Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH RANGKAIAN TERINTEGRASI

MENGANALISIS PENGUAT OPERASIONAL

Oleh Kelompok 1 :

HILERI F SITUMORANG (4172121022)


IFFAH KHAIRIYAH ISMAYANTI (4172121023)
LINDU P SIMANULLANG (4172121025)
RIKA WAHYUNI (4171121028)
RIYANTO BELENSDRO (4173321043)

Kelas : Fisika Dik C 2017

Mata Kuliah : Rangkaian Terintegrasi

Dosen Pengampu : Rajo Hasim Lubis, S.Pd, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Oktober 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dimampukan menyelesaikan tugas berstruktur KKNI, dimana tugas
ini adalah salah satu bagian dari ke-enam tugas yang di wajibkan pada KKNI. Pada makalah
ini penulis membahas tentang Menganalisis Penguat Operasional.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Rangkaian


Terintegrasi Bapak Rajo Hasim Lubis, S.Pd, M.Pd., yang telah banyak membantu memberi
arahan dan masukan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Penulis sadar bahwa makalah tugas rutin ini masih dari jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis memohan kritikan dan saran dari para pembaca, agar kedepannya dapat
membuat tugas lebih baik lagi. Untuk perhatian dan partisipasinya penulis mengucapkan
terimakasih.

Medan, 02 Oktober 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


Penguat Operasional 741 ..................................................................................... 3
Penguat Pembalik ................................................................................................. 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 9


Kesimpulan .......................................................................................................... 9
Saran ..................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penguat operasional adalah komponen yang paling dasar dalam sistem analog.
Penguat operasional sering dikenal juga dengan sebutan Op-Amp (Operational Amplifier).
Sebagai contoh dengan menghubungkan dua resistor eksternal, kita dapat mengatur perolehan
tegangan dan bandwith penguat operasional sesuai dengan keperluan kita. Lebih jauh lagi,
dengan komponen eksternal lainnya, kita dapat membangun koverter bentuk gelombang,
osilator, filter aktif, dan rangkaian menarik lainnya.

Penguat operasional merupakan penguat masuk diferensial berperolehan tinggi


gandeng langsung. Istilah penguat operasional ini pertama kali digunakan untuk penguat dc
(arus searah) yang membentuk operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan,
integrasidan diferensiasi.

Penguat operasional yang ideal memiliki perolehan tegangan tak terhingga, frekuensi
perolehan-satu yang tak terhingga, impedansi masukan tak terhingga, dan CMRR tak
terhingga. Ia juga memiliki resistansi keluaran nol, arus bias nol, dan offset nol. Semua ini
adalah apa yang akan dibuat pabrik jika mereka mampu. Apa yang sebenarnya yang dapat
mereka buat adalah peranti yang mendekati nilai ideal.

Salah satu penggunaan yang terpenting dari op-amp adalah sebagai penguat
(amplifier). Aplikasi op-amp yang paling sering dipakai antara lain adalah
rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differentiator . Penguat (amplifier)
adalah rangkaian yang menerima sinyal pada masukan (input) dan menghasilkan
sinyal pada keluaran (output) yang tidak berubah, terlebih besar amplitudonya.

Ciri dari penguat adalah adanya rangkaian umpan balik negatif (negative feed
back) yaitu adanya tahanan (resistor) luar yang dipasang sebagai penghubung
antara terminal keluaran (output) dan terminal masukan negatif (negative input)
gain. Dengan penambahan umpan balik negatif maka rangkaian tidak lagi tergantung
p a d a p e n g u a t a n u n t a i a n t e r b u k a ( o p e n l o o p g a i n A o L) .

R a n gk a i a n ya n g d i h a s i l k a n mempunyai panguatan tertutup (close loop gain


AcL) ynag terbebas dari AoL. Penguatan (gain) untaian tertutup AcL tergantung pada
tahanan luar saja. Operational Amplifier (Op-Amp) adalah salah satu rangkaian

1
komponen analog terintegrasi (IC) yang sering digunakan dalam berbagai kebutuhan
perancangan rangkaian elektronika. IC Op-Amp sering digunakan untuk banyak
rangkaian elektronika antara lain adalah Penguat Inverting, Penguat Non-Inverting,
Adder, Subtractor, Buffer, PID Controller Analog, dan Komparator.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penguat operasional 741.
2. Bagaimana penguat pembalik.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penguat operasional 741.
2. Untuk mengetahui penguat pembalik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penguat Operasional


Ini memperkenalkan satu keluarga rangkaian-terpadu-analog yang serbaguna. Blok-
blok gain. Amplifier operasional ini menawarkan karekteristik-karekteristik yang mendekati
ideal (yaitu gain tegangan yang praktis mencapai nilai tak-hingga dan resistansi input yang
dikopkling dengan resistansi output yang rendah dan bandwidth yang lebar).
Komponen-komponen eksternal ditambahkan ke amplifier operasional untuk
mendefenisikan fungsi amplifier tersebut di dalam suatu rangkaian. Dengan menambahkan
duah buah resistor, kita dapat membuat sebuah amplifier yang memiliki gain yang sangat
akurat. Sebagai alternatif, hanya dengan sebuah resistor dan sebuah kapasitor kita dapat
membuat sebuah rangkaian integrator aktif. Bab ini memperkenalkan konsep-konsp dasar
amplifier dan menguraikan penggunaannya dalam aplikasi-aplikasi rangkaian praktis.
Amplifier operasional memiliki dua kaki sambungan input dan satu sambungan
output. Tifak terdapat sambungan langsung ke common. Lebih jauh, untuk menyederhanakan
rangkain kita tidak harus selalu menampilkan kaki-kaki sambungan ke sumber, sering kali
akan lebih jelas untuk tidak menyertakannya pada gambar rangkaian.
Sebagian besar (namun tidak semua) amplifier operasional membutuhkan sumber
simetris (biasanya ±5 V hingga ±15 V). Hal ini memungkinkan tegangan output untuk
berayun kea rah positif (di atas 0 V) dan ke arah negatif (di bawah 0 V). Gambar 2.1
memperlihatkan bagaimana sambungan – sambungan sumber akan tampak jika kita hendak
menyertakannya. Perhatikan bahwa kita biasanya memiliki dua sumber terpisah; sebuah
sumber positif dan sebuah sumber negatif yang sama besarnya, walaupun berlawanan.
Sambungan bersama (common connection) dari kedua sumber ini (yaitu jalur 0 V) berperan
sebagai jalur bersama (common rail) pada rangkaian kita. Tegangan input dan output
biasanya diukur relatif terhadap jalur ini.
Sumber +vs

Input pembalik _

Output

Input
non-pembalik +

Sumber -vs

3
2.1.1 Tegangan offset input
Sebuah amplifier operasional yang ideal akan memberikan tegangan output nol ketika
tegangan sebesar 0 V diberikan kepada inputnya. Dalam prakteknya, karena
ketidaksempurnaan keseimbangan internal, sejumlah kecil tegangan dapat dapat muncul pada
output. Tegangan yang yang harus diberikan secara diferensial kepada input amplifier
operasional untuk mendapatkan tegangan output yang tepat nol dikenal sebagai tegangan
offset input.
Tegangan offset dapat diminimalkan dengan menerapkan umpan-balik yang relatif
besar atau dengan menggunakan fasilitas offset null yang disediakan oleh sejumlah amplifier
operasional. Nilai yang tipikal dari tegangan offset input berkisar antara 1 mV hingga 15 mV.
Jika kopling a.c., dan bukannya d.c., digunakan, tegangan offset bukan merupakan suatu
masalah dan dapat diabaikan.
Tegangan offset input adalah tegangan yang ketika diberikan kepada input
menghasilkan tegangan output yang tepat nol. Demikian pula, arus offset input adalah arus
yang ketika diberikan kepada input, menghasilkan tegangan output yang besarnya tepat nol.
Perhatikan bahwa, karena keseimbangan yang tidak sempurna dan gain internal yang sangat
tinggi, tegangan output dalam jumlah yang kecil dapat muncul walaupun tidak terdapat input
apapun. Offset dapat diminimalkan dengan menerapkan umpan-balik negatif dalam jumlah
yang besar atau dengan menggunakan fasilitas offset null yang disediakan oleh sejumlah
amplifier operasional.

2.1.2 Bandwidth daya penuh


Bandwidth daya penuh merupakan ekuivalen dari frekuensi dimana tegangan output puncak
maksimum yang belum terdistorsi jatuh hingga mencapai 0,707 kali nilai frekuensi
rendahnya (d.c.) (tegangan input sinusoidal tetap konstan). Bandwidth daya penuh yang
tipikal berkisar antara 10 KHz hingga lebih dari 1 MHz untk beberapa perangkat
berkecepatan-tinggi.

2.1.3 Slew rate


Slew-rate adalah kecepatan perubahan dari tegangan output, ketika tegangan input
gelombang persegi diberikan. Slew-rate diukur dalam V/s (atau V/µs) dan nilai tipikalnya
berkisar antara 0,2 V/µs hingga lebih dari 20 V/µs. Slew-rate memberikan pembatasan pada
rangkaian dimana pulsa – pulsa dengan amplitude besar, dan bukannya sinyal – sinyal
sinusoidal beramplitudo kecil, akan lebih sering dijumpai.

4
Slew-rate dari sebuah amplifier operasional adalah kecepatan perubahan tegangan
output sebagai tanggapan terhadap input step-function sempurna. Maka:
dVout
Slew-rate = …………………………………….(2.1)
𝑑𝑡

Dimana dVout merupakan perubahan pada tegangan output (V) dan dt adalah internal waktu
yang berkaitan (s).

2.1.4 Karakteristik amplifier operasional


Setelah mendefinisikan terminologi – terminologi yang digunakan pada amplifier operasional
sekarang kita akan membahas karakteristik dari sebuah amplifier operasional ‘ideal’.
Karakteristik yang diinginkan dari sebuah amplifier operasional dirangkumkan berikut ini:
a. Gain tegangan loop-terbuka harus sangat tinggi (idealnya tidak terhingga).
b. Resistansi input harus sangat tinggi (idealnya tidak terhingga).
c. Resistansi output harus sangat rendah (idealnya nol).
d. Bandwidth daya-penuh harus selebar mungkin.
e. Slew-rate harus sebesar mungkin.
f. Offset input harus sekecil mungkin.
g. Rasio penolakan mode-bersama harus sebesar mungkin.
Karakteristik dari amplifier operasional IC modern sudah sangat mendekati
karakteristik dari amplifier operasional ‘ideal’. (Mike Tooley, 2003)
Merujuk kepada pembahasan awal kita tentang amplifier, pembahasannya ialah
tentang Gain, impedansi input dan output merupakan parameter – parameter penting.
Amplifier yang sempurna haruslah memiliki impedansi input yang tak terhingga, maka dari
itu beberapa sinyal harus dimasukkan ke input tersebut tanpa hambatan.
Dengan gain yang tinggi dari op-amp tersebut, perjalanan dan fungsi dari rangkaian
ditentukan secara keseluruhan dengan komponen – komponen balikannya dan itu muncul
secara bebas dari karakteristik amplifier. Keunggulan terpenting lainnya dari op-amp ialah
memiliki offset yang sangat kecil pada inputnya, ketika sebuah balikan tersambung antara
input dan outputnya dibentuk, inputnya berada pada ground dan outputnya kembali pada
kondisi awal. (James Diefenderfer, 1972)
Meskipun beberapa penguat operasional berdaya tinggi tersedia di pasaran,
kebanyakan penguat operasional yang ada adalah piranti berdaya rendah dengan rating daya
maksimum kurang dari satu watt. Beberapa penguat operasional dioptimisasikan untuk

5
bandwidthnya, yang lain untuk offset masukannya yang rendah, yang lain untuk derau
rendahnya, dan sebagainya.
Inilah mengapa penguat operasional yang tersedia di pasaran memiliki jenis yang
sangat banyak. Anda dapat menemukan sebuah penguat operasional untuk hampir semua
aplikasi analog. Penguat operasional adalah komponen yang paling dasar dalam sistem
analog. Sebagai contoh, dengan menghubungkan dua resistor eksternal, kita dapat mengatur
perolehan tegangan dan bandwidth penguat operasional. (Albert P.Mlavino, 2004)

2.2 Penguat Pembalik


Penguat pembalik adalah rangkaian penguat operasional yang paling dasar. la
menggunakan umpan balik negatif untuk menstabilkan perolehan tegangan keseluruhan.
Alasan mengapa kita perlu menstabilkan persetujuan tegangan keseluruhan adalah AOL terlalu
tinggi dan tidak stabil untuk digunakan tanpa umpan balik. Sebagai contoh, 741C memiliki
AOL minimum sebesar 20.000 dan AOL maksimum sebesar lebih dari 200.000. Perolehan
tegangan yang tak terduga dan variasinya menjadi tidak berguna tanpa umpan balik.

Umpan Balik Negatif Pembalik


Gambar 18-11 menunjukkan sebuah penguat pembalik. Rangkaian ini adalah
rangkaian ekuivalen ac. Tegangan masukan vin menggerakkan masukan pembalik melalui
resistor R1. Ini akan menghasilkan tegangan masukan pembalik v2. Tegangan masukan
diperkuat oleh perolehan tegangan kalang terbuka untuk menghasilkan tegangan keluaran
yang dibalikkan. Tegangan keluaran kemudian diumpanbalikkan ke masukan melalui resistor
umpan balik R2. Ini akan menghasilkan uang balik negative karena keluarannya berbeda 180 o
dengan masukan. Dengan kata lain, setiap perubahan pada v2 dihasilkan oleh tegangm
masukan yang diberlawanan dengan sinyal keluaran.

6
Berikut adalah bagaimana impan balik negatil menstabilkan perolehan tegangan
keseluruhan : Jika perolehan tegangan kalang terbuka AOL naik karena suatu sebab tegangan
keluaran akan naik dan mengumpanbalikkan lebih banyak tegangan ke masukan pembalik.
Tegangan umpan balik yang berlawanan ini mengurangi v2. Karena itu, meski AOL naik, v2
turun, dan keluaran akhir naik kira-kira sama dengan tanpa umpan balik negatif. Hasil
keseluruhannya adalah kenaikan vang sangat kecil pada tegangan keluaran begitu kecil
sehingga hamper tidak dapat diperhatikan.

Ground Virtual
Ketika menghubungkan sebuah kawat antara suatu titik pada rangkaian dengan
ground, tegangan pada titik itu menjadi nol. Lebih jauh, kawat ini memberi jalan bagi arus
untuk mengalir ke ground. Ground mekanik (kawat antara sebuah titik dengan ground)
adalah ground bagi tegangan dan arus).
Ground virtual berbeda adalah shortcut yang banyak digunakan untuk menganalis
penguat pembalik. Dengan ground virtual ini, analisis penguat pembalik dan rangkain yang
berhubungan dengannya menjadi sangat mudah.
Konsep ground virtual ini didasarkan pada penguat operasional ideal. Saat penguat
operasional adalah ideal, ia memiliki perolehan tegangan kalang terbuka tak terhingga dan
resistansi masukan tak terhingga. Karena ini, kita dapat mendeduksi sifat ideal berikut untuk
perguat pembalik pada Gambar 18-12

1. Karena Rin adalah tak terhingga, maka i2, adalah nol.


2. Karena AOL tak terhingga maka, v2 adalah nol.
Karena i2 pada gambar 18-12 adalah nol, arus yang melalui R2, harus sama dengan
arus masuk yang melalui R1, seperti yang terlihat. Lebih jauh lagi, karena v2 nol, ground

7
virtual pada gambar 18-12 berarti bahwamasukan pembalik berlaku sebagai ground bagi
tegangan, tetapi sebuah hubungan terbuka untuk arus!

Perolehan Tegangan
Pada Gambar 18-13, visualisasikan sebuah ground virtual pada masukan pembalik.
Kemudian, ujung kanan R1 adalah ground virtual, jadi kita dapat menuliskan :
𝑣𝑖𝑛 = 𝑖𝑖𝑛 𝑅1

Demikian pula, ujung kiri R2, adalah tegangan ground, jadi besamya legangan keluaran
adalah:
𝑣𝑜𝑢𝑡 = 𝑖𝑖𝑛 𝑅2

Perolehan tegangan diperoleh dengan membagi vout dengan vin.


𝑅2
𝐴𝑂𝐿 =
𝑅1

AOL adalah perolehan tegangan kalang tertutup. Ini disebut dengan perolehan tegangan
kalang tertutup karena ini adalah tegangan tempat terdapat jalur umpan balik antara keluaran
dan masukan. Kraena umpan balik negative, perolehan tegangan kalang tertutup AOL selalu
lebih kecil daripada perolehan tagangan kalang terbuka AOL.

Impedansi Masukan.
Ini adalah salah satu keuntungan dari penguat pembalik; mudah diatur untuk
mendapatkan impedansi yang dinginkan. Hal ini disebabkan oleh ujung kanan R1 di-ground-
kan secara virtual, sehingga impedansi masukan kalang tertutup adalah:
𝑍𝑖𝑛(𝐶𝐿) = 𝑅1

Ini adalah impedansi di ujung kiri R1, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 18-13.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penguat operasional adalah komponen yang paling dasar dalam sistem analog.
Sebagai contoh, dengan menghubungkan dua resistor eksternal, kita dapat mengatur
perolehan tegangan dan bandwidth penguat operasional. Amplifier operasional ini
menawarkan karekteristik-karekteristik yang mendekati ideal. Sebagian besar (namun tidak
semua) amplifier operasional membutuhkan sumber simetris (biasanya ±5 V hingga ±15 V).
Hal ini memungkinkan tegangan output untuk berayun kearah positif (di atas 0 V) dan ke
arah negatif (di bawah 0 V).
Penguat pembalik adalah rangkaian penguat operasional yang paling dasar. la
menggunakan umpan balik negatif untuk menstabilkan perolehan tegangan keseluruhan.
Alasan mengapa kita perlu menstabilkan persetujuan tegangan keseluruhan adalah AOL terlalu
tinggi dan tidak stabil untuk digunakan tanpa umpan balik. Sebagai contoh, 741C memiliki
AOL minimum sebesar 20.000 dan AOL maksimum sebesar lebih dari 200.000. Perolehan
tegangan yang tak terduga dan variasinya menjadi tidak berguna tanpa umpan balik.

B. Saran

Pada penjelasan yang kami tuliskan diatas, kami menyadari masih banyak kekurangan
yang sebaiknya bisa lebih kami perhatikan. Maka dari itu, setiap kekurangan yang ada pada
makalah kami ini sebaiknya para pembaca dapat memberikan saran yang membangun bagi
kami agar kedepannya hasil dari tulisan kami dapat lebih baik dari sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Diefenderfer, J. 1972. Principles Of Electronic Instrumentation. Japan : W.B Saunders


Company
Malvino. 2004. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta : Salemba Teknika

Tooley, M. 2003. Rangkaian Elektronik Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga

10

Anda mungkin juga menyukai