: asesmen kinerja, observasi, kegiatan bertanya, presentasi dan
diskusi, proyek dan investigasi, portofolio dan jurnal, wawancara dan konferensi, dan
asesmen diri sendiri. Corebima menyatakan bahwa asesmen alternatif tidak otomatis
tergolong asesmen autentik, bagaimanapun suatu asesmen alternatif tergolong autentik atau
tidak ditentukan oleh manajemen pelaksanaan asesmen alternatif tersebut, Sebagai contoh
misalnya portofolio seorang peserta didik yang hanya sekedar hasil editing
dari portofolio temannya tentu tidak tergolong asesmen autentik.
Format asesman alternatif lebih difokuskan dan dipusatkan kepada siswa dan
bersifat autentik. Asesmen alternatif lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghasilkan berbagai solusi dari suatu masalah, selain itu juga mengoreksi dan menjawab
yang benar. Sementara itu format asesmen tradisional seperti pilihan ganda, benar-salah,
dan siswa-siswa memungkinkan maju menunjukkan keterampilan dan pengetahuan yang
didapatnya. Non tradisional, yaitu format alternatif asesmen memberikan peluang yang
lebih besar kepada siswa-siswa untuk menunjukkan apa yang dipelajari, bagaimana mereka
belajar, dan bagaimana mereka menghubungkan pengetahuan dengan dunia nyata.

2. Model Pengembangan Asesmen


Pendekatan pembelajaran (biologi) saat ini khususnya KTSP yang mengacu kepada
pembelajaran tuntas (mastery learning) berimplikasi terhadap pola pengembangan asesmen
yaitu pengembangan asesmen yang berbasis kompetensi dan berkelanjutan yang mencakup
aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.

4
Menurut Haryati, ada tujuh teknik asesmen yang dapat dikembangkan (termasuk
dalam pembelajaran biologi) yang berorientasi asesmen autentik dan asesmen alternatif
dapat dipaparkan sebagai berikut.
1. Unjuk Kerja.
Teknik asesmen yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan suatu hal atau kegiatan tertentu.
2. Kerja Proyek
Teknik asesmen berupa tugas untuk mengetahui beberapa kompetensi yang harus
diselesaikan peserta didik dalam periode atau waktu tertentu.
3. Tes Tertulis
Teknik asesmen, di mana guru mengajukan pertanyaan atau soal-soal yang
dilakukan secara tertulis, dan jawaban diberikan dalam bentuk tertulis.
4. Produk
Teknik asesmen yang berupa penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk yang dibuat oleh peserta didik.
5. Portofolio
Teknik asesmen yang menilai kumpulan karya/tugas dari peserta didik.
6. Sikap
Teknik asesmen yang menilai sikap peserta didik.
7. Penilaian Diri
Teknik asesmen, di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri terkait
dengan kompetensi yang sedang dipelajarinya.

3. Arti Tujuan Pembelajaran dan Kaitannya dengan Asesmen


Tujuan pokok proses pembelajaran adalah untuk mengubah tingkah laku siswa
berdasarkan tujuan yang telah direncanakan dan disusun oleh guru sebelum proses
kegiatan pembelajaran berlangsung. Perubahan tingkah laku itu mencakup aspek
intelektual, emosional, dan fisik. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses
perubahan tingkah laku siswa, peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat
penting.
Sebelum diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang direvisi
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka tujuan pembelajaran
dibedakan menjadi tujuan pembelajaran umum (TPU) yang biasanya telah tercantum pada

5
GBPP dan tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang biasanya harus dibuat oleh guru
sendiri.
Berdasarkan tujuan pembelajaran khusus tersebut, maka guru dapat
mengembangkan alat evaluasi (asesmen). Setiap tujuan pembelajaran minimal dapat
dikembangkan menjadi sebuah soal yang merupakan alat atau instrument untuk
mengetahui tingkat penguasaan peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa arti tujuan pembelajaran adalah menyiratkan tingkat
penguasaan yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik yang nantinya dapat
diketahui dari proses penilaian (asesmen, pengukuran, dan evaluasi) baik menyangkut
aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik dalam berbagai bentuk baik yang bersifat autentik
ataupun alternatif.

4. Pemilihan Bentuk Tugas yang Sesuai.


Beberapa bentuk tugas (tagihan) yang digunakan dalam sistem asesmen berbasis
kompetensi menurut Haryati sebagai berikut.
1) Bentuk tugas (tagihan) pilihan ganda; dipilih jika melibatkan banyak peserta didik
dan memerlukan koreksi yang cepat.
2) Bentuk tugas (tagihan) uraian; dipilih jika bertujuan agar siswa mengungkapkan
pikirannya ke dalam suart kerangka terstruktur, menguraikan hubungan dan
mempertahankan pendapat secara tertulis, dan jumlah peserta didik tidak terlalu
banyak.
3) Bentuk tugas (tagihan) jawaban singkat; tagihan ini cocok digunakan untuk
mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Cakupan materi bisa
banyak yang diujikan, namun tingkat berpikir yang diuji rendah.
4) Bentuk tugas (tagihan) menjodohkan; cocok untuk mengetahui pemahaman peserta
didik tentang fakta dan konsep, tingkat berpikir rendah.
5) Bentuk tugas (tagihan) unjuk kerja (performance); cocok untuk mengukur
kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu, misalnya praktikum di
laboratorium.
6) Bentuk tugas (tagihan) portofolio; cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk
kerja peserta didik dengan menilai kumpulan karya yang mereka kerjakan.
Kemudian ada beberapa jenis tugas (tagihan) yang dapat dipilih dalam asesmen
sebagai berikut.

6
1) Pertanyaan lisan di kelas; materi yang ditanyakan berupa konsep, prinsip atau
teorema yang dapat dilakukan di awal atau akhir pelajaran.
2) Ulangan harian; dilakukan secara periodik setelah menyelesaikan satu atau dua
pokok bahasan.
3) Tugas individu; jika menginginkan tingkat berpikir yang aplikatif, analisis, sintesis
dan evaluasi serta mencipta.
4) Tugas kelompok; ingin menilai kerjasama peserta didik dalam suatu tim.
5) Ujian block, bertujuan untuk melakukan asesmen terhadap materi yang diajarkan
dalam bentuk block dari materi yang telah ditetapkan indikator-indikatornya.
6) Ujian semester; dilakukan pada akhir semester.

5. Menyusun Tugas Asesmen


Dalam menciptakan suatu tugas khususnya pada asesmen autentik, menurut
Johnson, guru CTL (Contextual Teaching and Learning) menemukan bahwa prosedur
berikut sangat bermanfaat yaitu:
 Mendeskripsikan secara tepat apa yang harus diketahui siswa dan apa yang dapat
mereka demonstrasikan, beritahukan kepada mereka standar yang harus mereka
kuasai.
 Berusaha mengkaitkan kegiatan akademis secara bermakna dengan konteks dunia
sehari-hari atau mengajak untuk mensimulasi konteks dunia nyata yang
mengandung makna.
 Meminta siswa untuk menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dengan apa
yang mereka ketahui, untuk menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang
mendalam, dengan memproduksi suatu hasil, misalnya suatu produk nyata,
presentasi, koleksi karya (portofolio).
 Menentukan tingkat kecakapan atau keahlian yang harus diketahui.
 Mengekspresikan tingkat kecakapan atau keahlian dalam bentuk rubrik, yaitu suatu
pedoman penilaian yang memberikan kriteria untuk menilai tugas.
 Mengenalkan siswa dengan rubric tersebut, selanjutnya mengajak siswa untuk terus
menerus melakukan evaluasi diri sementara mereka menilai kualitas pekerjaan
mereka sendiri dalam asesmen ini.
 Melibatkan seorang audiens atau penilai lain selain guru untuk merespon asesmen
itu.

7
6. Mengubah Keberadaan Suatu Tugas
Dalam hal ini instrumen yang digunakan berupa tugas dalam berbagai bentuknya
yang merupakan alat pengukuran serta akan menghasilkan data kuantitatif berupa skor.
Terkait dengan hal itu untuk mengubah keberadaan suatu tugas agar menghasilkan skor,
untuk selanjutnya dilakukan evaluasi (dasar pengambilan keputusan), maka harus
dilakukan penskoran terhadap tugas.
Alat yang digunakan untuk membantu guru melakukan penyekoran adalah rubrik
penyekoran. Rubrik penyekoran adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor
atau menempatkan posisi siswa pada suatu tugas (tes, portofolio, atau kinerja). Rubrik
penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai secara relatif bila
dibandingkan dengan standar pencapaian yang diinginkan.
Menurut Hart, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a) Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar.
b) Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa dan bukannya menunjukkan
kelemahan mereka.
c) Diskor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan kurva normal atau
acuan norma
d) Mengakses proses dan kompetensi secara luas.
e) Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri sendiri.

2.2 Ringkasan Jurnal Pembanding


Penilaian sebagai upaya sistematik dansistemik dilakukan melalui pengumpulan
data atau informasi yang valid dan reliable untuk diolah sebagai dasar pertimbangan
dalam pengambilan keputusan suatu program pendidikan. Pengambilan keputusan dalam
hal ini salah satunya adalah penentuan hasil belajar mahasiswa dalam penguasaan
kompetensi tertentu. Hasil penilaian dapat membantu mahasiswa untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahannya, serta membantu guru dalam menilai efektifitas strategi
pembelajaran yang digunakan.
Penilaian dibedakan menjadi penilaian tradisional dan penilaian autentik. Penilaian
tradisional pada umumnya hanya membutuhkan respon peserta didik atas pertanyaan yang
diajukan, jawaban atas pertanyaan telah distrukturisasi oleh guru, dan peserta didik
diharapkan menjawab sesuai dengan struktur tersebut Sedangkan penilaian auntentik
adalah sebuah bentuk penilaian dengan meminta peserta didik untuk menunjukkan tugas

8
“dunia nyata” yang mendemonstrasikan aplikasi yang bermakna dari pengetahuan dan
keterampilan, serta sikap, yang mereka butuhkan untuk digunakan di dalam kehidupan.
Penilaian autentik melibatkan berbagai bentuk pengukuran kinerja yang
mencerminkan belajar, prestasi, motivasi, dan sikap siswa pada kegiatan yang relevan
dengan pembelajaran Dengan penilaian autentik, peserta didik dilibatkan dalam tugas-
tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Tugas yang diberikan dapat
berupa replika atau analogi dari permasalahan yang dihadapi oleh orang dewasa atau
profesional dalam bidangnya. Penilaian autentik meminta siswa untuk mendemonstrasikan
keterampilan atau prosedur dalam konteks dunia nyata.
Beberapa karakteristik penilaian autentik antara lain;
 berpusat pada peserta didik,
 merupakan bagian terintegrasi dari pembelajaran,
 bersifat kontekstual dan bergantung pada konten pembelajaran,
 merefleksikan kompleksitas belajar,
 menggunakan metode/prosedur yang bervariasi,
 menginformasikan cara pembelajaran atau program pengembangan yang
seharusnya dilakukan, dan
 bersifat kualitatif
Penilaian autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-
macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia
nyata. Dalam suatu proses pembelajaran nyata, penilaian autentik mengukur, memonitor
dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan
psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun
berupa perubahan dan perkembangan aktifitas, dan perolehan belajar selama proses
pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.
Penilaian berfungsi untuk membantu dalam menyebarkan peserta didik menjadi
kelompok, meningkatkan metode pembelajaran, mengukur kesiapan peserta didik (sikap,
mental, dan material), dan memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam
meningkatkan kompetensinya, memberikan informasi yang dapat membantu pendidik
dalam melaksanakan pendidikan yang lebih baik, dan dalam membuat keputusan mengenai
keberlanjutan studi dan evaluasi program pembelajaran.
Adapun lokasi diadakannya penelitian yaitu di IKIP PGRI Bojonegoro yang
berlokasi di Jl. Panglima Polim No.46 Bojonegoro dengan partisipan yaitu dosen (N=4)

9
dan mahasiswa (N=14) dari 4 Program Studi (Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Bahasa
Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan).
Adapun hasil dan pembahasan dari penelitian tersebut, yaitu
1. Penerapan Penilaian Autentik di IKIP PGRI Bojonegoro
Metode penilaian autentik menggunakan beberapa aspek untuk menilai hasil
belajar mahasiswa, diantaranya; kinerja mahasiswa (student’s performance), produk yang
dihasilkan mahasiswa (product), portofolio, dan sikap (attitude).
Beberapa dosen di IKIP PGRI bojonegoro telah menerapkan metode penilaian
auntentik di dalam pembelajaran yang dilakukan. Mereka berupaya untuk menilai proses
dan hasil belajar mahasiswa dengan menilai aspek kognitif, afektif, dan psimotorik
mahasiswa secara proporsional.
Untuk melakukan penilaian hasil belajar ini, dosen tidak hanya diharuskan untuk
menentukan aspek-aspek apa saja yang perlu dinilai, tetapi juga mengetahui cara untuk
menilai aspek-aspek tersebut. Hasil penelitian menunjukkan beberapa cara yang dilakukan
dosen dalam menilai aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Penilaian
aspek pengetahuan dilakukan dengan cara menilai tugas harian, ujian harian, ujian tengah
semester, dan ujian akhir semester. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan cara
mengamati sikap mahasiswa baik di dalam maupun di luar kelas, seperti motivasi belajar,
tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, kedisiplinan, kesopanan, dan kejujuran dalam
mengerjakan tugas atau ujian. Sedangkan penilaian aspek psikomotorik dilakukan dengan
cara menilai partisipasi aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran seperti keaktifan
bertanya, mengemukakan pendapat, maupun kinerja presentasi, serta hasil kreatif karya
mahasiswa.
Dalam pandangan dosen, penilaian auntetik memiliki beberapa manfaat bagi
mahasiswa antara lain :
 Meningkatkan kedisiplinan mahasiswa
 Memotivasi untuk mengerjakan tugastugas kuliah dengan serius
 Meningkatkan keaktifan/ partisipasi mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran
 Meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa Memotivasi mahasiswa untuk
belajar sungguh-sungguh
 Melatih mahasiswa berpikir kreatif

10
Dalam proses penerapan penilaian autentik, dosen mengalami beberapa kendala
antara lain; Pertama, banyaknya aspek yang harus dinilai membuat persoalan menjadi
kompleks. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi dosen, sehingga terkadang penerapan
auntentik tidak berjalan secara optimal. Kedua, penilaian auntentik membutuhkan banyak
waktu. Dosen harus meluangkan banyak waktu untuk melakukan penilaian ini, sebab
penilaian tidak hanya dilakukan di akhir perkuliahan, tetapi juga dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung. Ketiga, beberapa dosen belum mengetahui instrumen yang
tepat untuk menilai hasil belajar siswa, terutama instumen untuk menilai aspek afektif dan
psikomotorik. Hal ini salah satunya disebabkan karena sediktinya buku literatur tentang
teknik dan instrumen penilaian auntetik di perguruan tinggi. Penilaian auntentik yang
tidak dilengkapi dengan instrumen yang tepat dapat menimbulkan penilaian yang
cenderung subyektif.

2. Persepsi Mahasiswa tentang Penilaian Autentik


Bagi mahasiswa, metode penilaian auntentik dianggap sangat tepat untuk
diterapkan di dalam pembelajaran. Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya
penerapan penilaian autentik, antara lain;
a) Penilaian auntentik mengukur semua aspek baik kehadiran, keaktifan, maupun
pengetahuan mahasiswa
b) Mahasiswa tidak hanya bersungguhsungguh pada saat akan mengahadapi ujian,
akan tetapi juga selalu focus dalam setiap kegiatan pembelajaran, sehingga
menghasilkan kinerja yang baik dalam proses maupun hasil belajar.
c) Hasil belajar akan menunjukkan kemampuan mahasiswa yang sebenarnya dengan
adanya kesesuaian (keselarasan) antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
d) Metode penilaian auntetik dipandang lebih adil, karena mengkombinasikan antara
proses dan hasil belajar.
Dalam perspektif mahasiswa, penilaian autentik memilik beberapa manfaat yang
dapat dirasakan secara langsung yaitu;
 Meningkatkan keaktifan dan kedisiplinan mahasiswa dalam pembelajaran.
 Melatih mahasiswa untuk bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas.
 Membentuk mahasiswa berfikir tingkat tinggi, kreatif dan inovatif.
 Mahasiswa dapat lebih aktif dan kritis.
 Mahasiswa dapat lebih percaya diri dalam menyampaikan suatu pendapat.

11
 Meningkatkan intensitas belajar.
 Membentuk sikap yang lebih baik.
 Mahasiswa akan lebih memahami dan menghargai sebuah proses belajar

3. Penilaian Autentik dan Kualitas Hasil Pembelajaran


Ada beberapa kelebihan penilaian autentik dan hubungannya dengan kualitas hasil
belajar yaitu sebagai berikut:
1) Penerapan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara
langsung terhadap kinerja mahasiswa sebagai indikator capain kompetensi materi
yang dipelajari. Namun, penilaian autentik menuntut mahasiswa untuk berunjuk
kerja dalam situasi yang nyata dan sekaligus bermakna yang secara otomatis juga
mencerminkan penguasaan dan keterampilan keilmuannnya. Unjuk kerja tersebut
bersifat langsung, langsung terkait dengan konteks situasi dunia nyata dan
tampilannya juga dapat diamati secara langsung.
2) Penilaian autentik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
mengkonstruksikan hasil belajarnya. Dengan penilaian autentik mahasiswa diminta
untuk mengkonstruksikan apa yang telah diperoleh ketika mereka dihadapkan pada
situasi konkret. Dengan cara ini mahasiswa akan menyeleksi dan menyusun
jawaban berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan analisis situasi yang dilakukan
agar jawabannya relevan dan bermakna.
3) Penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar,
dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Ketiga hal tersebut,
yaitu aktivitas dosen membelajarkan, mahasiswa belajar, dan dosen menilai
capaian hasil belajar mahasiswa, merupakan satu rangkaian yang memang
sengaja didesain demikian. Ketika dosen membelajarkan suatu topik dan
mahasiswa aktif mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa tagihan terhadap
penguasaan topik itu, melainkan mahasiswa juga diminta untuk berunjuk kerja
mempraktikkannya dalam sebuah situasi konkret yang sengaja diciptakan.
4) Penilaian autentik member kesempatan mahasiswa untuk menampilkan hasil
belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik. Singkatnya,
model ini memungkinkan mahasiswa memilih sendiri cara, bentuk, atau tampilan
yang menurutnya paling efektif. Hal itu berbeda dengan penilaian tradisional,
misalnya bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi satu cara untuk menjawab

12
dan tidak menawarkan kemungkinan lain yang dapat dipilih. Jawaban mahasiswa
dengan model ini memang seragam, dan itu memudahkan kita mengolahnya, tetapi
itu menutup kreativitas mahasiswa untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya.
Berdasarkan uraian di atas, penilaian autentik di perguruan tinggi sesungguhnya
menekankan pada kualitas hasil belajar mahasiswa dan tidak berfokus pada seberapa tinggi
nilai yang mdiperoleh mahasiswa.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Jurnal


Pada jurnal utama yang berjudul “Analisis Pentingnya Asesmen Autentik dan
Alternatif dalam Pembelajaran Biologi”, yang ditulis oleh I Wayan Karmana membahas
mengenai asesmen autentik dan alternatif pada pembelajaran Biologi. Dimana dijelaskan
mengenai pengertian dan pembahasan yang terkait dengan asesmen autentik dan alternatif
menurut para ahli dari dari berbagai sumber. Referensi yang digunakan peneliti cukup
banyak dan masih tergolong baru atau update. Selain itu, teori yang disampaikan juga
cukup menjadi referensi bagi peneliti atau penulis lainnya. Bahasa yang digunakan juga
cukup baik sehingga memudahkan pembaca memahami makna dari materi yang
disampaikan.
Pada jurnal pembanding yang berjudul “Penilaian Autentik dan Relevansinya
dengan Kualitas Hasil Pembelajaran (Persepsi Dosen dan Mahasiswa IKIP PGRI
Bojonegoro)”, yang ditulis oleh Siti Ermawati dan Taufik Hidayat membahas mengenai
asesmen atau penilaian autentik dari persepsi dosen dan mahasiswa. Dimana dosen dan
mahasiswa merupakan sampel dari penelitian. Dan hasil dari penelitian tersebut dijabarkan
dengan disertai penjelasan dari penelitian tersebut. Selain itu juga disertai dengan pendapat
beberapa ahli yang memperkuat argumen dari peneliti. Referensi yang digunakan juga
cukup banyak dan masih tergolong baru. Bahasa yang digunakan dalam penulisan jurnal
juga baik sehingga memudahkan pembaca memahami makna dari materi yang
disampaikan.

3.2 Kelemahan Jurnal


Pada jurnal pertama yang membahas mengenai asesmen autentik dan alternatif
pada pembelajaran Biologi namun kurang membahas mengenai keterkaitan asesmen
tersebut dengan pembelajaran Biologi. Kemudian identitas jurnalnya juga kurang jelas.
Karena pada jurnal tidak terdapat tahun penerbitan jurnal, sehingga penulis harus mencari
identitas lengkap penulis pada situs download jurnal tersebut.

14
Pada jurnal pembanding, hanya membahas mengenai asesmen autentik dan tidak
membahas asesmen alternatif. Dan objek penelitian dari kedua sumber juga tidak saling
berhubungan sehingga tidak bisa dibandingkan.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Ada tiga istilah penting yang sangat terkait dengan aspek penilaian yang selama ini
sering tercampur aduk dan kurang dipahami betul perbedaannya. Istilah yang dimaksud
adalah pengukuran, asesmen, dan evaluasi.
Menurut Hart, asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta
didik, berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat lakukan,
sedangkan evaluasi didefinisikan sebagai proses penafsiran (interpretasi) serta pembuatan
keputusan berkenaan dengan informasi asesmen tersebut. Sementara itu pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik
dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu
atau pengukuran terkait erat dengan proses pencarian (penentuan) nilai kuantitatif.
Penilaian dibedakan menjadi penilaian tradisional dan penilaian autentik. Penilaian
tradisional pada umumnya hanya membutuhkan respon peserta didik atas pertanyaan yang
diajukan, jawaban atas pertanyaan telah distrukturisasi oleh guru, dan peserta didik
diharapkan menjawab sesuai dengan struktur tersebut Sedangkan penilaian auntentik
adalah sebuah bentuk penilaian dengan meminta peserta didik untuk menunjukkan tugas
“dunia nyata” yang mendemonstrasikan aplikasi yang bermakna dari pengetahuan dan
keterampilan, serta sikap, yang mereka butuhkan untuk digunakan di dalam kehidupan.

4.2 Rekomendasi
Dari kedua jurnal yang telah direview, saya merekomendasikan jurnal utama
sebagai bahan referensi. Karena pada jurnal utama lebih focus pada asesmen autentik dan
alternatif dibandingkan dengan jurnal pembanding.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati, Siti dan Hidayat, Taufik. (2017). Penilaian Autentik dan Relevansinya dengan
Kualitas Hasil Pembelajaran (Persepsi Dosen dan Mahasiswa IKIP PGRI
Bojonegoro). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. 27 (1) : 92-103
Karmana, I Wayan. (2013). Pentingnya Asesmen Autentik dan Alternatif dalam
Pembelajaran Biologi. Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist”. 1(2) : 169-177
i

Anda mungkin juga menyukai